BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
gagal ginjal pada tahun 2012. Kemudian, diasumsikan terus akan mengalami
kenaikan dari tahun 2014 ke 2019 menjadi 100 ribu orang.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
Gambar II.1
Anatomi Ginjal
(Sumber: Smeltzer, 2002:1365)
7
Pada saat cairan, darah, serta zat-zat masuk ke dalam ginjal, semua bahan-
bahan itu akan difiltrasi di dalam glomerulus dan selanjutnya akan mengalir ke
dalam kapsula bowman dan masuk ke tubulus proksimal yang terletak di dalam
korteks ginjal. Dari tubulus proksimal, cairan akan mengalir ke ansa henle yang
masuk ke dalam medula renal, cairan masuk ke makula densa dan kemudian ke
tubulus distal, dari tubulus distal cairan masuk ke tubulus renalis arkuatus dan
tubulus koligentes kortikal dan masuk ke duktus yang lebih besar yaitu duktus
koligentes medula. Duktus koligentes bergabung membentuk duktus yang lebih
besar yang mengalir menuju pelvis renal melalui papila renal. Dari pelvis renal,
urine akan terdorong ke kandung kemih melalui saluran ureter dan dikeluarkan
melalui uretra.
2.2 Pengertian Gagal Ginjal Kronik
Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)
(Brunner & Suddarth, 2001).
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat
persisten dan irreversible. Sedangkan gangguan fungsi ginjal yaitu penurunan
laju filtrasi glomerulus yang dapat digolongkan dalam kategori ringan, sedang dan
berat (Mansjoer, 2007).
CRF (Chronic Renal Failure) merupakan gangguan fungsi ginjal yang
progresif dan irreversible, yang menyebabkan kemampuan tubuh gagal untuk
mempetahankan metabolisme dan keseimbangan cairan maupun elektrolit,
sehingga timbul gejala uremia yaitu retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah (Smeltzer, 2001).
10
Gambar Ginjal.
Sumber:http://faoj.files.wordpress.com
2.2.1 Etiologi
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak
nefron ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan
bilateral.
1) Infeksi, misalnya Pielonefritis kronik.
2) Penyakit peradangan, misalnya Glomerulonefritis.
3) Penyakit vaskuler hipertensif, misalnya Nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosis arteri renalis.
4) Gangguan jaringan penyambung, seperti lupus eritematosus sistemik (SLE),
poli arteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif.
5) Gangguan kongenital dan herediter, misalnya Penyakit ginjal polikistik,
asidosis tubuler ginjal.
6) Penyakit metabolik, seperti DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis.
7) Nefropati toksik, misalnya Penyalahgunaan analgetik, nefropati timbale.
8) Nefropati obstruktif
(1) Saluran Kemih bagian atas: Kalkuli neoplasma, fibrosis, netroperitoneal.
11
tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15
ml/menit atau lebih rendah itu.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia
dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk
sampah, akan semakin berat.
1. Gangguan Klirens Ginjal
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan
jumlah glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens
substansi darah yang sebenarnya dibersihkan oleh ginjal
Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat dideteksi dengan
mendapatkan urin 24-jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Menurut filtrasi
glomerulus (akibat tidak berfungsinya glomeruli) klirens kreatinin akan
menurunkan dan kadar kreatinin akan meningkat. Selain itu, kadar nitrogen
urea darah (BUN) biasanya meningkat. Kreatinin serum merupakan indicator
yang paling sensitif dari fungsi karena substansi ini diproduksi secara konstan
oleh tubuh. BUN tidak hanya dipengaruhi oleh penyakit renal, tetapi juga oleh
masukan protein dalam diet, katabolisme (jaringan dan luka RBC), dan
medikasi seperti steroid.
2. Retensi Cairan dan Ureum
Ginjal juga tidakmampu untuk mengkonsentrasi atau mengencerkan urin
secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai
terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari, tidak terjadi.
Pasien sering menahan natrium dan cairan, meningkatkan resiko terjadinya
edema, gagal jantung kongestif, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi
akibat aktivasi aksis rennin angiotensin dan kerja sama keduanya
meningkatkan sekresi aldosteron. Pasien lain mempunyai kecenderungan untuk
kwehilangan garam, mencetuskan resiko hipotensi dan hipovolemia. Episode
muntah dan diare menyebabkan penipisan air dan natrium, yang semakin
memperburuk status uremik.
3. Asidosis
14
2.2.3.1 Pathway
sumber: www.weenapurple.blogspot.com
16
2.2.4 Komplikasi
Menurut Brunner dan Suddarth, (2002 : 2365), komplikasi pada gagal
ginjal :
1) Hiperkalemia akibat penurunana ekskresi, asidosis metabolic, katabolisme
dan masukan diet berlebih.
2) Perikarditis, efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi produk
sampah uremik dan dialysis yang tidak adekuat
3) Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system rennin-
angiotensin-aldosteron
4) Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah
merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi toksin dna kehilangan drah
selama hemodialisa
5) Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar
kalsium serum yang rendah dan metabolisme vitamin D abnormal.
6) Asidosis metabolic
7) Osteodistropi ginjal
8) Sepsis
9) neuropati perifer
10) hiperuremia
2.2.5 Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
1) Pemeriksaan penurunan fungsi ginjal
(1) Ureum kreatinin.
(2) Asam urat serum.
2) Identifikasi etiologi gagal ginjal
(1) Analisis urin rutin
(2) Mikrobiologi urin
(3) Kimia darah
(4) Elektrolit
(5) Imunodiagnosis
3) Identifikasi perjalanan penyakit
(1) Progresifitas penurunan fungsi ginjal
17
Nilai normal :
Laki-laki : 97 - 137 mL/menit/1,73 m3 atau
0,93 - 1,32 mL/detik/m2
Wanita : 88-128 mL/menit/1,73 m3 atau
0,85 - 1,23 mL/detik/m2
- Hemopoesis : Hb, trobosit, fibrinogen, factor pembekuan
(1) Elektrolit : Na+, K+, HCO3-, Ca2+, PO42-, Mg+
(2) Endokrin : PTH dan T3,T4
(3) Pemeriksaan lain: berdasarkan indikasi terutama faktor
pemburuk ginjal, misalnya: infark miokard.
2. Diagnostik
1) Etiologi CKD dan terminal
(1) Foto polos abdomen.
(2) USG.
(3) Nefrotogram.
(4) Pielografi retrograde.
(5) Pielografi antegrade.
(6) Mictuating Cysto Urography (MCU).
1) Diagnosis pemburuk fungsi ginjal
RetRogram, dan USG.
18
5) Hipertensi
Bentuk hipertensi pada klien dengan GG berupa : volum dependen hipertensi,
tipe vasokonstriksi atau kombinasi keduanya. Program terapinya meliputi :
1). Restriksi garam dapur.
2). Diuresis dan Ultrafiltrasi.
3). Obat-obat antihipertensi.
3 Terapi pengganti
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5,
yaitu pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa
hemodialisis, dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal (Suwitra, 2006).
a. Dialisis yang meliputi :
1). Hemodialisa
Tindakan terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk mencegah gejala
toksik azotemia, dan malnutrisi. Tetapi terapi dialisis tidak boleh terlalu cepat
pada pasien GGK yang belum tahap akhir akan memperburuk faal ginjal
(LFG). Secara khusus, indikasi HD adalah
1. Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA untuk
sementara sampai fungsi ginjalnya pulih.
2. Pasien-pasien tersebut dinyatakan memerlukan hemodialisa apabila terdapat
indikasi:
1) Hiperkalemia > 17 mg/lt
2) Asidosis metabolik dengan pH darah < 7.2
3) Kegagalan terapi konservatif
4) Kadar ureum > 200 mg % dan keadaan gawat pasien uremia, asidosis
metabolik berat, hiperkalemia, perikarditis, efusi, edema paru ringan atau
berat atau kreatinin tinggi dalam darah dengan nilai kreatinin > 100 mg
%
5) Kelebihan cairan
6) Mual dan muntah hebat
7) BUN > 100 mg/ dl (BUN = 2,14 x nilai ureum )
8) preparat (gagal ginjal dengan kasus bedah )
9) Sindrom kelebihan air
22
2.3.1 Pengkajian
1) Identitas
Nama, Umur, Jenis kelamin, Suku bangsa, Pekerjaan, Pendidikan, Alamat,
Tanggal MRS, Diagnosis.
2) Keluhan Utama :
Keluhan yang dirasakan klien sebelum MRS dan saat MRS. Biasanya
klien mengeluh Badan lemah, cepat lelah, nampak sakit, pucat keabu-
abuan, kadang-kadang disertai udema ekstremitas, napas terengah-engah.
