Anda di halaman 1dari 14

PERBANDINGAN PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN KAKU

DENGAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA 2003


DAN AASHTO 1993
(Studi Kasus Pada Ruas Jalan Parit Haji Muksin II – Kubu Raya)

Jonny Pranata1), Eti Sulandari2), Sumiyattinah2)

jonny_pranata007@yahoo.com

ABSTRAK
Jalan merupakan salah satu prasarana perhubungan darat yang mempunyai peranan
penting bagi kehidupan manusia. Selain perencanaan geometric jalan, perkerasan jalan merupakan
bagian dari perencanaan jalan yang harus direncanakan secara efektif dan efisien, karena
kebutuhan tingkat pelayanan jalan semakin tinggi. Jalan Parit Haji Muksin II merupakan salah
satu bagian jalan di kabupaten Kubu Raya yang baru selesai pengerjaannya. Pekerjaan jalan ini
menggunakan perkerasan kaku, agar perkerasan tahan sampai pada masa layannya, maka perlu
metode desain yang tepat dalam perencanaannya. Terdapat banyak metode untuk mendesain tebal
pelat beton ini, diantaranya metode Bina Marga 2003 dan AASHTO 1993. Tugas Akhir ini bertujuan
untuk menganalisis alternatif desain tebal perkerasan mengkaji pada parameter perencanaan kedua
metode, perencanaan tebal pelat beton, dan melakukan analisa perbandingan hasil kedua metode.
Metode ini dimulai dengan pengumpulan data primer berupa data lalu lintas dan data
tanah. Setelah itu pengumpulan data sekunder yang berupa data pertumbuhan lalu lintas dan data
hidrologi, kemudian dilakukan perhitungan tebal pekerasan dengan menggunakan kedua metode,
dan hasil perhitungannya lalu dilakukan perbandingan antara kedua metode tersebut. Dalam
perencanaan perhitungan tebal pelat dibutuhkan parameter input untuk masing-masing metode.
Parameter input perencanaan tebal perkerasan untuk metode Bina Marga 2003 adalah parameter
lalu lintas, tanah dasar, pondasi bawah, pondasi bawah material berbutir, dan kekuatan beton.
Parameter input perencanaan tebal perkerasan untuk metode AASHTO 1993 adalah parameter lalu
lintas, modulus reaksi tanah dasar, material konstruksi perkerasan, realibility, dan koefisien
drainase. Untuk studi kasus yaitu pada jalan parit haji muksin II, Kubu Raya, tebal pelat beton
berdasarkan perhitungan metode Bina Marga 2003 adalah 16 cm, sedangkan berdasarkan metode
AASHTO 1993 adalah 15 cm. Selisih yang didapat cukup kecil yaitu 1 cm. Hal ini dikarenakan
perbedaan parameter input dari masing-masing metode dan data lalu lintas kendaraan yang
melintasi jalan tersebut yang cukup kecil.

Kata kunci: Tebal perkerasan, Kaku, Bina Marga 2003, AASHTO 1993

perkerasan yang lebih lengkap dengan


1. PENDAHULUAN menggunakan beberapa lapisan.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Ada dua jenis perkerasan yang kita
dan Teknologi (IPTEK) yang sangat kenal, yaitu perkerasan lentur (Flexible
pesat, berdampak pula pada Pavement) dan perkerasan kaku (Rigid
perkembangan dunia konstruksi yang Pavement). Secara struktural keduanya
beragam jenisnya. Konstruksi jalan yang memiliki perbedaan. Perkerasan lentur
dipakai pun berkembang pesat seiring terdiri dari lapisan yang mempunyai
perkembangan teknologi. Dari yang fungsi berbeda, sedangkan perkerasan
awalnya hanya memadatkan tanah saja kaku hanya terdiri dari satu lapisan atau
sampai dengan pemakaian susunan single layer system yang berupa pelat

