Gaya desain Kolonial adalah gaya desain yang berkembang di beberapa negara
di Eropa dan Amerika. Dengan ditemukannya benua Amerika sekitar abad 15-16,
menambah motivasi orang-orang Eropa untuk menaklukkan dan menetap pada “dunia
baru”, yaitu daerah yang mereka datangi dan akhirnya dijadikan daerah jajahan.
Motivasi mereka menjelajah samudra bervariasi, dari meningkatkan taraf hidup
sampai membawa misi untuk menyebarkan agama. Selain itu juga tersimpan sedikit
hasrat untuk memperoleh pengalaman dan petualangan baru.
Arsitektur klonial Belanda adalah gaya desain yang cukup popular di Netherland
tahun 1624-1820. Ciri-cirinya yakni fasad simetris, material dari batu bata atau kayu
tanpa pelapis, entrance mempunyai dua daun pintu, pintu masuk terletak di samping
bangunan, denah simetris, jendela besar berbingkai kayu, terdapat dormer (bukaan
pada atap).
12
13
Penggunaan dormer pada atap bangunan yaitu model jendela atau bukaan lain
yang letaknya di atap dan mempunyai atap tersendiri.
Model jendela yang lebar dan berbentuk kupu tarung (dengan dua daun jendela),
dan tanpa overstek (sosoran).
Model bangunan kolonial tersebut banyak dijumpai sampai saat ini, tetapi yang
terawat hanya sebagian dan sebagian yang lain hampir musnah dimakan jaman,
bahkan terlantar karena ditinggalkan pemiliknya. Diantara model bangunan-bangunan
kolonial tersebut banyak bangunan kolonial yang memiliki nilai sejarah/historis
tinggi. Maka dari itu, bangunan tersebut harus dipertahankan dan dipelihara
keberadaannya karena merupakan salah satu asset peninggalan yang bisa menjadi
bukti sejarah bagi bangsa Indonesia. Oleh karena itu dengan dikeluarkannya
peraturan tentang konservasi terhadap bangunan yang bersejarah, diharapkan
bangunan tersebut tidak tergusur oleh jaman.
Periodesasi
Pada waktu ini Indonesia masih disebut sebagai Nederland Indische (Hindia
Belanda) di bawah kekuasaan perusahaan dagang Belanda yang bernama VOC
(Vereenigde Oost Indische Compagnie). Selama periode ini arsitektur kolonial
Belanda kehilangan orientasinya pada bangunan tradisional di Belanda serta tidak
mempunyai suatu orientasi bentuk yang jelas. Yang lebih buruk lagi, bangunan-
bangunan tersebut tidak diusahakan untuk beradaptasi dengan iklim dan lingkungan
setempat.
Tahun 1902-1920-an
Antara tahun 1902 kaum liberal di negeri Belanda mendesak apa yang
dinamakan politik etis untuk diterapkan di tanah jajahan. Sejak itu, pemukiman orang
Belanda tumbuh dengan cepat. Dengan adanya suasana tersebut, maka “indische
architectuur” menjadi terdesak dan hilang. Sebagai gantinya, muncul standar
arsitektur yang berorientasi ke Belanda. Pada 20 tahun pertama inilah terlihat gaya
arsitektur modern yang berorientasi ke negeri Belanda.
Pada tahun ini muncul gerakan pembaruan dalam arsitektur, baik nasional
maupun internasional di Belanda yang kemudian mempengaruhi arsitektur kolonial di
Indonesia. Hanya saja arsitektur baru tersebut kadang-kadang diikuti secara langsung,
tetapi kadang-kadang juga muncul gaya yang disebut sebagai ekletisisme (gaya
campuran). Pada masa tersebut muncul arsitek Belanda yang memandang perlu untuk
memberi ciri khas pada arsitektur Hindia Belanda. Mereka ini menggunakan
kebudayaan arsitektur tradisional Indonesia sebagai sumber pengembangannya.
Gaya bangunan
Gaya berasal dari bahasa Latin stilus yang artinya alat bantu tulis, yang
maksudnya tulisan tangan menunjukan dan mengekspresikan karakter individu.
Dengan melihat tulisan tangan seseorang, dapat diketahui siapa penulisnya. Gaya bisa
dipelajari karena sifatnya yang publik dan sosial Wardani.
Gaya desain ini timbul dari keinginan dan usaha orang Eropa untuk menciptakan
negara jajahan seperti negara asal mereka. Pada kenyataannya, desain tidak sesuai
dengan bentuk aslinya karena iklim berbeda, material kurang tersedia, teknik di
negara jajahan, dan kekurangan lainnya. Akhirnya, diperoleh bentuk modifikasi yang
menyerupai desain di negara mereka, kemudian gaya ini disebut gaya kolonial.
Gaya atau langgam adalah suatu hal yang tampak dan mudah dikenali dalam
desain arsitektur, seperti bentuk (wujud), tampak, elemen-elemen dan ornamen yang
biasa menyertainya.
Bentuk
Arti kata bentuk secara umum, menunjukkan suatu kenyataan jumlah, tetapi
tetap merupakan suatu konsep yang berhubungan. Juga disebutkan sebagai dasar
pengertian kita mengenai realita dan seni.dalam arsitektur, arti kata bentuk
mempunyai pengertian berbeda-beda, sesuai dengan pandangan dan pemikiran
pengamatnya.
Bentuk adalah wujud dari organisasi ruang yang merupakan hasil dari suatu
proses pemikiran. Proses didasarkan atas pertimbangan fungsi dan usaha pernyataan
diri (ekspresi). Menurut Mies van der Rohe, bentuk adalah wujud dari penyelesaian
akhir dari konstruksi yang pengertiannya sama. Benjemin Handler mengatakan,
bentuk adalah wujud keseluruahan dari fungsi-fungsi yang bekerja secara bersamaan,
yang hasilnya merupakan susunan suatu bentuk.
Bentuk merupakan ekspresi fisik yang berupa wujud dapat diukur dan
berkarakter karena memeilki tekstur berupa tampak baik berupa tampak tiga dimensi
maupun tampak dua dimensi.
Fasade/Tampak bangunan
Elemen arsitektur
Pengaruh budaya barat terlihat pada pilar-pilar besar, mengingatkan kita pada
bentuk arsitektur klasik Yunani dan Romawi. Pintu termasuk terletak tepat ditengah,
diapit dengan jendela-jendela besar pada kedua sisinya. Bangunan bergaya kolonial
adalah manifestasi dari nilai-nilai budaya yang ditampilkan bentuk atap, dinding,
pintu, dan jendela serta bentuk ornamen dengan kualitas tinggi sebagai elemen
penghias gedung.
Atap
Jenis atap ada bermacam-macam. Jenis yang sering dijumpai saat ini adalah atap
datar yang terbuat dari beton cor dan atap miring berbentuk perisai ataupun pelana.
Secara umum, atap adalah ruang yang tidak jelas, yang paling sering dikorbankan
untuk tujuan eksploitasi volume bangunan. Atap merupakan mahkota bagi bangunan
yang disangga oleh kaki dan tubuh bangunan, bukti dan fungsinya sebagai
perwujudan kebanggaan dan martabat dari bangunan itu sendiri.
Pintu
Jendela
Dinding
Revolusi Industri di Eropa. Hal ini secara tidak langsung memberikan dua
pengaruh penting. Pertama, peningkatan kebutuhan bahan mentah, menyebabkan
timbulnya kota-kota adiministratur di Indonesia. Kedua, berkembangnya konsep-
konsep perencaan kota modern yang tercetus sebagai tanggapan atas revolusi industri
Misalnya konsep Garden City oleh Ebeneser Howard. Kesemuanya ini juga
mempengaruhi para arsitek asing dalam berkarya Indonesia.
Ciri khas arsitektural dari rumah Belanda yang paling Nampak adalah
penggunaan roof, Selain itu, tampilan muka rumah Belanda eksterior atau fasad yang
cenderung simetris, meski ada juga beberapa rumah Belanda yang mengaplikasikan
fasad asimetris tersendiri. Fasad biasanya berupa segi empat, segi lima, atau segi
enam. Pintu masuk bisa di bangun pada bagian tengah fasad, bisa juga berada di tepi
kanan. Ciri lain dari desain arsitektural rumah Belanda ini adalah biasanya
mempunyai dinding yang cukup tebal.Tak jarang, desain inilah yang membuat secara
tak langsung memberikan kesan dingin ketika masuk di dalamnya, meskipun kondisi
cuaca saat itu panas yang cukup terik. Kehebatan desain ini juga ada pada permainan
benang-benangan yang tegas serta lebih banyak dalam mengekspos detail arsitektur
dengan ketelitian tingkat tinggi.
Denah ruangan pada rumah Belanda tak jauh bedanya dengan denah ruangan
pada rumah biasa, di mana terdapat area makan, area keluarga, kamar tidur, dan
kamar tamu. Lantai atas biasa digunakan untuk kamar anak. Di tengah – tengah
ruangan, terdapat area sentral yang langsung mengarah ke ruang – ruang utama dalam
rumah tersebut.
Karya Seni
Rumah Belanda sendiri juga mempunya nilai seni yang terpampang di beberapa
sudut ruangan. Salah satunya adalah lukisan dari cat minyak, karena di tempo dulu
Belanda tengah gemar sekali melakukan eksplorasi ke berbagai tempat di dunia lewat
jalur laut, tak jarang dalam hal karya seni pun pemandangan laut paling sering
ditemukan pada lukisan – lukisan Belanda. Tak heran, lukisan yang paling populer
kala itu adalah lukisan bertema maritim.
Rumah Belanda sendiri kalau di lihat dari segi desain dan karakternya sendiri
juga memiliki keuntungan dan kerugiannya,
Karakter desain rumah Belanda biasanya tidak terlalu tinggi dan jarang dibuat
bertingkat. Kalaupun dibuat bertingkat, mereka lebih senang menerapkan bangunan
1, 5 lantai, di mana lantai atas tidak sebesar lantai bawah. Dengan desainnya
cenderung stabil, tradisional, namun mampu memberi kesan yang nyaman. Dengan
ukuran bangunan yang tak terlalu tinggi, rumah Belanda cocok sebagai tempat tinggal
keluarga dengan anak kecil yang tengah sedang tumbuh berkembang.Selain itu
dengan atapnya sedikit melengkung yang ada pada rumah Belanda juga memberikan
keuntungan tersendiri. Kita bisa lebih mudah menambahkan lantai tanpa terbebani
oleh biaya yang terlalu besar.
Kelemahan karakter rumah Belanda yaitu denah ruang yang masih mengikuti
gaya tradisional, dengan area makan yang terpisah, sehingga kurang sesuai dengan
tren masa sekarang yang serba kasual dan simple. Kelemahan lainnya adalah posisi
kamar tidur yang ada di lantai dua. Bagi keluarga yang tinggal dengan orang yang
sudah jompo, lokasi kamar tidur di lantai atas tentu dianggap kurang tepat dan
menyulitkan orang tua ketika ingin beraktifitas. Di samping kedua hal di atas,
kekurangan lain dari rumah tradisional Belanda adalah keberadaan serambi atau
porch. Kadang, serambi ini dibuat terlalu besar, namun diposisikan di tempat yang
tidak strategis. Bahkan, porch ini lebih sering dibiarkan kosong dan jarang digunakan.
Fitur khas rumah Belanda: Sebuah rumah dengan atap melengkung dan fasad
simetris
Ciri bangunan Belanda yang paling nampak terlhat adalah penggunaan gambler
roof (atap melengkung). Desainnya pun cenderung substansial, aplikatif, namun tetap
atraktif. Selain itu, tampilan muka eksterior atau fasad cenderung simetris, meski ada
juga beberapa rumah Belanda yang mengaplikasikan fasad asimetris. Fasad biasanya
berupa segi empat, segi lima, atau segi enam. Pintu masuk bisa di bangun pada
bagian tengah fasad, bisa juga berada di tepi kanan.
Selain itu, di rumah – rumah Belanda kita akan menemukan serambi atau porch
yang ada di ground floor. Ujung dari roofline biasanya melebar. Yang pasti, tipe
arsitektur bangunan Belanda yang ditemui di Indonesia sedikit berbeda dengan desain
bangunan Belanda yang ada di negara asalnya. Hal ini karena menyesuaikan iklim
dan kondisi angin di Indonesia.
Denah ruangan pada rumah Belanda tak jauh berbeda dengan denah ruang pada
rumah biasa, di mana terdapat area makan, area keluarga, kamar tidur, dan kamar
tamu. Lantai atas biasa digunakan untuk kamar anak. Di tengah – tengah ruangan,
terdapat area sentral yang langsung mengarah ke ruang – ruang utama dalam rumah
tersebut.
Gaya furnitur pada rumah Belanda
Pada kamar tidur, kita akan menemukan furnitur khas Belanda lain, misalnya
lemari pakaian atau wardrobe yang cukup lebar. Biasanya ada ruangan kecil yang
dibuat dengan sekat untuk memposisikan tempat tidur yang lokasinya agak terpisah
dari posisi wardrobe, meski masih dalam satu ruangan.