Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 32

ENTEROHEPATIK

1. Mengapa nyeri dirasakan terus menerus pada perut kanan atas


dan tidak mereda selama ± 1 jam ?

Jawab :

Organ – organ yang ada pada perut kanan atas adalah hepar,
vesica fellea, usus besar, usus kecil. Pada skenario didapatkan
pula adanya penjalaran nyeri ke bahu kanan, maka kita curiga
adanya gangguan pada vesica fellea atau kandung empedu
yang menyebabkan nyeri tersebut.

Gangguan pada kandung empedu bisa disebabkan oleh karena


sumbatan pada kandung empedu dan juga adanya peradangan
akibat sumbatan tersebut ataupun akibat infeksi bakteri.

Kandung empedu normal mempunyai fungsi menyimpan dan


memekatkan cairan empedu. Cairan empedu
berguna dalam penyerapan lemak dan beberapa vitamin (vit.
A,D, E, dan K).

Empedu merupakan campuran dari asam empedu, protein,


garamkalsium,pigmen dan unsure lemak yang disebut
kolesterol. Sebagian cairan empedu
yang memasuki usus halus diteruskan dan dikeluarkan melalui
feses.

Jika konsentrasi kolesterol melebihi kapasitas solubilitas


empedu ( supersaturasi ), kolesterol tidak lagi mamapu berada
dalam keadaan terdispersi sehingga menggumpal menjadi
kolesterol monohidrat yang padat, dan lama – lama menjadi
batu.

Oleh karena adanya batu kandung empedu, maka saat kandung


empedu berkontraksi akibat adanya makanan berlemak, maka
terjadi peningkatan tekanan pada dinding kandung empedu
tersebut yang akan menekan saraf – saraf disekitrnya, hal ini
berlangsung sekitar 30 – 90 menit dan akan mengalami
relaksasi.

Sumber :

http://doktersehat.com/batu-empedu-penyakit-
tersembunyi/#ixzz1qS4W4icm

Patologi Robin Kumar

2. Mengapa nyeri menjalar sampai ke bahu kanan ?


Jawab :

Nyeri perut kanan atas :

Nyeri kolik (otot di VF mengalami kontraksi untuk


mengeluarkan cairan empedu, karena ada batu empedu 
kontaksi berlebihan. Nyeri dikirim ke saraf aferen dari plexus
coeliacus (dermatom/persarafan yang sama : thoracal VII, VIII,
IX)  menyebabkan nyeri di kuadran kanan atas.

Nyeri dijalarkan ke bahu kanan :

Peradangan di vesica fellea  dijalarkan ke peritoneum


parietal yang subdiafragma (di innervasi oleh : n. spinalis C 3,
4, 5)  dermatom sama untuk dibawahnya, scapula (segmen
3, 4. N.supraclavicularis)

Sumber : Ilmu Penyakit Hati

3. Apa hubungannya konsumsi pil KB dengan keluhan?

Jawab :

Kontrasepsi oral mengandung kombinasi antara esterogen dan


progesterone sintetik. Fungsi estrogen adalah menekan FSH,
mencegah perkembangan folikel dominan, menstabilisasi
bagian dasar endometrium dan memperkuat kerja
progesterone.

Progesterone menekan LH sehingga mencegah ovulasi.


Progesterone juga menyebabkan penebalan mukus leher rahim
dan atrofi endometrium.

Dosis rendah kombinasi kontrasepsi oral mengandung sekitar


sepertiga sampai seperempat dosis esterogen dan
sepersepuluh dosis progesterone dari pil yang sebelumnya.

Estrogen dan progesteron merupakan hormon steroid, dimana


hormon tersebut pembentuk dasarnya adalah kolesterol.
Estrogen menghambat konversi enzematik dari kolesterol jadi
asam empedu sehingga menambah saturasi kolesterol dari
cairan empedu.

Sedangkan progesteron meningkatkan nafsu makan sehingga


meningkatkan BB dan bisa menurunkan kerja kandung
empedu dan slauran kemih.

