Anda di halaman 1dari 6

REFLEKSI KASUS

Nama : Dea Amantha Azaria

NIPP : 2015 401 2 2032

Homebase : RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Pembimbing : dr. Siti Aminah TSE, Sp. KK, M.Kes

A. Identitas
Nama : Nn. HJ
Usia : 20 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjann : Mahasiswi
Alamat : Gamping, Yogyakarta
B. Rangkuman kasus
- Keluahan utama : Gatal-gatal di seluruh tubuh
- Riwayat penyakit Sekarang (RPS) :
Seorang perempuan berusia 20 tahun datang ke poli klinik kulit RS PKU
Muhammadiyah Gamping dengan keluhan gatal-gatal pada seluruh badan ±2 hari
yang lalu. Gatal awalnya ada di ektremitas bawah lalu menjalar ke ektremitas atas.
Jika malam hari semakin gatal, badan menjadi bengkak bentol-bentol seperti
digigit ulat, saat gatal badan terasa hangat dan bagian sendi menjadi nyeri.
Demam (-), batuk (+), pilek (-), maag (-), keputihan (-), serta BAK dan BAB
normal (+)
- Riwayat penyakit Dahulu (RPD) :
Riwayat penyakit serupa 3 tahun yang lalu
Riwayat asma, alergi obat, alergi makanan/minuman, alergi dingin/debu
disangkal.
- Riwayat Penyakit Keluarga (RPK) :
Riwayat penyakit serupa pada anggota keluarga disangkal.
Riwayat diabetes mellitus, asma, alergi makanan/minuman/obat/cuaca
dingin/debu disangkal.
- Riwayat Personal Sosial (RPSos) :
Pekerjaan sehari-hari pasien sebagai mahasiswi

- Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Status Generalis :
 Tanda Vital
- Tekanan Darah : Tidak dilakukan
- Nadi : Tidak dilakukan
- Pernafasan : Tidak dilakukan
- Suhu : Tidak dilakukan
Status Dermatologiskus :
 Inspeksi & Palpasi :
Pada ektremitas atas : Tampak patch eritema, multiple pada kedua
ektremitas atas
Pada ektremitas bawah : Tampak patch eritema, multiple pada kedua
ektremitas bawah
- Pemeriksaan penunjang (Tidak dilakukan)
- Tes darah (eosinofil), urin dan feses rutin (memastikan adanya fokus
infeksi tersembunyi)
- Tes eliminasi makanan: dengan cara menghentikan semua makanan yang
dicurigai untuk beberapa waktu, lalu mencobanya kembali satu per satu.
- Tes fisik: dingin (es batu) panas (air hangat)
- Test tusuk (Prick test)
Untuk mengetahui alergen yang telibat pada reaksi hipersensitivitas tipe I
(reaksi alergi tipe cepat) udara atau makanan pada kasus urtikaria.
Syarat :
- Bebas kortikosteroid sistemik maksimal 20mg/hari selama 1 minggu
- Bebas antihistamin minimal 3 hari
- Kondisi kulit yang akan ditempeli bebas dermatitis
- Sembuh dari urtikaria minimal 1 minggu
- Diagnosis kerja
Urtikaria akut
- Diagnosis banding
Urtikaria akut
Dermatitis kontak alergi
Ptyriasis rosea
Purpura anafilaktoid
- Terapi
R/ Ceitizine tab 10 mg no. VII
ʃ 0-0-1

R/ metilprednisolon tab 4 mg no. X


ʃ 1-1-0 pc

C. Evaluasi
Menurut Permenkes No. 5 tahun 2014, tingkat kemampuan dokter umum dalam
menangani kasus ini adalah 4A yaitu kompetensi yang harus dicapai pada saat lulus
dokter. Penyakit ini merupakan reaksi vaskular pada kulit akibat bermacam-macam
sebab. Sinonim penyakit ini adalah biduran, kaligata, hives, nettle rash. dapat terjadi
pada semua jenis kelamin dan berbagai kelompok umur serta penderita dengan
riwayat atopi lebih mudah terkena. Oleh karena itu pada kasus urtikaria merupakan
suatu penyakit yang harus dikuasai oleh dokter umum hingga pasien tersebut sembuh.

D. Analisis
- Bagaimana cara penegakkan diagnosis ?
- Serta penatalaksanaan pada kasus urtikaria ?

Penegakan Diagnostik (Assessment)


- Anamnesis
Keluhan
Pasien datang dengan keluhan biasanya gatal, rasa tersengat atau tertusuk. Gatal sedang-berat
di kulit yang disertai bentol-bentol di daerah wajah, tangan, kaki, atau hampir di seluruh
tubuh. Keluhan dapat juga disertai rasa panas seperti terbakar atau tertusuk. Kadang-kadang
terdapat keluhan sesak napas, nyeri perut, muntah-muntah, nyeri kepala, dan berdebar-debar
(gejala angioedema).
- Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Klasifikasi
1. Berdasarkan waktu berlangsungnya serangan, urtikaria dibedakan atas urtikaria
akut (< 6 minggu atau selama 4 minggu terus menerus) dan kronis (> 6 minggu).
2. Berdasarkan morfologi klinis, urtikaria dibedakan menjadi urtikaria papular
(papul), gutata (tetesan air) dan girata (besar-besar).
3. Berdasarkan luas dan dalamnya jaringan yang terkena, urtikaria dibedakan menjadi
urtikaria lokal (akibat gigitan serangga atau kontak), generalisata (umumnya
disebabkan oleh obat atau makanan) dan angioedema.
4. Berdasarkan penyebab dan mekanisme terjadinya, urtikaria dapat dibedakan
menjadi:
a. Urtikaria imunologik, yang dibagi lagi menjadi:
- Keterlibatan IgE -> reaksi hipersensitifitas tipe I (Coombs and Gell) yaitu
pada atopi dan adanya antigen spesifik.
- Keikutsertaan komplemen -> reaksi hipersensitifitas tipe II dan III
(Coombs and Gell), dan genetik.
- Urtikaria kontak -> reaksi hipersensitifitas tipe 4 (Coombs and Gell).
b. Urtikaria non-imunologik (obat golongan opiat, NSAID, aspirin serta
trauma fisik).
c. Urtikaria idiopatik (tidak jelas penyebab dan mekanismenya).

- Pemeriksaan Fisik
Lesi kulit yang didapatkan:
1. Ruam atau patch eritema.
2. Berbatas tegas.
3. Bagian tengah tampak pucat.
4. Bentuk papul dengan ukuran bervariasi, mulai dari papular hingga plakat.
5. Kadang-kadang disertai demografisme, berupa edema linier di kulit yang terkena
goresan benda tumpul, timbul dalam waktu lebih kurang 30menit.
6. Pada lokasi tekanan dapat timbul lesi urtika.
7. Tanda lain dapat berupa lesi bekas garukan.
Pemeriksaan fisik perlu dilengkapi dengan pemeriksaan lainnya, misalnya pemeriksaan gigi,
THT, dan sebagainya untuk menyingkirkan adanya infeksi fokal.
- Tempat predileksi
Bisa terbatas di lokasi tertentu, namun dapat generalisata bahkan sampai terjadi angioedema
pada wajah atau bagian ekstremitas
Prinsip penatalaksanaan
Tata laksana pada layanan primer dilakukan dengan first-line therapy, yaitu memberikan
edukasi pasien tentang penyakit urtikaria (penyebab dan prognosis) dan terapi farmakologis
sederhana.
- Urtikaria akut
Atasi keadaan akut terutama pada angioedema karena dapat terjadi obstruksi saluran napas.
Penanganan dapat dilakukan di Unit Gawat Darurat bersama-sama dengan atau
dikonsultasikan ke Spesialis THT.
Bila disertai obstruksi saluran napas, diindikasikan pemberian epinefrin subkutan yang
dilanjutkan dengan pemberian kortikosteroid Prednison 60-80 mg/hari selama 3 hari, dosis
diturunkan 5-10 mg/hari.
- Urtikaria kronik
a. Pasien menghindari penyebab yang dapat menimbulkan urtikaria, seperti:
1. Kondisi yang terlalu panas, stres, alkohol, dan agen fisik.
2. Penggunaan antibiotik penisilin, aspirin, NSAID, dan ACE inhibitor.
3. Agen lain yang diperkirakan dapat menyebabkan urtikaria.
b. Pemberian farmakoterapi dengan:
1. Antihistamin (AH) oral nonsedatif, misalnya Loratadin 10 mg/hari pemakaian 1 x
sehari selama 1 minggu.
2. Bila tidak berhasil dikombinasi dengan Hidroksizin 3 x 25 mg atau
diphenhydramine 4 x 25-50 mg / hari selama 1 minggu.
3. Apabila urtikaria karena dingin, diberikan Siproheptadin (3 x 4 mg) lebih efektif
selama 1 minggu terus menerus.
4. Antipruritus topikal: cooling antipruritic lotion, seperti krim menthol 1% atau 2%
selama 1 minggu terus menerus.
5. Apabila terjadi angioedema atau urtikaria generalisata, dapat diberikan Prednison
oral 60-80 mg mg per hari dalam 3 kali pemberian selama 3 hari dan dosis diturunkan
5-10 mg/hari.
Faktor Risiko
1. Riwayat atopi pada diri dan keluarga.
2. Riwayat alergi.
3. Riwayat trauma fisik pada aktifitas.
4. Riwayat gigitan/sengatan serangga.
5. Konsumsi obat-obatan (NSAID, antibiotik – tersering penisilin, diuretik, imunisasi, injeksi,
hormon, pencahar, dan sebagainya).
6. Konsumsi makanan (telur, udang, ikan, kacang, dan sebagainya).
7. Riwayat infeksi dan infestasi parasit.
8. Penyakit autoimun dan kolagen.
9. Usia rata-rata adalah 35 tahun.
10. Riwayat trauma faktor fisik (panas, dingin, sinar matahari, sinar UV, radiasi).

Konseling dan Edukasi


Pasien dan keluarga diberitahu mengenai:
a. Prinsip pengobatan adalah identifikasi dan eliminasi faktor penyebab urtikaria.
b. Penyebab urtikaria perlu menjadi perhatian setiap anggota keluarga.
c. Pasien dapat sembuh sempurna.
Kriteria Rujukan
a. Rujukan ke spesialis bila ditemukan fokus infeksi.
b. Jika urtikaria berlangsung kronik dan rekuren.
c. Jika pengobatan first-line therapy gagal.

E. Daftar pustaka
- Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan primer. 2014.
- http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-bik34125110332full.pdf
- https://www.scribd.com/doc/285737096/jurnal-urtikaria

Anda mungkin juga menyukai