Anda di halaman 1dari 85

SKRIPSI

HUBUNGAN PENATAAN LINGKUNGAN RUMAH DENGAN


KEJADIAN RESIKO JATUH PADA LANSIA DI
KELURAHAN MOLAS LINGKUNGAN V
KECAMATAN BUNAKEN
KOTA MANADO

OLEH :
ARSYAD ARIF WIJAYA
1301122

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
MANADO
2017

i
SKRIPSI

HUBUNGAN PENATAAN LINGKUNGAN RUMAH DENGAN


KEJADIAN RESIKO JATUH PADA LANSIA DI
KELURAHAN MOLAS LINGKUNGAN V
KECAMATAN BUNAKEN
KOTA MANADO

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan


Dalam Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Kesehatan Muhammadiyah Manado

OLEH :
ARSYAD ARIF WIJAYA
1301122

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
MANADO
2017

ii
iii
iv
v
CURRICULUM VITAE

A. Identitas Pribadi

Nama : Arsyad Arif Wijaya

Nirm : 1301122

TTL : Manado, 17 Desember 1994

No telepon : 082188075293

Jenis kelamin : Laki-Laki

Alamat : Provinsi Maluku utara, kelurahan Ngade Kecamatan Ternate


Selatan Kota Ternate.

B. Riwayat Pendidikan

1. TK Pertiwi Demaan Kabupaten Jepara, Jawa Tengah

2. SD Negri Semat 2 Kabupaten Jepara, Jawa Tengah

3. MTS Negeri Kota Manado, Sulawesi Utara

4. SMA Negeri 2 Kota Ternate, Maluku Utara

5. STIKES Muhammadiyah Manado, Program Studi Ilmu Keperawatan Masuk


tahun 2013 sampai sekarang.

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan yang maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian Skripsi Sarjana ini untuk memenuhi sebagian persyaratan Sarjana S1
pada Program Studi Ilmu Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Manado dengan judul “ Hubungan Penataan Lingkungan Rumah
Dengan Kejadian Resiko Jatuh Pada Lansia Di Kelurahan Molas Lingkungan V
Kecamatan Bunaken Kota Manado”.

Penyelesaian penelitian Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
baik berupa bimbingan, arahan, nasihat, maupun dorongan moral. Kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian Skripsi ini penulis
menyampaikan banyak terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Agust A.Laya, SKM, M.Kes selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Manado, sekaligus selaku pembimbing I yang telah
memberikan banyak masukan terutama dalam penyusunan Skripsi ini.

2. I Made Rantiasa, S.Kp, M.Kes selaku Wakil Ketua I Bidang Akademik Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Manado.

3. Ns. Suwandi Luneto, S.Kep, M.Kes, CWCCA, HBOC selaku Wakil Ketua II di
Bidang Administrasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Manado.

4. Ns. Hj.Zainar Kasim,S.Kep, M.Kes selaku Wakil Ketua III di Bidang


Kemahasiswaan.

5. Rizal Arsyad, S.Ag, M.Ag selaku Wakil Ketua IV Bidang Akademik Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Manado.

6. Ns. Hj. Silvia Dewi Mayasari Riu, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program Studi
ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Manado,

vii
viii
Arsyad Arif Wijaya (2017).”Hubungan Penataan Lingkungan Rumah Dengan Kejadian
Resiko Jatuh Pada Lansia di Kelurahan Molas Lingkungan V Kecamatan
Bunaken Kota Manado”. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES
Muhammadiyah Manado. Dosen Pembimbing (1) Agust A.Laya, SKM, M.Kes
Dan Pembimbing (II) Ns. Silvia Dewi Mayasari Riu, S.Kep, M.Kep.

ABSTRAK
Pendahuluan : jatuh merupakan salah satu penyebab utama dari kematian dan cedera
pada populasi lanjut usia. jatuh akan mengalami kehilangan kebebasan akan ADL
(aktivitas hidup sehari-hari), penurunan kualitas hidup dan yang paling memprihatinkan
adalah kematian.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan penataan
lingkungan rumah dengan kejadian resiko jatuh pada lansia di Kelurahan Molas
Lingkungan V Kecamatan Bunaken Kota Manado.

Metode : penelitian dilakukan dengan menggunakan cross sectional. Sampel diambil


berdasarkan jumlah responden sebanyak 30 orang dengan menggunakan simple random
sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan kuesioner. Selanjutnya
data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 16.0
untuk di analisa dengan uji statistik Fisher Exact dengan tingkat kemaknaan (α) 0,05.
Analisis data menggunakan uji chi square.

Hasil : penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara penataan lingkungan


rumah dengan kejadian resiko jatuh p= 0,017.Nilai P ini lebih kecil dari nilai α =0,05.

Kesimpulan : Kesimpulan dalam penelitian ini terdapat hubungan antara penataan


lingkungan rumah dengan kejadian resiko jatuh pada lansia. Penataan lingkungan rumah
yang kurang baik sebanyak 16 rumah (53,3%), lansia yang mempunyai resiko jatuh
sebanyak 21 (70,0%), Saran bagi keluarga penataan lingkungan rumah yang baik dapat
menurunkan resiko jatuh pada lansia.

Kata kunci : Lansia, risiko jatuh, penataan lingkungan rumah.

ix
Arsyad Arif Wijaya (2017). "Relationship of House Environment Set up with Risk
Incidence Fall in the Elderly in kelurahan Molas Lingkungan V kecamatan
Bunaken Kota Manado".minithesis. Nursing departement of STIKES
Muhammadiyah Manado. Supervisor (1) Agust A.Laya And Supervisor
(II) Silvia Dewi Mayasari Riu.

ABSTRACT
Introduction: Fall is one of the main causes of death and injury in the elderly population.
Fall will lose the freedom of ADL (activity of daily life), degradation of quality of life and
the most concern is death. The purpose of this research was to find out the relationship
of the arrangement of the home environment with the incidence of risk falls on the elderly
in Kelurahan Molas Lingkungan V Kecamatan Bunaken Kota Manado.

Research Method : The study was conducted using cross sectional. Samples were taken
based on 30 respondents by using simple random sampling.Gathering data was
conducted through observation and questionnaire. when data that was collected is pro-
cessed by using statistical program for social science 16.0 version and analyzed by Fish-
er Exact test statistic test with the level significant is (α) 0.05. The data ware analyzed
using chi square test .

Research Results : The results showed that there is a relationship between the arrange-
ment of the home environment with the incidence of risk fell p = 0.017. This P value is
less than α = 0,05.

Conclusion : in this research the relationship between the arrangement of the home envi-
ronment with the incidence of risk falls in the elderly p=0.017. Improper arrangement of
home environment by 16 houses (53,3%), elderly with risk of falling as much as 21
(70,0%), Suggestion for family arrangement of good home environment can decrease risk
of fall in elderly.

Keywords: Elderly, Fall Risk, Home Environment Arrangement.

x
DAFTAR ISI

Halaman
CAVER LUAR ....................................................................................................... i
CAVER DALAM .................................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. iii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI ................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................................ v
CURICULUM VITAE .......................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................................ ix
ABSTRACT .......................................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Kejadian Resiko Jatuh Pada Lansia ....................................... 7
B. Konsep Penataan Lingkungan Rumah .............................................. 15

BAB III KERANGKA PENELITIAN


A. Kerangka Konsep .............................................................................. 25
B. Hipotesis ............................................................................................ 26

xi
C. Definisi Operasional .......................................................................... 26

BAB IV METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian ............................................................................... 28
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 28
C. Populasi dan Sampel ......................................................................... 28
D. Identifikasi Variabel .......................................................................... 30
E. Instrumen Penelitian .......................................................................... 31
F. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 32
G. Pengolahan Data ............................................................................... 33
H. Analisa Data ...................................................................................... 33
I. Etika Penelitian ................................................................................... 34

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................. 36
B. Karakteristik Responden ................................................................... 37
C. Analisa Univariat ............................................................................... 39
D.Analisa Bivariat .................................................................................. 40
E. Pembahasan ....................................................................................... 41

BAB VI PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................... 47
B. Saran .................................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 49
LAMPIRAN ........................................................................................................ 52

xii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................ 26

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur ............................................ 37

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .............................. 38

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ..................................... 38

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ................................... 39

Tabel 5.5 Distribusi Penataan Berdasarkan Lingkungan Rumah ......................... 39

Tabel 5.6 Distribusi Berdasarkan Resiko Jatuh Responden ................................. 40

Tabel 5.7 Data Tabulasi Silang ............................................................................ 40

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Keterangan Pengambilan Data Awal

Lampiran 2 : Surat Keterangan Ijin Penelitian

Lampiran 3 : Surat Keterangan Selesai Penelitian

Lampiran 4 : Formulir Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 5 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 6 : Lembar Observasi

Lampiran 7 : Kuesioner

Lampiran 8 : Master Tabel

Lampiran 9 : Hasil Uji Statistik

Lampiran 10 : Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam,

2012). Usia lanjut merupakan tahapan akhir dari proses perkembangan tubuh yang

tidak dapat dipungkiri dan merupakan tahapan yang normal yang dialami oleh

setiap individu yang memasuki usia lanjut (Stanley, 2011). Usia lanjut yang dialami

oleh lansia akan menyebakan lansia mengalami berbagai perubahan-perubahan

yang menyebabkan terjadinya penurunan fungsi baik dari fungsi fisik, psikologis

serta sosial (Tamher, 2009). Perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia salah

satunya dapat menimbulkan masalah yaitu meningkatnya risiko jatuh yang dapat

menyebabkan cidera bagi lansia (Stockslager, 2008). Jatuh pada lansia adalah suatu

masalah utama yang sering dialami lansia (Azizah, 2011).

jatuh merupakan salah satu penyebab utama dari kematian dan cedera pada

populasi lanjut usia. Dua puluh hingga tiga puluh persen dari lansia yang memiliki

derajat kecacatan tinggi terkait jatuh akan mengalami kehilangan kebebasan akan

ADL (aktivitas hidup sehari-hari), penurunan kualitas hidup dan yang paling

memprihatinkan adalah kematian (Jamebozorgi et al, 2013).

Jatuh merupakan salah satu masalah yang dialami lanjut usia baik di Indonesia

maupun di dunia. Di Amerika Serikat, sekitar tiga perempat kematian diakibatkan

oleh jatuh, pada 13% populasi lanjut usia 65 tahun keatas. Sekitar 40% dari

1
kelompok usia 65 tahun keatas yang tinggal dirumah mengalami setidaknya jatuh

sekali dalam setahun, dan sekitar 1 dari 40 orang dirawat di rumah sakit

dikarenakan jatuh. Sedangkan di Indonesia survei yang dilakukan oleh riset

kesehatan dasar (RISKESDAS, 2013) menyatakan bahwa prevalensi cidera akibat

jatuh pada usia 60 tahun-74 sekitar 70,2% dan pada usia 75 tahun keatas sekitar

78,2%. Hal ini membuktikan bahwa lansia di Indonesia memiliki risiko tinggi

mengalami jatuh.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Arie kurniawan hutomo (2015)

tentang hubungan penataan lingkungan rumah terhadap resiko jatuh pada lansia di

desa karangwuni wates kulon progo Dimana hasil dari penelitian ini adalah bahwa

responden paling banyak berada pada penataan lingungan dalam kategori tidak

aman dan berisiko jatuh sebanyak 37 responden dan responden yang paling sedikit

berada pada penataan lingungan dalam kategori tidak aman dan tidak berisiko

jatuh yaitu sebanyak 1 responden. Hasil analisis pengujian hipotesis dengan uji

chi square diperoleh nilai signifikan p-value sebesar 0,035 (p<0,05) sehingga Ho

ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan antara penataan lingkungan rumah

dan kejadian jatuh pada lansia di Desa Karangwuni Wates Kulon Progo.

