Anda di halaman 1dari 8

Swasembada Daging Sapi Analisis Simulasi Ramalan Swasembada Daging Sapi di Indonesia

Sri Handayani, Anna Fariyant dan Rita Nurmalina

SWASEMBADA DAGING SAPI ANALISIS SIMULASI RAMALAN SWASEMBADA


DAGING SAPI DI INDONESIA
Sri Handayani1, Anna Fariyanti2, Rita Nurmalina2
1
Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor
2
Departemen AgribisnisFakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
E-mail: sri.meulaboh@gmail.com
ABSTRAK.Tujuandaripenelitianiniadalahmenganalisis permintaan dan penawaran daging sapi di Indonesia
serta melakukan simulasi peramalan terhadap permintaan dan produksi daging sapi di Indonesia yang terkait
dengan program swasembada daging. Data yang digunakan merupakan data sekunder deret waktu dari 1996–
2013. Analisis data dilakukan dengan beberapa tahap: 1) dengan pendekatan ekonometrika menggunakan metode
2SLS, 2) dengan analisis elastisitas dan 3) dengan analisis simulasi peramalan. Hasilpenelitian menunjukan bahwa
permintaan daging sapi responsif terhadap populasi penduduk. Sedangkan pada sisi penawaran yang diwakili
oleh produksi menunjukan bahwa harga daging sapi domestik, harga daging impor dan kebijakan swasembada
berpengaruh nyata terhadap produksi daging sapi. Hasil peramalan menunjukkan bahwa ketergantungan Indonesia
terhadap daging sapi impor akan meningkat, kebutuhan konsumsi dalam negeri akan terus dipasok oleh daging
impor.
Kata kunci: swasembada daging, daging sapi, persamaan simultan.
SIMULATION OF ANALYSIS FORECASTFOR BEEF SELF SUFFICIENT IN INDONESIA
ABSTRACT. The purpose of this study are to analyze the demand and supply of beef in Indonesia and projecting
the production and beef demand in Indonesia related to meat self sufficuency program. Data used is the time series
data from 1996 to 2013. Data analysis was done by several stage: 1) by econometric approach using the 2SLS
method, 2) by elasticity analysis and 3) by forecasting simulation analysis. The result shows that the demand
for beef responsive to the population. Meanwhile, on beef suppy side which represented by production shows
that significantly effect by domestic and imported price beside of the self sufficiency policies. Forecasting result
indicate that the reliance Indonesia to beef imports will increase, domestic consumption will countinue to be
supplied by meat imported.
Keywords: selfsufficiency, beef, simultaneous equations.
PENDAHULUAN sapi domestik akan mempengaruhi jumlah penawaran
Komoditas peternakan mempunyai prospek daging sapi domestiknya. Adapun jumlah penyediaan
yang baik untuk dikembangkan. Hal ini didukung daging di Indonesia dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
oleh karakteristik produk yang dapat diterima oleh
Tabel 1.Penyediaan dan konsumsi daging sapi di Indonesia,
masyarakat Indonesia. Kondisi ini menunjukkan
2009-2013 (000 ton)
bahwa Indonesia merupakan pasar potensial bagi
Tahun Pertumbuhan
agribisnis peternakan. Hal tersebut dikarenakan Uraian
2009 2010 2011 2012 2013 (%)
jumlah penduduknya yang mencapai 220 juta jiwa
dan masih akan tumbuh sebesar 1.4 persen per Produksi daging 251 259 267 275 284 3

tahunnya. Oleh sebab itu Indonesia merupakan Impor daging 70 73,4 77 80,8 84,8 4,7
negara dengan jumlah konsumen yang sangat besar, Total 321 332 344 356 368 3,4
dengan kondisi geografis dan sumber daya alamnya Konsumsi daging 326 330 334 338 343 1,2
sehingga mendukung usaha dan industri peternakan.
Sumber: Kementerian Pertanian (2014,diolah).
Meningkatnya kesadaran dan pengetahuan
masyarakat tentang gizi serta meningkatnya Berdasarkan kondisi dimana produksi daging
pendapatan per kapita akan meningkatkan daya beli sapi menunjukkan kecenderungan yang meningkat
masyarakat (Daryanto 2009). ditiap tahunnya. Namun hal tersebut belum dapat
Produk daging sapi mempunyai peranan yang memenuhi kebutuhan konsumsi daging sapi sehingga
sangat besar terhadap perekonomian nasional, namun untuk memenuhi kebutuhan tersebut dilakukannya
banyak permasalahan terjadi yang dapat menghambat impor.
pertumbuhan baik secara makro maupun mikro. Dalam kaitannya dengan program swasembada
Pertumbuhan produksi daging sapi yang sebesar 3.0 daging sapi yang dicetuskan sejak tahun 2000 sampai
persen tidak sebanding dengan laju pertumbuhan sekarang mengalami pengunduran target (moving
impor daging yaitu sebesar 4.7 persen (Tabel 3). Hal target) sebanyak 3 kali. PSDS 2014 sebenarnya
tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan impor merupakan program lanjutan yang telah dicanangkan
daging sapi lebih meningkat tajam dibandingkan sebelumya sejak tahun 2001-2005. Pada waktu itu,
produksi daging sapi domestiknya. Produksi daging program bernama program kecukupan daging sapi
sapi domestik belum mampu memenuhi kebutuhan yang diartikan tersedianya secara cukup pangan
konsumsi masyarakatnya. Jumlah produksi daging hewani asal ternak khususnya daging sapi sampai

57
Sosiohumaniora, Volume 18 No. 1 Maret 2016 : 57 - 64

tingkat rumah tangga. Pengertian ketersediaan akan meningkatkan produksi daging sapi domestik
tersebut adalah paling tidak 90 persen tersedia dari dan permintaan daging sapinya. Populasi ternak
supply dalam negeri, sehingga kecukupan bersifat sangat menentukan jumlah ternak sapi yang akan
swasembada on trend, yang artinya pada kurun waktu dipotong guna menghasilkan produk daging.
tertentu dapat saja dilakukan impor (Daryanto 2011). Peningkatan harga daging dapat merangsang jumlah
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk ternak yang dipotong, sehingga harga ternak tersebut
melakukansimulasi ramalan yang menyangkut sangat berpotensi meningkatkan produksi daging
dengan program swasembada daging sapi melalui sisi sapi. Jumlah sapi bakalan impor juga berpengaruh
permintaan dan produksi daging sapi di Indonesia. terhadap produksi daging sapi. Berdasarkan hal
tersebut maka produksi daging sapi domestik
METODE PENELITIAN dipengaruhi oleh populasi sapi nasional, harga
daging sapi domestik, impor daging sapi. Adapun
Spesifikasi model merupakan suatu upaya untuk
persamaannya dapat diformulasikan sebagai berikut:
mempelajari hubungan antar peubah dan kemudian
mengekspresikan hubungan tersebut dalam bentuk PDSDt= b0 + b1HDDRt + b2HDARt + b3HDMR + b4PSN
persamaan matematika. Spesifikasi model ekonometrika +b5JBI + b6DSt + a7PDSD t-1 + E2t
t
dibuat berdasarkan pada teori ekonomi dan berbagai dimana :
pengalaman empiris yang berhubungan dengan fenomena HDMRt = harga rill daging sapi impor (Rp/Kg)
yang sedang dipelajari. Adapun persamaan tersebut PSNt = populasi sapi nasional (000 Ekor)
adalah sebagai berikut : JBIt = jumlah sapi bakalan impor (000 ton)
1. Permintaan daging sapi domestik DSt = dummy swasembada daging sapi,(D=1, ada
Tingkat permintaan terhadap suatu barang dipengaruhi kebijakan swasembada dan D=0, tidak ada kebijakan
oleh harga barang itu sendiri, harga barang swasembada)
substitusinya, pendapatan masyarakat dan jumlah E2t = peubah pengganggu
penduduk. Persamaan permintaan daging sapi Tanda parameter dugaan yang diharapkan : b1, b4, b5,
domestik dirumuskan sebagai berikut : b6>0; b2, b3<0; 0 < a7< 1
DDSt = a0 + a1HDDRt + a2HDARt + a3PPNRt + a4POPt
4. Impor Daging Sapi
+ a5DDSt-1 + E1t
dimana: Indonesia merupakan negara Net Importer yang
DDSt= permintaan daging sapi domestik (000 ton), ditunjukkan adanya defisit produksi (excess demand)
HDDRt = harga rill daging sapi domestik (Rp/Kg) dimana dapat mengakibatkan kenaikan harga, begitu
HDARt = harga rill daging ayam (Rp/Kg) juga sebaliknya, sehingga dapat terjadinya aktivitas
PPNRt = pendapatan nasional (Rp) perdagangan. Impor daging dilakukan dalam rangka
POPt = populasi penduduk (000 Jiwa) menunjang kebutuhan daging nasional dan terus
DDSt-1 = lag konsumsi daging sapi domestik akan meningkat seiring dengan meningkatnya
E3t = peubah pengganggu pendapatan masyarakat dan permintaan akan daging
Tanda parameter dugaan yang diharapkan : a2, a3, a4> 0; tersebut. Adapun persamaannya dapat dirumuskan
a1< 0; 0<a5<1 sebagai berikut:
MDSt = c0 + c1HDMRt + c2NTRt + c3TMDSt +
2. Penawaran Daging Sapi Domestik
c4HDDRt+ E3t
Penawaran daging sapi merupakan jumlah total produksi
dimana :
daging sapi secara keseluruhan ditingkat nasional.
MDSt = impor daging sapi (000 ton)
Jumlah produksi yang tidak sebanding dengan
konsumsi mengakibatkan adanya produk daging NTRt = nilai tukar (Rp terhadap US $)
sapi yang diimpor. Dengan demikian penawaran TMDSt = tarif impor daging sapi (persen)
daging sapi domestik dapat didefinisikan sebagai E3t = peubah pengganggu
penjumlahan atara jumlah produksi daging sapi Tanda parameter dugaan yang diharapkan : c4, > 0 ; c1,
domestik dan jumlah daging sapi impor. Penawaran c2, c3< 0
daging sapi domestik merupakan persamaan identitas 5. Harga Rill Daging Sapi Domestik
adapun persamaannya dapat dirumuskan sebagai Harga komoditas dipasar ditentukan oleh permintaan dan
berikut: penawaran, dimana harga terjadi pada saat permintaan
SDDt = PDSDt + MDSt
sama dengan penawaran. Harga merupakan peubah yang
dimana :
dapat dipengaruhi oleh beberapa peubah lain dalam bentuk
SDDt = penawaran Daging Sapi Domestik (000 ton)
persamaan struktural. Sebagai negara kecil dan Net Importir
PDSDt= produksi Daging Sapi Domestik (000 ton)
MDSt= impor Daging Sapi (000 ton) daging sapi harga daging sapi domestik juga dipengaruhi
oleh harga daging sapi impor, produksi daging sapi
3. Produksi Daging Sapi Domestik domestik dan permintaan daging sapi. Persamaan harga
Produksi daging sapi domestik bersumber dari daging sapi domestik dapat dirumuskan sebagai berikut :
pemotongan sapi lokal dan tambahan dari sapi HDDRt = d0 +d1HDMRt +d2PDSDt + d3DDSt + d4MDSt + E4t
bakalan impor. Pemotongan sapi dilakukan pada dimana :
ternak yang telah berumur lebih dari dua tahun. E4t = peubah pengganggu
Produksi ternak sapi domestik akan meningkatkan Tanda parameter dugaan yang diharapkan :
penawaran ternak sapi untuk dipotong yang berarti d1,d3,, d4> 0 ; d2< 0
58
Swasembada Daging Sapi Analisis Simulasi Ramalan Swasembada Daging Sapi di Indonesia
Sri Handayani, Anna Fariyant dan Rita Nurmalina

Penelitian ini menggunakan model ekonometrika elastisitas jangka pendek maupun elastisitas jangka
persamaan simultan dengan menggunakan metode 2SLS. panjang. dengan perhitungan sebagai berikut:
Model terdiri dari persamaan struktural dan identitas. 𝐸𝑝𝑑 =
𝑋
𝑃 𝐸𝑝𝑗 =
𝐸𝑝𝑑
𝑌 1− 𝑙𝑎𝑔 𝑌
Salah satu yang menentukan metode pendugaan model
dimana :Epd=Elastisitas jangkapendek/respon dari peubah
adalah identifikasi model. Menurut Koutsoyiannis
endogenous terhadapperubahan masing-masing peubah
(1977) dapat ditentukan dengan rumus :
eksogenous.Epj=Elastisitas jangka panjang/respon dari
(K-M)≥(G-1)
peubah endogenous terhadapperubahan masing-masing
dimana: K = total peubah dalam model, M = jumlah
peubah eksogenous.= Nilai rata-rata dari masing-masing
peubah endogen dan eksogen yang dimasukkan dalam
peubah eksogenous. = Nilai rata-rata dari masing-masing
suatu persamaan tertentu dalam model, G= total
peubah endogenous.P= Parameter/koefisien regresi
persamaan.Dan persamaan dalam model yang digunakan
peubah eksogenous. Apabila : E ≥ 1, artinya setiap
dalam penelitian ini dikatakan over identified.
peubahan eksogenous setiap persennya akan merubah
Adapun tujuan dari validasi model adalah untuk
peubah endogenousnya sebesar satu atau lebih dari
mengetahui apakah model cukup valid untuk digunakan
satu persen dan pengaruhnya signifikan.0<E<1,artinya
simulasi. Menurut Pyndick and Rubinfeld (1998) kriteria
perubahan setiap persen peubah eksogenous akan
statistik yang digunakan adalah RMSE (Root Mean
merubah peubah endogenousnya kurang dari satu namun
Square Error) dan RMSPE (Root Mean Square Percent
lebih dari nol, pengaruh yang terjadi tidak nyata.
Error) serta U (U-Theil’s inequality coeffisient).
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
Statistik proporsi bias (UM) yang mengindikasikan
sekunder. Data sekunder merupakan data kuantitatif yang
error sistematis dimana nilai yang diinginkan adalah
diperoleh dari data runtut waktu (time series) selama 18
nol sehingga jika nilainya lebih besar dari 0.2
tahun (1996-2013) yaitu produksi, konsumsi, populasi
mengindikasikan adanya bias sistematik, proporsi
sapi, harga, impor, nilai tukar, tarif impor, populasi
regresi (UR), proporsi varian (US) yang idealnya adalah
penduduk, pendapatan. Data dalam penelitian ini
mendekati nol, dan proporsi distribusi (UD) dan proporsi
diperoleh dari (1) Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia;
kovarian (UC) yang idealnya adalah mendekati satu
(2) Direktorat Jenderal Peternakan; (3) Kementerian
(Sitepu dan Sinaga 2006). Sedangkan theils inequality
Pertanian (4) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (5);
coeficient (U) idealnya adalah mendekati nol dan jika
Food Agricultural Organization (FAO). Analisis data
nilainya satu maka model dikatakan naif. Validasi model
yang dilakukan pada penelitian ini di lakukan dengan
ekonomi daging sapi di indonesia dilakukan dengan
pendekatan ekonometerika menggunakan metode 2SLS
simulasi dasar untuk periode sampel pengamatan tahun
dan diikuti dengan analisis elastisitas dan analisis simulasi
1996 – 2013.
peramalan.
Hasil validasi model dari lima persamaan ekonomi
komoditi daging sapi (Tabel 2) yaitu memiliki HASIL DAN PEMBAHASAN
nilai RMSPE dibawah dari 25 persen. Hal tersebut
Analisis model ekonomi daging sapi dalam penelitian
menunjukkan bahwa nilai prediksi masih dapat mengikuti
ini dilakukan melalui analisis “Model Ekonometrika”
kecenderungan dataperamalannya dengan tingkat
dengan mempertimbangkan kriteria ekonomi, statistik
kesalahan di bawah 25 persen, kecuali pada persamaan
dan ekonometrik (Koutsoyiannis, 1977).
harga rill daging sapi domestik dimana nilai prediksinya
Secara menyeluruhmemperlihatkan bahwa model
diatas dari 25 persen. Hasil U Theil yang dihasilkan dari
persamaan simultan yang dibentuk dalam model
empat persamaan yang dibentuk mendekati nol yaitu
ekonomi daging sapi di Indonesia dapat dinyatakan
lebih kecil dari 10 persen sedangkan pada persamaan
cukup baik, karena telah memenuhi kriteria ekonomi
harga daging sapi nilai yang dibentuk sedikit lebih besar
(tanda yang relatif sama), kriteria statistik (akurat)
dari 10 persen. Dilihat dari komponen statistik U, terlihat
dan kriteria ekonometrik (tidak menunjukkan serial
bahwa proporsi bias (UM) dan proporsi keragaman (US)
korelasi yang serius). Hasil analisis menunjukkan
mendekati nol, dan proporsi covarians (UC) mendekati
nilai koefisien determinasi (R2) berkisar antara 0.8477
satu. Nilai Dari beberapa kriteria tersebut menunjukkan
sampai dengan 0.9916. Nilai koefisien tertinggi pada
bahwa model yang dirumuskan cukup baik dan dapat
persamaan permintaan daging sapi domestik (DDS)
digunakan untuk simulasi kebijakan dan simulasi
yakni sebesar 0.9916. Sebaliknya nilai R2 terendah
peramalan.
terdapat pada persamaan harga daging sapi domestik
Tabel 2 Hasil validasi model (HDDR) yakni sebesar 0.8477. Kondisi demikian
Peubah RMSE RMSPE (%) Bias (UM) Reg (UR) Dist (UD) Var(US) Covar(UC) U menunjukkan bahwa masing-masing peubah
DDS 2,582 0,8606 0 0,09 0,91 0,06 0,94 0,004 endogen dapat dijelaskan oleh peubah penjelas yang
SDD 34,222 13,6909 0 0,06 0,94 0,02 0,98 0,06 dimasukkan dalam model. Nilai statistik F berkisar
PDSD 24,609 11,9251 0 0,07 0,93 0,02 0,98 0,054 antara 8.41 sampai dengan 260.97, nilai tersebut
MDS) 10,525 24,0168 0 0,07 0,93 0,01 0,99 0,087 terdapat pada persamaan produksi daging sapi
HDDR 13022 55,3593 0 0,06 0,94 0,05 0,95 0,154 domestik dan permintaan daging sapi domestik. Hal
Elastisitas demikian menunjukkan bahwa secara bersama-sama
Untuk melihat respon atau tidaknya masing- peubah penjelas memberikan pengaruh yang nyata
masing peubah eksogenous (penjelas) terhadap peubah terhadap peubah endogennya. Nilai Durbin-Watson
endogenous digunakan perhitungan elastisitas, baik (DW) berkisar antara 1.0649 sampai dengan 2.3418

59
Sosiohumaniora, Volume 18 No. 1 Maret 2016 : 57 - 64

yaitu berturut-turut pada persamaan harga rill daging bahwa jika terjadi kenaikan harga sebesar 10 persen,
sapi domestik (HDDR), persamaan impor daging sapi maka akan menurunkan permintaan hanya sebesar 0.14
(MDS), persamaan produksi daging sapi domestik dalam jangka pendek dan 0.20 persen dalam jangka
(PDSD) dan persamaan permintaan daging sapi panjang. Dimana komoditas barang pangan adalah
domestik (DDS). Untuk mengetahui respon peubah bersifat inelastis. Hasil penelitian Rusastra (1987)
endogen terhadap peubah-peubah penjelasnya menunjukkan bahwa produk pangan asal ternak dalam
dapat dilihat dari besaran nilai elastisitas peubah- hal ini daging sapi, bagi masyarakat Indonesia masih
peubah yang berpengaruh nyata.Menurut kriteria merupakan barang mewah sehingga tidak responsif
ekonomi, semua tanda parameter sesuai dengan yang terhadap perubahan harga. Harga daging sapi baik dalam
diharapkan. Berdasarkan nilai DW dari tiap persamaan jangka pendek dan jangka panjang tidak responsif,
tidak ada masalah serial korelasi yang berarti. Untuk menunjukkan bahwa konsumen daging sapi adalah
menguji masing-masing peubah penjelas pada golongan menengah ke atas yang tidak berpengaruh
setiap persamaan berpengaruh nyata secara statistik dengan perubahan harga. Hasil temuan Tseuoa (2011)
terhadap peubah endogennya dilakukan uji t statistik. yang menyatakan bahwa permintaan daging sapi tidak
Adapun hasil pendugaan parameter empat persamaan responsif terhadap perubahan rasio harga daging sapi
tersebut dapat dilihat pada tabel 3 berikut. domestik dan daging ayam.
Daging ayam merupakan salah satu komoditas
Tabel 3. Hasil pendugaan parameter dan uji statistik
substitusi daging sapi, meskipun daging ayam sebagai
periode1996-2013
Elastisitas
komoditas substitusi namun tidak mempunyai kaitan
Parameter
Persamaan/Peubah Notasi
Dugaan
Pr>‫ ׀‬t‫׀‬
E SR E LR
Keterangan
yang erat dengan daging sapi. Hal ini ditunjukkan oleh
Permintaan daging sapi DDS R 2 = 0.9916 nilai elastisitasnya baik dalam jangka pendek maupun
Intercept - 31.911 0.477 - -
AdjR-Sq=
0.9878
dalam jangka panjang, yang masing-masing bernilai
Harga rill daging sapi
HDDR -0.0001 0.310 -0.014 -0.020 F-Stat= 260.97
0.017 dan 0.025. Meskipun harga daging ayam tidak
domestik
Harga rill daging ayam HDAR 0.0004 0.254 0.017 0.025 DW=2. 3418
berpengaruh nyata (P<0.20) terhadap permintaan daging
Pendapatan nasional
sapi domestik tetapi kenaikan harga daging ayam akan
PPNR 0.0001 0.498 0.00008 0.00011
rill
meningkatkan permintaan terhadap daging sapi. Jika
Populasi penduduk POP 0.0009 0.014 0.689 0.986
Lag permintaan dag.
LDDS 0.3011 0.154 - -
harga daging sapi mahal maka konsumen akan beralih
sapi domestik
Produksi daging sapi
mengkonsumsi daging ayam. Hasil penelitian Priyanto
PDSD R 2 = 0.8674
domestik
AdjR-Sq=
(2003) menunjukkan bahwa terdapat pola persaingan
Intercept - 243.401 0.037 - -
0.7642 antara konsumsi daging ayam dan daging sapi yang
Harga rill daging sapi
domestik
HDDR 0.002 0.195 0.304 0.344 F-Stat= 8.41
kedua komoditas tersebut dikategorikan sebagai barang
Harga rill daging ayam HDAR -0.003 0.286 0.189 0.213 DW= 2.2733 kompetitif. Konsumen akan cenderung mengkonsumsi
Harga rill daging sapi
impor
HDMR -0.021 0.166 0.156 0.177 salah satu komoditas daging tersebut berdasarkan
Populasi sapi nasional PSN -0.004 0.289 0.246 0.278 pertimbangan harga, jika harga daging sapi mahal
Jumlah bakalan impor
Dummy swasembada
JBI
DS
0.152
28.93
0.321
0.150
0.042
0.029
0.047
0.033
maka konsumen akan beralih mengkonsumsi daging
Lag produksi daging
LPDSD 0.115 0.369 - -
ayam dan sebaliknya. Hal yang sama juga ditemukan
sapi domestik
Impor daging sapi MDS R 2 = 89.36
oleh Rusma (tanpa tahun) dimana peubah harga daging
Intercept - 550.718 0.0003 - -
AdjR-Sq= ayam mempunyai hubungan yang positif dengan
85.81
Harga rill daging sapi
HDMR -0.0052 0.223 -0.149 - F-Stat= 25.20
permintaan daging sapi. Hasil penelitian Kariyasa
impor
Nilai tukar rill NTR -0.0018 0.018 -0.245 - DW = 1.413
(2000) menyebutkan bahwa, daging ayam merupakan
Tarif impor daging
TMDS -0.6582 0.279 -0.076 - barang komplementer dari daging sapi, sementara
sapi
Harga rill daging sapi
HDDR 0.0008 <.0001 0.508 -
komoditas ikan, telur dan daging kambing merupakan
domestik
Harga rill daging sapi
HDDR R 2 = 84.77
barang subsitusi dari daging sapi.
domestik
AdjR-Sq=
Peningkatan pendapatan nasional cenderung
Intercept - -62318.9 0.3352 - -
Harga rill daging sapi
79.69 meningkatkan permintaan daging sapi secara nasional
impor
HDMR 14.573 0.041 0.629 - F-Stat= 16.70
pula meskipun hal tersebut tidak berpengaruh nyata
Produksi daging sapi
domestik
PDSD -9.804 0.479 0.057 - DW = 1.065
(P>0.20), dimana hasil nilai parameter dugaan
Permintaan daging sapi
domestik
DDS 87.583 0.448 0.702 - ditunjukkan dengan nilai yang positif. Jika tingkat
Impor daging sapi MDS 917.76 0.161 1.385 - pendapatan meningkat, maka akan meningkatkan
1. Permintaan daging sapi domestik pembelian pada komoditas daging sapi hal ini
Kenaikan harga daging sapi domestik akan menunjukkan bahwa komoditi daging sapi merupakan
mengakibatkan menurunnya permintaan daging sapi barang normal bukan merupakan barang mewah.
secara nasional. Peubah penjelas harga daging sapi Dimana dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi,
domestik bernilai negatif namun tidak berpengaruh konsumen dapat membeli lebih banyak barang tersebut.
nyata (P<0.20). Permintaan daging di Indonesia Hasil analisis elastisitas menunjukkan bahwa untuk
dipengaruhi oleh harga daging sapi yang berlaku didalam nilai jangka pendek dan jangka panjang masing-masing
negeri. Dari analisis elastisitasnya menunjukkan bahwa sebesar 0.00008 dan 0.00011. Hal tersebut menunjukkan
permintaan daging sapi tidak responsif terhadap harga bahwa permintaan daging sapi tidak responsif terhadap
daging sapi domestik baik dalam jangka pendek maupun perubahan pendapatan. Jika kenaikan pendapatan sebesar
jangka panjang dengan nilai elastisitas masing-masing 1 persen akan menigkatkan permintaan hanya sebesar
sebesar -0.014 dan -0.020. Hal tersebut menunjukkan 0.00008 dalam jangka pendek dan 0.00011 persen
60
Swasembada Daging Sapi Analisis Simulasi Ramalan Swasembada Daging Sapi di Indonesia
Sri Handayani, Anna Fariyant dan Rita Nurmalina

dalam jangka panjang. Hasil penelitian Adetunji (2012) domestik meningkat.


menyebutkan bahwa permintaan daging sapi di Nigeria Populasi sapi nasional berpengaruh negatif terhadap
relatif tinggi dimana daging sapi juga merupakan barang produksi daging sapi domestik. Hal ini menunjukkan
normal. Intervensi harga dilakukan dalam rangka untuk bahwa semakin meningkatnya populasi sapi nasional
menstabilkan harga daging . Hal tersebut berbeda dengan belum berdampak pada peningkatan produksi daging
hasil penelitian Priyanto (2003) yang menunjukkan sapi. Hal tersebut dapat disebabkan bahwa; (1) sumber
bahwa pendapatan cenderung menurunkan konsumsi produksi tidak hanya berasal dari populasi ternak
daging sapi nasional yang mana daging sapi belum nasionalnya saja melainkan dapat berasal dari jumlah
merupakan komoditas utama pada sebagian besar sapi bakalan impor, (2) jumlah populasi sapi nasional
masyarakat, tetapi masih merupakan barang mewah menunjukkan bahwa banyakya populasi yang belum
sehingga belum banyak dikonsumsi oleh masyarakat siap untuk dipotong, (3) data yang diperoleh dari BPS
secara umum. Semakin tinggi pendapatan, permintaan (2011) bahwa usaha peternakan sapi potong di Indonesia
terhadap daging sapi semakin tidak responsif, artinya sebagian besar populasi ternak sapi potong dikuasai oleh
bahwa proporsi pengeluaran konsumsi daging sapi rumah tangga yaitu 98.03 persen (rata-rata jumlah ternak
cenderung menurun dengan meningkatnya pendapatan. dalam satu rumah tangga usaha sapi potong menguasai
Menurut Ilham (1998) bahwa kondisi tersebut dapat 3 ekor ternak), sedangkan ternak yang diusahakan oleh
dijadikan indikasi bahwa tidak semua peningkatan perusahaan yang berbadan hukum sebesar 1.23 persen
pendapatan masyarakat digunakan untuk perbaikan gizi (rata-rata jumlah ternak per perusahaan sekitar 734 ekor
keluarga karena keputusan untuk mengkonsumsi tidak ternak) dan ternak yang dikuasai oleh pedagang sekitar
hanya ditentukan oleh tingkat pendapatan tetapi juga 0.63 persen (rata-rata jumlah ternak yang dimilikinya
oleh tingkat pendidikan. sekitar 9 ekor ternak). Hal tersebut terindikasi bahwa
Populasi penduduk memegang peran yang sangat banyaknya ternak sapi bukan sekedar untuk dipotong
penting dalam permintaan daging sapi. Hasil analisis melainkan sebagai investasi keluarga peternak sapi
menunjukkan bahwa peubah penjelas populasi potong. Dengan meningkatnya populasi sapi secara
penduduk bertanda positif dan berpengaruh nyata umum, maka kecenderungan peluang pemotongan sapi
(P<0.05) terhadap permintaan daging sapi dengan nilai betina juga akan lebih besar. Hal tersebut memberikan
elastisitas yaitu sebesar 0.797 dan 1.027 masing-masing gambaran bahwa dalam upaya peningkatan produksi
pada elastisitas jangka pendek dan jangka panjang. daging sapi domestik salah satunya adalah melalui
Dengan kata lain, permintaan daging sapi domestik penyuluhan kepada peternak bahwa pengusahaan ternak
responsif terhadap laju peningkatan populasi penduduk. sapi potong tidak hanya dilakukan untuk investasi semata
Peningkatan populasi penduduk sebesar 1 persen, maka melainkan adanya upaya-upaya pengembangan ternak
akan meningkatkan permintaan daging sapi sebesar sapi potong ke arah yang bersifat komersil.
0.689 persen pada jangka pendek dan sebesar 0.986 Menurut Suharyanto (2011) bahwa untuk
persen pada jangka panjang. meningkatkan populasi sapi potong, pemerintah
2. Produksi Daging Sapi Domestik sudah seharusnya melakukan fasilitasi untuk menarik
Harga daging sapi domestik berpengaruh positif pihak swasta guna menanamkan investasi pada
dan nyata secara statistik terhadap produksi daging usaha peternakan. Jika selama ini pemerintah dapat
sapi domestik. Jika terjadi kenaikan pada harga daging memberikan konsesi penggunaan lahan untuk usaha
sapi domestik akan meningkatkan produksi daging sapi perkebunan, hal yang sama perlu dilakukan pada usaha
pula. Harga merupakan referensi bagi produsen untuk peternakan sapi. Kebijakan tersebut bertujuan untuk
merencanakan tingkat produksi daging sapi. meningkatkan populasi sapi nasional melalui langkah
Peningkatan harga daging ayam akan mengurangi terobosan yang belum dilakukan pada usaha sapi potong,
produksi daging sapi domestik yang ditunjukkan dengan namun telah berhasil untuk komoditi lain.
nilai yang bertanda negatif namun tidak berpengaruh Jumlah sapi bakalan impor (JBI) tidak berpengaruh
nyata. Jika terjadi peningkatan harga daging ayam nyata (P>0.20) namun berpengaruh positif terhadap
menyebabkan produsen akan mengurangi produksi produksi daging sapi domestik. Akan tetapi dilihat dari
terhadap daging sapi sehingga akan memproduksi barang nilai elastisitas yang dihasilkan menunjukkan bahwa
lain dalam hal ini adalah daging ayam yang harganya produksi daging sapi domestik juga tidak responsif
lebih tinggi dibandingkan daging sapi. Kemampuan terhadap jumlah sapi bakalan impor dengan nilai
untuk memproduksi daging sapi lebih rendah, sehingga elastisitas jangka pendek dan jangka panjangnya masing-
peran daging ayam dalam struktur produksi daging masing sebesar 0.046 dan 0.047. Peningkatan jumlah
semakin meningkat. Hal tersebut disebabkan siklus sapi bakalan impor akan meningkatkan jumlah populasi
produksi ayam jauh lebih pendek dibandingkan siklus ternak dan menjadi pengendali terhadap pengurasan
produksi sapi. sapi lokal yang jumlahnya semakin menurun karena
Sedangkan Harga daging sapi impor berpengaruh pemotongan yang tidak terkendali termasuk pemotongan
negatif dan nyata secara statistik terhadap produksi sapi betina produktif.Kegiatan impor sapi bakalan
daging sapi domestik. Dimana jika harga daging sapi dilakukan untuk mendukung program swasembada
impor meningkat akan mengurangi produksi daging sapi daging nasional.
domestik. Berkurangnya produksi daging sapi domestik Menurut Sudrajat (2003) untuk pencapaian
akan menyebab kelangkaan terhadap komoditi daging swasembada daging perlu dilakukannya upaya dan
sapi sehingga akan menyebabkan harga daging sapi strategi pengembangan wilayah berdasarkan komoditas
61
Sosiohumaniora, Volume 18 No. 1 Maret 2016 : 57 - 64

ternak unggulan, kelembagaan petani peternak, 4. Harga Rill Daging Sapi Domestik
peningkatan usaha industri peternakan, optimalisasi Harga daging sapi impor berpengaruh nyata (P<0.05)
pemanfaatan sumberdaya lokal, pengembangan ke- terhadap harga daging sapi domestik yang ditunjukkan
mitraan yang lebih luas, serta mengembangkan teknologi dengan hasil parameter dugaan yang positif. Hal
tepat guna yang ramah lingkungan. Meskipun demikian tersebut menunjukkan bahwa harga daging sapi impor
menurut Ilham (2006), seharusnya impor sapi bakalan cenderung meningkatkan harga daging domestik. Bila
hanya dapat dilakukan dalam jangka pendek dan dalam harga komoditas daging impor mengalami peningkatan,
bentuk ternak sebagai sumberdaya. Dengan demikian maka cenderung akan mengurangi volume impor daging
sumberdaya yang ada dapat diperbaharui sehingga nilai sapi. Sehingga konsumen daging cenderung beralih
tambah industri lebih banyak diperoleh di dalam negeri. untuk mengkonsumsikan daging sapi dalam negeri.
Kebijakan swasembada berpengaruh positif ter- Dalam era perdagangan bebas, perubahan harga dipasar
hadap produksi daging sapi domestik. Hal tersebut internasional akan berpengaruh terhadap situasi pasar
menunjukkan bahwa dengan adanya kebijakan ini maka domestik. Indonesia merupakan negara small country,
mampu mendorong pertumbuhan produksi daging sapi yang berperan sebagai price taker, dimana jika terjadi
domestik. Dimana tujuan dari swasembada daging sapi kenaikan harga daging sapi impor maka harga daging
adalah untuk meningkatkan produksi daging sapi dengan sapi domestik juga mengalami peningkatan. Dalam
berbasis pada sumber daya lokal. Meskipun demikian jangka pendek harga rill daging sapi impor bersifat
peubah kebijakan swasembada responnya tidak elastis inelastis. Atau dengan kata lain bahwa harga daging
baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. sapi domestik tidak responsif terhadap perubahan harga
Dengan kata lain bahwa produksi daging sapi domestik daging sapi impor dengan nilai elastisitasnya 0.629. Hal
tidak responsif terhadap kebijakan swasembada daging. tersebut menggambarkan bila harga impor meningkat
3. Impor daging sapi 1 persen, dalam jangka pendek harga daging domestik
Kenaikan harga daging sapi impor akan menurunkan hanya akan meningkat sebesar 0.629 persen. Hasil
jumlah impor daging sapi. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Ilham (1998) menunjukkan bahwa harga
analisis yang menunjukkan bahwa kenaikan harga daging daging impor memberikan pengaruh yang positif juga.
sapi impor menurunkan jumlah impor daging sapi yang Kebijakan impor yang bertujuan untuk memenuhi
ditunjukkan dengan adanya hubungan yang negatif. Hasil segmen pasar tertentu dan memenuhi kebutuhan
penelitian yang dilakukan oleh Ilham (1998), Tseuoa (2011) domestik pada waktu-waktu tertentu dengan harga yang
menunjukkan bahwa impor daging sapi di Indonesia tidak relatif murah, dapat menekan kenaikan harga domestik,
ditentukan oleh harga daging impor itu sendiri, melainkan karena konsumen akan mensubstitusikan daging
sudah menjadi tuntutan konsumen yang menginginkan domestik dengan daging impor begiru perbedaan harga
produk yang berkualitas. Hasil penelitian Pakpahan (2012) keduanya menjadi tinggi. Meskipun adanya larangan
juga menunjukkan hal yang sama dimana harga daging namun fenomena di lapang menunjukkan adanya
sapi impor akan menurunkan volume impor daging sapi kecenderungan peningkatan jumlah daging impor yang
baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. dipasarkan di pasar tradisional. Hal ini terjadi akibat
Analisis parameter dugaan tukar rupiah terlihat harga daging sapi impor lebih murah dari pada harga
bahwa nilai tukar rupiah memberikan tanda negatif dan daging sapi domestik.
berpengaruh nyata (P<0.05). Hal tersebut menunjukkan Produksi daging sapi domestik berpengaruh negatif
bahwa apresiasi rupiah cenderung akan menurunkan impor terhadap harga daging sapi domestik. Kenaikan produksi
daging sapi, begitu juga sebaliknya. Jika depresiasi rupiah daging sapi domestik akan menurunkan harga daging sapi
terhadap US $ cenderung akan meningkatkan jumlah domestik. Meskipun harga daging sapi tidak responsif
impor daging sapi ke Indonesia. terhadap produksi daging sapi yang ditunjukkan dengan
Tarif impor daging dilakukan untuk membatasi nilai elastisitasnya. Penelitian Krishnapillai (2012)
daging sapi impor yang masuk secara berlebihan menunjukkan hal yang sama dimana peningkatan
sehingga mampu melindungi produsen dalam negeri, jumlah produksi daging sapi akan menurunkan harga.
mengendalikan konsumsi terhadap daging sapi dan Permintaan daging sapi berpengaruh positif terhadap
penerimaan devisa negara. Hasil analisis menunjukkan harga daging sapi domestik meskipun tidak berpengaruh
bahwa untuk pengenaan tarif impor daging sapi akan nyata. Respon harga terhadap perubahan permintaan
berpengaruh menurunkan impor daging sapi meskipun bersifat inelastis. Bila terjadi kenaikan daging sapi akibat
tidak berpengaruh nyata (P>0.20). adanya peningkatan pendapatan atau peningkatan jumlah
Peningkatan harga daging sapi domestik akan penduduk, maka akan terjadi excess demand terhadap
meningkatkan impor daging sapi dan secara statistik daging sapi sehingga harga daging sapi dipasar domestik
berpengaruh nyata (P<0.01). Semakin tingginya harga akan meningkat.
dalam negeri akan memberi peluang untuk meningkatnya Peningkatan impor akan mengakibatkan kenaikan
jumlah impor, hal tersebut dilakukan untuk menstabilkan harga daging sapi domestik yang ditunjukkan dengan
harga didalam negeri. Seperti yang pernah dilakukan oleh hasil yang positif dan bepengaruh nyata. Harga daging
Kementerian Perdagangan membuka keran impor sapi sapi domestik responsif terhadap impor daging sapi.
dalam rangka program penurunan harga daging sapi dengan Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai elastisitas
durasi waktu hingga akhir tahun melalui Kepmendag jangka pendeknya sebesar 1.385. Adanya kompetitor
No.699/M-DAG KEP/7/2013 tentang stabilisasi harga daging sapi impor dengan harga yang lebih murah,
daging sapi. mengakibatkan perubahan permintaan yang dipenuhi
62
Swasembada Daging Sapi Analisis Simulasi Ramalan Swasembada Daging Sapi di Indonesia
Sri Handayani, Anna Fariyant dan Rita Nurmalina

dari produk impor. Dengan demikian harga daging sapi (2012) bahwa ada 3 hal permasalahan yang terjadi
domestik mengalami kenaikan. pada kegiatan swasembada yaitu : 1) pada 13 kegiatan
PSDS 2014 tidak tertulis secara eksplisit bahwa perlu
SIMULASI RAMALAN SWASEMBADA
dilakukannya pengendalian impor ternak dan daging
DAGING SAPI
sapi, padahal pada dokumen P2SDS 2010 tertulis adanya
Tercapai atau tidaknya swasembada daging sapi
tambahan pendekatan ekonomis berupa pengendalian
dilakukan melalui simulasi ramalan terhadap permintaan
impor ternak dan daging sapi yang ketat; 2) adanya pihak
dan produksi daging sapi dalam negeri. Hal tersebut
yang belum sepakat melaksanakan program swasembada
dilakukan untuk melihat perkembangan ke depan
daging sapi; 3) alokasi dana tidak berdasarkan prioritas
sampai seberapa jauh produksi daging sapi dalam negeri
kegiatan dan potensi provinsi diwilayah pengembangan.
mampu memenuhi kebutuhan permintaan dalam negeri.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pada tahun
Apakah jumlah produksi daging sapi dalam negeri
2014-2023, program swasembada daging tampaknya
semakin mendekati jumlah kebutuhan permintaan dalam
masih sulit untuk tercapai. Pada tahun 2014 peluang
negeri, ataukah sebaliknya hingga ketergantungan akan
impor sebesar 21.64 persen dengan volume 75.15 ribu
daging impor semakin besar. Hasil simulasi peramalan
ton. Dengan kata lain bahwa 21.64 persen permintaan
(Tabel 4) menunjukkan bahwa peningkatan permintan
daging nasional masih dipasok dari daging sapi impor.
vcan tidak sebanding dengan peningkatan produksi
Hal tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan konsumsi
dimana peningkatan pertumbuhan permintaan rata-
dalam negeri akan terus dipasok oleh daging impor,
rata pertahunnya hanya sebesar 1.2 persen, sedangkan
bila tidak disertai dengan adanya upaya khusus dalam
jumlah produksi daging sapi dalam negeri mengalami
memacu produksi daging sapi didalam negeri.Hasil
peningkatan pertumbuhan rata-rata pertahunnya sebesar
penelitian Kusriatmi (2014) menunjukkan bahwa pada
1.5 persen. Meskipun demikian produksi tersebut belum
tahun 2014 Indonesia belum mampu mewujudkan
mampu memenuhi permintaan sehingga kegiatan
swasembada daging sapi, meskipun kombinasi kebijakan
impor masih terus dilakukan dimana rata-rata laju
dilaksanakan secara konsisten. Dimana pada tahun
pertumbuhan pertahunnya adalah sebesar 2.0 persen.
2014 produksi daging sapi dalam negeri baru mampu
Meskipun produksi daging sapi domestik menunjukkan
memenuhi sekitar 79.76 persen dari total kebutuhan
peningkatan, namun pertambahan jumlah penduduk,
konsumsi daging sapi dalam negeri. Hasil penelitian
perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup,
Harmini (2011) juga menyebutkan bahwa di tahun yang
kesadaran gizi, dan tingkat pendidikan akan tampak pada
sama bahwa Indonesia belum mampu berswasembada
tingkat permintaannya yang semakin meningkat pula.
daging sapi.
Tingkat pertumbuhan produksi lebih tinggi dibandingkan
tingkat permintaan hal tersebut dapat disebabkan oleh Tabel 14 :Hasil simulasi peramalan permintaan,
sebagian produksinya masih dibantu oleh jumlah produksi dan impor daging sapi tahun 2014-2023
impornya baik daging maupun ternak sapinya. Hal
tersebut jika dikaitkan dengan program pemerintah
tentang swasembada daging sapi tampaknya masih sulit Pe rmintaan Produksi daging Pe rsentase Pe luang Impor
daging sapi sapi domestik produksi
untuk tercapai, karena kondisi tersebut belum memenuhi Tahun
dome stik te rhadap
(000 ton) Volume(000 ton) (%)
kriteria swasembada yaitu mampu mnyediakan 90 persen (000 ton) pe rmintaan (%)
2014 347,24 257,57 74,18 75,15 21,6
dari kebutuhan permintaan daging sapi. Sehingga sampai 2015 351,05 261,51 74,5 76,72 21,9
10 tahun kedepan diprediksikan, impor menunjukkan 2016 355,09 265,63 74,81 78,35 22,1
tren yang semakin meningkat disetiap tahunnya yang 2017 359,26 269,83 75,12 80,01 22,3

artinya bahwa kebutuhan konsumsi dalam negeri akan 2018 363,49 274,04 75,39 81,68 22,5
2019 367,76 278,24 75,66 83,35 22,7
terus dipasok oleh daging impor. Hal tersebut akan
2020 372,04 282,41 75,91 85,04 22,9
semakin meningkat bila tidak disertai dengan adanya 2021 376,34 286,54 76,14 86,72 23
upaya khusus dalam memacu produksi daging sapi 2022 380,64 290,63 76,35 88,41 23,2
didalam negeri. Produksi daging sapi domestik pada 2023 384,95 294,68 76,55 90,1 23,4

tahun 2014 hanya mampu memenuhi 74.18 persen dari r (%) 1,2 1,5 2

kebutuhan permintaannya. Pada tahun 2022 dan 2023 Keterangan : r = Rata-rata laju pertumbuhan per tahun
produksi daging sapi domestik mencapai 76.35 persen
SIMPULAN DAN SARAN
dan 76.55 dari total permintaannya.
1. Simpulan
Program swasembada merupakan upaya
2. Permintaan daging sapi domestik responsif
mewujudkan ketahanan pangan hewani asal ternak
terhadap laju peningkatan populasi penduduk dimana
berbasis sumber daya domestik khususnya ternak
laju peningkatan penduduk menuntut perkembangan
sapi potong. Menurut Ananto (2012) bahwa yang
usaha ternak secara umum sebagai pemasok
menyebabkan kegagalan swasembada daging sapi
kebutuhan protein hewani. Penawaran daging sapi
adalah karena belum memperoleh dukungan dana yang
yang dianalisis melalui pendekatan produksi daging
memadai, tantangan dan permasalahan baik aspek
sapi dan impor daging sapi, menunjukkan bahwa
teknis, ekonomi, sosial maupun kebijakan-kebijakan
produksi daging sapi dipengaruhi oleh perubahan
pendukungnya serta lemahnya koordinasi antar instansi,
harga daging sapi domestik, harga daging sapi impor
antar sektor serta antar pengemban kepentingan. Hal
dan kebijakan swasembada daging sapi. Sementara
tersebut sesuai dengan yang dikemukan oleh Ashari
itu impor daging sapi tidak dipengaruhi oleh harga
63
Sosiohumaniora, Volume 18 No. 1 Maret 2016 : 57 - 64

daging impor melainkan dipengaruhi oleh nilai tukar Harmini, Asmarantaka RW dan Atmakusuma J. 2011.
dan harga daging domestik. Hal tersebut terjadi Model Dinamis Sistem Ketersediaan Daging Sapi
akibat adanya kesenjangan antara permintaan dan Nasional. Jurnal Ekonomi Pembangunan. 12(1):
penawaran didalam negeri. Sedangkan harga daging 128-146.
sapi domestik dipengaruhi oleh impor dan harga
Ilham N. 1998. Penawaran dan permintaan daging sapi
daging sapi impor.
di Indonesia: suatu analisis simulasi [Tesis]. Bogor:
Hasil simulasi ramalan menunjukkan bahwa
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
dalam sepuluh tahun kedepan ketergantungan
Indonesia akan daging sapi impor semakin besar. Ilham N. 2006. Analisis Sosial Ekonomi dan Strategi
Dimana Produksi daging sapi domestik pada tahun Pencapaian Swasembada Daging 2010. Jurnal
2014 hanya mampu memenuhi 74.18 persen dari Analisis Kebijakan Pertanian. 4(2): 131-145. Bogor:
kebutuhan permintaannya. Pada tahun 2022 dan Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan
2023 produksi dagingsapi domestik mencapai 76.35 Pertanian.
persen dan 76.55 dari total permintaannya. Peluang
Kariyasa K. 2000.Analisis Penawaran dan Permintaan
impor pada tahun 2014 adalah sebesar 21.64 persen
Daging Sapi di Indonesia Sebelum dan Saat Krisis
dengan volume 75.15 ribu ton, sehingga dengan kata
Ekonomi: Suatu Analisis Proyeksi Swasembada
lain 21.64 persen permintaan daging nasional masih
Daging Sapi 2005. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi
dipasok dari daging sapi impor, hal tersebut justru
PertanianBadan Penelitian dan Pengembangan
menjadi ancaman bagi Indonesia karena pertumbuhan
Pertanian, Bogor.
impor lebih meningkat tajam dibandingkan produksi
dalam negerinya. Dan jika dikaitkan dengan program Koutsoyiannis A. 1997. Theory of Econometrics. Second
pemerintah yang telah mencanangkan Indonesia Edition. London: The Macmillan Press Ltd.
untuk swasembada daging, selama periode tahun Krishnapillai S. 2012. Impact of NAFTA on the
2014-2023, hal tersebut tampaknya akan sulit untuk Preference for Meat Consumption in USA: An Inverse
dicapai. Demand System Approach. International Journal of
Economics and Financial Issues 2(1): 79-84.
1. Saran
2. Populasi sapi domestik belum mencerminkan Kusriatmi. 2014. Dampak Kebijakan Swasembada
produksi daging sapi domestik namun jumlah sapi Daging Sapi Terhadap Kinerja Ekonomi Subsektor
bakalan impor dapat mempengaruhi produksi daging Peternakan di Indonesia [Disertasi]. Bogor: Sekolah
sapi domestik, sehingga perlu dilakukannya upaya Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
untuk peningkatan jumlah sapi bakalan impor sebagai
PakpahanSR, Asima. 2012. Analisis Faktor-faktor Yang
bibit unggul.
Mempengaruhi Impor Daging Sapi di Indonesia.
Indonesia belum mampu berswasembada daging
Economics Development Analysis Journal
sapi sehingga perlu dilakukannya upaya yang
(EDAJ).1(2).
serius melalui perbaikan diberbagai aspek, yang
diprioritaskan pada pembinaan para peternak untuk Priyanto D. 2003. Evaluasi kebijakan impor daging sapi
menghasilkan produk daging yang berkualitas. dalam rangka proteksi peternak domestik: Analisis
penawaran dan permintaan [Tesis]. Bogor: Sekolah
DAFTARPUSTAKA
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Adetunji MO, Rauf MO. 2012. Analysis of Household
Rusastra IW. 1987. Prakiraan Produksi dan Kebutuhan
Demand for Meat, in Southwest, Nigeria. Global
Produk Pangan di Indonesia. Forum Agro Ekonomi.
Journal of Science Frontier Research Agriculture &
5(1&2) :15-21.
Biology. 12 (1): 15-22.
Said S. Tanpa Tahun. Peningkatan Populasi dan
Ananto N. 2012. Rancang bangun model kelembagaan
Mutu Genetik Ternak Indonesia Melalui Aplikasi
integrasi perencanaan pembangunan peternakan
Bioteknologi Reproduksi dalam Rangka Mendorong
(studi kasus swasembada daging sapi) [Disertasi].
Percepatan Swasembada Daging dan Susu Nasional.
Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Bogor: Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPICibinong.
Ashari, Nyak I, Nuryanti S. 2012. Dinamika Program
Sudrajat S. 2003. Operasionalisasi Program Terobosan
Swasembada Daging Sapi: Reorientasi Konsepsi dan
Menuju Kecukupan Daging Sapi Tahun 2005. Jurnal
Implementasi. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian.
Analisis Kebijakan Pertanian. 1: 23-45.
10(2): 181-198
Suharyanto. 2011. Mewujudkan swasembada daging.
Daryanto A. 2009. Dinamika Daya Saing Industri
Tabloid Inspirasi 2(31): 3.
Peternakan. Bogor: IPB Press Kampus IPB Taman
Kencana Bogor. Tseuoa T, Syaukat Y, Hakim DB. 2012. The Impact
Of The Australia and New Zealand Free Trade
Daryanto A. 2011. Penataan Impor Dalam Rangka
Agreement On The Beef Industry In Indonesia.
Swasembada Daging Sapi. TROBOS. Edisi Maret
J.ISSAAS. 18(2):70-82.
2011.

64

Anda mungkin juga menyukai