Anda di halaman 1dari 12

TUGAS ANALISIS MAKUL PENGEMBANGAN

KURIKULUM PAI

NAMA : M. ALI MUDHOFAR


NIM : 1150219

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM WALISEMBILAN


SEMARANG
2018

1
1. Analisis kurikulum KBK
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang
kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar,
dan pemeberdayaan sumber daya pendidikan( Depdiknas 2002). KBK merupakan sebuah konsep
kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-
tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, berupa
penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum 2004, adalah kurikulum dalam
dunia pendidikan di Indonesia yang mulai diterapkan sejak tahun 2004 walau sudah
ada sekolah yang mulai menggunakan kurikulum ini sejak sebelum diterapkannya. Secara materi,
sebenarnya kurikulum ini tak berbeda dari Kurikulum 1994, perbedaannya hanya pada
cara para murid belajar di kelas.
Dalam kurikulum terdahulu, para murid dikondisikan dengan sistem caturwulan. Sedangkan
dalam kurikulum baru ini, para siswa dikondisikan dalam sistem semester. Dahulu pun, para murid
hanya belajar pada isi materi pelajaran belaka, yakni menerima materi dari guru saja. Dalam
kurikulum 2004 ini, para murid dituntut aktif mengembangkan keterampilan untuk menerapkan
IPTek tanpa meninggalkan kerja sama dan solidaritas, meski sesungguhnya antar siswa saling
berkompetisi. Jadi di sini, guru hanya bertindak sebagai fasilitator, namun meski begitu pendidikan
yang ada ialah pendidikan untuk semua. Dalam kegiatan di kelas, para siswa bukan lagi objek,
namun subjek. Dan setiap kegiatan siswa ada nilainya.

2. analisis Kurikulum 2013


kurikulum terbaru saat ini yang digunakan di Indonesia yaitu Kurikulum Tahun 2013, di
mana kurikulum ini lebih mirip dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Model kurikulum
berbasis kompetensi ini ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan,
keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotorik yang dikemas dalam berbagai mata
pelajaran. Walaupun hampir mirip dengan model Kurikulum Berbasis Kompetensi, akan tetapi
masih ada juga perbedaan-perbedaannya. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dan kemampuan yang
mereka miliki. Di dalam kurikulum ini memandang bahwa setiap peserta didik itu memiliki
potensinya masing-masing yang perlu digali dan dikembangkan, sehingga kelak potensinya
tersebut dapat bermanfaat di dalam kehidupan si peserta didik nantinya dalam bermasyarakat.
Kurikulum ini dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa setiap peserta didik berada pada
posisi sentral dan aktif dalam belajar, sehingga dapat dikatakan bahwa guru hanya sebagai
fasilitator saja. Peran peserta didik di dalam kegiatan pembelajaran itu lebih diutamakan,
sehingga potensi-potensi yang ada di dalam diri peserta didik menjadi lebih tersalurkan dan
dapat berkembang. Penyelenggaraan pendidikan seperti yang disampaikan dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat

2
mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus
bangsa di masa depan.

3. Analisis Kurikulum 47
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan,
kurikulum saat itu diberi nama Rentjana Pelajaran 1947. Pada saat itu,kurikulum pendidikan di
Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya
meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai
pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu
masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai development
conformism bertujuan untuk membentuk karakter manusia Indonesia yang merdeka. dan berdaulat
dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini (development conformism). Dan juga
mengutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat.
Proses Belajar Mengajar pada Kurikulum 1947 menerapkan:
1. Sifat kurikulum Separated Subject Curriculum (1946-1947). Hal ini mengacu pada pemberian
mata pelajaran yang antara satu mata pelajaran dengan yang lainnya tidak ada keterkaitan sama
sekali.
2. Menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di sekolah.
3. Jumlah mata pelajaran : Sekolah Rakyat (SR) – 16 bidang studi, SMP-17bidang studi dan SMA
jurusan 19 bidang studi.
Bahan Pelajaran pada Kurikulum 1947
Mata pelajaran untuk tingkat Sekolah Rakyat ada 16, khusus di Jawa,Sunda, dan Madura
diberikan bahasa daerah. Daftar pelajarannya adalah:

1. Bahasa Indonesia
2. Bahasa Daerah
3. Berhitung
4. Ilmu Alam
5. Ilmu Hayat
6. Ilmu Bumi
7. Sejarah
8. Menggambar
9. Menulis
10. Seni Suara
11. Pekerjaan Tangan
12. Pekerjaan Keputrian
13. Gerak Badan
14. Kebersihan dan Kesehatan
15. Didikan Budi Pekerti, dan
16. Pendidikan Agama.

3
Struktur Kurikulum
Struktur kurikulum SPM tahun 1947 mengalami perubahan jika dibandingkan dengan
struktur kurikulum SMP yang berlaku pada zaman jepang tahun 1942. Perubahan yang terjadi
adalah sekolah menengah hasil ciptaan Jepang diubah menjadi SMP dengan masa studi 3 tahun.
Mereka yang menempuh tiga tahun dan lulus berhak melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi.
Pada kelas tiga akan adanya pembagian jurusan. Bagian A, jurusan Bahasa dan Pengetahuan sosial
sedangkan bagian B, jurusan ilmu pasti dan pengetahuan Alam.
Berikut ini adalah struktur kurikulum 1947 yang disebut Rencana Pembelajran
NO. Jumlah jam pelajaran dalam satu
Mata Pelajaran minggu
I II III IV
1. Bahasa Indonesia 6 6 6 5
2 Bahasa Daerah 2 2 3 2
3 Bahasa Inggris 3 3 4 2
4 Berhitung 4 4 2 4
5 Ilmu Ukur 3 3 - 3
6 Ilmu Alam 2 2 2 5
7 Ilmu Hayat 2 2 2 2
8 Ilmu Bumi 2 2 3 2
9 Sejarah Tatanegara 2 - 3 2
10 Pengetahuan Dagang - 1 2 -
11 Seni Suara 1 1 1 1
12 Menggambar 1 1 1 2
13 Pekerjaan Tanggan 1 1 1 1
14 Pendidikan Jasmani 3 3 3 3
15 Budi Pekerti - - - -
16 Agama 2 2 2 2
Jumlah 32 36 35 37

4. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah
sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-
masing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan nasional dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2007/2008 dengan mengacu pada Standar
Isi (SI) danStandar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar dan menengah
sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing

4
Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP yang
dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan
memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga
pendidikan. Secara khusus diterapkannya KTSP adalah untuk :
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam menge,bangkan
kurikulum, mengelola, dan memberdayakan sumber daya yang tersedia;
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum
melalui pengambilan keputuasan bersama;
3. Meningkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang
akan dicapai.

Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI, namun
pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri.
KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum
tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu
pada Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL.
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam
persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata pelajaran, dan
silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.
Standar isi merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat satuan
pendidikan yang memuat:
kerangka dasar dan struktur kurikulum,
beban belajar,

 kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dikembangkan di tingkat satuan pendidikan, dan

 kalender pendidikan.
SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan
pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran.
Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.
Pemberlakuan KTSP, sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan Menteri Pendidikan
Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL, ditetapkan oleh kepala sekolah
setelah memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah. Dengan kata lain, pemberlakuan KTSP
sepenuhnya diserahkan kepada sekolah, dalam arti tidak ada intervensi dari Dinas Pendidikan atau
Departemen Pendidikan Nasional. Penyusunan KTSP selain melibatkan guru dan karyawan juga
melibatkan komite sekolah serta bila perlu para ahli dari perguruan tinggi setempat. Dengan
keterlibatan komite sekolah dalam penyusunan KTSP maka KTSP yang disusun akan sesuai
dengan aspirasi masyarakat, situasi dan kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat.

5
5.Perbedaan antara KBK, KTSP dan kurikulum 2013
KBK 2004:
Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi
Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi
Lulusan Mata Pelajaran
Pemisahan antara mata pelajaran pembentuk sikap, pembentuk keterampilan, dan pembentuk
Pengetahuan
Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran
Mata pelajaran lepas satu dengan yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah
Pengembangan kurikulum sampai pada silabus
Tematik Kelas I dan II (mengacu mapel)

KTSP 2006:

Pada KTSP, sekolah diberikan keleluasaan untuk mendelegasikan seluruh isi kurikulum melihat
karakter, dan potensi lokal, KTSP tetap menekankan kompetensi akan tetapi lebih dikerucutkan
lagi dalam operasional dan implementasinya di sekolah.
Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi
Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran
Pemisahan antara mata pelajaran pembentuk sikap, pembentuk keterampilan, dan pembentuk
Pengetahuan
Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran
Mata pelajaran lepas satu dengan yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah
Pengembangan kurikulum sampai pada komptensi dasar
Tematik Kelas I-III (mengacu mapel)

Kurikulum 2013:

Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari kebutuhan masyarakat


Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan
Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan
Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai
Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti (tiap kelas)
Pengembangan kurikulum sampai pada buku teks dan buku pedoman guru
Tematik integratif Kelas I-VI (mengacu kompetensi)

6
Tabel : Perbandingan Kurikulum 2004 dan 2006
ASPEK KURIKULUM 2004 KURIKULUM 2006
1. Landasan Hukum  Tap MPR/GBHN Tahun 1999-  UU No. 20/2003 – Sisdiknas
2004  PP No. 19/2005 – SPN
 UU No. 20/1999 – Pemerintah-an  Permendiknas No. 22/2006 – Standar
Daerah Isi
 UU Sisdiknas No 2/1989 kemudian  Permendiknas No. 23/2006 – Standar
diganti dengan UU No. 20/2003 Kompetensi Lulusan
 PP No. 25 Tahun 2000 tentang
pembagian kewenangan

2. Implementasi /  Bukan dengan Keputusan/  Peraturan Mendiknas RI No. 24/2006


Pelaksanaan Peraturan Mendiknas RI tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri
Kurikulum  Keputusan Dirjen Dikdasmen No. 22 tentang SI dan No. 23 tentang
No.399a/C.C2/Kep/DS/2004 SKL
Tahun 2004.
 Keputusan Direktur Dikme-num
No. 766a/C4/MN/2003 Tahun
2003, dan No. 1247a/ C4/MN/2003
Tahun 2003.

3. Ideologi Pendidik-  Liberalisme Pendidikan :  Liberalisme Pendidikan : terciptanya


an yang Dianut terciptanya SDM yang cerdas, SDM yang cerdas, kompeten,
kompeten, profesional dan profesional dan kompetitif
kompetitif

4. Sifat (1)  Cenderung Sentralisme Pendidikan  Cenderung Desentralisme Pendidikan :


: Kurikulum disusun oleh Tim Kerangka Dasar Kurikulum disusun
Pusat secara rinci; Daerah/Sekolah oleh Tim Pusat; Daerah dan Sekolah
hanya melaksanakan dapat mengembangkan lebih lanjut.

5. Sifat (2)  Kurikulum disusun rinci oleh Tim  Kurikulum merupakan kerangka dasar
Pusat (Ditjen Dikmenum/ oleh Tim BSNP
Dikmenjur dan Puskur)

6. Pendekatan  Berbasis Kompetensi  Berbasis Kompetensi


 Terdiri atas : SK, KD, MP dan  Hanya terdiri atas : SK dan KD.
Indikator Pencapaian Komponen lain dikembangkan oleh
guru

7
7. Struktur  Berubahan relatif banyak  Penambahan mata pelajaran untuk
dibandingkan kurikulum Mulok dan Pengem-bangan diri untuk
sebelumnya (1994 suplemen 1999) semua jenjang sekolah
 Ada perubahan nama mata  Ada pengurangan mata pelajaran (Misal
pelajaran TIK di SD)
 Ada penambahan mata pelajaran  Ada perubahan nama mata pelajaran
(TIK) atau penggabungan mata  KN dan IPS di SD dipisah lagi
pelajaran (KN dan PS di SD)  Ada perubahan jumlah jam pelajaran
setiap mata pelajaran

8. Beban Belajar  Jumlah Jam/minggu :  Jumlah Jam/minggu :


 SD/MI = 26-32/minggu  SD/MI 1-3 = 27/minggu
 SMP/MTs = 32/minggu  SD/MI 4-6 = 32/minggu
 SMA/SMK = 38-39/minggu  SMP/MTs = 32/minggu
 Lama belajar per 1 JP:  SMA/MA= 38-39/minggu
 SD = 35 menit  Lama belajar per 1 JP:
 SMP = 40 menit  SD/MI = 35 menit
 SMA/MA = 45 menit  SMP/MTs = 40 menit
 SMA/MA = 45 menit

9. Pengembangan  Hanya sekolah yang mampu dan  Semua sekolah /satuan pendidikan
Kurikulum lebih memenuhi syarat dapat wajib membuat KTSP.
Lanjut mengembangkan KTSP.  Silabus merupakan bagian tidak
 Guru membuat silabus atas dasar terpisahkan dari KTSP
Kurikulum Nasional dan  Guru harus membuat Rencana
RP/Skenario Pembelajaran Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

10. Prinsip 1. Keimanan, Budi Pekerti Luhur, 1. Berpusat pada potensi, perkembangan,
Pengembangan dan Nilai-nilai Budaya kebutuhan, dan kepentingan peserta
Kurikulum 2. Penguatan Integritas Nasional didik dan lingkungannya
3. Keseimbangan Etika, Logika, 2. Beragam dan terpadu
Estetika, dan Kinestetika 3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu
4. Kesamaan Memperoleh pengetahuan, teknologi, dan seni
Kesempatan 4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
5. Perkembangan Pengetahuan dan 5. Menyeluruh dan berkesinam-bungan
Teknologi Informasi 6. Belajar sepanjang hayat
6. Pengembangan Kecakapan Hidup 7. Seimbang antara kepentingan nasional
7. Belajar Sepanjang Hayat dan kepentingan daerah
8. Berpusat pada Anak

8
9. Pendekatan Menyeluruh dan
Kemitraan

11. Prinsip Tidak terdapat prinsip pelaksanaan 1. Didasarkan pada potensi,


Pelaksanaan kurikulum perkembangan dan kondisi peserta
Kurikulum didik untuk menguasai kompetensi
yang berguna bagi dirinya.

1. Menegakkan lima pilar belajar:

1. belajar untuk beriman dan bertakwa


kepada Tuhan YME,
2. belajar untuk memahami dan
menghayati,
3. belajar untuk mampu melaksanakan
dan berbuat secara efektif,
4. belajar untuk hidup bersama dan
berguna bagi orang lain,
5. belajar untuk membangun dan
menemukan jati diri, melalui proses
pembela-jaran yang efektif, aktif,
kreatif & menyenangkan.

3. Memungkinkan peserta didik mendapat


pelayanan perbaik-an, pengayaan, dan/atau
percepatan sesuai dengan potensi, tahap
perkembangan, dan kondisinya dengan
memperhatikan keterpaduan pengembangan
pribadi peserta didik yang berdimensi ke-
Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.

1. Dilaksanakan dalam suasana hubungan


peserta didik dan pendidik yang saling
meneri-ma dan menghargai, akrab,
terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut
wuri handayani, ing madia mangun
karsa, ing ngarsa sung tulada

5. Menggunakan pendekatan multistrategi dan


multimedia, sumber belajar dan teknologi yang

9
memadai, dan meman-faatkan lingkungan
sekitar sebagai sumber belajar.
6. Mendayagunakan kondisi alam, sosial dan
budaya serta kekayaan daerah untuk
keberhasilan pendidikan dengan muatan
seluruh bahan kajian secara optimal.
7. Diselenggarakan dalam kese-imbangan,
keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok
dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang
pendidikan.
12. Pedoman 1. Bahasa Pengantar Tidak terdapat pedoman pelaksanaan
Pelaksanaan 2. Intrakurikuler kurikulum seperti pada Kurikulum 2
Kurikulum 3. Ekstrakurikuler
4. Remedial, pengayaan, akselerasi
5. Bimbingan & Konseling
6. Nilai-nilai Pancasila
7. Budi Pekerti
8. Tenaga Kependidikan
9. Sumber dan Sarana Belajar
10. Tahap Pelaksanaan
11. Pengembangan Silabus
12. Pengelolaan Kurikulum

. Persamaan dan Perbedaan Kurikulum KBK dengan Kurikulum KTSP


a. Persamaan
1) Sama sama menekankan pada aspek kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa.
2) Sama sama merupakan kurikulum yang bersifat otonomi daerah dimana setiap daerah
diberikan kesempatan yng seluas-luasnya untuk mengem-bangkanya.
3) Adanya persamaan dalam perancangan pembelajaran berupa adanya stan-dar kompetensi,
kompetensi dasar dan indikator pencapaian.
4) Sama sama adanya sistem evaluasi dalam penenentuan hasil belajar siswa.
5) Adanya kebebasan dalam pengembngan yang dilakukan oleh guru walau-pun di KTSP itu guru
diberikan kebebasan yang lebih.
6) Sama-sama berorientasi pada prinsip pendidikan sepanjang hayat.
7) Sama-sama memerlukan sarana dan prasarana yang memadai

10
6.PERAN KEPALA SEKOLAH
Adapun peran kepala sekolah adalah:
a. Peran sebagai manajer
Sebagai manjer kepala sekolah bertanggung jawab atas manajemen sekolah. Kepala sekolah
mengkordinasikan kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin, dan
mengendalaikan segenap usaha pencapaian tujuan pendidikan nasional sesuai dengan Undang-
Undang no.20 tahun 2003.
Dalam aspek perencanaan, kepala sekolah merupakan pelaku yang selalu terlibat dan bahkan
sering menjadi tumpuan dalam kegiatan perencanaan dan pengembang kurikulum mulai dari
konsep hingga hal-hal yang lebih tehnis.
Dalam aspek pengorganisasian, kepala sekolah mengorganisasikan unsur-unsur, baik unsur
manusia maupun unsur non manusia.
b. Peran sebagai inovator
Sebagai tokoh penting di sekolah kepala sekolah harus mampu melahirkan ide-ide baru yang
kreatif.
c. Peran guru sebagai fasilitator
Dalam pengembangan kurikulum, pelaksana tekhnis pengembangan biasanya tidak langsung
oleh kepala sekolah, melainkan tim khusus yang di tunjuk. Namun demikian kepala sekolah
harus terus melakukan komunikasi dengan tim itu dan menfasilitasinya untuk mengatasi berbagai
persoalan yang muncul. Kepala sekolah harus mampu mengatasi persoalan, melayani konsultasi
tim dsb.
d. Kepala sekolah sebagai administrator
Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai
aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan, dan pendokumenan
seluruh program sekolah. Sebagai seorang administrator, kepala sekolah harus memiliki
kemampuan untuk memperbaiki dan mengembangkan semua fasilitas sekolah baik sarana
maupun prasarana pendidikan.
Kepala sekolah sebagai administrator pendidikan harus mampu menerapkan kemampuannya
dalam tugas-tugas operasionalnya yakni kemampuan pengelolaan kurikulum, pengelolaan
administrasi peserta didik, pengelolaan personalia, pengelolaan sarana dan prasarana,
pengelolaan administrasi kearsipan, dan pengelolaan administrasi keuangan.
Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa peran kepala sekolah sebagai administrator dapat
dilihat pada kemampuan pengelolaan kurikulum, pengelolaan administrasi peserta didik,
pengelolaan personalia, pengelolaan sarana danprasarana, pengelolaan administrasi kearsipan,
dan pengelolaan administrasi keuangan.
e. Kepala Sekolah sebagai supervisor
kepala sekolah mempunyai tugas sebagai supervisor. Kepala sekolah sebagai supervisor
dimaksudkan untuk meningkatkan pengawasan dan pengendalian terhadap guru-guru dan
personel lain untuk meningkatkan kinerja mereka. Kepala sekolah sebagai supervisor bertugas
mengatur seluruh aspek kurikulum yang berlaku di sekolah agar dapat memberikan hasil yang

11
sesuai dengan target yang telah ditentukan. Aspek-aspek kurikulum yang harus dikuasai oleh
kepala sekolah sebagai supervisor adalah materi pelajaran, proses belajar mengajar, evaluasi
kurikulum, pengelolaan kurikulum, dan pengembangan kurikulum.
Sergiovani dan Starrat (dalam Mulyasa, 2005) menyatakan bahwa “ Supervision is a process
designed to help teacher and supervisor team more about their practice, to better able to use their
knowledge and skills to better serve parents and schools and to make the school a more effective
learning community".
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa peran utama kepala sekolah sebagai supervisor adalah
menyusun dan melaksanakan program supervisi pendidikan serta memanfaatkan hasilnya yang
diwujudkan dalam, program supervisi kelas, kegiatan ekstra kurikuler, serta peningkatan kinerja
tenaga kependidikan dalam upaya pengembangan sekolah.
f. Kepala sekolah sebagai leader
Wahjosumidjo (1999) mengatakan bahwa kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter
khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional,
serta pengetahuan administrasi dan pengawasan. Kepala sekolah sebagai leader memiliki visi dan
mempunyai peranan dalam mengelola visi menjadi sebuah kenyataan. Untuk menjadi pemimpin
yang efektif menggunakan analitis yang dikembangkan dengan baik dan kemampuan intelektual
dalam membimbing para staf dalam proses mengidentifikasi masalah-masalah, keterampilan
politik dan manajemen untuk menyelesaikan konflik dan mampu membuat berbagai rencana
kerja.
Berikut adalah kompetensi yang perlu dikembangkan oleh kepala sekolah beserta indikator
ketercapaian hasilnya.

12

Anda mungkin juga menyukai