1. Alumni Prodi Teknik Sipil FT. UNTAN 1


2. Dosen Prodi Teknik Sipil FT. UNTAN
beton. Di Indonesia perkerasan lentur 2. TINJAUAN PUSTAKA
sudah mulai ditinggalkan dan mulai Menurut Departemen
menggunakan sistem perkerasan kaku. Permukiman dan Prasarana Wilayah
Perkerasan kaku adalah (Pd.T-14-2003), Perkerasan kaku (Rigid
perkerasan yang menggunakan semen Pavement) adalah strukur yang terdiri
sebagai bahan pengikatnya sehingga atas pelat beton semen yang bersambung
mempunyai modulus elastisitas yang (tidak menerus) tanpa atau dengan
rendah. Pada umumnya terdiri dari tulangan, atau menerus dengan tulangan,
lapisan beton semen yang dipasang terletak di atas lapis pondasi bawah atau
langsung atau perantaraan selapis tipis tanah dasar, tanpa atau dengan lapis
pondasi diatas tanah dasar. Tingginya permukaan beraspal.
kekakuan pada perkerasan menyebabkan a. Perkerasan Beton Bersambung
penyebaran beban oleh perekarasan Tanpa Tulangan (Jointed
tanah dasar relatif lebih luas dan beban Unreinforced Concrete
sebagian besar dipikul oleh perkerasan Pavement)
tersebut. b. Perkerasan Beton Bersambung
Pada perkerasan kaku, perawatan Dengan Tulangan (Jointed
jalan pada masa pemakaian atau Reinforced Concrete Pavement)
pelayanan jalan tersebut tidak terlalu c. Perkerasan Beton Menerus
mahal, dikarenakan perkerasan kaku Dengan Tulangan (Continuously
lebih tahan terhadap proses keausan Reinforced Concrete Pavement)
maupun pelapukan baik secara mekanis d. Perkerasan Beton Prategang
maupun kimiawi sehingga tidak (Prestressed Concrete Pavement)
memerlukan perawatan atau rehab jalan
kembali dalam waktu yang panjang. 3. LANDASAN TEORI
Sering kita jumpai kegiatan peningkatan 3.1. Desain Rigid Pavement Metode
rehab jalan di Kota Kuburaya, dalam Bina Marga 2003
penelitian ini mengambil lokasi studi di Parameter perencanaan perkerasan
jalan Parit Haji Muksin II. Dengan kaku metode Bina Marga 2003 tersebut
perkembangan pertumbuhan lalu lintas di antara lain adalah :
Kota Kuburaya yang setiap tahun a. Lalu lintas
bertambah, maka perlu diadakan Perhitungan lalu lintas dinyatakan
peningkatan fungsi infrastruktur dalam dalam jumlah sumbu kendaraan
hal ini yakni peningkatan jalan. Adapun niaga (commercial vehicle), sesuai
tujuan dalam penulisan Tugas Akhir ini dengan konfigurasi sumbu pada lajur
adalah : rencana selama umur rencana.
a. Menghitung tebal perkerasan b. Tanah dasar
kaku dengan menggunakan Daya dukung tanah dasar ditentukan
metode Bina Marga 2003 dan dengan pengujian CBR.
AASHTO 1993. c. Pondasi bawah
b. Membandingkan hasil dari Bahan pondasi bawah dapat berupa
perencanaan perkerasan kaku bahan berbutir, stabilisasi, dan
dengan menggunkan metode campuran beton kurus.
Bina Marga 2003 dan AASHTO d. Material konstruksi
1993. Kekuatan beton dinyatakan dalam
nilai kuat tarik lentur (flexural

2
strenght) umur 28 hari, yang didapat ekivalen, sebelum menetukan
dari hasil pengujian balok yang repetisi ijin harus menentukan faktor
besarnya 30-50 kg/cm2. rasio tegangan (FRT).
e. Faktor erosi dan tegangan ekivalen FRT =

