Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di bidang kesehatan, pengenalan masalah merupakan landasan bagi

pengelolaan kesehatan yaitu untuk merencanakan tindakan pencegahan

ataupun mengatasi masalah yang dihadapi. Sebagai salah satu alat untuk

pengenalan masalah kesehatan di masyarakat, epidemiologi merupakan

tumpuan di mana di dalamnya terkandung metode dan cara melakukan

pengumpulan data, manajemen data, sampai antisipasi tindakan yang harus

dilaksanakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi tersebut.

Penggunaan prinsip-prinsip epidemiologi secara sistematik, dan metode-

metode untuk merencanakan dan mengevaluasi pelayanan kesehatan

merupakan sebuah pengembangan yang relative baru terutama di rumah sakit.

Dalam semua kegiatan perencanaan dan evaluasi kesehatan di rumah sakit, ahli

epidemiologi (bersama dengan para ahli dari berbagai disiplin ilmu)

memberikan informasi kepada komunitas rumah sakit dan para pembuat

keputusan, sehingga kebijakan-kebijakan yang di pilih dapat di buat dengan

berdasarkan pada alas an yang didukung oleh pengetauhuan tentang kesehatan,

hasil-hasil, dan biaya. ( Heru Subaris Kasjono,2008)

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Epidemiologi ?

2. Bagaimana Sejarah Epidemiologi ?

3. Siapa Saja Tokoh Tokoh Berpengaruh Dalam Epidemiologi ?

4. Apa Kegunaan Epideiologi ?

1
5. Bagaimana Ruang Lingkup Epidemiologi ?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Epidemiologi

2. Untuk Mengetahui Sejarah Epidemiologi

3. Untuk Mengetahui Tokoh Tokoh Berpengaruh Dalam Epidemiologi

4. Untuk Mengetahui Kegunaan Epidemiologi

5. Untuk Mengetahui Ruang Lingkup Epidemiologi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Epidemiologi

Istilah epidemiologi berasal dari kata : epi (atas), demos

(rakyat/penduduk), logos (ilmu), sehingga epidemiologi dapat di artikan

sebagai ilmu yang mempelajari tentang hal-hal atau kejadian yang menimpa

penduduk. (Isna Hikmawati, 2010)

B. Sejarah Epidemiologi

Sesuai dengan sejarah kelahirannya, epidemiologi memberikan perhatian

terhadap penyakit yang menimpa penduduk. Penyakit yang banyak menimpa

penduduk pada saat itu hingga akhir abad 19 adalah penyakit wabah atau

epidemi (penyakit yang mengenai penduduk secara luas). Epidemiologi

memberikan perhatian tentang epidemi yang banyak menelan korban kematian.

Pada awal perkembangannya, epidemiologi mempunyai pengertian sempit.

Epidemiologi dianggap sebagai ilmu tentang epidemi. Pada perkembangan

selanjutnya hingga dewasa ini Epidemiologi dapat diartikan sebagai ilmu

tentang distribusi (penyebaran) dan determinan (faktor-faktor penentu) masalah

kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk pembuatan perencanaan dan

pengambilan keputusan dalam menanggulangi masalah kesehatan. Dengan

demikian, epidemiolgi tidak hanya mempelajari penyakit epidemi saja, tetapi

menyangkut masalah kesehatan secara keseluruhan.

Sebagai ilmu yang berkembang, epidemiologi mengalami

perkembangan pengertian dan karena itu pula mengalami modifikasi dalam

batasan atau definisi. Berbagai definisi telah dikemukakan oleh para penulis

3
dan mereka para para pakar yang mencurahkan waktunya dalam epidemiologi.

Sejarah Epidemiologi dapat diikuti dari teori yang berkembang dan kejadian

penting oleh beberapa ahli Epidemiologi antara lain:

Wade Hampton Frost (1972), Guru Besar Epidemiologi di School of

Hygiene, Universitas John Hopkins mendifinisikan epidemiologi sebagai suatu

pengetahuan tentang fenomena massal (mass phenomen) penyakit infeksi atau

sebagai riwayat alamiah (natural history) penyakit menular. Disini tampak

bahwa pada waktu itu penekanan perhatian epidemiologi hanya ditujukan

kepada masalah penyakit infeksi yang mengenai massa (masyarakat).

Greenwood (1934), Profesor di School of Hygiene and Tropical Medicine,

London, mengemukakan batasan epidemiologi yang lebih luas dimana

dikatakan bahwa epidemiologi mempelajari tentang penyakit dan segala

macam kejadian yang mengenai kelompok penduduk. Kelebihan pengertian ini

adalah dengan adanya penekanan pada kelompok penduduk yang memberikan

arahan distribusi dan metodologi terkait.

Brian Mac Mahon (1970), pakar epidemiologi di Amerika Serikat yang

bersama dengan Thomas F. Pugh menulis buku “Epidemiology: Pricipals and

Methods” menyatakan bahwa “Epidemiology is the study of the distribution

and determinants of disease frequency in man”. Epidemiologi adalah studi

tentang penyebaran dan penyebab frekuensi penyakit pada manusia dan

mengapa terjadi distribusi semacam itu. Walaupun defenisinya cukup

sederhana, disini tampak bahwa MacMahon menekankan epidemiologi sebagai

suatu pendekatan metodologi dalam menentukan distribusi penyakit dan

4
mencari penyebab mengapa terjadi distribusi yang demikian dari suatu

penyakit.

Gary D. Friedman (1974) dalam bukunya “Primer of Epidemiology”

menuliskan bahwa ”Epidemiology is the study of disease occurance in human

populations”. Batasan ini lebih sederhana dan tampak sepadan dengan apa

yang dikemukakan oleh Mac-Mahon. Dan ini pula yang kurang lebih

dikemukakan oleh Anders Ahlbom dan Staffan Norel (1989) dalam bukunya

Introduction of Modern Epidemiology. Dikatakan bahwa Epidemiologi adalah

ilmu pengetahuan mengenai terjadinya penyakit pada populasi manusia. Hanya

saja perlu ditambahkan bahwa dalam kata pengantarnya, dia mengatakan antara

lain : “Suatu lelucon lama mengatakan bahwa seorang ahli epidemiologi telah

berubah: tidak lagi sebagai wilayah dari sejumlah kecil dokter yang

berdedikasi, tapi telah berkembang menjadi suatu disiplin riset yang nyata”.

Ungkapan ini mengingatkan akan latar belakang sejarah Epidemiologi yang

semula mendapat perhatian dan dikembangkan oleh para dokter dalam

menggeluti masalah penyakit, yang kemudian berkembang sebagai suatu

pendekatan metodologi.

C. Tokoh Penting Ilmu Epidemiologi

1. John Graunt, 1662

Menganalisa laporan mingguan kelahiran dan kematian di London,

dalam bukunya “The Nature and Political Observations Made Upon the

Bills of Mortality”. Inilah untuk pertama kalinya pola penyakit penduduk

diukur. Ia mencatat besarnya perbedaan kelahiran dan kematian antara

laki-laki dan perempuan, besarnya kematian bayi menurut musim,

5
menekankan pentingnya pengumpulan data penyakit secara rutin, yang

menjadi dasar bentuk epidemiologi modern. Ia juga sebagai pencipta dua

prosedur dasar biostatistik, yaitu estimasi populasi dan konstruksi tabel

kehidupan. John Graunt merupakan orang yang pertama melakukan

kuantifikasi atas kejadian kematian dan kesakitan.

2. Antonio van Leeuwenhoek (1632-1723)

Leeuwenhoek adalah seorang warga negara Belanda, dilahirkan di

Delft, 24 Oktober 1632 dan meninggal pada tanggal 24 Agustus 1723. Dia

seorang ilmuwan amatir yang menemukan mikroskop, penemu bakteri dan

parasit (1674), penemu spermatozoa (1677). Penemuan bakteri telah

membuka tabir suatu penyakit yang akan sangat berguna untuk analisis

epidemiologi selanjutnya.

3. Robert Koch

Nama Robert Koch tidak asing lagi jika dihubungkan dengan

penyakit tuberkulosis pada tahun 1882. Selain itu Koch berperan

memperkenalkan tuberkulin pada tahun 1890 yang dianggapnya sebagai

suatu cara pengobatan TBC. Konsep tes tuberkulin selanjutnya

dikembangkan oleh Von Pirquet di tahun 1906 dan PPD diperkenalkan

oleh siebart pada tahun 1931. Dewasa ini tes tuberkulin dipakai untuk

mendeteksi adanya riwayat infeksi tuberkulosis sebagai perangkat

diagnosis TBC pada anak-anak. Selain itu Koch juga terkenal dengan

Postulat Koch, yang mengemukakan konsep tentang cara menentukan

kapan mikroorganisme dapat dianggap sebagai penyebab suatu penyakit.

6
4. Max van Patternkofer

Orang Jerman ini memberikan kesan tersendiri dalam sejarah

epidemiologi khususnya berkaitan dengan upaya mengidentifikasikan

penyebab suatu penyakit. Untuk membuktikan jalan pikirannya dia tidak

segan-segan memakai dirinya sebagai kelinci percobaan. Dan konon

beberapa muridnya bersedia juga menuruti caranya. Dia menelan1,00 cm3

kultur vibrio untuk menentang teori yang sedang berkembang saat itu yang

menyatakan vibrio adalah penyebab kolera. Dia ingin membuktikan bahwa

vibrio bukanlah penyebab kolera. Dia minum segelas air berisi baksil

kolera, dan ternyata memang (kebetulan) dia tidak jatuh sakit. Salah satu

kemungkinannya karena dosis yang diminumnya terlalu kecil mengingat

dibutuhkan jumlah vibrio yang banyak untuk selamat dari keasaman

lambung.

5. William Fair, 1839

Mengembangkan pengumpulan data rutin kematian dan

penyebabnya. Merupakan orang pertama menganalisis statistik kematian

untuk mengevaluasi masalah kesehatan

6. John Snow, 1854

Namanya sudah tidak asing dalam dunia kesmas dalam upaya yang

sukses mengatasi kolera yang melanda London. Yang perlu dicatat disini

bahwa John Snow, dalam analisis masalah penyakit kolera,

mempergunakan pendekatan epidemiologi dengan menganalisis faktor

tempat, orang, dan waktu. Dia dianggap The Father of Epidemiology.

7
7. Pervical Pott

Dia adalah seorang ahli bedah yang melakukan pendekatan

epidemiologis dalam menganalisis meningginya kejadian kanker skrotum

di kalangan pekerja pembersih cerobong asap. Dia memikirkan bahwa

tentu ada suatu faktor tertentu yang berkaitan dengan kejadian kanker

skrotum di kalangan pembersih cerobong asap. Dengan analisis

epidemiologinya, dia berhasil menemukan bahwa tar yang terdapat pada

cerobong asap itulah yang menjadi penyebabnya. Dia dianggap sebagai

Bapak Epidemiologi Modern.

8. James Lind, 1747

Dia berhubungan dengan sejarah hubungan kekurangan vitamin C

dengan scurvy (kekurangan vitamin C). cerita penemuannya sederhana,

dimana dia mengamati bahwa ada kelompok tertentu dari mereka yang

dalam pelayanan dengan kapal yang mereka tumpangi dalam suatu

pelayaran panjang yang mengalami scurvy. Mereka menderita kekurangan

vitamin C karena mereka semuanya memakan makanan kaleng. Dia

dikenal sebagai bapak Trial Klinik.

9. Dool dan Hill, 1950.

R. Doll dan A.B. Hill adalah dua nama yang berkaitan dengan

cerita hubungan merokok dan kanker paru. Keduanya adalah peneliti

pertama yang mendesain penelitian yang melahirkan bukti adanya

hubungan antara rokok dan kanker paru. Keduanya adalah pelopor

penelitian di bidang Epidemiologi Klinik. (Isna Hikmawati, 2010)

8
Epidemiologi sebagai ilmu diagnose kesehatan masyarakat, terus

berkembang dari pengalaman menghadapi sepak terjang penyakit sebagai

fenomena massa. Ketika wabah penyakit menular melanda bangsa-bangsa

di dunia, epidemiologi diartikan sebagai ilmu tentang epidemi (wabah). (

Heru Subaris Kasjono,2008)

Berdasarkan perkembangan epidemiologi di atas terkandung tiga

komponen penting dalam epidemiologi, yaitu :

1. Frekuensi

Merupakan upaya melakukan kuantifikasi atau proses pathologis

atas kejadian untuk mengukur besarnya kejadian/masalah serta untuk

melakukan perbandingan. Setiap engamatan yang sistematis terhadap

pola penyakit di dalam masyarakat, dimulai dari analisis data sekunder

dan primer yang terkumpul.

2. Distribusi

Menunjukkan bahwa dalam memahami kejadian yang berkaitan

dengan penyakit atau masalah kesehatan, epidemiologi

menggambarkan kejadian tersebut karakter/variable orang, tempat dan

waktu. Artinya dalam penyelidikkannya selalu menjawab pertanyyan

siapa yang etrkena penyakit di dalam penyakit, kapan dan di mana

penyakit tersebut terjadi.

3. Determinan

Factor yang mempengaruhi, berbuhungan atau member resiko

terhadap terjadinya penyakit/masalah kesehatan merupakan kelanjutan

dua komponen terdahulu, karena pengetahuan tentang frekuensi dan

9
dstribusi penyakit diperlukan untuk menguji hiportesis epidemiologi,

jadi menunjukkan factor penyebab dari suatu masalah kesehatan, baik

yang menerangkan frekuensi, penyebaran dan penyebab muncuknya

masalah kesehatan. ( Heru Subaris Kasjono,2008)

Epidemiologi tidak hanya membahas penyakit (disease) saja, akan

tetapi juga peristiwa-peristiwa kesehatan lainnya seperti:

kematian(death),status kesehatan, dan ketidakmampuan. (Hariza

Adnani, 2010)

D. Kegunaan Epidemiologi

Peranan epidemiologi, khususnya dalam konteks program Kesehatan dan

Keluarga Berencana adalah sebagai tool (alat) dan sebagai metode atau

pendekatan. Epidemiologi sebagai alat diartikan bahwa dalam melihat suatu

masalah KB-Kes selalu mempertanyakan siapa yang terkena masalah, di mana

dan bagaimana penyebaran masalah, serta kapan penyebaran masalah tersebut

terjadi.

Demikian pula pendekatan pemecahan masalah tersebut selalu dikaitkan

dengan masalah, di mana atau dalam lingkungan bagaimana penyebaran

masalah serta bilaman masalah tersebut terjadi. Kegunaan lain dari

epidemiologi khususnya dalam program kesehatan adalah ukuran-ukuran

epidemiologi seperti prevalensi, point of prevalence dan sebagainya dapat

digunakan dalam perhitungan-perhitungan : prevalensi, kasus baru, case

fatality rate dan sebagainya.

Epidemologi Analitik adalah riset epidemiologi yang bertujuan untuk :

1. Menjelaskan faktor-faktor resiko dan kausa penyakit.

10
2. Memprediksikan kejadian penyakit

3. Memberikan saran strategi intervensi yang efektif untuk pengendalian

penyakit.

Berdasarkan peran epidemiologi analalitik dibagi 2 :

1. Studi Observasional : Studi Kasus Control (case control), studi potong

lintang (cross sectional) dan studi Kohor.

2. Studi Eksperimental : Eksperimen dengan kontrol random (Randomized

Controlled Trial /RCT) dan Eksperimen Semu (kuasi).

Studi tentang epidemiologi ini :

a. Studi Riwayat Kasus (Case History Studies)

Dalam studi ini akan dibandingkan antara 2 kelompok orang, yakni

kelompok yang terkena penyebab penyakit dengan kelompok orang

yang tidak terkena (kelompok kontrol). Contoh : Ada hipotesis yang

menyatakan bahwa penyebab utama kanker paru-paru adalah rokok.

Untuk menguji hipotesis ini diambil sekelompok orang penderita

kanker paru-paru. Kepada penderita ini ditanyakan tentang kebiasaan

merokok.

Dari jawaban pertanyaan tersebut akan terdapat 2 kelompok, yakni

penderita yang mempunyai kebiasaan merokok dan penderita yang

tidak merokok. Kemudian kedua kelompok ini diuji dengan uji statistik,

apakah ada perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok tersebut.

b. Studi Kohort (Kohort Studies)

Dalam studi ini sekelompok orang dipaparkan (exposed) pada

suatu penyebab penyakit (agent). Kemudian diambil sekelompok orang

11
lagi yang mempunyai ciri-ciri yang sama dengan kelompok pertama

tetapi tidak dipaparkan atau dikenakan pada penyebab penyakit.

Kelompok kedua ini disebut kelompok kontrol. Setelah beberapa saat

yang telah ditentukan kedua kelompok tersebut dibandingkan, dicari

perbedaan antara kedua kelompok tersebut, bermakna atau tidak.

Contoh : Untuk membuktikan bahwa merokok merupakan faktor utama

penyebab kanker paru-paru, diambil 2 kelompok orang, kelompok satu

terdiri dari orang-orang yang tidak merokok kemudian diperiksa apakah

ada perbedaan pengidap kanker paru-paru antara kelompok perokok

dan kelompok non perokok.

c. Epidemiologi Eksperimen

Studi ini dilakukan dengan mengadakan eksperimen (percobaan)

kepada kelompok subjek kemudian dibandingkan dengan kelompok

kontrol (yang tidak dikenakan percobaan). Contoh : untuk menguji

keampuhan suatu vaksin, dapat diambil suatu kelompok anak kemudian

diberikan vaksin tersebut. Sementara itu diambil sekelompok anak pula

sebagai kontrol yang hanya diberikan placebo. Setelah beberapa tahun

kemudian dilihat kemungkinan-kemungkinan timbulnya penyakit yang

dapat dicegah dengan vaksin tersebut, kemudian dibandingkan antara

kelompok percobaan dan kelompok kontrol.

Kehidupan manusia tidak bisa melepaskan diri dari berbagai

gangguan kesehatan. Bentuk gangguan kesehatan masyarakat yang luar

biasa disebut Kejadian Epidemi yang dapat dikelompokkan atas: (1)

12
letupan penyakit (outbreak), (2) Pandemi, (3) Penyakit Baru, dan (4)

Kiamat.

Wabah yang dikenal dengan ungkapan "sai" dalam Bahasa Bugis,

sudah memperkenalkan adanya masalah epidemi dalam masyarakat

Sulawesi Selatan. Ungkapan "sai" mengandung pengertian sebagai

suatu gangguan yang sangat meluas dan berat (menyebabkan kematian)

dengan konsep penyebab yang bersifat kutukan (Tuhan) dan

kesyaitanan. Wabah "sai" dianggap terjadi sebagai kutukan atau

kemurkaan alam atas kodrat Ilahi disertai adanya campur tangan para

syaitan sebagai simbol kemurkaan.

Konsep kejadian penyakit dengan kausa alamiah atau lingkungan

telah diperkenalkan oleh Hipocrates sebagai First EPidemiologist

disamping pionir-pionir epidemiologi lainnya. Hipocrates (460 SM-377

SM) menulis bukunya "Epidemic" dan "On Air, Waters and Places"

sudah mengemukakan peranan faktor tempat dan linkungan terhadap

terjadinya penyakit dan wabah (Page, 1995). Penyebab alamiah

memberi kontribusi terhadap musibah, khususnya yang berupa musibah

alam. Gunung marah bisa meletus, air hujan bisa jadi banjir dan api bisa

membakar segalanya. Udara penuh dengan polutan: asbes, carbon,

plumbum. Makanan mungkin mengandung komponen beracun. Airpun

tercemar bakteri atau sampah pabrik. Bumi memang terasa semakin

tidak bersahabat.

Dari aspek pendekatan Epidemiologi terhadap berbagai penyebab

ini dikenal faktor risiko; faktor yang menjadi pendukung dan penentu

13
(determinant) terjadinya suatu masalah, epidemi ataupun musibah.

Hidup ini memang penuh dan dikelilingi oleh risiko. Setiap langkah,

risiko menhadang. Kumpulan risiko yang mengenai kelompok

masyarakat tertentu dapat menciptakan wabah. Jika suatu risiko besar

yang menimpa masyarakat luas, maka suatu musibah massal bisa

terjadi.

E. Ruang Lingkup Epidemiologi

Pada awalnya epidemiologi hanya mempelajari penyakit yang bersifat

menular/infeksi dan akut. Pada perkembangan lebih lanjut, epidemiologi juga

mempelajari penyakit tidak menular juga kronis, maslah social/perilaku,

penilaian terhadap pelayanan kesehatan, serta di luar bidang kesehatan. (Heru

Subaris Kasjono, 2008)

Ruang lingkup epidemiologi diantaranya:

1. Epidemiologi dan pencegahan penyakit menular

Aplikasi epidemiologi telah mampu membawa keberhasilan dalam

pencegahan penyakit menular. Misal: dengan adanya imunisasi BCG,

maka penyakit campak yamg merupakan penyakit menular dapat

tertanggulangi.

2. Epidemiologi dan pencegahan penyakit tidak menular

Aplikasi epidemiologi telah mampu membawa kabarhasilan dalam

pencegahan penyakit tidak menular. Dalam hal ini adalah mencari

beberapa factor yang memegang peranan dalam timbul berbagai penyakit

tidak menular. Misalnya: keracunan makanan dapat dicari berbagai factor

14
yang menjadi penyebabnya dengan mengidentifikasi isi dari makanan

tersebut untuk dicari factor resikonya.

3. Epidemiologi dalam klinik

Dapat diaplikasikan untuk berbagai kasus. Misalnya: dalam

penentuan abnormalitas, terdapat batas angka tertentu yang ditentukan

untuk memastikan seseorang sakit atau mempunyai kadar hasil

pemeriksaan laboraturium yang abnormal. Misalnya: kasus hipertensi

terjadi, ketika tekanan darah seseorang melebihi angka 120/90 dengan

menggunakan alat tensimeter

4. Epidemiologi kependudukan

Diperlukan dalam menganalisis berbagai permasalahan yang

berkaitan dengan bidang demografi dan factor-faktor yang mempengaruhi

berbagai oerubahan demografis tersebut. Misalnya: terjadi peningkatan

angka pengukuran di suatau wilayah X karena banyak penduduk

kehilangan pekerjaan sebagai buruh tani akibat para sawah banyak

menjual sawahnya kepada developer perumahan.

5. Epidemiologi gizi

Diperlukan untuk manganalisis berbagai factor yang berhubungan

dengan timbulnya masalah gizi masyarakat. Misalnya: di suatuh wilayah

desa X terdapat banyak kasus balita dengan status gizi kurang setelah

dianalisis dengan epidemiologi, diketahui berbagai penyebab tidak

langsung yaitu : kemiskinan, jumlah anak yang banyak, dan pengetahuan

ibu yang kurang tentang pemberian gizi pada balitanya

15
6. Epidemiologi pelayanan kesehatan

Dalam pelayanan kesehatan, epidemiologi diperlukan dalam

meganalisis masalah, mencari berbagai factor penyebab timbulnya

masalah, dan menyusun rencana pemecahan masalah. Misalnya: di suatu

RS diketahui terjadi kasus INOS akibat ruangan kotor, fentilasi tidak di

atur dengan baik, kamaw mandi kurang bersih, dapur dan penyediaan

makanan kurang hygienes untuk itu perlu disusun rencana pemecahan

masalah di RS tersebut berdasarkan berbagai factor penyebab masalah

7. Epidemiologi kesehatan lingkungan

Diperlukan dalam menjaga kesehatan lingkungan agar tetap

terjaga. Untuk itu diperlukan pengetahuan dan upaya untuk menjaga agar

masalah kesehatan lingkungan tidak terjadi. Berbagai masalah kesehatan

lingkungan yang biasaterjadi di Negara berkembang adalah masalah

perumahan, air bersih, pembuangan kotoran manusia, sampah, dan limbah.

Misal: masalah udara yang tercemar (polusi) di jalan raya akibat

banyaknya kendaraan yang membuang CO melalui knalpotnya. Agar tidak

terjadi penyakit pernapasan, maka perlu diupayakan uji emisi pada setiap

kendaraan bermotor yang lewat di tempat-tempat yang telah ditentukan.

8. Epidemiologi kesehatan jiwa

Diperlukan dengan meningkatnya berbagai keluhan anggota

masyarakat yang mengarah ke masalah kejiwaan dan perubahan socialnya.

Misal: perubahan social yang mendadak dari kaya menjadi miskin atau

sebaliknya. (Hariza Adnani, 2010)

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Epidemiologimerupakan ilmu

yang mempelajari tentang hal-hal atau kejadian yang menimpa penduduk. Ada

tiga komponen penting dalam epidemiologi: 1. Frekuensi, 2. Distribusi, 3.

Determinan. Ruang lingkup epidemiologi diantaranya: Epidemiologi dan

pencegahan penyakit menular, Epidemiologi dan pencegahan penyakit tidak

menular, Epidemiologi dalam klinik, Epidemiologi kependudukan,

Epidemiologi gizi, Epidemiologi pelayanan kesehatan, Epidemiologi kesehatan

lingkungan, dan Epidemiologi kesehatan jiwa.

B. Saran

Setelah mengerti dan memahami tentang Epidemiologi, diharapkan

mahasiswa mampu menerapkan Ilmu Epidemiologi dalam kehidupan sehari-

hari. Karena bahayanya penyakit menular dan penyakit tidak menular

diharapkan agar masyarakat dapat mencegahnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Adania, Hariza. 2010. ”Prinsip Dasar Epidemiologi”. Nuha Medical :


Yogyakarta.

Hikmawati, Isna. 2011. ” Buku Ajaran Epidemiologi”. Nuha Medical :


Yogyakarta.

Kasjono, Subaris Heru. 2008. ” intisari Epidemiologi”. Mitra Cendikia :


Yogyakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai