Anda di halaman 1dari 4

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penambangan emas di Indonesia pada umumnya masih menggunakan merkuri (Hg)
dalam proses pendulangan sebagai pengikat unsur emas. Teknik penambangan ini menimbulkan
dampak negatif bagi
lingkungan berupa pelepasan logam berat Hg ke lingkungan yang dapat membahayakan
ekosistem dan menyebabkan bahaya serius terhadap kesehatan (Rhani et al., 2012). Merkuri
diketahui merupakan salah satu logam berat yang memiliki toksisitas yang sangat tinggi.
Penggunaan merkuri didalam industri sering
mengakibatkan pencemaran lingkungan, khususnya melalui air limbah (Dash et al., 2012).
Peraturan pemerintah telah mengharuskan setiap perusahaan yang menghasilkan limbah
berat untuk mendaur ulang limbah hingga memenuhi standar mutu untuk dibuang ke aliran
sungai maupun laut
(Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001). Merkuri memiliki sifat yang sangat beracun, maka
U.S. Food and Drug Administration (FDA) menetapkan pembakuan atau Nilai Ambang Batas
(NAB) kadar merkuri yang ada dalam perairan, yaitu sebesar 0,005 ppm (Inswiasri, 2008).
Logam merkuri di dalam tanah maupun lingkungan perairan yang melebihi ambang batas, akan
berbahaya baik secara langsung terhadap kehidupan biotic maupun efeknya secara tidak
langsung terhadap kesehatan manusia (Palar, 1993).
Salah satu lokasi penambangan emas rakyat di Sulawesi Tenggara terletak di Kabupaten
Bombana yang dibuka sejak September tahun 2008, dan hingga saat ini sudah menelan korban
jiwa sebanyak 39 orang. Proses pengolahan emas di lokasi tersebut masih dilakukan dengan
menggunakan teknik amalgamasi yaitu pencampur bijih emas dengan merkuri untuk membentuk
amalgam air (Setiabudi, 2005). Proses amalgamasi emas, merkuri dapat terlepas ke lingkungan
pada tahap pencucian dan penggarangan/pendulangan. Limbah hasil pencucian yang masih
mengandung merkuri biasanya dibuang langsung ke badan air. Hal ini disebabkan merkuri
terpecah menjadi butiran halus yang sukar dipisahkan sehingga pada proses pencucian, merkuri
akan terbawa masuk ke sungai (Widodo, 2008).
PEMBAHASAN
JURNAL : Analisi kadar zat merkuri yang di gunakan pada daerah tambang emas rakyat
Desa Wumbubangka, Kecamatan Rarowatu Utara, Kabupaten Bombana, Provinsi
Sulawesi Tenggara.

Penelitian menggunakan pendekatan epidemiologi deskriptif

a. Gambaran lokasi
Stratigrafi daerah penelitian tersusun oleh Kompleks Pompangeo dan Formasi
Langkowala. Kompleks Pompangeo terdiri dari sekis mika, sekis glaukopan, kuarsite,
sekis amfibol yang berumur permian dan Alluvial yang memiliki komposisi krikil,
krakal, pasir, lempung yang berumur kurter (surono, 2013).
Struktur regional yang mempengaruhi daerah penelitian yaitu sesar kolaka yang
berarah barat laut menenggara (N330 ) (surono, 2013)
Lokasi penelitian memiliki topografi perbukitan dan pedataran sebagai hilir
sungai yang digunakan sebagai sumber kehidupan masyarakat sehari-hari. Kondisi kadar
zat merkuri yang telah melebihi ambang batas yang begitu tinggi dengan kondisi
topografi yang seperti itu maka sangat memungkinkan air pada daerah yang didiami oleh
masyarat sangat berbahaya bagi kesehatan masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian analisis air limbah merkuri tambang emas rakyat
desa Wumbubangka Kec. Rarowatu Utara Kab. Bombana memiliki kadar zat merkuri
yang telah melebihi ambang batas dari kadar nomal (0,005 ppm) yang mampu dinetralisir
oleh alam itu sendiri yaitu sebesar 50 ppm pada tambang masih beroperasi, sedangkan
pada lokasi yang telah tidak beroperasi sebesar 140 ppm. Kadar zat merkuri yang
digunakan dan telah tersebar luas disekitar lingkungan masyarakat.
b. Tempat pengambilan sampel
Lokasi penelitian memiliki topografi perbukitan dan pedataran sebagai hilir
sungai yang digunakan sebagai sumber kehidupan masyarakat sehari-hari. Kondisi kadar
zat merkuri yang telah melebihi ambang batas yang begitu tinggi dengan kondisi
topografi yang seperti itu maka sangat memungkinkan air pada daerah yang didiami oleh
masyarat sangat berbahaya bagi kesehatan masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian analisis air limbah merkuri tambang emas rakyat
desa Wumbubangka Kec. Rarowatu Utara Kab. Bombana memiliki kadar zat merkuri
yang telah melebihi ambang batas dari kadar nomal (0,005 ppm) yang mampu dinetralisir
oleh alam itu sendiri yaitu sebesar 50 ppm pada tambang masih beroperasi, sedangkan
pada lokasi yang telah tidak beroperasi sebesar 140 ppm. Kadar zat merkuri yang
digunakan dan telah tersebar luas disekitar lingkungan masyarakat.
c. Waktu
Penilitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2016, di Desa Wumbubangka,
Kecamatan Rarowatu utara, Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara yang
merupakan area penambangan emas rakyat yang masih menggunakan zat merkuri dalam
proses pendulangan sebagai pengikat unsure emas. Penggunaan merkuri dapat
menimbulkan pencemaran pada lingkungan khususnya air yang digunakan oleh
masyarakat setempat.
d. Orang/ sasaran
Masyarakat atau penambang emas yang bekerja di daerah tersebut yang
berpotensi dapat terkontaminasi dengan zat merkuri yang ada di daerah tambang tersebut.
Hal ini dapat menyebabkan terjadinya penyakit yang berakibat dari zat merkuri tersebut.
e. Hasil
Penggunaan zat merkuri pada proses permunian emas tambang rakyat bombana yang
masih peroperasi menunjukkan konsentrasi merkuri sebesar konsentrasi 50 ppm.
Sedangkan pada limbah tambang emas yang sudah tidak beroperasi menunjukan telah
mencapai kadar sebesar 140 ppm.

Anda mungkin juga menyukai