Prosedur perencanaan perkerasan


h. Hitung kerusakan erosi dan
kaku didasarkana atas dua model
kerusakan fatik setiap beban sumbu
kerusakan yaitu :
dengan membagi perkiraan jumlah
a. Retak fatik (lelah) tarik lentur pada
sumbu dengan jumlah repetisi ijin,
pelat.
kemudian hasilnya dijumlahkan.
b. Erosi pada pondasi bawah atau tanah
Kerusakan erosidan kerusakan fatik
dasar yang diakibatkan oleh lendutan
harus < 100%.
berulang pada sambungan dan tempat
i. Total fatik dan kerusakan erosi
retak yang direncanakan.
dihitung berdasarkan komposisi lalu
Prosedur ini mempertimbangkan
lintas selama umur rencana. Jika
ada tidaknya ruji pada sambungan atau
kerusakan fatik atau erosi lebih dari
bahu beton. Perkerasan kaku menerus
100% tebal taksiran dinaikkan dan
dengan tulangan dianggap sebagai
proses perencanaan diulangi.
perkerasan bersambung yang dipasang
ruji. Data lalu lintas yang diperlukan
3.3. Desain Rigid Pavement Metode
adalah jenis sumbu dan distribusi beban
Aashto 1993
serta jumlah repetisi masing-masing jenis
Parameter perencanaa perkerasan
sumbu/kombinasi beban yang
kaku metode AASHTO 1993 tersebut
diperkirakan selama umur rencana.
antara lain adalah :
a. Lalu lintas
3.2. Perhitungan Tebal Pelat Bina
Perhitungan lalu lintas
Marga 2003
berdasarkan nilai ESAL
Langkah-langkah dalam
selama umur rencana.
perencanaan tebal pelat untuk metode
b. Tanah dasar
Bina Marga 2003 adalah:
Tanah dasar dinyatakan dalam
a. Menentukan nilai CBR tanah dasar.
modulus reaksi tanah dasar (k).
b. Perkiraan distribusi sumbu
c. Material konstruksi
kendaraan niaga dan jenis/beban
Dinyatakan dalam modulus
sumbu sesuai data LHR.
elastisitas beton berdasarkan
c. Menentukan CBR.
nilai flexural strength dan kuat
d. Pilih faktor keamanan, tentukan
tekan beton yang didapat dari
memakai bahu beton atau tidak,
pengujian silinder
kemudian pilih kuat tarik lentur
d. Realibility
beton pada umur 28 hari.
Realibility perkerasan didesain
e. Taksir tebal pelat.
untuk mengetahui tingkat resiko
f. Menentukan faktor erosi dan
kegagalan
tegangan ekivalen pada setiap jenis
e. Koefisien drainase
sumbu.
Koefisien drainase dihitung
g. Tentukan jumlah repetisi ijin untuk
berdasarkan prosen struktur
setiap sumbu beban menggunakan
perkerasan dalam 1 tahun terkena air.
Dalam menentukan tegangan

3
3.4. Perhitungan Tebal Perkerasan a. Tahap I
Langkah-langkah perencanaan Kegiatan pengumpulan data Primer,
tebal pelat menggunakan metode pada pelaksanaan pekerjaan rigid
AASHTO 1993 adalah : pavement ruas jalan Parit Haji
a. Mengetahui data-data lalu lintas Muksin II berupa data tanah dan data
yang meliputi : lalu-lintas.
1. Umur rencana, biasanya antara b. Tahap II
20 sampai 40 tahun. Merupakan perhitungan tebal rigid
2. Menentukan faktor distribusi pavement pada ruas jalan Parit Haji
arah dan distribusi lajur. Muksin II dengan menggunakan
3. Data lalu lintas harian rata-rata. metode Bina Marga 2003 dan
4. Faktor pertumbuhan lalu lintas. AASHTO 1993.
b. Menghitung modulus reaksi tanah c. Tahap III
dasar berdasarkan nilai CBR. Membandingkan tebal perkerasan
c. Menghitung modulus elastisitas hasil perhitungan Bina Marga 2003
beton berdasarkan nilai kuat tekan dan AASHTO 1993.
beton. d. Tahap IV
d. Menghitung realibility. Menjelaskan hasil perhitungan tebal
e. Menghitung nilai standar deviasi perkerasan dan pembahasan secara
berdasarkan. jelas dan singkat.
f. Menghitung nilai serviceability e. Tahap V
index berdasarkan terminal Menjelaskan kesimpulan dan saran
serviceability dan initial yang didapat dari penelitian yang
serviceability. telah dilakukan.
g. Menghitung koefisien drainase
menggunakan. 5. ANALISA DAN PEMBAHASAN
h. Menghitung load transfer coefficient. Perhitungan Tebal Perkerasan
i. Menghitung perencanaan tebal Kaku Metode Bina Marga 2003 Dari data
perkerasan. yang diperoleh dan hasil survey yang
telah dilakukan dilapangan diketahui
4. METODE PENELITIAN data parameter perencanaan adalah
Untuk pelaksanan penelitian ini, sebagai berikut:
peneliti menggunakan data primer yang K = K-300
didapat dari nilai DCP dan data jumlah CBR tanah dasar = 3,1 %
kendaraan dari survey langsung Kuat tarik lentur (fcf) = 4,1 Mpa
dilapangan. Adapun tinjauan lokasi Bahan pondasi bawah =Stabilisasi
penelitian ini adalah Jl. Parit Haji Muksin semen 15 cm
II - Kuburaya, dimana terdapat CBR effektif = 25%
peningkatan rehab jalan menggunakan Data lalu-lintas harian rata-rata 2016:
perkerasan kaku (Rigid Pavement) 1. Mobil pribadi = 901
dengan panjang ±600 meter dan lebar ±5 smp/hari.
meter. 2. Mobil hantaran = 382
Adapun tahap-tahap dalam smp/hari.
penelitian ini adalah, sebagai berikut: 3. Bus = 5 smp/hari.
4. Truck 2 as 13 Ton = 104
smp/hari.