Sumber : Fang H, Tong W, Shi L, Blair R, Perkins R, Branham W,


Hass B, Xie Q, Dial S, Moland C, Sheehan D (2001). "Structure-
activity relationships for a large diverse set of natural,
synthetic, and environmental estrogens
4. Apa hubungannya BB berlebih dengan keluhan ?

Jawab :

Berat badan berlebih sering dikaitkan dengan peningkatan


kadar kolesterol dalam tubuh terutama kandung empedu yang
berhubungan dengan sintesis kolesterol. Ini karenakan dengan
tingginya BB maka kadar kolesterol dalam kandung empedu
pun tinggi, dan juga mengurasi garam empedu serta
mengurangi kontraksi/ pengosongan kandung empedu
sehingga mudah menimbulkan sumbatan atau pengendapan.

Sumber : Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah.


Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2005.hal:
570-579

5. Mengapa didapatkan Murphy’s sign positif ?

Jawab :

Cara melakukan pemeriksaan Murphy’s sign :

Pasien di periksa dalam posisi supine (berbaring). Ketika


pemeriksa menekan/palpasiregio subcostal kanan
(hipokondriaka dextra) pasien, kemudian pasien diminta
untukmenarik nafas panjang yang dapat menyebabkan
kandung empedu turun menujutangan pemeriksa. Ketika
manuver ini menimbulkan respon sangat nyeri kepada
pasien,kemudian tampak pasien menahan penarikan nafas

(inspirasi terhenti), maka hal ini disebut Murphy’s sign positif .

Hal ini terjadi karena adanya sentuhan antara kandung


empedu yang mengalamiinflamasi dengan peritoneum
abdomen selama inspirasi dalam yang dapat menimbulkan
reflek menahan nafas karena rasa nyeri. Bernafas dalam
menyebabkan rasa yang sangat nyeri dan berat beberapa kali
lipat walaupun tanpa tekanan/palpasi pada pasiendengan
inflamasi akut kandung empedu.

Pasien dengan kolesistitis biasanya tampak kesakitan dengan


manuver ini dan mungkinakan terjadi penghentian mendadak
dari inspirasi (menarik nafas) ketika kandungempedu yang
terinflamasi tersentuh jari pemeriksa.

Sumber : Schwartz S, Shires G, Spencer F. Prinsip-prinsip Ilmu


Bedah (Principles of Surgery).

6. Mengapa kolesterol darahnya meningkat ?

Jawab :
Peningkatan kolesterol sering dikatkan dengan peningkatan
berat badan. tingginya BB maka kadar kolesterol dalam
kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurasi garam
empedu serta mengurangi kontraksi/ pengosongan kandung
empedu sehingga mudah menimbulkan sumbatan atau
pengendapan.

Kolesterol juga merupakan pembentuk dasar dari hormon


steroid ( estrogen dan progesteron ) yang terkandung dalam
pil KB. Estrogen menghambat konversi enzematik dari
kolesterol jadi asam empedu sehingga menambah saturasi
kolesterol dari cairan empedu.

Sedangkan progesteron meningkatkan nafsu makan sehingga


meningkatkan BB dan bisa menurunkan kerja kandung
empedu dan slauran kemih.

Sumber : Fang H, Tong W, Shi L, Blair R, Perkins R, Branham W,


Hass B, Xie Q, Dial S, Moland C, Sheehan D (2001). "Structure-
activity relationships for a large diverse set of natural,
synthetic, and environmental estrogens

7. Mengapa ada peningkatan suhu (38.50 C) ?


Jawab :

Akibat adanya suatu sumbatan pada kandung empedu


mengundang invasi bakteri – bakteri yang kemudian
mengaktifkan mediator – mediator inflamasi untuk
memfagosit bakteri – bakteri tersebut. Dengan adanya proses
fagositosit ini, tentara-tentara tubuh itu akan mengeluarkan
senjata, berupa zat kimia yang dikenal sebagai pirogen
endogen (khususnya IL-1) yang berfungsi sebagai anti infeksi.
Pirogen endogen yang keluar, selanjutnya akan merangsang
sel-sel endotel hipotalamus untuk mengeluarkan suatu
substansi yakni asam arakhidonat. Asam arakhidonat dapat
keluar dengan adanya bantuan enzim fosfolipase A2. Asam
arakhidonat yang dikeluarkan oleh hipotalamus akan pemacu
pengeluaran prostaglandin (PGE2). Pengeluaran prostaglandin
dibantu oleh enzim siklooksigenase (COX). Pengeluaran
prostaglandin akan mempengaruhi kerja dari termostat
hipotalamus. Sebagai kompensasinya, hipotalamus akan
meningkatkan titik patokan suhu tubuh (di atas suhu normal).
Adanya peningkatan titik patokan ini dikarenakan termostat
tubuh (hipotalamus) merasa bahwa suhu tubuh sekarang
dibawah batas normal. Biasanya sekitar 37 - 38 0 tidak sampai
40 0.
Sumber : Fisiologi Sheerwood

8. DD ?

Kolelitiasis disertai Kolesistisis

Kolesistisis menyebabkan Kolelitiasis

KOLELITIASIS

Definisi :

Kolelitiasis disebut juga Sinonimnya adalah batu empedu,


gallstones, biliary calculus. Istilah kolelitiasis dimaksudkan untuk
pembentukan batu di dalam kandung empedu. Batu kandung
empedu merupakan gabungan beberapa unsur yang membentuk
suatu material mirip batu yang terbentuk di dalam kandung empedu

Etiologi :
Factor predisposisi: ggn metabolism ok perubhan susunan empedu,
statis empedu n infeksi kandung empedu.

1. Perubhn susunan empedu

 Paling penying dalam pembentukan batu empedu

 Batu kolesterol: kolesterol >>  empedu sangat jenuh 


mengendap dalam VF

2. Statis empedu dlm kandung empedu

 Etio: gangguan kontraksi VF/spasme sphincter oddi/keduanya,


hormonal  perlambatan pengosongan VF

 Menyebabkan supersaturasi progresif

3. Infeksi kandung empedu

 Menyebabkan peningkatan deskuamasi sel dan pembentukan


mucus  meningkatkan viskositas dan unsur seluler/bakteri
 pusat presipitasi

Manifestasi klinis :

Penderita batu empedu sering mempunyai gejala-gejala kolestitis


akut atau kronik. Bentuk akut ditandai dengan nyeri hebat
mendadak pada abdomen bagian atas, terutama ditengah
epigastrium. Lalu nyeri menjalar ke punggung dan bahu kanan
(Murphy sign). Pasien dapat berkeringat banyak dan berguling ke
kanan-kiri saat tidur. Nausea dan muntah sering terjadi. Nyeri
dapat berlangsung selama berjam-jam atau dapat kembali terulang.
3

Gejala-gejala kolesistitis kronik mirip dengan fase akut, tetapi


beratnya nyeri dan tanda-tanda fisik kurang nyata. Seringkali
terdapat riwayat dispepsia, intoleransi lemak, nyeri ulu hati atau
flatulen yang berlangsung lama. Setelah terbentuk, batu empedu
dapat berdiam dengan tenang dalam kandung empedu dan tidak
menimbulkan masalah, atau dapat menimbulkan komplikasi.
Komplikasi yang paling sering adalah infeksi kandung empedu
(kolesistitis) dan obstruksi pada duktus sistikus atau duktus
koledokus. Obstruksi ini dapat bersifat sementara, intermitten dan
permanent. Kadang-kadang batu dapat menembus dinding kandung
empedu dan menyebabkan peradangan hebat, sering menimbulkan
peritonitis, atau menyebakan ruptur dinding kandung empedu. 3

Faktor risiko :

Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko dibawah


ini. Namun, semakin banyak faktor resiko yang dimiliki seseorang,
semakin besar kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis. Faktor
resiko tersebut antara lain :

1. Wanita (beresiko dua jadi lebih besar dibanding laki-laki)

2. Usia lebih dari 40 tahun .

3. Kegemukan (obesitas).

4. Faktor keturunan

5. Aktivitas fisik

6. Kehamilan (resiko meningkat pada kehamilan)

7. Hiperlipidemia

8. Diet tinggi lemak dan rendah serat

9. Pengosongan lambung yang memanjang

10. Nutrisi intravena jangka lama

11. Dismotilitas kandung empedu

12. Obat-obatan antihiperlipedmia (clofibrate)

13. Penyakit lain (seperti Fibrosis sistik, Diabetes mellitus, sirosis


hati, pankreatitis dan kanker kandung empedu) dan penyakit
ileus (kekurangan garam empedu)
14. Ras/etnik (Insidensinya tinggi pada Indian Amerika, diikuti
oleh kulit putih, baru orang Afrika)

Klasifikasi jenis batu :

Menurut gambaran makroskopis dan komposisi kimianya, batu


empedu di golongkankan atas 3 (tiga) golongan:1,11

1. Batu kolesterol

Berbentuk oval, multifokal atau mulberry dan mengandung lebih


dari 70% kolesterol. Lebih dari 90% batu empedu adalah kolesterol
(batu yang mengandung > 50% kolesterol). Untuk terbentuknya
batu kolesterol diperlukan 3 faktor utama :

a. Supersaturasi kolesterol

b. Hipomotilitas kandung empedu

c. Nukleasi/ pembentukan nidus cepat.

2. Batu pigmen

Batu pigmen merupakan 10% dari total jenis baru empedu yang
mengandung <20% kolesterol. Jenisnya antara lain:

a. Batu pigmen kalsium bilirubinan (pigmen coklat)


Berwarna coklat atau coklat tua, lunak, mudah
dihancurkan dan mengandung kalsium-bilirubinat sebagai
komponen utama. Batu pigmen cokelat terbentuk akibat adanya
faktor stasis dan infeksi saluran empedu. Stasis dapat disebabkan
oleh adanya disfungsi sfingter Oddi, striktur, operasi bilier, dan
infeksi parasit. Bila terjadi infeksi saluran empedu, khususnya E.
Coli, kadar enzim B-glukoronidase yang berasal dari bakteri akan
dihidrolisasi menjadi bilirubin bebas dan asam glukoronat. Kalsium
mengikat bilirubin menjadi kalsium bilirubinat yang tidak larut. Dari
penelitian yang dilakukan didapatkan adanya hubungan erat antara
infeksi bakteri dan terbentuknya batu pigmen cokelat.umumnya
batu pigmen cokelat ini terbentuk di saluran empedu dalam empedu
yang terinfeksi.

b. Batu pigmen hitam.

Berwarna hitam atau hitam kecoklatan, tidak berbentuk, seperti


bubuk dan kaya akan sisa zat hitam yang tak terekstraksi.1 Batu
pigmen hitam adalah tipe batu yang banyak ditemukan pada pasien
dengan hemolisis kronik atau sirosis hati. Batu pigmen hitam ini
terutama terdiri dari derivat polymerized bilirubin. Potogenesis
terbentuknya batu ini belum jelas. Umumnya batu pigmen hitam
terbentuk dalam kandung empedu dengan empedu yang steril.1,11

3. Batu campuran
Batu campuran antara kolesterol dan pigmen dimana mengandung
20-50% kolesterol.

Gambar 2. Klasifikasi batu dalam kandung empedu12

Penegakkan diagnosis :

a. Anamnesis

Setengah sampai duapertiga penderita kolelitiasis adalah


asimtomatis. Keluhan yang mungkin timbul adalah dispepsia yang
kadang disertai intoleran terhadap makanan berlemak. Pada yang
simtomatis, keluhan utama berupa nyeri di daerah epigastrium,
kuadran kanan atas atau perikomdrium. Rasa nyeri lainnya adalah
kolik bilier yang mungkin berlangsung lebih dari 15 menit, dan
kadang baru menghilang beberapa jam kemudian. Timbulnya nyeri
kebanyakan perlahan-lahan tetapi pada 30% kasus timbul tiba-tiba.3
Penyebaran nyeri pada punggung bagian tengah, skapula, atau ke
puncak bahu, disertai mual dan muntah. Lebih kurang seperempat
penderita melaporkan bahwa nyeri berkurang setelah
menggunakan antasida. Kalau terjadi kolelitiasis, keluhan nyeri
menetap dan bertambah pada waktu menarik nafas dalam.3

b. Pemeriksaan Fisik

i. Batu kandung empedu

Apabila ditemukan kelainan, biasanya berhubungan dengan


komplikasi, seperti kolesistitis akut dengan peritonitis lokal atau
umum, hidrop kandung empedu, empiema kandung empedu, atau
pankretitis. Pada pemeriksaan ditemukan nyeri tekan dengan
punktum maksimum didaerah letak anatomis kandung empedu.
Tanda Murphy positif apabila nyeri tekan bertambah sewaktu
penderita menarik nafas panjang karena kandung empedu yang
meradang tersentuh ujung jari tangan pemeriksa dan pasien
berhenti menarik nafas.3

ii. Batu saluran empedu

Baru saluran empedu tidak menimbulkan gejala dalam fase tenang.


Kadang teraba hatidan sklera ikterik. Perlu diktahui bahwa bila
kadar bilirubin darah kurang dari 3 mg/dl, gejal ikterik tidak jelas.
Apabila sumbatan saluran empedu bertambah berat, akan timbul
ikterus klinis.3

c. Pemeriksaan Penunjang

i. Pemeriksaan laboratorium

Batu kandung empedu yang asimtomatik umumnya tidak


menunjukkan kelainan pada pemeriksaan laboratorium. Apabila
terjadi peradangan akut, dapat terjadi leukositosis. Apabila terjadi
sindroma mirizzi, akan ditemukan kenaikan ringan bilirubin serum
akibat penekanan duktus koledukus oleh batu. Kadar bilirubin
serum yang tinggi mungkin disebabkan oleh batu di dalam duktus
koledukus. Kadar fosfatase alkali serum dan mungkin juga kadar
amilase serum biasanya meningkat sedang setiap setiap kali terjadi
serangan akut.3

ii. Pemeriksaan Radiologis

Foto polos abdomen biasanya tidak memberikan gambaran yang


khas karena hanya sekitar 10-15% batu kandung empedu yang
bersifat radioopak. Kadang kandung empedu yang mengandung
cairan empedu berkadar kalsium tinggi dapat dilihat dengan foto
polos. Pada peradangan akut dengan kandung empedu yang
membesar atau hidrops, kandung empedu kadang terlihat sebagai
massa jaringan lunak di kuadran kanan atas yang menekan
gambaran udara dalam usus besar, di fleksura hepatika.3

Gambar 3. Foto rongent pada kolelitiasis 13

iii. Pemeriksaan Ultrosonografi (USG)

Ultrasonografi mempunyai derajat spesifisitas dan sensitifitas yang


tinggi untuk mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran
saluran empedu intrahepatik maupun ekstra hepatik. Dengan USG
juga dapat dilihat dinding kandung empedu yang menebal karena
fibrosis atau udem yang diakibatkan oleh peradangan maupun
sebab lain. Batu yang terdapat pada duktus koledukus distal kadang
sulit dideteksi karena terhalang oleh udara di dalam usus. Dengan
USG punktum maksimum rasa nyeri pada batu kandung empedu
yang ganggren lebih jelas daripada dengan palpasi biasa. 1

Gambar 4. FotoUSG pada kolelitiasis 14

iv. Kolesistografi

Untuk penderita tertentu, kolesistografi dengan kontras cukup baik


karena relatif murah, sederhana, dan cukup akurat untuk melihat
batu radiolusen sehingga dapat dihitung jumlah dan ukuran batu.
Kolesistografi oral akan gagal pada keadaan ileus paralitik, muntah,
kadar bilirubun serum diatas 2 mg/dl, okstruksi pilorus, dan
hepatitis karena pada keadaan-keadaan tersebut kontras tidak
dapat mencapai hati. Pemeriksaan kolesitografi oral lebih bermakna
pada penilaian fungsi kandung empedu.3

Penatalaksanaan :

Jika tidak ditemukan gejala, maka tidak perlu dilakukan pengobatan.


Nyeri yang hilang-timbul bisa dihindari atau dikurangi dengan
menghindari atau mengurangi makanan berlemak. 3

Jika batu kandung empedu menyebabkan serangan nyeri berulang


meskipun telah dilakukan perubahan pola makan, maka dianjurkan
untuk menjalani pengangkatan kandung empedu (kolesistektomi).
Pengangkatan kandung empedu tidak menyebabkan kekurangan zat
gizi dan setelah pembedahan tidak perlu dilakukan pembatasan
makanan. 3

Pilihan penatalaksanaan antara lain : 10

1. Kolesistektomi terbuka

Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan pasien


denga kolelitiasis simtomatik. Komplikasi yang paling bermakna
yang dapat terjadi adalah cedera duktus biliaris yang terjadi pada
0,2% pasien. Angka mortalitas yang dilaporkan untuk prosedur ini
kurang dari 0,5%. Indikasi yang paling umum untuk kolesistektomi
adalah kolik biliaris rekuren, diikuti oleh kolesistitis akut. 10

2. Kolesistektomi laparaskopi

Kolesistektomi laparoskopik mulai diperkenalkan pada tahun 1990


dan sekarang ini sekitar 90% kolesistektomi dilakukan secara
laparoskopi. 80-90% batu empedu di Inggris dibuang dengan cara
ini karena memperkecil resiko kematian dibanding operasi normal
(0,1-0,5% untuk operasi normal) dengan mengurangi komplikasi
pada jantung dan paru.2 Kandung empedu diangkat melalui selang
yang dimasukkan lewat sayatan kecil di dinding perut. 10

Indikasi awal hanya pasien dengan kolelitiasis simtomatik tanpa


adanya kolesistitis akut. Karena semakin bertambahnya
pengalaman, banyak ahli bedah mulai melakukan prosedur ini pada
pasien dengan kolesistitis akut dan pasien dengan batu duktus
koledokus. Secara teoritis keuntungan tindakan ini dibandingkan
prosedur konvensional adalah dapat mengurangi perawatan di
rumah sakit dan biaya yang dikeluarkan, pasien dapat cepat kembali
bekerja, nyeri menurun dan perbaikan kosmetik. Masalah yang
belum terpecahkan adalah kemanan dari prosedur ini, berhubungan
dengan insiden komplikasi 6r seperti cedera duktus biliaris yang
mungkin dapat terjadi lebih sering selama kolesistektomi
laparaskopi. 10
Gambar 5. Kolesistektomi laparaskopi 15

3. Disolusi medis

Masalah umum yang mengganggu semua zat yang pernah digunakan


adalah angka kekambuhan yang tinggi dan biaya yang dikeluarkan.
Zat disolusi hanya memperlihatkan manfaatnya untuk batu empedu
jenis kolesterol. Penelitian prospektif acak dari asam
xenodeoksikolat telah mengindikasikan bahwa disolusi dan
hilangnya batu secara lengkap terjadi sekitar 15%. Jika obat ini
dihentikan, kekambuhan batu tejadi pada 50% pasien.10 Kurang dari
10% batu empedu dilakukan cara ini an sukses.2 Disolusi medis
sebelumnya harus memenuhi criteria terapi non operatif
diantaranya batu kolesterol diameternya < 20 mm, batu kurang dari
4 batu, fungsi kandung empedu baik dan duktus sistik paten. 2

4. Disolusi kontak
Meskipun pengalaman masih terbatas, infus pelarut kolesterol yang
poten (Metil-Ter-Butil-Eter (MTBE)) ke dalam kandung empedu
melalui kateter yang diletakkan per kutan telah terlihat efektif
dalam melarutkan batu empedu pada pasien-pasien tertentu.
Prosedur ini invasif dan kerugian utamanya adalah angka
kekambuhan yang tinggi (50% dalam 5 tahun). 10

5. Litotripsi Gelombang Elektrosyok (ESWL)

Sangat populer digunakan beberapa tahun yang lalu, analisis biaya-


manfaat pad saat ini memperlihatkan bahwa prosedur ini hanya
terbatas pada pasien yang telah benar-benar dipertimbangkan
untuk menjalani terapi ini. 10

Gambar 6. Litotripsi Gelombang Elektrosyok (ESWL) 16,17

6. Kolesistotomi
Kolesistotomi yang dapat dilakukan dengan anestesia lokal bahkan
di samping tempat tidur pasien terus berlanjut sebagai prosedur
yang bermanfaat, terutama untuk pasien yang sakitnya kritis.10

7. Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP)

Pada ERCP, suatu endoskop dimasukkan melalui mulut,


kerongkongan, lambung dan ke dalam usus halus. Zat kontras
radioopak masuk ke dalam saluran empedu melalui sebuah selang
di dalam sfingter oddi. Pada sfingterotomi, otot sfingter dibuka agak
lebar sehingga batu empedu yang menyumbat saluran akan
berpindah ke usus halus. ERCP dan sfingterotomi telah berhasil
dilakukan pada 90% kasus. Kurang dari 4 dari setiap 1.000
penderita yang meninggal dan 3-7% mengalami komplikasi,
sehingga prosedur ini lebih aman dibandingkan pembedahan perut.
ERCP saja biasanya efektif dilakukan pada penderita batu saluran
empedu yang lebih tua, yang kandung empedunya telah diangkat.18
Gambar 7. Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography
(ERCP) 19

Komplikasi :

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita kolelitiasis : 3

1. Asimtomatik

2. Obstruksi duktus sistikus

3. Kolik bilier

4. Kolesistitis akut

5. Perikolesistitis

6. Peradangan pankreas (pankreatitis)-angga

7. Perforasi

8. Kolesistitis kronis

9. Hidrop kandung empedu

10. Empiema kandung empedu

11. Fistel kolesistoenterik

12. Batu empedu sekunder (Pada 2-6% penderita, saluran menciut


kembali dan batu empedu muncul lagi) angga
13. Ileus batu empedu (gallstone ileus)

Kolesistokinin yang disekresi oleh duodenum karena adanya


makanan menghasilkan kontraksi kandung empedu, sehingga batu
yang tadi ada dalam kandung empedu terdorong dan dapat
menutupi duktus sistikus, batu dapat menetap ataupun dapat
terlepas lagi. Apabila batu menutupi duktus sitikus secara menetap
maka mungkin akan dapat terjadi mukokel, bila terjadi infeksi maka
mukokel dapat menjadi suatu empiema, biasanya kandung empedu
dikelilingi dan ditutupi oleh alat-alat perut (kolon, omentum), dan
dapat juga membentuk suatu fistel kolesistoduodenal. Penyumbatan
duktus sistikus dapat juga berakibat terjadinya kolesistitis akut
yang dapat sembuh atau dapat mengakibatkan nekrosis sebagian
dinding (dapat ditutupi alat sekiatrnya) dan dapat membentuk
suatu fistel kolesistoduodenal ataupun dapat terjadi perforasi
kandung empedu yang berakibat terjadinya peritonitis
generalisata.3

Batu kandung empedu dapat maju masuk ke dalam duktus sistikus


pada saat kontraksi dari kandung empedu. Batu ini dapat terus maju
sampai duktus koledokus kemudian menetap asimtomatis atau
kadang dapat menyebabkan kolik. Batu yang menyumbat di duktus
koledokus juga berakibat terjadinya ikterus obstruktif, kolangitis,
kolangiolitis, dan pankretitis.3
Batu kandung empedu dapat lolos ke dalam saluran cerna melalui
terbentuknya fistel kolesitoduodenal. Apabila batu empedu cukup
besar dapat menyumbat pad bagian tersempit saluran cerna (ileum
terminal) dan menimbulkan ileus obstruksi

KOLESISTISIS

Definisi :

 peradangan kandung empedu

 kolesistitis akut  bentuk peradangan yg biasanya


disebabkan oleh obstruksi saluran keluar kandung
empedu, dengan tanda yang bervariasi dari edema dan
kongesti ringan sampai infeksi ringan sampai infeksi
berat dengan gangren dan perforasi

 kolesistitis kronik peradangan kandung empedu


dengan gejala yang relatif ringan yang menetap untuk
waktu yang panjang

Dorland, 2006

Etiologi :
Manifestasi Klinis :

KOLEDOKOLITIASIS

KOLANGITIS

1. definisi

peradangan saluran empedu di dalam dan di luar hati, yang pada


akhirnya membentuk jaringan parut dan menyebabkan
penyumbatan.

http://www.medicastore.com

2. etiologi

o pembentukan jaringan parut akan mempersempit dan


akhirnya menyumbat saluran, menyebabkan sirosis.

o Penyebabnya tidak diketahui, tapi tampaknya


berhubungan dengan kelainan sistem kekebalan.

http://www.medicastore.com
3. faktor yang mempengaruhi

Biasanya terjadi pada penderita penyakit radang usus seperti kolitis


ulserativa.

http://www.medicastore.com

4. klasifikasi

5. patogenesis

6. manifestasi klinis

o Penyakit ini biasanya dimulai secara bertahap dengan


kelelahan yang amat sangat, gatal-gatal dan jaundice.

o Bisa terjadi serangan nyeri perut bagian atas dan demam


karena terjadinya peradangan pada saluran empedu,
tetapi sangat jarang.

o Terdapat pembesaran hati dan limpa, atau gejala-gejala


sirosis.

o Bisa juga terjadi hipertensi portal, asites dan kegagalan


hati, yang bisa berakibat fatal.

http://www.medicastore.com
7. diagnosis

o Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil


pemeriksaan kolangiopankreatografi endoskopik
retrograd atau kolangiografi perkutaneus.

o Pada kolangiopankreatografi endoskopik retrograd,


rontgen dilakukan setelah penyuntikan bahan radiopak
ke dalam salluran empedu melalui suatu endoskopi.

o Pada kolangiografi perkutaneus, foto rontgen diambil


setelah penyuntikan langsung zat radioopak ke dalam
saluran empedu.

o Mungkin diperlukan pemeriksaan mikroskopik dari


jaringan hati yang diperoleh melalui biopsi, untuk
memperkuat diagnosis.

http://www.medicastore.com

8. penatalaksanaan

o Obat-obatan seperti kortikosteroid, azatioprin,


penisilamin dan metotreksat tidak terbukti efektif dan
menyebabkan efek samping yang berat.

o Efektivitas ursodiol juga masih belum jelas.


o Kolangitis sklerotik primer mungkin memerlukan
pencangkokan hati, yang merupakan satu-satunya
pengobatan yang diketahui untuk penyakit ini.

o Penyempitan saluran bisa dilebarkan melalui prosedur


endoskopik atau pembedahan.

http://www.medicastore.com

9. prognosis

10. komplikasi

o Infeksi berulang dari saluran empedu (kolangitis


bakterialis) merupakan komplikasi dari penyakit ini dan
membutuhkan pengobatan antibiotik.

o Kanker saluran empedu (kolangiokarsinoma) terjadi


pada 10-15% penderita.
Tumor ini tumbuh lambat dan pengobatannya berupa
prosedur endoskopik untuk memasukkan suatu alat ke
dalam saluran empedu, guna membuka saluran yang
tersumbat.

o Kadang perlu dilakukan pembedahan.

http://www.medicastore.com
Kongenital : Atresia Biliaris

Embriologinya bagaimana ??

Tambahan :

Persarafan Viscera Abdomen

Hepatitis Neonatus

Yang membedakan Diagnosa dengan Atresia Biliaris ??

Anda mungkin juga menyukai