Anda di halaman 1dari 41

Rangga Abdiyanto

Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. KURVA HIDROSTATIK
1.1.1 Definisi
Merupakan kumpulan kurva-kurva yang menggambarkan karakteristik badan kapal
yang tercelup dalam air laut, dan kurva-kurva ini digambarkan pada berbagai sarat (T) pada
saat kapal even keel. Cara yang paling umum untuk menggambarkan kurva hidrostatik adalah
dengan membuat dua sumbu saling tegak lurus. Sumbu mendatar adalah garis dasar kapal
(base-line) sedangkan garis vertikal menunjukkan sarat tiap water line yang dipakai sebagai
titik awal pengukuran kurva hidrostatik.

1.1.2 Kurva yang Tergambar Dalam Kurva Hidrostatik


Merupakan kumpulan kurva-kurva yang menggambarkan karakteristik badan kapal
yang terbenam dalam air atau air laut, dan kurva-kurva ini digambarkan pada berbagai sarat
(T) pada saat kapal EVEN KEEL.
Kurva tersebut adalah :
1.  (Disp) : Displacement Moulded
adalah displasement bersih, massa air yang dipindahkan oleh
badan kapal yang tercelup dalam air pada kondisi tanpa kulit
(ton). Nilai ini didapat dari perkalian volume karene dengan berat
jenis air laut yaitu 1,025

2.  ’(Disp) : Displacement Including Shell


adalah massa air yang dipindahkan oleh badan kapal yang
tercelup dalam air dengan kulit (ton).
3. KB : Keel of Buoyancy
Jarak pusat titik benam diatas dasar kapal (m).

4. ¤B : Midship of centre Buocancy

Jarak titk benam terhadap titik tengah memanjang kapal (m).


Tanda negatif (-) dan positif (+) menunjukkan letaknya. Jika ada
di depan midship (+) dan di belakang midship (-).

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)
Rangga Abdiyanto
Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

Jika kapal terapung di air tenang, akan bekerja 2 unit gaya :


1.Gaya grafitasi mengarah kebawah.
2.Gaya apung (buoyancy) mengarah keatas.
Gaya grafitasi adalah resultan atau gabungan gaya, meliputi berat
semua bagian konstruksi kapal, peralatan, muatan dan
penumpang. Gaya grafitasi dianggap sebagai gaya tunggal yang
bekerja kebawah melalui titik berat kapal.
Gaya apung (buoyancy) juga gaya komposit, merupakan resultan
tekanan air pada lambung kapal.

Gambar 1.1 Titik Bouyanci Kapal

5. TKM : Transversal Keel of Mentacentre


Jarak metacenter melintang diatas dasar kapal (m).
Menunjukkan jarak antara dasar kapal (Keel) terhadap Titik
Metacentre secara melintang kapal.
TKM  TBM  KB

TKM

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)
Rangga Abdiyanto
Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

Gambar 1.2 Jarak metacenter melintang kapal

6. LKM : Longitudinal Keel of Mentacentre


Jarak metacenter memanjang diatas dasar kapal (m).
Merupakan jarak antara pusat Metacentre terhadap dasar kapal
(Keel) secara memanjang kapal.

LKM  LBM  KB

LKM Gambar 1.3 Jarak metacenter memanjang kapal

7. ¤F : Midship to centre Floatation

Jarak titik apung terhadap titik tengah memanjang kapal (m).


Seperti juga Lcb, tanda (-) menunjukkan bahwa titik Lcf terletak
di belakang midship dan (+) menunjukkan bahwa titik Lcf
terletak di depan midship.Bila dilihat secara memanjang kapal
sarat kapal sebelum terjadi trim dan setelah mengalami trim akan
berpotongan disatu titik yaitu titik F (Floutation), yaitu titik berat
bidang garis air saat trim, atau dengan kata lain titik putar trim
adalah dititik F.Grafik displasemen pada Kurva Hidrostatik bisa
dipakai bila kapal tidak mengalami trim atau titik F tepat pada
midship.

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)
Rangga Abdiyanto
Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

¤F
Gambar 1.4 Titik Apung Kapal

8. WSA : Water Surface Area


Luas permukaan basah badan kapal (m2). Menunjukkan luas
semua permukaan badan kapal yang tercelup air pada tiap – tiap
WL (Water Line). WSA didapat dari jumlah perkalian half girth
dengan faktor luas pada setiap station dan setiap water line-nya.
Secara matematis dirumuskan sebagai berikut:

2 LPP
WSA    8
3 20

Dimana ∑8 = jumlah perkalian half girth dengan faktor luas

9. WPA : Water Plan Area


Luasan bidang garis air (m2). Menunjukkan Luasan bidang garis
air yang sejajar dengan bidang dasar untuk tiap – tiap sarat.
Kemungkinan-kemungkinan bentuk WPA ditinjau dari bentuk
alas kapal antara lain:

- Untuk kapal dengan rise of floor, pada 0 mWL luas garis air
adalah nol karena luasan water line hanya berupa garis lurus(base-
line), sehingga lengkung WPA dimulai dari titik (0,0).
- Untuk kapal tanpa rise of floor, pada 0 mWL ada luasan yang
terbentuk pada garis dasar sehingga luas garis air tidak sama
dengan nol.
10. MSA : Midship Sectition Area

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)
Rangga Abdiyanto
Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

Luas midship pada sarat tertentu ( ). Menunjukkan luas bidang

tengah kapal pada tiap – tiap sarat. Harga MSA untuk tiap sarat
dapat diketahui dari Tabel B pada perhitungan hidrostatik untuk
main part.

11. DDT : Displacement Due To Trim One Centimetre.


Perubahan / pemindahan / pengurangan dispasement akibat trim
kapal sebesar I cm.
Trim adalah perbedaan sarat depan dan belakang, dalam hal DDT
ini sarat belakang lebih besar dari sarat haluan, trim buritan (trim
by stren). Trim terjadi bila ada aktivitas dikapal yang
menyebabkan sarat depan dan belakang berbeda bila
dibandingkan sebelum ada aktivitas tersebut, saat kapal belum
mengalami trim. Bila dilihat secara memanjang kapal sarat kapal
sebelum terjadi trim dan setelah mengalami trim akan
berpotongan disatu titik yaitu titik F (Floutation), yaitu titik berat
bidang garis air saat trim, atau dengan kata lain titik putar trim
adalah dititik F.
Grafik displasemen pada Kurva Hidrostatik bisa dipakai bila
kapal tidak mengalami trim atau titik F tepat pada midship.

Gambar 1.5 Posisi kapal trim


W1 L 2 , garis air saat belum trim.
W2 L 3 , garis air saat trim, tetapi dibuat rata sejajar dengan garis

air W1L2, melewati titik F saat kapal trim.

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)
Rangga Abdiyanto
Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

W3 L 1 , garis air kapal saat trim buritan.

Gambar 1.6 Posisi kapal trim buritan

DDT dapat digunakan untuk menghitung besarnya displasemen


saat trim, seperti gambar diatas adalah displasemen saat even keel
(garis air W1 L1 ) ditambah DDT.

Besarnya DDT adalah = x * Awl * 1.025 t


m3

x = jarak garis air W1 L1 dengan W3 L 3 (kedua garis air ini even


keel).
Awl = luasan bidang garis air dari W1 L1 atau W3 L 3

DDT 
 F  TPC 
LPP

12. MTC : Moment To Change One Mentacentre


Besarnya momen yang diperlukan untuk merubah trim sebesar 1
cm.

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)
Rangga Abdiyanto
Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

Gambar 1.7 Kapal saat MTC

Besarnya momen, M =  * GZ , untuk sudut kecil sin   ,


sehingga M =  * GM L * , jika sudut trim , menyebabkan trim

1
1cm = 0.01 m, maka  = dan momen yang menyebabkan trim
L
0.01m adalah :
 * GM L
MTC = . 0,01 = (ton m)
L

MTC 
 LBM   
100 L PP 

13. TBM : Transversal Buoyancy Of Mentacentre.


Jarak titik tekan kapal terhadap titik mentacentre melintang kapal
(meter). Merupakan jarak antara titik metacentre dengan titik
bouyancy kapal (B) secara melintang kapal.

TBM =

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)
Rangga Abdiyanto
Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

TBM

Gambar 1.8 Titik tekan kapal terhadap titik metacenter kapal

14. LBM : Longitudinal Buoyancy Of Metacentre


Jarak titik tekan keatas sampai dengan titi metacentre memanjang
kapal(meter). Merupakan jarak antara titik Metacentre (M)
dengan titik Bouyancy (B) secara memanjang kapal.

LBM =

LBM
Gambar 1.9 Jarak Titik tekan Keatas dengan titik metacenter kapal

15. TPC : Ton Per Centimetre Immersion


Bila kapal mengalami perubahan displasemen yang tidak begitu
besar, misalnya adanya pemindahan, penambahan atau
pengurangan muatan yang kecil, hal ini berarti tidak terjadi
penambahan atau pengurangan sarat yang besar. Maka untuk
menentukan sarat kapal bisa digunakan grafik TPC.

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)
Rangga Abdiyanto
Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

TPC adalah jumlah berat (ton) yang diperlukan untuk


mengadakan perubahan sarat kapal sebesar 1 cm air dilaut,
perubahan sarat kapal ditentukan dengan membagi perubahan
displasemen dengan TPC.

Gambar 2.1 Kapal saat Tpc

Jika kapal tenggelam sebesar 1 cm diair laut, maka penambahan

volume adalah hasil perkalian luas bidang garis air ( ) dengan

tebal 0.01 m,
t
Berat (ton) = TPC = Awl * 0.01 m * 1.025
m3
16. Cb : Coeffisien Block
Perbandingan antara volume careen dengan balok yang
mengelilinginya ( L x B x T ).

Gambar 2.2 gambar Cb

17. Cp : Coeffisien Prismatic


Perbandigan antara volume carene dengan volume silinder yang
luas penampang Am dan panjang L.

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)
Rangga Abdiyanto
Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

Gambar 2.3 gambar Cp

Dengan perhitungan lebih lanjut Cp dapat dirumuskan sebagai


berikut:
 C
Cp   B
 MSA  L  C M

18. Cm : Coeffisien Midship


Perbandingan antara luasan midship dengan kotak yuang
mengelilinginya ( B x T ).

MSA Am
CM  CM 
 B T  atau B T

Gambar 2.4 gambar Cm

19. Cw : Coeffisien Water Line


Perbandungan antara Luas garis air dengan luas kotak yang
mengelilinginya ( L x B ).

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)
Rangga Abdiyanto
Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

Gambar 2.5 Gambar Cwp

a.1.3. Manfaat Kurva Hidrostatik


1. Dari Hydrostatic Curve dapat dicari nilai-nilai dari karakteristik kapal seperti 
,  ’, WPA, WSA, MSA, TKM, TBM, LBM, LKM, MTC, DDT, TPC, KB, ¤B,
¤F, Cb, Cp, Cm, Cw pada kondisi even keel ataupun trim.
2. Dengan Hydrostatic Curve dapat menentukan ukuran utama kapal (misalnya
Lpp, B, H,dll) koefisien-koefisien bentuk pada suatu sarat tertentu yang ditinjau.

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)
Rangga Abdiyanto
Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

1.1.4. Diagram Alir pembuatan Kurva Hidrostatik

DIAGRAM ALIR TUGAS GAMBAR HIDROSTATIC


MULAI

1. MENGUKUR ABSIS “HALF BREADTH PLAN FROM CENTRE LINE” TIAP STATION SESUAI DENGAN SEGMEN “WL” DARI FORMAT “A”
2. MENGUKUR “GIRTH” DARI TIAP STATION SESUAI DENGAN SEGMEN “WL” DARI FORMAT “A”

MENGHITUNG :
 
1.  y * S' * S 6. y * S
3

2.   y * S * S' * n ' 7.  y *S* n


3.  y * S' * S * n 8.  y *S* n * n
4.  y * S 9.   g * S
5.  y * S'

MENGHITUNG PARAMETER HIDROSTATIK : DISPLASEMEN, KB, LCB, WPA, LCF, MSA, IT, IL, WSA, KOEF. BENTUK PADA TABEL “B”

MENGHITUNG PARAMETER DARI CANT PART : LUAS STATION DAN TITIK LUASAN TERSEBUT
DARI STATION AP DAN MIDSHIP CANT PART PADA FORMAT “C”

MENGHITUNG PARAMETER DARI CANT PART : DISPLASEMEN, LCB, KB, WPA, LCF, IL DAN IT
PADA FORMAT “D”

1. MENGHITUNG PARAMETER DARI CANT PART : WSA, DISPLASEMEN KULIT PADA FORMAT “E”
2. MENJUMLAH PARAMETER MAIN PART DAN CANT PART : WSA, DISPLASEMEN KULIT, LCF DAN WPA PADA FORMAT “E”.

1. MENJUMLAH PARAMETER MAIN PART DAN CANT PART : IL DAN LBM PADA FORMAT “F”
2. MENJUMLAH PARAMETER MAIN PART DAN CANT PART : IT DAN TBM PADA FORMAT “F”

MENGHITUNG DISPLASEMEN MOULDED, KB DAN LCB YANG MERUPAKAN KUMULASI TIAP SEGMEN WL PADA FORMAT “G”

MEMBUAT “RESUME” YANG MERUPAKAN KUMPULAN KUMULASI PARAMETER HIDROSTATIK DARI TIAP SEGMEN
PEMBAGIAN WL : WPA, CW, TPC, MSA, CM, KB, TBM, TKM, LCB, LCF, LBM, LKM, DISPLASEMEN MOULDED, CB, CP, WSA,
DISPLASEMEN KULIT, DISPLASEMEN TERMASUK KULIT, MTC, DDT PADA FORMAT H.

MENGGAMBAR PARAMETER-PARAMETER HIDROSTATIK SEBAGAI FUNGSI TIAP SARAT SESUAI DENGAN PEMBAGIAN SEGMEN WL.

SELESAI

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)
Rangga Abdiyanto
Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

Fungsi-fungsi pada format “A” dan kegunaannya :


 = jarak station
 = jarak WL dari segmen WL yang dihitung.
Lwl = jarak garis air pada segmen WL yang dihitung.
d = sarat pada segmen WL yang dihitung.
t = tebal pelat kulit sesuai dengan WL terbawah pada segmen yang dihitung
n = lengan momen terhadap midship dari station untuk menghitung LCB, LCF, I L
S = faktor Simpson dari station untuk menghitung ▼ (bersama dengan S’), I L , I T ,
WPA, WSA.
S’ = faktor Simpson WL yang sesuai dari format “A” untuk menghitung KB, MSA
n’ = lengan momen terhadap WL “tengah-tengah” pada segmen WL dari format “A”
=  y * S' * S , untuk menghitung ▼ (volume displasemen)
1

=  y * S * S' * n ' , untuk menghitung KB (sebagai pembilang)


2

=  y * S' * S * n , untuk menghitung LCB (sebagai pembilang)


3

=  y * S pada garis air tertinggi segmen garis air yang ditinjau, untuk menghitung
4

WPA, LCF (sebagai penyebut).


=  y * S' pada station 10, untuk menghitung MSA.
9

=  y * S , untuk menghitung I T , momen inersia terhadap sumbu x.


5 3

=  y * S * n  , untuk menghitung LCF (sebagai pembilang)


6

=  y * S * n  * n, untuk menghitung I L , momen inersia terhadap sumbuy.


7

=  g * S , untuk menghitung WSA


8

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)
Rangga Abdiyanto
Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

1.2. BONJEAN CURVA

1.2.1. Definisi
Bonjean curva adalah kurva yang menunjukkan luasan tiap-tiap station sebagai fungsi
dari sarat. Dengan gambar tersebut kita dapat menghitung volume tanpa kulit untuk suatu
kapal pada suatu sarat pada kondisi sarat yang ditinjau sampai geladak teratas kapal baik
dalam keadaan even keel maupun dalam keadaan trim.

1.2.2. Manfaat
Dari Hydrostatic Curve dapat dicari nilai-nilai dari karakteristik kapal seperti  ,  ’,
WPA, WSA, MSA, TKM, TBM, LBM, LKM, MTC, DDT, TPC, KB, ¤B, ¤F, Cb, Cp, Cm,
Cw pada kondisi even keel ataupun trim.
1. Dengan Hydrostatic Curve dapat menentukan ukuran utama kapal (misalnya Lpp,
B, H,dll) koefisien-koefisien bentuk pada suatu sarat tertentu yang ditinjau.
2. Dengan Bonjean Curve dapat dicari displacement kapal pada kondisi even keel
ataupun trim serta dapat dicari harga ¤B atupun LCB.
3. Bonjean Curve dapat pula digunakan untuk mencari volume ruang muat kapal,
baik volume ruang muat total ataupun volume ruang muat antara dua sekat.

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)
Rangga Abdiyanto
Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

1.2.3. Diagram Alir Kurva Bonjean

DIAGRAM ALIR PERHITUNGAN TUGAS GAMBAR BONJEAN

MULAI

MEMINDAHKAN “FUCTION OF AREA” DARI FORMAT “A” KE TABEL 1 PERHITUNGAN BONJEAN


SESUAI DENGAN SEGMEN PEMBAGIAN WL PERHITUNGAN HIDROSTATIK

MENGHITUNG LUAS SETIAP STATION SESUAI DENGAN SEGMEN PEMBAGIAN WL


DAN MENGAKUMULASI LUAS PADA WL TERTINGGI SEGMEN PEMBAGIAN WL
PADA TABEL 1 PERHITUNGAN BONJEAN

MENGHITUNG TAMBAHAN LUAS SETIAP STATION DARI SARAT KAPAL SAMPAI


UPPER DECK DAN MENGAKUMULASIKAN DENGAN LUAS TIAP STATION SAMPAI
SARAT KAPAL SEBELUMNYA PADA TABEL 2 PERHITUNGAN BONJEAN

MENGGAMBAR LUAS TIAP STATION PADA TIAP GARIS AIR SESUAI DENGAN
PEMBAGIAN SEGMEN WL SAMPAI UPPER DECK.

SELESAI

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)
Rangga Abdiyanto
Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Data Kapal

Tipe kapal : General Cargo


Lpp : 92 m (Length Perpendicular ( jarak AP – FP))
B : 16 m
T : 6.53 m
H : 8m
V : 12 knot = 6,17 m/s 1 knot = 0,5144 m/s
Lwl : 96,6 m (Length Water Line (jarak FP - END)

2.2 Pembagian Wl
a. Wl 0 sampai wl 1
b. Wl 1 sampai wl 2
c. Wl 2 sampai wl 3
d. Wl 3 sampai wl 4
e. Wl 4 sampai wl 5.265
f. Wl 6.53 sampai wl upper deck

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)
Rangga Abdiyanto
Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

Tabel 2.1 Hasil Perhitungan Kurva Hidrostatik Pada Tabel A1

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)
Rangga Abdiyanto
Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

Tabel 2.2 Hasil Perhitungan Kurva Hidrostatik Pada Tabel A2

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)
Rangga Abdiyanto
Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

Tabel 2.3 Hasil Perhitungan Kurva Hidrostatik Pada Tabel A3

Tabel 2.4 Hasil Perhitungan Kurva Hidrostatik Pada Tabel A4

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)
Rangga Abdiyanto
Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

Tabel 2.5 Hasil Perhitungan Kurva Hidrostatik Pada Tabel A5

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)
Rangga Abdiyanto
Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

Tabel 2.6 Hasil Perhitungan Kurva Hidrostatik Pada Tabel B1

Tabel 2.7 Hasil Perhitungan Kurva Hidrostatik Pada Tabel B2

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)
Rangga Abdiyanto
Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

Tabel 2.8 Hasil Perhitungan Kurva Hidrostatik Pada Tabel B3

Tabel 2.9 Hasil Perhitungan Kurva Hidrostatik Pada Tabel B4

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)
Rangga Abdiyanto
Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

Tabel 3.1 Hasil Perhitungan Kurva Hidrostatik Pada Tabel B5

Tabel 3.2 Hasil Perhitungan Kurva Hidrostatik Pada Tabel C

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)
Rangga Abdiyanto
Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Kurva Hidrostatik Pada Tabel D

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)
Rangga Abdiyanto
Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)
Rangga Abdiyanto
Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Kurva Hidrostatik Pada Tabel E

Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Kurva Hidrostatik Pada Tabel F

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)
Rangga Abdiyanto
Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)
Rangga Abdiyanto
Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Kurva Hidrostatik Pada Tabel G

Tabel 3.7 Hasil Perhitungan Kurva Hidrostatik Pada Tabel H

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)
Rangga Abdiyanto
Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

Tabel 3.8 Hasil Skala Perhitungan Kurva Hidrostatik

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)
Rangga Abdiyanto
Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

2.3.1. Perhitungan Tebal Plat

PERHITUNGAN PELAT KULIT ( BKI 2004 VOL. II )


1. Penentuan panjang konstruksi
Untuk menentukan panjang konstruksi yang digunakan dalam perhitungan pelat ini,
digunakan ketentuan BKI (Sec. 1, H.2).
Lc = 96 % LWL < Lc ≤ 97 % LWL
Lc = 96 % x 96,6 = 92,736
= 97% x 96,6 = 93,702
Maka diambil untuk Lc = 93 m
2. Penentuan Jarak gading
Menurut BKI 1996 ( Bab 9 1.1 ) jarak antar gading tidak boleh kurang dari 0,6
meter. Pada BKI 2004 ditentukan rumus jarak antar gading adalah :

a0 = L/500 + 0,48
= 92 /500 + 0.48
= 0.664 m
a = 0.6 m
3. Design Load (BKI 2004, Bab 2.2)
Untuk kapal denga L > 90m
Po = 2,1 x (cb + 0,7) x Co x Cl x f x Crw (kN/m^2)

Co =

= 14,76

Cl =

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)
Rangga Abdiyanto
Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

=1
Crw = 0,9
F =1

Sehingga :
Po = 2,1 x (cb + 0,7) x Co x Cl x f x Crw (kN/m2)
= 2,1 x (0,7 + 0,7) x 14,76 x 1 x 1 x 0,9
= 39, 05 kN/m2

Perhitungan Bottom Plate


Sebelum menentukan tebal pada bottom terlebih dahulu dicari besar beban
yang bekerja pada Bottom. Pembebanan pada bottom dapat dihitung dengan rumus
(BKI 2004, Sec4, B.3)
PB = 10 x T + Po x Cf
Cf = 1,0 (distribution factor)
PB = 10 x 6.53 + 39,05 x 1.0
= 104,35 kN/m2
Untuk kapal L > 90 m
tb  1,9  nf  a  ( Pb  k )  t k (Sec. 6, B.1)

nf = 0.83 (sistem konstruksi memanjang pd bottom)


k = 0.91 (Sec. 2, B.2)
tk = 1.5mm untuk t’ < 10 mm
tb = 1.9 x 0.83 x 0.64 x √104,35 x 0.91 +1.5
= 11,3 mm
= 12 mm
ket : harga ini dibulatkan ke atas dan disesuaikan dengan yang ada dipasaran

Perhitungan Bilge Plate


Tebal pelat bilga dipilih dari yang terbesar dari plat sisi dan plat dasar, pada daerah midle
(M) didapat harga plat sisi terbesar 12 mm sedangkan pada plat dasar didapat harga
sebesar 10 mm, maka diambil yang terbesar dari keduanya, sehingga :

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)
Rangga Abdiyanto
Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

tbilge = tb
= 12 mm

Perhitungan Keel Plate


tfk = tb + 2
= 12 + 2
= 14 mm
Tebal keel dapat dikurangi 10%
tfk = 14 – (14 x 10/100)
= 12 mm

Perhitungan Side Plate


Untuk menghitung tebal pelat sisi dicari terlebih dahulu pembebanan yang
didapat pada pelat sisi. Untuk kapal ini digunakan pelat ukuran lebar-panjang
- 1462
- 1500
- 1500
- 1500
- 1500 (pelat sheer strake)
Untuk menghitung pembebanan pada pelat sisi terlebih dahulu ditentukan titik
berat untuk masing-masing pelat, sehingga nanti akan didapat beban sisi yang berbeda
nilainya dan akan berpengaruh pada ketebalan pelatnya.
Z = titik berat pelat terhadap base line
Ps = pembebanan pada sisi
Karena sistem konstruksi kapal ini adalah memanjang, maka harga Z diukur dari
baseline sampai titik tengah plat.
Untuk plat yang mempunyai titik berat dibawah garis sarat air :
Z1 = 1.679 m Z3 = 4.780 m Z5 = 7.715 m
Z2 = 3.271 m Z4 = 6.272 m
 Z 
Ps1  10   T  Z 1   P0  Cf  1  1 
 T 

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)
Rangga Abdiyanto
Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

 1.679 
 10   6,53  1.679   39, 05 1 1  
 6.53 

 97,60 KN / m 2

 Z 
Ps2  10   T  Z 2   P0  Cf  1  2 
 T 
 3.271 
 10   6.53  3,271  39, 05  1 1  
 6.53 

 91,20 KN / m 2

 Z 
Ps3  10   T  Z 3   P0  Cf  1  3 
 T 
 4.780 
 10   6.53  4,780   39, 05  1 1  
 6.53 

 85,13KN / m 2

 Z3 
Ps4  10   T  Z 3   P0  Cf  1  
 T 
 6.272 
 10   6.53  6,272  39, 05  1 1  
 6.53 

 79,13KN / m 2

ts1  1,9  nf  a  Ps1  k  tk


 1.9  1  0.64  97,60  0.91  1.5

 13 mm

ts2  1,9  nf  a  Ps2  k  tk


 1.9  1 0.64  91,20  0.91  1.5

 12 mm
ts3  1,9  nf  a  Ps3  k  tk
 1.9  1 0.64  85,13  0.91  1.5

 12 mm
ts4  1,9  nf  a  Ps3  k  tk
 1.9  1 0.64  79,13  0.91  1.5

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)
Rangga Abdiyanto
Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

 12 mm

Perhitungan Sheerstrake
t = 0,5 x (td + ts)
diketahui :
td  1,21 a  Pd  k  tk

20  T
Pd  P0 
10  Z  T   H
20  6.53
 24  = 35,02 kN/m
10  7.715  6.53  8
td  1.21  0.64  35,02  0.91  1.5

= 5.53 mm = 6 mm
maka :
t = 0,5 x (td + ts)
= 0,5 x (6 + 12)
= 9 mm
Kesimpulan :

Tebal pelat yang digunakan adalah:


 Untuk tebal plat keel tfk = 14 mm
 Untuk tebal plat alas tb = 12 mm
 Untuk tebal plat bilga tB = 12 mm
 Untuk tebal plat samping I tS1 = 13 mm
 Untuk tebal plat samping II tS2 = 12 mm
 Untuk tebal plat samping III ts3 = 12 mm
 Untuk tebal plat samping IV ts4 = 12 mm
 Untuk tebal plat sheerstrake t = 9 mm

2.3.2. Langkah –langkah penggambaran kurva Hidrostatik

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)
Rangga Abdiyanto
Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

1. Menggambar 2 garis sumbu x dan y dengan skala tertentu. Sumbu x menunjukkan skala
ukuran dalam centimeter (cm) dan sumbu y menunjukkan garis WL (water line) dengan
skala tertentu,
2. Menggambar kurva untuk masing – masing perhitungan karakteristik kapal dengan skala
yang berbeda untuk tiap bagiannya, menyesuaikan kapasitas gambar. Karakteristik kapal
tersebut mencakup KB, TBM, TKM, LBM, LKM, MSA, WSA, WPA, MTC, TPC, DDT,
¤B, ¤F, CW, CM, CB, CP, Displ.Mould dan Disp.Incl.
3. Setelah tergambar semua kurvanya kemudian mengatur letak tiap – tiap kurva untuk titik
nol yang berbeda, tujuannya agar kurvanya tidak terlalu berkumpul dan mudah untuk
dibaca.

Gambar 2.7 Kurva Hidrostatik

Dengan Kurva Hidrostatic kita dapat mengetahui karakteristik – karakteristik kapal


dengan cara mengukur kurva yang ingin kita cari ditarik dari sarat atau WL yang dicari
sampai bertemu dengan titik kurvanya kemudian dikalikan skalanya.
2.3.3. Hasil Hitungan kurva Hidrostatik pada sarat penuh

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)
Rangga Abdiyanto
Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

HASIL
WPA 1254,274 ( m2 )
WSA 2126,993 ( m2 )
MSA 102,812 ( m2 )
TPC 12,856 ( ton/cm )
KB 3,43 ( m )
TBM 3,417 ( m )
TKM 6,903 ( m )
B -0,743 ( m )
F -6,082 ( m )
LBM 105,032 ( m )
LKM 108,518 ( m )
 6819,024 ( ton )
 ’ 6845,210 ( ton )
MTC 74,606 ( ton m /cm )
DDT 0,614 ( ton/cm )

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Kurva Hidrostatik Pada Sarat Penuh

2.4. Perhitungan Kurva Bonjean

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)
Rangga Abdiyanto
Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Kurva Bonjean Pada Tabel I

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Kurva Bonjean Pada Tabel J

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)
Rangga Abdiyanto
Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

Tabel 4.4 Hasil Skala Perhitungan Kurva Bonjean

2.4.2. Langkah –langkah penggambaran kurva Bonjean


1. Menggambar 2 garis tegak lurus, pada sumbu x dan y. Sumbu “x” menunjukkan
nomer – nomer station yang sudah diskala sesuai kapasitas gambar. Sumbu “y”
menunjukkan tinggi water line yang diskala juga sesuai kapasitas gambar.
2. Menggambar garis – garis yang menunjukkan Luas – Luas tiap station dari tabel
perhitungan. Untuk titik nol nya tidak dimulai dari titik nol, melainkan dari masing –
masing garis station yang telah digambar sebelumnya. Garis Luas station ditarik
sampai Upper Deck Side Line. Untuk luas – luas station juga diskala sedemikian
hingga mudah untuk dibaca.
3. Menggambar bentuk bagian depan dan belakang kapal dengan cara mengukur jarak –
jarak pada tiap bagian, kemudian diskala sesuai skala pada jarak station yang telah
ditentukan di awal.

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)
Rangga Abdiyanto
Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

4. Berikut adalah gambar Bonjean Curve setelah digambar semua untuk tiap – tiap
station.

Gambar 3.1Kurva Bonjean

2.4.2. Hasil Hitungan kurva Bonjean pada sarat penuh

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)
Rangga Abdiyanto
Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Kurva Bonjean

 Salah satu fungsi dari Kurva Bonjean adalah untuk menghitung volume displasement.

BAB III
PENUTUP

3.1 . Kesimpulan

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)
Rangga Abdiyanto
Laporan Hydrostatic and Bonjen Curves 0216030034

Sebagai dasar dari perhitungan kurva hidrostatik dan bonjean yaitu gambar rencana
garis.Sarat kapal dibagi menjadi beberapa wl dan dihitung displacemen, WPA,WSA dll
berdasarkan pembagian wl. Sehingga jika titik pada masing- masing wl dihubungkan akan
terbentuk sebuah kurva hidrostataik. Untuk Kurva bonjean, pada masing – masing station
dicari luasannya setiap wl sampai pada main deck. Sehingga didapat sebuah kurva yang
menunjukkan luasan pada setiap station.
Data dan luasan station hasil bacaan pada kurva hydrostatik dan bonjean jika
dibandingkan dengan data dan luasan menurut laporan rencana garis ternyata terdapat selisih
nilai yang munkin disebabkan kurangnya ketelitian, dan selisih tersebut harus di usahakan
seminimal mungkin.

Ship Building

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 33


(PPNS)

Anda mungkin juga menyukai