4
Direncanakan perkerasan kaku untuk analisa lalulintas harus diketahui jumlah
jalan 1 lajur 2 arah untuk jalan local. sumbu kendaraan berdasarkan jenis dan
Langkah-langkah perhitungan tebal pelat bebannya seperti tabel 2 dibawah ini.
Analisa lalulintas Dalam melakukan

Tabel 1. Perhitungan Jumlah Sumbu Berdasarkan Jenis dan Bebannya

Jenis Konfigurasi Beban Sumbu Jumlah Jumlah Jumlah STRT STRG STdRG
Kendaraan (ton) kendaraan(b sumbu per sumbu
h) kendaraan (bh)
(bh)

BS JS BS JS BS JS
RD R RG R (ton) (to (to (to (to (to
B D G n) n) n) n) n)
B
-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9 -10 -11
Mobil 1 1 - - 1283 - - - - - - - -
Penumpa
ng

Bis 3 5 - - 5 2 10 3 5 5 5 - -

Truck 5 8 - - 104 2 208 5 104 8 104 - -


Sedang 2
sumbu

Total 218 109 109


RD=Roda depan, RB=Roda Belakang, RGD=Roda Gandeng Depan,RGB=Roda Gandeng Belakang,
BS=Beban sumbu, JS=Jumlah Sumbu, STRT=Sumbu Tunggal Roda Tunggal, STRG=Sumbu tunggal roda
ganda, STdRG=Sumbu tandem roda Ganda

Jumlah sumbu kendaraan niaga (JSKN) selama umur rencana 20 tahun.

5
Tabel 2. Perhitungan Repitisi sumbu Rencana

Jenis Beban Jumlah Sumbu % Beban Proporsi Lalu- Repetisi


Sumbu Sumbu Terhadap Total Sumbu lintas Yang Terjadi
(ton) Rencana

1 2 3 4 5 6 7=(4)x(5)x(6)

STRT 6 - - 0.66 1312905 -


5 104 0.954 0.66 1312905 826658
4 - - 0.66 1312905 -
3 5 0.046 0.66 1312905 39860
2 - - 0.66 1312905 -
Total 109 1
STRG 8 104 0.954 0.26 1312905 325653
5 5 0.046 0.26 1312905 15702
Total 109 1
STdRG 14 - - 0.08 1312905 -
Total - -
Komulatif 1,207,873

Perhitungan Plat Beton Gunakan tabel tegangan ekivalen dan


Data yang diperlukan : faktor erosi pada lampiran 1, 2 dan 3
K : K-300 untuk kondisi tanpa bahu beton, tebal plat
Fcf (kuat tarik lentur) : 4,1 Mpa rencana 16 cm dan nilai CBR effektif =
FKB : 1,0 25 %, maka akan didapat nilai:
CBR tanah dasar : 3,1 %
,
Jenis dan tebal lapisan pondasi : TESTRT = 1,39 ; FRT = = =
,
Stabilisasi semen 15 cm 0,339
CBR effektif : 25 %
,
Beban rencana per-roda: TESTRG = 2,17 ; FRT = = =
,
STRT = x 1 = 25 kN 0,529
STRG = x 1 = 20 kN

6
Tabel 3. Analisa Persentase Fatik dan Erosi Umur Rencana 20 Tahun

Beban Faktor Analisa Fatik Analisa Erosi


Jenis Beban Rencana Repetisi Yang
Sumbu ton Tegangan & Repetisi Persen Rusak Repetisi Persen
Sumbu Per roda (kN) Terjadi
(kN) Erosi Ijin (%) Ijin Rusak (%)
(7)=(4)*100/
1 2 (3)= (2)/2*Fkb -4 -5 -6 (7)=(4)*100/(6) -8
(8)
STRT 6 (60) 30 - 1.39 TT 0 TT 0
5 (50) 25 826658 FRT = 0.339 TT 0 TT 0
4 (40) 20 - FE = 2.5 TT 0 TT 0
3 (30) 15 39860 TT 0 TT 0
2 (20) 10 - TT 0 TT 0
STRG 8 (80) 20 325653 2.17 400000 81.4 2000000 16.3
5 (50) 12.5 15702 FRT =0.529 TT 0 TT 0
FE = 3.02
STdRG 14 (140) 70 - 1.76 TT 0 TT 0
FRT = 0.429
FE =3.17
Total 81,4 % < 100 % 16,3 % < 100 %

Keterangan: TE = Tegangan Ekivalen ; Karena % rusak fatik dan erosi lebih kecil
FRT = Faktor Rasio Tegangan dari 100% maka tebal plat diambil 160
mm.

5.1. PERENCANAAN DOWEL Banyak dowel yang digunakan (N) :


BARS
= = 8,66 = 9
Dowel bars merupakan sepotong
baja polos dan lurus yang digunakan
sebagai perangkat transfer beban, dengan Dipakai 9 buah dowel bars
diameter dan panjang yang telah Panjang jarak pemasangan dari tepi
( ) ( ).
ditetapkan, yang tercantum pada = = =
peraturan Bina Marga 2003. Adapun 100
dowel bars yang digunakan adalah
Sambungan susut melintang dipasang Untuk batang pengikat digunakan baja
setiap jarak 5m dengan ukuran: ulir ∅ 28 mm, panjang 45 cm dengan
Diameter (D)= 28 mm = 2,8 cm jarak 30 cm.
Panjang (L)= 450 mm = 45 cm
Jarak (S) = 300 mm = 30 cm

ruji sisi bebas


h/4 = 4,5
h = 160 mm

22,5 mm 22,5 mm

Tulangan ruji Ø 28 mm
Gambar 1. Sambungan Susut Melintang Dengan Ruji

7
Lebar truk = 180 cm = 70,86 in E (modulus elastisitas pelat) = 9600√260
Nilai k (modulus daya dukung tanah) = 154795,35 kg/cm2
didapat dari lampiran 4 = 4,1kg/cm2 P = 2500 kg = 5519 lb
P = Beban transfer
( , ).( )
l (radius kekakuan relatif) = (
= = 60,529 cm
µ, ) ( , ).( , )
Untuk perhitungan dowel ini Pavement Design ( E.J Yoder &
menggunakan Analisis Frieberg yang M.W.Witczak), digunakan rumus (3.29)-
diambil dalam buku Principles of (3.39).
180 cm

1,8 l = 108,953 cm

A B 16 cm
30

0,10
0,32
0,53
0,77
1,00

0,10 0,10
0,32 0,32
0,54 0,54
0,77 0,77
1,00

Gambar 2. Diagram Momen


%. . . ,
Pt = I= = 0,0718 in4
De = Dowel Efektif → Beban di A : De = ( , . ) ,
ß= = 0,667/in
2,72 . ( . ). ( , )
Beban di B : De = 4,44
Pt terbesar terjadi pada Lendutan pada joint :
beban di A →De terkecil Yo = (2+ . )
%. . .
Pt = ,
= 1015 lb z = lebar bukaan sambungan = 0,2 in
Kekakuan relatif dowel : Yo= (2+
.( , ) .( . ). ( , )
,
ß= 0,667. 0,2 ) = 0,000876 in
K (Modulus daya dukung dowel) = 1,5. Bearing stress pada beton di permukaan
106 pci dowel :
b (diameter dowel) = 28 mm = 1,1 in E Ϭ = K . Yo = 1,5 . 106 . 0,000876 = 1315
(Modulus Elastisitas Dowel) = 29 .106 pci
pci Bearing stress yang diizinkan :
I = Momen inersia dowel fb =
. fc = 300 kg/cm2 = 4267 psi
= r = jari-jari
dowel = 1,1/2 = 0,55 in

8
, 1. Menghitung Data-data Lalu lintas
fb = 4267 = 4125 psi
Berdasarkan survei yang dilakukan di
ϭ < fb dowel dengan diameter 28
lapangan untuk menghitung traffic
mm, panjang 450 mm dan jarak 300 mm
design/equivalent single axle load
memenuhi syarat untuk digunakan pada
(ESAL) digunakan persamaan: Rumus
sambungan melintang.
umum desain traffic (ESAL = equivalent
single axle load).
5.2. PERHITUNGAN TEBAL
PERKERASAN KAKU METODE
W18 =∑ x VDj x DD x DL x 365
AASHTO 1993
Dari data yang telah diperoleh dan
Dengan menggunakan persamaan diatas
hasil survey yang telah dilakukan
dapat dihitung W18 untuk jenis
diperoleh nilai CBR 3,1% maka
kendaraan tertentu. Hasil perhitungan
diketahui data parameter perencanaan
W18 dapat dilihat pada tabel 4.12:
adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Perhitungan Traffic Design, ESAL


Jenis Kendaraan LHR VDF DD DL (%) Hari W18
dalam
setahun

Mobil Pribadi 901 0.00012 0.5 1.0 365 19.7319


Mobil pick up, combi 382 0.2165 0.5 1.0 365 15093.3
Truck 2 As 13 Ton 104 2.9918 0.5 1.0 365 56784.36
Bis 5 0.2458 0.5 1.0 365 224.2925
Total 72122
Sumber: Perkerasan jalan beton AASHTO 1993 (ARY SURYAWAN)

9
ruji sisi bebas
h/4 = 4,5
h = 150 mm
22,5 mm 22,5 mm

Tulangan ruji Ø 28 mm
Gambar 3. Sambungan Susut Melintang Dengan Ruji

Lebar truk = 180 cm = 70,86 in E (modulus elastisitas pelat) = 9600√260


Nilai k (modulus daya dukung tanah) = 154795,35 kg/cm2
didapat dari lampiran 4 = 4,1kg/cm2 P = 2500 kg = 5519 lb
P = Beban transfer
( , ).( )
l (radius kekakuan relatif) = ( µ, )
= ( , ).( , )
= 56,527 cm
Untuk perhitungan dowel ini Pavement Design ( E.J Yoder &
menggunakan Analisis Frieberg yang M.W.Witczak), digunakan rumus (3.29)-
diambil dalam buku Principles of (3.39).
180 cm

1,8 . l = 101,749 cm

A B 15 cm
30

0,24
0,49
0,75
1,00

0,24 0,24
0,49 0,49
0,75 0,75
1,00

Gambar 4. Diagram Momen


%. E (Modulus Elastisitas Dowel) = 29
Pt =
.106 pci
De = Dowel Efektif → Beban di A : De =
I = Momen inersia dowel
2,48
.
Beban di B : De = 3,96 = r = jari-jari
Pt terbesar terjadi pada dowel = 1,1/2 = 0,55 in
beban di A →De terkecil I=
. . ,
= 0,0718 in4
%.
Pt = = 1113 lb
, ( , . ) ,
ß= = 0,667/in
Kekakuan relatif dowel : . ( . ). ( , )

, Lendutan pada joint :


ß=
Yo = (2+ . )
. .
K (Modulus daya dukung dowel)
z = lebar bukaan sambungan = 0,2 in
= 1,5. 106 pci
b ( diameter dowel) = 28 mm = 1,1 in

10
Yo= (2+ memenuhi syarat untuk digunakan pada
.( , ) .( . ). ( , )
sambungan melintang.
0.667. 0,2 ) = 0,00096 in
Bearing stress pada beton di permukaan
dowel :
Ϭ = K . Yo = 1,5 . 106 . 0,00096 = 1442
pci
Bearing stress yang diizinkan :
fb =
fc = 300 kg/cm2 = 4267 psi
,
fb = 4267 = 4125 psi
ϭ < fb dowel dengan diameter 28
mm, panjang 450 mm dan jarak 300 mm

Tabel 5. Rekap Hasil Perhitungan Metode Bina Marga 2003 dan AASHTO 1993
No Perhitungan Bina Marga 2003 AASHTO 1993
1. CBR 5% 5%
2. Modulus reaksi tanah - 387 pci
dasar
3. Lalu lintas:
-LHR 109 smp/hari -
-ESAL pertahun - 57009
-ESAL 20 tahun 1.207.873 2.369.706
4. Pertumbuhan lalu lintas 4,94 % 4,94 %
5. Reliabilitas - 80%
6. Standard deviasi (So) - 0,40
7. Standard normal deviasi - -0,841
(ZR)
8. Serviceability
-Initial serviceability (Po) - 4,5