Jatuh pada lansia dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor intrinsik dan faktor

ekstrinsik (Lemier & Silver, 2008). Faktor intrinsik seperti gender, kelemahan otot,

defisit sensorik, penyakit kronis, gangguan kognitif dan usia (Edelberg, 2013).

Faktor ekstrinsik seperti faktor lingkungan, kebanyakan mengkonsumsi alkohol,

2
ketidaktahuan prinsip keselamatan, penggunaan sepatu yang tidak tepat dan

desain rumah (Jamebozorgi et al, 2013).

Sekitar 30% di antara para lansia mengalami jatuh. Faktor-faktor penyebab

yang dapat dikurangi adalah faktor lingkungan di antaranya penerangan di

berbagai kawasan. Faktor penyebab adalah gelap atau silau, akses ke titik sakelar

di pintu masuk (ruangan/kamar/toilet/gang) juga dibuat penerangan. Faktor

lingkungan lain adalah lantai, faktor penyebab adalah licin, lipatan karpet,

halangan di tempat lalu lalang, benda-benda kecil, pakaian/sepatu yang digunakan

(Tamher,2009). Sekitar 70% jatuh pada lanjut usia terjadi di rumah. Sebesar 10%

terjadi di tangga, dengan kejadian jatuh saat turun tangga lebih banyak dibanding

saat naik tangga, yang lainnya terjadi karena tersandung/menabrak benda

perlengkapan rumah tangga, tempat berpegangan yang tidak kuat/tidak mudah

dipegang, lantai yang licin atau tidak rata dan penerangan yang kurang (Darmojo,

2009).

Dalam penataan ruang lingkup di dalam rumah khususnya untuk lansia

seharusnya di perhatikan tingkat keselamatan terutama saat berjalan, karena tidak

sedikit lansia terjatuh karna tidak ada pegangan atau terpeleset karena licin

Menurut (Darmojo, 2009). lingkungan rumah yang aman untuk lanjut usia adalah

lingkungan di dalam rumah dan di luar rumah. Lingkungan yang tidak aman juga

dapat dilihat pada lingkungan rumah ruang tamu, kamar tidur, dapur, kamar

mandi, dan tangga atau lorong (APS Health Care, 2010).

3
Lingkungan mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang mempengaruhi

atau berakibat terhadap kehidupan dan kelangsungan hidup. Definisi yang luas

tentang lingkungan ini menggabungkan seluruh tempat terjadinya interaksi

misalnya rumah (Potter, 2012). Berdasarkan (Darmojo & Martono, 2009) bahwa

keadaan lingkungan rumah yang berbahaya dan dapat menyebabkan jatuh pada

lansia harus diminimalkan dan dihilangkan. Membuat pegangan pada kamar

mandi dan membuat penerangan rumah cukup terang tetapi tidak menyilaukan

merupakan usaha yang dilakukan untuk mencegah jatuh pada lansia.

Rumah adalah tempat dimana segala sesuatu tidak asing dan tidak berubah,

dimana orang menjaga perasaan memiliki otonomi dan kontrol sedangkan

Lingkungan fisik rumah adalah tempat-tempat yang spesifik dimana individi-

individu dan keluarga-keluarga terlibat dalam aktivitas-aktivitas yang spesifik dan

peran-peran mikrosistem atau penyusunan perilaku. Dalam bahasa sistem,

mikrosistem merujuk pada sistem-sistem yang berinteraksi. Terdapat konteks fisik

dekat dan pertemuan tatap muka antara anggota keluarga dan yang lainnya

berlangsung (Friedman, 2010).

Setelah survey awal penelitian didapati ada 150 responden lansia di kelurahan

molas lingkungan V kecamatan bunaken kota manado. Dan hasil observasi pada

beberapa rumah yakni adanya kasus kejadian resiko jatuh pada lansia berjumlah 5

orang.

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka penulis merasa

tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan Penataan lingkungan Rumah

4
dengan Kejadian Resiko Jatuh Pada Lansia di Kelurahan Molas Lingkungan

V Kecamatan Bunaken di Kota Manado.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah : Apakah ada hubungan penataan lingkungan rumah

dengan kejadian resiko jatuh pada lansia di Kelurahan Molas Lingkungan V

Kecamatan Bunaken Kota Manado ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Di ketahui Hubungan penataan lingkungan rumah dengan kejadian

resiko jatuh pada lansia di Kelurahan Molas Lingkungan V Kecamatan

Bunaken Kota Manado.

2. Tujuan Khusus

a. Di identifikasi Penataan lingkungan rumah di Kelurahan Molas

Lingkungan V Kecamatan Bunaken Kota Manado.

b. Di identifikasi kejadian resiko jatuh pada lansia di Kelurahan Molas

Lingkungan V Kecamatan Bunaken Kota Manado.

c. Di analisisa hubungan penataan lingkungan rumah dengan kejadian

resiko jatuh pada lansia di Kelurahan Molas Lingkungan V

Kecamatan Bunaken Kota Manado.

5
D. Manfaat Penelitian

a. Institusi Pendidikan

Sebagai bahan bacaan dan dapat menambah refrensi dalam

mengmbangkan pendidikan di masa mendatang,sehingga diharapkan

penelitian ini dapatmemberikan informasi ilmiah yang bermanfaat dalam

materi pembelajaran dan sebagai sumber pustaka.

b. Bagi Keluarga

Sebagai bahan masukan agar keluarga dapat melaksanakan tugas

keluarga untuk mencegah kejadian resiko jatuh pada lansia di

Kelurahan Molas Lingkungan V Kecamatan Bunaken Kota Manado.

c. Manfaat Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang

penelitian mengenai hubungan penataan lingkungan rumah dengan

kejadian resiko jatuh pada lansia.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kejadian Resiko Jatuh Pada Lansia

1. Pengertian Resiko Jatuh Pada Lansia

Lanjut usia atau lansia merupakan kelompok manusia yang memasuki

tahap akhir kehidupannya. Pada kelompok lanjut usia ini terjadi proses

penuaan yaitu suatu proses yang ditandai dengan gagalnya

mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan

yang sering didapat berupa menurunnya kemampuan hidup serta

meningkatnya kepekaan individu (Turana dkk, 2013). Lanjut usia merupakan

proses akhir kehidupan dan ditandai dengan adanya gangguan adaptasi

terhadap tekanan lingkungan sekitarnya dan bukan suatu penyakit. Proses

menua dimulai dari sejak lahir dan terjadi terus menerus secara alamiah

dan dialami oleh semua makhluk hidup (Wahyudi, 2010).

Usia lanjut merupakan tahapan akhir dari proses perkembangan tubuh

yang tidak dapat dipungkiri dan merupakan tahapan yang normal yang

dialami oleh setiap individu yang memasuki usia lanjut (Stanley, 2011). Usia

lanjut yang dialami oleh lansia akan menyebakan lansia mengalami berbagai

perubahan-perubahan yang menyebabkan terjadinya penurunan fungsi baik

dari fungsi fisik, psikologis serta sosial (Tamher, 2009). Perubahan-perubahan

yang terjadi pada lanjut usia salah satunya dapat menimbulkan masalah yaitu

7
meningkatnya risiko jatuh yang dapat menyebabkan cidera bagi lansia

(Stockslager, 2008). Jatuh pada lansia adalah suatu masalah utama yang sering

dialami lansia (Azizah, 2011).

Batasan untuk menentukan lanjut usia berbeda beda, seorang dikatakan

Tergolong lanjut usia atau lansia apabila usianya mencapai 65 tahun keatas

(Setianto, 2014).

WHO menggolongkan batasan usia lansia menjadi empat sesuai tabel

dibawah ini:

Penggolongan Batasan Usia Lansia menurut WHO

NO Golongan lansia Usia/ Umur


1 Usia pertengahan (Middle age) 45-59 Tahun
2 Lanjut Usia (Eldery) 60-74 Tahun
3 Lanjut Usia Tua (Old) 75-90Tahun
4 Sangat Tua (Verry Old)  90 Tahun
Sumber : Setianto 2014

jatuh merupakan salah satu penyebab utama dari kematian dan cedera

pada populasi lanjut usia. Dua puluh hingga tiga puluh persen dari lansia yang

memiliki derajat kecacatan tinggi terkait jatuh akan mengalami kehilangan

kebebasan akan ADL (aktivitas hidup sehari-hari), penurunan kualitas hidup

dan yang paling memprihatinkan adalah kematian (Jamebozorgi et al, 2013).

Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi

mata, yang melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak

terbaring/terduduk di lantai/tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa

kehilangan kesadaran atau luka. Banyak faktor yang berperan di

8
dalamnya, baik faktor instrinsik dari dalam diri lanjut usia tersebut

seperti gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi,

sinkope, dan dizziness serta faktor ekstrinsik seperti lantai licin dan

tidak rata, tersandung benda-benda, penglihatan kurang terang, dan

sebagainya (Darmojo, 2009).

Kejadian jatuh harus dicegah agar jatuh tidak terjadi berulang-ulang.

Salah satunya adalah dengan cara identifikasi faktor resiko, di antaranya

adalah kondisi lingkungan fisik rumah yang berbahaya. Faktor-faktor

lingkungan fisik rumah yang berbahaya tersebut adalah lantai yang licin

atau basah, penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan), alat-

alat rumah tangga yang sudah tua, tidak stabil, atau tergeletak di

bawah, karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang tebal/menekuk

pinggirnya dan benda-benda alas lantai yang licin atau mudah tergeser

(Darmojo, 2009).

Sekitar 30% di antara para lansia mengalami jatuh. Faktor-faktor

penyebab yang dapat dikurangi adalah faktor lingkungan di antaranya

penerangan di berbagai kawasan. Faktor penyebab adalah gelap atau silau,

akses ke titik sakelar di pintu masuk (ruangan/kamar/toilet/gang) juga dibuat

penerangan. Faktor lingkungan lain adalah lantai, faktor penyebab adalah

licin, lipatan karpet, halangan di tempat lalu lalang, benda-benda kecil,

pakaian/sepatu yang digunakan (Tamher,2009).

Sekitar 70% jatuh pada lanjut usia terjadi di rumah. Sebesar 10% terjadi

di tangga, dengan kejadian jatuh saat turun tangga lebih banyak dibanding

9
saat naik tangga, yang lainnya terjadi karena tersandung atau menabrak benda

perlengkapan rumah tangga, tempat berpegangan yang tidak kuat/tidak

mudah dipegang, lantai yang licin atau tidak rata dan penerangan yang kurang

(Darmojo, 2009).

2. Faktor Resiko

a. Faktor instrinsik

Faktor instrinsik adalah variabel-variabel yang menentukan mengapa

seseorang dapat jatuh pada waktu tertentu dan orang lain dalam kondisi

yang sama mungkin tidak jatuh (Stanley, 2011). Faktor intrinsik tersebut

antara lain adalah gangguan muskuloskeletal misalnya menyebabkan

gangguan gaya berjalan, kelemahan ekstremitas bawah, kekakuan sendi,

sinkope yaitu kehilangan kesadaran secara tiba-tiba yang disebabkan oleh

berkurangnya aliran darah ke otak dengan gejala lemah, penglihatan gelap,

keringat dingin, pucat dan pusing (Lumbantobing, 2009).

b. Faktor ekstrinsik

Faktor ekstrinsik merupakan faktor dari luar (lingkungan sekitarnya)

diantaranya cahaya ruangan yang kurang terang, lantai yang licin,

tersandung benda-benda (Nugroho, 2012). Faktor-faktor ekstrinsik tersebut

antara lain lingkungan yang tidak mendukung meliputi cahaya ruangan yang

kurang terang, lantai yang licin, tempat berpegangan yang tidak kuat, tidak

stabil, atau tergeletak di bawah, tempat tidur atau WC yang rendah atau

jongkok, obat-obatan yang diminum dan alat-alat bantu berjalan (Darmojo,

2009).

10
1. Penyebab Jatuh Dari Lingkungan Rumah

Faktor-faktor lingkungan yang menyebabkan jatuh adalah penerangan

yang tidak baik (kurang atau menyilaukan), lantai yang licin dan basah,

tempat berpegangan yang tidak kuat/tidak mudah dipegang dan alat-alat

atau perlengkapan rumah tangga yang tidak stabil dan tergeletak di bawah.

(Darmojo, 2009). Menurut Friedman, 2010 adalah kondisi interior rumah

meliputi bagaimana ruangan-ruangan tersebut dilengkapi oleh perabot ,

kelayakan perabot, penerangan yang tidak memadai dan eksterior rumah

meliputi lantai, tangga, jeruji dalam keadaan buruk, tempat obat-obatan

tidak terjangkau dan pintu masuk dan pintu keluar ke rumah tidak terdapat

penerangan dan ruang gerak yang cukup untuk keluar dari rumah, kabel

listrik telanjang di lantai, kolam renang yang tidak di pagari secara

memadai.

2. Akibat Jatuh

Jatuh dapat mengakibatkan berbagai jenis cedera, kerusakan fisik dan

psikologis. Kerusakan fisik yang paling ditakuti dari kejadian jatuh adalah

patah tulang panggul. Jenis fraktur lain yang sering terjadi akibat jatuh

adalah fraktur pergelangan tangan, lengan atas dan pelvis serta kerusakan

jaringan lunak. Dampak psikologis adalah walaupun cedera fisik tidak

terjadi, syok setelah jatuh dan rasa takut akan jatuh lagi dapat memiliki

banyak konsekuensi termasuk ansietas, hilangnya rasa percaya diri,

penbatasan dalam aktivitas sehari-hari, falafobia atau fobia jatuh (Stanley,

2011).

11
3. Komplikasi

Menurut (Darmojo, 2009), komplikasi-komplikasi jatuh adalah:

a. Perlukaan (injury)

Perlukaan (injury) mengakibatkan rusaknya jaringan lunak yang terasa

sangat sakit berupa robek atau tertariknya jaringan otot, robeknya

arteri/vena, patah tulang atau fraktur misalnya fraktur pelvis, femur,

humerus, lengan bawah, tungkai atas.

b. Disabilitas

Disabilitas mengakibatkan penurunan mobilitas yang berhubungan

dengan perlukaan fisik dan penurunan mobilitas akibat jatuh yaitu

kehilangan kepercayaan diri dan pembatasan gerak.

c. Mati

4. Pencegahan

Menurut Tinetti (2009), yang dikutip dari (Darmojo, 2009), ada 3 usaha

pokok untuk pencegahan jatuh yaitu:

a. Identifikasi faktor resiko

Pada setiap lanjut usia perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari

adanya faktor instrinsik risiko jatuh, perlu dilakukan assessment keadaan

sensorik, neurologis, muskuloskeletal dan penyakit sistemik yang sering

menyebabkan jatuh.

Keadaan lingkungan rumah yang berbahaya dan dapat menyebabkan

jatuh harus dihilangkan. Penerangan rumah harus cukup tetapi tidak

menyilaukan. Lantai rumah datar, tidak licin, bersih dari benda-benda

12
kecil yang susah dilihat, peralatan rumah tangga yang sudah tidak aman

(lapuk, dapat bergerser sendiri) sebaiknya diganti, peralatan rumah ini

sebaiknya diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu

jalan/tempat aktivitas lanjut usia. Kamar mandi dibuat tidak licin

sebaiknya diberi pegangan pada dindingnya, pintu yang mudah dibuka.

WC sebaiknya dengan kloset duduk dan diberi pegangan di dinding.

b. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan (gait)

Setiap lanjut usia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan

badannya dalam melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi. Bila

goyangan badan pada saat berjalan sangat berisiko jatuh, maka

diperlukan bantuan latihan oleh rehabilitasi medis. Penilaian gaya

berjalan juga harus dilakukan dengan cermat, apakah kakinya menapak

dengan baik, tidak mudah goyah, apakah penderita mengangkat kaki

dengan benar pada saat berjalan, apakah kekuatan otot ekstremitas bawah

penderita cukup untuk berjalan tanpa bantuan. Kesemuanya itu harus

dikoreksi bila terdapat kelainan/penurunan.

c. Mengatur/ mengatasi faktor situasional.

Faktor situasional yang bersifat serangan akut yang diderita lanjut

usia dapat dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan lanjut usia secara

periodik. Faktor situasional bahaya lingkungan dapat dicegah dengan

mengusahakan perbaikan lingkungan , faktor situasional yang berupa

aktifitas fisik dapat dibatasi sesuai dengan kondisi kesehatan lanjut usia.

Aktifitas tersebut tidak boleh melampaui batasan yang diperbolehgkan

13
baginya sesuai hasil pemeriksaan kondisi fisik. Maka di anjurkan lanjut

usia tidak melakukan aktifitas fisik yang sangat melelahkan atau berisiko

tinggi untuk terjadinya jatuh.

5. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan bersifat individual, artinya berbeda untuk tiap kasus

karena perbedaan faktor-faktor yang bekerjasama mengakibatkan jatuh.

Bila penyebab merupakan penyakit akut penangananya menjadi lebih

mudah, lebih sederhana, dan langsung bisa menghilangkan penyebab

jatuh secara efektif. Tetapi lebih banyak pasien jatuh karena kondisi

kronik, multifaktorial sehingga diperlukan terapi gabungan antara obat,

rehabilitasi, perbaikan lingkungan, dan perbaikan kebiasaan lanjut usia

itu. Pada kasus lain intervensi diperlukan untuk mencegah terjadinya

jatuh ulangan, misalnya pembatasan bepergian/aktivitas fisik,

penggunaan alat bantu gerak.

Untuk penderita dengan kelemahan otot ekstremitas bawah dan

penurunan fungsional terapi difokuskan untuk meningkatkan kekuatan

dan ketahanan otot sehingga memperbaiki fungsionalnya. Sering terjadi

kesalahan, terapi rehabilitasi hanya diberikan sesaat sewaktu penderita

mengalami jatuh. Padahal terapi ini diperlukan secara terus-menerus

sampai terjadi peningkatan kekuatan otot dan status fungsional.

Terapi untuk penderita dengan penurunan gait dan keseimbangan

difokuskan untuk mengatasi penyebab/faktor yang mendasarinya.

Penderita dimasukkan dalam progam gait training dan pemberian alat

14
bantu berjalan. Biasanya progam rehabilitasi ini dipimpin oleh

fisioterapis.

Penderita dengan dizziness syndrom, terapi ditujukan pada penyakit

kardiovaskuler yang mendasari, menghentikan obat-obat yang

menyebabkan hipotensi postural seperti beta bloker, diuretic dan

antidepresan. Terapi yang tidak boleh dilupakan adalah memperbaiki

lingkungan rumah/tempat kegiatan lanjut usia seperti tersebut di

pencegahan jatuh (Darmojo, 2009).

B. Konsep Penataan Lingkungan Rumah.

1. Pengertian Penataan Lingkungan Rumah

Dalam penataan ruang lingkup di dalam rumah khususnya untuk lansia

seharusnya di perhatikan tingkat keselamatan terutama saat berjalan, karena

tidak sedikit lansia terjatuh karna tidak ada pegangan atau terpeleset karena

licin. Menurut (Darmojo, 2009). lingkungan rumah yang aman untuk lanjut

usia adalah lingkungan di dalam rumah dan di luar rumah. Lingkungan yang

tidak aman juga dapat dilihat pada lingkungan rumah ruang tamu, kamar

tidur, dapur, kamar mandi, dan tangga atau lorong (APS Health Care, 2010).

Lingkungan mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang

mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan dan kelangsungan hidup.

Definisi yang luas tentang lingkungan ini menggabungkan seluruh tempat

terjadinya interaksi misalnya rumah (Potter, 2012).

Berdasarkan (Darmojo & Martono, 2009) bahwa keadaan lingkungan rumah

yang berbahaya dan dapat menyebabkan jatuh pada lansia harus

15
diminimalkan dan dihilangkan. Membuat pegangan pada kamar mandi dan

membuat penerangan rumah cukup terang tetapi tidak menyilaukan

merupakan usaha yang dilakukan untuk mencegah jatuh pada lansia.

Rumah adalah tempat dimana segala sesuatu tidak asing dan tidak

berubah, dimana orang menjaga perasaan memiliki otonomi dan kontrol

sedangkan Lingkungan fisik rumah adalah tempat-tempat yang spesifik

dimana individi-individu dan keluarga-keluarga terlibat dalam aktivitas-

aktivitas yang spesifik dan peran-peran mikrosistem atau penyusunan

perilaku. Dalam bahasa sistem, mikrosistem merujuk pada sistem-sistem

yang berinteraksi. Terdapat konteks fisik dekat dan pertemuan tatap muka

antara anggota keluarga dan yang lainnya berlangsung (Friedman, 2010).

2. Kriteria rumah sehat dan aman untuk lanjut usia

Menurut (Friedman, 2010), salah satu bidang kajian yang paling berharga,

yang berhubungan dengan rumah adalah pengkajian terhadap kondisi

keamanan dan bahaya-bahaya potensial dan aktual, baik di dalam maupun di

luar rumah. Khususnya yang ada di dalam rumah, kecelakaan merupakan

satu ancaman utama terhadap status kesehatan keluarga. Setiap anggota

keluarga terbuka terhadap ancaman kecelakaan yang berhubungan dengan

tahap perkembangannya. Meningkatnya kesadaran keluarga akan

masalahmasalah kecelakaan utama, dimana hal ini memberikan informasi

faktual, dan cara-cara keluarga memperbaiki tingkat-tingkat keamanan yang

sehat adalah tujuan bagi perawat.

16
Menurut (Budiman, 2013), kriteria rumah sehat dan aman adalah harus

dapat menjauhkan penghuninya dari bahaya. Menurut (Miller, 2012),

Pedoman untuk penilaian keamanan lingkungan untuk lanjut usia adalah:

1) Penerangan

Pencahayaan yang memadai tetapi tidak silau, tombol cahaya mudah

dijangkau, terdapat pencahayaan di tempat-tempat yang sesuai.

2) Bahaya

Terdapat karpet atau penutup lantai berbahaya lainnya, tepi karpet

tidak dilem dan ditempelkan ke lantai, ada hambatan lain di jalur tempat

lalu.

3) Mebel

Tinggi kursi mudah dijangkau, meja stabil dan ketinggian sesuai,

perabot rumah tangga ditempatkan jauh dari daerah berjalan.

4) Tangga

Pencahayaan cukup, terdapat lampu di bagian atas dan bawah

tangga, terpasang pegangan tangan di kedua sisi tangga, terdapat warna

untuk menandai tepi tangga, terutama bagian atas dan bawah tangga.

5) Kamar mandi

Tinggi dari kursi toilet sesuai, terdapat pegangan di daerah kamar

mandi dan mudah dicapai bila diperlukan, permukaan lantai pancuran di

kamar mandi tidak licin, belakang kesed berlapis karet yang tidak bisa

licin, pembuangan air baik sehingga mencegah lantai licin setelah

dipakai.

17
6) Kamar tidur

Ketinggian tempat tidur sesuai, tempat tidur yang terdapat roda

terkunci dengan aman, pencahayaan cukup di jalur antara kamar tidur

dan kamar mandi terutama pada malam hari.

7) Dapur

Tempat penyimpanan yang digunakan mudah untuk dijangkau, lantai

terbuat dari bahan yang tidak licin, tumpahan-tumpahan cepat

dibersihkan untuk mencegah terpeleset, tempat penyimpanan dapat

dijangkau dengan mudah, tersedia tempat pijakan yang stabil untuk

mencapai barang yang letaknya tinggi.

8) Keseluruhan keselamatan

Bagaimana orang mendapatkan benda yang sulit untuk dijangkau,

apakah pintu cukup lebar untuk menampung alat-alat bantu, Apakah

telepon diakses, khususnya untuk panggilan darurat.

Menurut (Darmojo, 2009) lingkungan rumah yang aman untuk lanjut usia

adalah lingkungan di dalam rumah dan di luar rumah. Lingkungan di dalam

rumah meliputi kamar mandi yaitu terdapat pegangan di daerah kamar

mandi dan mudah dicapai bila diperlukan, permukaan lantai pancuran di

kamar mandi tidak licin, belakang kesed berlapis karet yang tidak bisa licin,

pembuangan air baik sehingga mencegah lantai licin setelah dipakai. Kamar

tidur yaitu kesed tidak merupakan hambatan yang memungkinkan terpeleset

atau tergelincir, terdapat meja di samping tempat tidur untuk meletakkan

18
kacamata atau barang lain. Dapur yaitu lantai terbuat dari bahan yang tidak

licin, tumpahan-tumpahan cepat dibersihkan untuk mencegah terpeleset,

tempat penyimpanan dapat dijangkau dengan mudah, tersedia tempat

pijakan yang stabil untuk mencapai barang yang letaknya tinggi. Ruang

tamu yaitu kesed-kesed tidak terletak di atas karpet, perabotan diletakkan

sedemikian rupa sehingga jalan lalu lebar, tinggi kursi dan sofa cukup

sehingga mudah bagi lanjut usia untuk duduk atau bangkit kursi. Tangga

yaitu terdapat ril pegangan yang kuat dikedua sisi anak tangga, lantai anak

tangga tidak licin, barang-barang tidak diletakkan di lantai anak tangga

anak, anak tangga terbawah dan teratas diwarnai dengan warna terang untuk

menandai awal dan akhir tangga.

Lingkungan di luar rumah meliputi pintu masuk depan dan belakang

dalam keadaan baik, jalan lalu bebas dari lumpur atau air di musim hujan,

sehingga mencegah terpeleset, anak tangga/ril pegangan harus terpasang

kuat.

3. Penataan lingkungan yang baik untuk keluarga lansia.

Usia lanjut bukanlah alasan menurunnya kemandirian serta kualitas hidup.

Namun, agar kedua hal tersebut tercapai, perlu diciptakan kondisi yang

mendukung. Salah satunya dengan membangun rumah yang baik bagi lansia

atau mendesain ulang dan memodifikasi lingkungan tempat tinggal usia lanjut.

Hal itu perlu dilakukan karena, rumah adalah satu kebutuhan utama manusia,

tempat berlindung dan beristirahat, sekaligus tempat penghuninya melakukan

kegiatan. Alasan lainnya adalah adanya realita bahwa, banyak lansia yang

19
memilih hidup sendiri di rumahnya, daripada pindah ke panti atau tinggal

bersama sanak familinya (Depsos, 2010).

Menurut (Depsos, 2010) ada beberapa kriteria rumah yang baik bagi usia

lanjut yang antara lain meliputi:

a· rumah dibangun satu lantai tanpa tangga.

b· Jalan yang menghubungkan area satu dengan area lainnya harus bebas

hambatan.

c· Di depan rumah harus ada ramp (jalan yang melandai) yang memudahkan

kursi roda masuk/keluar rumah.

d· Fasilitas jalan di depan rumah harus bebas dari lumpur atau air di musim

hujan, sehingga mencegah terpeleset (jatuh).

e· Lebar pintu masuk rumah 80 cm, agar kursi roda bisa masuk.

f· Tersedianya alat pegangan khusus (continous handrail and handrail

extension) yang dipasang secara horisontal dengan panjang 30 cm dipinggir

anak tangga atau di ramp.

g. Penataan lantai harus rata, tidak licin dan anti slip. Karpet dalam keadaan

baik, tidak menonjol di sana-sini.

h· Penataan lampu harus baik, terutama di dekat tangga/tempat lalu antara

tempat tidur dan kamar mandi.

20
i· Telepon ditempatkan di area yang mudah dijangkau, sehingga tidak perlu

bergegas untuk menjawabnya.

j· Kabel-kabel listrik tidak terletak di lantai. Bila perlu harus diperpendek dan

dipakukan ke dinding.

k· Kamar mandi dibuat khusus dengan bak mandi menggantung, sehingga

kursi roda dapat masuk dan dilengkapi tempat duduk dan pegangan di

dinding kamar mandi.

l· WC bisa memakai toilet bowl yang agak tinggi.

m· Para lansia membutuhkan ruang-ruang yang disusun secara efisien,

sehingga rumah sebaiknya terdiri dari satu kamar tidur, kamar mandi, dan

ruang terbuka untuk tamu, ruang makan, serta dapur.

n· Di bagian depan dilengkapi teras dan di belakang terdapat ruang pantry,

serta disediakan lahan untuk bercocok tanam.

o· Meminimalisir adanya anak tangga di dalam rumah.

p. unit-unit sebaiknya direncanakan untuk pemeriharaan yang minimum, dan

lebih memerlukan rasa aman karena umumnya mereka kurang mampu

melindungi dirinya sendiri terhadap bahaya. Keamanan yang baik dengan

pengunci, pencahayaan ruangan di malam hari, penjagaan dan jalur keluar

dalam hal kebakaran sangat diperlukan.

21
q. Jika menghendaki rumah bertingkat untuk keperluan tinggal bersama

keluarganya, maka lansia tetap harus mendapatkan prioritas menempati

lantai bawah. Anak tangga tidak boleh licin, tingginya antara 12,5 cm – 20

cm, lebar sekitar 23 cm, dengan sudut kemiringan 60 derajat. Anak tangga

teratas dan terbawah diwarnai dengan warna terang.

4. Kepadatan hunian rumah bagi keluarga lansia .

Kepadatan penghuni adalah perbandingan antara luas lantai rumah

dengan jumlah anggota keluarga dalam satu rumah tinggal (Lubis, 1989).

Persyaratan kepadatan hunian untuk seluruh perumahan biasa dinyatakan dalam m²

per orang. Luas minimum per orang sangat relatif, tergantung dari kualitas

bangunan dan fasilitas yang tersedia. Untuk perumahan sederhana, minimum 8

m²/orang. Untuk kamar tidur diperlukan minimum 2 orang. Kamar tidur sebaiknya

tidak dihuni > 2 orang, kecuali untuk suami istri dan anak dibawah dua tahun

(lubis,Lumongga. 2010).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arie kurniawan hutomo

(2015) tentang hubungan penataan lingkungan rumah terhadap resiko jatuh pada

lansia di desa karangwuni wates kulon progo Dimana hasil dari penelitian ini

adalah bahwa responden paling banyak berada pada penataan lingungan dalam

kategori tidak aman dan berisiko jatuh sebanyak 37 responden dan responden

yang paling sedikit berada pada penataan lingungan dalam kategori tidak aman

dan tidak berisiko jatuh yaitu sebanyak 1 responden. Hasil analisis pengujian

hipotesis dengan uji chi square diperoleh nilai signifikan p-value sebesar 0,035

22
(p<0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan antara

penataan lingkungan rumah dan kejadian jatuh pada lansia di Desa Karangwuni

Wates Kulon Progo.

Dalam penataan ruang lingkup di dalam rumah khususnya untuk lansia

seharusnya di perhatikan tingkat keselamatan terutama saat berjalan, karena tidak

sedikit lansia terjatuh karna tidak ada pegangan atau terpeleset karena licin

Menurut (Darmojo, 2009). lingkungan rumah yang aman untuk lanjut usia adalah

lingkungan di dalam rumah dan di luar rumah. Lingkungan yang tidak aman juga

dapat dilihat pada lingkungan rumah ruang tamu, kamar tidur, dapur, kamar

mandi, dan tangga atau lorong (APS Health Care, 2010).

Rumah adalah tempat dimana segala sesuatu tidak asing dan tidak berubah,

dimana orang menjaga perasaan memiliki otonomi dan kontrol sedangkan

Lingkungan fisik rumah adalah tempat-tempat yang spesifik dimana individi-

individu dan keluarga-keluarga terlibat dalam aktivitas-aktivitas yang spesifik dan

peran-peran mikrosistem atau penyusunan perilaku. Dalam bahasa sistem,

mikrosistem merujuk pada sistem-sistem yang berinteraksi. Terdapat konteks fisik

dekat dan pertemuan tatap muka antara anggota keluarga dan yang lainnya

berlangsung (Friedman, 2010).

jatuh merupakan salah satu penyebab utama dari kematian dan cedera pada

populasi lanjut usia. Dua puluh hingga tiga puluh persen dari lansia yang memiliki

derajat kecacatan tinggi terkait jatuh akan mengalami kehilangan kebebasan akan

23
ADL (aktivitas hidup sehari-hari), penurunan kualitas hidup dan yang paling

memprihatinkan adalah kematian (Jamebozorgi et al, 2013).

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam,

2012). Usia lanjut merupakan tahapan akhir dari proses perkembangan tubuh yang

tidak dapat dipungkiri dan merupakan tahapan yang normal yang dialami oleh

setiap individu yang memasuki usia lanjut (Stanley, 2011).

24
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS PENELITIAN DAN
DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian merupakan kerangka hubungan antara konsep –

konsep yang akan diukur atau diamati melalui penelitian yang akan dilakukan

(Riyanto, 2012).

Variabel Independen
Penataan Lingkungan
Rumah

Variabel Dependen

Variabel Pengganggu Resiko Jatuh Pada


Lansia
1. Faktor instrinsik
2. Faktor ekstrinsik

Keterangan :

= Variabel yang diteliti

= Garis penghubung

= Variabel pengganggu yang tidak diteliti

Gambar 2.1. Kerangka Penelitian Hubungan Penataan Lingkungan Rumah Dengan


Kejadian Resiko Jatuh Pada Lansia di Kelurahan Molas Lingkungan
V Kecamatan Bunaken Kota Manado

25
B. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau per-

tanyaan penelitian (Nursalam, 2013).

Ha : Ada Hubungan Penataan Lingkungan Rumah Dengan Kejadian Resiko

Jatuh Pada Lansia di Kelurahan Molas Lingkungan V Kecamatan Bunaken Kota

Manado

C. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana

caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel, sehingga definisi

operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu peneliti

lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Riyanto, 2011). Dalam penelitian

ini definisi operasionalnya adalah :

26
Tabel 3.1. Definisi Operasional

DEFINISI
NO VARIABEL PARAMETER ALAT UKUR SKALA SKOR
OPERASIONAL

1 Variabel Segala sesuatu - Pencahayaan Lembar ordinal 1.Baik jika


Idependen : yang
- Kamar mandi observasi score ≥21
Penataan berhubungan
Lingkungan dengan - Kamar tidur
2.Kurang
Rumah penataan - Dapur
lingkungan baik jika
- Letak prabotan
rumah tempat score <21
tinggal lansia rumah

2 Variabel De- Kejadian 1. Lantai licin Kuesioner ordinal 1.Resiko


penden : resiko jatuh 2. Tempat
jatuh ≥21
kejadian adalah berpegangan
Resiko Jatuh kejadian yang tidak kuat 2.kurang
Pada Lansia di akibatkan 3. Tidak stabil resiko
oleh keadaan 4. Tempat tidur
jatuh <21
rumah,suasana 5. Wc yang rendah.
rumah.

27
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan wadah menjawab pertanyaan penelitian atau

menguji kebenaran hipotesis (Setiadi, 2013). Jenis penelitian ini adalah kuantitatif

Penelitian ini menggunakan metode penelitian Deskriptif Korelatif yaitu metode

yang bertujuan menjelaskan suatu hubungan korelatif antar dua variabel atau

lebih. Pendekatan waktu yang digunakan adalah pendekatan cross sectional, yaitu

peneliti melakukan penelitian dalam satu waktu tertentu yang bersamaan

(Notoadmojo, 2012).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Molas Lingkungan V Kecamatan

Bunaken, Kota Manado.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 12 juni sampai dengan

tanggal 23 Juni Tahun 2017.

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah setiap subjek yang memenuhi karakteristik populasi yang

ditentukan (Nursalam, 2013). Populasi lanjut usia di Kelurahan Molas

28
Lingkungan V Kecamatan Bunaken Kota Manado, yaitu sebanyak 150

Lansia.

2. Sampel dan sampling

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh popu-

lasi besar,dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi,

maka peneliti dapat mengguanakan sampel yang diambil dari populasi (Sugiyono,

2013). Teknik sampling dengan menggunakan metode simple random sampling

yaitu pengambilan anggota sampel dan populasi dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Pada penjelasan (arikunto

2010), jika sampel populasi kurang dari 100 orang, Maka jumlah sampelnya

diambil keselurahan. Selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih besar dari 100

orang, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Karena jumlah

populasi lebih dari 100 orang, maka peneliti mengambil 20% dari seluruh

populasi yaitu 30 lanjut usia yang berada di Kelurahan Molas lingkungan V

Kecamatan Bunaken Kota Manado.

3. Besar sampel

Rumus: n: 20% x N

= 20 x 150
100
= 30
Ket: n : besar sampel

N: besar populasi

4. Kriterian sampel

29
Sampel yang akan disertakan dalam penelitian adalah yang memenuhi kriteria

sebagai berikut :

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi

target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2008).

1) Seluruh lansia yang berada di kelurahan molas di lingkungan V kecamatan

bunaken kota manado.

2) Lansia yang bersedia untuk menjadi responden.

3) Lansia yang berusia 60 – 74 , 75 – 90 dan lebih dari 90 tahun.

4) Lansia berada di tempat saat meneliti.

b. Kriteria eksklusi

kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang tidak

memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2013).

1) Lansia tidak bersedia menjadi responden.

2) Lansia yang sedang sakit

3) Lansia yang tidak tahu membaca

4) Lansia yang gangguan jiwa

D. Identifikasi Variabel

1. Variabel Independen

Variabel independen yaitu penataan lingkungan rumah

2. Variabel Dependen

Variabel dependen yaitu kejadian resiko jatuh pada lansia

30
E. Instrumen Penelitian

a. Lembar Observasi

Lembar observasi penataan lingkungan rumah terdiri dari 14 observasi

dengan menggunakan skala Guttman terdiri dari 2 pilihan jawaban Ya diberi score

2, Tidak diberi score 1. Dimana yang dinilai adalah penataan lingkungan rumah

terdiri dari pencahayaan, kamar mandi, kamar tidur, dapur, dan mebel. Untuk

penetapan kategori dilakukan berdasarkan median, yaitu:

median: Jumlah pertanyaan x score tertinggi+ jumlah pertanyaan x score terendah

: 14 x 2 + 14 x 1 = 21

Bila jawaban “ Ya” penataan lingkungan rumah di beri score = ≥ 21

Bila jawaban “Tidak” penataan lingkungan rumah di beri score = < 21

b. kuesioner kejadian resiko jatuh pada lansia

Lembar kuesioner kejadian resiko jatuh terdiri dari 14 pertanyaan dengan

menggunakan skala Guttman yang terdiri 2 pilihan jawaban Ya diberi score 2 ,

Tidak diberi score 1. Untuk penetapan kategori dilakukn berdasarkan median,

yaitu:

median: Jumlah pertanyaan x score tertinggi + jumlah pertanyaan x score terendah

14 x 2 + 14 x 1 = 21

31
Bila jawaban “ Ya” kejadian resiko jatuh di beri score = ≥ 21

Bila jawaban “ Tidak” kejadian resiko jatuh di beri score = < 21

F. Metode Pengumpulan Data

Peneliti mengumpulan data yang dilakukan di tempat penelitian dengan

prosedur sebagai berikut :

1. peneliti terlebih dahulu mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan

penelitian melalui bagian pendidikan khusus keperawatan, setelah

mendapat izin, peneliti menyampaikan surat izin penelitian kepada

kelurahan Molas di Lingkungan V Kecamatan Bunaken Kota Manado.

2. Menjelaskan tujuan penelitian, kerahasiaan data serta hak responden untuk

menolak keikutsertaan dalam penelitian bila tidak bersedia berpartisipasi.

3. Bila responden bersedia dan setuju, maka responden diminta untuk

menandatangi lembar persetujuan.

4. Menjelaskan cara pengisian kuesioner.

5. Memberikan waktu kepada responden untuk menjawab petanyaan dalam

kuesioner dan mendampingi serta membantu bila ditemukan hal-hal yang

tidak dimengerti.

6. Mempersilakan responden untuk memeriksa kembali kuesioner yang telah

diisi apakah sudah terisi semua sesuai petunjuk. Setelah semua pertanyaan

dalam kuesioner dijawab oleh responden, maka peneliti mengumpulkan

kuesioner yang telah terisi.

7. Mengakhiri pertemuan setelah selesai mengumpulkan data dan

mengucapkan banyak terima kasih.

32
G. Pengolahan Data

Menurut (Setiadi, 2013), Setelah kuesioner di bagikan pada responden dan telah

diisi oleh responden , akan dilihat kelengkapan pingisiannya yang meliputi :

1. Editing yaitu memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para

pengumpulan.

2. Koding yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden ke

dalam kategori.

3. Entry data yaitu jawaban-jawaban yang sudah diberi kode kategori

kemudian dimasukan dalam tabel dengan cara menghitung frekuensi data

melalui pengolahan komputer.

4. Cleaning yaitu pembersihan data, lihat variabel apakah data sudah benar

atau belum.

5. Describing yaitu Mengeluarkan informasi disesuaikan dengan tujuan

penelitian yang dilakukan.

H. Analisa Data

Kegiatan analisa data meliputi : persiapan, tabulasi, dan aplikasi data. Selain

itu analisis data juga dapat menggunakan uji statistik.

a. Persiapan

Persiapan yaitu dengan melakukan cek nama dan identitas, cek kelengkapan

data dan cek macam isian data.

33
b. Tabulasi

Tabulasi dilakukan pemberian score pada item, memberikan kode pada

variabel yang tidak diberi score, mengubah jenis data, lakukan modifikasi

sesuai dengan teknis analisis yang digunakan kemudian memberikan kode.

c. Aplikasi data/ Pengujian.

Dalam tahap ini dilakukan penerapan analisis data sesuai dengan tujuan

penelitian, menggunakan uji statistik yang disesuaikandengan tujuan penelitian

(Hidayat, 2011). Pada penelitian ini uji statistik yang digunakan yaitu uji Chi

square dengan tingkat kemaknaan (a) : ≤ 0,05 dan menggunakan program

SPSS 16.

Analisa data dilakukan dengan mentabulasikan, kemudian disajikan dalam

bentuk tabel distribusikan frekuensi menggunakan presentase dengan

menggunakan rumus menurut sebagai berikut :

P= x 100

Keterangan :

P : presentase

f : frekuensi

n : jumlah populasi

100 : Nilai konstan (Sudijono,2013)

I. Etika Penilitian

Penelitian ini telah di lakukan setelah mendapat persetujuan dari Program

Studi Ilmu Keperawatan Stikes Muhammadiyah Manado.

34
Masalah etika pada penelitian yang mennggunakan objek manusia, peneliti

harus memahami prinsip–prinsip etika penelitian yang meliputi :

1. Informed consent

Informasi harus diberikan secara lengkap tentang tujuan penelitian yang

akan dilaksanakan, subjek mempunyai hak untuk bebas menolak atau

berpartisipasi menjadi responden.

2. Confideantility

Untuk menjaga kerahasiaan subjek, maka nama subjek tidak di cantumkan

pada lembar kuesioner yang diteliti dan hanya diberi kode tertentu.

3. Anonnimity

Kerahasiaan informasi yang di berikan oleh responden dijamin oleh

peneliti hanya kelompok data tertentu yang akan disajikan atau di laporkan

pada hasil penelitian.

35
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Pengenalan umum

Kelurahan molas terdiri dari 5 lingkungan. Jumlah penduduk di ling-

kungan V sebesar : 2330 jiwa, dan lanjut usia sekitar :150 jiwa. Jumlah

penduduk menurut jenis kelamin:

Laki-laki : 1160 jiwa

Perempuan : 1170 jiwa

Lingkungan V ini berada di kecamatan bunaken kelurahan molas. Dan

luas wilayah lingkungan V ini sekitar 20 hektar. Secara umum suhu udara

di kota Manado rata- rata pada siang hari adalah 37 derajat celcius se-

dangkan pada malam hari yaitu 23,6 derajat celcius. Letak geografis yang

berbeda- beda yaitu daratan, pantai, dan sungai.

Mata pencaharian dan prilaku penduduk juga berbeda-beda jika di tin-

jau dari wilayah lingkungan V. Secara geografis Kelurahan Molas Ling-

kungan V berbatasan dengan 4 lingkungan di sebelah barat, timur berbata-

san dengan kelurahan Bailang, selatan berbatasan dengan sungai, dan utara

berbatasan dengan lingkungan 4.

36
b. Visi dan Misi Kelurahan Molas Lingkungan V

1. Visi Kelurahan Molas Lingkungan V

Manado kota ekowisata

2. Misi Kelurahan Molas Lingkungan V

Menjadikan manado sebagai kota yang menyenangkan.

c. data statistik

Jumlah pegawai di Kelurahan Molas Lingkungan V sebanyak : 5 peg-

awai. Menurut jenis kelamin :

Laki-laki : 3 jiwa

Perempuan : 2 jiwa

B. Karakteristik Responden

1. Distribusi responden berdasarkan umur

Tabel 5.1 Distribusi frequensi responden berdasarkan umur di Kelurahan


Molas Lingkungan V Kecamatan Bunaken Kota Manado Ta-
hun 2017

Umur Banyaknya Responden


Frequency (f) Percent (%)
60 – 74 Tahun 8 26,7
75 – 90 Tahun 20 66,6
> 90 Tahun 2 6,7
Total 30 100,0
Sumber Data Primer 2017

Berdasarkan data diatas umur terbanyak dalam penelitian ini adalah 75 -

90 tahun 20 responden (66,6%), dan terkecil > 90 tahun 2 responden

(6,7%).

37
2. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 5.2 Distribusi frequensi responden berdasarkan jenis kelamin di


Kelurahan Molas Lingkungan V Kecamatan Bunaken Kota
Manado tahun 2017

Jenis Kelamin Banyaknya Responden


Frequency (f) Percent (%)
Laki – laki 11 36,7
Perempuan 19 63,3
Total 30 100,0
Sumber Data Primer 2017

Berdasarkan data diatas jenis kelamin terbanyak dalam penelitian ini

adalah perempuan 19 responden (63,3%) dan terkecil laki-laki 11

responden (36,7%).

3. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan

Tabel 5.3 Distribusi frequensi responden berdasarkan pekerjaan di


Kelurahan Molas Lingkungan V Kecamatan Bunaken Kota
Manado Tahun 2017

Pekerjaan Banyaknya Responden


Frequency (f) Percent (%)
Swasta 2 6,8
Tukang 1 3,3
Nelayan 4 13,3
Tidak bekerja 4 13,3
IRT 19 63,3
Total 30 100,0
Sumber Data Primer 2017

Berdasarkan data diatas pekerjaan terbanyak dalam penelitian ini adalah

ibu rumah tangga (IRT) 19 responden (63,3%), dan terkecil Tukang 1

responden (3,3%).

38
4. Distribusi responden berdasarkan pendidikan

Tabel 5.4 Distribusi frequensi responden berdasarkan pendidikan di


Kelurahan Molas Lingkungan V Kecamatan Bunaken Kota
Manado Tahun 2017

Pendidikan Banyaknya Responden


Frequency (f) Percent (%)
Tidak sekolah 4 13,3
SD 16 53,4
SMP 7 23,3
SMA 3 10,0
Total 30 100,0
Sumber Data Primer 2017

Berdasarkan data diatas Pendidikan terbanyak dalam penelitian ini

adalah SD 16 responden (53,3%), dan terkecil SMA 3 responden

(10,0%).

C. Analisis Univariat

1. Distribusi berdasarkan Penataan Lingkungan Rumah

Tabel 5.5 Distribusi frequensi responden berdasarkan penataan


lingkungan rumah di Kelurahan Molas Lingkungan V
Kecamatan Bunaken Kota Manado tahun 2017

Penataan Banyaknya Responden


lingkungan rumah Frequency (f) Percent (%)
Baik 14 46,7
Kurang Baik 16 53,3
Total 30 100,0
Sumber Data Primer 2017

Berdasarkan data diatas penataan lingkungan rumah terbanyak dalam

penelitian ini adalah Kurang Baik 16 responden (53,3%), dan terkecil

baik 14 responden (46,7%).

39
2. Distribusi berdasarkan Resiko Jatuh

Tabel 5.6 Distribusi frequensi responden berdasarkan Resiko Jatuh di


Kelurahan Molas Lingkungan V Kecamatan Bunaken Kota
Manado Tahun 2017

Resiko Jatuh Banyaknya Responden


Frequency (f) Percent (%)
Resiko 21 70,0
Kurang Resiko 9 30,0
Total 30 100,0
Sumber Data Primer 2017

Berdasarkan data diatas Resiko jatuh terbanyak dalam penelitian ini

adalah Resiko 21 responden (70,0%), dan terkecil kurang Baik 9 re-

sponden (30,0%).

D. Analisis Bivariat

Tabel 5.7 Tabulasi silang hubungan penataan lingkungan rumah dengan


kejadian resiko jatuh pada lansia di Kelurahan Molas
Lingkungan V Kecamatan Bunaken Kota Manado Tahun 2017

Resiko Jatuh
Penataan Total
lingkungan rumah Resiko Kurang resiko
(f) (%) (f) (%) (f) (%)
Kurang baik 13 43,3 1 3,3 14 46,7
Baik 8 26,7 8 26,7 16 53,3
Total 21 70,0 9 30,0 30 100,0
Signifikan (p) = 0.017
Odd Ratio = 13.000
Sumber Data Primer, Tahun 2017

Berdasarkan tabel 5.7. dari hasil tabulasi silang Hubungan penataan

lingkungan rumah dengan kejadian resiko jatuh pada lansia di Kelurahan

Molas Lingkungan V Kecamatan Bunaken Kota Manado yang dilakukan

kepada 30 respoden diperoleh penataan lingkungan rumah kurang baik ter-

dapat 14 responden dengan penataan lingkungan rumah kurang baik ada 13

40
responden (14,3%) yang mengalami resiko dan dengan penataan lingkungan

rumah kurang baik ada 1 responden (3,3%) yang mengalami kurang resiko

sedangkan pada penataan lingkungan rumah baik terdapat 16 responden

dengan penataan lingkungan baik 8 responden (26,7%) yang mengalami

resiko dan dengan penataan lingkungan rumah baik ada 8 responden

(26,7%) yang mengalami resiko.

Hasil uji chi-square didapatkan adanya 2 sel yang memiliki nilai

frekuersi (expected count ) kurang dari 5 maka pembacaan hasil dilanjutkan

pada fisher Exact Test didapatkan nilai signifikan p=0,017 yang

menunjukkan bahwa nilai p value lebih kecil dari nilai α 0,05 sehingga

dapat disimpulkan terdapat Hubungan Penataan Lingkungan Rumah Dengan

Kejadian Resiko Jatuh Pada Lansia di Kelurahan Molas Lingkungan V

Kecamatan Bunaken Kota Manado. Sedangkan nilai Odd Ratio = 13,000

yang artinya hubungan penataan lingkungan rumah kurang baik 13 kali

untuk mengalami jatuh dibandingkan dengan penataan lingkungan rumah

yang baik.

E. Pembahasan

Hasil uji chi-square dilanjutkan pada Fisher Exact Test didapatkan nilai

p = 0,017 yang berarti lebih kecil dari α = 0,05 dengan demikian maka dapat

dikatakan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat hubungan

yang bermakna antara penataan lingkungan rumah dengan kejadian resiko

jatuh pada lansia di Kelurahan Molas Lingkungan V Kecamatan Bunaken

Kota Manado.

41
Selanjutnya Nilai Odds Rasio (OR) = 13,000 Menunjukkan bahwa

responden dengan penataaan lingkungan rumah yang kurang baik

mempunyai kemungkinan 13 kali untuk mengalami jatuh di bandingkan

dengan penataan rumah yang baik .

Dari analisa tabel silang didapatkan dari 14 responden yang menilai

penataan lingkungan rumah yang kurang baik terdapat 13 responden (

43,3%) yang resiko jatuh pada lansia dan kurang resiko sebanyak 1

responden (3,3%), responden yang menilai penataan lingkungan rumah

yang baik ditemukan resiko sebanyak 8 responden (26,7%) dan kurang

resiko sebanyak 8 responden (26,7%) dari 30 responden. Dalam penelitian

ini responden dengan angka tertinggi yaitu berjenis kelamin perempuan

yang mempunyai resiko jatuh sebanyak 19 lansia (63,3%). sedangkan

responden yang kategori umur yang tertinggi yakni lansia yang berusia 75-

90 tahun sebanyak 20 lansia (66,7%). Serta responden dengan pekerjaan

sebagai ibu rumah tangga (IRT) sebanyak 19 lansia (63,3%).

Penataan lingkungan yang kurang baik masi kurang resiko : di karenakan

keadaaan fisik, sistem inderanya, dan otot-otot lansia yang masi kuat dan

baik saat beraktifitas, serta pola hidupnya yang sehat dan lansia masi

berolahraga. Agar supaya lansia tidak mengalami resiko jatuh.

Penataan lingkungan rumah yang baik setara dengan resiko jatuh dan

kurang resiko jatuh : karena faktor instrinsik dan faktor esktrinsik, faktor

instrinsik seperti gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah,

kekakuan sendi. Sedangkan ekstrinsik seperti lantai licin dan tidak rata,

42
tersandung benda-benda, penglihatan kurang terang, dan sebagainya.

Adapun faktor yang lain seperti faktor umur dan jenis kelamin. Jenis

kelamin merupakan salah satu variabel yang dapat memprediksikan

keseimbangan lansia. Secara hormonal, lansia perempuan mengalami

monopause dimana terjadi penurunan hormon estrogen yang dapat

mengakibatkan tulang kehilangan kalsium sehingga mempengaruhi

keseimbangan. tetapi kejadian luka akibat jatuh pun juga meningkat

terutama pada usia 85 tahun.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang di lakukan arie

kurniawan hutomo, (2015) dengan berjudul “hubungan penataan lingkungan

rumah terhadap resiko jatuh pada lansia di Desa Karangwuni Wates Kulon

Progo”. Menyimpulkan bahwa Penataan lingkungan rumah aman sebanyak

14 rumah (33.3%), lansia yang mempunyai risiko jatuh sebanyak 37

(88.1%), ada hubungan antara penataan lingkungan rumah terhadap risiko

jatuh pada lansia di Desa Karangwuni Wates Kulon Progo dengan taraf

signifikan p-value sebesar 0,035 ( p<0,05).

Teori menurut (Darmojo, 2009), yaitu ada 2 faktor yang mempengaruhi

resiko jatuh antara lain:

1.faktor instrinsik yaitu dari dalam diri lanjut usia tersebut seperti gaya

berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi,

sinkope, dan dizziness

43
2. faktor ekstrinsik yaitu seperti lantai licin dan tidak rata, tersandung

benda-benda, penglihatan kurang terang, dan sebagainya

Jenis kelamin merupakan salah satu variabel yang dapat

memprediksikan keseimbangan lansia. Secara hormonal, lansia perempuan

mengalami monopause dimana terjadi penurunan hormon estrogen yang

dapat mengakibatkan tulang kehilangan kalsium sehingga mempengaruhi

keseimbangan ( Mauk dalam ahmanagara, 2012).

Menurut (Probosuseno, 2007), faktor yang paling sering dihubungkan

dengan kejadian jatuh pada lansia adalah lingkungan, seperti alat-alat atau

perlengkapan rumah tangga yang sudah tua, tidak stabil, atau tergeletak di

bawah tempat tidur atau WC yang rendah atau jongkok tempat berpegangan

yang tidak kuat atau tidak mudah dipegang. Faktor lingkungan terdiri dari

penerangan yang kurang, benda-benda dilantai (seperti tersandung karpet),

peralatan rumah yang tidak stabil, tangga tanpa pagar, tempat tidur dan

toilet yang terlalu rendah. Usia lanjut dapat memerlukan waktu dan

perawatan yang ekstra ketika berada dalam suatu situasi atau lingkungan

yang baru.

Faktor yang mempengaruhi keseimbangan dan mengakibatkan jatuh

pada lansia adalah lingkungan yang tidak aman, penggunaan alat bantu

jalan, alas kaki dan pakaian yang tidak tepat atau mengganggi (WHO dalam

Achmanagara, 2012). Menurut (Guslinda, 2011) lingkungan kurang kondusif atau

aman juga dapat berdampak menurunnya status mental dan fisik pada lansia.

Aspek yang mempengaruhi kesehatan yaitu fisik, kehidupan, kondisi jiwa,

44
dan indifidualistis. lingkungan yang mempengaruhi fisik terletak pada

pengaruh bentuk dan dimensi ruang terhadap kenyamanan dalam

beraktifitas, pada status mental lingkungan dapat mempengaruhi, pada saat

manusia berada pada suatu tempat dapat muncul perasaan risih, tegang,

tenang dan nyaman. berbagai hal dapat menjadi penyebab seperti suara,

perubahan warna atau cahaya, tekstur dari material dll. Sebagaimana

diungkapkan (Budiman, 2013), kriteria rumah sehat dan aman adalah harus

dapat menjauhkan penghuninya dari bahaya. Menurut (Darmojo, 2009)

lingkungan rumah yang aman untuk lanjut usia adalah lingkungan di dalam

rumah dan di luar rumah. Lingkungan yang tidak aman juga dapat dilihat

pada lingkungan rumah ruang tamu, kamar tidur, dapur, kamar mandi, dan

tangga atau lorong (APS Health Care, 2010). Biasanya usia lanjut yang

mengalami jatuh itu terjerembab (tergeletak di tanah atau pada tingkat yang

lebih rendah) secara tidak disengaja. Walaupun tidak semua kejadian jatuh

mengakibatkan luka atau memerlukan perawatan, tetapi kejadian luka akibat

jatuh pun juga meningkat terutama pada usia 85 tahun (Miller, 2012).

Asumsi dari peneliti sebagaimana hasil pembahasan diatas, penelitian ini

membuktikan bahwa, penataaan lingkungan rumah yang kurang baik lebih

tinggi dari pada penataan lingkungan rumah yang baik. Oleh karena itu

penataaan lingkungan rumah kurang baik dapat menyebabkan resiko jatuh

pada lansia. Terutama terjadi pada jenis kelamin perempuan ketimbang jenis

kelamin laki-laki. Karna lansia perempuan mengalami monopause dimana

terjadi penurunan hormon estrogen yang dapat mengakibatkan tulang

45
kehilangan kalsium. Dan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (IRT)

aktivitas nya lebih banyak dan lebih dominan beresiko jatuh dari pada

pekerjaaan lain, sebab itu ibu rumah tangga harus di perhatikan penataan

lingkungan rumah yang baik. Maka dari pada itu penataan lingkungan

rumah yang baik dapat mengurangi resiko jatuh pada lansia. Jadi langkah

untuk peneliti yaitu memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga lansia,

supaya keluarga lansia tahu bagaimana penataan lingkungan rumah yang

baik dan bisa menurunkan resiko jatuh pada lansia.

46
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian ini adalah ada

Hubungan Penataan Lingkungan Rumah Dengan Kejadian Resiko Jatuh Pada

Lansia di Kelurahan Molas Lingkungan V Kecamatan Bunaken Kota Manado.

1. Penataan lingkungan rumah sebagian besar kurang baik pada lansia di

Kelurahan Molas Lingkungan V Kecamatan Bunaken Kota Manado

2. Resiko jatuh pada lansia di Kelurahan Molas Lingkungan V Kecamatan

Bunaken Kota Manado sebagian besar mengalami resiko.

3. Ada hubungan Penataan Lingkungan Rumah Dengan Kejadian Resiko

Jatuh Pada Lansia di Kelurahan Molas Lingkungan V Kecamatan Bunaken

Kota Manado

B. SARAN

1. Institusi pendidikan

Bagi institusi pendidikan, menjadi acuan untuk mengembangkan ilmu

keperawatan, juga dapat di jadiakn referensi untuk membantu dalam

proses belajar mengajar dan penelitian di masa yang akan datang.

2. Bagi Keluarga

Dengan penelitian ini keluarga mendapatkan pengetahuan penataan

lingkungan rumah yang baik agar mencegah resiko jatuh pada lansia di

kelurahan Molas Lingkungan V Kecamatan Bunaken Kota Manado.

47
3. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam

bidang penelitian mengenai hubungan penataan lingkungan rumah

dengan kejadian resiko jatuh pada lansia dan merupakan salah satu

bacaan bagi peneliti berikut khususnya tentang penataan lingkungan

rumah yang baik agar mencegah resiko jatuh pada lansia .

48
DAFTAR PUSTAKA

Achmanagara, A.A.(2012). Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Dengan


keseimbangan Lansia di Desa Pamijen Sokaraja Banyumas. Skripsi Program
Studi Magister Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia,Depok.
APS Healthcare.(2010). Fall Prevention Program Resource Manual. North
Huntingdon: Southwestern PA Healthcare Quality Unit.
Arikunto,S. (2010). Posedur penelitian suatu pendekatan praktek.PT.Rineka
cipta, Jakarta.
Azizah, L.(2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Budiman.(2013). Pengantar Kesehatan Lingkungan dan Sikap dalam Penelitian
Kesehatan. Jakarta : EGC.

Darmojo, B.R, & Martono, H.H. (2009). Buku ajar Geriatrik: (Ilmu kesehatan
lanjut usia), Edisi 4 Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Darmojo, R.B., & Martono, H.H.(2009). Buku Ajar Geriatri. Edisi 4 Balai Perbit
FKUI:Jakarta.(2009). Geriatri. Jakarta : Yudistira.
Departemen Sosial. (2010). Pedoman Pendampingan dan Perawatan Lanjut Usia
di Lingkungan Keluarga (Home care). Jakarta: Departemen Sosial.
Elderberg, H, K. Evaluation and management of Fall Risk in Older Adult. New
York, 11(10): 1-40. (2013).
Friedman, M. Marilyn. (2010). Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik.
Jakarta : EGC.
Hidayat. A dan Aziz Alimul. (2011) .Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik
Analisa data. Jakarta : Salemba Medika.
Jamebozorgi, A, Dkk. (2013). Investigation of the Prevalent Fall-Related Risk
Factors of Fractures in Elderly Referred to Tehran Hospitals. Medical
journal of Islami Republic of Iran, 27 (1), 23-30.
Kandazani, Friedman. (2010). Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.
Lemier M, Silver I. (2008). Falls among Older Adults: Strategies for prevention.
Washington State Department of Health, 4-22.
Lubis,Lumongga. (2010). Perumahan Sehat. Jakarta : Depkes RI
Lumbuntobing. SM. (2009). Neorogeriatri. Jakarta : Balai penerbit FKUI.

49
Maryam, R. S., Dkk (2012). Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta:
Salemba Medika.
Miller, A.C.(2012). Nursing Care of Older Adult Theory and Practice.3 nd Ed.
Philadelpia : J.B.Lippincott.
Nugroho, Wahyudi.(2012). Keperawatan Gerontik Edisi Ketiga. Jakarta : EGC.
Nursalam. (2013). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu
keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Citra.
Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2013.Diakses: 09 mei 2017, dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%
20 2013.pdf.
Riyanto. (2011). Buku Ajar Metodologi Penelitian. Jakarta: EGC
Riyanto. (2012). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Potter & Perry.(2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses &
Praktek. Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika.
Probosuseno. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Edisi 2 : Jakarta.(2007).
Mengatasi “Isolation” pada Lanjut Usia.www.Geriatric & Internal Medicine
Consultation.Medicalzone Diakses tanggal: 13 April 2015.
Setiadi, (2013). Konsep penulisan Riset Keperawatan. Edisi2 Jogyakarta : Graha
Ilmu
Setianto, (2014). Pengaruh Aktifitas Sehari-hari Terhadap Keseimbangan Pada
Lansia, Jakarta : Unit Press.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D. Bandung:
Alfabeta.
Sudijono, A. (2013). Buku pengantar statistik. Pendidikan Raja Grafindo. Persada
edisi 3. Jakarta.
Sutomo. (2012). Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Risiko Jatuh
Pada Lansia Di Panti Werdha Wisma Mulia Jakarta Barat.
Stanley, M., & Patricia Gauntlett Beare, (2011). Buku ajar keperwatan gerontik
Edisi 2. Jakarta: EGC.
Stikes,M,M (2017). Buku Panduan Penulisan Skripsi: Sekolah
TinggiMuhammadiyah, Manado.

50
Stockslager, J. L. (2008). Buku saku asuhan keperawatan geriatrik. Jakarta :
EGC.
Tamher, S., & Noorkasiani. (2009). Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan
asuhan keperawatan. Jakarta : EGC.
Tinetti, M.E. (2009). Principles of geriatric medicine and gerontology (6th Ed).
USA: McGraw-Hill Companies.
Wahyudi. (2010). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Ed. 3. Jakarta: EGC

51
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4

FORMULIR PERMOHONAN
MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
HUBUNGAN PENATAAN LINGKUNGAN RUMAH DENGAN
KEJADIAN RESIKO JATUH PADA LANSIA DI
KELURAHAN MOLAS LINGKUNGAN V
KECAMATAN BUNAKEN
KOTA MANADO

NAMA: ARSYAD ARIF WIJAYA


NIRM: 1301122
Saya mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Manado sedang

mengadakan penelitian. Penelitian ini dibantu dengan menggunakan teknik

pengumpulan data melalui lembar observasi dan kuesioner.

Hasil penelitian ini tergantung jawaban yang saudara/i berikan, oleh karena itu

saya mohon kesediaan saudara untuk menjawab pertanyaan dengan sejujurnya.

Semua jawaban adalah benar, sejauh jawaban tersebut benar-benar

menggambarkan perasaan dan penghayatan saudara. Jawaban dan kerahasiaan

identitas saudara dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian serta

tidak akan disebarluaskan.

Saya sangat menghargai kesediaan, dan peran saudara/i,untuk itu saya

ucapkan terimakasih. Semoga jerih paya saudara/i dapat memberikan dukungan

untuk pengembangan ilmu keperawatan dan kinerja profesi keperawatan dimasa

akan datang.

Manado,................................2017
Peneliti

ARSYAD ARIF WIJAYA


Lampiran 5

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

HUBUNGAN PENATAAN LINGKUNGAN RUMAH DENGAN


KEJADIAN RESIKO JATUH PADA LANSIA DI
KELURAHAN MOLAS LINGKUNGAN V
KECAMATAN BUNAKEN
KOTA MANADO

NAMA: ARSYAD ARIF WIJAYA


NIRM: 1301122

Setelah menerima penjelasan maksud dan tujuan dari penelitian ini, maka

dengan penuh kesadaran dan, saya bersedia untuk ikut berpartisipasi sebagai

peserta/responden pada penelitian yang dilakukan Oleh ARSYAD ARIF

WIJAYA, mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Manado.

Tanda tangan saya dibawah ini menunjukan kesediaan saya menjadi

responden.

Manado,............................2017

Responden

(.........................)
Lampiran 6

LEMBAR OBSERVASI PENATAAN LINGKUNGAN RUMAH PADA


LANSIA

Berilah tanda ceklis (√), pada salah satu dari kotak yang menurut pendapat
anda.

1. YA=2

2.TIDAK=1

NO OBSERVASI YA=2 TIDAK=1

A PENCAHAYAAN

1 Penerangan rumah cukup

2 Cayaha Matahari dapat masuk ke dalam


rumah
B KAMAR MANDI

3 Kondisi lantai licin

4 Tempat buang air besar memakai kloset


duduk
5 Tempat sabun dapat di jangkau

6 Wc dekat kamar

C KAMAR TIDUR

7 tempat tidur lansia terlalu tinggi

8 Tempat tidur masi layak di pakai

9 Tempat tidur ada sefety bell

D DAPUR

10 penataan barang-barang di dapur rapi

11 Kondisi Lantai licin


E Letak prabotan rumah

12 Prabotan rumah dapat di jangkau

13 Prabotan rumah diletakkan sesuai pada


tempatnya.
14 Benda-benda berbahaya jauh dari jangkauan
Lampiran 7

KUESIONER RESIKO JATUH PADA LANSIA

Kode Responden :

Nama Responden :

Tanggal Pengisian :

Petunjuk Pengisian :

1. Beri tanda (√) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan jawaban anda.

2. Semua pernyataan harus dijawab peserta.

3. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan langsung pada peneliti.

A. Profil Responden Nama :

Petunjuk Pengisian : Beri tanda ceklist (√) pada jawaban yang dianggap benar.

.1. Jenis kelamin : ( ) laki-laki

( ) perempuan

2. Usia : ( ) 60-74 tahun ( ) 75-90 tahun ( ) diatas 90 tahun

3. Pendidikan Terakhir : ( ) Tidak sekolah ( ) SD ( ) SMP ( ) SMA ( ) Diploma

( ) Perguruan Tinggi

Berilah tanda ceklis (√), pada salah satu dari kontak yang menurut pendapat
anda.

1. YA=2

2. TIDAK=1

Tidak ada jawaban yang dianggap salah, semua JAWABAN ADALAH


TERJADI, Selama menggunakan DIRI SAUDARA/I
B. PERTANYAAN RESIKO JATUH

NO PERTANYAAN YA=2 TIDAK=1

ALAT BANTU
1 Apakah anda mengunakan alat bantu berjalan atau
dibantu keluarga?
2 Apakah anda mengunakan alat bantu seperti
tongkat?
3 Apakah anda mengunakan kursi roda?

4 Apakah anda menggunakan alas kaki didalam


rumah seperti sandal?
LINGKUNGAN

5 Apakah penerangan ruangan rumah cukup (tidak


gelap)?
6 Apakah sinar matahari dapat masuk kedalam
rumah?
7 Apakah lantai rumah licin?

8 Apakah penataan barang-barang didalam rumah


rapi tidak berantakan ?
9 Apakah didalam rumah ada tangga atau lantai yang
rata?
10 Apakah lantai kamar mandi anda licin?

11 Apakah tempat buang air besar tidak memakai


kloset duduk?
12 Apakah tempat tidur anda terlalu tinggi dan tidak
ada pagar?
13 Apakah WC dekat dengan kamar anda?

14 Apakah tempat duduk anda terlalu tinggi?

Keterangan:

1. Resiko ≥ 21 2.Tidak Resiko < 21

Sutomo (2012), Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Risiko Jatuh Pada
Lansia Di Panti Werdha Wisma Mulia Jakarta Barat.
Lampiran 8

MASTER TABEL

HUBUNGAN PENATAAN LINGKUNGAN RUMAH DENGAN


KEJADIAN RESIKO JATUH PADA LANSIA DI
KELURAHAN MOLAS LINGKUNGAN V
KECAMATAN BUNAKEN
KOTA MANADO

Penataan Resiko Jatuh


No Inisial Umur Jenis Pekerjaan Pendidikan Lingkungan
Resp Kelamin Rumah
Skor Kategori Skor Kategori

1 Tn.A K 1 1 2 2 24 1 20 2

2 Tn.R M 1 1 3 2 22 1 22 1

3 Tn.A M 2 1 3 2 24 1 24 1

4 Ny.H 1 2 5 1 20 2 22 1

5 Ny.M 1 2 5 3 22 1 22 1

6 Ny.S L 1 2 5 3 18 2 24 1

7 Tn.D 2 1 4 2 18 2 20 2

8 Tn.E I 1 1 1 4 20 2 18 2

9 Ny.J M 2 2 5 1 22 1 22 1

10 Ny.S T 1 2 5 2 18 2 24 1

11 Ny.C M 2 2 5 2 22 1 22 1

12 Ny.J T 1 2 5 2 24 1 24 1

13 Ny.L M 2 2 5 3 20 2 20 2
14 Tn.K 2 1 3 2 20 2 24 1

15 Ny.Y 2 2 5 3 22 1 22 1

16 Tn.N T 3 1 1 1 18 2 18 2

17 Ny.H T 2 2 5 2 22 1 22 1

18 Ny.O L 2 2 5 2 24 1 22 1

19 Ny.V L 2 2 5 2 20 2 22 1

20 Ny.Y B 2 2 5 2 22 1 22 1

21 Ny.D S 2 2 5 4 20 2 24 1

22 Ny.S P 2 2 5 3 24 1 22 1

23 Ny.M M 2 2 5 2 18 2 22 1

24 Tn. R D 2 1 4 3 18 2 18 2

25 Ny.S D 3 2 5 1 20 2 20 2

26 Tn. A M 2 1 4 2 20 2 20 2

27 Ny.S B 2 2 5 2 22 1 22 1

28 Tn. C R 2 1 4 4 18 2 22 1

29 Tn.B P 2 1 3 2 20 2 18 2

30 Ny.W Y 2 2 5 3 22 1 24 1
Keterangan:

A. Umur:

1. 60-74

2. 75-90

3. > 90

B. Jenis Kelamin:

1. Laki-Laki

2. Perempuan

C. Pekerjaan:

1. Swasta 5. IRT (ibu rumah tangga)

2. Tukang

3. Nelayan

4. Tidak bekerja

D. Pendidikan:

1. Tidak Sekolah

2. Pendidikan Dasar: SD-SMP

3. Pendidikan Menengah: SMA Sederajat

E. Penataan Lingkungan Rumah

1. Baik : Jika skore Jawaban ≥ 21

2. kurang Baik : jika skor jawaban < 21

D. Resiko Jatuh

1. Resiko : Jika Skor Jawaban ≥ 21

2. Kurang Resiko : Jika Skor Jawaban < 21


Lampiran 9

Hasil Uji Statistik

Frequency table

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 60-74 8 26.7 26.7 26.7

75-90 20 66.7 66.7 93.3

>90 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

jenis kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid laki-laki 11 36.7 36.7 36.7

perempuan 19 63.3 63.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid swasta 2 6.7 6.7 6.7

tukang 1 3.3 3.3 10.0

nelayan 4 13.3 13.3 23.3

tidak bekerja 4 13.3 13.3 36.7

IRT 19 63.3 63.3 100.0

Total 30 100.0 100.0


Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak sekolah 4 13.3 13.3 13.3

SD 16 53.3 53.3 66.7

smp 7 23.3 23.3 90.0

SMA Sederajat 3 10.0 10.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

penataan lingkungan rumah

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baik 14 46.7 46.7 46.7

kurang baik 16 53.3 53.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

resiko jatuh

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid resiko 21 70.0 70.0 70.0

kurang resiko 9 30.0 30.0 100.0

Total 30 100.0 100.0


Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

penataan lingkungan rumah


30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
* resiko jatuh

penataan lingkungan rumah * resiko jatuh Crosstabulation

resiko jatuh

resiko kurang resiko Total

penataan lingkungan rumah kurang baik Count 13 1 14

Expected Count 9.8 4.2 14.0

% of Total 43.3% 3.3% 46.7%

Baik Count 8 8 16

Expected Count 11.2 4.8 16.0

% of Total 26.7% 26.7% 53.3%

Total Count 21 9 30

Expected Count 21.0 9.0 30.0

% of Total 70.0% 30.0% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 6.531 1 .011
b
Continuity Correction 4.649 1 .031

Likelihood Ratio 7.266 1 .007

Fisher's Exact Test .017 .013

Linear-by-Linear Association 6.313 1 .012


b
N of Valid Cases 30

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,20.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for penataan


lingkungan rumah (baik / 13.000 1.360 124.297
kurang baik)

For cohort resiko jatuh =


1.857 1.114 3.096
resiko

For cohort resiko jatuh =


.143 .020 1.005
kurang resiko

N of Valid Cases 30
Lampiran 10

DOKUMENTASI PELAKSANAAN PENELITIAN


Lampiran
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai