Anda di halaman 1dari 94

DAFTAR ISI

Wartawan Media Now dalam Mengemas Berita: Perspektif Situational Theory


Dasrun Hidayat, dan Anisti........................................................................................................ 295

Model Komunikasi Pemasaran Paguyuban Batik Tulis


Fera Nurficahyanti........................................................................................................................ 304

Gaya Berkomunikasi dan Adaptasi Budaya Mahasiswa Batak di Yogyakarta


Oktolina Simatupang, Lusiana A. Lubis, dan Haris Wijaya................................................ 314

Aktivitas Media Relations Humas Setda Kota Salatiga dalam Membentuk Berita Positif
Nugrahaning Esa Pratiwi, Richard Gordon Mayopu, dan George Nicholas Huwae........ 330

Corporate Social Responsibility Sebagai Strategi Komunikasi Bisnis Perusahaan


Marselinus Nuba Sabini dan Leila Mona Ganiem.................................................................. 346

Literasi Informasi tentang Kemasan Produk Obat Bebas


Cahya Purnama Dini dan Puji Lestari...................................................................................... 357

Motif Penggunaan Gadget sebagai Sarana Promosi Bisnis Online di Kalangan


Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga
Nurul Izzati................................................................................................................................... 374
WARTAWAN MEDIA NOW DALAM MENGEMAS BERITA:
PERSPEKTIF SITUATIONAL THEORY

Dasrun Hidayat1 dan Anisti2


1
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas BSI
Jln Sekolah International 1-6 Antapani Bandung, Telp: 022-7100124,
E-mail: dasrun.duh@bsi.ac.id

Akademi Komunikasi AKOM BSI Jakarta


2

Jln Kayu Jati 2 No. 5 Rawa Mangun Jakarta Timur, Telp: 021-29385144,
Email: anisti.ans@bsi.ac.id

Abstract
The study aims to map and describe relationships between concepts of activity of journalists in the media now
cloning technology based activities and relationship between news reporters. This study discusses the focus
of news coverage in media activities and relationships among the journalists in the era of technology. The
theory used is situational theory Grunig and Hunt and descriptive method of Public Relations. The study
found that the situation changes in the era of media encourage actions of unscrupulous hunters cloning news.
News media such as online media should now be used as the initial data is not the primary data news writing.
The presence of media now facilitates the work of journalists but not always produce good quality of news.
Otherwise, the presence of technology encourages more active cloning news reporter. Media now can initiate
active and apathetic public situations as influenced by quality news content. The presence of media technology
changes the image of the relationship between journalists—from person to person or reporter to reporter to
journalists with media technology.

Key words: media now, cloning news, reporter relationship.

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memetakan dan mendeskripsikan hubungan antarkonsep tentang
aktivitas wartawan di media now berbasis teknologi dalam aktivitas kloning berita dan hubun-
gan antarwartawan. Fokus penelitian ini membahas tentang aktivitas peliputan berita di Media Now
dan relationship wartawan di era teknologi. Teori yang digunakan yaitu situational theory Grunig
dan Hunt dengan metode deskriptif Public Relations. Hasil penelitian menemukan bahwa situasi
perubahan media mendorong tindakan kloning oleh oknum pemburu berita. Berita di Media Now
seperti media online semestinya dijadikan data awal bukan data primer penulisan berita. Hadirnya
Media Now membangun situasi yakni mempermudah kerja wartawan tapi tidak selamanya meng-
hasilkan pemberitaan yang baik. Justru kehadiran teknologi mendorong oknum wartawan lebih
aktif melakukan kloning berita. Media Now dapat melahirkan situasi publik aktif dan apatis karena
dipengaruhi kualitas isi berita. Hadirnya teknologi media mengubah citra tentang hubungan an-
tarwartawan. Sebelumnya hubungan person to person atau wartawan dengan wartawan, saat ini
wartawan dengan teknologi media.

Kata kunci: media now, kloning berita, relationship wartawan.

Pendahuluan teknologi. Penelitian ini fokus pada


Lahirnya teknologi informasi juga tindakan kejahatan jurnalistik berbasis
dibarengi pula oleh tindakan kejahatan media teknologi atau media digital berupa
berbasis teknolgi atau cyber crime. Bahkan aktivitas kloning atau pengambilan atau
disinyalir teknologi sebagai salah satu pengutipan berita dari sumber lain tanpa
faktor mempermudah tindak kejahatan. menyebutkan sumber beritanya.
Misalnya, peniputan, transaksi obat-obat Jurnalistik berbasis teknologi adalah
terlarang, eksploitasi perempuan hingga kegiatan wartawan, mulai dari pene­
pada kejahatan jurnalistik berbasis lusuran data, informasi hingga penulisan
296 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 5, Juli 2015, hlm 295-303

berita dengan menjadikan teknologi (2014:502) hibridisasi yaitu mengurangi


sebagai dasar media now menggali data kemam­ puan peneliti berteori tentang
untuk sebuah pemberitaan. Hidayat efek yang ada dari bentuk media karena
(2014:95) media now adalah media tumpang tindih substansial dalam
gabungan atau konvergensi antara media teknologi karakteristik media. Selain
konvensional dan kontemporer berbasis itu, Teknologi Informasi Komunikasi
teknologi. (TIK) mengubah perilaku individu de­
Perubahan situasi konvensional de­ ngan cepat. Karpf (2011:503) fen­ ome­
ngan kontemporer salah satunya ter­letak na penggunaan forum diskusi seperti
pada penggunaan teknologi. Diakui, blog, jejaring sosial, dan microblogging
hadirnya teknologi pada media now sangat genre media, semuanya pindah ke
membantu pekerjaan pewarta. Namun, platf­orm mobile. Hibridisasi tersebut salah
disisi lain juga adanya realita yang satunya mendorong terjadinya instan­sisasi
berkembang yakni aktivitas wartawan peliputan dan akhirnya me­ laku­
kan
mengutip berita atau menyadur berita tindakan kloning berita.
orang lain tanpa menyebutkan sumber. Kloning berita merupakan istilah
Selain itu, teknologi juga membuat yang sudah cukup akrab dikalangan
filosofi teori oknum pewarta menjadi insan media dan masyarakat umum.
tidak difungsikan. Budaya kerja santai, Namun di dunia wartawan sendiri tidak
memudahkan cara kerja karena teknologi pernah sepakat tentang istilah tersebut.
dianggap dapat memberikan informasi Kloning artinya mengambil, meniru,
yang mereka butuhkan. Padahal, proses menyamakan isi berita dengan media
kerja pewarta telah diatur dalam kode lainnya. Tindakan ini menjadi suatu yang
etik jurnalistik. Salah satunya mengatur melanggar kode etik jurnalistik ketika
tentang peliputan. Disebutkan diantara proses peliputan tidak menyebutkan
bentuk kejahatan di dunia peliputan yaitu asal atau sumber berita. Namun,
pengambilan berita tanpa menyebutkan berbeda istilahnya apabila sumber berita
sumber. Situasi ini sangat dirasakan disebutkan, yakni wartawan melakukan
ketika hampir disetiap media now re-write atau menulis ulang berita dengan
menurunkan pendapat dari narasumber merujuk pada sumber berita.
yang sama terkait isu yang sama pula. Wartawan adalah sebutan lain
Padahal kenyataannya narasumber hanya dari para pemburu berita, juru warta,
diwawancarai oleh satu atau dua media reporter, news gatter dan lainnya. Di dunia
saja. Artinya tidak semua wartawan hadir wartawan, mengenal dan mengakui
ketika adanya wawancara atau konferensi adanya hubungan wartawan sebagai
pers. Menyebarnya informasi tersebut, salah satu strategi berbagi informasi
diduga akibat perilaku oknum yang atau berita antar wartawan media massa.
mengambil, mengutip berita dari sumber Pada dasarnya adalah sama, yakni
utama tanpa menyebutkan sumbernya. proses tukar-menukar berita, namun
Media now berbasis teknologi dijadikan jika menggunakan istilah kloning berita
sebagai rujukan karena dinilai lebih cepat selalu merujuk pada kejahatan berita,
dalam pemberitaan dibandingkan media yakni mengambil berita orang lain tanpa
lainnya. menyebutkan sumber asli berita tersebut.
Teknologi pada media now dan Sedangkan, tukar menukar informasi,
media baru, tidak dapat dipungkiri telah merupakan aktivitas yang sama, namun
mengakibatkan terjadinya hibridisasi menyebutkan sumber berita.
informasi. Dylko dan McCluskey Fenomena kloning berita memang
Dasrun Hidayat dan Anisti, Wartawan Media Now.... 297

t erj adi dan tidak dap at dip un g k iri yang akurat dan bermanfaat jauh dari
bahw a ada s aja “ok n um” warta w a n harapan sebenarnya. Wartawan tidak
yang berlindung pada kekuatan lembaga la g i me n g in d a h k a n fu n g s i me d i a
media. Sebuah kejahatan dalam dunia massa sebagai sarana informasi utama
wartawan karena telah merampas hak masyarakat yang dinilai bertanggung
pemilik berita tanpa izin. Adanya praktik jawab. Masyarakat saat ini terdorong
kloning berita ini, disinyalir terjadi untuk lebih kritis mengonsumsi isi berita
karena lemahnya aturan yang diterapkan dan selektif dalam memilih saluran media
pada internal media. Tidak adanya saksi massa. Hal ini pula yang menyebabkan
yang tegas dari eksternal yakni lembaga reputasi dan citra wartawan dan media
pers atau dewan pers terhadap tindakan massa tertentu menjadi kurang baik
kloning berita tersebut, disamping dimata masyarakat. Pergeseran fungsi
karena kurangnya pengetahuan redaktur hubungan wartawan di era digital ini,
sehingga sulit membedakan hasil kloning menarik untuk ditelaah dan dibahas
dan buatan wartawanya. Tentu saja faktor dalam artikel ini sehingga menemukan
pengetahuan wartawan serta kegigihan jawaban atas permasalahan tentang
wartawan juga sangat mendominasi kloning atau aktivitas mengambil berita
terjadinya kejahatan kloning berita. tanpa mencantumkan sumbernya.
Tren kloning berita bisa saja
Metode Penelitian
dilakukan secara sadar maupun tidak
Penelitian ini menggunakan metode
disadari, seiring hadirnya media online,
deskriptif Public Relations (PR) yang
sehingga mempermudah insan pers untuk
bertujuan untuk mengetahui penilaian
menangkap isu berita. Terkadang media
orang lain atau publik terhadap wartawan
online dimanfaatkan oleh oknum yang
dan media terhadap fenomena kloning
enggan meliput kelapangan. Misalnya,
berita di era digital. Menurut Ardianto
cukup hanya mengupdate berita melalui
(2013:320) PR sangat sering menggunakan
telepon kantor atau telepon pribadi. Hal
p e n e litia n d e s k rip tif. Me tod e i ni
ini berdampak tidak baik bagi dunia
diaplikasikan untuk isu-isu sosial lebih
pemberitaan karena mengakibatkan
luas, seperti pembentukan opini publik.
proses kegiatan jurnalistik menjadi
Di dunia PR metode deskriptif terdiri
mandul, tidak berfungsi sesuai dengan
dari survei deskriptif, meneliti gambaran
kaidah media massa. Misalnya, mulai dari
situasi atau kondisi yang terjadi sekarang,
rapat redaksi untuk menentukan topik
dan survei eksplanatori atau penjelasan,
berita yang akan diangkat, menentukan
dikenal dengan metode penelitian sebab-
nara sumber, hunting hingga pada proses
akibat. Metode ini tujuannya untuk
penulisan dan penerbitan. Seyogyanya
mencoba menjelaskan keberadaan situasi
tahap demi tahap tersebut dilakukan
dan kondisi sekarang serta memberikan
secara normal, namun adanya media
penjelasan tentang opini dan sikap publik.
online sangat memicu kerja istans para
Pendekatan yang relevan pada
jurnalis atau wartawan. Semua tahapan
pe­n elitian ini adalah pendekatan
dipotong menjadi singkat bahkan secara
kualitatif. Pendekatan kualitatif me­
menyengaja mengcopi atau mengkloning
nekan­ kan pada makna, penalaran,
berita tanpa menyebutkan sumber berita.
definisi suatu situasi tertentu dalam
Tindakan instan wartawan tersebut
konteks tertentu, lebih banyak meneliti
sangat mempengaruhi kualitas isi atau
hal-hal yang berhubungan dengan
content media massa sehingga aspek
kehidupan sehari-hari. Pendekatan
tanggung jawab terhadap pemberitaan
kualitatif, lebih lanjut mementingkan
298 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 5, Juli 2015, hlm 295-303

proses dibandingkan dengan hasil akhir. dalam Mengemas Berita Online”. Unit
Urutan-urutan kegiatan dapat berubah analisis yakni kesan yang dibangun dalam
sewaktu-waktu tergantung pada kondisi aktivitas kloning berita di media online
dan banyaknya gejala-gejala yang dan relationship wartawan di era digital.
ditemukan. Pendekatan ini diarahkan Diharapkan unit yang dianalisis ini dapat
pada latar dan individu secara holistik menjawab permasalahan penelitian. Ada
atau utuh. Kualitatif secara epistimologi beberapa literatur review yang dijadikan
menekankan pada asumsi tentang sebagai tinjauan kajian ini. Beberapa kajian
hubungan peneliti dengan masalah yang dikutip dari jurnal international
yang diteliti, yaitu keterlibatan langsung menggambarkan tentang kehadiran tek­
dengan masalah yang diteliti. nologi dan dampaknya, meskipun tidak ada
Penelitian kualitatif menekankan yang mengangkat secara spesifik tentang
sifat realita yang terbangun secara sosial, cloning berita.
hubungan erat antara peneliti dengan Alasan yang baik untuk memeriksa
subjek yang diteliti dan penekanan pada kembali metodologis dan teoritis kerangka
makna situasi penyelidikan. (Denzin: kerja yang mendominasi disiplin
2009:06). komunikasi hari ini (Bennett & Iyengar,
Miller menekankan pada epistimologi 2008; Lang, 2013). Misalnya, lingkungan
penelitian yaitu hubungan peneliti dengan komunikasi saat ini ditandai dengan
masalah yang diteliti yakni bersifat hibridisasi besar media yang ada: berita
subjektif. Artinya peneliti berada di dalam koran Situs web sering menggabungkan
(internal) penelitian. Keterlibatan langsung forum diskusi, seperti menggabungkan
diharapkan dapat membantu peneliti dalam fungsi konten-sharing, situs web juga
menggali data lebih mendalam. Selain itu, menggabungkan blogging fitur, dan
kualitatif menekankan pada seting yang sebagainya (Karpf, 2011:503). Dylko dan
alami atau natural setting (2005:15). McCluskey (2014:502) berpendapat bahwa
Penelitian ini mencoba untuk seperti hibridisasi mengurangi kemampuan
melakukan interpretasi terhadap realita peneliti berteori tentang efek yang ada
kloning berita di era digital. Realtias dari bentuk media karena tumpang tindih
yang dibangun dengan tujuan untuk substansial dalam teknologi karakteristik
memahami opini dan sikap publik terhadap media. Selain itu, Teknelogi Informasi
realitas tersebut. Diharapkan pendekatan Komunikasi TIK mengubah perilaku
interpretatif dapat menggambarkan secara individu dengan cepat. Hal ini dapat
holistik tentang masalah yang terjadi dilihat dari fenomena penggunaan forum
yakni kegiatan kloning dan penyaduran diskusi seperti blog, jejaring sosial, dan
berita dari sumber berita lainnya. Realitas microblogging genre media, yang semuanya
dibangun secara alami berdasarkan data- sekarang pindah ke platform mobile. Dylko
data yang dikumpulkan dari pengamatan dan McCluskey (2014:501) menyatakan
selama melakukan penelitian di lapangan. bahwa percepatan seperti pembangunan
Adapun informan penelitian ditentukan ICT dapat mengurangi kemampuan teori
secara purposive sampling. Informan sehingga memunculkan dampak media
berprofesi sebagai wartawan media now di dimasa mendatang.
kota Bandung.
Kesan Media Now Dimata Publik
Hasil Penelitian dan Pembahasan Hidayat dalam bukunya Media
Pada bagian ini penulis memaparkan Cyber Public Relations (2014:95) media
beberapa unit analisis dari masalah now merupakan media berbasis
penelitian tentang “Wartawan Media Now teknologi internet. Konvergensi atau
Dasrun Hidayat dan Anisti, Wartawan Media Now.... 299

penggabungan media konvensional dari media sebelumnya (update news).


dengan kontemporer. Teknologi baru Istilah lainnya adalah follow up news
yang mendorong kerja lebih praktis, cepat atau berita pengembangan dari sumber
dan ekonomis. Hampir semua perusahaan awal dengan sudut pandang berbeda.
menggunakan media online sebagai Hadirnya media online seharusnya
akses informasi, tak terkecuali media dijadi­kan sebagai data awal sehingga
massa. Media online seringkali dijadikan penting bagi wartawan untuk melakukan
sebagai data primer oleh wartawan tanpa konfirmasi atas kebenaran informasi
melakukan croschek dari sumber berita. tersebut.
Wartawan dengan mudahnya melakukan Kegiatan kloning berita sebenarnya
copy paste berita tanpa menyebutkan dapat dideteksi sejak dini oleh redaktur,
sumber pengutipan. Data media online karena sebagai gatekeeper, redaktur
seharunya tidak dijadikan sebagai data memiliki pengatahuan dan pengalaman
primer tapi sebagai data awal saja atau yang lebih dibandingkan wartawan.
pijakan wartawan untuk mencari berita Selain itu, redaktur seharusnya lebih
di lapangan. Namun pada kenyataannya berhati-hati terhadap hasil pekerjaan
ada saja oknum pewarta bertindak curang para awak media. Sangat disayangkan
sehingga berita yang diangkat dimedia kegiatan menyadur berita dari media
online seringkali sama dengan media online, justru seringkali ide awalnya
online lainnya. dari redaktur. Redaktur meminta untuk
“Seharusnya pada saat kloning berita mengambil dari sumber orang lain,
wartawan hendaknya menyebutkan dengan catatan direkonstruksi dengan
sumber, melakukan konfirmasi sebelum merubah lead dan menambahkan sumber
menulis berita. Kloning memang ada berita. Kepercayaan redaktur malah
dan hal ini terjadi antar sesama media
online maupun dengan media cetak. disalah gunakan, sehingga akhirnya
Realitas kloning berita memang sering terjadi kloning berita. Ditambah lagi
terjadi namun, hal ini terjadi pada kondisi kurangnya kontrol dari redaktur atas
darurat dengan alasan dikejar deadline
dan memang seringkali disalahgunakan hasil kerja dari para awak media.
dengan seolah-olah berita yang ditulis “Iya redaktur nggak bisa nutup mata kalo
berasal dari liputan si wartawan ada wartawannya melakukan kloning
langsung. Sebetulnya kalo disebutkan berita karena redaktur yang seringkali
sumber bukan kloning tapi pengutipan memberikan ide awal dari media online.
dari sumber awal atau sekunder yang Hanya saja wartawan malas dan tidak
harus dikembangkan lagi ke lapangan mengerjakan sesuai dengan keinginan
dan wawancara dengan sumber berita.” redaktur. Parahnya lagi pada saat naik
Hasil wawancara informan 11 Maret 2015. cetak atau dipublikasikan redaktur kurang
ditel mengeceknya. Seharusnya memang
Kloning berita pada realitasnya redaktur gerbang terakhir mengecek
tidak terjadi secara masif, hanya oknum isi berita yang dapat dipertanggung
pewarta yang ingin mendapatkan berita jawabkan.” Hasil wawancara informan
11 Maret 2015.
secara instan dengan berlindung pada
“deadline” sehingga menutup mata Kloning berita sudah menjadi realitas
dengan standar pemberitaan. Di dunia di dunia wartawan bahkan menjadi
wartawan tidak membenarkan tindakan sebuah kebudayaan karena telah menjadi
kloning berita, tapi dibenarkan istilah kesepakatan yang secara tidak formal
pengutipan atau menyadur data dari bagi sebahagian wartawan. Meskipun ada
berita media lain untuk dijadikan sebagai wartawan yang menolak keras tindakan
data awal yang dapat dikembangkan kloning berita karena dinilai sebagai
sebagai bahan berita baru atau lanjutan kejahatan jurnalistik. Upaya kloning
300 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 5, Juli 2015, hlm 295-303

meskipun tidak ada kesepakatan antar kerja melalui teknologi sehingga dapat
media dan wartawan, antar owner media membimbing praktik jurnalistik di era
dan lainnya. Tindakan kloning berita juga industri teknologi. Wartawan Update
tidak terstrukutur melainkan mengalir dengan teknologi tentunya diharapkan
karena faktor kebutuhan berita yang dapat mengenali aplikasi dari prinsip-
seringkali sulit untuk dicapai, disamping prinsip teknologi melalui studi kasus
faktor lain seperti efisiensi dan kemalasan yang berkembang sehingga dari kasus
wartawan. tersebut dapat diambil beberapa prinsip
Kehadiran media now secara tidak yang memiliki kemiripan sebagai contoh
sadar telah membangun situasi baru yaitu skenario atau cara kerja wartawan.
situasi dimana wartawan dikondisikan Hal serupa dipertegas oleh Tench
untuk pragmatis dan tidak aktif. Gruning and Yeomans (2006:483) dalam bukunya
dan Hunt dalam teorinya situational theory Exploring Public Relations; recognise of this
menegaskan bahwa dampak dari situasi impact of technologi, describe the key features
yang diciptakan dapat berupa positif dan of the technology industry relevant to public
negatif. Publik selalu aktif mengamati relations practice, identify the audiences
dan mencerna setiap informasi yang targeted by the technology inustry, detail the
disampaikan. Demikian pula publik features of the industry that challenge public
akan bersikap apatis ketika publik tidak relation practice, identify key principles
menemukan informasi yang dapat guiding the practice of public relations in the
dipertanggung jawabkan. Dikhawatirkan technology industry, recognise applications of
aktivitas kloning berita juga dapat these principles through case studies, apply
berdampak pada situasi publik. Muncul some of these priniples to example scenarios.
ketidak percayaan terhadap pemberitaan Profesi sebagai wartawan dituntut
sehingga publik lebih memilih apatis. untuk memahami dengan baik tata
Relationship Wartawan Media Now cara kerja untuk memaksimalkan isi
Wartawan di era digital didorong berita sesuai dengan fakta yang ada
agar mampu bekerja dengan me­ ma­ dan menggunakan bahasa yang baik
du­­kan kemampuan antara konsep ke­ dan benar dengan dilandasi oleh rasa
warta­w anannya dengan per­k embang­ tanggung jawab dan beretika. Wartawan
an update tentang media now. Tidak dapat dikelompokkan sebagai wartawan
dapat dipungkiri kehadiran teknologi profesional, freelance, koresponden dan
sangat membantu pekerjaan wartawan wartawan kantor berita. Semua jenis
di media now. Membantu wartawan wartawan pada prinsipnya bertugas
dalam mengenali dampak dari teknologi sebagai jurnalis untuk mencari informasi
yang berkembang saat ini. Selain itu, dan disampaikan kepada masyarakat.
wartawan juga dapat memprediksi dan Kesamaan profesi sebagai wartawan
menggambarkan kunci dari industri menjadi salah satu faktor penyebab ke­
teknologi yang relevan dengan praktik dekatan hubungan antar jurnalis. Ada­
jurnalistik disetiap dan jenis media. nya rasa senasib-sepenanggungan, ke­
Disamping itu, wartawan juga mampu samaan tanggung jawab mendorong
mengidentifikasi khalayak sasaran ter­­
bentuknya kebersamaan. Hal ini
industri teknologi serta memahami dilakukan semata-mata untuk saling
secara detail tentang program-program men­­ dukung profesi mereka. Akan
dari teknologi yang dapat digunakan tetapi, pada realitasnya kebersamaan
dalam praktik jurnalistik. Hal ini untuk tersebut ada yang menyalahartikan se­
mengidentifikasi prinsip-prinsip kunci hingga fungsinya pun disalah gunakan.
Dasrun Hidayat dan Anisti, Wartawan Media Now.... 301

Misalnya, hubungan dijadikan sebagai daerah, namun saat ini situasi beralih
alat untuk mempermudah pencapaian kepada teknologi media. Sangat
target berita dengan melakuan kloning disayangkan, apabila teknologi media
berita, mengutip, mengambil berita orang now dijadikan sebagai rekan kerja utama.
lain tanpa menyebutkan sumber aslinya. Padahal, relasi yang perlu dibangun adalah
Jalan pintas atau instanisasi seperti ini relasi antar wartawan untuk kepentingan
memang terjadi, seiring dengan beban tukar-menukar informasi yang lebih akurat.
atau target pemberitaan yang ditetapkan Artinya pertukaran informasi sebagai data
oleh redaktur berita. Saat ini kloning awal yang dapat dikembangkan lebih
berita terjadi begitu mudah seiring mendalam oleh para wartawan sesuai
hadir­nya teknologi. Semua serba praktis dengan kebutuhan dari masing-masing
sehingga media dan wartawan terkadang media.
tidak ingin direpotkan dengan proses “Dulu mah kita ngga mengakui adanya
peliputan yang panjang dan biaya yang kloning berita, yang ada dulu sistem
besar seperti zaman sebelum hadirnya kontributor berita, menempatkan
wartawan sebagai perwakilan di setiap
media online. daerah. Tujuannya untuk menghendel
Kehadiran media now juga mem­ pemberitaan daerah tanpa yang di pusat
ba­n gun situasi baru terhadap cara repot-repot mengerjakannya lagi. Tapi,
sekarang hanya media-media tertentu
kerja wartawan. Wartawan saat ini yang masih bertahan menempatkan
menganggap hubungan atau relationship kontributor, justru kebanyakan media
yang paling dekat adalah teknologi. sekarang menarik kontributor dengan
alasan penghematan, tidak efektif dan
Terjadi perubahan sikap dan perilaku lainnya. Saat ini media lebih memilih
wartawan seiring dengan perkembangan berhubungan dengan media online
teknologi sehingga tidak bisa dipungkiri sebagai rujukan bahkan bahan utama
pemberitaan. Nah ini yang sebenarnya
bahwa citra atau image wartawan saat saya secara pribadi menolak, karena dapat
ini terkesan pragmatis hanya memper­ merusak citra wartawan. Semestinya,
hatikan tujuan dan manfaat tanpa me­ proses jurnalistik tetap harus dijalankan
sesuai dengan kaidahnya. Tapi, lagi-
nge­depankan proses yaitu standar dan lagi media maupun wartawan nggak
etika peliputan. Gruning dan Hunt mau repot …iya begini akhirnya.” Hasil
dalam situational theory berasumsi bahwa wawancara informan 17 Maret 2015.
situasi yang dibangun akan mendorong
Pergeseran situasi hubungan wartawan
terjadinya dua kemungkinan yaitu publik tentu merubah perilaku wartawan. Jika
aktif atau apatis terhadap informasi yang sebelumnya terjadi jaringan informasi
disampaikan. Situasi apatis juga tidak berbasis wartawan dengan wartawan atau
hanya berdampak pada publik dari media person to person, namun saat ini jaringan
massa akan tetapi situasi yang dibangun yang terbentuk adalah wartawan dengan
pada media now juga membangun sikap teknologi. Sejak adanya media now
apatis antar wartawan. Satu dengan lain­ merubah cara pandang wartawan dengan
nya seperti tidak membutuhkan karena mengutamakan media online sebagai
merasa adanya teknologi yang dapat sumber bukan wartawan atau koresponden
mem­ bantu aktivitas mereka. Situasi di daerah. Meskipun masih ada media yang
dengan kehadiran teknologi di media mempertahankan kebijakan koresponden
now ini tentu saja sangat mempengaruhi sebagai sumber berita di setiap daerah.
hubungan atau relationship wartawan. Mencermati cara wartawan media
Perubahan situasi dari sebelumnya now dalam mengemas berita, sebenarnya
warta­wan lebih mengenal istilah kontri­ jauh sebelum teori situasional ini hadir,
butor pemberitaan yang ada disetiap McLuhan melalui teori ekologi media
302 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 5, Juli 2015, hlm 295-303

dalam Griffin (2011:324) dijelaskan bahwa melakukan tindakan yang melanggar.”


perkembangan media akan merubah Hasil wawancara informan 11 Maret 2015.
perilaku individu. Di awali dari era tribal, Kegiatan dan hubungan antar
literasi, cetak hingga elektronik. Setiap era wartawan diakui lebih baik sebelum
media tentu saja melahirkan generasi yang adanya peran teknologi. Jika ditinjau dari
berbeda. Demikian pula perkembangan aspek tanggung jawab terhadap isi berita,
media di era elektronik yang telah
seringkali wartawan saat ini terlalu terburu-
mengarah pada era digital. McLuhan
buru untuk mempublikasikan tanpa
mengilustrasikan seperti kampung besar,
melakukan croschek terlebih dahulu. Berbeda
artinya bahwa jarak komunikasi tidak
dengan era konvensional, wartawan benar-
menjadi hambatan. Meskipun dibatasi
benar bekerja keras, membangun hubungan
ruang dan waktu, namun satu dengan
dengan wartawan di setiap daerah, seperti
lainnya seolah berada dalam satu tempat.
kabupaten-kabupaten sebagai titik sumber
Hal ini pula yang dirasakan oleh para
berita daerah. Namun, saat ini hubungan
wartawan media now. Mereka menilai
atau relationship wartawan seakan sudah
bahwa teori tentang kegiatan peliputan
dianggap tidak penting. Justru teknologi
harus ke lapangan secara langsung, saat
yang dijadikan sebagai wujud “wartawan”
ini sudah mulai diabaikan. Mereka lebih
baru bagi para wartawan itu sendiri.
memilih membangun hubungan melalui
Mereka lebih percaya dengan berita yang
media now berbasis teknologi.
disampaikan oleh media online sehingga
Perubahan sifat hubungan wartawan
dijadikan rujukan pemberitaan dimedia
dari wartawan ke teknologi, dikhawatirkan
lainnya.
dapat memperkuat citra tentang buruknya
Selain bergesernya fungsi hubungan
kualitas pemberitaan, sehingga publik
antar wartawan, hadirnya teknologi pada
akan lebih apatis. Selain itu, menjadi
media now juga mengakibatkan kompetensi
konstruksi publik seakan membenarkan
wartawan menjadi menurun. Akibatnya
adanya praktik kloning berita, meskipun
lahir wartawan-wartawan yang tidak
jika ada hal ini dilakukan oleh para oknum.
memiliki kemampuan sehingga dalam
Sebenarnya di dunia wartawan tidak
menjalankan tanggung jawabnya selalu
mengakui adanya kloning berita, tapi lebih
melakukan tindakan instan seperti kloning
kepada tukaran informasi sesama wartawan
berita. Ulah beberapa oknum wartawan
atau menjadikan media lain sebagai sumber
tersebut sangat mempengaruhi citra
berita sekunder. Jika memang ada kloning
keberadaan media massa pada umumnya.
berita secara terang-terangan itu dilakukan
Kegiatan kloning berita dengan tidak
oleh oknum yang biasanya terjadi dimedia
menyebutkan sumber berita menjadi
“tanda kutip” hal ini terjadi karena tidak
masalah lama yang belum tuntas di
ada kontrol dan pengetahuan dari redaktur
lingkungan budaya kerja media. Budaya
serta aturan main dari perusahaan internal
yang secara tidak sengaja atau memang
media yang tidak tegas untuk menetapkan
telah disepakati untuk melakukan tukar-
punishment.
menukar berita sehingga realitas ini menjadi
“Sebenarnya harus ada kontrol dari bahan konstruksi wartawan media massa
redaktur sebagai gatekeeper, tapi
sayangnya justru terkadang redaktur dan publik.
yang meminta ke wartawan untuk
melakukan kloning berita. Nggak ada Simpulan
ketegasan dari redaktur justru seolah- Kehadiran media now merubah
olah mendukung perilaku wartawan. situasi cara kerja wartawan atau para
Semestinya redaktur tegas, dikeluarkan
aturan internal agar wartawan takut pemburu berita. Cara yang instan sehingga
Dasrun Hidayat dan Anisti, Wartawan Media Now.... 303

memperkuat adanya aktivitas kloning Hidayat, Dasrun. (2014). Media Public


berita. Situational theory menekankan bahwa Relations: Pedekatan Studi Kasus Cyber
situasi perubahan cara kerja wartawan Public Relations sebagai Metode Kerja
dapat menimbulkan dua kemungkinan PR Digital. Jogjakarta: Graha Ilmu.
yaitu publik aktif dan publik apatis terhadap
Shoemaker, Pamela. Reese. D Stephen.
informasi. Media now berbasis teknologi
(1996). Mediating The Message. USA:
semestinya dijadikan sebagai data awal
Logman Publishers.
atau sekunder, bukan ditiru dan dijadikan
data utama tanpa melakukan pembaharuan Tench, Ralph. Yeomans, Liz. (2006).
terhadap isi berita. Kesan yang terbangun Exploring Public Relations. England:
adalah bahwa media now menjadi sumber Peason EZducation Limited.
utama berita sehingga terjadi pergeseran
hubungan wartawan dalam menempatkan Referensi Journal International
relasi berita. Jika sebelum hadirnya media Bennett, W. L., & Iyengar, S. (2008). A new
now hubungan yang dibangun antar era of minimal effects? The changiof
wartawan, saat ini wartawan membangun political communication. Journal of
hubungan dengan teknologi media. Communication, 58, 707–731.
Daftar Pustaka Eveland, W. P. (2003). A ‘‘mix of attributes’’
Ardianto, Elvinaro. (2011). Handbook of approach to the study of media
Public Relations. Bandung: Simbiosa ecommunication technologies. Journal of
Rekatama Media Communication, 53, 395–410.
Ardianto, Elvinaro. (2010). Metodologi Dylko. (2014). Using Technological Attributes
Penelitian Untuk Public Relations. to Study Online Media: The Case of
Bandung: Simbiosa Rekatama User-Generated Content. Journal of
Media. Broadcasting & Electronic Media
Cutlip, Center, Broom. (2011). Effective 58(4), pp. 501–521. ISSN: 0883-8151
Public Relations: Edisi Kesembilan. print/1550-6878 online.
Jakarta: Kencana. Dylko, I. B., Beam, M., Landreville, K.,
Craig, Muller. (2007). Theorizing Commu­ & Geidner, N. (2012). Filtering 2008
nica­tion. United Kingdom: Sage Publi­ presidential election news on YouTube by
cations. elites and nonelites: An examination of the
democratizing potential of the Internet.
Denzin, Lincoln. (2012). Hand Book of New Media & Society, 14, 832–84.
Qualitative. Jogjakarta: Pustaka
Pelajar Dylko, I. B., & McCluskey, M. (2012). Media
effects in an era of rapid technological
Griffin, EM. (2011) A First Look At transformation: A case of user-generated
Communication Theory. Eighth content and political participation.
Edition.USA: Mc Graw Hill. Communication Theory, 22, 250–278.
MODEL KOMUNIKASI PEMASARAN PAGUYUBAN BATIK
TULIS

Fera Nurficahyanti

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta, Jln Babarsari No. 2 Yogyakarta,
No Telp. (0274) 485268,
Email: ferranurcahyo@yahoo.com

Abstract
This study aims to find strategic model for marketing communications of Paguyuban Batik Tulis Giriloyo
Bantul in increasing sales. Type of research is qualitative research. Data are collected by observation, document
review and interview. The result shows that marketing communication strategy of Paguyuban Batik Tulis
Giriloyo Bantul is still familial and simple. The biggest supporting factor in terms of marketing is Yogyakarta
get new name predicate as the World Batik City so more people use batik. Inhibiting factor in the marketing
communication strategy is lack of competence of marketing division.

Key Words: Batik, Marketing Communication Strategy.

Abstrak
Penelitian ini bertujuan menemukan model strategi komunikasi pemasaran di Paguyuban Batik
Tulis Giriloyo Bantul dalam meningkatkan penjualan. Jenis penelitian yang dilakukan adalah
penelitian kualitatif. Data dikumpulkan melalui observasi, kajian dokumen dan wawancara. Hasil
penelitian menunjukkan strategi komunikasi pemasaran Paguyuban Batik Tulis Giriloyo Bantul
masih bersifat kekeluargaan dan sederhana. Faktor pendukung pemasaran ialah dinobatkannya
Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia yang menjadikan makin banyak orang menggunakan kain
batik. Faktor penghambat dalam strategi komunikasi pemasaran yaitu divisi pemasaran mengalami
kesulitan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten.

Kata kunci: Batik, Strategi Komunikasi Pemasaran.

Pendahuluan makna, corak, warna, proses pembuatan,


Indonesia terkenal akan kekayaan hingga cara pemakaiannya.Kabupaten
buda­ yanya. Salah satu diantaranya Bantul merupakan salah satu Kabupaten
ada­­
lah batik beraneka motif. Banyak yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta.
daerah di Indonesia memiliki motif batik Seperti kota lainnya, Kabupaten Bantul
sendiri, namun batik paling identik memiliki perajin batik dibawah naungan
dengan bangsa Indonesia adalah batik Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul.
dari “Jawa”. Batik merupakan kain Salah satunya ialah perajin batik tulis di
bergambar yang melalui beberapa proses Giriloyo Bantul yang memiliki lebih dari
dan tahapan dalam pembuatannya.Batik enam ratus (600) perajin batik.
pertama kali diperkenalkan kepada dunia Pada tahun 2015, jumlah perajin batik
oleh Presiden Soeharto saat menghadiri di Kabupaten Bantul semakin bertambah.
konferensi PBB. Padatanggal 2 Oktober Penambahan jumlah perajin batik ini
2009, UNESCO menetapkan batik sebagai karena didukung dengan penetapan
Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia.
Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Penetapan Yogyakarta sebagai Kota Batik
Oral and Intangible Heritage of Humanity) dunia diserahkan kepada GKR Pembayun
yang dinobatkan untuk Indonesia. pada peringatan 50 tahun Organisasi
Seiring dengan perubahan zaman, Dewan Kerajinan Dunia (WWC) di
batik semakin berkembang mulai dari motif, Dongyang, Tiongkok, pada 18-23 Oktober
Fera Nurficahyanti, Model Komunikasi Pemasaran.... 305

2014. Semakin banyak perajin batik baru saran. Dalam penelitian ini penulis
yang muncul dengan adanya penobatan melakukan penelitian di Paguyuban
ini dan mengharuskan Paguyuban Batik Batik Tulis Giriloyo Bantul. Batik Giriloyo
Tulis Giriloyo Bantul mempunyai strategi terkenal memiliki batikan tangan warisan
untuk memasarkan produk. leluhur turun-temurun dengan motif
Persaingan bisnis menuntut setiap keraton yang halus, dengan ciri khas
ke­lompok perajin batik mencari strategi warna soga (coklat). Beragam motif batik
khusus. Di Kabupaten Bantul, sentra batik diproduksi disini setiap harinya.
Giriloyo masuk ke dalam wilayah Desa Beberapa strategi harus terus dikem­
Wukirsari Kecamatan Imogiri. Sentra ini bangkan oleh Paguyuban Batik Giriloyo
me­miliki sebuah paguyuban batik bernama Bantul agar bisa meningkatkan penjualan.
Paguyuban Batik Tulis Giriloyo Bantul Komunikasi yang baik antara pihak
yang terdiri dari 13 kelompok kecil perajin internal dan eksternal organisasi harus
batik dengan jumlah lebih dari enam dibina dengan baik agar hubungan dengan
ratus (600) perajin yang tersebar di enam pelanggan dapat berjalan. Hubungan
pe­ dusunan di wilayah Giriloyo Bantul. dengan pelanggan merupakan poin pen­
Dengan banyaknya jumlah perajin dalam ting dalam sebuah industri bisnis, hal
bentuk organisasi kelompok, diperlukan tersebut dilakukan untuk meninggalkan
sebuah pola hubungan baik dimana nan­ kesan yang baik pada persepsi konsumen
ti­­
nya hubungan anggota-anggota dalam bahwa produsen mampu membangun
kelompok memiliki peran penting. Hubu­ komunikasi. Dalam membangun se­
ngan anggota-anggota dalam ke­ lompok buah komunikasi dibutuhkan adanya
me­miliki peranan penting dalam me­ning­ strategi yang nantinya akan menjurus
katkan moral dan produktifitas mereka pada strategi berkomunikasi dalam hal
terlepas dari apakah kondisi kerja ter­sebut pemasaran produk.
baik atau buruk (Mulyana. 2006: 60). Dilihat dari sudut pandang pro­dusen,
Munculnya kelompok perajin baru konsumen individu atau kon­su­men institusi
di Yogyakarta khususnya di Kabupaten merupakan bagian pen­ting dalam industri
Bantul membuat persaingan dalam dunia bisnis. Keduanya menyerap produk yang
bisnis semakin ketat, para perajin juga ditawarkan pelaku usaha di arena pasar.
dihadang dengan tugas mencari strategi Tanpa konsumen tidak mungkin suatu
yang tepat dalam memasarkan produk­ usaha dapat berkembang (Nitisusastro,
nya. Setiap industri dituntut bersaing 2012: 27). Artinya, dalam sebuah hubungan
secara kompetitif dalam menciptakan membutuhkan lebih dari satu orang dan
dan memasarkan produk sesuai dengan hubungan tersebut harus mampu dijaga
keinginan konsumen. dengan baik agar dapat berkelanjutan.
Strategi pemasaran pada dasarnya Produsen yang menjalin komunikasi atau
merupakan pola langkah atau pola pikir hubungan baik dengan konsumen memiliki
yang harus dijalankan dan atau harus potensi yang besar dalam memajukan
di­jalan­
kan di masa yang akan datang, usahanya.
setidaknya dalam kurun waktu tertentu. Produsen harus menjaga hubungan
Pola pikir dan pola langkah tersebut harus baik dengan konsumen. Jika konsumen
diselaraskan searah dengan tujuan dan suka dengan produk dan produsen cerdas
sasaran yang ingin dicapai (Nitisusastro, dalam menawarkan, konsumen akan
2012: 13). setia dengan produk yang ditawarkan
Fokus penelitian yang penulis laku­ dan menciptakan profit tersendiri bagi
kan adalah strategi komunikasi pema­ produsen. Hubungan baik penting karena
306 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 5, Juli 2015, hlm 304-313

produsen dapat mengidentifikasi atau Giriloyo adalah para wisatawan yang


mengetahui kepuasaan konsumen ter­ ber­kunjung ke Yogyakarta dankonsumen
hadap barang yang ditawarkan. Dalam kelas menengah atas. Tetapi kurangnya
buku perilaku konsumen dalam perspektif pemahaman masyarakat terhadap seluk
kewirausahaan, dijelaskan bahwa dalam beluk dan kualitas batik dengan baik
memahami apa, siapa, dan mengapa, mengurangi kesadaran terhadap peng­
konsumen, perlu dipelajari tentang hargaan batik tulis yang dibuat dengan
berbagai perbedaan dan kesamaan relatif proses yang lama, rumit, dan memiliki
karakteristik yang melekat pada konsumen nilai-nilai filosofi yang luhur.
(Nitisusastro , 2012: 28). Komunikasi yang Strategi yang kedua yang diterapkan
baik antara satu pihak dengan pihak lain­nya ialah dengan menelaah keunggulan
akan mempermudah tercapainya tujuan. produk yang dimiliki. Perajin dan
Keadaan demikianlah yang menunjukkan pengurus Paguyuban memiliki ke­
berhasilnya suatu proses komunikasi yang sadar­an dan pemahaman yang dalam
berlangsung antara kedua belah pihak mengenai batik yang dihasilkan serta
termasuk dalam hubungan produsen dan bagaimana cara memproduksinya. Batik
kon­sumen. Ada­ pun tujuan penelitian ini tulis Giriloyo memiliki karakteristik
adalah me­nemukan model strategi komu­ unik yang menjadi keunggulan produk
nikasi pe­masaran bagi Paguyuban Batik yang dihasilkan oleh masyarakat Giriliyo.
Tulis Giriloyo Bantul dalam mening­kat­kan Kelebihan produk batik tulis Giriloyo adalah
penjualan. hasil batikan yang benar-benar dikerjakan
Metode Penelitian tanpa bantuan mesin atau alat. Motif yang
Jenis penelitian yang dilakukan adalah dihasilkan hampir seluruhnya motif klasik
penelitian kualitatif, yaitu metode penelitian Keraton Yogyakarta yang rumit. Perbedaan
yang berlandaskan pada filsafat postpositi- antara batik tulis dari Paguyuban Batik Tulis
visme, digunakan untuk meneliti pada kon- Giriloyo dengan batikan wilayah lain ialah
disi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya dalam hal proses pewarnaan. Hampir semua
adalah eksperimen) dimana peneliti adalah proses pewarnaan menggunakan pewarna
sebagai instrumen kunci (Sugiyono, 2008: alami untuk mempertahankan kualitas
9). Subjek penelitian ini para perajin batik produk hasil batikan. Selain menghasilkan
yang terdaftar pada paguyuban batik tulis produk batik, Paguyuban Batik Tulis
Giriloyo Kabupaten Bantul D.I.Yogyakarta. Giriloyo Bantul menjual paket wisata
Metode pengumpulan data dengan wawan- pelatihan membatik yang diperuntukkan
cara mendalam mengenai strategi komuni- bagi masyarakat umum. Selain memiliki
kasi pemasaran yang selama ini dilakukan tujuan mendapatkan keuntungan, mereka
serta faktor pendukung dan penghambat memiliki misi memperkenalkan batik
pelaksanaan strategi tersebut. Selain itu pe- kepada masyarakat luas.
neliti juga melakukan observasi dan doku- Dalam memasarkan produknya,
mentasi atas perkembangan komunikasi Paguyuban Batik Tulis Giriloyo Bantul
pemasaran selama 6 bulan di Bantul. melakukan promosi penjualan yang
dilakukan secara langsung atau dengan
Hasil Penelitian dan Pembahasan
tatap muka. Kegiatan promosi penjualan
Strategi Komunikasi Pemasaran yang dilakukan oleh Paguyuban Batik
Paguyuban Batik Tulis Bantul Tulis Giriloyo Bantul adalah mengikuti
dalam menjalankan strategi komunikasi kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh
pemasaran menggunakan teknik iden­ pemerintah baik itu pemerintah pusat
tifikasi pasar. Pasar dari batik tulis maupun pemerintah daerah dengan cara
Fera Nurficahyanti, Model Komunikasi Pemasaran.... 307

mendaftarkan Paguyuban ke instansi Tulis Giriloyo Bantul ke Disperindakop,


peme­ r intah seperti Disperindakop, KKPD, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Dekranas, Bagian Kerjasama, serta Dinas Kabupaten Bantul, dan Dekranas.
Kebudayaan dan Pariwisata.
Faktor Pendukung dan Faktor Peng­
Berdasarkan hasil penelitian yang di­
hambat
dapatkan untuk meningkat pen­jual­an me­
Pada kegiatan pemasaran, terdapat
lalui strategi komunikasi yang dijalankan
faktor pendukung dan faktor penghambat
oleh Paguyuban Batik Tulis Giriloyo Bantul
yang mempengaruhi efektivitas kegiatan
maka terdapat dua strategi yang bisa
komunikasi pemasaran Paguyuban
diterapkan yaitu : 1) Strategi Komunikasi
Batik Tulis Giriloyo Bantul dalam upaya
ke Dalam (Internal). Membangun sebuah
me n in g k a tk a n p e n ju a la n n y a . Da r i
sistem komunikasi yang hangat antar
ob­s ervasi dan wawancara yang telah
anggota, komunikasi ini terjadi pada saat
dilakukan peneliti maka hasil analisis
kegiatan-kegiatan yang sering dilakukan
adalah sebagai berikut :
secara bersama. Contohnya pada rapat
anggota Paguyuban Batik Tulis Giriloyo Faktor Pendukung
Bantul yang rutin setiap bulan dilakukan Bulan April 2014 World Crafts Council
yakni setiap tanggal 15 (lima belas). Pada (WCC) wilayah regional Asia Pasific,
kegiatan ini setiap anggota bertukar sebuah lembaga swasembada bertaraf
pikiran dengan suasana kekeluargaan intenasional yang berafiliasi dengan
namun tetap serius. Seperti dalam visi UNESCO menetapkan Yogya­karta sebagai
Paguyuban Batik Tulis Giriloyo Bantul Kota Batik Dunia. PenobatanYogyakarta
yakni terwujudnya rasa kekeluargaan dan sebagai Kota Batik Dunia memberikan
kebersamaan dalam suatu lingkungan d a mp a k p o s itif ba g i P a g u y u ba n
keluarga. Hal ini menjadikan atmosfer Batik Tulis Giriloyo Bantul. Sebelum
keke­ l uargaan untuk berkomunikasi Yogyakarta mendapatkan gelar ini,
ber­tukar pikiran terjaga. Melalui rapat sempat terjadi kelesuan dari masyarakat
rutin pengurus yang diikuti oleh dewan dalam membeli batik. Namun sekarang,
penasihat Paguyuban ini setiap anggota banyak orang menjadi lebih cinta batik.
dapat bertukar pikiran mengenai harapan, Dukungan lain datang dari Peme­
keinginan, permasalahan, hingga tujuan rintah Daerah Kabupaten Bantul melalui
yang ingin dicapai selanjutnya baik Dewan Kerajinan Kabupaten Bantul,
dalam ranah Paguyuban Batik Giriloyo Disperin­d akop, Badan Lingkung­a n
Bantul atau jika ada permasalahan Hidup Kabupaten Bantul, serta Dinas
di setiap kelompok kecil. 2) Strategi Kebudayaan dan Pariwisata dalam upaya
Komunikasi Keluar (eksternal). Strategi mendukung kegiatan komunikasi pe­
ini memiliki kewajiban dimana Paguyuban masaran Paguyuban Batik Giriloyo Bantul.
Batik Tulis Giriloyo Bantulmerupakan Hal ini ditunjukkan dengan pem­ berian
wadah bagi seluruh perajin batik yang bantuan berupa alat dan pelatihan.
berjumlah lebih dari enam ratus (600) Dengan terdaftarnya Paguyuban
perajin batik untuk melakukan segala Batik Tulis Giriloyo Bantul sebagai usaha
bentuk kegiatan berkaitan dengan yang diakui keberadaannyamenjadikan
hubungan kepada pemerintah, Lembaga peluang bagi Paguyuban Batik Tulis
Swadaya Masyarakat (LSM), Organisasi, Giriloyo Bantul dalam kegiatan pe­
Konsumen dan Perguruan Tinggi. masaran karena diikut sertakan meng­
Kegiatan–kegiatan ini beragam mulai ikuti pameran seperti InaCraft, TextCraft,
dari mendaftarkan Paguyuban Batik Jogja Fashion Weeksecara gratis.
308 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 5, Juli 2015, hlm 304-313

Kebijakan baru dibuat pemerintah ke wilayah ini. Diperlukan daerah yang


dalam mendukung penobatan Yogyakarta lebih tinggi atau keluar dari sentra batik
sebagai Kota Batik Dunia dan kegiatan Giriloyo jika ingin mengunggah foto batik
produksi perajin batik yaitu pegawai bagi pengurus Paguyuban Batik Tulis
pemerintah wajib menggunakan seragam Giriloyo Bantul divisi pemasaran. Tidak
batik pada hari tertentu setiap minggunya. hanya itu, letak geografis yang kurang
Selain itu pegawai non pemerintah, strategis juga menjadi faktor penghambat
hingga anak sekolah wajib memiliki batik kegiatan pemasaran.
dan memakainya pada hari tertentu. Belum adanya fasilitas mesin ATM
Kebijakan ini sesuai dengan Peraturan dan mesin gesek diakui oleh perajin
Bupati Kabupaten Bantul Nomor 32 dan pengurus Paguyuban Batik Tulis
Tahun 2014 tentang Pakaian Dinas Giriloyo Bantul yang menjadikan salah
Aparatur Pemerintah di Lingkungan satu kendala besar di bidang pemasaran.
Pemerintah Kabupaten Bantul sejalan Banyak pengunjung yang datang tidak
dengan Peraturan Gubernur Daerah membawa uang tunai. Sedangkan
Istimewa Yogyakarta Nomor 72 Tahun keberadaan mesin atm sangat jauh.
2008 tentang Budaya Pemerintahan Pengunjung harus keluar dari sentra batik
di Daerah Istimewa Yogyakarta, yang tulis Giriloyo Bantul dan menempuh jarak
selanjutnya diatur dalam pasal 12 sekitar 3 kilometer untuk bisa mengambil
ayat 1,2,3,4 yang berbunyi aparatur uang di mesin ATM. Mesin ATM pun
pemerintah wajib memakai pakaian batik tidak lengkap.Dikarenakan hal ini,
di hari Kamis dan Jumat, serta dilengkapi banyak pengunjung yang membatalkan
dengan atribut kartu tanda pengenal transaksi.
sesuai peraturan perundang-undangan Kendala lain yang dihadapi ialah
(www.perbupbantulkab.com, diakses 8 perajin di Paguyuban Batik Tulis Giriloyo
Februari 2015 Pukul 12.25) Bantul didominasi usia lanjut. Sedikitnya
Dukungan pemerintah juga datang jumlah perajin dengan prosentase 10-
melalui kebijakan yang dikeluarkan 20% yang berusia 20-30 tahun dari total
tentang pelarangan produksi batik dengan
jumlah pembatik di Paguyuban Batik
sistem printing sangat mendukung
Tulis Giriloyo Bantul menjadi suatu
pelaku usaha dalam bidang ini terutama
masalah yang harus dipecahkan sesegera
bagi perajin di Paguyuban Batik Tulis
mungkin. Jika tidak ketakutan akan
Giriloyo Bantul. Dengan adanya pela­
berkurangnya generasi penerus perajin
rangan produksi batik printing di Bantul,
batik akan menjadi kenyataan. Selain itu
menjadikan persaingan diantara para
karena didominasi usia lanjut, dari sekian
perajin tidak terlalu terpaut jauh saat
jumlah pengurus Paguyuban Batik Tulis
menentukan harga.
ini, mereka belum bisa memanfaatkan
Faktor Penghambat promosi menggunakan media sosial.
Dari hasil wawancara dengan Walau­ pun telah ada divisi pemasaran,
beberapa informan baik itu perajin, kon­ namun hanya satu (1) orang yang bisa
sumen, dan pengurus Paguyuban Batik mengoperasionalkan website dan masih
Tulis Giriloyo Bantul, semua mengeluhkan seadanya.
adanya hambatan berupa kesulitan Faktor usia dan kurangnya mana­
mendapatkan sinyal baik itu sinyal dari jemen profesional yang dipakai, infor­
provider untuk menggunakan sosial man dari segi konsumen terkadang
media seperti Whatsapp atau BlackBerry mengeluhkan waktu yang diperlukan
Messanger. Jaringan internetsulit masuk untuk menunggu hasil kain batikan yang
Fera Nurficahyanti, Model Komunikasi Pemasaran.... 309

dipesan karena terkadang memerlukann pembuatan batik tersebut, cerita, berapa


waktu yang lama untuk memprosesnya. lama proses pembuatannya, tingkat
Hal ini diakui oleh perajin. Jika memiliki kerumitannya, hingga berbicara tentang
banyak pesanan, data pemesan yang seberapa halus hasil batikan. Harga
lebih awal memesan kain batik kurang batik di Paguyuban Batik Tulis Giriloyo
terkontrol datanya. Sehingga tidak jarang Bantul beragam yang dibandrol mulai
dibutuhkan waktu 1 bulan lebih untuk dari Rp 450.000,- (empat ratus lima puluh
menanti hasilnya. Tidak jarang perajin ribu rupiah) hingga Rp 1.500.000,- (Satu
yang didominasi usia lanjut sering lupa Juta Lima Ratus Ribu Rupiah). Namun
membuatnya jika sudah dikejar orderan ada juga kain batik mencapai harga Rp
membuat batik yang lain. 5.000.000,- (Lima Juta Rupiah) hingga di
bandrol dengan harga Rp 10.000.000,-
Taktik dan Implementasi
(Sepuluh Juta Rupiah). Penentuan harga
Taktik dan implementasi strategi
disesuaikan dengan segmentasi pasar
pemasaran Paguyuban Batik Tulis
yang dituju Paguyuban Batik Tulis
Giriloyo Bantul dilakukan dengan
Giriloyo Bantul. Untuk harga kain batik
menggunakan konsep marketing mix yaitu
Four P’s atau biasa disebut 4P sebagai segmentasi pasar ialah untuk golongan
berikut : (1) Product (Produk). Dalam menengah keatas. Sedangkan untuk
konsep marketing mix, faktor paling utama paket “belajar membatik” dijual dengan
yang harus terlebih dahulu diketahui harga Rp 25.000,- (Dua Puluh Lima Ribu
adalah tentang produk yang ditawarkan. Rupiah), Rp 35.000,- (Tiga Puluh Lima
Dengan mengetahui suatu produk, maka Ribu Rupiah), dan Rp 50.000,- (Lima
akan diketahui apakah produk tersebut Puluh Ribu Rupiah); (3) Place (Lokasi).
sesuai dengan apa yang dibutuhkan Fungsi utama dari kegiatan distribusi
atau tidak. Produk yang ditawarkan adalah menyalurkan barang atau jasa
Paguyuban Batik Tulis Giriloyo Bantul dalam hal ini ialah informasi produk
sebelumnya sudah direncanakan dan yang dipasarkan Paguyuban Batik Tulis
ditetapkan segmen pasarnya. Produk Giriloyo Bantul ke konsumen dengan
batik sebagai andalan produk barang menentukan saluran kegiatan distribusi
yang ditawarkan ke konsumen, ada juga yang tepat dan sesuai sehingga dapat
diterima baik oleh mereka. Paguyuban
fasilitas gazebo yang di dalamnya terdapat
Batik Tulis Giriloyo Bantul telah memiliki
joglo dan showroombatik. Selain itu
Gazebo sebagai showroom untuk menjual
Paguyuban Batik Tulis Giroloyo Bantul
batiknya yang terletak di Desa Wukirsari,
juga menjual paket “Belajar Membatik”;
Kecamatan Imogiri.Lokasi yang tergolong
(2) Price (Harga). Harga adalah salah
jauh menyebabkan kurangnya minat
satu unsur yang terdapat dalam konsep
masyarakat untuk datang berkunjung
promotion mix yang digunakan oleh
khususnya warga Yogyakarta sendiri.
perusaha­an atau organisasi untuk men­
Hal ini merupakan permasalahan yang
capai tujuan pemasarannya. Dalam
harus dipecahkan dalam hal distribusi
hal ini, produk terlebih dahulu dilihat
produk. Banyak yang bisa dilakukan
bagaimana harga tersebut bisa sesuai
seperti menempatkan produknya dengan
untuk menjualnya, dan tidak jarang pula
mendistribusikan ke toko-toko besar
dijadikan sebagai alat penyeimbang.Di
di Yogyakarta untuk meningkatkan
Paguyuban Batik Tulis Giriloyo Bantul,
penjualan, atau dengan membuat sentra
harga sebuah barang memiliki pesan
batik tulis Giriloyo Bantul menjadi
tentang makna batik, bagaimana proses
tempat yang lebih menarik sehingga akan
310 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 5, Juli 2015, hlm 304-313

banyak konsumen yang akan berkunjung; beberapa kendala seperti sulitnya sinyal
(4) Promotions (Promosi). Paguyuban dan minimnya sumberdaya manusia
Batik Tulis Giriloyo Bantul dalam mem- yang bisa mengoperasionalkan komputer
perkenalkan produknya menggunakan apalagi mengelola media sosial.
konsep 3 (tiga) strategi promotion mixyang Menurut pengamatan dan penelitian
meliputi iklan, promosi penjualan, dan yang penulis lakukan di Paguyuban Batik
pemasaran langsung. Ketiganya yai- Tulis Giriloyo Bantul, hasil penelitian
tu : (a) Advertising (Periklanan). Dalam didapat memperkuat teori perencanaan
kegiatan strategi komunikasi pemasaran yang menjelaskan bahwa dalam kegiatan
Paguyuban Batik Tulis Giriloyo Bantul perencanaan diperlukan rencana yang
menggunakan beberapa media iklan disusun secara terkonsep untuk mencapai
seperti brosur dan kartu nama. Sejauh ini sebuah tujuan.Peneliti memperoleh data
Paguyuban Batik Tulis Giriloyo Bantul bahwa mereka sudah melakukan upaya-
tidak menggunakan iklan di media cetak, upaya yang sudah sesuai dengan teori
televisi, radio, serta papan reklame atau perencanaan dan konsep marketing mix.
baliho yang di sengaja untuk kegiatan Walaupun belum sesuai seratus persen.
promosi dikarenakan biaya sangat mahal Upaya-upaya yang mereka lakukan
dan kurang terjangkau; (b) Sales Promotion ialah mengadakan rapat rutin setiap
(Promosi Penjualan). Promosi penjualan bulannya. Namun ditemukan masih ada
adalah promosi yang dilakukan secara beberapa kelemahan yaitu hasil rapat tidak
langsung. Kegiatan promosi penjualan ternotulen dengan baik, hasil putusan
yang dilakukan oleh Paguyuban Batik rapat tidak segera ditindak lanjuti.
Tulis Giriloyo Bantul adalah mengikuti Paguyuban Batik Tulis Giriloyo se­
kegiatan-kegiatan yang didukung ba­gaimana visinya adalah keke­luar­ga­
oleh pemerintah baik itu pemerintah an, oleh karena itu dalam promosinya
pusat maupun pemerintah daerah. semua anggota dan pengurus dalam
Paguyuban Batik Tulis Giriloyo Bantul Paguyuban ikut serta membantu men­­
memanfaatkan peluang yang diberikan jalan­­
kan kegiatan komunikasi pema­
oleh pemerintah dalam kegiatan strategi saran untuk mempromosikan produk.
komunikasi pemasaran menggunakan Dalam praktiknya, memang ada yang
metode promosi penjualan tatap muka bertanggungjawab penuh untuk me­
(mengikuti pameran, menyebar brosur, rumus­kan dan memasarkan produk batik
dan kartu nama); (c)Direct Marketing tulis yang dibuat anggota paguyu­ ban
(Pemasaran Langsung). Paguyuban Batik yaitu divisi pemasaran yang memiliki
Tulis Giriloyo Bantul melakukan strategi anggota sebanyak 3 (tiga) orang. Namun
pemasaran langsung dengan adanya semua memiliki kewajiban men­jalankan
gazebo. Kegiatan yang dilakukan dilakukan komunikasi pemasaran ini bersama-sama.
searah dengan konsep bauran pemasaran Jika ada pengunjung atau tamu yang
langsung ialah penjualan tatap muka datang ke sentra batik Giriloyo,semua
dimana Paguyuban Batik Tulis Giriloyo wajib menyambut dengan ramah. Dengan
Bantul memiliki showroom bersama yang keramahan ini pengurus Paguyuban Batik
disebut gazebo, kios-kios kecil yang men- Tulis Giriloyo Bantul mengharapkan ada­
display kain batik jualannya di setiap nya keunikan minat serta kunjungan
kelompok kecil, serta promosi melalui dari konsumen atau pengunjung untuk
saluran online yaitu website. Hanya saja datang lagi ke sentra batik Giriloyo.
dalam hal pemasaran langsung melalui Dalam hal produksi mereka
media online belum optimal dikarenakan sudah mempunyai produk yang siap
Fera Nurficahyanti, Model Komunikasi Pemasaran.... 311

dipasarkan berupa batik tulis dan jasa


“belajar membatik” walaupun harga yang
ditawarkan relatif mahal. Paguyuban telah
memiliki sentra promosi berupa showroom
yang menampung hasil batik, tetapi dari
segi akses jalan menuju kesana jauh dari
pusat kota, sehingga memerlukan waktu
yang cukup lama untuk sampai ke sentra
ini. Walaupun jalan sudah diaspal, jalan
Bagan 1. Model Komunikasi Pemasaran
menuju ke sentra ini masih sempit dan
belum ada petunjuk arah. Konsumen harus adalah proses rencana-rencana tindakan.
turun dan bertanya di jalan apabila belum Perencanaan pesan merupakan perhatian
pernah datang ke sentra ini. Kegiatan utama karena komunikasi sangat penting
promosi sudah dilakukan, namun yang dalam meraih tujuan. Semuanya disebut
dilakukan baru sampai pada tataran brosur, hierarki karena tindakan-tindakan ter­
kartunama, dan website yang sudah ada tentu diperlukan untuk menyusun segala
namun belum dimanfaatkan secara optimal sesuatunya, sehingga tindakan-tindakan
karena keterbatasan pengetahuan dan lain dapat diambil. Perencanaan pesan
sulitnya sinyal. me­rupakan perhatian utama karena ko­
Hasil pengumpulan data yang munikasi sangat penting dalam meraih
telah dilakukan oleh peneliti dengan tujuan (Littlejohn. 2011: 184-185).
menggunakan teknik wawancara dan Proses perencanaan Paguyuban
observasi lapangan menunjukkan bahwa Batik Tulis Giriloyo Bantul ditemukan
strategi komunikasi pemasaran yang telah menggunakan 2 (dua) strategi yaitu
dipakai masih bersifat tradiosional, strategi ke dalam dan strategi keluar.
lebih menggunakan strategi komunikasi Ditemukan pula dalam menjalankan
pemasaran dari mulut ke mulut. Dari strategi masih menggunakan konsep
pengumpulan data di lapangan tersebut Four P’S atau 4P dimana di dalamnya
ditemukan model komunikasi pemasaran diaplikasikan dalam konsep marketing mix
yang dirasa dapat diaplikasikan guna yaitu product (produk), price (harga), place
menunjang kegiatan pemasaran yang (distribusi atau tempat), dan promotions
digambarkan dalam bagan.1. (promosi). Kegiatan promosi dilakukan
Persoalan dalam bagan 1 dides­ melalui iklan, pemasaran langsung,
kripsikan dari hasil FGD sebagai berikut; dan promosi penjualan. Ketiga bauran
Model komunikasi yang ditemukan komunikasi pemasaran yang digunakan
memadukan unsur-unsur komunikasi tersebut memiliki kegiatan yang berbeda.
pe­masaran terpadu. Dalam model ter­ Namun dalam penelitian ini, ditemukan
sebut dijelaskan dalam mencapai se­buah pengembangan ide strategi komunikasi
tujuan, diperlukan perencanaan sesuai pemasaran guna menarik minat pasar,
dengan teori dari Charles Berger dimana yaitu dalam kegiatan strategi komunikasi
rencana-rencana dari perilaku komunikasi pemasaran didukung dengan kegiatan
adalah “representasi kognitif hierarki dari promotions mix yaitu Sales Promotion,
rangkaian tindakan mencapai tujuan”. Personal Selling, Direct Marketing,
Dengan kata lain rencana-rencana me­ Advertising, dan kegiatan Public Relations.
rupa­kan gambaran dari langkah-langkah Bagan tersebut menjelaskan tentang
yang akan diambil seseorang dalam me­ strategi komunikasi pemasaran yang
menuhi sebuah tujuan. Perencanaan sebaiknya diterapkan oleh Paguyuban Batik
312 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 5, Juli 2015, hlm 304-313

Tulis Giriloyo Bantul dimana jika model Batik Tulis Giriloyo Bantul memiliki
ini diaplikasikan akan lebih menunjang tujuan sebagai wadah bagi para pembatik
kegiatan pemasaran. Berkaitan dengan kelompok kecil agar bisa mengoptimalkan
hal ini pengurus Paguyuban Batik Tulis penjualan batik serta mencegah adanya
Giriloyo Bantul terutama divisi pemasaran perselisihan yang mungkin bisa terjadi di
dituntut untuk dapat menggunakan antara kelompok perajin batik di Giriloyo
aplikasi media sosial seperti website, facebook, Bantul. 2) Paguyuban Batik Tulis Giriloyo
twitter, hingga instagram. Fakta dilapangan Bantul telah menggunakan konsep
menunjukkan bahwa divisi pemasaran strategi pemasaran. Strategi komunikasi
Paguyuban Batik Tulis Giriloyo Bantul pemasaran yang dilakukan mempunyai
belum memiliki kompetensi menggunakan tujuan agar Paguyuban Batik Tulis Giriloyo
media sosial tersebut. Hasil penelitian ini Bantul bisa ikut berkembang dan bersaing
merekomendasikan agar divisi pemasaran dengan kompetitor dalam hal penjualan
Paguyuban Batik Tulis Giriloyo Bantul produk dan memenangkan persaingan
melibatkan anak muda di Giriloyo agarke pasar. 3) Strategi komunikasi pemasaran
5 (lima) strategi ini dapat dijalankan secara yang dilakukan oleh Paguyuban Batik
dan menunjang jumlah produksi. Tulis Giriloyo Bantul menggunakan
Dalam menggunakan media per­ konsep marketing mix yang dijabarkan
iklanan yang ada yaitu brosur dan kartu dalam product (produk), price (harga), place
nama masih ditemukan masih memiliki (distribusi atau tempat), dan promotions
(promosi) dalam kegiatannya yang juga
desain seadanya. Desain yang digunakan
ditunjang dengan kegiatan promosi
masih sangat minimalis. Desain kartunama
melalui iklan, pemasaran langsung, dan
akan lebih baik jika diperbaiki dengan
promosi penjualan. 4) Sebaiknya dalam
desain yang baru. Brosur yang telah ada
kepengurusan Paguyuban Batik Tulis
masih bergabung dengan desa wisata
Giriloyo Bantul dilibatkan anak muda di
Wukirsari. Sebaiknya untuk menunjang
Giriloyo khususnya bagian pemasaran agar
kegiatan promosi mulai dibuat brosur dan
dapat memaksimalkan strategi dari model
flyer baru yang berfokus pada produk yang
komunikasi pemasaran untuk menunjang
ditawarkan Paguyuban Batik Tulis Giriloyo
jumlah produksi.
Bantul. Kepada pihak-pihak yang terkait
Para perajin batik akan sukses dalam
diharapkan memberikan kontribusi untuk
pemasaran apabila selalu memperbarui
meningkatkan termasuk dari pemerintah
strategi komunikasi pemasaran sesuai per­
daerah dan seluruh pengurus di Paguyuban
kembangan teknologi komunikasi. Hal
Batik Tulis Giriloyo Bantul agar Paguyuban
ini terjadi karena calon konsumen dan
ini dapat mencapai tujuan yang diinginkan
kon­sumen batik banyak menggunakan
yaitu mencapai tujuan memenangkan
teknologi komunikasi terbaru dalam belanja
persaingan pasar.
batik.
Simpulan
Daftar Pustaka
Berdasarkan hasil penelitian yang
Littlejohn, W, Stephen & Foss A, Karen.
telah dilakukan, maka dapat diambil
2011. Teori Komunikasi (Theories of
kesimpulan dan saran sebagai berikut;
Human Communications). Jakarta :
1) Paguyuban Batik Tulis Giriloyo Bantul Salemba Humanika.
merupakan bidang usaha seni kerajinan
batik yang didalamnya menaungi 13 Mulyana, Deddy. 2006. Komunikasi
kelompok perajin batik tulis dengan Organisasi : Strategi Meningkatkan
jumlah anggota lebih dari enam ratus Kinerja Usaha. Bandung : Remaja
(600) perajin. Didirikannya Paguyuban Rosdakarya.
Fera Nurficahyanti, Model Komunikasi Pemasaran.... 313

Nitisusastro, Mulyadi. 2012. Perilaku Nitisusastro, Mulyadi. 2012. Perilaku


Konsumen dalam Perspektif Kewira­ Konsumen dalam Perspektif Kewira­
usahaan. Bandung : Alfabeta. usahaan. Bandung : Alfabeta.

Mulyana, Deddy. 2006. Komunikasi Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif


Orga­nisasi : Strategi Meningkatkan Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Kinerja Usaha. Bandung : Remaja
Internet
Rosdakarya.
www.perbupbantulkab.com, diakses 8
Februari 2015 Pukul 12.25
GAYA BERKOMUNIKASI DAN ADAPTASI BUDAYA
MAHASISWA BATAK DI YOGYAKARTA

Oktolina Simatupang, Lusiana A. Lubis dan Haris Wijaya

Program Studi Magister Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Sumatera Utara,


Jln. DR.Sofyan No.1 Kampus Universitas Sumatera Utara Medan
Hp. 081361514844, E-mail: okto001@kominfo.go.id

Abstract
This research aims to understand communication style and cultural adaptation of Bataknese students from
North Sumatera studying at Institut Seni Indonesia Yogyakarta using theories of intercultural communication,
communication style and adaptation. This research employs qualitative descriptive method. Data were collected
through in-depth interview and observation among ten Bataknese students from North Sumatera studying at
Institut Seni Indonesia Yogyakarta. The informants are students who went to primary level to high school in
North Sumatera province. Data were analyzed by data processing, categorization and data interpretation. The
result shows that most of informants speak directly and explicitly. It means that their communication style
tends to be low-context communication. They also experienced culture shock in process of cultural adaptation.
Overall, informants are able to adapt well in Yogyakarta’s environment. Their openness and willingness to
adapt with a new culture help them to be comfort in new environment.

Key Words: Communication style, cultural adaptation, North Sumatera Bataknese students.

Abstrak
Penelitian ini ingin mengetahui gaya berkomunikasi dan adaptasi budaya mahasiswa Batak asal
Sumatera Utara di Institut Seni Indonesia Yogyakarta menggunakan teori komunikasi antarbudaya,
gaya komunikasi dan adaptasi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi. Sepuluh mahasiswa
Batak asal Sumatera Utara di Institut Seni Indonesia Yogyakarta diwawancara sebagai informan
untuk memperoleh data primer. Informan adalah mahasiswa yang menjalani pendidikan dasar
hingga tingkat atas di Sumatera Utara. Data dianalisis melalui pemrosesan data, kategorisasi dan
penafsiran data. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa sebagian besar informan berbicara
lugas dan eksplisit. Hal ini menunjukkan gaya komunikasi mereka cenderung komunikasi konteks-
rendah. Mereka juga mengalami kejutan budaya dalam proses adaptasi budaya. Secara keseluruhan
dapat dikatakan bahwa subjek dapat beradaptasi dengan baik di Yogyakarta. Keterbukaan dan
kesediaan mereka untuk beradaptasi dengan budaya baru menolong mereka untuk bisa merasa
nyaman dengan lingkungan baru.

Kata kunci: Gaya komunikasi, adaptasi budaya, mahasiswa Batak Sumatera Utara.

Pendahuluan bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi


Wanita Batak asal Medan bernama untuk sepeda motornya di Stasiun
Fl orence Sih ombin g y an g terc a ta t Pengisian Bahan-bakar Umum (SPBU)
seb agai mah as is wi s emes ter tig a Lempuyangan, tetapi ditolak petugas
Magister Kenotariatan Fakultas Hukum dan disarankan ikut antrian sepeda
Universitas Gajah Mada, menulis di motor (http:// www.voaindonesia.com).
akun sosial media (Path) yang bernada Perlakuan tersebut membuat Florence
memaki Yogyakarta dan warganya yang  kesal dan mengekspresikannya di media
menyebar cepat diantara pengguna sosial tanpa memikirkan ulang efek dari
media sosial pada Agustus 2014. tindakannya.
Persoalan berawal pada hari Rabu siang Pernyataan Florence dianggap sudah
(27/8/2014) ketika Florence masuk sangat keterlaluan dan telah melukai
dalam antrian mobil untuk membeli hati masyarakat di sana. Masyarakat
Oktolina Simatupang, Lusiana A. Lubis dan Haris Wijaya, Gaya Berkomunikasi.... 315

Yogyakarta lan g s un g men g e ca m memperoleh jaminan kualitas pendidikan


tin­dakan Florence di media sosial hingga dan jaminan masa depan.
akhirnya Florence pun menuliskan Sudah bukan rahasia lagi jika
permintaan maafnya di media yang sama Yogyakarta merupakan salah satu kota
(http:// sosbud. kompasiana. com). Gaya tujuan para siswa yang ingin melanjutkan
bahasa yang digunakan Florence saat kuliah. Beberapa hal yang membuat
mengekspresikan rasa kesalnya melalui banyak mahasiswa memilih kuliah di
media sosial sangat lugas. Melihat latar Yogyakarta antara lain biaya hidup
belakang budaya Florence sebagai orang yang murah, iklim yang mendukung,
Batak maka bukan hal aneh jika Florence atmosfer intelektual dan kreativitas yang
begitu eksplisit dalam mengutarakan mendukung, serta beragam perguruan
pesannya. Kasus Florence ini seolah tinggi dengan kualitas yang sudah tidak
membenarkan stereotip tentang orang perlu dipertanyakan (http://www.
Batak yaitu kasar, nekad, suka bicara berkuliah.com). Yogyakarta memang
keras, pemberang dan suka berkelahi menjadi impian bagi sejumlah besar
(Mulyana, 2005b: 13). Sebagai seorang siswa di Indonesia untuk melanjutkan
pendatang (yang berstatus mahasiswa) pendidikan. Sekalipun tidak berhasil
tentu Florence dituntut untuk mampu menjadi mahasiswa di kampus negeri,
beradaptasi dengan budaya tempat dia kampus swasta tetap menjadi alternatif,
berada termasuk dalam gaya komunikasi yang penting bisa mewujudkan impian
dengan lingkungan setempat. Adaptasi untuk kuliah di Yogyakarta. Ketua
yang baik setidaknya akan membentuk Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih,
gaya komunikasi yang sesuai dengan dan Humas KPU DIY, Farid Bambang
lingkungan dan diterima dengan baik. Siswantoro, mengatakan jumlah pen­
Tindakan Florence yang menuai datang di Yogyakarta cukup besar. Di
kecaman bukan tidak mungkin juga kalangan mahasiswa saja, jumlahnya
akan berimbas buruk bagi orang- mencapai 300 ribu orang yang tersebar
orang Batak lainnya yang ada di di 72 kampus negeri dan swasta. Hal
Yogyakarta secara khusus yang juga ini disampaikan terkait dengan surat
sedang menjalani pendidikan sebagai suara cadangan untuk mengatasi
mahasiswa. Padahal tidak semua orang lonjakan pemilih yang berasal dari warga
Batak itu kasar, nekad, suka bicara keras, pendatang di Yogyakarta pada Pemilu
pemberang dan suka berkelahi. Salah 2014 (http://www.rumahpemilu.org).
satu institusi pendidikan di Yogyakarta Mahasiswa Batak asal Sumatera di
yang juga mempunyai mahasiswa suku ISI Yogyakarta tentu harus beradaptasi
Batak adalah Institusi Seni Indonesia dengan lingkungan mereka yang baru
Yogyakarta (ISI Yogyakarta). Bukan sebagai pendatang. Perbedaan yang
tanpa alasan jika mereka memilih ISI mencolok antara budaya Jawa dengan
Yogyakarta untuk menjalani pendidikan. budaya Batak menjadi faktor yang harus
Selain karena di daerah Sumatera Utara diperhatikan karena mempengaruhi gaya
belum ada perguruan tinggi yang khusus komunikasi dari masing-masing pihak.
berorientasi dalam bidang kesenian, Mahasiswa Batak tentu tidak bisa terlepas
predikat yang melekat pada daerah dari pengaruh budaya daerah asal mereka
Yogyakarta sebagai “Kota Pelajar” dan juga tidak bisa menghindari untuk
tentu menjadi daya tarik tersendiri. berhadapan dengan budaya Jawa. Setiap
Predikat tersebut memberi kesan bahwa orang mempunyai gaya komunikasi
dengan berkuliah di Yogyakarta akan yang bersifat personal sebagai gaya khas
316 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 5, Juli 2015, hlm 314-329

seseorang waktu berkomunikasi. Gaya Kampus ISI Yogyakarta berlokasi di


komunikasi merupakan kepribadian Desa Panggungharjo, Kabupaten Bantul.
se­h ingga sukar diubah. Untuk me­ Sebagai daerah kabupaten yang masih
mahami gaya berkomunikasi maka setiap kental dengan nilai-nilai budaya Jawa,
orang harus berusaha menciptakan dan tentunya menjadi tantangan tersendiri
mempertahankan gaya komunikasi bagi mahasiswa Batak asal Sumatera
per­sonal sebagai ciri khas pribadinya. Utara yang memilih ISI Yogyakarta untuk
Memang sulit untuk mengubah gaya melanjutkan pendidikan. Tantangan
komunikasi, karena gaya komunikasi yang cukup penting untuk diperhatikan
melekat pada kepribadian seseorang adalah komunikasi antarbudaya dengan
(Liliweri, 2011: 308). Komunikasi konteks- warga khususnya warga asli suku
tinggi atau konteks-rendah adalah Jawa. Keberadaan mahasiswa Batak
cara paling utama/mendasar untuk yang berasal dari Sumatera Utara di
membedakan gaya komunikasi dari ISI Yogyakarta merupakan hal yang
kelompok budaya yang berbeda (Martin menarik untuk dikaji secara khusus
& Nakayama, 2008: 135). mengenai gaya mereka berkomunikasi
Secara umum, komunikasi konteks- dan adaptasi budaya yang harus mereka
rendah mengacu pada pola komunikasi hadapi. Interaksi antara budaya Batak
verbal secara langsung (direct), sederhana, d e n g a n bu d a y a Ja w a y a n g s a n g a t
kedekatan nonverbal dan berorientasi bertolak belakang dapat mengakibatkan
pada komunikator.Komunikasi konteks- terjadinya komunikasi antarbudaya yang
tinggi mengacu pada pola komunikasi tidak mudah.
verbal secara tidak langsung (indirect) Berdasarkan latar belakang yang
dan tidak berorientasi pada komunikator telah diuraikan di atas dapat dirumuskan
(Ting-Toomey, 1999:101). Menurut yang menjadi permasalahan pada pene­
Mulyana (2005:135-136) sebenarnya gaya litian ini adalah: 1) Bagaimana gaya
komunikasi tidak dapat dikotomikan komunikasi mahasiswa Batak asal
menjadi komunikasi konteks tinggi dan Sumatera Utara di Institut Seni Indonesia
komunikasi konteks rendah. Kedua gaya Yogyakarta? dan 2) Bagaimana adaptasi
komunikasi tersebut boleh jadi ada dalam budaya yang dihadapi mahasiswa Batak
budaya yang sama, tetapi biasanya salah asal Sumatera Utara di Institut Seni
satunya mendominasi. Meskipun budaya Indonesia Yogyakarta?
Indonesia bersifat konteks tinggi namun Penelitian ini bertujuan untuk:
derajat konteks tingginya tidak sama 1) Mengetahui gaya komunikasi maha­
antara kelompok etnik yang satu dengan siswa Batak asal Sumatera Utara di
kelompok etnik etnik lainnya. Budaya Institut Seni Indonesia Yogyakarta, dan
Jawa yang dominan dan mewarnai 2) Mengetahui adaptasi budaya yang
budaya Indonesia, jelas sangat konteks terjadi pada mahasiswa Batak asal Suma­
tinggi. Begitu juga budaya Sunda. tera Utara di Institut Seni Indonesia
Sebaliknya, budaya Batak adalah budaya Yogyakarta.
yang derajat konteks tingginya paling
Metode Penelitian
rendah, kalaupun tidak termasuk budaya
Penelitian ini menggunakan para­
konteks rendah.
d i g ­m a k o n s t r u k t i v i s m e . M e n u r u t
Lokasi kampus ISI Yogyakarta
Creswell (2010: 11) konstruktivisme sosial
tidak seperti kampus negeri pada
meneguhkan bahwa individu-individu
umumnya yang berada di Ibukota
selalu berusaha memahami dunia di
Provinsi ataupun di daerah perkotaan.
mana mereka hidup dan bekerja. Mereka
Oktolina Simatupang, Lusiana A. Lubis dan Haris Wijaya, Gaya Berkomunikasi.... 317

mengembangkan makna-makna subjektif Gaya komunikasi Finlandia dan Jepang


atas pengalaman-pengalaman mereka, yang berkonteks tinggi ditandai dengan
makna-makna yang diarahkan pada sifat yang introvert, tenang, tidak suka
objek-objek atau benda-benda tertentu. interupsi, suka ketenangan, sedikit ber­
Kajian tentang komunikasi bicara, lebih banyak mendengarkan,
antarbudaya khususnya yang membahas meng­ g unakan sedikit bahasa tubuh,
tentang komunikasi antarbudaya sudah ber­orientasi pada informasi dan meng­
cukup banyak dilakukan. Kajian/ hargai orang yang lebih senior. Gaya
riset tentang komunikasi antarbudaya komunikasi India yang cenderung
yang dijadikan sebagai referensi untuk konteks-rendah ditandai dengan sifat
memperkuat penelitian ini salah satunya mereka yang extrovert, bersemangat saat
yang dilakukan oleh Wenli Yuan berbicara, toleransi terhadap interupsi,
(2011) berjudul “Academic and Cultural bersuara nyaring, banyak bicara, sering
Experiences of Chinese Students at An menggunakan bahasa tubuh dan ber­
American University”. Hasil kajian Yuan orientasi pada percakapan.
memperlihatkan bahwa berkomunikasi Konsep tentang budaya konteks-
dengan Bahasa Inggris dan diskusi di tinggi dan konteks-rendah mendapat
kelas sebagai tantangan terbesar yang kritik oleh Peter W. Cardon (2008)
dihadapi informan (mahasiswa asal Cina) berdasarkan penelitian yang berjudul
di kampus. Mereka juga menyatakan “A Critique of Hall’s Contexting Model A
terbatasnya interaksi dengan warga Meta-Analysis of Literature on Intercultural
Amerika. Berdasarkan penuturan infor­ Business and Technical Communication”.
man diketahui jika ternyata fleksibilitas Cardon melakukan analisis terhadap
di Amerika bertolak belakang dengan 224 artikel yang membahas isu terkait
budaya di Cina yang cukup kaku.Suasana budaya konteks-tinggi dan konteks
di kelas juga sifatnya informal. Bahkan rendah. Berdasarkan analisisnya Cardon
informasi dari seorang dosen menyatakan menemukan kelemahan dalam konsep
bahwa mahasiswa Cina bahkan lebih Hall yaitu bahwa Hall tidak menyebutkan
dari siswa lain memiliki kecenderungan metode atau analisis yang digunakan
budaya untuk diam dan tidak untuk dalam merumuskan model konteks-tinggi
mengemukakan pendapat. Sikap tersebut dan konteks-rendah. Cardon juga tidak
selain karena kendala bahasa juga karena menemukan penjelasan yang menjadi
adanya kekhawatiran akan ditertawakan. dasar bagi Hall dalam menentukan
Penelitian yang mengkaji tentang urutan sejumlah negara dari budaya
gaya komunikasi berdasarkan budaya konteks-tinggi hingga budaya konteks-
konteks-tinggi dan konteks-rendah dalam rendah.
proses komunikasi dilakukan oleh Shoji Penelitian selanjutnya oleh Kezia
Nishimura, Anne Nevgi dan Seppo Sekeon (2013) berjudul “Komunikasi
Tella (2008). Dalam penelitian mereka Antar Budaya Pada Mahasiswa Fisip Unsrat
yang berjudul “Communication Style and (Studi pada Mahasiswa Angkatan 2011).”
Cultural Features in High/Low Context Pada penelitian ini diperoleh informasi
Communication Cultures: A Case Study of bahwa mahasiswa pendatang angkatan
Finland, Japan and India.” Hasil penelitian 2011 di Fisip Unsrat, semuanya pernah
mereka memperlihatkan bahwa gaya mengalami kejutan budaya/cultureshock.
komunikasi Finlandia dan Jepang Mereka mengalami kesulitan saat
cenderung konteks-tinggi sedangkan menghadapi kejutan budaya yang
India lebih cenderung konteks-rendah. mereka alami namun kemudian mereka
318 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 5, Juli 2015, hlm 314-329

menyesuaikan diri dengan lingkungan secara khusus tentang budaya berbeda


yang ada di Fisip Unsrat mulai dari yang harus mereka hadapi. Data yang
bahasa, adat istiadat, budaya dan ke­ diperoleh memperlihatkan tentang
biasaan-kebiasaan yang dilakukan nilai dari komunikasi dan pentingnya
maha­ siswa lainnya. Dari pengalaman berbagi tentang budaya dengan orang
mahasiswa pendatang di Fisip Unsrat lain. Pemahaman tentang budaya akan
tersebut kita bisa melihat bahwa penting berdampak pada komunikasi. Dari hasil
bagi pendatang untuk menyesuaikan diri wawancara kepada beberapa pelajar
saat mengalami kejutan budaya. Faktor diperoleh informasi bahwa pemahaman
utama dalam masa penyesuaian diri ialah akan budaya lain memampukan para
adanya sifat keterbukaan dan keinginan pelajar internasional untuk memahami
bersosialisasi. masalah yang harus mereka hadapi
Pembahasan tentang kejutan dalam proses adaptasi. Pengalaman
budaya juga dilakukan oleh Lusiana antarbudaya memampukan para
Lubis dan Emma Violita Pinem (2012) pelajar tersebut mengenali tendensi dan
dalam penelitian mereka yang berjudul gayakomunikasi mereka terkait dengan
“Culture Shock Pada Mahasiswa Asal kompetensi komunikasi antarbudaya.
Malaysia di Medan. ”Penelitian ini Mereka harus beradaptasi jika ingin
menjelaskan tentang bentuk kejutan melakukan komunikasi antarbudaya
budaya yang dialami mahasiswa dengan baik.
Malaysia di Universitas Sumatera Utara Selanjutnya penelitian Tuti Bahfiarti
serta upaya yang mereka lakukan untuk (2012) yang berjudul “Komunikasi
mengatasinya. Temuan dari penelitian Antarbudaya Mahasiswa Malaysia di Kota
ini menunjukkan kejutan budaya yang Makassar.” Dari penelitian ini diketahui
dialami mahasiswa Malaysia ketika bahwa penyesuaian diri dan komunikasi
berinteraksi dengan budaya di Medan antarbudaya yang dilakukan mahasiswa
terjadi akibat perbedaan bahasa, kuat dan Malaysia dalam menempuh perkuliahan
kasarnya cara orang Medan berbicara, di Kota Makassar menyebabkan mereka
karakteristik orang Medan dan beberapa melakukan kontak antarbudaya dengan
perbedaan nilai-nilai. Beberapa upaya mahasiswa tuan rumah. Kehidupan
yang dilakukan mahasiswa Malaysia mahasiswa Malaysia di Kota Makassar
untuk menanggulangi kejutan budaya memer­ lukan proses penyesuaian diri
tersebut adalah dengan memegang terhadap lingkungan sosial budaya.
prinsip sebagai pendatang harus bersedia Penyesuaian diri tersebut termasuk tempat
untuk beradaptasi dengan lingkungan tinggal, suasana dan kondisi budaya yang
yang didatangi, memperbanyak teman relatif memiliki perbedaan mengharuskan
orang-orang Medan (Indonesia) dan mereka untuk menyelesaikan setiap per­
meningkatkan intensitas keterlibatan soalan kebudayaan secara baik, sehingga
dengan orang-orang Medan (Indonesia). tidak berbenturan dan menyebabkan
Penelitian lain yaitu penelitian mereka tidak mampu untuk menyesuaikan
yang dilakukan Nittaya Campbell diri dengan lingkungan.
(2012) mengenai “Promoting Intercultural Ketidakpastian dan kegelisahan
Contact on Campus: A Project to Connect pada tahap awal penyesuaian diri
and Engage International and Hos t tetap ada meskipun informasi telah
Students.” Penelitian ini membahas diketahui di negara tujuan. Mahasiswa
tentang masalah dan tantangan yang Malaysia tidak bisa menghindar dari
harus dihadapi pelajar internasional kejutan budaya meskipun Indonesia
Oktolina Simatupang, Lusiana A. Lubis dan Haris Wijaya, Gaya Berkomunikasi.... 319

dan Malaysia memiliki persamaan belakang budayanya. Tanpa mengetahui


budaya dan bahasa. Kondisi negara yang budaya mereka, agak sulit bagi anda untuk
berbeda menyebabkan munculnya memprediksi perilakunya (Mulyana,
bentuk ke­tidakpastian. Disini terlihat 2005:7). Komunikasi dalam situasi itu­
bahwa ternyata persamaan budaya lah yang disebut dengan komunikasi
dan kedekatan emosional dengan antarbudaya.
latarbelakang akar b uda y a y a n g Budaya dan komunikasi berinteraksi
sama ternyata tidak bisa menghapus secara erat dan dinamis. Inti budaya
perasaan tidak pasti dan cemas ketika adalah komunikasi, karena budaya
berada pada suatu lingkungan baru. muncul melalui komunikasi. Akan tetapi
pada gilirannya budaya yang tercipta
Komunikasi Antarbudaya
pun mempengaruhi cara berkomunikasi
Dalam kehidupan sehari-hari, tak
anggota budaya bersangkutan (Mulyana,
peduli di mana anda berada, anda selalu
2005:14). Komunikasi antarbudaya adalah
berinteraksi dan berkomunikasi dengan
komunikasi antara orang-orang yang
orang-orang tertentu yang berasal dari
berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik,
kelompok, ras, etnik atau budaya lain.
atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi).
Berinteraksi atau berkomunikasi dengan
Seperti yang ditunjukkan definisi tersebut,
orang-orang yang berbeda kebudayaan
penggolongan kelompok-kelompok budaya
merupakan pengalaman baru yang selalu
tidak bersifat mutlak (Tubbs & Moss, 2005:
dihadapi (Liliweri, 2004:5). Hampir
236-237). Gudykunst dan Kim (2003:17)
semua aktivitas komunikasi yang kita
mendefinisikan komunikasi antarbudaya
lakukan dengan orang lain mengandung
sebagai proses yang transaksional dan
dimensi antarbudaya. Komunikasi yang
simbolik yang melibatkan pertalian makna
tidak peka terhadap sistem nilai budaya
di antara orang-orang yang berbeda budaya.
yang dianut suatu komunitas dapat
menimbulkan perselisihan. Membekali Gaya Komunikasi
diri dengan pengetahuan yang relevan M e n u ru t L iliw e ri (2 0 1 1 : 3 0 8 ) ,
khususnya mengenai bagaimana budaya gaya komunikasi ada di dalam setiap
berpengaruh terhadap komunikasi jenis atau bentuk komunikasi. Gaya
adalah salah satu cara untuk mengatasi komunikasi (communication style) didefi­
konflik dan perselisihan antar budaya nisi­
kan sebagai seperangkat perilaku
(Mulyana, 2005: 24-28). antarpribadi yang terspesialisasi diguna­
Komunikasi berhubungan dengan kan dalam suatusituasi tertentu. Gaya
perilaku manusia dan kepuasan ter­ yang dimaksud sendiri dapat bertipe
penuhinya kebutuhan berinteraksi de­ verbal yang berupa kata-kata atau
ngan manusia-manusia lainnya. Hampir nonverbal berupa vokalik, bahasa badan,
setiap orang membutuhkan hubungan penggunaan waktu, dan penggunaan
sosial dengan orang-orang lainnya, dan ruang dan jarak (http://digilib.uinsby.
kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran ac.id). Martin dan Nakayama (2008:135)
pesan yang berfungsi sebagai jembatan menyatakan setidaknya ada tiga dimensi
untuk mempersatukan manusia-manusia berbeda dari gaya komunikasi yaitu:
yang tanpa berkomunikasi akan terisolasi konteks-tinggi/rendah, langsung/tidak
(Mulyana & Rakhmat, 2005:12). Setiap anda langsung dan menguraikan/memper­
berkomunikasi dengan seseorang tidak singkat. Dimensi yang digunakan
diragukan bahwa orang tersebut berasal dalam penelitian ini adalah dimensi
dari suatu lingkungan budaya tertentu. konteks-tinggi/rendah karena salah satu
Oleh karena itu ia dipengaruhi oleh latar analisis populer mengenai perbedaan
320 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 5, Juli 2015, hlm 314-329

gaya berkomunikasi dikemukakan oleh cara mengemas informasi kemudian


Edward T. Hall yaitu komunikasi konteks melakukan pertukaran informasi.
tinggi dan komunikasi konteks rendah Sebuah kebudayaan yang mana suatu
(Mulyana, 2005: 130). prosedur pengalihan informasi menjadi
Menurut Hall (1989:91), komunikasi lebih sukar dikomunikasikan disebut
konteks-tinggi adalah komunikasi dimana High Context Culture (HCC). Sebaliknya
sebagian besar informasi baik berupa kebudayaan yang mana suatu prosedur
konteks fisik atau terinternalisasi dalam pengalihan informasi menjadi lebih
diri seseorang, sedikit menggunakan gampang dikomunikasikan disebut Low
kode dan pesan yang disampaikan Context Culture (LCC) (Liliweri, 2004:154-
bersifat implisit. Komunikasi konteks- 155). Kebanyakan masyarakat homogen
rendah adalah sebaliknya yaitu sebagian berbudaya konteks tinggi. Dalam
besar makna dan informasi disampaikan masyarakat demikian, mengetahui suatu
secara eksplisit. Gaya komunikasi kata atau huruf hanya memberi makna
konteks-tinggi memberi tekanan pada sedikit bila kita tidak mengetahui konteks
pemahaman pesan tanpa komunikasi penggunaannya. Kontras dengan budaya
verbal secara langsung. Gaya komunikasi konteks-tinggi, budaya konteks-rendah
konteks-rendah memberi penekanan sibuk dengan spesifikasi, rincian dan
pada pesan verbal yang eksplisit. jadwal yang persis dengan mengabaikan
Menurut orang-orang yang memakai konteks. Bahasa yang digunakan
gaya komunikasi ini, lebih baik eksplisit langsung dan lugas (Mulyana: 2005: 131).
dan berbicara langsung kepada intinya LCC biasanya ditemukan pada budaya
serta tidak menimbulkan ambigu/makna individual dan HCC pada budaya
ganda (Martin & Nakayama, 2003:204). kolektivistik (https://www.ohrd.wisc.
Tidak ada batasan antara budaya edu).
dan komunikasi, seperti yang dinyatakan Pembicara dalam budaya konteks-
Hall, “Budaya adalah komunikasi dan tinggi harus mempertimbangkan ucapan­
komunikasi adalah budaya.” Dengan nya dengan hati-hati. Mereka sadar
kata lain, ketika membahas budaya dan bahwa kalimat yang diucapkan akan
komunikasi sulit untuk memutuskan diperhatikan dan ditanggapi serius.
mana yang menjadi suara dan mana yang Percakapan tatap muka dilakukan
menjadi gemanya. Alasannya adalah dengan penuh rasa hormat dan
karena kita “mempelajari” budaya kita kesopanan dengan elemen substantif
melalui komunikasi dan pada saat yang yang kaya makna dan tidak berlebihan.
sama komunikasi merupakan refleksi Keterusterangan dan secara khusus
budaya (Samovar, et.al., 2010: 25). Oleh kontradiksi sangat tidak disukai. Tidak
karena itu untuk semakin memahami mudah bagi pembicara pada konteks
tentang gaya komunikasi konteks-tinggi budaya ini untuk mengatakan tidak.
dan konteks-rendah maka perlu juga Kejujuran bukanlah suatu keharusan jika
memahami tentang budaya konteks- kebohongan dapat mencegah timbulnya
tinggi dan konteks-rendah. masalah (Cohen, 2004: 32). Orang-orang
Setiap kebudayaan mengajarkan dalam budaya konteks tinggi cenderung
cara-cara tertentu untuk memproses lebih curiga terhadap pendatang atau
informasi yang masuk dan keluar orang asing. Mereka menganggap orang
dari atau ke lingkungan sekeliling asing sebagai agak aneh, seakan sejenis
mereka misalnya mengatur bagaimana makhluk dari luar angkasa (Mulyana,
setiap anggota budaya memahami 2005: 131).
Oktolina Simatupang, Lusiana A. Lubis dan Haris Wijaya, Gaya Berkomunikasi.... 321

Pada budaya konteks-rendah pesan Banyak karakteristik individual (ter­


harus disampaikan secara eksplisit. masuk usia, gender, level kesiapan
Mereka tidak menyukai gaya bicara dan harapan) yang berpengaruh pada
yang tidak langsung dan menjunjung seberapa baik seseorang menyesuaikan
tinggi kejujuran. Mereka tidak mengenal diri. Namun terdapat bukti yang ber­
kebohongan karena akan merusak keper­ tentangan mengenai dampak usia dan
cayaan. Mereka tidak menolak sikap adaptasi. Di satu sisi, orang-orang berusia
sopan tetapi juga tidak merasa perlu muda lebih mudah beradaptasi karena
untuk berbasa-basi (Cohen, 2004: 33). sifatnya yang lebih fleksibel baik dalam
Secara keseluruhan dapat dikatakan pemikiran, keyakinan dan identitas. Di
bahwa interaksi pada budaya konteks sisi lain, orang-orang tua lebih kesulitan
rendah menekankan pada gaya bicara dalam beradaptasi karena mereka tidak
langsung (direct), berorientasi kepada fleksibel. Mereka tidak banyak berubah
orang, peningkatan kualitas diri dan sehingga tidak terlalu kesulitan ketika
penting­nya berbicara. Interaksi pada kembali ke daerah asal (Martin dan
budaya konteks tinggi menekankan pada Nakayama, 2003: 287-288).
gaya bicaya tidak langsung (indirect), ber­ Perubahan adalah inti dari adaptasi
orientasi kepada status, meningkatkan dengan budaya berbeda. Seseorang me­
penerimaan diri dan pentingnya pesan miliki kekuatan untuk mengubah
nonverbal bahkan keheningan jika perlu lingkungan baru alih-alih membiarkan
(Ting-Toomey, 1999: 103). budaya baru mempengaruhi dirinya
Adaptasi s e t­id a k n y a u n tu k ja n g k a p e n d e k
Menurut Kim (Martin dan Nakayama, (Gudykunst dan Kim, 2003:359-360).
2003: 277) adaptasi budaya adalah proses Ketika seseorang mengalami tekanan
jangka panjang menyesuaikan diri akibat perasaan tidak cocok dengan
dan akhirnya merasa nyaman dengan lingkungan­n y a , m a k a r e s p o n y a n g
lingkungan yang baru. Adaptasi adalah b i a s a n y a muncul adalah mencari hal-hal
proses mengalami tekanan, penyesuaian untuk penyesuaian. Proses penyesuaian
diri dan perkembangan. Setiap orang diri ini merupakan gambaran gangguan
asing di lingkungan yang baru harus psikis dari sikap dan perilaku sebelumnya
menanggapi setiap tantangan untuk yang biasa muncul pada budaya tempat
mencari cara agar dapat menjalankan dia berasal (Martin dan Nakayama, 2003:
fungsi di lingkungan yang baru tersebut. 285). Seseorang mampu menyesuaikan
Setiap orang asing harus menjalani proses diri dengan pola budaya di lingkungan
adaptasi sehingga setiap fungsi yang ada baru pada tingkat yang signifikan berkat
memungkinkan untuk berfungsi dengan adanya dukungan kelompok, pengakuan
bai k. Pros es adap tas i berlan gs u n g identitas baru secara resmi dan kehadiran
saat orang-orang memasuki budaya pihak lain sebagai pengganti teman-
yang baru dan asing serta berinteraksi teman di daerah asal (Gudykunst dan
dengan budaya tersebut. Mereka mulai Kim, 2003: 359).
mendeteksi persamaan dan perbedaan Orang asing datang ke tempat
dalam lingkungan baru secara bertahap yang baru terdiri dari beberapa status
(Gudykunst dan Kim, 2003: 358-359). antara lain turis, sojourner, imigran atau
Adanya kesamaan antara budaya asal pengungsi. Turis adalah orang yang
dengan budaya tuan rumah merupakan mengunjungi suatu tempat dan berada
salah satu faktor paling penting dalam di sana untuk waktu singkat. Jangka
keberhasilan adaptasi (Jandt, 2007:307). waktunya sudah ditentukan karena
322 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 5, Juli 2015, hlm 314-329

tujuannya hanya untuk liburan dan dengan gejala-gejala (seperti mencuci


relaksasi. Sojourner menetap sementara tangan berlebihan, mudah marah dan
di tempat baru untuk jangka waktu antara sebagainya). Jika perasaan ini ditangani
enam bulan sampai lima tahun. Sojourner dengan tepat (seperti mempelajari
mempunyai tujuan yang sudah pasti bahasa setempat, berteman dengan
yaitu seperti pendidikan, bisnis, tugas warga lokal dan sebagainya), orang
kemiliteran dan relawan. Imigran dan yang mengalaminya akan pulih atau
pengungsi berada di tempat baru dengan menyesuaikan diri dengan lingkungan
tujuan untuk menetap secara permanen baru dan merasa seperti di rumah (Martin
di tempat tersebut (Jandt, 2007: 289; Ting- dan Nakayama, 2003:270). Reaksi yang
Toomey, 1999: 234). diasosiasikan dengan kejutan budaya
Motivasi untuk menyesuaikan diri bervariasi di antara setiap individu dan
sangat tergantung pada jangka waktu dapat muncul dalam waktu yang berbed.
berada di tempat yang baru. Para imigran Beberapa reaksi yang dialami individu
misalnya yang harus membangun saat mengalami kejutan budaya adalah:
kembali kehidupannya dan memperoleh a) Permusuhan terhadap lingkungan
keanggotaan tetap di lingkungan yang baru. yang baru, b) Perasaan disorientasi, c)
Kondisi ini berbanding terbalik dengan Perasaan tertolak, d) Sakit perut dan
kontak sekedarnya yang biasa dilakukan sakit kepala, e) Rindu kampung halaman,
para sojourner. Alasan para sojourner f) Merindukan teman dan keluarga, g)
pada umumnya adalah untuk meraih gelar Perasaan kehilangan status dan pengaruh,
sarjana atau hanya untuk meningkatkan h) Menyendiri, dan i) Menganggap
prestise di hadapan orang-orang di daerah anggota budaya yang lain tidak sensitif
asal. Alasan-alasan tersebut menyebabkan (Samovar, et.al., 2010: 476-477).
rendahnya motivasi untuk menyesuaikan Meskipun topik mengenai kejutan
diri dengan sistem budaya daerah yang budaya ditempatkan dalam kategori
dikunjungi (Gudykunst & Kim, 2003:358). “masalah”, adalah sebuah kekeliruan
jika menyimpulkan diskusi ini tanpa
Kejutan Budaya
menekankan bahwa kejutan budaya dapat
Setiap individu tentu mengalami
menjadi pengalaman pembelajaran eksplisit.
kejutan budaya (culture shock) saat ber­
Kejutan budaya memberikan kesempatan
transisi ke dalam budaya yang baru.
pada pengunjung untuk mempelajari
Kejutan budaya adalah perasaan
diri mereka sendiri. Pengalaman kejutan
disorientasi, tidak nyaman dengan
budaya memiliki potensi yang kuat untuk
suasana yang asing dan kurangnya
membuat seseorang menjadi multikultur
perasaan akrab dengan lingkungan,
atau bikultur (Samovar, et.al., 2010: 478).
yang berlangsung dalam jangka waktu
relatif singkat (Martin dan Nakayama, Metode Penelitian
2003: 270). Derajat kejutan budaya yang Metode yang digunakan dalam pe­
mempengaruhi orang-orang berbeda- nelitian ini adalah metode kualitatif
beda. Meskipun tidak umum terdapat juga deskriptif dengan sudut pandang feno­
orang-orang yang tidak dapat tinggal menologi. Penelitian deskriptif tidak
di negeri asing (Mulyana dan Rakhmat, dimaksudkan untuk menguji hipotesis
2005: 175). tertentu, tetapi hanya menggambarkan
Kalvero Oberg (1960), antropolog “apa adanya” tentang suatu variabel,
yang mencetuskan istilah culture shock, gejala, atau keadaan (Arikunto, 2007:
menyatakan bahwa kejutan budaya 234). Fenomenologi merupakan cara yang
bagai­ kan penyakit, yang dilengkapi digunakan manusia untuk memahami
Oktolina Simatupang, Lusiana A. Lubis dan Haris Wijaya, Gaya Berkomunikasi.... 323

dunia melalui pengalaman langsung. menerapkan pemikiran Moleong (2010:


Fenomenologi berarti membiarkan segala 249-257), yang memaparkan kegiatan
sesuatu menjadi jelas sebagaimana adanya analisis data melalui tiga proses, yaitu:
(Littlejohn, 2009: 57). Menurut Ikbar (2012: 1) Pemrosesan satuan. 2) Kategorisasi. 3)
65) dalam pandangan fenomenologi Penafsiran Data.
peneliti berusaha memahami arti peris­
Hasil dan Pembahasan
tiwa dan kaitan-kaitannya terhadap
Peneliti melakukan pengumpulan
orang-orang dalam situasi-situasi ter­
data penelitian dengan mendatangi lang­
tentu. Aspek subyektif dan perilaku
sung lokasi kampus ISI Yogyakarta di
orang yang menjadi penekanan.
desa Panggungharjo, Sewon, Bantul,
Subjek pada penelitian ini adalah
mahasiswa Batak asal Sumatera Utara Yogyakarta. Wawancara pertama dil­
yang menjalani pendidikan di Institut aku­­
kan pada tanggal 19 Mei 2015 dan
Seni Indonesia Yogyakarta. Kriteria wawancara terakhir pada tanggal 22
informan adalah informan menjalani Juni 2015. Peneliti cukup kesulitan
pendidikan mulai tingkat dasar hingga bertemu dengan informan karena ke­
tingkat atas di Sumatera Utara. Kriteria sibukan mereka yang padat terkait
ini berdasarkan pertimbangan bahwa dengan perkuliahan. Metode perkuliahan
jika informan tidak pernah berada di luar yang lebih berorientasi kepada praktek
Sumatera Utara selama menjalani wajib sangat menyita waktu mahasiswa untuk
belajar maka budaya daerah asal mereka mengerjakan tugas-tugas kuliah. ISI
masih terjaga konsistensinya. Yogyakarta juga menyelenggarakan
Cara yang dipakai untuk menentu­ Dies Natalis pada minggu terakhir bulan
kan sampel pertama adalah dengan Mei 2015 sehingga semakin menambah
menghubungi Keluarga Seni Batak Japaris kesibukan mahasiswa karena mereka harus
(KSBJ) yaitu organisasi mahasiswa Batak menampilkan karya dari fakultas/jurusan
di lingkungan Institut Seni Indonesia masing masing pada acara tersebut. Jadwal
Yogyakarta. Peneliti meminta informasi ujian akhir semester yang semakin dekat
dan rekomendasi dari pengurus turut melengkapi kesibukan mahasiswa
KSBJ untuk menentukan anggotanya berhubungan dengan persiapan ujian dan
yang sesuai dengan kriteria sebagai mempersiapkan karya yang akan diujikan
informan pertama untuk diwawancara. sesuai dengan jurusan masing masing.
Informan pertama selanjutnya diminta Peneliti menghubungi mahasiswa
merekomendasikan mahasiswa Batak yang bersedia untuk diwawancara.
lainnya untuk dijadikan informan. Begitu Mahasiswa yang dimaksud adalah
seterusnya sampai jumlahnya lebih mahasiswa yang sesuai dengan kriteria
banyak. Proses ini baru berakhir bila yang telah peneliti tetapkan untuk
peneliti merasa data telah jenuh, artinya menjadi informan. Peneliti kemudian
peneliti merasa tidak lagi menemukan menetapkan jadwal wawancara sesuai
sesuatu yang baru dari wawancara dengan waktu luang informan dan
(Kriyantono, 2007: 156-157). tempat yang disepakati. Seluruh proses
Metode pengumpulan data ada­ wawancara dilakukan di rumah makan
lah dengan wawancara mendalam karena lebih leluasa dalam melakukan
(depth interview), observasi dan studi tanya jawab serta menciptakan rasa
kepustakaan. Metode analisis data yang nyaman bagi informan dan minim
digunakan dalam penelitian ini adalah interupsi. Identitas informan tertera pada
analisis data secara kualitatif dengan tabel 1.
324 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 5, Juli 2015, hlm 314-329

Tabel 1. Identitas Informan

Berdasarkan hasil wawancara men­ menjadi gaya mereka berbicara sejak


dalam yang telah dilakukan, peneliti dari daerah asal. Kalimat yang basa-basi
memperoleh data tentang gaya komunikasi mereka anggap buang-buang waktu dan
informan. Peneliti menggunakan aspek seperti kehilangan jati diri. Berbicara
gaya bahasa dan bentuk pesan untuk langsung, lugas dan tanpa basa-basi
meng­ ukur gaya komunikasi tersebut. dirasa lebih praktis. Mereka merasa tidak
Data memperlihatkan bahwa secara nyaman ketika harus mengucapkan
umum mahasiswa Batak asal Sumatera kalimat yang basa-basi untuk beberapa
Utara di ISI Yogyakarta masih berbicara kondisi yang mengharuskan mereka
dengan dialek daerah asal mereka atau melakukannya seperti ketika berbicara
yang sering disebut dengan gaya Medan. k e p a d a d o s e n . Ga y a bica ra y a n g
Khususnya untuk Hansen dan Daniel langsung, lugas dan tidak suka basa-basi
yang masih berbicara dengan logat Batak menunjukkan bahwa mahasiswa Batak
yang kental.Informan berbicara dengan asal Sumatera Utara di ISI Yogyakarta
kalimat langsung dan lugas. Bentuk memiliki gaya komunikasi konteks-
pesan yang mereka gunakan juga tanpa rendah.
basa basi.Informan juga merasa kurang Mahasiswa suku Batak asal Sumatera
nyaman jika seseorang berbicara basa- Utara di ISI Yogyakarta menjunjung
basi kepada mereka.Mereka cenderung tinggi rasa persaudaraan sesama suku
memilih untuk memotong kalimat teman Batak. Mereka membentuk komunitas
yang sedang berbicara kepada mereka khusus suku Batak bernama KSBJ. Rasa
jika dianggap berbasa-basi. kekeluargaan sesama mahasiswa Batak
Informan memilih berbicara langsung, juga sangat tinggi yang merupakan
lugas dan tanpa basa-basi karena sudah gam­ baran sikap mereka pada in-group.
Oktolina Simatupang, Lusiana A. Lubis dan Haris Wijaya, Gaya Berkomunikasi.... 325

Mereka menganggap bahwa mahasiswa yang dianut komunitas bersangkutan


Batak adalah keluarga mereka apalagi (Mulyana, 2005: 73).
sesama mahasiswa Batak yang berasal Hampir seluruh informan tidak ter­
dari Sumatera Utara. Mereka lebih biasa dengan percakapan yang meng­
nyaman dalam berinteraksi dengan gunakan bahasa Jawa karena bukan
sesama mahasiswa suku Batak karena bahasa Jawa bukan bahasa pengantar
bisa leluasa dalam menunjukkan gaya yang dipakai di Sumatera Utara. Hanya
komunikasi mereka seperti di daerah Neni yang sudah terbiasa mendengarkan
asal. percakapan dalam bahasa Jawa ketika
Sikap kolektif ini secara tidak berada di Medan. Pemakaian bahasa Jawa
langsung mengakibatkan mahasiswa dalam komunikasi di Yogyakarta meng­
Batak lebih mementingkan in-group akibatkan terjadinya kejutan budaya
mereka. Sikap dalam memandang in-group bagi mereka. Pemakaian bahasa Jawa
dan out-group ini mengindikasikan ciri dalam komunikasi di Yogyakarta meng­
dari budaya konteks-tinggi. Hal ini karena akibat­kan terjadinya kejutan budaya bagi
pada budaya konteks-tinggi orang lebih mereka. Pada beberapa kondisi formal
mendengarkan loyalitas kelompoknya terkadang mereka juga tidak luput dari
(Liliweri, 2004: 158). Artinya sekalipun pemakaian bahasa Jawa seperti dosen
informan berkomunikasi dengan yang mengajar di kelas dengan bahasa
konteks-rendah namun budaya mereka Jawa dan mahasiswa suku Jawa yang
masih memiliki ciri budaya konteks- secara spontan berbicara dengan bahasa
tinggi. Dengan demikian maka tepatlah Jawa.
seperti yang dikemukakan Mulyana Terdapat kata atau ucapan yang me­
(2005: 135-136) bahwa meskipun budaya miliki makna berbeda ketika diucapkan di
Indonesia bersifat konteks-tinggi namun Sumatera Utara dan Yogyakarta. Orang-
derajat konteks-tingginya tidak sama orang di Sumatera Utara selalu menyebut
antara kelompok etnik yang satu dengan sepeda motor dengan kata “kereta”. Orang-
kelompok etnik-etnik lainnya. orang di Yogyakarta memakai kata
Informan yang berasal dari Su­ “kereta” untuk menyebut kereta api. Pada
m a­t era Utara h arus berh ad a p a n saat informan yang berasal dari Sumatera
de­n gan budaya baru ketika mereka Utara menyebutkan motor dengan kata
berada di Yogyakarta untuk menjalani “kereta” maka muncul kesalahpahaman
pendidikan di ISI Yogyakarta. Mereka ketika kata tersebut diucapkan dalam
harus melakukan adaptasi agar mampu komunikasi dengan rekan mereka yang
menjalani kehidupan di tempat yang berasal dari Yogyakarta. Demikian juga
baru dengan baik. Tantangan bahasa dengan kata “semalam” yang selalu
merupakan tantangan yang dialami disebut­ kan orang-orang di Sumatera
infor­man dalam proses adaptasi tersebut. Utara untuk menyatakan kemarin
Kebiasaan warga asli Yogyakarta yang semen­t ara di Yogyakarta “semalam”
kerap menggunakan bahasa Jawa dalam ber­arti kemarin malam. Ketika informan
berkomunikasi menyebabkan informan menyebutkan kata “semalam” maka kata
mengalami kebingungan pada proses tersebut dimaknai “kemarin malam” oleh
awal adaptasi mereka. Bahasa adalah rekan mereka yang ada di Yogyakarta
representasi budaya atau suatu “peta padahal yang dimaksudkan informan
kasar” yang menggambarkan budaya ter­ adalah hari kemarin. Kesalahpahaman
masuk pandangan dunia, kepercayaan, ini kerap terjadi di masa awal keberadaan
nilai, pengetahuan dan pengalaman informan di Yogyakarta. Informan tidak
326 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 5, Juli 2015, hlm 314-329

membutuhkan waktu lama untuk menjadi pada informan. Kebiasaan menyapa de­
terbiasa menggunakan kata “motor” ngan tersenyum kepada setiap orang
untuk sepeda motor dan “kemarin” melintas memang bukan kebiasaan
untuk hari kemarin, meskipun tetap ada yang lazim bagi masyarakat Sumatera
informan yang masih menggunakan kata Utara apalagi kepada orang yang tidak/
“semalam” hingga saat ini. belum dikenal. Informan merasa aneh
Pemaknaan kata di Yogyakarta juga ketika pertama kali mereka mendapatkan
ada yang menimbulkan kebingungan sapaan dan senyuman ketika melintas di
bagi informan. Masyarakat di Yogyakarta depan penduduk setempat. Ada infor­
ternyata tidak memiliki batasan waktu man yang mulai terbiasa dengan sikap
yang mutlak untuk kata “besok”. Infor­ tersebut bahkan menirunya, tetapi ada
man memaknai “besok” sebagai sehari juga informan yang merasa terganggu
setelah hari ini. Jika hari ini adalah hari tetap tidak nyaman jikalau harus me­
Senin maka besok otomatis adalah hari nyapa penduduk setiap kali melintas.
Selasa. Berbeda dengan orang-orang di Informan yang kemudian merasa risih
Yogyakarta karena bagi mereka besok dengan kebiasaan tersebut bahkan ada
belum tentu sehari setelah hari ini. Besok yang menghindari pertemuan dengan
bisa berarti dua hari kemudian, seminggu pen­duduk ketika melintas hanya supaya
kemudian, sebulan kemudian atau se­ tidak perlu bertegur sapa.
tahun kemudian. Informan kemudian Seseorang yang beradaptasi dengan
memilih untuk langsung mengkonfirmasi budaya baru akan mengalami ketidak­
kepada pihak yang menyebutkan kata nyamanan psikologis dan fisik yang
besok, kapan waktu yang dimaksudnya dikenal dengan nama kejutan budaya.
dengan besok. Makna suatu kata dapat Kejutan budaya merupakan keadaan
menjadi sangat berbeda ketika ditafsirkan mental yang datang dari transisi yang
oleh komunitas budaya lain. Oleh karena terjadi ketika seseorang pergi dari ling­
itu tidak ada hubungan yang mutlak kungan yang dikenal ke lingkungan
antara suatu kata dengan rujukannya. yang tidak dikenal dan menemukan
Tanpa memahami makna kontekstual bahwa perilakunya yang dulu tidak
kata-kata yang kita gunakan, kita bisa efektif (Samovar, et.al., 2010: 474-475).
salah paham, bingung atau kehilangan Adaptasi terhadap budaya yang baru
muka (Mulyana, 2005: 116). bukanlah proses yang berlangsung
Orang-orang yang berusaha untuk hanya satu malam namun merupakan
menyesuaikan diri dan berinteraksi proses transformasi yang berlangsung
dengan budaya baru harus menghadapi secara bertahap (Ting-Toomey, 1999:
tantangan yang berhubungan tidak hanya 233). Dengan demikian adalah sesuatu
dengan belajar bahasa tambahan, namun hal yang wajar jika terjadi kejutan budaya
juga dengan pola budaya yang unik ketika beradaptasi dengan budaya baru.
yang ditemukan dalam setiap bahasa Perasaan rindu kampung halaman
(Samovar, et.al., 2010: 480). Pola unik (homesick) adalah reaksi yang dialami oleh
yang harus dihadapi informan adalah hampir seluruh informan. Perasaan rindu
kebiasaan masyarakat di Yogyakarta tersebut bukan hanya kepada lingkungan
secara khusus di Sewon yang selalu daerah asal mereka tetapi juga kerinduan
menyapa dan tersenyum kepada setiap kepada keluarga dan teman-teman
orang yang melintas sekalipun tidak mereka di daerah asal. Reaksi yang
saling mengenal. Kebiasaan ini juga meng­anggap anggota budaya lain tidak
menyebabkan terjadinya kejutan budaya sensitif juga dialami ketika gaya berbicara
Oktolina Simatupang, Lusiana A. Lubis dan Haris Wijaya, Gaya Berkomunikasi.... 327

informan yang lugas dengan intonasi kebingungan bagi informan apalagi ter­
yang keras dianggap kurang baik. kadang penduduk lokal tidak menyadari
Masalah kejutan budaya biasanya bahwa mereka sedang berbicara dengan
dilewati orang-orang dalam empat orang yang berasal dari luar Yogyakarta
tahapan (Samovar, et.al., 2010: 477-478). dan tidak mengerti bahasa Jawa. Informan
Tahapan-tahapan tersebut juga dilewati yang masih berada dalam fase ini adalah
oleh informan. Empat tahapan tersebut Hansen, Tulus dan Abdi.
diantaranya: Ketiga, Fase Awal Resolusi. Fase
Pertama, fase Kegembiraan. Fase ini ketiga ditandai oleh pemahaman yang
penuh dengan rasa gembira, harapan dan diperoleh dari budaya yang baru. Di sini
euforia seperti yang diantisipasi seseorang orang-orang secara bertahap membuat
ketika berhadapan dengan budaya yang beberapa penyesuaian dan modifikasi
baru. Fase ini dilalui oleh seluruh informan. dalam bagaimana mereka berhadapan
Rasa gembira, harapan dan euforia yang dengan budaya yang baru. Peristiwa dan
dirasakan informan cenderung kepada orang-orang sekarang kelihatan lebih dapat
keputusan mereka untuk kuliah di ISI diprediksi dan tingkat stres sedikit. Pada
Yogyakarta. Mereka gembira ketika akhir­ fase ke tiga, informan sudah melakukan
nya bisa berada di Yogyakarta dengan beberapa penyesuaian seperti mempelajari
harapan besar akan bisa melewati proses sedikit demi sedikit bahasa Jawa untuk
seleksi dan diterima sebagai maha­ mengurangi kebingungan ketika ber­
siswa. Sangat disayangkan karena fase komunikasi dengan orang-orang Jawa
kegembiraan ini tidak dilengkapi dengan atau membiasakan diri dengan kebiasaan
pengetahuan yang cukup tentang budaya menyapa setiap orang yang melintas.
yang baru. Padahal pengetahuan yang Informan memang tidak kemudian men­
memadai tentang budaya baru juga jadi fasih berbahasa Jawa. Setidaknya
penting bagi mereka karena kehidupan dengan mengetahui makna dari beberapa
mereka bukan hanya sekedar kehidupan kosakata Jawa yang umum dipergunakan
perkuliahan. dalam percakapan sehari-hari mampu
Kedua, Fase Kekecewaan. Fase ke dua mengurangi kendala komunikasi.
ini dimulai ketika seseorang menyadari Dalam fase yang terakhir ini se­
ke­nyataan dari ruang lingkup yang ber­ seorang mulai mengerti elemen kunci
beda dan beberapa masalah awal mulai dari budaya yang baru (nilai, kebiasaan
berkembang. Misalnya kesulitan adaptasi khusus, pola komunikasi dan lain-lain).
dan komunikasi mulai timbul.F ase ini Pada tahap ini orang merasa nyaman
kadang ditandai oleh perasaan kecewa, dalam budaya yang baru dan mampu
tidak puas dan segala sesuatunya bekerja dengan baik. Informan yang
mengerikan. Hal ini merupakan periode menurut peneliti telah berada pada fase
krisis dari kejutan budaya. Orang- ini adalah Ade, Neni, Maria, Daniel dan
orang mulai bingung dan heran dengan Afrina. Informan juga tidak perlu sampai
lingkungan baru mereka. Pada fase kedua harus kehilangan budaya daerah asal
ini informan mengalami kesulitan untuk mereka untuk bisa merasakan nyaman
beradaptasi dengan budaya setempat. di budaya baru. Beberapa budaya dari
Dalam hal komunikasi informan harus daerah asal yang masih mereka per­
berhadapan dengan tradisi orang-orang tahankan baik secara sadar ataupun tidak
di Yogyakarta yang selalu berkomunikasi sadar adalah seperti logat/dialek yang
dengan menggunakan bahasa Jawa. masih tetap dan gaya bicara yang masih
Kebiasaan ini tentu saja menyebabkan blak-blakan.
328 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 5, Juli 2015, hlm 314-329

Simpulan kegiatan budaya yang baru sehingga


Berdasarkan hasil analisis data dan memiliki kesempatan untuk berinteraksi
pembahasan tentang gaya komunikasi dengan anggota budaya tuan rumah
dan adaptasi budaya mahasiswa Batak tersebut. 3) Parameter yang digunakan
asal Sumatera Utara di Institut Seni untuk menentukan gaya komunikasi
Indonesia Yogyakarta, maka peneliti adalah pada tingkat permukaan yaitu
me­ nyimpulkan sebagai berikut: 1) terbatas pada cara berbicara dan bentuk
Gaya komunikasi mahasiswa Batak asal pesan. Disarankan untuk penelitian lebih
Sumatera Utara di Institut Seni Indonesia lanjut agar menggali lebih jauh tentang
Yogyakarta cenderung komunikasi aspek-aspek yang terkait dengan gaya
konteks-rendah yang terlihat dari gaya komunikasi konteks-tinggi dan konteks-
bicara mereka yang lugas, langsung rendah. 4) Adaptasi budaya diteliti
dan eksplisit. 2) Mahasiswa Batak asal sampai tingkat kejutan budaya. Untuk
Sumatera Utara di Institut Seni Indonesia mengetahui adaptasi budaya yang lebih
Yogyakarta masih mempertahankan dalam maka perlu dilakukan penelitian
logat/dialek seperti saat berada di daerah lanjutan dengan waktu penelitian yang
asal dan beberapa kosakata dari Sumatera lebih lama.
Utara dalam komunikasi sehari-hari. 3)
Daftar Pustaka
Mahasiswa Batak asal Sumatera Utara di
Bahfiarti, Tuti. (2012). Komunikasi
Institut Seni Indonesia Yogyakarta tidak
Antarbudaya Mahasiswa Malaysia
terluput dari proses adaptasi budaya
di Kota Makassar.Jurnal Penelitian
ketika mereka berada di Yogyakarta. 4)
Komunikasi, Informatika dan Media
Mahasiswa Batak asal Sumatera Utara di
Massa, Volume. 15 No. 2, Agustus
Institut Seni Indonesia Yogyakarta juga
2012.
mengalami kejutan budaya tetapi masih
dalam kondisi yang tidak berat. Campbell, Nittaya. (2012). Promoting
Melalui penelitian ini penulis mem­ Intercultural Contact on Campus:
berikan saran diantaranya; 1) Setiap A Project to Connect and Engage
individu tentunya memiliki gaya ber­ International and Host Students.
komunikasi yang berbeda sesuai dengan Journal of Studies in International
budaya darimana dirinya berasal. Per­ Education.
bedaan gaya komunikasi sebaiknya
diterima sebagai sebuah kewajaran. Cohen, Raymond. (2004). Negotiating Across
Menerima perbedaan orang lain juga Cultures: International Communication
akan menolong setiap individu untuk in An Independent World–Revised
bisa hidup harmonis dan berkomunikasi Edition. Washington, D.C.: United
dengan baik di lingkungan manapun States Institute of Peace Press.
dirinya berbeda. 2) Siapapun tidak akan Creswell, John.W. (2010). Research Design
berhasil beradaptasi dengan budaya Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
yang baru jika tetap mempertahankan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
secara utuh budayanya yang lama.
Setidaknya ada tiga strategi yang ber­ Gudykunst, William B. dan Young Yun
manfaat dan mempermudah untuk ber­ Kim. (2003). Communicating With
adaptasi dengan budaya baru yaitu: Strangers. New York: McGraw-Hill.
menjalin hubungan pribadi dengan
Hall, Edward T. (1989). Beyond Culture. New
budaya tuan rumah, mempelajari budaya
York: Anchor Books.
tuan rumah dan berpartisipasi dalam
Oktolina Simatupang, Lusiana A. Lubis dan Haris Wijaya, Gaya Berkomunikasi.... 329

Jandt, Fred.E. (2007). An Introduction to Berbeda Budaya. Bandung: PT Remaja


Intercultural Communication: Identities Rosdakarya.
in A Global Community (5thed.).
Nishimura, Shoji, Anne Nevgi dan Seppo
California: Sage Publication, Inc.
Tella. (2008). Communication Style
Kriyantono, Rachmat. (2007). Teknik Praktis and Cultural Features in High/Low
Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada Context Communication Cultures: A
Media Group. Case Study of Finland, Japan and India.
Uudistuva ja kehittyvä ainedidaktiikka:
Liliweri, Alo. (2011). Komunikasi Serba Ada
Ainedidaktinen symposiumi 8.2.2008
Serba Makna. Jakarta: Prenada Media
Helsingissä. Osa 2.Prosiding.
Group.
Samovar, Larry A, Richard E. Porter dan
Littlejohn, Stephen W. dan Karen A. Foss.
Edwin R. McDaniel.(2010). Komunikasi
(2009). Teori Komunikasi. Jakarta:
Lintas Budaya. Jakarta: Salemba
Salemba Humanika.
Humanika.
Lubis, Lusiana A dan Emma Violeta
Sekeon, Kezia. (2013). Komunikasi Antar
Pinem.(2012). Culture Shock Pada
Budaya Pada Mahasiswa Fisip Unsrat
Mahasiswa Asal Malaysia di Medan.
(Studi pada Mahasiswa Angkatan
Jurnal Komunika. Volume VIII. No. 2,
2011). Jurnal Acta Diurna, Volume 2.
September 2012.
No 3 (2013).
Mahasiswa di Yogyakarta Ditahan Polisi Karena
Surat Suara Cadangan Dibutuhkan di
Curhat di Media Sosial. Diakses tanggal
Yogyakarta. (11 Maret 2014). Diakses
17 April 2015, dari http://www.
tanggal 24 Maret 2015, dari http://
voaindonesia.com
www.rumahpemilu.org.
Managing Intercultural Conflicts. Diakses
Ting-Toomey, Stella. (1999). Communicating
tanggal 24 Maret 2015, dari https://
Across Culture. New York: The
www.ohrd.wisc.edu
Guilford Press.
Martin, Judith N. dan Thomas K. Nakayama.
Tubbs, Stewart L. dan Sylvia Moss. (2005).
(2008). Experiencing Intercultural
Human Communication: Konteks-konteks
Communication (3rded.). New York:
Komunikasi. Bandung: PT Remaja
McGraw-Hill.
Rosdakarya.
..... (2003). Intercultural Communication in
Yuan, Wenli. (2011). Academic and Cultural
Contexts (3rded.). New York: McGraw-
Experiences of Chinese Students at
Hill.
An American University. Intercultural
Moleong, Lexy J. (2010).Metodologi Penelitian Communication Studies Journal.Volume
Kualitatif. Bandung: PT Remaja XX.No.1. 8
Rosdakarya.
Alasan Kuliah di Yogyakarta.(8 Agustus 2014).
Mulyana, Deddy. (2005). Komunikasi Diakses tanggal 24 Maret 2015, dari
Efektif Suatu Pendekatan Lintasbudaya. http://www.berkuliah.com
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
(Kasus Florence) Ide Sweeping Orang Batak
Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat. dari Yogya? Segitunya! Diakses tanggal
(2005). Komunikasi Antarbuaya Panduan 17 April 2015, dari http://sosbud.
Berkomunikasi dengan Orang-orang kompasiana.com.
AKTIVITAS MEDIA RELATIONS HUMAS SETDA KOTA
SALATIGA DALAM MEMBENTUK BERITA POSITIF

Nugrahaning Esa Pratiwi, Richard Gordon Mayopu, dan George Nicholas Huwae

Program Studi Public Relations, Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya
Wacana, Jl. Diponegoro No. 52-60, Salatiga, Jawa Tengah, No Telp. (0298) 321212
Email: 602013604@student.uksw.edu, richard.mayopu@staff.uksw.edu,
nicholas.huwae@staff.uksw.edu

Abstract
This research aims to find out the role of media relations in forming positive news on printed media by having
a special page for Salatiga news as research focus. This research is a qualitative research by using qualitative
descriptive approach. Observation, interview, document collection and photo activities are used to collect data.
The result indicates that informal media relations activities are more effective to create positive news about
Salatiga government in printed media because it can build good relation between Public Relations practitioners
and journalists.

Key Words: Media Relations Activities, Positive News, Printed Media

Abstrak
Penelitian dilakukan untuk mengetahui peran aktivitas media relations dalam membentuk berita
positif di media cetak dengan menjadikan suratkabar yang memiliki halaman khusus untuk berita
Salatiga sebagai fokus penelitian. Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang
menjadikan observasi, wawancara, pengumpulan dokumen dan foto sebagai teknik pengumpulan
data. Hasil penelitian ini menunjukkan aktivitas media relations informal lebih berperan dalam
membentuk berita positif tentang pemerintahan Kota Salatiga di media cetak karena dapat
menciptakan hubungan baik antara humas dan jurnalis.

Kata Kunci : Aktifitas Media Relations, Berita Positif, Media Cetak

Pendahuluan di dalam proyek anda. Hampir semua


Salatiga merupakan nama sebuah stakeholder akan menyediakan layanan
kota kecil yang berada di wilayah (pemenuhan permintaan, keahlian,
provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan peralatan, dan lain-lain) ke proyek anda,
ke­s adaran bersama dan didorong ke­ menerima layanan (data, fungsi, dan lain-
butuh­ a n areal pembangunan demi lain), atau memiliki hubungan dua arah
pengembangan daerah, muncul gagasan (Thomsett, 2006). Para stakeholder dapat
mengadakan pemekaran wilayah. Per­ berasal dari dalam perusahaan atau dari
luasan wilayah Kota Salatiga tentu perusahaan lain untuk membentuk citra
memer­lukan pengelolaan yang baik agar positif Pemerintah secara khusus dan
dapat menambah kemajuan kota Salatiga. Kota Salatiga secara umum.
Oleh karena itu dibentuk Satuan Kerja Sebagai upaya memenuhi kebutuhan
Pemerintah Daerah (SKPD) beserta Tata pemerintah terhadap relasi yang baik
Kerjanya. Pemerintah juga menyadari dengan stakeholder maka dibentuklah
akan pentingnya membentuk relasi Bagian Hubungan Masyarakat yang
yang baik dengan para stakeholderyaitu berada dibawah Sekretariat. Stakeholder
kelompok, atau organisasi yang berada Bagian Humas Setda Kota Salatiga yang
di luar kendali anda yang berkecimpung diteliti pada penelitian kali ini hanya
Pratiwi, R. Gordon Mayopu, dan G. Nicholas Huwae, Aktivitas Media . .. 331

berfokus pada instansi media yaitu Tabel 1. Jumlah Berita Kota Salatiga di Media
stakeholder yang mampu membantu Cetak
humas dalam mensosialisasikan program
kerja Pemerintah kepada stakeholder
Pemerintah yang lain terutama kepada
masyarakat. Humas sebagai corong
Pemerintah perlu melakukan upaya
untuk menjalin relasi yang baik lebih dulu
dengan media atau yang biasa disebut dalam membentuk berita positif di
dengan istilah media relations. media cetak yang dituangkan dalam
Menurut hasil wawancara yang di­ judul penelitian yaitu “Peran Aktifitas
lakukan peneliti dengan Kabag Bagian Media Relations dalam Membentuk
Humas Setda Kota Salatiga, Bapak Berita Positif di Media Cetak”. Penelitian
Adi Setiarso, S.E didapat pernyataan ini dilaksanakan dengan melihat keter­
bahwa hubungan humas dan media libatan antara Humas Setda Kota Salatiga
semakin hari semakin baik. Hubungan dan jurnalis media cetak dalam aktifitas
yang semakin baik juga diikuti dengan media relations yang diadakan oleh Bagian
berita positif mengenai Kota Salatiga Humas Setda kota Salatiga.
dan Pemerintah yang memiliki jumlah Dari Sudut Pandang Praktisi Humas
lebih banyak daripada berita negatifnya Kementerian dan Wartawan (Studi
dalam setiap bulan.Secara lebih jelas, Kasus : Media relations di Kementerian
pemberitaan tentang Kota Salatiga dan Pen­didikan dan Kebudayaan Republik
pemerintahannya dapat dilihat pada Indonesia dalam rangka sosialisasi
media cetak terutama pada media cetak program dan kebijakan kementerian)”
surat kabar yang memiliki halaman (Yunita, 2012). Penelitian ini mengungkap
khusus untuk berita seputar Kota Salatiga. bahwa Kemendikbud melakukan
Sesuai data analisis media yang di­ sosialisasi program dan kebijakan dengan
buat oleh sub-bagian analisis kemitraan menggunakan beberapa saluran media
media pada Bagian Humas Setda yaitu media cetak, media elektronik,
Kota Salatiga, jumlah berita mengenai media luar ruang, media tatap muka,
Kota Salatiga yang meliputi segala media kemitraan, pengumpulan dan
kejadian baik di masyarakat maupun di pengolahan informasi pendidikan
pemerintahan selama 5 bulan mulai Mei- dan kebudayaan, dokumentasi foto/
September 2014 yang disajikan melalui audiovisual dan pengembangan mutu
media cetak dapat dilihat pada tabel 1. SDM. Hasil penelitian menyimpulkan
Hubungan baik antara Humas Setda Kota bahwa banyaknya kegiatan Kemendikbud
Salatiga dan jurnalis media kontributor dengan menggunakan saluran media
Kota Salatiga juga terlihat dengan tidak ternyata belum diikuti dengan pemahaman
di blow-up¬nya kasus mengenai sengketa humas Kemendikbud mengenai makna
tanah di Salatiga oleh media. Oleh karena dan maksud media relations sehingga
itu, peneliti menganggap perlu untuk Humas Kemendikbud bisa dikatakan
mengungkap dan mengetahui aktifitas belum mampu menjalankan tugas seba­
media relations yang dilakukan Humas gai perwakilan Kemendikbud terutama
Setda Kota Salatiga kepada jurnalis media sebagai sumber informasi utama bagi
kontributor Kota Salatiga (jurnalis yang wartawan di lingkungan Kemendikbud.
mendapatkan tugas untuk mencari berita- Penelitian lain berjudul “Strategi
berita seputar Salatiga) serta peranannya Media Relations dalam Pemerintahan
332 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 5, Juli 2015, hlm 330-345

Daerah (Studi Deskriptif Kualitatif tentang tercapainya mutual understanding (saling


Strategi Media Relations Bagian Humas pengertian) antara perusahaan dengan
dan Protokol Pemerintah Kota Surakarta publiknya. Kini praktek PR memunculkan
dalam Menjalin Hubungan dengan Media berbagai macam-macam PR, antara lain
Untuk Meningkatkan Citra Positif di PR Pemerintahan, PR Industri dan Bisnis,
Masyarakat Kota Surakarta)” (Prasetyo, PR Sosial, dan PR Internasional (Ardianto,
2010). Penelitian ini mengungkap proses 2009).
strategi media relations yang dilakukan Dalam prakteknya, penerapan PR
oleh Bagian Humas dan Protokol Pemkot antara organisasi profit dengan lembaga
Surakarta yaitu menggunakan media pemerintahan memiliki perbedaan. PR
audio, media visual dan penggabungan atau humas pemerintah pada dasarnya
kedua media tersebut yaitu audio-visual. tidak bersifat politis, PR Pemerintahan
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dibentuk untuk mempublikasikan atau
citra Kota Surakarta cukup kurang dan mem­promosikan kebijakan-kebijakan pe­­
meski dapat mengakomodir kebutuhan me­­
rintahan, memberi informasi secara
wartawan terhadap informasi, namun teratur tentang kebijakan, rencana-rencana
pencitraan Humas dan Protokol kurang tentang peraturan dan perundang-
ada, yang ada hanyalah pencitraan undangan, dan segala sesuatunya yang
Walikota. berpengaruh kepada kehidupan masya­
Kedua penelitian terdahulu diatas rakat (Ardianto, 2009). Humas instansi
m emi l i ki p ers amaan yaitu s am a - pemerintahan yang memiliki karakteristik
sama mencoba mengetahui bentuk yang berbeda dibandingkan humas pada
media relations yang dilaksanakan umumnya, membutuhkan dasar hukum
bagian Humas Pemerintah. Sedangkan yang jelas dalam menjalankan tugas
perbedaannya yaitu jika pada penelitian pokok dan fungsinya. Terlebih, efek
pertama mengacu pada pelaksanaan dari kinerja humas instansi pemerintah
media relations untuk mensosialisasikan sangat luas dan tidak terbatas kepada
program dan kebijakan, penelitian kali sekelompok publik tertentu (Wahyu Nilla
ini berfokus pada peran pelaksanaan Sari, 2012).
media relations dan jika penelitian Pelaksanaan kehumasan lembaga
kedua dilakukan untuk mengukur citra pemerintahan, Bagian Humas Setda Kota
pemerintah melalui relasi dengan media Salatiga yang secara langsung melayani
massa, penelitian kali ini mencoba dan berhubungan dengan media tidak
mengetahui proses dibalik pembentukan dapat hanya diam saja menikmati
citra yaitu melalui pemberitaan di media hubungan yang telah terjalin. Oleh karena
cetak khususnya media cetak yang itu, Humas Setda Kota Salatiga perlu
memiliki halaman khusus untuk berita melaksanakan aktifitas media relations
tentang Kota Salatiga yang nantinya sebagai usaha untuk mencapai publikasi
dapat menghasilkan data mengenai atau penyiaran yang maksimum atas
peran aktifitas media relations dalam suatu pesan atau informasi humas
membentuk berita positif di media cetak. dalam rangka menciptakan pengetahuan
Dalam melaksanakan fungsi kehumasan dan pemahaman bagi khalayak dari
ini, aktifitas dilaksanakan oleh bagian organisasi atau perusahaan yang ber­
humas atau dikenal dengan istilah public sangkutan (Jefkins, 1992). Beberapa cara
relations (PR) karena PR berperan sebagai yang dapat dijadikan alat melakukan
“jembatan” antara perusahaan atau hubungan pers (media relations) antara
organisasi dengan publiknya, terutama lain newsletter, acara khusus, press tour,
Pratiwi, R. Gordon Mayopu, dan G. Nicholas Huwae, Aktivitas Media . .. 333

laporan tahunan, pensponsoran, poster, kalimat, yang tersusun sistematis, ter­


iklan, pengumpulan uang, seminar struktur (Mursito, 2013). Dalam Kamus
dan program latihan, majalah dinding Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berita
serta pameran. Selain itu, ada beberapa diartikan sebagai keterangan mengenai
acara pers yang dapat dilakukan oleh kejadian atau peristiwa yang hangat;
praktisi Humas yaitu konferensi pers laporan sedangkan kata positif berarti
(press conference), kunjungan pers (facility bersifat nyata dan membangun sehingga
visit) dan resepsi pers (press reception) dari urian diatas dapat disimpulkan
(Syaifullah, 2004). Bentuk aktifitas media bahwa definisi berita positif adalah laporan
relations bermacam-macam sesuai dengan tentang suatu kejadian yang hangat,
tujuan masing-masing organisasi atau yang ditulis di media massa serta bersifat
perusahaan. nyata dan membangun. Sedang­k an
Pelaksanaan kegiatan media relations menurut penuturan salah satu staf sub-
menempati posisi penting dalam peker­ bagian Analisis Kemitraan Media (AKM),
ja­an seorang public relations karena Humas Setda Kota Salatiga, Lukman
media massa menjadi penjaga gawang Fahmi, S.H.I., realitas maupun keterangan
(gatekeepers) dan mengontrol informasi kejadian dianggap bukan berita buruk
yang mengalir ke masyarakat dalam bagi Pemerintah Kota Salatiga jika berita
suatu sistem sosial (Darmastuti, 2012). tidak menyebabkan pandangan buruk
Hal itu sudah sejak lama disadari bahwa atau menurunkan ke­percayaan masyarakat
pers memiliki peranan yang besar dalam terhadap peme­ rintah seperti berita yang
kehidupan sebuah lembaga, terlebih bagi tidak mendiskreditkan pemerintah. Se­
lembaga yang selalu haus akanpengakuan hingga berita positif bagi pemerintahan,
masyarakat. Bagi lembaga pemerintahan jika dilandasi dengan konsep berita buruk
pun, untuk meningkatkan citra positif diatas dapat diartikan sebagai berita
membutuhkan pula peranan media massa yang menyebabkan pandangan baik atau
ini. Sebab sebuah keberhasilan tanpa meningkatkan kepercayaan masyarakat
diketahui masyarakat merupakan suatu terhadap pemerintah.
kegiatan yang sia-sia (Abdullah, 2004). Berita-berita tentang Pemerintah
Media relations hanyalah salah satu Kota Salatiga kemudian dimuat di media
bagian dari public relations, namun bisa massa yang secara lebih jelas dapat dilihat
menjadi perangkat yang sangat penting dalam media massa cetak yaitu surat kabar
dan efisien. Begitu kita bisa menyusun terutama yang memiliki halaman khusus
pesan yang bukan saja diterima, tetapi untuk berita tentang Salatiga. Surat
juga dipandang penting oleh media kabar merupakan media cetak dengan
lokal, maka kita sudah membuat langkah format broadsheet. Secara garis besar,
besar menuju keberhasilan program kita media cetak terdiri dari fakta dan opini
(Iriantara, 2005). sedangkan isi media cetak berdasarkan
Dengan hubungan baik yang ter­ fakta adalah berita (Abdullah, 2004).
bentuk antara Humas Setda Kota Salatiga Berita yang dimuat dalam surat kabar
dan jurnalis media kontributor Kota dapat memenuhi kebutuhan pemerintah
Salatiga, nyatanya diikuti oleh jumlah berita terhadap pembentukan citra yang baik
positif tentang Salatiga yang jumlahnya sebagai upaya agar pemerintah dapat
lebih banyak dari berita negatif pada tetap hidup dan orang-orang di dalamnya
setiap bulannya. Berita yang disajikan terus mengembangkan kreativitas bahkan
merupakan realitas simbolik, realitas yang memberikan manfaat yang lebih berarti
terdiri dari kata-kata yang membentuk bagi orang lain (Kasali, 2003).
334 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 5, Juli 2015, hlm 330-345

Metode Penelitian berbagai segi sehingga lebih kredibel


Penelitian ini merupakan jenis pe­ dan akurat (Suparno, 2008). Penelitian ini
nelitian deskriptif kualitatif yang ber­ menggunakan triangulasi sumber data
sifat melukiskan realitas sosial yang yaitu triangulasi yang dilakukan dengan
kompleks yang ada di masyarakat membandingkan dan mengecek baik
(Mantra Bagoes, 2004). Unit amatan derajat kepercayaan suatu informasi yang
dalam penelitian ini adalah Humas Setda diperoleh melalui waktu dan cara yang
Kota Salatiga dengan unit analisa yaitu berbeda. Hasil dari perbandingan yang
aktifitas media relations yang dilakukan diharapkan adalah berupa kesamaan
oleh Humas Setda Kota Salatiga. Data atau alasan-alasan terjadinya perbedaan
dikumpulkan dengan teknik observasi (Bungin, 2010).
lapangan dan wawancara yang menjadi
Hasil dan Pembahasan
data primer serta didukung dengan
Dalam sebuah lembaga pemerintahan,
dokumen berupa berita tentang Salatiga
bagian humas atau public relations (PR)
pada 4 surat kabar serta foto kegiatan
memiliki peranan yang sangat penting.
media relations Humas Setda Kota
Pe n tin g n y a p e ra n a n h u ma s te la h
Salatiga yang menjadi data sekunder.
ditangkap oleh Pemerintah Kota Salatiga
Sumber informasi pada penelitian ini
yang kemudian menempatkan bagian
adalah pegawai Humas Setda Kota
Humas sebagai jembatan antara organisasi
Salatiga, jurnalis media cetak surat kabar
dengan publiknya, terutama tercapainya
kontributor Kota Salatiga yaitu jurnalis
mutual understanding (saling pengertian)
Jateng Pos, Jawa Pos, Suara Merdeka dan
antara organisasi dengan publiknya.
Wawasan dimana surat kabar tersebut
Humas pemerintah pada dasarnya tidak
memiliki halaman khusus untuk berita-
bersifat politis, humas pemerintahan
berita tentang Kota Salatiga serta Kepala
dibentuk untuk mempublikasikan atau
Kelurahan Kalicacing.
mempromosikan kebijakan-kebijakan
Teknik analisis data pada penelitian
peme­­rintahan, memberi informasi secara
ini adalah analisis interaktif yang terdiri
teratur tentang kebijakan, rencana-rencana
dari 3 langkah yaitu reduksi, model data
tentang peraturan dan perundang-
(data display) dan penarikan atau verifikasi
undangan, dan segala sesuatunya
kesimpulan sebagai langkah terakhir
yang berpengaruh kepada kehidupan
(Ardianto, 2010). Dalam menganalisa
masyarakat (Ardianto, 2009).
dokumen berupa berita tentang Salatiga
Humas instansi pemerintahan yang
pada 4 surat kabar sebagai data pendukung
memiliki karakteristik yang berbeda
penelitian, dilakukan teknik analisis isi
dibandingkan humas pada umumnya,
yaitu teknik sistematik untuk menganalisis
membutuhkan dasar hukum yang jelas
isi pesan dan mengolah pesan, atau alat
dalam menjalankan tugas pokok dan
untuk mengobservasi dan menganalisis
fungsinya. Terlebih, efek dari kinerja
isi perilaku komunikasi yang terbuka
humas instansi pemerintah sangat luas
dari komunikator yang dipilih. Analisis
dan tidak terbatas kepada sekelompok
isi dapat digunakan untuk menganalisis
publik tertentu (Wahyu Nilla Sari,
semua bentuk komunikasi yang salah
2012). Perbedaan tersebut terletak pada
satunya adalah surat kabar (Ardianto,
orientasi pelaksanaan pekerjaan yang
2010).
tidak berusaha memperoeh keuntungan
Sebagai validitas data, triangulasi
berupa materi tetapi pada kepuasan
yaitu melihat situasi dari berbagai
masyarakat akan kinerja pemerintah.
sudut pandang atau perspektif, dari
Humas Setda Kota Salatiga juga selalu
Pratiwi, R. Gordon Mayopu, dan G. Nicholas Huwae, Aktivitas Media . .. 335

mengerjakan tugasnya sesuai dengan seluruh pegawai Humas Setda Kota


aturan pemerintah yang diberlakukan dan Salatiga bahwa humas tidak membatasi
yang telah dituliskan dalam himpunan media apapun yang ingin menjadi partner
tugas pokok dan fungsi (tupoksi). humas tetapi jurnalis dari media apapun
Meskipun dalam bagian Humas terbagi diterima humas tanpa membedakan
menjadi 3 sub-bagian tetapi setiap sub- dengan yang lainnya.
bagian selalu bekerja sesuai dengan Dalam perkembangannya, Kota
tugas masing-masing sehingga tidak ada Salatiga mengalami perluasan wilayah
tumpang tindih pekerjaan dan semua dibandingkan dengan pada saat awal
tanggung jawab humas dapat dikerjakan dibentuk. Humas sebagai penyampai
dengan baik. Pada gambar 1 dapat dilihat informasi memiki keterbatasan dalam
struktur kepegawaian Humas Setda Kota hal penyebarluasan program kerja
Salatiga. pemerintah kepada masyarakat secara
Dalam perkembangannya, Kota menyeluruh sedangkan pemerintah
Salatiga mengalami perluasan wilayah membutuhkan kepercayaan masyarakat
dibandingkan dengan pada saat awal sebagai dukungan atas kinerja
dibentuk. Humas sebagai penyampai pemerintah. Oleh karena itu, di era
informasi memiki keterbatasan dalam modern ini sebagai humas modern yang
hal penyebarluasan program kerja baik akan mendukung kesuksesan
pemerintah kepada masyarakat perusahaan dimana teknik modern adalah
secara menyeluruh sedangkan peme­ membangun reputasi dan publisitas
rintah membutuhkan kepercayaan melalui media massa (Syaifullah, 2004).
masyarakat sebagai dukungan atas kinerja Humas membutuhkan media
pemerintah. Di era modern ini sebagai massasebagai sarana dalam
humas modern yang baik akan men­ menyampaikan program kerja pemerintah
dukung kesuksesan perusahaan dimana kepada masyarakat luas secara merata.
teknik modern adalah membangun Selama menjalin hubungan dengan
reputasi dan publisitas melalui media media, diakui oleh seluruh pegawai
massa (Syaifullah, 2004). Humas Humas Setda Kota Salatiga bahwa
membutuhkan media massasebagai humas tidak membatasi media apapun
sarana dalam menyampaikan program yang ingin menjadi partner humas tetapi
kerja pemerintah kepada masyarakat jurnalis dari media apapun diterima
luas secara merata. Selama menjalin humas tanpa membedakan dengan yang
hubungan dengan media, diakui oleh lainnya. Humas yang telah memiliki

Gambar 1. Struktur Kepegawaian Humas Setda Kota Salatiga


336 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 5, Juli 2015, hlm 330-345

Gambar 2. Jalur Koordinasi Humas dan Media

hubungan baik dengan jurnalis media hubungan humas dan media dalam suatu
massa tidak menutup mata tetapi terus kegiatan yang tidak merupakan agenda
mengadakan perubahan dan perbaikan rutin pemerintah dan bukan aktifitas yang
agar hubungan dengan pers yang bersifat resmi serta hanya menggunakan
selama ini tercipta terus terjaga dengan anggaran taktis dalam pelaksanaannya
baik (Syaifullah, 2004). Perubahan dan dimana aktifitas yang dilaksanakan
perbaikan tersebut direalisasikan dengan biasanya bersifat pribadi.
melakukan aktifitas media relations
yaitu usaha untuk mencapai publikasi Aktivitas Media Relations
atau penyiaran yang maksimum atas Humas Setda Kota Salatiga memiliki
suatu pesan atau informasi humas dalam bermacam-macam aktivitas, mulai dari
rangka menciptakan pengetahuan dan jumpa pers, press tour, pembuatan dan
pemahaman bagi khalayak dari organisasi pengiriman release, penulisan advertorial
atau perusahaan yang bersangkutan sampai aktivitas yang terkait dengan
(Jefkins, 1992). pelatihan-pelatihan. Secara lebih rinci,
Hubungan media terjalin baik secara aktivitas media relations Setda Kota Salatiga
formal maupun informal. Hubungan baik itu seperti yang ada di dalam tabel 2
dapat tercipta juga melalui kegiatan yang Peran Aktivitas Media Relations dalam
humas lakukan. Maksud dari aktifitas Membentuk Berita Positif
media relations dalam hubungan formal Aktivitas media relations yang
adalah hubungan humas dan media dilakukan oleh Humas Setda Kota
dalam suatu kegiatan yang telah menjadi Salatiga, memiliki peran dalam
agenda pemerintah dan memiliki membentuk berita positif terkait dengan
anggaran khusus dari pemerintah dalam kota Salatiga. Peran aktivitas media
pelaksanaannya. relation dalam membentuk berita positif
Begitu sebaliknya, aktifitas media itu seperti yang ada pada tabel 3.
relations Humas Setda Kota Salatiga dalam Sesuai dengan batasan masalah
hubungan informal yang dimaksud adalah penelitian yang dibuat, berikut aktifitas
Pratiwi, R. Gordon Mayopu, dan G. Nicholas Huwae, Aktivitas Media . .. 337

Tabel 2. Aktifitas Media Relations Formal – Informal Humas Setda Kota Salatiga

media relations Humas Setda Kota tetapi pada penerapannya dilaksanakan


Salatiga selama Mei-September 2014 setiap saat melalui komunikasi yang terjalin
yang terdiri dari beberapa aktifitas, yang diantara pegawai humas dan jurnalis media
tertuang pada tabel 4. kontributor Kota Salatiga. Hubungan
Melalui data pada tabel 4. dapat dilihat informal yang dimaksud adalah disaat
bahwa aktifitas media relations baik formal humas selalu menjadikan media sebagai
maupun informal dilaksanakan oleh Humas partner dalam setiap kondisi, bukan
Setda Kota Salatiga. Hubungan informal hanya saat pemerintah membutuhkan
yang secara jumlah terlihat lebih sedikit publikasi dan pencitraan baik dari media
338 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 5, Juli 2015, hlm 330-345

Tabel 2.1 Aktifitas Media Relations Formal – Informal Humas Setda Kota Salatiga

tetapi humas selalu menjalin pendekatan Humas sebagai jembatan dan juru
yang berkelanjutan dimana tidak hanya bicara bagi pemerintah juga menyediakan
disaat butuh kehadiran wartawan mereka diri untuk menjadi penyambung lidah
diundang, setelah itu mereka dilupakan dari instansi yang memiliki kepentingan
(Partao, 2010). dengan media massa. Koordinasi kepada
Pratiwi, R. Gordon Mayopu, dan G. Nicholas Huwae, Aktivitas Media . .. 339

Tabel 2.2 Aktifitas Media Relations Formal – Informal Humas Setda Kota Salatiga

media bisa dilakukan melalui humas, jurnalis media.


meskipun ada beberapa instansi yang Hal ini dilakukan sebagai upaya
secara langsung menghubungi media controlling informasi secara lebih mudah jika
sendiri karena telah kenal dekat dengan melalui 1 pintu. Pada gambar 2 disajikan
340 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 5, Juli 2015, hlm 330-345

Tabel 3. Peran Aktifitas Media Relations Formal – Informal Humas Setda Kota
Salatiga dalam Membentuk Berita Positif
Pratiwi, R. Gordon Mayopu, dan G. Nicholas Huwae, Aktivitas Media . .. 341

Tabel 3.1 Peran Aktifitas Media Relations Formal – Informal Humas Setda Kota
Salatiga dalam Membentuk Berita Positif
342 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 5, Juli 2015, hlm 330-345

Tabel 3.2 Peran Aktifitas Media Relations Formal – Informal Humas Setda Kota
Salatiga dalam Membentuk Berita Positif

bagan jalur koordinasi yang tercipta ketika yang digunakan humas dalam melakukan
instansi lain membutuhkan keterlibatan koordinasi dengan media semakin variatif
media melalui humas ataupun dari sub- dan fleksibel serta tidak terbatas dengan
bagian humas sendiri. ruang ataupun harus tatap muka dengan
Dari gambar 2. dijelaskan bahwa jurnalis. Melalui jumpa pers, koordinasi
Humas Setda Kota Salatiga yang terbagi bisa dilakukan juga melalui short message
menjadi 3 sub-bagian, membentuk service (sms), telepon maupun media sosial.
koordinasi melalui satu pintu yaitu melalui Setelah mengetahui macam aktifitas
sub-bagian Analisis Kemitraan Media media relations yang dilaksanakan Humas
(AKM) ketika membutuhkan jurnalis Setda Kota Salatiga dengan melibatkan
dalam suatu kegiatan. AKM adalah sub- jurnalis media cetak dan mengetahui
bagian yang secara langsung berhubungan peran masing-masing aktifitas dalam
dengan media sesuai dengan tugas membentuk berita positif, diketahui bahwa
pokok dan fungsi (tupoksi) yang tertulis. beberapa aktifitas media relations formal
Dengan perkembangan teknologi, cara memberikan kesempatan kepada jurnalis
Pratiwi, R. Gordon Mayopu, dan G. Nicholas Huwae, Aktivitas Media . .. 343

Tabel 4. Aktivitas Media Relations Humas Setda Kota Salatiga Mei-September


2014

untuk membuat berita secara langsung tertentu serta bahasa yang digunakan
dengan menemui narasumber yang ada jurnalis tidak mendiskreditkan humas dan
seperti jumpa pers, press tour, pelatihan- instansi pemerintah. Hal itu dikarenakan
pelatihan, menyediakan kemudahan akses adanya kedekatan emosional antara humas
informasi dan mengundang jurnalis dalam dan jurnalis serta didukung dengan adanya
acara pemerintah. Tetapi, aktifitas media kedekatan ruang kerja diantara keduanya.
relations informal memliki peranan lebih Humas menyediakan ruang kerja bagij
banyak dibandingkan dengan aktifitas urnalis yang disebut dengan press room
formal dalam membentuk beritapositif yang memudahkan adanya konfirmasi
dikarenakan aktifitas informal dapat dan klarifikasi dari pihak Humas kepada
membentuk hubungan baik secara personal. jurnalis ketika jurnalis menemui isu negatif
Dengan hubungan baik yang terbentuk tentang pemerintah. Dalam menjalankan
melalui aktifitas media relations membuat tugasnya, jurnalis media tetap menjalankan
usaha Humas dalam membentuk berita tanggung jawab pekerjaan sesuai kode
positif melalui release selalu dimuat di etik yang dimiliki tetapi kendali lainnya
media cetak. Release yang dibuat humas adalah aspek moral individu yang tetap
selalu berisi berita positif sehingga ketika dimiliki jurnalis sebagai kendali pertama
dimuat pada surat kabar, secara langsung dalam kebebasan pers yang artinya apakah
dapat menyuguhkan berita positif tentang memiliki cukup moral untuk menulis
pemerintah kepada masyarakat. Release sesuatu yang berhubungan dengan hati
dibuat juga sebagai upaya meminimalisir nurani (Abdullah, 2004).
berita-berita negatif dikarenakan kurang
Simpulan
pahamnya jurnalis akan kejadian
Aktifvtas media relations Humas
sebenarnya.
Setda Kota Salatiga dengan jurnalis
Mengenai isu negatif yang menjadi fakta
media kontributor Kota Salatiga telah
pemerintah, jurnalis memberitahukannya
menciptakan hubungan baik di antara
kepada humas bahkan ketika humas belum
keduanya dalam ranah formal maupun
mendengar isu tersebut, dan meskipun
informal. Peran aktifitas media relations
ada berita negatif namun selalu berimbang
yang dilakukan humas dalam ranah
dengan menuliskan isi klarifikasi pihak
formal mampu memberikan ruangkepada
pemerintah terhadap suatu berita negatif
344 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 5, Juli 2015, hlm 330-345

jurnalis untuk terlibat secara langsung relations memberikan kontribusi positif


dalam kegiatan pemerintah dan bertemu untuk peningkatan hubungan baik antara
dengan narasumber yang tepat sehingga masyarakat dan pemerintah.
informasi yang didapat sebagaiisi
Daftar Pustaka
berita dapat dengan jelas disampaikan
Abdullah, Aceng(2004).Press Relations Kiat
dikarenakan berasal dari orang yang
Berhubungan Dengan Media Massa,
tepat. Sedangkan kegiatanmedia relations
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
informal berperan membentuk kedekatan
emosional dan menciptakan hubungan Ardianto, Elvinaro(2009).Public Relations
baik antara humas dan media, rasa saling Pendekatan Praktis untuk menjadi
pecaya serta menjaga satu sama lain. Komunikator, Orator, Presenter dan Juru
Kedekatan inilah yang membuat Kampanye Handal, Bandung: Widya
berita positif mengenai pemerintah Padjadjaran
dapat terbentuk seperti halnya ketika
humas mengirimkan release tentang ______________ (2010). Metodologi Penelitian
se­
tiap kegiatan pemerintah yang untuk Public Relations Kuantitatif
selalu berisi positif kepada jurnalis dan Kualitatif, Bandung: Simbiosa
media cetak terutama surat kabar yang Rekatama Media
memiliki halaman khusus untuk Kota Bungin, Burhan (2010).Penelitian Kualitatif -
Salatiga. Hubungan baik yang telah Komunikasi Ekonomi, Kebijakan Publik
terjalin melalui aktifitas media relations, Dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta:
menjadikan jurnalis selalu berupaya Kencana Prenada Media Group.
memuat release yang dikirimkan humas
meskipun terkadang perlu melalui Darmastuti, Rini(2012).Media Relations
tahap editing terlebih dahulu. – Konsep, Strategi, dan Aplikasi,
Dalam menemui isu negatif, Yogyakarta: Penerbit ANDI
kedekatan emosional dan hubungan
Iriantara, Yosal (2005).Media Relations Konsep,
baik yang tercipta antara humas dan
Pendekatan, Dan Praktik, Bandung:
media membuat jurnalis justru selalu me­
Simbiosa Rekatama Media
nyampaikan isu tersebut kepada bagian
humas bahkan ketika humas sendiri Jefkins, Frank (1992). Public Relations,
belum mendengar adanya isu negatif Jakarta: Penerbit Erlangga
tersebut, yang disampaikan dengan pe­
Kasali, Rhenald (2003).Manajemen Public
nyampaian informal. Kedekatan antara
Relations, Jakarta: Grafiti.
humas dan media yang terbentuk melalui
pelaksanaan aktifitas media relations Mursito BM. (2013).Jurnalisme Komprehensif:
telah membawa jurnalis memberikan Konsep, Kaidah, & Teknik Penulisan
kesempatan untuk humas mengklarifikasi Berita, Feature, Artikel., Jakarta: Literate.
berita negatif tersebut lebih dulu dan
memasukkan klarifikasi itu kedalam Mantra Bagoes, Ida(2004).Penelitian Kua­
kemasan berita sehingga berita tetap litatif, Jakarta: PT. Gelora Aksara
terbentuk dan dipublikasikan tetapi tidak Pertama.
mendiskreditkan keberadaan humas dan Prasetyo, Budi (2010). Strategi Media
pemerintah dan berimbang. Relations Dalam Pemerintahan Daerah
Implikasi dari penelitian ini bahwa (Studi Deskriptif Kualitatif tentang
aktifitas media relations sangat diperlukan Strategi Media Relations Bagian Humas
oleh setiap instansi pemerintah. Media dan Protokol Pemerintah Kota Surakarta
Pratiwi, R. Gordon Mayopu, dan G. Nicholas Huwae, Aktivitas Media . .. 345

dalam Menjalin Hubungan dengan Thomsett, Rob (2006).Radical Project


Media Untuk Meningkatkan Citra Positif Management, Jakarta: PT. Gelora
di Masyarakat Kota Surakarta, Solo: Aksara Pratama.
Universitas Sebelas Maret (UNS).
Wahyu Nila Sari, Betty (2012). Humas
Partao, Zainal Abidin(2010).Media Relations, Pemerintah, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Strategi Meraih Dukungan Publik, Jurnal
Yunita, Elsya (2012). Pelaksanaan Media
Komunikologi 7 : 1, http://www.
Relations di Lembaga Pemerintahan
esaunggul.ac.id, Diakses Pada 6 Mei
Dari Sudut Pandang Praktisi Humas
2015 Pukul 20.00 WIB.
Kementerian dan Wartawan (Studi
Syaiffulah, Nurudin Muhammad (2004). Kasus : Media relations di Kementerian
Media Relations – Panduan Praktis Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Praktisi Public Relations, Malang: Indonesia dalam rangka sosialisasi
Cespus. program dan kebijakan kementerian),
Jakarta: Universitas Indonesia (UI).
Suparno, Paul(2008).Action Research:
Riset Tindakan untuk Pendidik, Jakarta:
PT. Grasindo, Anggota Ikapi.
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY SEBAGAI STRATEGI
KOMUNIKASI BISNIS PERUSAHAAN

Marselinus Nuba Sabini dan Leila Mona Ganiem

Magister Ilmu Komunikasi Komunikasi Universitas Mercu Buana, Jl. Menteng Raya
No.29 Jakarta Pusat, No Telp (021) 3193-5454
Email: mersi.sabini@gmail.com&leilamona@gmail.com

Abstract
This study aims to determine the understanding of the mine repellent group PT.ABC communication
strategy through the CSR program. Research using qualitative descriptive approach with the constructivist
paradigm. Data collection technique used the techniques of interview and literature study. The study design
is done with the design of the case study. The results showed PT.ABC has been running various CSR
programs that include four areas of activity: community development, education, health and infrastructure
improvements. Nevertheless, the rejection of a repellent group remain. Some of the factors, the program is
limited to a certain group, employment is still very limited, and the tendency of corporations to be closed
to some sensitive issues like IUP, illegal miners and environmental damage. Constraints faced by the
corporation less communicate openly with repellent group, the CSR program is also still limited to a few
groups, the limited competence of communicating CSR employee-related mines, as well as the personal
interests of the group repellent utilizing the mine issue.

Keywords: Communication Strategy, CSR, Public, Group repellent, Mine, Resistance, exploitative.

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemahaman kelompok penolak tambang
menggunakan strategi komunikasi melalui program Corporat Social Resposibility (CSR) PT.ABC.
Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data
menggunakan wawancara dan studi kepustakaan. Desain penelitian dilakukan dengan studi
kasus. Hasil penelitian menunjukkan PT.ABC sudah menjalankan program CSR, melalui program
pemberdayaan masyarakat, pendidikan, kesehatan, dan perbaikan infrastruktur. Kendati demikian,
penolakan masih tetap ada. Beberapa faktor penyebabnya adalah program masih terbatas pada
kelompok tertentu, penyerapan tenaga kerja masih terbatas, kecenderungan korporasi untuk tertutup
terhadap beberapa isu sensitif, seperti perolehan IUP, penambangan liar dan kerusakan lingkungan.
Selain itu, kendala yang dihadapi adalah korporasi kurang berkomunikasi secara terbuka dengan
kelompok penolak, program CSR masih terbatas pada beberapa kelompok, keterbatasan kompetensi
berkomunikasi karyawan CSR terkait tambang, serta adanya kepentingan pribadi dari kelompok
penolak dengan memanfaatkan isu tambang.

Kata kunci: Strategi Komunikasi, CSR, Keterbukaan, Kelompok Penolak, Tambang, Eksploitatif.

Pendahuluan dimiliki sering dimanfaatkan untuk


Usaha di bidang pertambangan kepentingan politik seperti bantuan biaya
sering mengalami penolakan dari untuk Pilkada. Kedua, tidak adanya
komunitas sekitarnya. Masyarakat sangat komunikasi dengan masyarakat di
reaktif terhadap perusahaan tambang sekitar area pertambangan. Pemerintah
yang berinvestasi di daerahnya. Menurut daerah dengan para investor tambang
Prayogo (2004: 47), ada beberapa faktor hanya melakukan lobi politik di tingkat
utama penolakan warga. Pertama, proses elit tanpa melibatkan masyarakat. Ketiga,
pemberian Izin Usaha Pertambangan pihak perusahaan mengabaikan hak-
(IUP) tidak transparan. Sejak diberlaku­ hak masyarakat lokal. Perusahaan tidak
kannya otonomi daerah, IUP menjadi menghargai struktur adat dan sistem
hak Kepala Daerah. Wewenang yang sosial masyarakat setempat. Hak ulayat
Marselinus Nuba dan Leila Mona, Corporate Social Responsibility. . . 347

warga sering diabaikan dengan alasan Strategi komunikasi adalah suatu


sudah mendapatkan IUP. Keempat, transaksi, proses simbolik yang meng­
perusahaan kurang responsif terhadap hendaki orang-orang mengatur ling­
kerugian atau penderitaan yang dialami kungannya (Cangara.2005: 57). Stra­ tegi
warga, dan terjadinya kesenjangan sosial komunikasi perusahaan merupa­ k an
antara perusahan dengan masyarakat hal penting dalam mengelola kondisi
sekitar. Kelima, kerugian lain yang lingkungan yang tidak pasti, baik untuk
mengikutinya. Dalam laporan Greenpeace mencegah situasi krisis, maupun ketika
(2014) berjudul “Batubara Melukai perusahaan sedang mengalami situasi
Perekonomian Indonesia,”diungkapkan krisis.
bahwa industri ekstraktif batubara PT. ABC merupakan salah satu
diharapkan dapat menjadi penggerak perusahaan yang bergerak di bidang
utama perekonomian Indonesia, namun pertambangan tembaga di wilayah Jawa
industri ini justru melukai ekonomi Timur bagian utara. Sejak berdiri pada
nasional, memperburuk kemiskinan, dan tahun 2012, PT. ABC sudah menjalankan
mengancam penghidupan masyarakat program Corporate Social Responsibilty
yang tinggal di sekitar operasi (CSR) untuk membangun situasi yang
pertambangan batubara. kondusif di lingkungan sekitar. Program
Industri pertambangan pada Corporate Social Responsibilty (CSR) PT.
dasarnya bermanfaat bagi masyarakat ABC dilandasi kesadaran perusahaan
dan pertumbuhan ekonomi nasional, untuk berkontribusi positif kepada
antara lain ; (1)Menciptakan lapangan lingkungan sekitar juga sebagai langkah
pekerjaan bagi masyarakat, (2)Hasil strategik dalam menghadapi penolakan
produksi tambang dapat digunakan kelompok penolak tambang.
untuk memenuhi permintaan pasar Pada awal kehadirannya, PT. ABC
domestik maupun pasar internasional, mendapat penolakan dari mayoritas
sehingga hasil ekspor tambang tersebut masyarakat sekitar. Masyarakat penolak
dapat meningkatkan pendapatan dan memiliki tuntutan. Tuntutan mereka
pertumbuhan ekonomi negara. Sektor antara lain; (1) Mempertanyakan
pertambangan juga memberikan efek a s p e k le g a lita s p e ru s a h a a n (I U P ) ,
pengganda yang menjadi pemicu (2) Meminta perusahaan agar berlaku adil
pertumbuhan sektor lainnya serta dalam perekrutan tenaga kerja dengan
menyediakan kesempatan kerja bagi mengutamakan masyarakat setempat, (3)
sekitar 34 ribu tenaga kerja langsung Meminta kompensasi uang tunai sebesar
(http://www.esdm.go.id/). 2-3 miliar kepada setiap kepala keluarga
Tantangan umum yang dihadapi (KK), (4)Memberikan lokasi dari IUP
perusahaan tambang saat ini adalah untuk masyarakat yang selama ini sudah
bagaimana mengubah citra tambang melakukan penambangan. (5)Meminta
yang dipersepsikan sebagai kegiatan perusahaan untuk menjaga moralitas
yang merusak lingkungan dan merusak dan menghindari tindakkan asusila di
tatanan sistem dan soliditas sosial lingkungan sekitar.
masyarakat. Salah satu cara yang dapat Kelompok penolak menggulirkan
dilakukan perusahaan untuk membangun beberapa isu. Pertama, PT. ABC
citra positif adalah menerapkan strategi tidak mampu menerapkan teknik pe­
komunikasi yang tepat dan cocok sesuai nambangan yang ramah lingkungan.
dengan karakter lingkungan yang di­ Kedua, isu kesehatan bahwa warga
hadapinya. di sekitar tambang akan mengalami
348 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 5, Juli 2015, hlm 346-356

gangguan kesehatan karena polusi komunikasi Departemen Corporate Social


udara dan kebisingan. Ketiga, keber­ Responsibilty (CSR) PT. ABC.
adaan aktivitas pertambangan akan
Metode Penelitian
menyebabkan ketidaknyamanan karena
Penelitian ini menggunakan tipe
lalu lintas alat berat. Keempat, produksi
penelitian deskriptif dengan metode
ikan di lautan sekitar lokasi tambang akan
studi kasus. Tipe penelitian deskriptif
berkurang karena pembuangan limbah
bertujuan untuk menggambarkan secara
ke laut. Kelima, penambangan tersebut
sistematis faktual dan akurat mengenai
dianggap dapat mengancam keselamatan
fakta-fakta dan sifat-sifat populasi
masyarakat yang bermukim di sekitarnya
tertentu (Husaini dan Purnomo, 2006:4).
karena terpaan angin barat daya pada
Penelitian deskriptif bersifat pemberian,
bulan-bulan tertentu.
artinya mencatat secara teliti segala gejala
Kegiatan komunikasi sosial Depar­
(fenomena) yang dilihat dan didengar
temen CSR PT. ABC dilakukan oleh Divisi
serta dibacanya (melalui wawancara,
Comrel, Govrel, dan Public Relations.
catatan lapangan, foto, video, dokumen
Program sosial dari ketiga divisi ini
pribadi, catatan atau memo, dokumen
dilaksanakan menurut tingkat kebutuhan
resmi, tidak sresmi, dan lain-lain. Peneliti
masyarakat sekitar sesuai dengan peng­
membandingkan, mengombinasikan,
kajian dan pengamatan di lapangan.
mengabstraksikan dan menarik
Departemen Corporate Social Responsibilty
kesimpulan (Burhan Bungin. 2007:
(CSR) PT. ABC memiliki empat sasaran
93). Teknik pengumpulan data primer
utama komunikasi sosial yang dilakukan,
dilakukan dengan cara wawancara yang
yaitu; (1)Menjalin komunikasi yang
dilakukan secara langsung dan mendalam
intens dan berkelanjutan dengan unsur
dengan narasumber penanggungjawab
pemerintah desa dan Kecamatan, (2)
program CSR, Humas PT. ABC, dan
Komunikasi yang intens dan berkelanjutan
masyarakat penolak tambang. Data
dengan para kiai dan tokoh agama, (3)
primer berupa pemahaman masyarakat
Komunikasi dengan masyarakat sekitar
penolak tambang dan perusahaan PT.
area pertambangan terutama di Ring I, (4)
ABC mengenai program CSR yang
Komunikasi dengan kelompok penolak
dilakukan, apakah tepat sasaran atau
tambang.
belum. Penelitian ini menggunakan
Banyak program yang dilakukan CSR
triangulasi sumber untuk memeriksa
PT. ABC untuk membangun citra positif
keabsahan data, yaitu sumber lain dari
namun penolakan terhadap aktivitas
penolak tambang dan pemerintah .
pertambangan tetap ada. Kelompok pe­
nolak masih memiliki kecurigaan yang Hasil Penelitian dan Pembahasan
tinggi terhadap perusahaan. Kelompok Sejak PT. ABC mulai memasuki tahap
penolak menilai ada hubungan ekonomi eksplorasi di Tiwu Tanah Jawa Timur
politik antara pengusaha PT. ABC pada 2009, sudah muncul beragam reaksi
dengan penguasa yang mengakibatkan dari komunitas lokal. Ada kelompok
kerugian ekonomi dan sosial bagi masyarakat yang koperatif, kelompok ini
masyarakat lokal. Program CSR PT. ABC mendukung keberadaan PT. ABC namun
tetap dinilai sebagai kegiatan yang lip dengan beberapa persyaratan, ada yang
service untuk membungkam penolakkan bersikap netral dan ada juga kelompok
warga. Penelitian ini ditujukan untuk yang menolak.
menganalisis pemahaman kelompok Sejauh ini, sikap penolakan masya­
penolak tambang terhadap strategi rakat sangat dinamis, ada beberapa tokoh
Marselinus Nuba dan Leila Mona, Corporate Social Responsibility. . . 349

yang sebelumnya menolak, akhirnya agar peduli dan respect dengan warga
mendukung tambang karena aspirasinya sekitar, menghindari tindakan asusila
diakomodasi oleh PT. ABC. Banyak dan mencegah kesenjangan sosial antar
masyarakat yang konsisten untuk tetap karyawan dengan warga sekitar.
menolak karena masih menilai bahwa Dalam penelitian ini ditemukan bahwa
PT. ABC belum memberi banyak manfaat terdapat ketidakseimbangan relasi yang
untuk warga sekitar tambang. terjadi antara PT. ABC dengan kelompok
Kelompok penolak tambang PT. penolak tambang. Dalam hubungan sosial,
ABC adalah warga yang bekerja sebagai ada pola komunikasi yang dominan dari
petani, penambang rakyat, orang yang pihak perusahaan yang menentukan
berkepentingan dengan isu tambang, pola hubungan sosial, ekonomi dengan
dan aktivis lingkungan. Para penolak komunitas sekitar. Ketidakseimbangan
mengharapkan resistensi terhadap aktivitas hubungan tersebut berpengaruh pada cara
pertambangan menjadi gerakan bersama pandang terhadap satu sama lain.
dari semua kelompok yang merasa Kontras dengan itu, masyarakat
dirugikan. setempat dan penambang tradisional tidak
Bentuk penolakan antara lain; (1) memilikimodalyangcukupuntukmengelola
Demonstrasi di lokasi tambang, (2) kekayaan alam di lingkungannya. Mereka
Menyebarkan opini negatif kepada hanya mengandalkan peralatan tradisional
komunitas sekitar,(3) Pemasangan spanduk dengan fasilitas seadanya, dengan teknik
dan menyebarkan selebaran penolakan di penambangan yang sederhana, juga tidak
jalan dan tempat umum, (4) Menuntut ke memiliki rencana penambangan jangka
bupati dan lobi di DPRD kabupaten untuk panjang. Komunitas sekitar dan penambang
mencabut IUP PT. ABC. liar yang kurang berpendidikan, dan
Tuntutan dibuat oleh kelompok tidak memiliki keahlian dalam bidang
penolak dan mengarah pada beberapa isu, pertambangan. Mereka juga tidak dapat
yaitu ; (1) Mempertanyakan aspek legalitas direkrut menjadi karyawan yang ber-skill
perusahan (IUP). Menurut mereka, IUP karena kurang terlatih. Sehingga mereka
yang diberikan oleh bupati tidak melalui hanya berharap untuk direkrut menjadi
prosedur yang jelas dan transparan. Bupati karyawan non-skill dan mendapatkan
memberikan IUP dari perusahaan ITC ke keuntungan ekonomis dari penambangan.
PT. ABC tanpa melalui sosialisasi kepada Sementara keberadaan penambang liar
masyarakat di sekitar Tiwu Tanah, (2) di sekitar daerah penambangan PT. ABC
Perekrutan karyawan dari warg a lokal tidak mendapat izin resmi dari pemerintah
terutama di Ring I tidak sesuai harapan daerah. Petak yang selama ini menjadi
komunitas. Menurut penolak tambang, lahan penambangan warga merupakan
perekrutan tenaga kerja belum mampu bagian dari wilayah IUP PT. ABC. Dengan
menyerap tenaga kerja, masih banyak ketiadaan perlindungan politik dan hukum,
anak muda di Ring I yang menganggur. aktivitas penambangan liar tersebut kapan
Perekrutan warga lokal juga masih saja dapat dihentikan oleh pemerintah.
terbatas pada tenaga non-skill, (3) Meminta
Strategi Komunikasi PT. ABC
ganti rugi uang tunai sebesar 2-3 miliar
Strategi komunikasi PT. ABC adalah
per-Kepala Keluarga. (4) Memberikan
bentuk respon dari perusahaan terhadap
area penambangan untuk penambang
tuntutan warga. Tujuan penolakan dari
tradisional yang selama ini sudah
warga adalah untuk mendapatkan respon
melakukan penambangan, termasuk di area
dari perusahaan. Oleh karena itu, strategi
IUP PT. ABC, (5) Menuntut perusahaan
komunikasi harus memahami kebutuhan
350 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 5, Juli 2015, hlm 346-356

warga dan kondisi sosial ekonomi yang penolak atau masyarakat yang belum
berkembang di komunitas dengan cara bersikap terbuka terhadap perusahaan
; (1) Merekrut karyawan non skill dari karena tidak mendapat informasi yang
masyarakat setempat. Dalam perekrutan memadai terkait PT. ABC. Dalam setiap
tenaga kerja terutama yang non skill, PT. perjumpaan dengan warga, staf Corporate
ABC memprioritaskan masyarakat lokal Social Responsibilty (CSR) memberikan
di Kecamatan Seredindung yang tersebar penjelasan terkait tambang, kegiatan
di lima desa. Pada saat ini jumlah karyawan sosial yang sudah dilakukan PT. ABC,
yang berkerja di PT. ABC 797 orang. Dari dan sisi manfaat tambang.
jumlah tersebut yang berasal dari warga Departemen Corporate Social
lokal berjumlah 762 orang, dan ada 573 Responsibilty (CSR) PT. ABC merekrut
orang yang berasal dari wilayah Ring I, karyawan perempuan yang memiliki
Kecamatan Seredindung, (2)Memberi kompentensi komunikasi yang bagus
perhatian khusus kepada tokoh penolak. dan pemahaman terhadap dunia
Departemen Corporate Social Responsibilty pertambangan. Ini merupakan bentuk
(CSR) PT. ABC memberi perhatian kepada strategi perusahan untuk menarik simpati
para tokoh penolak dengan berbagai warga yang cenderung bersikap keras
bentuk bantuan dan kerja sama yang terhadap perusahaan. Para karyawati
saling menguntungkan. Setiap program itu melakukan pendekatan komunikasi
sosial Corporate Social Responsibilty interpersonal yang asertif dan persuasif
(CSR) selalu dikomunikasikan dengan dengan tokoh penolak dan warga.
mereka, masukan para tokoh menjadi Mereka mensosialisasikan program
materi pertimbangan dalam perumusan CSR perusahaan, manfaat tambang
kebijakkan dan distribusi program, (3) dan menjawab berbagai pertanyaan
PT. ABC bekerja sama dengan kelompok masyarakat terkait tambang.
penolak dengan menjadikan mereka Pengembangan kegiatan pember­
local supplier. PT. ABC berkomitmen dayaan masyarakat bertujuan untuk
untuk memberdayakan masyarakat lokal meningkatkan kemandirian masyarakat
dengan menjadikan mereka sebagai lokal dalam memanfaatkan potensi
suplier beberapa jenis materil bangunan kekayaan alam di lingkungannya. Pem­
dan makanan. PT. ABC juga menyewa jasa ber­dayaan masyarakat lokal menjadi
kendaraan para pengusaha lokal. Selain sangat penting karena mereka tidak
itu, perumahan warga dijadikan kantor memiliki modal yang cukup, keterampilan
dan camp sejak tahap eksplorasi hingga yang terbatas dan tidak memiliki
tahap konstruksi. Dari 102 mitra kerja,84 kekuatan politik-hukum berhadapan
diantaranya berasal dari Kecamatan dengan perusahaan. PT. ABC telah
Seredindung. Pembelian kepada mitra melakukan program pemberdayaan,
kerja lokal selama bulan Januari-Juni 2015 yaitu; (1) Membantu pengembangan
terus meningkat dengan nilai keseluruhan usaha pertanian, perikanan dan
mencapai Rp 4,378 Milyar. peternakan, (2) PT. ABC memberdayakan
Manajemen PT. ABC merespon kaum ibu melalui pembudidayaan
tuntutan dengan mengalokasi waktu staf tanaman sayuran dan lainnya, (3) PT.
Corporate Social Responsibilty (CSR) untuk ABC membangun kerja sama dengan para
lebih banyak berada di lapangan agar pengusaha lokal agar mampu bersaing
dapat membaur dengan masyarakat. dengan pengusaha dari daerah lainnya.
Tujuannya, untuk menemui dan Mereka menjadi local supplier kebutuhan
menjalin silaturahmi dengan kelompok operasional perusahan dan penyedia jasa
Marselinus Nuba dan Leila Mona, Corporate Social Responsibility. . . 351

penyewaan transportasi dan perumahan. Corporate Social Responsibility (CSR) dengan


Program Corporate Social Responsibilty mengunjungi rumah para tokoh untuk
(CSR) juga ditujukan untuk perbaikan dan berdiskusi dan melakukan sosialisasi
penyediaan infrastruktur di lingkungan program perusahaan. Dalam beberapa
sekitar area tambang. Program-program kesempatan, para tokoh diundang ke
itu meliputi proyek saluran irigasi, camp pertambangan untuk silahturahmi.
gedung Taman Pengajian, bedah rumah Diharapkan dengan kegiatan tersebut
warga dan pembangunan jogging track terbangun opini yang positif kepada
lapangan olah raga. perusahan. Kedua, dilakukan komunikasi
Perbaikkan sarana infrastruktur juga dengan kelompok penolak tambang. Staf
dilakukan dalam bidang pendidikan. Corporate Social Responsibility (CSR) secara
Antara lain, perbaikan gedung intens bertemu dengan kelompok penolak
sekolah, penyediaan perpustakaan dan tambang untuk beramah tamah sehingga
penambahan ruang kelas di Kecamatan pihak perusahaan tahu apa yang menjadi
Seredindung. Program di bidang keinginan mereka. Ketiga, media gathering.
kesehatan yang sudah dijalankan antara Peranan media massa sangat penting
lain, program Bakti Sosial Kesehatan, dalam menyampaikan informasi yang
Pengobatan Gratis. benar dan objektif kepada masyarakat,
Komunikasi dengan tokoh oleh karena itu diperlukan media agar
masyarakat dilakukan staf Corporate Social bisa menyampaikan informasi mengenai
Responsibilty (CSR) dengan menerapkan apa yang telah dilakukan oleh PT. ABC
model komunikasi interpersonal dengan dalam memenuhi tuntutan masyarakat.
para tokoh, baik tokoh adat maupun Seperti yang terjadi di daerah
tokoh agama. lainnya, penolakan warga terhadap
Model komunikasi interpersonal tambang didasari sikap kecurigaan atau
PT. ABC menjelaskan kegiatan yang prasangka terhadap perusahaan karena
dilakukan karyawan dalam melakukan merasa keuntungan ekonomis dari hasil

Gambar 1. Model Komunikasi Interpersonal PT. ABC


352 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 5, Juli 2015, hlm 346-356

sumber daya alam di lingkungan mereka tokoh penolak, peneliti menilai bahwa
tidak memiliki trickle-down effect kepada isu penolakan tambang dari kelompok
masyarakat. Dalam rentang waktu 3 tahun penolak tidak berdiri sendiri dengan
terakhir, kelompok penolak tambang isu lainnya. Isu tambang dijadikan
yang terdiri LSM dan beberapa tokoh medium untuk mendapatkan dan
masyarakat setempat terus melakukan memperjuangkan sesuatu yang lain dari
aksi penolakan terhadap perusahaan. kelompok penolak. Artinya, kelompok
Disisi lain hal positif datang dari kerja penolak tambang memiliki misi pribadi
sama antara pemerintah kecamatan, desa terkait isu tambang, tidak murni untuk
dengan PT. ABC. Hal ini tercermin dari memperjuangkan warga.
adanya beberapa kebijakan dan program Kerusakan lingkungan menjadi
pemerintah yang merupakan hasil salah satu isu yang berkembang saat
rumusan bersama dengan pihak PT. ABC. ini. Gugusan di wilayah tersebut
Penolakan tambang karena adanya berfungsi untuk menghadang terpaan
program Corporate Social Responcibility angin pada bulan tertentu. Masyarakat
(CSR) hanya dinikmati segelintir orang. mencemaskan apabila nanti pegunungan
Keuntungan PT. ABC tidak ada untuk Tiwu Tanahdigusur, maka akan
warga setempat. Beberapa Lembaga membahayakan keselamatan mereka
Swadaya Masyarakat (LSM) yang ada terutama bagi yang berada di sekitar
di sekitar perusahaan menyayangkan lokasi tambang.
sikap perusahaan yang dinilainya tidak Illegal mining merupakan salah
adil dalam merekrut tenaga kerja. Bagi satu isu penting terkait pengelolahan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), aset Tiwu Tanah. Para penambang
perusahaan gagal menekan angka tradisional berjumlah sekitar 1000 orang.
pengangguran di wilayah tersebut. Dengan dimulainya eksplorasi PT. ABC
Keuntungan yang didapat oleh sangat potensial untuk menghentikan
PT. ABC sangat besar sementara yang aktivitas para penambang liar. Padahal,
diterima masyarakat hanya sebagian penambangan rakyat yang sudah mereka
kecil saja. Kami melakukan demonstrasi lakukan selama ini sudah menjadi
atas dasar tersebut. LSM dan warga pekerjaan pokok.
penolak lainnya menuntut agar mendapat Penolakan terhadap tambang Tiwu
uang kompensasi per-kepala keluarga Tanah tidak terlepas dari kepentingan
dipandang layak. Pihak yang dirugikan politik. Pada pemilu legislative tahun 2014
atas berdirinya perusahaan perusak lalu, banyak caleg yang menggunakan isu
lingkungan, tidak mendapat kerugian tambang untuk menggalang dukungan
yang kedua kalinya, (wawancara dengan warga. Para caleg berjanji akan berjuang
Rosid, salah satu anggota dari Lembaga untuk menghentikan aktivitas tambang
Swadaya Masyarakat (LSM)). di Tiwu Tanah apabila terpilih. Pada saat
Salah seorang warga setempat itu, isu tambang kembali menghangat
mengatakan bahwa program CSR PT. dan mendapat dukungan penuh dari
ABC terlalu monoton kepada orang kelompok penolak.
kelompok penolak tambang, sehingga Kelompok penolak tambang
kelihatannya program CSR hanya untuk memiliki misi pribadi dalam memainkan
membujuk para tokoh agar mengubah isu tambang. Antara lain dari sisi sosial
sikap dan berpihak pada perusahaan. mereka mau diakui sebagai tokoh yang
Berdasarkan pengamatan di memperjuangkan nasib warga sekitar.
lapangan dan wawancara dengan para Dari sisi ekonomi, kelompok penolak
Marselinus Nuba dan Leila Mona, Corporate Social Responsibility. . . 353

sebenarnya mendapatkan perhatian bertujuan untuk mendapatkan reaksi dari


khusus dari PT. ABC dengan menjadikan pihak yang dilawan. Penolakan dapat
mereka local supllier bahan makanan, dilihat sebagai upaya untuk membangun
materil bangunan dan berbagai bentuk keseimbangan dan kesetaraan dari situasi
kerja sama lainnya. Mereka memainkan yang menghimpit kelompok lemah akibat
isu tambang dengan tujuan agar tindakan atau kebijakkan kelompok yang
perusahan memberikan respon dengan lebih kuat. Sehingga pada hakikatnya,
melakukan pendekatan pribadi kepada resistensi muncul sebagai usaha untuk
kelompok penolak. mencapai demokrasi yang secara nyata
Penolakan merupakan sebuah memberikan kebebasan dan kesetaraan
fenomena sosial dari pihak yang (Hardt & Negri. 2000: 223).
dirugikan oleh kelompok dominan yang Dalam banyak kasus, penyebab
mendominasi aset strategis di lingkungan konflik pertambangan di Indonesia adalah
sekitarnya. Sikap ini sebagai konsekuensi faktor politik, hukum, sosial dan ekonomi.
dari relasi yang tidak seimbang antara Pertama, penguasaan lahan tanah ulayat
perusahan yang didukung oleh kekuatan oleh perusahaan tambang dengan
politik-hukum dari pemerintah daerah payung IUP oleh Pemda. Sepanjang
dengan komunitas sekitar yang tidak 2013, KPA mencatat 369 konflik agraria
mampu mengimbangi dominasi tersebut. dimana kasus pertambangan sebesar
Sebagaimana yang dikatakan oleh Gallie 38 (10,3%). Kondisi ini sejalan dengan
dan Paugam dalam Silver (2007: 12), teori kelangkaan yang dikemukakan
bahwa eksklusi sosial merujuk pada suatu oleh Michael Harner (1970), Morton
situasi di mana orang-orang menderita Fried (1967) dan Lesser Blumberg (1978)
sebagai akibat dari ketidak-beruntungan dalam (Ansori. 2013: 69), bahwa tekanan
secara kumulatif dari marjinalisasi di penduduk dan kelangkaan lahan untuk
pasar kerja, kemiskinan, dan isolasi produksi akan menyebabkan konflik,
sosial. Aspek yang saling terkait ini yang karena tekanan penduduk menyebabkan
menyebabkan individu tidak memiliki perbedaan akses terhadap sumber daya
sumber daya ekonomi dan sosial untuk ekonomi. Konflik penguasaan lahan ini
berpartisipasi di kehidupan sosial. disebabkan oleh tidak adanya pengakuan
James Scott, (2000: 321), kuat tentang hak-hak masyarakat adat
mendefinisikan resistensi atau penolakan terhadap tanah, wilayah dan sumber
sebagai semua tindakan dari anggota daya pertambangan.
masyarakat kelas bawah dengan maksud Pada dasarnya strategi komunikasi
untuk mempertahankan kelangsungan adalah penentuan pendekatan yang
hidupnya. Setiap tindakan anggota digunakan oleh suatu perusahaan atau
kelas masyarakat yang rendah dengan organisasi terhadap harapan komunitas
maksud melunakkan atau menolak sekitar dan bagaimana melaksanakan
tuntutan-tuntutan yang dikenakan pada pendekatan tersebut dengan
kelas itu oleh kelas-kelas yang lebih atas memanfaatkan sumber daya yang ada
(misalnya tuan tanah, negara, pemilik sesuai dengan kondisi lingkungannya.
mesin, pemberi pinjaman uang) atau Dengan terciptanya dominasi PT. ABC
untuk mengajukan tuntutan-tuntutannya atas komunitas lokal, PT. ABC perlu
sendiri (misalnya pekerjaan, lahan, menerapkan strategi komunikasi agar
kemurahan hati, penghargaan) terhadap kesenjangan itu tidak berlangsung terus
kelas-kelas atas. menerus dan mengakibatkan konflik
Penolakan dalam konsep James Scott sosial, namun mengharapkan terjadinya
354 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 5, Juli 2015, hlm 346-356

perubahan persepsi terhadap PT. ABC untuk mendominasi lingkungan sekitar.


sehingga terbangunnya kerja sama yang Komunikasi merupakan hal yang
baik atas dasar saling pengertian dan sangat penting bagi suatu perusahaan
menguntungkan. dalam mengelolah lingkungan yang
Ketika sebuah organisasi berpikir tidak pasti. Tantangan dunia usaha
tentang strategi, dapat diartikan bahwa pertambangan dari waktu ke waktu
organisasi tersebut mempunyai visi semakin besar dan sering terjadi
masa depan, membangun kekuatan dan tanpa dapat diprediksi sebelumnya.
melakukan pendekatan-pendekatan yang Bagi perusahaan yang tidak memiliki
berorientasi pada tujuan dan aksi. Untuk itu kemampuan manajemen komunikasi
organisasi akan menentukan skala prioritas, strategik akan mengalami kesulitan
dan mengelola aktivitas, anggaran dan untuk menentukan solusi terbaik untuk
sumberdaya manusianya secara sistematis, mengelola situasi kritis tersebut.
agar tujuan organisasi tercapai. Dalam banyak kasus, masalah
Kesepahaman antara kedua pihak sosial terjadi karena perusahaan sering
pada hakikatnya dapat terwujud bila kedua mengabaikan komunikasi perusahaan
kelompok saling membuka diri untuk dengan lingkungan sekitar. Kecendrungan
berdialog dan komunikasi. Kalau terbangun umum yang terjadi adalah korporasi kurang
kesamaan persepsi dan kesepahaman maka terbuka dan tidak transparan dengan
akan menentukan sikap dari satu kelompok masyarakat. Padahal, komunikasi yang
terhadap kelompok lainnya. Pihak terbuka merupakan langkah awal untuk
korporasi sebagai pendatang seharusnya membangun kesepahaman dan rasa saling
melakukan komunikasi yang terbuka percaya. Dengan komunikasi perusahaan
dan berkelanjutan kepada masyarakat akan didapat dengan langsung apa yang
sekitar baik yang pro dengan korporasi menjadi harapan, keluhan dan masukan
maupun yang kontra. Komunikasi dari komunitas dan masyarakat sekitar.
korporasi dilandasi suatu keyakinan Implikasi hasil studi ini menjelaskan
bahwa masyarakat pada dasarnya bersifat bahwa program Corporate Social
terbuka dan ingin berdialog secara terbuka responsibility (CSR) merupakan salah
baik dengan perusahan maupun dengan satu pilihan alternatif bagi perusahaan
pemerintah. Prinsip kesetaraan dan tambang dalam menghadapi lingkungan
keadilan harus menjadi landasan bersama yang tidak pasti, terutama penolakan
agar tercipta hubungan yang seimbang, warga sekitar tambang. Program Corporate
tidak ada kelompok yang bertindak Social responsibility (CSR) merupakan
dominan. bentuk strategi komunikasi perusahaan
Lingkungan sekitar harus merasakan yang berakar pada adanya kesadaran
adanya niat baik dari perusahan untuk dari pihak manajemen perusahan
saling menghormati dan saling mendengar bahwa lingkungan yang kondusif dapat
satu sama lain. Program-program Corporate tercipta melalui kerelaan korporasi untuk
Social responsibility (CSR) sebagai strategi melibatkan diri dan berbuat sesuatu bagi
komunikasi perusahaan harus diterapkan masyarakat lokal. Setiap perusahaan
dalam kerangka kerja sama yang saling membutuhkan strategi komunikasi yang
mendukung dan berbagi agar semuanya baik agar bisa mencapai tujuannya.
mendapatkan manfaat tidak hanya untuk
Simpulan
jangka menengah tetapi juga untuk jangka
Komunikasi yang dilakukan oleh
panjang. Dengan demikian, korporasi
PT. ABC pada tahap awal operasi dan
dapat menjauhkan diri dari kecendrungan
proses pengalihan IUP dari perusahaan
Marselinus Nuba dan Leila Mona, Corporate Social Responsibility. . . 355

sebelumnya ke PT. ABC kurang melibatkan ABC harus meningkatkan kegiatan


masyarakat luas terutama kelompok Program Corporate Social responsibility
aktivis dan tokoh yang berkepentingan (CSR) yang melibatkan banyak orang
dengan Tiwu Tanah. Masyarakat kurang seperti olahraga bersama dan kegiatan
memahami program PT ABC karena yang sifatnya mengumpulkan massa
belum diberi penjelasan secara utuh terkait dalam jumlah besar, seperti olahraga
dengan penambangan seperti teknik bersama, rekreasi bersama warga dan
penambangan, pengelolahan limbah, dan megambil prakarsa dalam acara besar
pengelolahan lingkungan. seperti acara agustusan. Program
PT. ABC menyadari perlunya pemberdayaan perlu diperluas lagi dan
kontribusi positif bagi komunitas meningkatkan pendampingan yang lebih
lokal, sesuai dengan misinya yaitu ikut solid, sehingga memudahkan kontrol dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pencapaian target baik jangka pendek
sekitar melalui pelaksanaan program- maupun jangka panjang. PT. ABC perlu
program Corporate Social responsibility menjembatani dominasi perusahan atas
(CSR) yang terdiri dari 4 pilar (pendidikan, warga lokal dengan membina hubungan
kesehatan, pemberdayaan ekonomi dan sosial yang lebih solid untuk mengurangi
infrastruktur). kesenjangan sosial. Pelaksanaan program
Kelompok penolak tambang Corporate Social responsibility (CSR) PT.
memiliki motivasi pribadi atau bersikap ABC perlu didukung oleh kemampuan
ganda dalam perjuangan menolak komunikasi yang partisipatif, edukatif,
keberadaan tambang di Tiwu Tanah. dengan berprinsip pada kesetaraan,
Hal ini dibuktikan dengan karakteristik kebersamaan dan saling berlajar. PT. ABC
penolak tambang: (a)Penolak tambang meningkatkan kapasitas dan kompetensi
tetapi mau menjalin kerja sama dengan komunikasi para karyawan Program
PT. ABC sebagai local suplier, misalnya Corporate Social responsibility (CSR) untuk
menjadi penyedia gorong-gorong, merespon aspirasi masyarakat dan
batu bata dan bahan makanan, (b) menjelaskan hal-hal teknis berkaitan
Penolak tambang mengajukan proposal dengan pertambangan.
permohonan bantuan kepada perusahaan Bagi perusahan tambang di tempat
dengan jumlah besar, (c)Kelompok lain agar membangun komunikasi
penolak tambang mengharapkan terbuka dan sosialisasi terutama terkait
kompromi dan dialog dengan PT. ABC perizinan dan aspek teknik sampai ke
dalam memperjuangkan kepentingannya level masyarakat sejak awal kegiatan
baik untuk keuntungan ekonomi maupun penambangan. Sosialisasi yang baik dari
pengakuan sosial. awal memudahkan langkah perusahan
Isu penolakan terhadap tambang di dalam tahapan proses penambangan
Tiwu Tanah tidak murni berjuang untuk selanjutnya. Keterbukaan dengan
kepentingan pihak yang dirugikan namun masyarakat merupakan hal yang sangat
berhubungan dengan kepentingan penting untuk meminimalisir penolakan
politik. Terbukti, isu tambang semakin warga karena kurangnya pemahaman
kuat pada masa menjelang pilkada, pileg terhadap profil dan kegiatan perusahaan.
dan pilkades. Pada pemilu 2014, banyak Korporasi tidak boleh mengabaikan atau
caleg asal Seredindung menjadikan isu membiarkan terjadinya situasi sosial
tambang Tiwu Tanah sebagai jualan yang kurang kondusif walaupun itu
politik. masih dalam skala kecil, karena konflik
Implikasi penelitian ini bahwa PT. sosial bermula dari hal-hal kecil yang
356 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 5, Juli 2015, hlm 346-356

selanjutnya bergerak secara terpola yang Prayogo, D.2004. Konflik Antara Kor­
pada akhirnya menjadi konflik sosial. porasi dan Komunitas: Pengalaman
Beberapa Industri. Tambang
Daftar Pustaka
dan Minyak di Indonesia. Jurnal
Ansori, Mohammad Hasan. 2013.
Masyarakat No 13. Jakarta: Fisip UI.
Desentralisasi Korupsi, dan
Kemunculan IUP di Indonesia. http://www.greenpeace.org/seasia/
Jurnal Demokrasi dan HAM Vol. 10, id/press/releases/Laporan-
2013 The Habibie Center.Jakarta: UNJ. Greenpeace-Selain-Merusak-
Lingkungan-Industri-Batubara-
Cangara, H. 2005. Pengantar Ilmu Komu­
Melukai-Perekonomian-Indonesia/
nikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada Scott, James. 2000. “ Weapons of The Weak ;
Everyday Forms of Peasant Resistance.
Hardt, Michael dan A. Negri. 2000.
Chicago: Yale University Press.
Biopolitical Production dalam Empire.
Cambridge: Harvard University Tambang dan Minyak di Indonesia. Jurnal
Press. Masyarakat No 13. Jakarta: Fisip UI.

Husaini Usman dan Purnomo Setiadi


Akbar. 2006. Metodologi Penelitan
Sosial, Jakarta: Bumi Aksara.
LITERASI INFORMASI TENTANG KEMASAN PRODUK OBAT
BEBAS

Cahya Purnama Dini dan Puji Lestari

Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”


Yogyakarta Jl. Babarsari 2 Yogyakarta 55281(Kampus Unit II), Telp. +62 274 486733,
Email: pujilestariginting@yahoo.co.id

Abstract
This study aims to determine the motive of the public to read or understand the information contained on
the drug packaging OTC, identify the ability of people to understand information on the the drug packaging
OTC and the utilization of existing information. This is a qualitative research. Researchers collected data in
the Kepuharjo village, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. The result shows that the main reason of people
reading the instructions on the drug packaging OTC is to be safe after consuming drugs. However, other clue,
such as drug side effects is less noticed. Because of consuming drugs is always safe, it makes people repeat
in consuming drugs considered suitable for her. People do this in accordance with rules of consuming drugs
because they expect to get speedy recovery. The other reason is to make as information or knowledge when they
will consume drugs.

Key words: Information medicinal product packaging, medication use, health.

Abstrak
Penulisan ini bertujuan mengetahui motif masyarakat dalam membaca atau memahami informasi
pada kemasan obat yang dijual bebas, mengidentifikasi kemampuan masyarakat dalam memahami
informasi pada kemasan obat yang dijual bebas dan mengetahui pemanfaatan informasi pada
kemasan obat yang dijual bebas di wilayah Kepuharjo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman
Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan alasan utama masyarakat selalu
membaca petunjuk pada kemasan obat yang dijual bebas ialah supaya aman setelah mengkonsumsi
obat tersebut, khususnya masa berlaku obat. Petunjuk lain misalnya, efek samping obat kurang
diperhatikan. Karena setiap mengkonsumsi obat selalu aman, menjadikan masyarakat untuk selalu
mengulangi obat yang dianggap cocok. Masyarakat mengkonsumsi obat sesuai aturan penggunaan.
Harapannya supaya cepat sembuh. Alasan yang lain ialah menjadikan informasi atau ilmu sebagai
pengetahuan apabila akan mengkonsumsi obat.

Kata Kunci: Informasi kemasan produk obat, penggunaan obat, kesehatan.

Pendahuluan Belum lagi harga obat yang cukup mahal


dan harganya pasti akan semakin mahal.
Dengan melihat keadaan ekonomi Ditambah lagi dengan beban biaya
saat ini, tampaknya masyarakat harus pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
menyikapinya dengan tepat, salah radiologis, pemeriksaan patologis dan
satunya adalah pola hidup ekonomis pemeriksaan penunjang lainnya akan
atau hidup secara hemat. Strategi saat semakin tidak terjangkau.
ini paling sederhana adalah melakukan Biaya akan semakin tinggi apabila
penghematan dapat dilakukan dalam pasien divonis menjalani rawat inap
segala bidang, termasuk di bidang atau operasi. Hal tersebut yang terjadi
kesehatan. Kesehatan mahal harganya, di masyarakat saat ini. Biaya pelayanan
adalah ungkapan yang sering terdengar kesehatan saat ini dinilai terlalu mahal
di masyarakat. Hal ini terbukti dengan dan banyak perbedaan antara satu rumah
makin banyaknya masyarakat. Untuk sakit dengan rumah sakit lain dengan
mengeluarkan biaya jasa dokter kualitas dan jenis pelayanan yang sama.
khususnya dokter spesialis masih belum Lemahnya sistem pengelolaan keuangan
terjangkau oleh sebagian masyarakat.
358 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 5, Juli 2015, hlm 357-373

khususnya Rumah Sakit Pemerintah ke dokter apabila sakitnya sudah semakin


milik Depkes atau Pemda, sementara parah.
persaingan rumah sakit terus meningkat Melakukan pengobatan diri sendiri
dari segi teknologi maupun sumber daya juga merupakan salah satu upaya
menimbulkan kecenderungan Rumah masyarakat dalam mengatasi masalah
Sakit untuk membeli alat canggih untuk kesehatannya secara dini. Semakin berhasil
memudahkan diagnosis, hal ini akan pengobatan diri sendiri dilakukan, akan
menyebabkan meningkatkan pembiayaan makin berkurang beban pusat- pusat
yang harus di keluarkan oleh pasien pelayanan kesehatan yang ada baik di
dalam menerima pelayanan yang di tingkat dasar atau di tingkat rujukan.
berikan, karena pembiayaan alat tersebut Dengan mengetahui maksud penggunaan
akan di bebankan kepada pasien (Cost obat oleh masyarakat, apakah untuk
Containment Program) dalam (Depkes : menjaga kesehatan dan dapat pula untuk
http://depkes.go.id/index. php? option menyembuhkan sakit.
= news & task = viewarticle & sid = 1522 Bila digunakan secara benar, obat
& itemid = 2:3/14/2007) (diakses tanggal bebas seharusnya bisa sangat membantu
19 April 2009, 1. 01 PM). masyarakat dalam pengobatan sendiri
Kesehatan yang semakin hari secara aman dan efektif. Namun
semakin mahal membuat resah masya­ sayangnya, sering kali dijumpai bahwa
rakat yang tingkat ekonomi menengah pengobatan sendiri menjadi sangat boros
ke bawah menjadi semakin sulit untuk karena mengkonsumsi obat-obat yang tidak
berobat ke dokter maupun ke rumah dibutuhkan, atau malah bisa berbahaya
sakit. Alternatifnya masyarakat akan misalnya karena penggunaan yang tidak
memilih obat bebas yang lebih murah sesuai dengan aturan pakai. Bagaimanapun
dibandingkan ke rumah sakit ataupun obat bebas mempunyai efek samping,
dokter. Hal tersebut terkendala karena sehingga pemakaiannya pun harus sesuai
masalah biaya yang mahal. Biaya yang dengan indikasi, lama pemakaian yang
harus dikeluarkan tidak seimbang de­ benar, disertai dengan pengetahuan
ngan penghasilan yang diterima oleh pengguna tentang resiko efek samping dan
masyarakat tersebut. kontraindisinya menurut Suryawati (1997)
Dari alasan di atas penulis akan dalam http://mfi.farmasi.ugm.ac.id/files/
menjabarkan pernyataan-pernyataan news/5._bu_susi.pdf (diakses tanggal 18
tersebut. Biaya pengobatan yang mahal April 2009,1.49PM).
dikarenakan pelayanan di rumah sakit Ketersediaan jumlah tenaga medis
pemerintah dan rumah sakit swasta saling dengan jumlah penduduk relatif kurang
bersaing dari segi peralatannya. Dari seimbang, hal ini mendorong untuk
peralatan yang canggih tersebut biaya melakukan pengobatan sendiri. Obat-
akan dibebankan oleh pasien. Banyak obatan tersebut dapat diperoleh seperti
pula masyarakat yang mengeluhkan di warung dan toko obat akan semakin
untuk berobat di puskesmas karena dokter memberi peluang masyarakat Kabupaten
yang seharusnya memeriksa tidak datang, Sleman untuk melakukan pengobatan
dan hanya dilayani oleh asisten dokter sendiri.
yang ada di puskesmas. Masyarakat Berdasarkan penelitian yang dilakukan
yang tempat tinggalnya jauh dari tempat Supardi dan Notosiswoyo (2005) dalam
pengobatan juga akan malas untuk berobat http://mfi.farmasi.ugm.ac.id/files/
ke puskesmas atau rumah sakit. Terkadang news/5.bu susi.pdf (diakses tanggal 18
masyarakat akan melanjutkan pengobatan April 2009,1.49PM), pengetahuan pe-
Cahya Purnama Dini dan Puji Lestari, Literasi Informasi tentang Kemasan . .. 359

ngobatan sendiri umumnya masih rendah perut yang sudah kadaluarsa (http://
dan kesadaran masyarakat untuk membaca yokowebs.com/node/438).
label pada kemasan obat juga masih kecil. 2) Kasus keracunan obat sakit kepala
Sumber informasi utama untuk melakukan di Ngawi. Astuti, warga Ngawi harus
pengobatan sendiri umumnya berasal dari tergolek di rumah sakit dengan kondisi
media massa.Menurut Suryawati (1997) sekujur tubuh melepuh seperti habis
dalam http://mfi.farmasi.ugm.ac.id/ terbakar. Diagnosa medis menyebutkan dia
files/news/5.bu susi.pdf (diakses tanggal keracunan obat yang dikonsumsinya ketika
18 April 2009, 1.49PM), informasi dari mengeluhkan sakit kepala. Kondisinya
pabrik obat ada yang kurang mendidik sangat mengenaskan. Sekujur tubuhnya
masyarakat, ada yang kurang benar. melepuh seperti bekas terbakar. Menurut
Semua obat memiliki efek samping pihak rumah sakit, kemungkinan Astuti
walaupun tidak seketika, namun akan menderita stephen johnson syndrome atau
kelihatan perlahan-lahan. Sekarang banyak penyakit yang timbul karena keracunan
media yang memberitahukan korban- obat. Astuti meminum obat sakit kepala
korban yang mengkonsumsi obat-obatan yang dibelinya secara bebas dari kios di dekat
sembarangan mengalami efek yang tidak rumahnya. Setelah meminum obat sakit
baik. Seperti diberitakan ada seseorang kepala yang diduga sudah kadaluwarsa
yang mengalami kulit melepuh setelah tersebut, Astuti justru merasakan panas
mengkonsumsi obat- obatan yang tidak sekujur tubuhnya dan kulitnya
dari resep dokter. Hal tersebut dikarenakan juga nampak memerah (http://
tubuh tidak kuat menerima obat dengan cybermed.cbn.net.id/cbprtl/Cybermed/
dosis yang dikonsumsi. Sehingga seluruh pda/detail. aspx ? x = Health + News&y =
badan melepuh dan seperti terbakar. Cybermed%7C0%7C0%7C5%7C4817).
Inilah yang terjadi di dalam masyarakat
Metode Penelitian
sekarang ini. Masyarakat hanya berobat
Penelitian ini bersifat kualitatif,
dengan sesuai dengan tingkat ekonomi
menurut Van Maanen et al, seperti
yang ada pada masing-masing individu.
dikutip H. B. Sutopo (2002:34), dimana
Kebanyakan dari masyarakat tidak
peneliti menjelajahi kancah penelitian dan
membaca atau memahami anjuran dari
menggunakan sebagian besar waktunya
obat-obatan tersebut. Sedangkan penjual
dalam mengumpulkan data secara
hanya ingin mengeruk keuntungan yang
langsung dan data yang diperoleh benar-
sebesar-besarnya tanpa memberikan
benar berdasarkan perspektif dari para
informasi yang harus disampaikan. Agar
subjek yang diteliti dilokasi penelitian.
masyarakat mengerti dari khasiat ataupun
Penelitian ini cenderung mengarahkan
efek samping yang ditimbulkan dari obat-
kajiannya pada perilaku manusia sehari-
obatan tersebut setelah dikonsumsi.
hari dalam keadaannya yang rutin secara
Beberapa kasus yang terjadi dalam
apa adanya.
masyarakat yang belum memahami
Sementara metode penelitian
informasi yang ada dalam kemasan obat
ini menggunakan metode penelitian
bebas, antara lain: 1) Kasus keracunan obat
deskriptif yaitu penelitian yang hanya
di Medan, Seorang wanita praktek kerja
memaparkan suatu situasi atau suatu
lapangan (PKL) di Diskes Medan, Minggu
peristiwa secara apa adanya yang terjadi
(7/9) sekira pukul 21.30 WIB, dilarikan ke
di lokasi penelitian, dimana penulis
RSU Pirngadi Medan. Pasalnya, korban
mengadakan suatu penelitian secara
yang diketahui bernama Leni Marlina (21)
langsung di wilayah Kepuharjo Kecamatan
mengalami keracunan obat pereda sakit
Cangkringan Kabupaten Sleman DIY
360 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 5, Juli 2015, hlm 357-373

penelitian yang dituju dan penulis juga mempunyai alasan yang sangat berarti
memutuskan dan menafsirkan data untuk menjadikan keamanan setelah
yang ada. Ciri lain dari metode deskriptif mengkonsumsi obat. Aman yang
menurut Jalaluddin Rahmat (2007:25) ialah dimaksud oleh masyarakat merupakan
menuju titik beratnya pada observasi dan tindakan yang hati-hati setelah
suasana secara alamiah atau naturalisting mengkonsumsi obat, agar setelah
setting. Penelitian deskriptif mempunyai meminum obat tidak terjadi hal yang
dua tujuan, yaitu: 1) Untuk mengetahui tidak diinginkan dengan kata lain fatal.
perkembangan sarana fisik tertentu Pertama masyarakat akan membaca
atau terjadinya suatu aspek tertentu atau masa kedaluarsa obat terlebih dahulu
terjadinya suatu aspek fenomena sosial yang tercantum di dalam kemasan
tertentu. 2) Untuk mendeskripsikan secara obat tersebut. dan sebelum dikonsumsi
terperinci fenomena sosial tertentu. dibaca terlebih dahulu. Selain masa
Penelitiandeskriptifbiasanyadilakukan kedaluarsa, masyarakat juga akan
tanpa hipotesa yang telah dirumuskan membaca aturan dosis yang seharusnya
(Rakhmat, 2007: 25), mengatakan bahwa menjadi panutan sebelum meminum
penelitian deskriptif bertujuan untuk: 1) obat. Dilanjutkan dengan membaca
Mengumpulkan informasi aktual secara anjuran minum sebelum mengkonsumsi
terperinci yang melukiskan gejala yang obat yang dijual bebas tersebut terlebih
ada. 2) Mengidentifikasikan masalah atau dahulu. Hal itu dilakukan agar aman
memeriksa kondisi dan praktek yang setelah mengkonsumsi obat. Secara tidak
berlaku. 3) Membuat perbandingan atau langsung pula, masyarakat Kepuharjo
evaluasi. 4) Menentukan apa yang dilakukan telah melek informasi terhadap
orang lain dalam menghadapi masalah bahaya obat- obatan yang sering di
yang sama, dan belajar dari pengalaman blow-up oleh televisi. Dengan kesadaran
mereka untuk menetapkan rencana dan melek informasi tersebut masyarakat
keputusan pada waktu yang akan datang. desa Kepuharjo sudah peduli terhadap
Penelitian deskriptif merupakan bahaya yang diakibatkan dari salah
penelitian yang bertujuan untuk mengkonsumsi obat.
menggambarkan secara tepat sifat-sifat Masyarakat juga mengatakan takut
suatu individu, keadaan atau kelompok apabila salah dalam mengkonsumsi
tertentu, atau menemukan gejala lain obat, dengan maksud salah aturan
dalam masyarakat mengenai penelitian meminum yang sesuai dengan aturan
deskriptif. Penelitian deskriptif memberikan yang dianjurkan di dalam kemasan obat
gambaran tentang suatu gejala yang terjadi bebas. Salah satu dari informan juga
dalam masyarakat tertentu. mengatakan: “nek aturan ngunjukipun
kalian tanggal kedaluarsane mesti kulo
Hasil Penelitian dan Pembahasan
waos, lha ajreh nek salah kedadean sak
Motif masyarakat untuk membaca atau baripun ngunjuk obat (kalau aturan
memahami informasi yang ada pada minum obat dan tanggal kedaluarsanya
kemasan obat yang dijual bebas. selalu saya baca, nanti takut apabila salah
Secara tidak disadari masyarakat kejadian setelah minum obat) (wawancara
sendiri sudah memiliki dorongan atau dengan Bapak Semi 49 tahun, 20 Agustus
kemampuan untuk membaca informasi 2009)“. Dan ada pula informan yang
yang ada pada kemasan obat yang mengatakan: “kulo niki mboten saget
dijual bebas terlebih dahulu sebelum maos tulisan, amargi sekolah SD mawon
mengkonsumsinya. Dorongan tersebut mboten lulus. Nek ajeng ngunjuk obat
Cahya Purnama Dini dan Puji Lestari, Literasi Informasi tentang Kemasan . .. 361

sing kulo tumbas saking warung celak Dari alasan tersebut, masyarakat menjadi
ndalem mesti kulo ngengken anak kulo lebih berhati-hati dan lebih peka terhadap
macake aturan lan tanggal kedaluarsane informasi yang beredar di masyarakat. Oleh
(saya ini tidak bisa membaca tulisan yang karena itu masyarakat membaca petunjuk
ada pada kemasan obat, karena SD saja minum sebelum mengkonsumsinya.
tidak lulus. Kalau mau membaca aturan Informan mengatakan bahwa: ”sak derange
pakai obat yang dibeli dari warung dekat ngunjuk obat mboten kesupen maos tulisan
rumah selalu saya menyuruh anak sing wonten wadahe obat riyen, sak liyane maos
saya membacakan aturan minum aturane nggeh maos tanggal kedaluarsane obat
dan tanggal kedaluarsanya) (wawancara pindah. Maose wau sampun apalan saking
dengan Bapak Sehono 42 tahun, 21 niate piambak, dados mboten enten sing mekso
Agustus 2009)”. ngengken maos niku ben kedahe aman sakwise
Sebagian besar masyarakat desa ngunjuk obat (sebelum minum obat tidak lupa
Kepuharjo yakni 16 dari 25 informan membaca tulisan yang ada pada kemasan obat
selalu membaca informasi yang ada terlebihdahulu, selain membaca aturan juga
dalam kemasan obat yang dijual bebas. Ini membaca tanggal kedaluarsa obat sekalian.
dilakukannya sebelum mengkonsumsi obat Membaca petunjuk obat sudah kesadaran dan
selalu membaca dengan landasan niat dari niat dari diri masing-masing, jadi tidak ada
diri masing- masing. Maksud dari niat ialah yang memaksa suruh membaca aturan supaya
dorongan yang tidak disadari dan tidak ada aman saja setelah meminum obat) (wawancara
paksaan dari orang lain untuk membacanya. dengan Ibu Tuminah 38 tahun, 22 Agustus
Harapan dari mereka adalah untuk 2009)”.
menjadikannya antisipasi dari kesalahan Alasan utama masyarakat selalu
meminum obat. Hal itu dilakukan agar membaca petunjuk yang ada pada kemasan
selalu aman dengan maksud tidak salah obat yang dijual bebas ialah supaya aman
mengkonsumsi dengan kelebihan dosis setelah mengkonsumsi obat tersebut.
minum dan sudah habis masa berlakunya. Khususnya pada masa belaku obat.
Misalnya, aturan minum obat seharusnya Adapun petunjuk yang lain misalnya, efek
minum sehari 3 kali akan dilakukan sehari 4 samping obat tersebut kurang diperhatikan.
kali ataupun diminum setelah makan akan Dikarenakan setiap mengkonsumsi
dilakukan sebelum makan. obat selalu aman. Hal tersebut yang
Selain membaca aturan minum juga menjadikan masyarakat untuk selalu
untuk mengetahui masa berlaku obat atau mengulangi obat yang dianggap cocok
masa kedaluarsa. Apabila obat yang sudah bagi tubuhnya. Maksud dari masyarakat
terlambat masa berlakunya dikonsumsi tersebut karena sudah ada bukti yang
akan mengakibatkan hal yang sangat nyata setelah mengkonsumsi obat dan
membahayakan bagi tubuh. Dikarenakan berhasil sembuh. Masyarakat lebih
semula yang diinginkan menjadi obat akan percaya dengan hasil yang sudah pernah
menjadi racun bagi tubuh. Informasi yang dialami karena kepercayaan terhadap suatu
ada di masyarakat sekarang ini adanya hal yang sudah melekat di benak masing-
korban salah obat maupun alergi obat yang masing sangat kuat. Tindakan tersebut akan
berakibat badan menjadi melepuh seperti menjadikan masyarakat untuk berperilaku
terbakar. hafalan terhadap obat yang mereka anggap
Banyak juga informasi yang cocok. Sehingga masyarakat susah untuk
diberitakan akhir-akhir ini, bahwa adanya berpindah ke produk lain. Dari tabel 1 dapat
salah konsumsi obat yang mengakibatkan dilihat bahwa responden yang membaca
badan menjadi melepuh seperti terbakar. petunjuk pemakaian obat dengan jawaban
362 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 5, Juli 2015, hlm 357-373

ya sebanyak 216 orang ( 36%) dan yang alasan masyarakat tidak memahami bahasa
menjawab tidak sebanyak 384 orang (64%). maupun maksud yang tertulis. Bahasa
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan memang butuh pemahaman yang lebih
bahwa dalam meminum obat responden dalam memaknai ataupun memahaminya.
kebanyakan tidak membaca petunjuk Terkadang bahasa memang sulit untuk
pemakaian obat bebas terlebih dahulu. menjadikannya tidakan dan maksudya
Sebagian besar masyarakat desa menjadi sepaham. Banyak yang terjadi
Kepuharjo hanya membaca petunjuk obat kalaupun salah maksud dari bahasa akan
saja, namun tidak dengan informasi yang berbeda tindakannya. Hal ini juga bisa
lainnya yang terdapat dalam kemasan dikarenakan tingkat SDM masyarakat
obat yang dijual bebas. Misalnya pada efek desa Kepuharjo kurang maksimal dalam
samping obat, karena sudah menjadikan memahaminya. Masyarakat desa Kepuharjo
kebiasaan masyarakat rasakan setelah Kabupaten Sleman yang kebanyakan tingkat
minum obat tersebut tidak terjadi hal yang pendidikan masyarakatnya hanya sampai
menyimpang. Hal tersebut menjadikan tingkat SD ini menjadikan kendala dalam
masyarakat kurang memperhatikannya memahaminya. Masyarakat beranggapan
karena beranggapan tidak akan terjadi hal bahwa hanya membaca informasi yang ada
yang memperburuk keadaan sebelumnya. pada kemasan obat bebas saja sudah aman
Karena dari pengalaman yang sudah apabila sudah mentaati aturannya saja.
dialami (setelah mengkonsumsi obat) tidak Bahkan ada sebagian informan yang tidak
terjadi hal yang memperburuk keadaan membaca dan memahami petunjuk yang
melainkan menjadi hal yang diharapkan ada. Hanya berdasarkan cerita keberhasilan
yaitu menjadikan tubuh menjadi sehat. orang yang pernah mengkonsumsi obat
Ungkapan dari salah satu informan yang yang sama. Informan juga ada yang
sudah peneliti wawancarai: “menawi mengatakan: “sampun manut aturane kedah
maos aturane ngunjuk obat kaliyan tanggal sampun aman, dadi mboten maos tulisane sing
kedaluarsane kulo waos terus mboten kesupen, liyane (sudah mengikuti aturannya seharusnya
nanging tulisan sak liyane mboten kulo waos sudah aman, jadi tidak membaca tulisan yang
amargi sak perlune mawon sing kulo waos, lainnya) (wawancara dengan Ibu Slamet 60
sing penting aturane (apabila membaca aturan tahun, 25 Agustus 2009)”.
minum obat dan tanggal kedaluarsanya saya Hal ini seharusnya menjadi bahan
selalu membaca dan tidak lupa, tapi tulisan yang evaluasi bagi pihak farmasi agar
lain tidak saya baca lagi karena yang saya baca menggunakan bahasa dan atau istilah
hanya seperlunya yakni aturan minumnya) yang mudah dipahami oleh semua
(wawancara dengan Bapak Sumarno 41 kalangan. Penggunaan istilah-istilah
tahun, 24 Agustus 2009)”. farmasi yang terlalu banyak, tentunya
Masyarakat biasanya dalam membaca akan mempersulit masyarakat untuk
informasi pada kemasan obat yang dijual memahami informasi yang terdapat
bebas tidak secara keseluruhan dengan dalam kemasan produk obat tersebut,
apalagi bila konsumen obat tersebut
adalah masyarakat desa Kepuharjo yang
Tabel 1. Frekuensi Responden
sebagian besar penduduknya hanya
Membaca Petunjuk Pemakaian Obat
lulusan SD dan bekerja sebagai petani.
Alasan sebagian besar masyarakat
membaca petunjuk pada kemasan obat
yang dijual bebas ialah keamanan. Aman
menurut masyarakat ialah aman yang bisa
Cahya Purnama Dini dan Puji Lestari, Literasi Informasi tentang Kemasan . .. 363

menjadikan tubuh sehat kembali seperti Sebagian besar masyarakat


semula. Yakni keadaan tubuh yang sehat Desa Kepuharjo dalam memberikan
saat sebelum menderita sakit. Sebelum pertolongan pertama apabila sakit ialah
mengkonsumsi obat, masyarakat akan dengan mengkonsumsi obat-obatan
membaca petunjuk dalam obat tersebut bebas. Frekuensi meminum obat
guna menjadikan tubuh sehat setelah bebas dapat menggambarkan tingkat
mengkonsumsiya. keseringan responden dalam meminum
Sehat merupakan hal yang sangat obat bebas. Dari hasil tersebut, dapat kita
mahal harganya, hal ini pula yang lihat banyaknya responden yang sering
disadari oleh masyarakat Kepuharjo yang meminum obat dapat dilihat pada tabel 2.
meyakini bahwa kesehatan merupakan Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa
suatu anugerah yang sangat berharga. responden yang menjawab sering sebanyak
Tidak adanya anggaran khusus ketika 384 orang (64%) dan yang menjawab
anggota keluarga mereka sakit, menjadi kadang-kadang sebanyak 216 orang
alasan utama mereka membeli obat yang (36%). Hasil tersebut menunjukan bahwa
dijual bebas di warung-warung terdekat. kebanyakan responden sering meminum
Jadi sangat sedikit masyarakat apabila obat bebas yaitu sebanyak 384 (64%), dapat
sakit mendatangi balai kesehatan seperti disimpulkan bahwa banyaknya responden
puskesmas, rumah sakit, dokter atau bidan yang meminum obat bebas.
praktek. Biasanya masyarakat mendatangi Dalam hal ini dapat digambarkan
balai pengobatan apabila penyakit sudah alasan responden dalam meminum obat
bertambah parah. bebas yang dapat dilihat pada tabel 3.
Keadaan tersebut yang menjadi Tabel 3 menunjukan bahwa responden
kendala pada masyarakat Kepuharjo yang menjawab mudah didapat dan murah
yang tingkat ekonominya pada tingkat sebayak 300 orang (50%), sedangkan yang
menengah ke bawah. Informan juga ada menawab malas ke Dokter sebanyak 156
yang mengatakan bahwa: “diagem nedho orang (26%), dan yang menjawab tidak ada
mawon mboten enten, nopo meleh ajeng berobat biaya ke Dokter sebanyak 144 orang (24%).
wonten dokter. Mending tumbas obat wonten Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
warung-warung inkang celak ndalem sami bahwa responden dalam meminum obat
mawon (kalau untuk makan saja sulit, apalagi bebas kebanyakan didasarkan oleh mudah
akan berobat ke dokter mending beli obat yang didapat dan murah.
ada di warung-warung saja sudah cukup
Kemampuan masyarakat untuk
dan manjur) (wawancara dengan Bapak
memahami informasi yang ada pada
X, 27 Agustus 2009)”. Hal tersebut yang
kemasan obat yang dijual bebas.
mendorong masyarakat untuk membeli
Seluruh informasi yang ada pada
obat yang dijual secara bebas dalam
kemasan produk obat yang dijual bebas
memberi tindakan apabila sakit. Informan
tidak semuanya dimengerti/dipahami
juga mengatakan: “obat sing ditumbas wonten
oleh masyarakat terutama masyarakat
warung sekitar luweh murah dibandingke
Kepuharjo. Dikarenakan tingkat
tumbas wonten apotek, soale biayane tambah
pemahaman yang kurang pada individu
awis soale apoteke nggeh tebeh saking dalem (obat
masing-masing. Semua itu disebabkan
yang dibeli di warung dekat rumah lebih murah
oleh tingkat pendidikan yang kurang
dibandingkan beli di apotek, karena biayanya
mendukung untuk bisa dipahami. Di
lebih mahal disebabkan apoteknya juga jauh dari
wilayah desa Kepuharjo pendidikan
rumah) (wawancara dengan Ibu Tuminah
paling tinggi dari responden hanya
38 tahun, 24 Agustus 2009)“.
setingkat SMP. Pemahaman informasi
364 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 5, Juli 2015, hlm 357-373

Tabel 2. Frekuensi Responden sehingga tingkat kesadaran untuk


Meminum Obat Bebas mencari informasi sebanyak-banyaknya
hanya terpaku pada tingkat kemampuan
mereka untuk memahami informasi
tersebut saja. Adapun informan yang
mengatakan bahwa: “bade pados informasi
mawon mboten enten wedal amargi gawean
sak ben dintenipun wonten sabin saking
yang mereka baca dan mengerti hanyalah enjing dugi sonten. Dugi nggriyo sampun
sebatas pada petunjuk pemakaian serta sayah, dados diagem tilem mawon. Menawi
tanggal kadaluwarsa. Sementara itu sakit tumbas obat wonten warung celak
terkadang ditemukan tulisan batas waktu nggriyo ke mawon, trus diagem tilem biasane
pemakaian atau masa kedaluarsa yang radi kirangan ngenjing (mau mencari
hilang cetakannya sehingga kurang jelas informasi saja tidak ada waktu dikarenakan
dibaca. Padahal dalam sebuah kemasan pekerjaan setiap hari hanya di kebun dari pagi
produk obat terdapat banyak sekali sampai sore. Apabila sudah sampai rumah
informasi yang berguna bagi masyarakat, capek jadi dipakai tidur/ istirahat saja. Kalau
misalnya saja kontraindikasi setelah sakit beli obat di warung sekitar rumah saja,
pemakaian obat, kandungan obat, cara lalu dipakai tidur biasanya besok pagi sudah
penyimpanan obat, dan lain-lain. mendingan sakitnya) (wawancara dengan
Tabel 4 dapat menggambarkan Bapak Rujiat 55 tahun, 24 Agustus 2009)“.
bahwa tingkat pemahaman responden Masyarakat sudah memahami
dalam memahami isi petunjuk pemakaian aturan konsumsi obat yang dijual
obat bebas yaitu dengan jawaban paham bebas yang tercantum pada kemasan
sebanyak 168 orang (28%), dengan obat tersebut. Maksud dari masyarakat
jawaban sebagian sebanyak 366 orang dalam memahami aturan konsumsi ialah
(56%), dan yang menjawab tidak paham hanya sebatas aturan minum dan dosisnya
sebanyak 96 orang (18%). Dari hasil saja. Tidak dengan petunjuk yang lainnya
tersebut dapat disimpulkan bahwa seperti efek samping, kontraindikasi, cara
responden dalam memahami isi dalam penyimpanan dan lain- lain. Hal tersebut
petunjuk pemakaian obat bebas hanyalah dikarenakan masyarakat hanya hafalan
sebagian saja. saat mengkonsumsi obat pertama kali.
Hal ini dikarenakan tingkat pendidi­ Apalagi saat mengkonsumsi obat tersebut
kan masyarakat Kepuharjo yang rendah sudah cocok dan manjur alias berhasil.

Tabel 3. Data Alasan Responden


Meminum Obat Bebas Tabel 4. Data Pemahaman Responden
terhadap Isi Petunjuk Pemakaian Obat
Bebas
Cahya Purnama Dini dan Puji Lestari, Literasi Informasi tentang Kemasan . .. 365

Jadi apabila ada perubahan aturan pakai, bertanya kepada petugas kesehatan yang
efek samping atau petunjuk pemakaian, kebetulan dikenalnya.
masyarakat tidak akan mengetahui Setelah membaca anjuran
informasi secara cepat. Oleh karena itu pemakaian obat masyarakat yang
selama masyarakat tidak mencari tahu tidak memahami informasi yang telah
perkembangan obat tersebut dan produsen dibacanya, masyarakat juga tidak
tidak gencar mensosialisasikan perubahan bertanya kepada anggota keluarga
hasil produksinya, maka masyarakat tetap atau tetangga kiri kanan yang lebih
tidak akan mengetahui perubahan tersebut. mengerti. Masyarakat menganggap
Hal ini menjadi tantangan para produsen tidak penting, karena masyarakat selalu
obat yang dijual bebas. hafalan dalam memahami informasi
Masyarakat pun sudah memahami dan obat tersebut. Maksud dari hafalan ialah
mentaati anjuran konsumsi yang ada pada setiap mengkonsumsi obat masyarakat
kemasan obat yang dijual bebas. Dengan belum pernah mengalami hal yang fatal
maksud dari pemahaman masyarakat melainkan selalu baik. Hal tersebut yang
tersebut ialah hanya memahami aturan menjadikan masyarakan malas membaca
konsumsi atau anjuran minumnya saja. dan menjadikannya suatu kebiasaan.
Tindakan ini dilakukan untuk mempercepat Dikarenakan mereka selalu cocok setelah
proses penyembuhan penyakit dan mengkonsumsi obat dan tidak ada efek
mempercepat proses pemulihan stamina samping serta akibat yang didapat
tubuh. Pada dasarnya melalui petunjuk setelah mengkonsumsi obat tersebut.
yang telah tercantum pada kemasan obat Mereka menggap bahwa hal tersebut
yang dijual bebas masyarakat sudah belum penting dikarenakan mereka tidak
memahami dan mentaati anjuran. akan menggunakannya istilah tersebut.
Sebagai contoh, ada informan yang Biasanya yang tidak dipahami dari
menggunakan obat 2 sampai 3 kali anjuran masyarakat desa Kepuharjo Kabupaten
yang ada dalam kemasan dan belum Sleman adalah nama-nama kandungan
sembuh masih menunda-nunda untuk yang ada pada obat tersebut. Sebagai
pergi ke balai pengobatan. Tetapi tindak contoh, paracetamol, propyphenazone, caffeine
lanjut dari proses penyembuhan mereka dan dexchlorpheniramine maleate (paramex).
kurang peduli karena mereka takut Istilah, misalnya “kontraindikasi” sebagian
dengan biaya yang membengkak yang besar juga tidak mengerti. Meskipun kata
akan dibayarnya. Adapun kemungkinan tersebut sudah diserap kedalam bahasa
penyakit tersebut dibiarkan sampai Indonesia. Lebih fatal lagi masyarakat
sembuh dengan sendirinya. Adapun yang hidup di pedesaan terbiasa
setelah sakitnya bertambah parah dan menggunakan bahasa daerah, dalam hal
mendapatkan anjuran dari keluarga, ini bahasa Jawa. Mereka menjadi susah
tetangga kiri kanan, mereka baru mau pergi untuk memahaminya karena mereka
ke balai pengobatan. Hal tersebut memang tidak terlalu mengerti bahasa Indonesia.
ada kenyataannya dalam masyarakat dan Keadaan tersebut menjadikan masyarakat
itupun banyak kejadiannya. Biasanya yang sulit untuk memahami maksud atau tujuan
melakukan ini adalah masyarakat yang yang diperintahkan. Namun masyarakat
tingkat pendidikannya SD atau tidak lulus desa Kepuharjo Kabupaten Sleman harap
SD. Adapun bagi yang berpendidikan SMP, dimaklumi karena informasi yang mereka
apabila setelah minum obat belum ada dapat tidak bisa secara cepat, hal tersebut
tanda- tanda berkurang atau sembuh segera terkendala dengan minimnya tingkat
pergi ke puskesmas terdekat. Bahkan berani pemahaman masing-masing individunya.
366 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 5, Juli 2015, hlm 357-373

Pemanfaatan informasi masyarakat untuk mencari, menelusur, menganalisa


terhadap informasi yang ada pada dan memanfaatkan informasi. Dalam hal ini
kemasan obat yang dijual bebas. yang diteliti ialah pemahaman masyarakat
Masyarakat sudah mentaati aturan tentang informasi yang ada pada kemasan
informasi yang terdapat pada kemasan obat, obat yang dijual bebas.
hal ini diperkuat dengan adanya anggapan Masyarakat desa Kepuharjo belum
bahwa masyarakat akan mempermudah sepenuhnya paham terhadap informasi
dan mempercepat proses penyembuhan yang ada pada petunjuk obat yang
apabila taat pada aturan. Informan juga dijual bebas. Sebagian besar masyarakat
mengatakan bahwa: “nggeh nek sampun hanya memahaminya secara hafalan saja.
mantun supoyo saged cepet nyambutdamel malih Masyarakatnya sendiri tidak mau mencari
(apabila sembuh supaya bisa secepatnya dan ingin tahu lagi sesuatu yang baru.
melakukan aktivitas kembali seperti Kebanyakan dari mereka sudah merasa
semula) (wawancara dengan Bapak Win cepat puas dengan informasi yang didapat
27 tahun, 6 September 2009). Masyarakat dikarenakan faktor pendidikan yang masih
pun juga takut akan terjadi hal yang sangat rendah. Tingkat pendidikan yang rendah
fatal apabila tidak mentaati aturan yang dan kurangnya informasi dari pergaulan
tercantum dalam kemasan obat tersebut. dengan orang lain yang lebih mengerti akan
Walaupun pemahaman masyarakat hanya informasi, menjadikan masyarakat cepat
terbatas dan terpaku pada aturan pakai atau puas dengan apa yang mereka dapat.
cara dan dosis pemakaian, sementara masih Masyarakat desa Kepuharjo
banyak lagi informasi yang harus dipatuhi. dalam memahami informasi yang
Contoh yang sederhana cara penyimpanan ada pada kemasan obat yang dijual
(paramex dalam suhu kamar 25-30 derajat bebas dengan cara melek informasi
celcius). Contoh yang lain “kontraindikasi” atau literasi informasi. Kemelekan
(penderita dengan gangguan fungsi hati, informasi meliputi kemampuan untuk
penderita hipersensitif terhadap salah satu mengenali kapan informasi dibutuhkan
komponen) terdapat pada produk paramex. dan untuk menemukan, mengevaluasi,
Besar kemungkinan informasi tersebut menggunakan secara efektif, dan
tidak diikuti oleh masarakat dengan menyampaikan informasi dalam beragam
baik. Mereka akan memukul rata bahwa bentuknya. Pada ke-nyataannya di
kalau sakit kepala mengkonsumsi obat masyarakat desa Kepuharjo sebagian
yang biasa dipakai tanpa memperhatikan besar masyarakatnya belum melek
kontraindikasi. informasi terhadap informasi yang ada
Tabel 5 menggambarkan bahwa pada kemasan obat bebas. Dikarenakan
tingkat ketaatan responden dalam mentaati masyarakat tidak memahami informasi
petunjuk pemakaian obat bebas dengan yang ada pada kemasan obat bebas secara
jawaban taat sebanyak 396 orang (66%), keseluruhan.
tidak taat sebanyak 96 orang (16%), dan Masyarakat sendiri hanya terpatok
kadang-kadang sebanyak 108 orang (18%). pada aturan yang mereka pahami masing-
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan masing. Jadi masyarakat tidak bisa
bahwa kebanyakan responden mentaati berkembang dalam mencari informasi.
petunjuk pemakaian obat bebas sebanyak Mereka hanya hafalan saja dalam
396 orang (66%). menjalankan aktifitas, misalnya membaca
Literasi informasi juga berarti melek aturan minum obat.
informasi yang mempunyai maksud Masyarakat tidak mempunyai
seperangkat ketrampilan yang diperlukan greget untuk mencari informasi sedalam-
Cahya Purnama Dini dan Puji Lestari, Literasi Informasi tentang Kemasan . .. 367

Tabel 5. Data Frekuensi Responden tinggalnya. Mereka sudah berinteraksi


Meminum Obat Bebas sebelum akan mengkonsumsi obat
dikarenakan masyarakat membaca
aturan minum terlebih dahulu sebelum
mengkonsumsinya. Terjadinya proses
pengoperasian rangsangan yang
berupa lambang (tulisan) dilanjutkan
perubahan sikap yang dilakukan setelah
membacanya.
Komunikasi kesehatan adalah
dalamnya. Dalam mencari informasi
studi yang mempelajari bagaimana cara
tersebut masyarakat juga tidak maksimal
menggunakan strategi komunikasi untuk
dikarenakan tidak menggunakan alat
menyebarluaskan informasi kesehatan
bantu yang diperlukan saat pencarian
yang dapat mempengaruhi individu dan
informasi berlangsung.
komunitas agar mereka dapat membuat
Ilmu penunjang penelitian tentang
keputusan yang tepat berkaitan
pemahaman informasi pada masyarakat
dengan pengelolaan kesehatan (Liliweri,
desa Kepuharjo, peneliti menggunakan
2007:46). Pendidikan kesehatan adalah
komunikasi kesehatan dalam memperkuat
suatu penerapan konsep pendidikan
pemikirannya. Masalah yang diteliti
dalam bidang kesehatan di masyarakat.
bersangkutan dengan kesehatan pada
Pendidikan kesehatan merupakan suatu
masyarakat. Ilmu pendukung tersebut,
praktik dan konsep pendidikan yang
adalah komunikasi kesehatan yang
diaplikasikan pada bidang kesehatan
bisa menjadikan pendidikan untuk
Tujuan pendidikan kesehatan adalah
masyarakat agar lebih memperhatikan
mengajarkan orang untuk hidup dalam
kesehatannya.
kondisi yang terbaik, yaitu berusaha keras
Kehidupan bermasyarakat, untuk mencapai tingkat kesehatan yang
komunikasi sangat diperlukan untuk maksimum. Pendidikan kesehatan ini
bertukar informasi. Manusia merupakan dipandang sebagai suatu strategi untuk
makhuk sosial yang tidak bisa lepas dari penurunan biaya melalui pencegahan
bantuan orang lain. Secara tidak disadari penyakit (di komunitas/masyarakat) dan
manusia sudah melakukan tindakan menghindari pengobatan medis yang
komunikasi dalam kehidupan sehari- mahal dan dengan menurunkan lamanya
harinya. Hal tersebut manusia selalu hari perawatan dan memfasilitasi
melakukannya untuk mempertahankan pemulangan lebih dini (jika di rumah
kehidupannya serta komunikasi dalam sakit/klinik).
masyarakat sangat penting karena dengan Pendidikan kesehatan merupakan
adanya komunikasi maka seseorang suatu upaya atau kegiatan untuk
bisa berhubungan dengan orang lain menciptakan perilaku masyarakat yang
dan saling bertukar pikiran yang bisa kondusif untuk kesehatan. Artinya,
menambah wawasan seseorang dalam pendidikan kesehatan berupaya agar
menjalani kehidupan sehari-hari. masyarakat menyadari atau mengetahui
Masyarakat desa Kepuharjo bagaimana cara memelihara kesehatan
Kabupaten Sleman dalam hal ini sudah mereka, bagaimana menghindari atau
melakukan tindakan komunikasi mencegah hal-hal yang merugikan
dalam membeli obat yang dijual bebas kesehatan, kemana harus mencari
di warung-warung sekitar tempat pengobatan bila sakit, dan sebagainya.
368 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 5, Juli 2015, hlm 357-373

Kesehatan bukan hanya untuk diketahui seperti kurang cermat dalam memahami
atau disadari dan disikapi, melainkan informasi obat bebas. Jadi masyarakat
harus dikerjakan/dilaksanakan tidak melaksanakan sesuai dengan
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini penyuluhan yang disampaikan. Misalnya,
berarti tujuan akhir dari pendidikan apabila akan mengkonsumsi obat bebas
kesehatan adalah agar masyarakat tidak dibaca seluruhnya dan apabila
dapat mempraktikkan hidup sehat bagi menderita sakit tidak secepatnya pergi
dirinya sendiri dan bagi masyarakat, ke balai pengobatan melainkan tetap
atau masyarakat dapat berperilaku hidup bekerja untuk mendapatkan penghasilan.
sehat (health life style). Mereka biasanya akan memberikan
Pengetahuan kesehatan secara pertolongan pertama dengan meminum
dini dimaksudkan agar masyarakat obat bebas yang dibeli di warung sekitar.
desa Kepuharjo Kabupaten Sleman Setelah sakitnya semakin parah barulah
mengerti dan paham akan kesehatan. pergi ke balai pengobatan. Kebanyakan
Kesehatan merupakan hal yang sangat dari masyarakat akan pergi ke balai
penting bagi kehidupan. Masyarakat pengobatan disaat sore hari. Alasan
seharusnya sudah menjadi lebih tahu masyarakat ialah apabila pagi hari
dengan kesehatan lingkungan sekitar di digunakan untuk bekerja agar mendapat
masyarakat. Secara praktis, komunikasi penghasilan. Kepala Puskesmas
kesehatan memberikan kontribusi bagi Cangkringan juga membenarkan bahwa
promosi kesehatan, mencegah penyakit masyarakat di desa Kepuharjo lebih
dalam suatu wilayah. memilih obat bebas dalam melakukan
Di wilayah Kepuharjo sendiri pengobatan pertama dikarenakan
masyarakatnya juga sudah diberi biayanya lebih murah. Masyarakat desa
penyuluhan tentang bahaya obat serta Kepuharjo sebagian besar tergolong
cara pemakaian obat bebas, seperti yang dalam tingkat ekonomi menengah
dikatakan Bapak Arif Wibawa, SKM ke bawah dan berpendidikan rendah
selaku Kepala Puskesmas Cangkringan: yakni sebagian besar hanya lulusan
“Penyuluhan yang diberikan kepada SMP. Produsen obat bebas tidak bisa
masyarakat tentang bahaya dari obat bekerjasama dengan pelayanan kesehatan
bebas sudah menjadi program dari dari pemerintah untuk mempromosikan
pemerintah. Program dari pemerintah kepada masyarakat. Kemudian cara yang
tersebut turun ke tangan Kepala digunakan oleh produsen obat bebas
Puskesmas Induk kecamatan, lalu dari dengan cara beriklan (Wawancara dengan
Puskesmas di lakukan oleh Posyandu Kepala Puskesmas Cangkringan, 14
maupun Rakor yang memberikan Desember 2009)“. Pendidikan kesehatan
penyuluhan kepada masyarakat langsung masyarakat desa Kepuharjo belum
dalam 1 bulan 1 kali. Selain kepada sepenuhnya dijalankan oleh masyarakat.
masyarakat, juga kepada siswa SMKN 1 Mereka hanya mendukung program-
Cangkringan yang dijadikan program program pendidikan kesehatannya saja,
dalam pemberian penyuluhannya. Setiap namun kegiatannya belum sepenuhnya
bulan penyuluhan akan selalu berbeda dijalankan. Kegiatan penyuluhan
dan mengikuti dari program Dinas yang dilakukan setiap 1 bulan 1 kali
Kesehatan. Masyarakat desa Kepuharjo memang masyarakat sangat antusias
sangat responsif apabila ada penyuluhan, dalam memberikan respons. Respons
namun masyarakat juga banyak yang tersebut hanyalah sesaat saat penyuluhan
mengabaikan disaat pelaksanaannya dilakukan. Setelah penyuluhan selesai
Cahya Purnama Dini dan Puji Lestari, Literasi Informasi tentang Kemasan . .. 369

pendidikan kesehatan yang diberikan Masyarakat desa Kepuharjo


tidak dijalankan oleh masyarakat. Cangkringan Sleman memilih obat
Artinya masyarakat belum mempunyai bebas apabila memberikan pertolongan
kesadaran untuk hidup sehat dan taat pertama apabila sakit. Biasanya
pada pendidikan kesehatan. masyarakat membeli obat bebas di
Obat bebas dan obat bebas terbatas warung sekitar tempat tinggalnya.
merupakan kategori obat yang dapat Masyarakat lebih memilih obat bebas
digunakan masyarakat dalam upaya dengan alasan murah dan cepat
pengobatan sendiri. Kriteria suatu obat mendapatkannya. Obat yang sering
dapat dimasukkan ke dalam kategori dikonsumsi sebagian besar masyarakat
ini antara lain adalah bahwa obat yang desa Kepuharjo Cangkringan Sleman
bersangkutan telah terbukti secara ialah procold, puyer bintang toedjoe dan
ilmiah menunjukkan manfaat klinis, paramex.
sangat diperlukan untuk menanggulangi Salah satu komponen kebutuhan
kesakitan yang banyak dijumpai utama dengan demikian adalah
di masyarakat, relatif aman, dan informasi. Informasi yang ideal adalah
penggunaannya oleh masyarakat dapat informasi yang objektif, lengkap, dan
dipantau oleh badan yang berwenang tidak menyesatkan. Sayangnya, informasi
mengawasi. yang ideal tersebut masih jarang
Dari ketentuan di atas, dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
dimengerti bahwa sebenarnya kebijakan Informasi yang paling banyak dijumpai di
untuk menggolongkan obat tertentu masyarakat sehari-hari adalah informasi
menjadi obat bebas dan bebas terbatas yang berasal dari industri farmasi, yang
adalah untuk meningkatkan ketersediaan bersifat komersiil. Bentuk utamanya
akan obat-obat bagi masyarakat, dalam adalah iklan. Bila arus informasi yang
upaya untuk melakukan pengobatan non komersiil dan komersil imbang,
sendiri. Bila digunakan secara benar, dan masyarakat mampu menelaah
obat-obat ini seharusnya bisa sangat informasi secara kritis, maka sebenarnya
membantu masyarakat dalam pengobatan masalah informasi mungkin tidak begitu
sendiri secara aman dan efektif. Namun mengkhawatirkan seperti sekarang ini.
sayangnya, seringkali dijumpai bahwa Untuk meningkatkan kerasionalan
pengobatan sendiri menjadi sangat pengobatan sendiri, maka di samping
boros karena mengkonsumsi obat-obat upaya-upaya untuk meningkatkan
yang sebenarnya tidak dibutuhkan, atau pengetahuan dan ketrampilan
malah bisa berbahaya misalnya karena masyarakat dalam memilih obat dan
penggunaan yang tidak sesuai aturan menganalisis secara kritis informasi
pakai. Bagaimanapun, obat bebas dan obat, juga diperlukan upaya-upaya
bebas terbatas bukan berarti bebas efek untuk mengendalikan informasi
samping, sehingga pemakaiannyapun komersil. Tujuannya agar informasi
harus sesuai dengan indikasi, dosis, lama yang disediakan benar, dalam arti
pemakaian yang benar, disertai dengan dapat dipertanggung-jawabkan secara
pengetahuan pengguna tentang risiko ilmiah, tidak menyembunyikan risiko
efek samping dan kontraindikasinya. pengobatan, serta tidak menyesatkan
Untuk melakukan pengobatan sendiri atau mengarahkan pengguna kepada
secara aman dan efektif, diperlukan persepsi yang keliru yang kemudian
pengetahuan dan ketrampilan memilih dapat mengakibatkan penggunaan obat
obat. secara keliru.
370 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 5, Juli 2015, hlm 357-373

Informasi harus lengkap, artinya yang disadari oleh masyarakat Kepuharjo


tidak menyembunyikan kekurangan- dimana menurut mereka televisi
kekurangan obatnya, yang dapat berupa mempunyai imajinasi tersendiri. Imaji
efek samping, kontraindikasi, dan televisi memang dikenal keampuhannya.
peringatan-peringatan yang menyertai Sebagian besar anggota masyarakat
penggunaan obatnya. Selain itu nama memandang televisi sebagai salah satu
senyawa bahan aktif tidak boleh sumber pencarian informasi.
disembunyikan dengan alasan apapun. Bahasa televisi memiliki
Penyebutan nama bahan aktif harus keragaman unsur-unsur semiotika,
dengan istilah yang telah diterima secara yakni gambar, suara, dan aspek-aspek
luas, yaitu nama generik atau nama INN non verbal. Semuanya harus dibangun
(International Non-Proprietary Name). secara harmonis dan memikat di dalam
Penyebutan dengan nama istilah kimiawi kemasan siaran yang bersifat audio
atau memberikan nama paten terhadap visual. Kelebihan televisi, selain menjadi
bahan aktif tidak diperbolehkan. tempat orang menerima kebenaran
Kekurangtahuan konsumen terhadap dan akurasi informasi, ialah menjadi
nama-nama bahan aktif obat tidak penyampai nilai-nilai atraktif kepada
boleh dimanfaatkan untuk menarik sejumlah besar orang secara serentak dan
keuntungan. Kekurangtahuan luas melalui hitungan bisnis media yang
masyarakat ini jangan sampai menjadi menguntungkan.
alasan untuk tidak memberikan informasi Motif masyarakat desa Kepuharjo
mengenai nama bahan aktif. dalam membaca dan memahami
Masyarakat desa Kepuharjo, informasi yang ada pada kemasan obat
tentunya tidak berbeda jauh dengan yang dijual bebas ialah untuk menjadikan
masyarakat lainnya yang hidup di rasa aman setelah mengkonsumsi obat
pedesaan bahwa apabila menderita sakit tersebut. Rasa aman yang masyarakat
lebih memilih obat-obat yang dijual bebas inginkan ialah aman yang tidak
di pasaran sebagai pertolongan pertama. akan terjadi hal yang fatal setelah
Obat-obat yang mereka perlukan sudah mengkonsumsi obat. Dengan alasan
tersedia di warung-warung yang ada tersebut masyarakat akan membaca
di sekitarnya, sehingga minat pergi ke terlebih dahulu aturan minum sebelum
balai pengobatan berkurang. Mereka mengkonsumsi obat. Masayarakat
menganggap obat-obat yang ada di desa Kepuharjo takut apabila salah
warung- warung sudah cukup untuk dalam mengkonsumsi obat, oleh sebab
mengobati penyakitnya. Selain itu obat- itu masyarakat akan selalu membaca
obat tersebut mudah ditemukan, murah, terlebih dahulu sebelum mengkonsumsi
cepat mendapatkannya, dan paling obat. Adapun masyarakat yang tidak
penting dianggap sangat cocok. Dalam hal bisa membaca sebelum mengkonsumsi
ini peran media sangat mendukung, baik obat akan mencari bantuan kepada
media cetak maupun media elektronik. anggota keluarga maupun orang lain
Televisi memang merupakan media untuk meminta bantuan membacakan
massa paling hebat dibanding media anjuran minum dan masa kedaluarsa
massa lainnya. Televisi tidak mengenal obat tersebut. Namun masyarakat dalam
batas. Televisi melipatgandakan efek membaca anjuran konsumsi obat hanya
media dalam menjalankan tugas sebatas petunjuk dan masa berlakunya
memberikan informasi, pendidikan, saja. Masyarakat menganggap bahwa
hiburan, dan bimbingan. Hal ini pula apabila sudah membaca petunjuk dan
Cahya Purnama Dini dan Puji Lestari, Literasi Informasi tentang Kemasan . .. 371

masa kedaluarsa sudah cukup dan minum dan dosis obat saja, tanpa membaca
sesudah menjadikan aman setelah petunjuk lain seperti efek samping,
meminum. Hal tersebut membuat kontra indikasi, cara penyimpanan dan
masyarakat tidak membaca informasi lain-lain. Sedapat mungkin masyarakat
lagi yang terdapat dalam kemasan obat kelas bawah yang pendidikanya sangat
yang dijual bebas tersebut. Misalnya saja minim dapat mengikuti perkembangan
efek samping, kontraindikasi dan lain- informasi obat andalannya. Hal ini
lain. Masyarakat hanya hafalan dalam dimaksudkan agar apabila ada perubahan
memahami efek sampingnya yakni akan aturan pakai atau dosis masyarakat
mengantuk setelah mengkonsumsi dengan cepat memperoleh informasi
obat. Kebanyakan dari masyarakat juga tersebut. Untuk itu, ini merupakan
tidak akan membaca efek samping secara tantangan serta pekerjaan bagi para
keseluruhan. produsen obat bebas untuk memberikan
Alasan masyarakat tidak membaca sosialisasi perubahan hasil produknya
secara keseluruhan ialah tingkat kesulitan kepada para konsumen mereka. Dengan
dalam pemahaman untuk memahami adanya sosialisasi tersebut maka imbas
bahasa maupun tulisan yang ada pada dari semua itu bukan hanya untuk para
kemasan obat yang dijual bebas tersebut. konsumen obat bebas, selain masyarakat
Dengan alasan tersebut menjadikan mendapatkan informasi yang lengkap
masyarakat untuk malas membaca tentang obat tersebut baik itu aturan
dikarenakan apabila membaca juga tidak pakai, dosis, kontra indikasi, dan lain-lain,
paham pula maksud yang disampaikan. tetapi kepercayaan masyarakat akan obat
Obat yang masyarakat dapatkan tersebut bertambah. Hal ini berpengaruh
ialah obat yang masuk kategori obat juga pada penjualan produk para
bebas yakni obat yang dijual di pasaran produsen obat. Namun untuk sekarang
tanpa resep dokter. Masyarakat desa hal itu belum sepenuhnya tercapai. Itu
Kepuharjo memilih pengobatan sendiri dikarenakan kebiasaan masyarakat yang
dengan alasan untuk pertolongan cenderung hafalan dalam memahami
pertama, murah, mudah didapatkan, informasi obat bebas tersebut. Inilah yang
dan terjangkau harganya. Dari alasan menjadikan masyarakat malas membaca
masyarakat tersebut, keinginan untuk dan sudah menjadi kebiasaan yang
pergi ke balai pengobatan setelah buruk. Biasanya yang tidak dipahami
menindaklanjuti apabila meminum obat oleh masyarakat pada umumnya adalah
yang dibeli di warung-warung tidak nama kandungan yang terdapat pada
manjur. Masyarakat menganggap bahwa obat tersebut. Tentu pula berpatok pada
pergi ke balai pengobatan sangat mahal tingkat kemampuan pemahaman masing-
dikarenakan biaya. Tingkat ekonomi masing individunya.
masyarakat desa Kepuharjo Kabupaten Masyarakat akan menindak lanjuti
Sleman sebagian besar masyarakatnya anjuran yang ada pada kemasan produk
pada tingkat eonomi menengah ke obat bebas apabila setelah mengkonsumsi
bawah. Masyarakat yang sebagian besar obat tersebut tidak kunjung ada
hanya berkebun dan beternak. Mereka perubahan guna mengantisipasi sakit
hanya memperoleh informasi hanya yang semakin parah. Sehingga pada
terpaku tingkat kemampuan masing- saat mendatangi balai pengobatan
masing yakni kemampuan individu. sudah dalam keadaan akut karena asal
Pemahaman masyarakat dalam meminum obat. Kesehatan memang
mencari informasi hanya sebatas aturan belum sepenuhnya diperhatikan secar
372 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 5, Juli 2015, hlm 357-373

khusus oleh sebagian besar masyarakat kemasan obat bebas, hal tersebut
desa Kepuharjo Kabupaten Sleman. diperkuat dengan:
Masyarakat mudah percaya apabila Motif masyarakat untuk membaca
sudah ada hasil yang didapat saat atau memahami informasi yang ada
pertama kali mengkonsumsi obat yang pada kemasan obat yang dijual bebas.
tersebut. Hal itulah yang menjadikan Masyarakat menjadikannya supaya aman
masyarakat menganggap informasi obat apabila sudah membaca masa kedaluarsa
tersebut tidak lagi penting karena sudah maupun aturan minum obat. Aman
berfikir kalau obat tersebut manjur. yang masyarakat cari ialah untuk tidak
Manfaat informasi yang ada pada terjadi hal yang tidak diinginkan setelah
kemasan obat yang dijual bebas bagi meminum obat.
masyarakat desa Kepuharjo Kabupaten Kemampuan masyarakat untuk
Sleman setelah membacanya ialah memahami informasi yang ada pada
menjadikan badan sehat. Dengan maksud kemasan obat yang dijual bebas. Masyarakat
bahwa setelah mengkonsumsi obat yang hanya sebatas memahami masa berlaku
dijual bebas dan memperhatikan aturan dan aturan pakai obat. Dalam memahami
minumnya yang sesuai pada kemasan. informasi yang lain masyarakat belum
Masyarakat juga bisa mengamati dan bisa dikarenakan tingkat pendidikan yang
merasakan kondisi tubuhnya sendiri kurang. Jadi masyarakat hanya membaca
setelah mengkonsumsi obat. Keterangan informasi yang dibutuhkan pada saat akan
tersebut juga ada pada petunjuk yang ada meminum saja. Masyarakat tidak akan
pada kemasan obat dengan kata lain efek membaca informasi yang lainnya secara
samping. Namun sebagian masyarakat keseluruhan.
jarang yang membacanya. Aturan dan Pemanfaatan informasi masyarakat
petunjuk pemakaian obat yang terdapat terhadap informasi yang ada pada
dalam kemasannaya merupakan suatu kemasan yang dijual bebas. Masyarakat
informasi yang diberikan produsen akan menjalankannya sesuai dengan
obat kepada konsumen. Informasi yang aturan apabila mengkonsumsi obat.
masyarakat baca di kemasan merupakan Harapan masyarakat mentaatinya ialah
suatu ilmu yang akan dijadikan pedoman supaya sesuai dengan harapan yang
untuk pengobatan selanjutnya. Dari diinginkan yakni cepat sembuh. Alasan
informasi yang didapat masyarakat yang lain ialah menjadikan informasi
dalam kemasan produk obat, masyarakat ataupun ilmu untuk menjadikan
bisa mengamati dan akan menindak pengetahuan berikutnya apabila akan
lanjuti kalaupun tidak ada perkembangan mengkonsumsi obat.
setelah meminum obat. Berdasarkan hasil penelitian,
masyarakat yang hanya membaca
Simpulan
informasi secara hafalan akan tidak
Berdasarkan hasil pembahasan
mengetahui apabila ada perubahan dalam
tentang “Literasi Informasi yang Ada
informasi yang ada pada kemasan obat
dalam Kemasan Produk Obat Bebas”
yang dijual bebas. Produsen sebaiknya
terhadap (Studi Dskriptif Pemahaman
mensosialisakan yang lebih mengena dan
Informasi pada Masyarakat di Wilayah
lebih bisa dipahami masyarakat secara
Kepuharjo Cangkringan Sleman) pada
menyeluruh dengan memberi tulisan
bab terdahulu, maka dapat disimpulkan
yang lebih tebal. Produsen sebaiknya
bahwa masyarakat desa Kepuharjo
menonjolkan informasi paling penting
Cangkringan Sleman belum sepenuhnya
yang terkait langsung dengan obat
memahami informasi yang ada pada
Cahya Purnama Dini dan Puji Lestari, Literasi Informasi tentang Kemasan . .. 373

secara mudah dipahami oleh konsumen. Rahmat, Jalaluddin. (2007). Metode


Kebanyakan salah satu petunjuk itu Penelitian Komunikasi. Bandung:
berbunyi demikaian ”apabila sakit Rosda Karya.
berlanjut hubungi dokter” (petunjuk
Supratiknya, A. (1995). Komunikasi
dalam) sebaiknya selain petunjuk
Antarpribadi: Tinjauan Psikologis.
tersebut, produsen juga mncantumkan
Yogyakarta: Kanisius.
berapa kali maksimal penggunaan obat
dan disarankan harus periksa ke dokter Internet
agar masyarakat semakin jelas. Sebab
selama ini belum ada produsen yang (Depkes:http://depkes.go.id/index. php
mencantumkan informasi tersebut. ? option = news & task = viewarticle
Sebagian besar masyarakat dalam & sid = 1522 & itemid = 2 : 3/14/2007)
membaca informasi yang ada dalam (diakses tanggal 19 April 2009, 1. 01
kemasan produk obat bebas tidak PM).
seluruhnya dibaca. Kalaupun masyarakat http://mfi.farmasi.ugm.ac.id/files/
membaca hanya sebagian saja. Olehkarena news/5._bu_susi.pdf (diakses
itu masyarakat lebih detail dan mau dalam tanggal 18 April 2009,1.49PM).
membaca dan memahami informasi
mengenai aturan, anjuran maupun masa (http://yokowebs.com/node/438)
berlaku obat yang ada pada kemasan obat (diakses tanggal 16 Juli 2009, 2. 45
yang dijual bebas. AM).
Peneliti juga memberikan saran
(http://www.sumeks.co.id/index.
dan masukan kepada peneliti yang akan
php?option=com_content & task
datang sebaiknya melakukan penelitian
= view & id = 3102 & Itemid = 44)
yang baru dengan berbagai acuan
(diakses tanggal 16 Juli 2009, 2.41
penelitian lainnya, selain deskriptif,
AM).
misalnya melakukan analisis isi terhadap
program-programnya, semiotika logo, (http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/
dan sebagainya sehingga penelitan Cybermed/pda/detail. aspx? x =
menjadi lebih bervariasi. Penelitian yang Health + News & y = Cybermed
bervariasi dapat menambah wawasan %7C0%7C0%7C5%7C4817).
dan pengetahuan bagi para pembaca. (diakses tanggal 16 Juli 2009, 2.47
AM).
Daftar Pustaka
H.B, Sutopo. (2002). Metodologi Penelitian (http://fazhaji.wordpress.
Kualitatif. Surakarta: UNS Press. com/2009/08/19/cara- makan
minum-obat-yang-baik-dan-
Liliweri, Alo. (1997). Komunikasi Antarpribadi.
benar/) (diakses tanggal 14
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Desember 2009, 12. 24 AM).
Effendy, Onong Uchjana. (2003). Ilmu
http://www.library.unisa.edu.au/
Komunikasi Teori dan Praktek. Cetakan
about/papers/-clever.pdf. (diakses
kesembilanbelas. Bandung: PT Remaja
tanggal 4 Mei 2009, 10. 27 PM).
Rosdakarya.
MOTIF PENGGUNAAN GADGET SEBAGAI SARANA PROMOSI
BISNIS ONLINE DI KALANGAN MAHASISWA UIN SUNAN
KALIJAGA

Nurul Izzati

Program Studi Kajian Komunikasi dan Masyarakat Islam (KKMI), Prodi Interdiciplynari
Islamic Studies, Universitas UIN Sunan Kalijaga, Jl. Marsda Adisucipto, Daerah Istimewa
Yogyakarta, No Telp. (0274) 589621
Email: nuzzaizzati@gmail.com

Abstract
The presence of gadgets mainly in the form of smartphones has much to contribute in everyday life, as a media
gadget information search, interacting, get entertained, even for the purpose of online business activities for
today is widely used among students of UIN Sunan Kalijaga. This study aimed to describe the motives of use
gadgets as online business promotion tool among students UIN Sunan Kalijaga. The research approach uses
qualitative approach with descriptive qualitative method, focus of research is the use of gadgets motivation
among students. Respondent with purposive sampling. The research found patterns of use gadgets as a means
of business promotion online, such as, First, the use of gadgets are considered more convenient, easy and simple
to do promotions, Second, Online Business is suitable for small businesses run by selling a variety of products.
Third, Doing business online using a gadget or self-awareness initiative of informants in sufficient portion of
the needs as well as training yourself to be an independent figure.

Keyword: Motive, Gadget, Online Bisnis.

Abstrak
Kehadiran gadget terutama dalam bentuk smartphone telah banyak memberikan konstribusi
dalam kehidupan sehari-hari, gadget sebagai media pencarian informasi, melakukan interaksi,
mendapatkan hiburan, bahkan hingga untuk keperluan kegiatan berbisnis secara online untuk saat
ini memang banyak digunakan di kalangan mahasiswa UIN Sunan Kalijaga. Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan motif penggunaan gadget sebagai sarana promosi bisnis online dikalangan
mahasiswa UIN Sunan Kalijaga. Adapun pendekatan penelitian menggunakan pendekatan secara
kualitatif dengan metode deskriptif kualitatif, fokus penelitian yaitu motivasi penggunaan gadget di
kalangan mahasiswa. Penentuan responden dengan purposive sampling. Hasil penelitian ditemukan
motif penggunaan gadget sebagai sarana promosi bisnis online yaitu : Pertama, penggunaan gadget
dianggap lebih nyaman, mudah dan simple dalam melakukan promosi, Kedua, Bisnis Online cocok
dijalankan untuk usaha kecil dengan menjual beragam produk . Ketiga, Berbisnis secara online
menggunakan gadget merupakan inisiatif atau kesadaran diri dari informan dalam mencukupi
sebagian kebutuhan serta melatih diri untuk menjadi sosok yang mandiri.

Kata Kunci: Motif, Gadget, Bisnis Online

Pendahuluan setelah kemunculan internet di mana


Perkembangan zaman yang dinamis orang-orang dengan mudah memperoleh
dan terus menunjukkan kemajuan yang beragam informasi.
begitu pesat dalam segala aspek bidang Informasi-informasi dapat diakses
kehidupan, seperti pada era sekarang dengan menggunakan fasilitas elektronik
yang disebut sebagai era kekinian atau gadget seperti smartphone, komputer,
modern telah banyak menyebabkan laptop, tablet dan e-reader dengan fitur
perubahan-perubahan sosial yang terjadi internet. Fenomena yang ada di tengah
di kalangan masyarakat. Pengaruh masyarakat, khususnya masyarakat
teknologi menjadikan orang-orang begitu perkotaan dan tak sedikit juga masyarakat
bergantung akan kehadirannya, terlebih pedesaan mulai mengubah cara pandang
Nurul Izzati, Motif Penggunaan Gadget Sebagai Sarana. .. 375

dalam mendapatkan informasi yang menggunakan dan memanfaatkan media


dibutuhkan dan beralih mengikuti sosial untuk promosi bisnis online.
perkembangan zaman, masyarakat Adapun penggunaan media sosial
lebih menyukai hal-hal praktis tanpa untuk promosi bisnis online tidak
harus menghabiskan tenaga dan materi. terlepas dari adanya motif-motif tertentu
Kemudahan yang ditawarkan oleh gadget yang diinginkan oleh setiap individu
dengan segala aplikasi unggulan misalnya atau suatu tujuan yang dikehendaki,
media sosial yang mampu memangkas pengertian dari motif itu sendiri adalah
jarak dan menyebarkan informasi yang mencakup penggerak, keinginan,
sehingga menjadikan gadget sebagai rangsangan, hasrat dan dorongan dalam
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari diri seseorang sehingga menyebabkan
aktifitas kehidupan sehari-hari. ia berbuat sesuatu secara singkat atau
Perkembangan teknologi begitu dengan kata lain yang mendasari perilaku
pesat, trend gadget terus merebak di individu tersebut. (Sunaryo, 2004: 135)
Indonesia, semua kalangan baik anak- Berdasarkan hal tersebut maka timbul
anak, remaja dan dewasa berlomba- pertanyaan bagaimana motif penggunaan
lomba untuk dapat memiliki produk gadget sebagai sarana promosi bisnis
gadget dengan tujuan sebagai pemenuhan online dikalangan mahasiswa UIN Sunan
kebutuhan dalam mendapatkan Kalijaga? Penelitian ini bertujuan untuk
informasi secara cepat dan dengan menemukan motif kalangan mahasiswa
waktu yang singkat, dari beragam UIN Sunan Kalijaga dalam penggunaan
produk yang beredar di masyarakat, gadget maupun motif melakukan bisnis
namun yang umum digunakan yaitu online.
bentuk smartphone. Adapun dari berbagai Motif adalah kebutuhan, keinginan
merk paling populer yang ditawarkan dan dorongan. Motivasi seseorang juga
saat ini adalah android dan blackberry. tergantung kepada kekuatan motifnya.
Ketersediaan smartphone dengan fitur Motif dengan kekuatan yang cukup
internet sebagai jaringan dengan tingkat besarlah yang akan menentukan perilaku
akses yang mengglobal dan beberapa seseorang. Kekuatan motif juga dapat
fasilitas dapat dimanfaatkan untuk berubah jika terpuaskannya kebutuhan
berbagai keperluan baik dalam dunia dan jikalau kebutuhan sudah terpenuhi
bisnis maupun non bisnis. (Irena Anggita maka akan terjadi penurunan terhadap
Nurul Adha & Ratri Virianita, 2010: 380). motif dan beralih kepada kebutuhan
Berbicara mengenai trend pemakaian lain dan seterusnya, sedangkan motivasi
smartphone maka yang paling aktif dan adalah kemauan untuk berbuat sesuatu
mudah ditemui pemakaiannya terjadi serta sebagai salah satu faktor penentu
dikalangan mahasiswa. Selain sebagai dalam pencapaian tujuan. Motivasi
medium untuk mengakses informasi berkaitan erat dengan dorongan atau
secara individual, juga digunakan sebagai kekuatan yang berada dalam diri
media interaksi dengan membentuk manusia. (Tria Yulius Sapitri dan Jurry
grup-grup antara mahasiswa dengan Hatammimi: 04).
mahasiswa maupun mahasiwa dengan Atribut yang menjadi motivasi
dosen, yaitu melalui aplikasi media wanita dalam berwirausaha yaitu
sosial yang terdapat di dalamnya (Endang, 2012: 63-69); 1) Mandiri
seperti BBM, Facebook, Line, Whatsapp, secara ekonomi yaitu ketika seseorang
dan Instagram. Beberapa mahasiswa mampu memenuhi keinginan dengan
UIN Sunan Kalijaga diantaranya juga baik tanpa harus bergantung kepada
376 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 5, Juli 2015, hlm 374-380

orang lain dalam mengambil keputusan menganggur. 13) Fasilitas infrastruktur


bertindak termasuk untuk mencukupi yaitu ketika tersedianya infrastruktur
kebutuhannya. 2) Merasa kurang puas yang memadai mengacu adanya
dengan pekerjaan yang ada yaitu ketika pasar yang harus tersedia dalam
seseorang merasa kurang puas dengan mengembangkan kewirausahaan. 14)
pekerjaan yang sedang ditekuni saat Pengalaman kewirausahaan yaitu adanya
sekarang, sehingga dapat memicu pendidikan formal dan pengalaman
seseorang untuk merintis usaha sendiri. bisnis kecil-kecilan dapat menjadi potensi
3) Pengangguran yaitu ketika orang yang utama untuk menjadi wirausaha yang
menganggur dan tidak menemukan berhasil. 15) Potensi pasar yaitu peluang
lahan pekerjaan maka cenderung akan pasar sekecil apapun harus diidentifikasi
memulai bisnis. 4) Mencari tantangan dengan baik. 16) Keinginan keluarga yaitu
yaitu wirausaha adalah orang-orang yang seseorang memulai usaha dikarenakan
menaruh minat dan menyukai usaha- keluarga mereka sudah memiliki usaha
usaha yang menantang untuk mencapai sebelumnya, tinggal anggota keluarga
kesuksesan. 5) Keinginan pribadi yaitu untuk membuka usaha sendiri maupun
kemauan yang kuat serta rasa percaya meneruskannya. 17) Status sosial yaitu
diri yang tinggi dengan tekad yang akan seseorang untuk memperoleh gengsi
mampu mengatasi semua permasalahan atau status dan dikenal orang banyak. 18)
di lapangan. 6) Kebanggaan diri yaitu Latar belakang keluarga yaitu anggota
status sebagai pemilik perusahaan keluarga cenderung meniru pola pikir,
atau suatu usaha akan memberikan cara kerja dan sikap entrepeneur dari
kebanggaan tersendiri dibandingkan keluarganya.
status hanya sebagai seorang karyawan. Kemudahan yang ditawarkan
7) Tradisional atau turun-temurun yaitu oleh internet menyebabkan banyak
sikap dan cara berpikir serta bertindak bermunculan jenis usaha-usaha baru
yang selalu berpegang teguh kepada dalam kategori online yang menjual
norma, adat kebiaasaan menurut tradisi berbagai jenis produk. Bisnis online atau
yang ada. 8) Kesempatan kerja yaitu ketika online shop adalah sebagai media promosi
entrepreneur menciptakan lapangan dan pemasaran bagi produk maupun jasa
pekerjaan dan bukan mencari pekerjaan. yang akan diperdagangkan, bisnis online
9) Bantuan finansial yaitu dengan hanya bisa diakses dengan menggunakan
memasuki arena bisnis atau memulai fitur internet untuk menampilkan katalog
usaha baru untuk mencari sumber dana berupa tulisan maupun gambar kepada
dan fasilitas baik uang maupun pemodal. konsumen.
10) Pengetahuan teknis yaitu memiliki Bisnis online merupakan bisnis yang
kompetensi dalam bidang tertentu sesuai bersifat mobile di mana dalam melakukan
dengan bentuk usaha yang akan dipilih. kegiatan bisnis dapat diakses kapan dan
11) Dorongan keluarga yaitu keluarga darimana saja, pembeli dapat memesan
mempunyai peran dalam menumbuhkan produk atau barang online dengan
dan mempercepat seseorang untuk menggunakan media seperti Smartphone,
mengambil keputusan dikarenakan laptop, notebook, komputer dan lain
orang tua berfungsi sebagai konsultan sebagainya.
pribadi. 12) Penggunaan dana tidak Penelitian ini dapat dianalisis melalui
terpakai yaitu ketika faktor yang menjadi teori Ekologi Media. Ide utama dibalik
motivasi seseorang untuk berwirausaha teori ekologi media bahwa Mc Luhan
karena adanya ketersediaan dana yang melihat pengaruh dari teknologi media
Nurul Izzati, Motif Penggunaan Gadget Sebagai Sarana. .. 377

terhadap masyarakat. Pemikiran Mc bagian yang mewakili dari populasi,


Luhan memiliki tiga asumsi yaitu: (Adul sehingga jumlah bnyaknya dari informan
Karim Batubara, 2014: 134) 1) Media tidak menjadi patokan. Pemilihan
melingkupi setiap tindakan di dalam informan dengan menggunakan
masyarakat yaitu media tidak dilihat purposive sampling di mana informan
dalam artian yang sempit seperti surat yang dipilih dapat mewakili informasi
kabar/ majalah, radio, televisi, film atau dengan kedalaman dan kemampuan
internet tetapi Mc Luhan melihat apapun dalam memberikan kelengkapan data.
itu yang bisa digunakan sebagai medium Langkah-langkah memperoleh
oleh manusia. 2) Media memperbaiki data di lapangan dilakukan dengan: 1)
persepsi kita dan mengorganisasikan wawancara mendalam kepada beberapa
pengalaman kita yaitu dimana teori informan yang diambil secara acak dari
ekologi media melihat media sebagai mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yang
sesuatu yang memberi pengaruh kepada aktif dalam melakukan promosi bisnis
manusia secara langsung. 3) Media online di media sosial seperti BBM
menyatukan seluruh dunia yaitu di dan Whatsapp melalui smartphone; 2)
mana Mc Luhan berasumsi bahwa setiap Observasi atau pengamatan langsung
kejadian atau peristiwa yang terjadi di terhadap motif penggunaan gadget
belahan dunia lain dapat diketahui atau sebagai sarana promosi bisnis online di
menjalar ke belahan dunia lain dengan kalangan mahasiswa UIN Sunan Kalijaga
sebutan desa global. Melalui media online di mana peneliti mengamati langsung
mahasiswa termotivasi untuk berbisnis proses promosi bisnis online di media
guna menambah pendapatan dan melatih sosial. Data dianalisis secara kualitatif.
kemandirian.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Metode Penelitian Penelitian ini melibatkan beberapa
Pendekatan penelitian ini yaitu pengguna gadget yaitu informan
secara kualitatif. Penelitian kualitatif mahasiswa UIN Sunan Kalijaga di mana
adalah mencari pengertian yang gadget digunakan sebagai sarana promosi
mendalam tentang suatu gejala, fakta, bisnis online dengan memanfaatkan
dan realita, masalah serta peristiwa smartphone untuk melakukan bisnis,
yang dapat dipahami apabila peneliti menjual berbagai macam bentuk produk
menelusurinya secara mendalam dan seperti pakaian, produk kecantikan dan
tidak hanya terbatas pada pandangan produk kesehatan.
permukaan saja, demikian merupakan Salah satu informan adalah Sa’adah
ciri khas penelitian kualitatif. Ritonga dari Fakultas Ushuluddin dan
Penelitian ini menggunakan metode Pemikiran Islam menggunakan gadget
deskriptif dengan tujuan menggambarkan sebagai media untuk berbisnis online
peristiwa yang sedang berlangsung karena dianggap selain lebih simple juga
saat ini, serta mencoba menganalisis mudah dalam proses penjualan barang
bagaimana motif penggunaan gadget berupa produk kecantikan dan kesehatan.
sebagai sarana promosi bisnis online di Penggunaan aplikasi bisnis online yaitu
kalangan mahasiswa UIN Sunan Kalijaga melalui BBM, Whatsapp dan Facebook,
baik dalam penggunaan gadget maupun ketiga aplikasi tersebut sangat efesien dalam
motif melakukan bisnis online dengan melakukan promosi maupun penjualan
menggambarkan informasi apa adanya. produk ataupun barang secara online.
Pelaksanaan penelitian kualitatif Desi Kumalasari dari fakultas
tidak menggunakan sampel sebagai Tarbiyah sebagai informan lainnya
378 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 5, Juli 2015, hlm 374-380

mengatakan bahwa menggunakan menjadi lebih mudah, cepat dan praktis


gadget karena dianggap lebih nyaman dengan penggunaan gadget, bahkan
dalam melakukan promosi tanpa harus gadget telah menjadi gaya hidup dari
menetap di satu tempat atau datang seseorang, hampir semua kalangan
dari rumah ke rumah, kemudian dapat menggunakan gadget dan telah menjadi
juga mempromosikan berbagai macam bagian hidup yang sulit untuk dipisahkan.
produk untuk dijual sehingga sangat Penggunaan gedget sebagai media
memudahkan dalam proses penjualan untuk berbisnis maka tidak lepas dari
seperti jilbab, produk kesehatan dan keunggulan serta kemudahan yang
kecantikan. ditawarkan oleh produk-produk gadget
Bisnis Online memiliki keuntungan tersebut. Layaknya di Indonesia gadget
sendiri bagi mahasiswa UIN Sunan Kalijaga atau yang lebih sering dipakai dalam
disebabkan penjualan yang praktis dan bentuk smartphone dimiliki hampir oleh
mudah. Proses penjualan bisa dilakukan tiap orang. Smartphone lengkap dengan
kapan saja, tidak memerlukan tempat usaha fitur internet memudahkan dalam
sehingga memberi kenyamanan dan sangat melakukan proses komunikasi bisnis
efesien dibandingkan dengan bisnis offline, online di jejaring sosial. Bentuk jejaring
karena mengingat status sebagai mahasiswa sosial seperti BBM, Whatsapp, Line, Kakao
yang dituntut kehadiran dan fokus dalam Talk dan facebook selalu diakses oleh
proses belajar lebih sulit membagi waktu banyak orang.
jika harus berbisnis secara offline. Bisnis Hal ini sesuai dengan asumsi teori
secara offline akan menyita banyak waktu, ekologi media di mana Sa’adah Ritonga
serta sulit untuk menjangkau banyak orang dan Desi Kumalasari serta pengguna
sehingga bisnis secara online menjadi smartphone lainnya yaitu setiap orang
pilihan bagi beberapa kalangan mahasiswa memiliki kebutuhan dan ketergantungan
UIN Sunan Kalijaga. terhadap media dalam menjalankan
fungsi komunikasi untuk berbagai
Motif Penggunaan Gadget Sebagai
alasan tentunya. Kehadiran teknologi
Sarana Promosi Bisnis Online
khususnya teknologi komunikasi tidak
Semenjak kemunculan internet
dapat dipisahkan dari kehidupan di era
ditambah dengan zaman yang semakin
modern.
maju, kini masyarakat mulai meninggalkan
Level dan konteks komunikasi
metode lama di mana dulu interaksi yang
bermedia internet selain aktivitas dan
dijalin lebih sering dengan cara tatap muka.
proses komunikasi sebagai pertukaran
Era modern telah merubah pola interaksi
data namun tetap melibatkan manusia
antara individu dengan individu, individu
sebagai pemberi konteks atau situasi
dengan kelompok bahkan antar kelompok
pada aktifitas dan proses komunikasi
dalam proses komunikasi.
baik secara individual, group maupun
Kehadiran Gadget terutama
organisasi dan lain sebagainya. (Edwi
dalam bentuk smartphone telah banyak
Arief Sosiawan, 60-75)
memberikan konstribusi dalam
Tingkat penggunaan media sosial
kehidupan sehari-hari, gadget sebagai
yang tinggi dapat dimanfaatkan untuk
media pencarian informasi, melakukan
beragam keperluan proses komunikasi
interaksi, mendapatkan hiburan, bahkan
di dalamnya, salah satunya yaitu
hingga untuk keperluan kegiatan
sebagai ajang untuk berbisnis. Tampilan
berbisnis secara online untuk saat ini
media sosial di mana penggunanya
memang banyak digunakan di kalangan
dapat mengatur foto profile, melihat
mahasiswa UIN Sunan Kalijaga. Interaksi
Nurul Izzati, Motif Penggunaan Gadget Sebagai Sarana. .. 379

isi pengguna yang tersedia hingga seperti saat ini dengan penggunaan
mengundang atau menerima, mengirim teknologi informasi sehingga dapat
foto, pesan suara, video, bergabung di meningkatkan transformasi bisnis
grup dan lainnya sangat memungkinkan melalui kecepatan, ketepatan dan lebih
untuk dijadikan lahan berbisnis dan biasa efesien. Keberhasilan suatu usaha kecil
disebut dengan bisnis online. Hal ini sangat bergantung kepada pemilik bisnis,
menjadi penggerak dan melahirkan motif kemajuan teknologi informasi telah
untuk berbisnis di media sosial. menjadi pilihan dalam pemanfaatan
Tingkah laku manusia pada internet untuk kegiatan bisnis. (Irena
hakikatnya selalu berkaitan erat dengan Anggita & Ratri Virianita, 2010: 380).
motif tertentu. Motif adalah hal abstrak
Simpulan
yang selalu dikaitkan dengan perilaku,
Perkembangan teknologi komunikasi
defenisi motif yaitu menyangkut
telah mempermudah setiap orang dalam
penggerak, keinginan, rangsangan,
melakukan berbagai hal. Teknologi
hasrat, pembangkit tenaga dan alasan
komunikasi dalam bentuk gadget telah
serta dorongan dalam diri manusia
memberikan manfaat yang berarti bagi
sehingga mendorong suatu perbuatan.
kalangan mahasiswa UIN Sunan Kalijaga
(Sunaryo, 2004: 135).
di mana gadget atau smartphone digunakan
Gadget oleh beberapa kalangan
oleh Sa’adah Ritonga dan Desi Kumalasari
mahasiswa UIN Sunan Kalijaga juga
sebagai mahasiswa UIN Sunan Kalijaga
dipakai untuk terjun dalam bisnis online
untuk melakukan usaha kecil dengan
dengan melakukan usaha kecil atau
berbisnis secara online.
menengah dengan menjual berbagai
Smartphone dengan fitur internet serta
produk seperti baju, sepatu, jilbab,
aplikasi media sosial seperti BBM, Whatsap
aksesoris hingga produk-produk kese­
dan Facebook dapat menjadi wadah dalam
hatan dan kecantikan (kosmetik).
melakukan promosi suatu produk atau
Produk-produk dipromosikan dengan
barang baik berupa pakaian, produk
meng-upload foto dan keterangan produk
kecantikan maupun produk kesehatan.
di media sosial.
Ditinjau dari teori ekologi media di mana
Sa’adah Ritonga dan Desi Kumalasari
orang-orang selalu memiliki kebutuhan
mengatakan bahwa usaha kecil sangat
terhadap media, yang dimaksud disini
efektif dilakukan secara online terutama
bukan hanya media dalam artian sempit
bagi mahasiswa dikarenakan hanya
seperti koran, majalah, televisi, laptop
dengan modal yang kecil dan dapat
dan sebagainya, namun yaitu apapun
dijalankan hanya dengan penggunaan
medium yang digunakan terutama yang
gadget sebagai sarana promosi. Berbisnis
berkaitan dengan teknologi komunikasi
secara online merupakan inisiatif atau
dan mempunyai dampak dalam perubahan
kesadaran diri sendiri yang dialami
sosial.
oleh kedua informan untuk dapat
Sa’adah Ritonga dan Desi Kumala
hidup mandiri dan mencukupi sebagian
Sari menggunakan gadget dalam bentuk
kebutuhan serta melatih diri untuk
smartphone untuk melakukan bisnis online
menjadi sosok yang mandiri.
disebabkan kemudahan, kenyamanan dan
Irena Anggita Dan Ratri Virianita
lebih simple dalam melakukan promosi
menjelaskan bahwa usaha kecil atau
maupun transaksi penjualan suatu produk
menengah (UKM) dapat dijalankan
atau barang. Berbisnis secara online dapat
dengan memanfaatkan internet dalam
melatih diri menjadi sosok yang mandiri
kegiatan berbisnis, memasuki Era global
dan dapat mencukupi sebagian kebutuhan.
380 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 5, Juli 2015, hlm 374-380

Implikasi penelitian ini adalah berbisnis Edwi Arief Sosiawan. (2011). Penggunaan
secara online memberikan kemudahan Situs Jejaring Sosial sebagai Media
dan kecepatan baik dalam ajang promosi Interaksi dan Komunikasi di Kalangan
maupun transaksi penjualan, konsumen Mahasiswa. Jurnal Ilmu Komunikasi
dapat dengan mudah memesan produk Vol. 09 No. 01, Hal. 60-75.
ataupun barang di media online dengan
Endang. (2012). Faktor-Faktor Motivasi
beragam variasi produk yang ditawarkan,
Berwirausaha Terhadap Keberhasilan
selain kemudahan dalam pemesanan
Pengusaha UKM. Jurnal Profit. Vol. 6
namun pelanggan tidak dapat mengetahui
No. 1 Hal 63-69.
atau melihat langsung suatu produk yang
telah dipesan oleh karena itu bagaimana Irena Anggita Nurul Adha, Ratri Virianita
penjual untuk benar-benar memperhatikan (2010). Sikap dan Intensi Pemanfaatan
kualitas suatu produk dan sesuai dengan Internet dalam Kegiatan Bisnis. Jurnal
tampilan foto serta keterangan produk yang Departemen Sains Komunikasi dan
di publikasikan baik itu di BBM, whatsap Pengembangan Masyarakat. Hal 380-
maupun Facebook. 389.
Daftar Pustaka Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Ke­
Abdul Karim Batubara, (2014), Media perawatan, Jakarta: Penerbit Buku
Ecology Theory, Jurnal Iqra’ Vol 08. Kedokteran EGC.
No.02, Hal. 134-135.
Tria Yulius Safitri, Jurry Hatammimi,
Anton Ramdan, Sukses Bisnis Online Analisis Faktor-Faktor yang Memotivasi
(Panduan Membangun Toko Online Wanita Berwirausaha Melalui Bisnis
Profesional) [Online] https:// Online (Studi pada Mahasiswi Sekolah
books.google.co.id/books? id = Bisnis di Bandung). Jurnal Manajemen
FFNFCQAAQBAJ & pg = PA9 & dq = Bisnis dan Informatika. Hal .04.
bisnis + online & hl = en & sa = X & ved
= 0ahUKEwj Ep7bO9Lz KAhWOw
I4KHcqKDaEQ 6AEIUDAH # v =
onepage & q = bisnis % 20 online & f =
false, [accessed 20 Januari 2016]
381

PETUNJUK BAGI (CALON) PENULIS


JURNAL KOMUNIKASI ASPIKOM

1. Artikel yang ditulis untuk JURNAL Ilmu Komunikasi ASPIKOM meliputi artikel hasil
penelitian dan artikel konseptual (hasil telaah atau pemikiran) di bidang komunikasi.
2. Artikel ditulis dengan Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris. Naskah diketik dengan
program Microsoft Word, huruf Times New Roman ukuran 12 pts, spasi ganda, marjin
standar (batas kiri dan batas bawah 4 cm, sedangkan batas kanan dan batas atas 3 cm),
dicetak pada kertas A4 dengan panjang 20-30 halaman.
3. Sistematika artikel hasil penelitian adalah judul, nama penulis (disertai alamat institusi,
nomor telepon, dan alamat e-mail), abstract, abstrak (disertai kata kunci), pendahuluan,
metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, simpulan, dan daftar pustaka.
4. Sistematika artikel konseptual adalah judul, nama penulis (disertai alamat institusi,
telepon, dan alamat e-mail), abstrak (disertai kata kunci), pendahuluan, pembahasan
(berisi sub-judul-sub-judul (sesuai kebutuhan), penutup, dan daftar pustaka.
5. Judul artikel dalam Bahasa Indonesia tidak lebih dari 12 kata, sedangkan dalam Bahasa
Inggris tidak lebih dari 10 kata. Judul ditulis rata tengah, dengan ukuran huruf 16 pts.
6. Nama penulis artikel dicantumkan tanpa gelar akademik, disertai nama dan alamat
lembaga asal, serta ditempatkan di bawah judul artikel. Dalam hal naskah ditulis oleh
tim, penyunting hanya berhubungan dengan penulis utama atau penulis yang namanya
tercantum pada urutan pertama. Penulis utama harus mencantumkan alamat e-mail.
7. Abstrak dan kata kunci ditulis dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris). Panjang masing-
masing abstrak 75-200 kata, disertai kata kunci sejumlah 3-5 kata. Abstrak minimal berisi
masalah, tujuan, metode, konsep, dan hasil penelitian dan pembahasan.
8. Bagian pendahuluan untuk artikel hasil penelitian berisi latar belakang, konteks penelitian,
hasil kajian pustaka, dan tujuan penelitian. Bagian pendahuluan untuk artikel konseptual
berisi paparan acuan konteks permasalahan berisi hal-hal menarik (kontroversial, belum
tuntas, dan perkembangan baru) dan rumusan singkat hal-hal pokok yang akan dibahas.
Seluruh bagian pendahuluan dipaparkan secara terintegrasi dalam bentuk paragraf-
paragraf, dengan panjang 15-20% dari total panjang artikel. Bagian pendahuluan tidak
perlu diberi sub-judul pendahuluan.
9. Bagian metode berisi paparan dalam bentuk paragraf tentang rancangan penelitian,
sumber data, teknik pengumpulan data, dan analisis data yang secara nyata dilakukan
peneliti, dengan panjang 10-15% dari total panjang artikel.
10. Bagian hasil penelitian berisi paparan hasil analisis yang berkaitan dengan pertanyaan
penelitian. Pembahasan berisi pemaknaan hasil dan pembandingan dengan teori dan/atau hasil
penelitian sejenis. Panjang paparan hasil dan pembahasan 40-60% dari panjang artikel.
11. Bagian inti atau pembahasan untuk artikel konseptual berisi paparan telaah atau pemikiran
penulis yang bersifat analitis, argumentatif, logis, dan kritis. Paparan pembahasan
memuat pendirian atau sikap penulis atas masalah yang dikupas. Panjang paparan bagian
inti atau pembahasan 60-80% dari panjang artikel.
12. Bagian simpulan berisi temuan penelitian yang berupa jawaban atas pertanyaan penelitian
atau berupa intisari hasil pembahasan. Simpulan disajikan dalam bentuk paragraf.
Panjang paparan bagian simpulan 5-10% dari panjang artikel.
13. Bagian penutup berisi simpulan, penegasan pendirian atau sikap penulis, dan saran-saran.
Penutup disajikan dalam bentuk paragraf. Panjang paparan penutup 10-15% dari panjang
artikel.
382

14. Daftar rujukan hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk di dalam artikel, dan semua
sumber yang dirujuk harus tercantum dalam daftar rujukan. Sumber rujukan minimal
80% berupa pustaka terbitan 10 tahun terakhir. Rujukan yang digunakan adalah sumber-
sumber primer berupa artikel-artikel penelitian dalam jurnal atau laporan penelitian
(termasuk skripsi, tesis, disertasi). Artikel yang dimuat di Jurnal Ilmu Komunikasi
disarankan untuk digunakan sebagai rujukan.
15. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik rujukan berkurung (nama akhir, tahun).
Pencantuman sumber pada kutipan langsung hendaknya disertai keterangan tentang
nomor halaman tempat asal kutipan. Contoh: Baran (2009: 45).
16. Daftar rujukan disusun dengan tata cara yang merujuk APA Style edisi ke 6 seperti contoh
berikut ini dan diuraikan secara alfabetis dan kronologis.

Buku:
Littlejohn, S. W. (1992). Theories of human communication (4th ed). Belmont, CA:
Wadsworth Publishing Company.
Rogers, E. M., & Rekha, A. R. (1976). Communication in organizations. New York,
NY: The Free Press Cunningham, S., & Turner, G. (Eds.). (2002). The media in
Australia. Sydney, Australia: Allen & Unwin

E-book:
McRobbie, A. (1998). British fashion design: Rag rade or image industry? London:
Routledge. Tersedia dari: <http://leeds.etailer.dpsl.net/Home/htmlmoreinfo.
asp?isbn=0203168011>

Artikel dalam buku kumpulan artikel:


Darmawan, Josep J. (2007). Mengkaji ulang keniscayaan terhadap berita (televisi). Dalam
Papilon H. Manurung (ed), Komunikasi dan kekuasaan (h. 60-95). Yogyakarta:
FSK.

Artikel Jurnal:
Giroux, H. (2000). Public pedagogy as cultural politics: Stuart Hall and the “crisis” of
culture. Cultural Studies, 14(2), 341-360.

Makalah Konferensi:
Jongeling, S. B. (1988, September). Student teachers’ preference for cooperative small
group teaching. Paper presented at the 3rd Annual 13 Research Forum of the
Western
Australian Institute for Educational Research, Murdoch University, Murdoch, Western
Australia.

Artikel dalam internet:


Massy, W. F., & Robert, Z. (1996). Using information technology to enhance academic
productivity. Diperoleh dari (www.educom.edu/program.nlii/keydoces/ massy.htm)

Artikel Surat Kabar:


Ispandriarno, L. (2008, Mei 12). Memantau bus hijau. Koran Tempo, hal. 4.
383

Tulisan/berita dalam surat kabar tanpa pengarang:


Memantau bus. (2008, Mei 12). Koran Tempo, hal. 4.

Dokumen resmi:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1978). Pedoman Penulisan Laporan
Penelitian. Jakarta: Depdikbud. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2
tentang Sistem Pendidikan Nasional. (1990). Jakarta: PT Armas Duta Jaya.

Skripsi, Tesis, Disertasi, Laporan Penelitian:


Perbawaningsih, Y. (1998). Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku
terhadap teknologi komputer: Analisis perbandingan budaya teknologi antara
akademisi perguruan tinggi negeri dan swasta, kasus di UGM dan UAJY. (Tesis
tidak diterbitkan). Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia.

Website:
Arstechnica: The art of technology. (2008). Tersedia dari: http://arstechnica.com/index.
ars
Blog:
Jaquenod, G. (2008, December 1). Birdie’s etsy flights. [Web log post] http://www.
giselejaquenod.com.ar/blog/

Film atau Video:


Deeley, M., & York, B. (Producers), & Scott, R. (Director). (1984). Bladerunner [Motion
picture]. United States: Warner Brothers

17. Tata cara penyajian kutipan, rujukan, tabel, dan gambar dapat dicontoh langsung dari
artikel yang telah dimuat Jurnal Ilmu Komunikasi ASPIKOM edisi terakhir. Artikel
berbahasa Indonesia menggunakan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan dan istilah-istilah yang dibakukan oleh Pusat Bahasa.
18. Semua naskah ditelaah secara anonim oleh mitra bestari (reviewers) yang ditunjuk oleh
penyunting menurut bidang kepakarannya. Penulis artikel diberi kesempatan untuk
melakukan perbaikan (revisi) naskah atas dasar rekomendasi/saran dari mitra bestari
atau penyunting. Kepastian pemuatan atau penolakan naskah akan diberitahukan secara
tertulis. Penulis yang artikelnya dimuat akan mendapat imbalan berupa nomor bukti
pemuatan sebanyak dua eksemplar cetak lengkap, dan tiga eksemplar cetak lepas. Artikel
yang tidak dimuat tidak akan dikembalikan, kecuali atas permintaan penulis.
19. Segala sesuatu yang menyangkut perizinan pengutipan atau penggunaan software
komputer untuk pembuatan naskah atau ihwal lain yang terkait dengan HAKI yang
dilakukan oleh penulis artikel, berikut konsekuensi hukum yang mungkin timbul
karenanya, menjadi tanggung jawab penuh penulis artikel.
20. Naskah diserahkan dalam bentuk print-out sebanyak 3 eksemplar beserta softcopynya
paling lambat 2 bulan sebelum penerbitan kepada: Jurnal Ilmu Komunikasi ASPIKOM
(d.a. Program Studi Ilmu Komunikasi, FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl.
Babarsari No. 6, Yogyakarta 55281). Pengiriman naskah juga dapat dilakukan sebagai
attachment e-mail ke alamat: jurnal.aspikom@gmail.com, http://ejurnal.aspikom.org
FORMULIR BERLANGGANAN

Mohon dicatat sebagai pelanggan Jurnal Ilmu Komunikasi :


Nama : ___________________________________________________________
Alamat : ___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
Kode Pos : ___________________________________________________________
No. Kontak : ___________________________________________________________

Harga Langganan mulai Juli 2013 (2 nomor) satu tahun : ___________ , ___________
Untuk Wilayah Jawa Rp 50.000,- + Ongkos Kirim
Untuk Luar Wilayah Jawa Rp 75.000,- + Ongkos Kirim
( ____________________ )
Formulir boleh difotocopy
……..Kirimkan ke alamat email : jurnal.aspikom@gmail.com, Nomor HP : 08156874669……

BERITA PENGIRIMAN UANG LANGGANAN


Dengan ini saya kirimkan uang sebesar :

Rp 50.000,- untuk langganan 1 tahun (2 Nomor), mulai Volume … Nomor… Tahun......

Rp 50.000,- untuk langganan 1 tahun (2 Nomor), mulai Volume … Nomor… Tahun......


Uang Tersebut telah saya kirim melalui :

Bank BNI a.n. Puji Lestari, Nomor Rekening 0201517747

Anda mungkin juga menyukai