Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang
menyebabkan ketidaknyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang
dipengaruhinya. Penyakit tentunya tidak hanya dapat dialami oleh orang dewasa, usia
bayi atau baru lahir pun sudah bisa mengalami atau menderita sebuah penyakit.
Contohnya yaitu penyakit hernia diafragma, hernia diafragma merupakan suatu
benjolan sebagian organ abdomen ke rongga dada melalui defek yang terdapat dalam
diafragma. Salah satu penyebab terjadinya hernia diafragma adalah trauma pada
abdomen, baik trauma penetrasi maupun trauma tumpul, baik pada anak-anak maupun
orang dewasa. Mekanisme dari cedera dapat berupa cedera penetrasi langsung pada
diafragma atau yang paling sering akibat trauma tumpul abdomen. Namun pada bayi
lahir penyebab adalah kemungkinan akibat penonjolan viscera abdomen ke dalam
rongga thorax melalui suatu pintu pada diafragma. Terjadi bersamaan dengan
pembentukan sistem organ dalam rahim.
Pengobatan hernia dapat dilakukan melalui pembedahan, anatara lain yang
pertama herniaplasti yaitu usaha mencegah kekambuhan hernia dengan membentuk
ukang struktur untuk memberi kekuatan yang lebih besar. kemudian yang kedua yaitu
herniorafi, merupakan pembedahan dengan cara pada area yang lemah diberi
penguatan dengan beberapa jaringan pada pasien atau menggunakan materi lain. Dan
yang ketiga ada herniotomi yaitu pengembalian isi hernia ke sisi normal dan
pengangkatan kantong hernia.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian dari Hernia Diafragmatika ?
1.2.2 Apa etiologi dari Hernia Diafragmatika ?
1.2.3 Bagaimana patofisiologi dari Hernia Diafragmatika ?
1.2.4 Bagaimana pathways dari Hernia Diafragmatika ?
1.2.5 Bagaimana manifestasi klinis dari Hernia Diafragmatika ?
1.2.6 Bagaimana terapi yang diberikan kepada penderita Hernia Diafragmatika ?
1.2.7 Apa saja komplikasi dari Hernia Diafragmatika ?

1
1.2.8 Bagaimana prognosis dari Hernia Diafragmatika ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian tentang Hernia Diafragmatika.
1.3.2 Untuk mengetahui etiologi Hernia Diafragmatika.
1.3.3 Untuk mengetahui patofisiologi Hernia Diafragmatika.
1.3.4 Untuk mengetahui pathways Hernia Diafragmatika.
1.3.5 Untuk mengetahui manifestasi klinis Hernia Diafragmatika.
1.3.6 Untuk mengetahui terapi yang diberikan kepada penderita yang mengalami
Hernia Diafragmatika.
1.3.7 Untuk mengetahui komplikasi dari Hernia Diafragmatika.
1.3.8 Untuk mengetahui prognosis dari Hernia Diafragmatika.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pengertian Hernia Diafragmatika

Hernia adalah penonjolan gelung atau ruas organ atau jaringan melalui lubang
abnormal. Sedangkan diafragmatika adalah sekat yang membatasi rongga dada dan
perut. Jadi hernia diafragmatika adalah benjolan sebagian organ abdomen ke rongga
dada melalui lubang yang terdapat dalam diafragma. Akibat penonjolan viscera
abdomen ke dalam rongga thorax melalui suatu pintu pada diafragma. Terjadi
bersamaan dengan pembentukan sistem organ dalam rahim. Hernia difragmatika ini
termasuk kelainan bawaan yang terjadi karena tidak terbentuknya sebagian diafragma.
Defek pada diafragma ini dapat merupakan kelainan konginetal atau akibat
trauma. Posisi defek pada diafragma dapat dibagian posterolateral (Bochdalek),
retrosternal (Morgagni), disamping esofagus (paraesofageal), atau pada hiatus
esofagus (hiatal hernia). Bentuk konginetal kelainan ini terjadi pada satu dari 2000 –
3500 kelahiran. Hernia Bochdalek merupakan bentuk yang terbanyak ditemukan, 70 –
85% terjadi pada sebelah kiri, dan jarang bilateral (5%). Oleh karena itu istilah hernia
diafragma konginetal (HDK) sering disamakan dengan hernia Bochdalek. Hernia ini
dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu, meliputi :
1. Traumatik
Terjadi akibat pukulan, tembakan, tusukan
2. Non – Traumatik
Terdiri dari konginetal dan akuisita.
a. Konginetal
1) Hernia Bochdalek atau Pleuroperitoneal
Hernia ini ditandai dengan lubang yang dekat dengan bagian
belakang dari diafragma yang membuat organ-organ seperti lambung,
usus halus, hati dan limpa bergerak ke atas dan masuk ke rongga dada.