-Terminal serviceability - 2,0


(Pt)
9. Drainage coefficient (Cd) - 1,175

10. Kuat tekan beton f’c 300 kg/cm2 300 kg/cm2


11. Bahan lapisan permukaan

-Lapisan permukaan Beton Beton


-Lapisan pondasi bawah Lean mix concrete 15 cm Lean mix concrete 15 cm
12. Tebal pelat 18 cm 21 cm
13. Dowel D 28 mm – 300 mm D 28 mm – 300 mm panjang
panjang 450 mm 450 mm

11
Dari hasil perhitungan tebal pelat diperoleh Pt sebesar 2,0. Nilai beban
perkerasan kaku antara metode Bina gandar standar ekivalen (ESAL)
Marga 2003 dan AASHTO 1993 di dapat diperoleh berdasarkan jumlah ESAL
tebal pelat pada metode Bina Marga 2003 tiap-tiap jenis kendaraan. Untuk nilai
yaitu 16 cm dan pada AASHTO 1993 keseluruhan kendaraan diperoleh ESAL
yaitu 15 cm, hal ini dikarenakan 57009 pertahun dan ESAL selama umur
perbedaan parameter input dan rumus rencana 20 tahun yaitu sebesar
yang digunakan untuk menghitung data 2.369.706. Faktor distribusi lajur ini
hasil dari penilitian dilapangan seperti diasumsikan mempunyai 1 lajur, maka
yang ditunjukan pada tabel 6 Didapat nilai persen untuk lajur rencana diambil
nilai CBR dilapangan yaitu 3,1%, setelah 100 %. Tingkat reliabilitas tergantung
dilakukan stabilisasi menggunakan lean volume lalu lintas ataupun klasifikasi
mix concrete setebal 15 cm nilai CBR jalan yang direncanakan. Klasifikasi
dianggap 5%. Faktor pertumbuhan lalu jalan termasuk ke jalan dalam kota dan
lintas sebesar yaitu 4,94%. Volume lalu berfungsi sebagai jalan lokal, maka
lintas untuk kendaraan jenis truk 2 as 13 tingkat reliabilitas diambil sebesar 80 %.
ton diperoleh 104 smp/hari, untuk bus Dari nilai tingkat reliabilitas ditentukan
diperoleh 5 smp/hari. Jadi jumlah nilai ZR sebesar -0,841. Pada parameter
keseluruhan kendaraan berjumlah 109 input untuk metode Bina Marga 2003
smp/hari. Pada metode AASHTO 1993 rumus yang digunakan sudah disesuaikan
diperoleh nilai serviceability pada awal dengan keadaan iklim, topografi dan
umur rencana (Po) sebesar 4,5 indeks kondisi lapangan di Indonesia.
permukaan pada akhir umur rencana

Tabel 6. Perbedaan Pada Perhitungan Tebal Pekerasan Kaku Pada Metode Bina Marga
2003 dan AASHTO 1993
Bina Marga 2003 AASHTO 1993
No
1 Pada perhitungan CBR tanah, data Pada perhitungan CBR tanah, data yang
yang diperoleh hasil perhitungan CBR diperoleh hasil dari perhitungan CBR
dapat langsung digunakan pada dipakai lagi untuk menghitung modulus
perencanaan. reaksi tanah dasar (k) terlebih dahulu
2 Perhitungan pada metode ini jauh lebih Sedangkan pada metode ini perhitungan
sedikit dibandingkan AASHTO 1993 lebih banyak dari Bina Marga yaitu ada
dikarenakan tidak ada menentukan menentukan nilai parameter Reliability
parameter Reliability (R), Standar (R), Standar Normal Deviasi (ZR),
Normal Deviasi (ZR), Standar Deviasi Standar Deviasi (So), dan parameter
(So), dan parameter Serviceability Serviceability seperti (pt) dan (po)
seperti (pt) dan (po)
3 Tebal perkerasan yang diperoleh yaitu Tebal perkerasan yang diperoleh yaitu
16 cm yang lebih tebal dibandingkan 15 cm yang lebih tipis dibandingkan
AASHTO 1993 yaitu 15 cm, sehingga Bina Marga 2003 yaitu 16 cm, sehingga
dari segi biaya metode ini lebih mahal dari segi biaya metode ini lebih
dibandingkan AASHTO 1993 jika ekonomis dibandingkan metode Bina
digunakan mutu beton yang sama yaitu Marga 2003 jika mutu beton yang
K-300. digunakan sama yaitu K-300

12
6. KESIMPULAN DAN SARAN lalu lintas meliputi jenis
6.1. Kesimpulan kendaraan, pertumbuhan lalu
Dari hasil perhitungan pada setiap lintas, demage factor, umur
bab pada perencanaan perkerasan kaku recana, faktor distribusi arah,
dengan metode Bina Marga 2003 dan faktor distribusi lajur dan
AASHTO 1993 pada ruas jalan Parit.haji Equivalent Single Axle Load
muksin II sepanjang 530 meter dapat (ESAL) selama umur rencana.
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a. Tebal pelat beton berdasarkan 6.2. Saran
perhitungan metode Bina Marga a. Karena pada perkerasan kaku
2003 dengan mutu beton K-300 tidak terlalu memerlukan
adalah 160 mm atau 16 cm, perawatan yang sangat rumit dan
sedangkan berdasarkan sangat baik untuk melayani
AASHTO 1993 dengan mutu tingkat pertumbuhan lalu lintas
beton K-300 adalah 150 mm atau dan kondisi tanah di jalan Parit
15 cm. Hal ini dikarenakan haji muksin II, sehingga pada
perbedaan parameter input dari perencanaan perkerasan kaku
masing-masing metode. metode Bina Marga lebih
Perencanaan sambungan (dowel) disarankan digunakan dalam
untuk perkerasan kaku metode melakukan perencanaan
Bina Marga 2003 dan AASHTO perkerasan jalan karena,
1993 dengan umur rencana 20 perhitungan yang dibuat sudah
tahun menggunakan dowel sesuai atau mendekati dengan
dengan diameter 28 mm, panjang kondisi regional di indonesia.
450 mm dan jarak 300 mm yang b. Dikarenakan pada perencanaan
memenuhi syarat untuk perkerasan kaku pada
digunakan pada sambungan perencanaan jalan diparit Haji
melintang. Muksin II ini hanya
b. Parameter input perencanaan membandingkan dengan dua
tebal perkerasan kaku untuk metode, maka disarankan untuk
metode Bina Marga 2003 adalah penelitian dan perhitungan
parameter lalu lintas, tanah dasar selanjutnya digunakan metode
dan kekuatan beton. Parameter lainnya sebagai pembanding
lalu lintas meliputi lajur rencana, seperti metode Road Note
koefisien distribusi, umur (Inggris) atau NAASRA
rencana, pertumbuhan lalu lintas, (Australia).
lalu lintas rencana dan faktor c. Pada saat pelaksanaan pekerjaan
keamanan beban. dilapangan disarankan agar
c. Parameter input perencanaan pekerjaannya sesuai dengan
tebal perkerasan kaku metode literatur dan peraturan-peraturan
AASHTO 1993 adalah yang sudang ditetapkan, agar
parameter lalu lintas, modulus hasil dari pekerjaan tersebut
reaksi tanah dasar, reability, dan dapat sesuai dengan perencanaan
koefisien drainase. Parameter yang telah ditentukan.

13
DAFTAR PUSTAKA Ari Suryawan, Perkerasan Jalan Beton
Direktorat Jendral Bina Marga., (2003). Semen Portland (Rigid
Perencanaan Perkerasan Jalan Pavement), Penerbit Beta Offset
Beton Semen. Departemen Yogyakarta.
Pemukiman dan Prasana
Wilayah, Jakarta AASHTO., Guide For Design Of
Pavement Structures 1993 (1986),
Departement Pekerjaan Umum,(1988) American Association Of State
Petunjuk Perencanaan Highway and Transportation
Perkerasan Kaku (Rigid Officials (Washington D.C
Pavement), SKBI 2.3.28 1988,
Jakarta .

Yoder ,E J – Witczak MW .(1975),


Pricipless of Pavement Design,
John Willey and Sons Inc .,

Hardiyatmo, H C.,(2011) , Perancangan


Perkerasan Jalan Dan
Penyelidikan Tanah. Penerbit
Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

Hendarsin, S L.,(2000), Penuntun


Praktis Perencanaan Teknik Jalan
Raya. Penerbit Politeknik Negeri
Bandung, Bandung.

Noviani, D,(2002), Perbandingan


Analisa Teknis Dan Biaya Dari
Perkerasan Lentur Dan Kaku
Pada Jalan A.Yani II (Skripsi),
Pontianak

Saodang, H (2004), Perencanaan


Perkerasan Jalan Raya, Penerbit
Nova, Bandung.

Sudarsono, D.U.,(1979), Konstruksi


Jalan Raya. Penerbit Badan
Penerbit Pekerjaan Umum,
Jakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai