Anda di halaman 1dari 6

Asersi tentang keberadaan atau keterjadian (existence or occurance) berhubungan dengan

apakah aktiva atau uang entitas ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicatat telah
terjadi selama periode tertentu. sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa sediaan produk
jadi yang tercantum dalam neraca adalah tersedia untuk dijual. Begitu pula, manajemen mambuat
asersi bahwa penjualan dalam laporan laba-rugi menunjukkan pertukaran barang atau jasa dengan
kas atau aktiva bentuk lain (misalnya piutang) dengan pelanggan.
Contoh : hlm 518, 533, 636, 719, 727, 745, 792, 796, 818, 843, 869, 885
Asersi tentang kelengkapan (completeness) berhubungan dengan apakah semua transaksi dan
akun yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan telah dicantumkan di dalamnya. Sebagai
contoh, manajemen membuat asersi bahwa seluruh pembelian barang dan jasa dicatat dan
dicantumkan dalam laporan keuangan. Demikian pula, manajemen membuat asersi bahwa utang
usaha di neraca telah mencakup semua kewajiban entitas.
Asersi keakurasian berhubungan dengan apakah transaksi –transaksi telah dibukukan dalam
jumlah yang benar.
Asersi tentang hak dan kewajiban (rights and obligations) berhubungan dengan apakah aktiva
merupakan hak entitas dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu. Sebagai
contoh, manajemen membuat asersi bahwa jumlah sewa guna usaha (lease) yang dikapitalisasi di
neraca mencerminkan nilai perolehan hak entitas atas kekayaan yang disewa-guna-usahakan
(leased) dan utang sewa usaha yang bersangkutan mencerminkan suatu kewajiban entitas.
Contoh: 637, 728, 746, 749, 798,
Asersi tentang penilaian atau alokasi (valuation and allocation) berhubungan dengan apakah
komponen-komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya sudah dicantumkan dalam laporan
keuangan pada jumlah yang semestinya. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa aktiva
tetap dicatat berdasarkan harga pemerolehannya dan pemerolehan semacam itu secara sistematik
dialokasikan ke dalam periode-periode akuntansi yang semestinya. Demikian pula, manajemen
membuat asersi bahwa piutang usaha yang tercantum di neraca dinyatakan berdasarkan nilai bersih
yang dapat direalisasikan.
Contoh: 749, 798
Asersi tentang penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure) berhubungan
dengan apakah komponen-komponen tertentu laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan, dan
diungkapkan semestinya. Misalnya, manajemen membuat asersi bahwa kewajiban-kewajiban
yang diklasifikasikan sebagai utang jangka panjang di neraca tidak akan jatuh tempo dalam waktu
satu tahun. Demikain pula, manajemen mambuat asersi bahwa jumlah yang disajikan sebagai pos
luar biasa dalam laporan laba-rugi diklasifikasikan dan diungkapkan semestinya.

Jenis Bukti Audit


Mengingat jenis bukti audit bisa membantu dalam berbagai kegiatan auditing. Adapun beberapa
jenis-jenis yang termasuk kedalam bukti audit dan dinyatakan sangat penting, diantaranya :
1. Bukti Fisik
Bukti fisik merupakan bukti yang akan diperoleh oleh auditor secara langsung dengan melalui
pemeriksaan fisik di dalam proses audit itu sendiri. Misalnya, pemeriksaan fisik persediaan secara
langsung oleh auditor. Bukti ini merupakan salah satu bukti yang mungkin paling akurat di dalam
auditing. Sehingga jika anda memiliki bukti fisik. Maka tidak heran jika anda tidak perlu khawatir
apabila memiliki bukti fisik.
2. Bukti Matematis
Bukti matematis merupakan bukti yang diperoleh auditor melalui perhitungan langsung,
contohnya saja footing untuk penjumlahan vertikal dan cross footing untuk penjumlahan baik
secara horizontal ataupun sebaliknya. Bukti matematis ini mungkin perlu proses untuk
mendapatkannya. Bukti ini bersifat kuantitatif dan juga sesuai namanya yaitu matematis. Adanya
bukti ini memperjelas apakah pekerjaan klien anda teliti atau tidak dalam pembuatan jurnal.
3. Bukti Perbandingan
Bukti perbandingan biasa disebut dengan bukti rasio, dimana bukti ini digunakan oleh auditor
untuk menghitung rasio likuiditas, profitbilitas solvabilitas, quick ratio dan hal lainnya.
4. Bukti Dokumenter
Di jaman yang serba canggih seperti ini rasanya agak aneh jika tidak memiliki bukti dokumenter.
Terlepas dari kegiatan yang tidak terlalu penting layaknya auditing saja memiliki bukti
dokumenter. Apalagi mereka yang masuk ke dalam lingkup audit, selain pencatatan manual.
Dalam bukti dokumenter sendiri terbagi menjadi beberapa bagian diantarnya, bukti yang dibuat
oleh pihak luar dan dikirimkan langsung kepada tim auditor. Selain itu bukti yang sudah dibuat
pihak luar namun dikirim kepada auditor melalui kliennya. Terakir yakni bukti yang dibuat dan
disimpan oleh klien saja. Bukti yang pertama memiliki kredibilitas sangat tinggi dibanding bukti
dokumenter lainnya.
5. Catatan Akuntansi
Catatan akuntansi adalah sumber data yang bisa digunakan oleh auditor sebagai bukti audit.
Dimana, catatan ini merupakan hasil kerja yang telah dibuat oleh para akuntan. Sumber data yang
dimaksud merupakan dasar pembuatan laporan keuangan layaknya jurnal, dan sejenisnya.
Karena itulah catatan akuntansi dipergunakan untuk bukti yang bisa mendukung kegiatan auditing.
Terutama karena catatan merupakan sistem yang sudah pasti dilakukan semua akuntan dimanapun.
6. Bukti Pengendalian Internal
Bukti pengendalian internal adalah bukti yang paling kuat ketika melaksanakan audit. Mengapa
kuat ? karena kuat atau lemahnya pengendalian internalah seorang auditor bisa mendapatkan
banyak bukti yang bisa dikumpulkan olehnya. Contohnya, bila resiko pengendalian internal cukup
tinggi hal ni berarti resiko audit yang direncanakan harusnya rendah. Dengan judul pengendalian
cukup menjelaskan bahwa kegiatan dan bukti ini cukup sulit.
7. Bukti Surat
Bukti surat atau biasa disebut surat pernyataan tertulis merupakan surat yang telah ditandatangani
seorang individu yang bisa bertanggungjawab dan berpengetahuan mengenai kondisi atau kejadian
tertentu, dimana bukti tertulis bisa didapat dari manajemen ataupun sumber eksternal termasuk
bukti dari spesialis dan juga jurnal akuntan
Bukti tertulis merupakan bukti yang sampai saat ini masih akurat dan diperhitungkan
kebutuhannya. Surat pernyataan konsultan hukum klien, ahli teknik yang berkaitan dengan
kegiatan teknik operasional organisasi klien merupakan bukti yang berasal dari pihak ketiga. Bukti
tertulis juga dibuat oleh manajemen bisa berasal dari organisasi klien tersebut.
8. Bukti Lisan atau Wawancara
Bukti lisan atau wawancara merupakan bukti selanjutnya adalah hal audit. Auditor dalam
melaksanakan tugasnya banyak sekali berhubungan dengan manusia, sehingga ia memiliki
kesempatan untuk mengajukan pertanyaan secara lisan dan dalam bentuk wawancara. Masalah
dapat ditanyakan langsung pada pihak terkait meliputi kebijakan akuntansi, lokasi dokumen serta
adanya pelaksanaan yang tidak wajar terjadi. Hal ini akan lebih valid jika auditor tetap
melangsungkan wawancara demi mendapat jawaban dan bukti lisan
9. Bukti Konfirmasi
Bukti konfirmasi merupakan salah satu proses untuk memperoleh dan menilai suati komunikasi
langsung dari pihak ketiga atas jawaban permintaan informasi tentang unsur tertentu. Hal ini
mungkin sangat tinggi reliabilitasnya karena berisikan informasi dari pihak ketiga langsung baik
tulis maupun lisan.
Dalam konfirmasi sendiri ada yang memiliki nilai positif seperti halnya persetujuan, konfirmasi
negatif atau mereka yang menyatakan ketidaksetujuannya terhadap informasi yang telah
ditanyakan. Lalu terakhir adalah blank confirmation, dimana konfirmasi yang respondenya
diminta untuk memberikan informasi lain atau jawaban atas suatu hal yang sedang ditanyakan.
10. Bukti Analitik
Bukti analitik hampir serupa dengan bukti perandingan, karena bukti analitik meliputi juga
perbandingan atas pos tertentu antara laporan keuangan tahun berjalan dengan tahun yang sudah
lewat.
Dalam perusahaan terutama, tahun sebelumnyapun masih menjadi dasar dan acuan untuk
pertimbangan. Bukti ini dikumpulkan pada awal audit untuk menentukan objek pemeriksaan yang
memerlukan pemeriksaan mendalam.
11. Bukti Keterangan
Permintaan keterangan dalam sebuah prosedur audit merupakan hal yang wajar, dimana hal ini
dilakukan oleh auditor terhadap objek yang sudah dianggap memiliki informasi. Selain itu bukti
keterangan ini didasarkan pada adanya auditor yang memastikan buktinya pada para klien.
12. Bukti Penelusuran
Penelusuran dibutuhkan oleh para auditor mengingat terkadang pengumpulan bukti dilakukan oleh
auditor baik menggunakan dokumen ke catatan akuntansi ataupun sebaliknya. Bukti penelusuran
ini memudahkan para auditor dalam menemukan jenis bukti audit lain
13. Bukti Observasi
Bukti pengamatan merupakan salah satu bukti yang juga termasuk kedalam prosedur audit.
Dimana auditor memiliki kesempatan untuk melihat dan menyaksikan suatu kegiatan yang
berhubungan dengan pengumpulan bukti.
14. Bukti Perhitungan
Prosedur dan bukti perhitungan merupakan salah satu bukti fisik yang terpecah, yang dilakukan
dalam auditing. Auditor akan mendapatkan bukti setelah melakukan counting, tak jarang mereka
bahkan melakukannya sendiri untuk memastikan apakah hasil pekerjaan benar-benar real atau
adanya manipulasi yang tidak diinginkan.
Perhitungan ini sejenis dengan pengujian detail transaksi, hal ini berguna untuk mendapatkan
kebenaran transaksi, ketepatan otoritas transaksi akuntansi klien dan kebenaran. Jika auditor
memiliki keyakinan bahwa transaksi tersebut telah dicatat dengan tepat maka auditor dapat
meyakini bahwa saldo total buku besar tentulah benar
15. Bukti Inspeksi
Inspeksi merupakan pemeriksaan secara rinci, terhadap sebuah dokumen dan kondisi fisik yang
memiliki kaitan serta menghasilakn bukti untuk mendukung laporan keuangan.Bukti ini
dimasukan kedalam bukti dan prosedur dalam audit.
Bukti audit memiliki variasi yang cukup banyak pengaruhnya, sehingga auditor independen dalam
rangka memberikan pendapat mengenai laporan keuangan auditan. Relevansi, ketepatan waktu
serta real atau objektif merupakan bukti audit yang dibutuhkan dan juga diharapkan
Adanya cukup banyak jenis bukti audit ini menunjukan bahwa keuangan dan laporannya
merupakan hal yang harus memiliki perhatian ekstra, agar tidak terjadi kesalahan dan berujung
pada salah paham atau berimbasnya baik klien, karyawan atau auditor itu sendiri. Agar tidak terjadi
hal yang tidak diharapkan ketika dilakukan auditing.

Berikut ini adalah sepuluh jenis prosedur audit yang dilakukan pada saat pengauditan
1. Prosedur Analitis (analytical procedures)
Prosedur analitis terdiri dari penelitian dan perbandingan hubungan di antara data. Prosedur ini
meliputi:
 perhitungan dan penggunaan rasio-rasio sederhana;
 analisis vertikal atau laporan persentase;
 perbandingan jumlah yang sebenarnya dengan data historis atau anggaran; serta
 penggunaan model matematis dan statistik, seperti analisis regresi..
Prosedur analitis seringkali meliputi juga pengukuran kegiatan bisnis yang mendasari operasi serta
membandingkan ukuran-ukuran kunci ekonomi yang menggerakkan bisnis dengan hasil keuangan
terkait.
2. Inspeksi (inspecting)
Inspeksi meliputi pemeriksaan rinci terhadap dokumen dan catatan, serta pemeriksaan sumber
daya berwujud. Prosedur ini digunakan secara luas dalam auditing. Inspeksi seringkali digunakan
dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti bootom-up maupun top-down. Dengan melakukan
inspeksi atas dokumen, auditor dapat menentukan ketepatan persyaratan dalam faktur atau kontrak
yang memerlukan pengujian bottom-up atas akuntansi transaksi tersebut.
Istilah-istilah seperti me-review (reviewing), membaca (reading), dan memeriksa (examining)
adalah sinonim dengan menginspeksi dokumen dan catatan. Menginspeksi dokumen dapat
membuka jalan untuk mengevaluasi bukti documenter. Dengan demikian melalui inspeksi, auditor
dapat menilai keaslian dokumen, atau mungkin dapat mendeteksi keberadaan perubahaan atau
item-item yang dipertanyakan. Bentuk lain dari inspeksi adalah scanning atau memeriksa secara
tepat dan tidak terlampau teliti dokumen dan catatan.
3. Konfirmasi (confirming)
Meminta konfirmasi adalah bentuk permintaan keterangan yang memungkinkan auditor
memperoleh informasi secara langsung dari sumber independen di luar organisasi klien. Dalam
kasus yang lazim, klien membuat permintaan kepada pihak luar secara tertulis, namun auditor
yang mengendalikan pengiriman permintaan keterangan tersebut. Permintaan tersebut juga harus
meliputi instruksi berupa permintaan kepada penerima untuk mengirimkan tanggapannya secara
langsung kepada auditor. Konfirmasi menyediakan bukti bottom-up penting dan digunakan dalam
auditing karena bukti tersebut biasanya objektif dan berasal dari sumber yang independen.
4. Permintaan Keterangan (inquiring)
Permintaan keterangan meliputi permintaan keterangan secara lisan atau tertulis oleh auditor.
Permintaan keterangan tersebut biasanya ditujukan kepada manajemen atau karyawan, umumnya
berupa pertanyaan-pertanyaan yang timbul setelah dilaksanakannya prosedur analitis atau
permintaan keterangan yang berkaitan dengan keusangan persediaan atau piutang yang dapat
ditagih. Auditor juga dapat langsung meminta keterangan pada pihak eksteren, seperti permintaan
keterangan langsung kepada penasehat hokum klien tentang kemungkinan hasil litigasi. Hasil
permintaan keterangan dapat berupa bukti lisan atau bukti dalam bentuk representasi tertulis.
5. Perhitungan (counting)
Dua aplikasi yang paling umum dari perhitungan adalah perhitungan fisik sumber daya berwujud
seperti jumlah kas dan persediaan yang ada, dan akuntansi seluruh dokumen dengan nomor urut
yang telah dicetak. Yang pertama menyediakan cara untuk mengevaluasi bukti fisik tentang jumlah
yang ada, sedangkan yang kedua dapat dipandang sebagai penyediaan cara untuk mengevaluasi
pengendalian internal perusahaan melalui bukti yang objektif tentang kelengkapan catatan
akuntansi. Teknik perhitungan ini menyediakan bukti audit bottom-up, namun auditor seringkali
terdorong untuk memperoleh bukti top-down terlebih dahulu guna mendapatkan konteks ekonomi
dari prosedur perhitungan.
6. Penelusuran (tracing)
Dalam penelurusan (tracing) yang seringkali juga disebut sebagai penelusuran ulang, auditor
memilih dokumen yang dibuat pada saat transaksi dilaksanakan, dan menentukan bahwa informasi
yang diberikan oleh dokumen tersebut telah dicatat dengan benar dalam catatan akuntansi (jurnal
dan buku besar). Arah pengujian prosedur ini berawal dari dokumen menuju ke catatan akuntansi,
sehingga menelusuri kembali asal-usul aliran data melalui sistem akuntansi. Karena proesdur ini
memberikan keyakinan bahwa data yang berasal dari dokumen sumber pada akhirnya dicantumkan
dalam akun, maka secara khusus data ini sangat berguna untuk mendeteksi terjadinya salah saji
berupa penyajian yang lebih rendah dari yang seharusnya (understatement) dalam catatan
akuntansi.
7. Pemeriksaan Bukti Pendukung (vouching)
Pemeriksaan bukti (vouching) pendukung meliputi pemilihan ayat jurnal dalam catatan akuntansi,
dan mendapatkan serta memeriksa dokumentasi yang digunakan sebagai dasar ayat jurnal tersebut
untuk menentukan validitas dan ketelitian pencatatan akuntansi. Dalam melakukan vouching, arah
pengujian berlawanan dengan yang digunakan dalam tracing. Prosedur vouching digunakan secara
luas untuk mendeteksi adanya salah saji berupa penyajian yang lebih tinggi dari yang seharusnya
(overstatement) dalam catatan akuntansi.
8. Pengamatan (observing)
Pengamatan (observing) berkaitan dengan memperhatikan dan menyaksikan pelaksanaan
beberapa kegiatan atau proses. Kegiatan dapat berupa pemrosesan rutin jenis transaksi tertentu
seperti penerimaan kas, untuk melihat apakah para pekerja sedang melaksanakan tugas yang
diberikan sesuai dengan kebijakan dan prosedur perusahaan. Pengamatan terutama penting untunk
memperoleh pemahaman atas pengendalian internal. Auditor juga dapat mengamati kecermatan
seorang karyawan klien dalam melaksanakan pemeriksaan tahunan atas fisik persediaan.
Pengamatan yanf terakhir ini memberikan peluang untuk membedakan antara mengamati dan
menginspeksi.
9. Pelaksanaan Ulang (reperforming)
Salah satu prosedur audit yang penting adalah pelaksanaan ulang (reperforming) perhitungan dan
rekonsiliasi yang dibuat oleh klien. Misalnya menghitung ulang total jurnal, beban penyusutan,
bunga akrual dan diskon atau premi obligasi, perhitungan kuantitas dikalikan harga per unit pada
lembar ikhtisar persediaan, serta total pada skedul pendukung dan rekonsiliasi. Auditor juga dapat
melaksanakan ulang beberapa aspek pemrosesan transaksi tertentu untuk menentukan bahwa
pemrosesan awal telah sesuai dengan pengandalian intern yang telah dirumuskan. Sebagai contoh,
auditor dapat melaksanakan ulang pemeriksaan atas kredit pelanggan pada transaksi penjualan
untuk menentukan bahwa pelanggan memang memiliki kredit yang sesuai pada saat transaksi
tersebut diproses. Pemeriksaan ulang biasanya memberikan bukti bottom-up, dan dengan bukti
bottom-up lainnya, auditor dapat terlebih dahulu memahami konteks ekonomi untuk pengujian
audit tersebut.
10. Teknik Audit Berbantuan Komputer (computer-assisted audit techniques)
Apabila catatan akuntansi klien dilaksanakan melalui media elektronik, maka auditor dapat
menggunakan teknik audit berbantuan computer (computer-asssited audit techniques/CAAT)
untuk membantu melaksanakan beberapa prosedur yang telah diuraikan sebelumnya. Sebagai
contoh, auditor dapat menggunakan perangkat lunak komputer untuk melakukan hal-hal sebagai
berikut:
 Melaksanakan perhitungan dan perbandingan yang digunakan dalam prosedur analitis.
 Memilih sampel piutang usaha untuk konfirmasi.
 Mencari sebuah file dalam komputer untuk menentukan bahwa semua dokumen yang
berurutan telah dipertanggungjawabkan.
 Membandingkan elemen data dalam file-file yang berbeda untuk disesuaikan (seperti harga
yang tercantum dalam faktur dengan master file yang memuat harga-harga yang telah
disahkan)
 Memasukkan data uji dalam program klien untuk menentukan apakah aspek computer
 Melaksanakan ulang berbagai perhitungan seperti penjumlahan buku besar pembantu
piutang usaha atau file persediaan.

Anda mungkin juga menyukai