2) Hernia Morgagni atau Para sternalis

3
Hernia ini ditandai dengan lubang yang dekat bagian depan dari
diafragma yang membuat organ-organ seperti hati dan usus halus dapat
memasuki rongga dada.
b. Akuisita
1) Hernia Hiatus esophagus
Hernia ini ditemukan pada 1 diantara 2200-5000 kelahiran dan 80-
90% terjadi pada sisi tubuh bagian kiri.

1.2 Etiologi Hernia Diafragmatika


Penyebab dari hernia diafragmatika karena adanya kelainan – kelainan yang
disertai dengan anomali sistem organ lain (20 – 30%) seperti kelainan sistem saraf
pusat, atresia esofagus, omfalokel, kelainan kardiovaskular, dan beberapa sindrom.
Angka kematian tinggi (40 – 50%) bila kelainan diafragmatika disertai dengan anomali
sistem organ lain.

Diafragma yang berkembang antara minggu 7 – 10 kehidupan janin akan


memisahkan ronga selom menjadi bagian abdomen dan thoraks. Pemisahan
perkembangan rongga pada dada dan perut disempurnakan dengan menutupnya
kanalis pleuropertioneum posteriolateral. Apabila perkembangan diafragma terlambat,
usus akan menonjol melalui sinus pleuropertioneum ke dalam dada. Maka dari itu
diafragma tidak dapat menutup. Bila hal ini terjadi sebelum ada pleura dengan
peritoneum, akan terjadi hernia tanpa kantong. Jika selaput pleuropertioneal terbentuk
tanpa disertai perkembangan otot, maka terjadi hernia yang berkantong (kurang dari
10% kasus).

Lubang pada bagian posterolateral diafragma dapat terjadi dalam berbagai


ukuran dan dapat terbentuk bilateral. Pada rongga dada kiri dapat dijumpai usus besar,
usus halus, lambung, dan limfa. Sedangkan pada rongga dada kanan dapat dijumpai
hati. Pada hernia tanpa kantong, organ – organ hernia dapat mencapai apeks thoraks.

1.3 Patofisiologi Hernia Diafragmatika

4
Penyakit tertentu selama kehamilan, terutama saat umur kehamilan pada
trimester pertama, yakni ketika minggu ke 7-10 kehamilan, dapat menyebabkan
kelainan kongenital pada bayi, salah satunya adalah hernia diafragma. Hernia
diafragma disebabkan oleh gangguan pembentukan diafragma. Diafragma dibentuk
dari 3 unsur yaitu membrane pleuroperitonikalis, septum transversum dan
pertumbuhan dari tepi yang berasal dari otot-otot dinding dada. Pada kasus hernia
diafragma, gangguan pembentukan itu dapat berupa kegagalan pembentukan
penutupan pleuroperitokanalis.

Kelainan patologik yang terjadi pada bayi dengan HDK tidak hanya terbatas
pada diafragma. Lubang yang terjadi dapat mengenai kontralateral akibat pergeseran
mediastinum. Sehingga terjadi hipoplasia paru bilateral, dengan kelainan yang lebih
nyata pada paru ipsilateral.

Hipoplasia paru ditandai dengan sangat berkurangnya alveoli dan cabang –


canang bronkiolus. Ukuran kedua paru lebih kecil daripada paru bayi normal, dengan
usia dan berat badan yang sama. Pembuluh darah yang hipoplasia juga menunjukan
abnormalitas berupa peningkatsn masa otot medial anteriol dan menjadi lebih
vasoreaktif. Paru yang hipoplastik tidak dapat melakukan ventilasi dan oksigenasi
secara adekuat.

1.4 Pathways Hernia Diafragmatika

5
1.5 Manifestasi klinis Hernia Diafragmatika

6
Gejala yang muncul pada anak yang mengalami hernia diafragma berupa :

a. Muntah – muntah
Sebagian kecil dari penderita hernia ini ditandai dengan gejala muntah
diakibatkan karena obstruksi usus, atau gangguan respiratorik yang ringan setelah
melewati masa neonatal.
b. Refluks gastroesofagus
Kondisi ini diperberat dengan terjadinya distres kardiorespiratorik yang
berat pada saat lahir atau beberapa jam setelah lahir, yang tidak hilang meskipun
telah dilakukan pembersihan faringotrakeal. Sehingga muncul gejala seperti
sianosis, dispnea, takipnea, dan takikardi.
c. Bentuk dada dan pernafasan terlihat asimetris
Hemithoraks yang terlihat pada umumnya terjadi disebelah kiri, sehingga
lebih tampak menonjol dan tertinggal pada saat bernafas.
d. Suara napas melemah sampai hilang
Hal ini terjadi karena paru – paru terdesak isi perut.
e. Pada perkusi terdapat hiperresor
Terjadi karena adanya udara didalam organ mencernaan yang mengisi
rongga thoraks. Tetapi apabila organ yang mengisi rongga padat akan didapatkan
bunyi pekak pada perkusi.
f. Bising usus
Dapat terdengar di thoraks
g. Pada abdomen terlihat bentuk skapoid/cekung.

1.6 Terapi Hernia Diafragmatika


PRE OPERASI
a. Pemeriksaan Fisik
1) Pada hernia diafragmatika dada tampak menonjol, tetapi gerakan nafas tidak
nyata
2) Perut kempis dan menunjukkan gambaran scafoid
3) Pada hernia diafragmatika pulsasi apeks jantung bergeser sehingga kadang-
kadang terletak di hemitoraks kanan
4) Bila anak didudukkan dan diberi oksigen, maka sianosis akan berkurang
5) Gerakan dada pada saat bernafas tidak simetris
6) Tidak terdengar suara pernafasan pada sisi hernia

7
7) Bising usus terdengar di dada
8) Perut terasa kosong
9) Pemeriksaan penunjang, seperti foto thoraks dan fluoroskopi

b. Perencanaan
Apabila pada anak dijumpai adanya kelainan – kelainan yang biasa
mengarah pada hernia diafragmatika, maka anak perlu segera dibawa ke dokter
atau rumah sakit agar segera bisa ditangani dan mendapatkan penanganan yang
tepat.Anak ditidurkan dalam posisi duduk dan dipasang pipa nasogatrik yang
dengan teratur dihisap. Diberikan antibiotika profilaksis dan selanjutnya anak
dipersiapkan untuk operasi.Hendaknya perlu diingat bahwa biasanya (70%) kasus ini
disertai dengan hipospadia paru. Pembedahan efektif perlu untuk mencegah penyulit.
Tindakan darurat juga perlu jika dijumpai insufisiensi jantung paru pada neonatus.
Reposisi hernia dan penutupan defek memberi hasil baik.

c. Tindakan yang bisa dilakukan sesuai dengan masalah dan keluhan-keluhan yang
dirasakan adalah :
1) Anak ditidurkan dalam posisi duduk dan dipasang pipa nasogastrik yang
dengan teratur dihisap
2) Diberikan antibiotika profilaksis dan selanjutnya anak dipersiapkan untuk
operasi. Organ perut harus dikembalikan ke rongga perut dan lubang pada
difragma diperbaiki.
3) Indikasi Operasi
a. Esophagitis – refluks gastroesofageal
b. Abnormal PH monitoring pada periksaan monometrik
c. Kelainan pada foto upper GI
d. Adanya hernia paraesofageal dengan gejala mekanis
e. Esophageal stricture
f. Tindakan operatif pada Barrett’s esophagus
g. Kegagalan terapi medikal yang adekuat
h. Ruptur diafragma pada hernia traumatika

d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan meliputi :

8
1) Foto thoraks
2) Pemeriksaan CT Scan atau USG
3) Foto zat kontras
4) Pemeriksaan fluoroskopi

Yang dapat dilakukan seorang bidan atau perawat, khususnya perawat maternitas
bila menemukan bayi baru lahir yang mengalami hernia diafragmatika yaitu :
1) Berikan oksigen bila bayi tampak pucat atau biru.
2) Posisikan bayi semifowler atau fowler sebelum atau sesudah operasi agar
tekanan dari isi perut terhadap paru berkurang dan agar diafragma dapat
bergerak bebas.
3) Awasi bayi jangan sampai muntah, apabila hal tersebut terjadi, maka tegakkan
bayi agar tidak terjadi aspirasi.
4) Lakukan informed consent dan informed choice untuk rujuk bayi ke tempat
pelayanan yang lebih baik.

e. Pengobatan
Hernia diafragmatika diatasi dengan pembedahan darurat.Organ perut
harus dikembalikan ke rongga perut dan lubang pada diafragma diperbaiki.

PERAWATAN PASCA BEDAH


Perawatan pasca bedah meliputi perawatan jangka pendek (segera setelah
pembedahan) dan perawatan jangka panjang. Perawatan jangka pendek adalah
perawatan pasca bedah jangka pendek meliputi deteksi dan tata laksana
komplikasi yang dapat terjadi setelah pembedahan. Komplikasi yang mungkin
timbul dapat berupa perdarahan, distres pernapasan, hipotermia, produksi urin
yang menurun, infeksi dan obstruksi usus. Pengawasan yang dilakukan saat anak
masih dirawat di rumah sakit meliputi monitoring pernapasan, evaluasi
neurologis, dan masalah pemberian makanan.
Perawatan jangka panjang merupakan perawatan pasca bedah jangka
panjang yang meliputi pemantauan tumbuh kembang anak. Pertumbuhan kasus
dipantau karena risiko terjadi gagal tumbuh besar akibat adanya penurunan asupan
kalori sebagai akibat penyakit paru kronis, gastroesophageal refluk dan feeding
yang buruk terutamapada anak dengan defek neurologis yang berat.

9
a. Cara Mencegah Hernia Diafragma
Bagi Bumil
1) Cukupi pemenuhan konsumsi vitamin A dan asam folat selama kehamilan
2) Jaga asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh karena hal ini berkaitan
dengan nutrisi bagi perkembangan janin didalam rahim
3) Hindari stres berlebih
4) Selalu konsultasi ke dokter kandungan secara rutin
Bagi Ibu yang mempunyai anak :
1) Perhatikan tahapan perkembangan yang terjadi selama proses tumbuh
kembang anak
2) Awasi anak dalam bermain
3) Beri mainan sesuai umur dan tahapan pertumbuhannya

b. Cara Menangani Hernia Diafragma


Hernia diafragmatika diatasi dengan pembedahan darurat.Organ perut
harus dikembalikan ke rongga perut dan lubang pada diafragma diperbaiki.

1.7 Komplikasi Hernia Diafragmatika

Setelah lahir, bayi akan menangis dan bernafas sehingga usus segera terisi oleh
udara. Lambung, usus dan bahkan hati dan limpa menonjol melalui hernia. Jika
hernianya besar, biasanya paru-paru pada sisi hernia tidak berkembang secara
sempurna. Terbentuk massa yang mendorong jantung sehingga menekan paru-paru
dan terjadilah sindroma gawat pernafasan. Sedangkan komplikasi yang mungkin
terjadi pada penderita hernia diafragmatika tipe Bockdalek antara lain 20% mengalami
kerusakan kongenital paru-paru dan 5 – 16% mengalami kelainan kromosom. Selain
itu dapat menimbulkan beberapa komplikasi lain misalnya :
a. Gangguan Kardiopulmonal karena terjadi penekanan paru dan terdorongnya
mediastinum ke arah kontralateral.
b. Sesak nafas berat bahkan hilang berlanjut dengan asfiksia.
c. Mengalami muntah akibat obstruksi usus atau gangguan respiratorik.
d. Adanya penurunan jumlah alveoli dalam pembentukan bronkus.
e. Hipoplasia paru
f. Bayi mengalami distress respirasi berat dalam usia beberapa jam pertama.

10
g. Kolaps respirasi yang berat dalam 24 jam pertama.

1.8 Prognosis Hernia Diafragmatika

Kejadian kematian spontan janin dengan diagnosa Hernia Diafragmatika


adalah 7 – 10%. Faktor – faktor yang berhubungan dengan prognosis yang buruk
adalah anomali yang besar, gejalanya timbul kurang dari 24 jam, serta distres yang
cukup berat dari persalinan dipusat kesehatan yang kurang memadai. Beberapa sekuele
yang dapat timbul adalah kelainan pada paru, sistem saraf, dan gangguan
pertumbuhan. Kelainan neurologi yang terjadi adalah perkembangan yang terhambat,
kelainan pendengaran, penglihatan, dan kejang.

Masalah jangka panjang lainnya adalah adanya pektus ekskavatum, skoliosis,


hipertensi pulmonal yang menetap, dan hernia rekuren. Hernia rekuren biasanya terjadi
pada bayi yang baru lahir dengan defek besar yang memerlukan perbaikan dengan
menggunakan synthetic patch. Angka kejadian rekurensi yaitu 20 – 40% dan terjadi
selama tahun pertama.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

11
3.1 Pengkajian

Pengkajian adalah kegiatan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang


pasien yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, konsultasi, dan pemeriksaan
agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah, mengenali kebutuhan kesehatan dan
keperawatan pasien baik fisik, social dan spiritual. Pengkajian meliputi :

1. Identitas Pasien
2. Penanggung Jawab Pasien
3. Anamnesis
a. Kebiasaan makanan salah
Kesadaran gizi kurang, pemberian makanan tambahan terlampaui dini, jenis
makanan tambahan yang diberikan kurang memenuhi gizi.
b. Prenatal
Pengguanaan obat-obat teratogenik, terkena radiasi atau ada penyakit infeksi
yang diderita ibu waktu hamil pada trimester I
c. Postnatal
Ditanyakan apakah setelah lahir langsung diberikan imunisasi apa tidak
d. Riwayat imunisasi apakah anak mendapat imunisasi lengkap
e. Riwayat kehamilan sebelumnya
f. Riwayat kehamilan sekarang
g. Riwayat kelahiran bayi
4. Pengkajian fungsional Gordon
5. ADL ( Activity Daily Living)
a. Nutrisi
b. Aktivitas istirahat
c. Eliminasi
d. Istirahat tidur
e. Personal hygiane
f. Integritas ego
g. Kenyamanan

6. Pemeriksan Fisik (Head to toe) :


a. Keadaan umum meliputi
Kesadaran : composmentis, dan somnolen

12
b. Tanda-tanda vital, meliputi :
TD, Suhu, Nadi, RR
c. Dada
1) Inspeksi: simetris atau tidak
2) Palpasi: denyut jantung teraba cepat atau tidak
3) Auskultasi : suara nafas bagaimana, terdengar bising usus di area dada atau
tidak.
d. Abdomen
1) Inspeksi: cekung atau tidak
2) Palpasi: teraba kosong atau tidak, nyeri tekan atau tidak.
e. Pemeriksaan Penunjang
1) Foto thoraks
2) Fluoroskopi
3.2 Diagnosa
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
muntah
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan perubahan alveolar – kapiler
3.3 Perencanaan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
muntah
a. Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nutrisi terpenuhi
b. Intervensi:
1) Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan, batuk dan mengatasi
sekresi.
2) Timbang berat badan sesuai indikasi.
3) Jaga keamanan saat memberikan makanan pada pasien.
4) Berikan makan dalam jumlah kecil dan dalam waktu yang sering dengan
teratur
5) Tingkatkan kenyamanan, lingkungan yang santai termasuk sosialisasi saat
makan. Anjurkan orang terdekat untuk membawa makanan yang disukai
pasien
6) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi terhadap pasien

13
c. Rasional:
1) Faktor ini menentukan pemilihan terhadap jenis makanan sehingga pasien
terlindung dari aspirasi.
2) Mengevaluasi keefktifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi.
3) Menurunkan resiko regulgitasi dan terjadinya aspirasi
4) Meningkatkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutrisi yang
diberikan dan dapat meningkatkan kerjasama pasien saat makan.
5) Meskipun proses pemulihan pasien memerlukan bantuan makan dan
menggunakan alat bantu, sosialisasi waktu makan dengan orang terdekat atau
teman dapat meningkatkan pemasukan dan menormalkan fungsi makan.
6) Merupakan sumber yang efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan kalori
atau nutrisi tergantung pada berat badan, ukuran tubuh, keadaan penyakit
sekarang.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
a. Tujuan
Rasa nyaman setelah nyeri berkurang
b. Intervensi:
1) Identifikasi karakteristik, lokasi, lama nyeri (dengan skala 1-10)
2) Anjurkan klien istirahat ditempat tidur
3) Aturkan posisi pasien senyaman mungkin
4) Kolaborasi untuk pemberian analgetik
c. Rasional :
1) Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan penting untuk
memilih intervensi yang efektif.
2) Istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri.
3) Posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot serta
mengurangi nyeri.
4) Analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih
nyaman.

14
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan perubahan alveolar – kapiler
a. Tujuan
Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat,
mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas bersih tidak ada sinaosis dan
dyspneu (mampu bernafas dengan mudah).
b. Intervensi:
1) Memposisikan anak dengan posisi semifowler
2) Berikan oksigen bila bayi tampak pucat atau biru
c. Rasional:
1) Anak menjadi lebih tenang dan dapat bernafas dengan lancar.
2) Mengurangi sesak nafas

3.4 Implementasi

Melakukan semua tindakan keperawatan yang telah direncanakan sesuai


dengan prioritas masalah dan kondisi pasien, serta catat semua tindakan yang
dilakukan.

3.5 Evaluasi
Semua tindakan yang dilakukan diharapkan memberikan hasil:
1. Nyeri berkurang atau hilang
2. Tidak muntah akibat obstruksi usus
3. Sesak dan nyeri dapat berkurang
4. Tidak terjadi komplikasi

15
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Hernia diafragmatika adalah benjolan sebagian organ abdomen ke rongga dada


melalui defek yang terdapat dalam diafragma. Akibat penonjolan viscera abdomen ke
dalam rongga thorax melalui suatu pintu pada diafragma. Terjadi bersamaan dengan
pembentukan sistem organ dalam rahim. Hernia difragmatika ini termasuk kelainan
bawaan yang terjadi karena tidak terbentuknya sebagian diafragma. Hernia ini dibagi
menjadi 2 bagian yaitu traumatik dan nontraumatik. Traumatik diakibatkan karena
pukulan, tusukan, dan tembakan. Sedangkan nontraumatik dibagi lagi menjadi 2 jenis
yaitu konginetal dam akuisita.
Adapun beberapa tanda dan gejalanya pada penderita hernia diafragmatika,
yaitu : perut kecil dan cekung, suara nafas tidak terdengar pada paru karena terdesak
isi perut, bunyi jantung terdengar di daerah yang berlawanan karena terdorong oleh isi
perut, terdengar bising usus di daerah dada, gangguan pernafasan yang berat, dada
tidak simetris, sesak nafas.
Hernia diafragmatika disebabkan karena perkembangan diafragma terlambat,
usus akan menonjil melalui sinus pleuropertioneum ke dalam dada. Maka dari itu
diafragma tida dapat menutup. Bila hal ini terjadi sebelum ada pleura dengan
peritoneum, akan terjadi hernia tanpa kantong. Jika selaput pleuropertioneal terbentuk
tanpa disertai perkembangan otot, maka terjadi hernia yang berkantong (kurang dari
10% kasus).

4.2 Saran

Kita sebagai perawat harus lebih waspad dalam menangani hal berikut karena
lengah sedikit saja dapat mempengaruhi bayi. Dan apabila seorang perawat
menemukan kasus bayi baru lahir yang mengalami hernia diafragmatika yaitu: berikan
oksigen bila bayi tampak pucat atau biru, posisikan bayi semifowler atau fowler
sebelum atau sesudah operasi agar tekanan dari isi perut terhadap paru berkurang dan
agar diafragma dapat bergerak bebas, awasi bayi jangan sampai muntah, apabila hal
tersebut terjadi, maka tegakkan bayi agar tidak terjadi aspirasi, lakukan informed
consent dan informed choice untuk rujuk bayi ke tempat pelayanan yang lebih baik.

16
17

Anda mungkin juga menyukai