3) Riwayat Kesehatan :
(1) Riwayat kesehatan sekarang : Keluhan yang dirasakan klien sebelum MRS
dan saat MRS. Biasanya klien mengeluh cepat letih.
(2) Riwayat kesehatan dahulu : Mengkaji apakah klien pernah sakit seperti yang
dirasakan sekarang dan apakah pernah menderita HT atau penyakit keturunan
lainnya yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan klien.
(3) Riwayat kesehatan keluarga : Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan
adakah penyakit keturunan atau menular.
Airway
1) Lidah jatuh kebelakang
2) Benda asing/ darah pada rongga mulut
3) Adanya sekret
Breathing
1) pasien sesak nafas dan cepat letih
2) Pernafasan Kusmaul
3) Dispnea
4) Nafas berbau amoniak
Circulation
1) TD meningkat
2) Nadi kuat
3) Disritmia
4) Adanya peningkatan JVP
5) Terdapat edema pada ekstremitas bahkan anasarka
24
4) PENGKAJIAN SEKUNDER
Pemeriksaan sekunder dilakukan setelah memberikan pertolongan atau
penenganan pada pemeriksaan primer.
Intervensi Diagnosa 1
Tabel 2.1 intervensi dari Diagnosa 1
Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan kriteria hasil
Kelebihan Mempertahank 1. Kaji status
volume cairan an berat tubuh cairan, timbang 1. Pengkajian
berhubungan ideal BB, kaji turgor merupakan data
dengan tanpakelebihan kulit dan adanya dasar
penurunan cairaan. edema berkelanjutan
haluaran urin, Kreteri Hasil : 2. Anjurkan pasien untuk mementau
diet Edema membatasi perubahan dan
berlebih dan ekstermitas masukan cairan mengevaluasi
retensi cairan berkurang, 3. Identifikasi intervensi
serta natrium. produksi urin sumber potensi 2. .Pembatasan
meningkat. masukan cairan, cairan akan
medikasi dan menentukan BB
cairan yang ideal, haluaran
digunakan urin dan respon
untuk terhadap terapi
pengobatan oral 3. Sumber kelebihan
dan intravena, cairan yang tidak
makanan diketahui dapat
4. Jelaskan pada diidentifikasi
pasien dan 4. Pemehaman
keluarga meningkatkan
rasional kerjasama pasien
pembatasan dan keluarga
dalam pembatasan
27
cairan. cairan
5. Kenyamanan
5. Beritahu pasien pasien
dalam meningkatkan
menghadapi kepatuhan
ketidaknyamana terhadap
n akibat pembatasan diet
pembatasan
cairan
28
Intervensi Diagnosa 2.
Tabel 2.2 intervensi dari Diagnosa 2
Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria hasil
Penurunan Penurunan 1) Auskultasi 1)Adanya
curah jantung curah jantung bunyi jantung takikardia
berhubungan tidak terjadi dan paru frekuensi jantung
dengan beban dengan tidak teratur
jantung yang kriteria hasil : 2) Kaji adanya
meningkat. mempertahan hipertensi 2)Hipertensi dapat
kan curah terjadi karena
jantung gangguan pada
dengan bukti sistem aldosteron-
tekanan darah renin-angiotensin
dan frekuensi (disebabkan oleh
jantung 3) Selidiki keluhan disfungsi ginjal).
dalam batas nyeri dada, 3)HT dan GGK
normal, nadi perhatikanlokasi dapat
perifer kuat , rediasi, menyebabkan
dan sama beratnya (skala nyeri
dengan waktu 0-10)
pengisian 4) Kaji tingkat
kapiler aktivitas, respon 4)Kelelahan dapat
terhadap menyertai GGK
aktivitas juga anemia
29
Intervensi Diagnosa 3.
Tabel 2.3 intervensi dari Diagnosa 3
Diagnosa Tujuan dan
Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria hasil
Perubahan Mempertahanka 1) Awasi 1) Mengidentifikasi
nutrisi: kurang n masukan konsumsi kekurangan
dari kebutuhan nutrisi yang makanan / nutrisi
berhubungan adekuat dengan cairan 2) Gejala yang
dengan kriteria hasil: 2) Perhatikan menyertai
anoreksia, menunjukan BB adanya mual akumulasi toksin
mual, muntah stabil dan muntah endogen yang
3) Beikan dapat mengubah
makanan sedikit atau menurunkan
tapi sering pemasukan dan
4) Tingkatkan memerlukan
kunjungan oleh intervensi
orang terdekat 3) Porsi lebih kecil
selama makan dapat
5) Berikan meningkatkan
perawatan masukan
mulut sering makanan
4) Memberikan
pengalihan dan
meningkatkan
aspek social
5) Menurunkan
ketidaknyamanan
stomatitis oral
dan rasa tak
disukai dalam
mulut yang dapat
mempengaruhi
masukan
makanan
sirkulasi.
30
Intervensi Diagnosa 4.
Tabel 2.4 intervensi dari Diagnosa 4
Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria hasil
Perubahan Pola nafas 1) Auskultasi 1) Menyatakan
pola nafas kembali bunyi nafas, adanya
berhubungan normal / stabil, catat adanya pengumpulan
dengan tidak terjadi crakles secret
hiperventilasi apnue, RR 2) Ajarkan pasien 2) Membersihkan
sekunder: dalam batas batuk efektif jalan nafas dan
kompensasi normal dan nafas memudahkan
melalui dalam aliran O2
alkalosis 3) Atur posisi 3) Mencegah
respiratorik senyaman terjadinya sesak
mungkin nafas
4) Batasi untuk 4) Mengurangi beban
beraktivitas. kerja dan
mencegah
terjadinya sesak
atau hipoksia
Intervensi Diagnosa 5.
Tabel 2.5 intervensi dari Diagnosa 5
Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria hasil
Kerusakan Integritas kulit 1) Inspeksi kulit 1)Menandakan area
integritas kulit dapat terjaga terhadap perubahan sirkulasi buruk atau
berhubungan dengan kriteria warna, turgor, kerusakan yang dapat
dengan hasil : vaskuler, menimbulkan
pruritis - perhatikan kadanya pembentukan
Mempertahanka kemerahan dekubitus / infeksi.
n kulit utuh .
- Menunjukan 2)Mendeteksi adanya
perilaku / teknik 2) Pantau masukan dehidrasi atau hidrasi
untuk mencegah cairan dan hidrasi berlebihan yang
kerusakan kulit kulit dan membran mempengaruhi
mukosa sirkulasi dan integritas
jaringan
3) Inspeksi area 3) Jaringan udem lebih
tergantung cenderung rusak /
terhadap udem robek
4) Ubah posisi 4) Menurunkan tekanan
sesering mungkin pada edema , jaringan
dengan perfusi buruk
untuk menurunkan
iskemia
31
Intervensi Diagnosa 6.
Tabel 2.6 intervensi dari Diagnosa 6
Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria
hasil
Pasien 1) Kaji fektor yang 1) Menyediakan informasi
Intoleransi dapat menyebabkan tentang indikasi tingkat
aktivitas meningkat keletihan keletihan.
berhubungan kan
dengan aktivitas 2) Tingkatkan 2) Meningkatkan aktivitas
oksigenasi yang kemndirian dalam ringan / sedang dan
jaringan yang dapat aktivitas memperbaiki harga diri.
tidak adekuat, ditoleransi perawatan diri
keletihan yang dapat
ditoleransi ; bantu
jika keletihan
terjadi.
3) Anjurkan aktivitas 3) Mendorong latihan dan
alternative sambil aktivitas dalam batas-
istirahat. batas yang dapat
ditoleransi dan istirahat
yang adekuat.
4) Anjurkan untuk 4) Istirahat yang adekuat
istirahat setelah dianjurkan setelah
dialisis dialysis, yang bagi
banyak paisen sangat
melelahkan.
Sumber : Doengoes, (2002 : 777)
32
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada hari Selasa, 05 Mei 2015
pukul 08.00 WIB didapatkan data sebagai berikut.
3.1.1 Identitas Pasien
Pasien bernama Tn. A.S, pasien berusia 51 tahun, pasien berjenis kelamin
laki-laki, pasien beralamat di Jl. Panarung dan suku/bangsa pasien adalah
Jawa/Indonesia, Pasien menetap di Palangkaraya bersama anaknya, agama yang di
anut pasien yaitu agama Islam, Pekerjaan pasien yaitu swata, pasien sudah tidak
mampu bekerja keras lagi semenjak ia sakit, pendidikan terakhirnya yaitu S1,
pasien sudah menikah dan memiliki 2 orang anak, pasien masuk rumah sakit pada
tanggal 05 Mei 2015, dengan diagnosa medis Gaga ginjal kronik (GGK).
3.1.2 Riwayat Kesehatan / Perawatan Pre Hemodialisa
3.1.2.1 Keluhan Utama :
Pasien mengatakan, memang jadwal rutin Hemodialisa nya dua kali satu minggu
yaitu, setiap hari Selasa dan Jum`at dan merasa berat badannya terasa berat dan
ingin meguranginya.
3.1.2.2 Riwayat Penyakit sekarang :
Pasien mengatakan, pada tanggal 05 Mei 2015. Pasien datang ke ruang
Hemodialisa untuk mendapatkan terapi hemodialisa yang dijadwalkan pada hari
Selasa dan Jum`at. Sejak bulan Oktuber 2014. Pasien pernah masuk RS. dr. Doris
Sylvanus Palangkaraya di ruang aster, dari saat itu pasien didiagnosa gagal ginjal
kronik (GGK). Sampai saat sekarang rutin MRS ruang hemodialisa untuk
mendapatkan terapi hemodialisa.
35
36
Keterangan :
= Laki-laki = Meninggal
= Pasien
37
3.1.5.8 Post HD
1. keadaan Umum
Pasien tampak lemah, dan terbalut verban pada tangan kiri bekas akses
fistula.
2. Tanda-tanda vital
a. Suhu/T : 36,40C
b. nadi/HR : 80 x/mnt
c. Pernapasan/RR : 22 x/mnt
d. Tekanan darah/BP : 150/80 mmHg
e. BB Post HD : 72 kg
3.1.5.9 Perencanaan Pulang ( Discharge Planning) :
1. Obat-obatan yang disarankan/dibawa pulang/obat rutin
- amlodipine 10 mg 2x1, aloporinol 300 mg 1x1, forusemid 20 mg 1x1.
2. Makanan/ minuman yang dianjurkan(jumlah)
Nasi sedikit kering, sayur bening, wortel, dan air putih, air teh, minum
dibatasi
3. Rencana HD/kontrol selanjutnya :
Jadwal HD rutin pada hari Selasa dan Jum`at.
4. Catatn lain : Tidak ada.
40
5. Data penunnjang
- Gula darah : 26 mg/dL
- HB : 10,6 gr/dL
Mahasiswa,
( MUHAMMAD SAUKY)
NIM. 2012.C.04a.0316
41
BAB 4
PEMBAHASAN
Pelaksanaan asuhan keperawatan mengacu pada konsep dan teori yang sudah ada
dan teruji. Dalam BAB ini penulis mencoba membahas antara konsep dan kasus
yang ada, faktor penghambat dan faktor pendukung dalam pelaksanaan proses
asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada Selasa 05 Mei 2015 pukul
08.00 pada Tn.A.S dengan diagnosa medis gagal ginjal kronik (GGK) diruang
Hemodialisa BLUD. dr. Doris Sylvanus Palangkaraya.
4.1 Pengkajian
4.1.1 Keluhan Utama
Pengkajian adalah pendekatan yang sistematik untuk mengumpul datadan
menganalisisnya sehingga diketahui kebutuhan keperawatan klien yang terkait
dengan tanda dan gejala yang timbul sehubungan dengan penyakit yang diderita
klien (Carpenito,2001)
Berdasarkan teori menurut (Brunner & Suddarth 2002) data yang muncul
pada pengkajian kasus gangguan sistem perkemihan adalah badan lemah, cepat
lelah, nampak sakit, pucat keabu-abuan, kadang-kadang disertai udema
ekstremitas, napas terengah-engah, Oliguria/ anuria 100 cc/ hari, Oedema,
hipertensi, tachicardi, aritmia, peningkatan kalium, Peningkatan kalium,
peningkatan H+, PO, Ca, Mg, penurunan HCO3Halitosis, stomatitis, ginggivitis,
pengecapan menurun, nausea, anoreksia, vomitus, hematomisis, melena, gadtritis,
haus. edema paru, hiperventilasi, pernafasan kusmaul, penurunan berat badan
Hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 05 Mei 2015 terhadap
Tn.A.S penulis memperoleh data yaitu, Pasien mengatakan memang sudah jadwal
rutin hemodialisa nya pada setiap hari Selasa dan Jum`at dan merasa badannya
terasa berat dan ingin mengurangi dan mengatakan bengkak pada kakinya, dan
susah tidur pasien mengatakan tidur malam hanya 2 jam dan tidur siang 1 jam, TD
: 150/90 mmHg, Nadi : 90 X/ menit, Pernapasan pasien :22X/ menit, dan Suhu
pasien : 360C.
47
48
mentis, Pasien tampak asites (lingkar perut 95 cm), tampak edema pada
ekstermitas bawa, tampak lemah pitting odem derajat 2, kembali 5 detik, TTV
;TD : 150/90 mmHg, N : 90X/menit, R : 22 x/menit, S : 36 0c
cm), tampak edema pada ekstermitas bawa, tampak lemah pitting odem derajat 2,
kembali 5 detik, TTV ;TD : 150/90 mmHg, N : 90X/menit, R : 22 x/menit, S : 36
0
c yaitu, Menimbang BB pasien, Mengkaji k/u dan TTV, Mengkur intake dan
output pasien, mengajarkan pasien untuk tirah baring pada saat edema terjadi,
menganjurkan pasien minu berlebihan atau minum harus dengan sesuai anjuran
dan melakukan penkes tentang GGK dan diet yang dianjurkan, dengan criteria
hasil yang diharapkan adalah kelebihan volume cairan berkurang atau berat badan
kembali ideal dan produksi urine meningkat.
Hasil evaluasi yang dilakukan pada hari selasa, 05 Mei 2015, Pukul 11.00
wib di ruang Hemodialisa BLUD dr. Doris Slyvanus terhadap Tn. A.S didapatkan
hasil evaluasi pada diagnosa pertama yaitu kelebihan volume cairan saat
dilakukan evaluasi pasien mengatakan badannya terasa lebih ringan, Pasien
tampak lemah, tampak masih asites (lingkar perut 95 cm), tampak masih edema
pada ekstermitas bawah (kaki), BB kering 71 kg, BB post Hemodialisa 72, pitting
odem derajat 2, kembali 5 detik, TTV: TD: 150/80 mmHg, N: 80/ menit, RR:22x/
menit, S: 36,40C intervensi dipertahankan ( pasien pulang, pasien rutin
emodialisa kali 1 minggu) .
Hasil evaluasi pada diagnosa kedua gangguan pola tidur , belum teratasi
karena saat dilakukan evaluasi pasien mengatakan masih susah tidur, pasien
tampak lemah, tampak pucat, konjugtiva anemis, TTV: TD: 150/80 mmHg, N: 80/
menit, RR:22x/ menit, S: 36,40C intervensi dipertahankan ( pasien pulang, pasien
rutin hemodialisa kali 1 minggu) .
Dari hasil evaluasi data yang didapat dengan (dua) masalah yang di angkat
semuanya masalah belum teratasi namun pasien telah meninggal pada keesokan
harinya .Dari uraian diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa terdapat
kesamaan dalam evaluasi keperawatan antara teori dan kasus pada Tn. A.S, hal ini
dikarenakan masalah keperawatan atau diagnosa keperawatan yang ditemukan
pada hamper sama dengan masalah keperawatan yang ada pada teori. Maka hasil
yang dicapai pada evaluasi juga hampir sama.
Faktor pendukung dalam evaluasi keperawatan adalah karena adanya kerja
sama pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya dalam pelaksaan tindakan. Tidak
ada faktor penghambat dalam evaluasi.
53
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada bab ini penulis memberikan kesimpulan mengenai laporan studi
kasus yang membahas mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien dengan diagnosa medis gagal ginjal kronik khususnya pada Tn. A.S.
Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh
gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah) (Brunner & Suddarth, 2001).
Berdasarkan dari data pengkajian yang didapat pasien tampak lemah,
kesadaran compos mentis, tampak asites (lingkar perut 95 cm) ,tampak edema
pada ekstermitas bawah (kaki), tampak pucat, konjungtiva aemis, pasien cukup
rapi dan bersih, berbicara jelas, pasien berbaring di tempat tidur, terpasang akses
vaskuler fistula. Dari keluhan tersebut penulis menyimpulkan diagnose
keperawatan yang dapat diangkat antara lain kelebihan volume cairan dan
gangguan pola tidur hanya satu diagnose yang muncul pada teori yang sama
dengan Tn. A.S
Setelah dilaksanakan tindakan keperawatan pada Tn. A.S diharapakan
kelebihan volume cairan kembali teratasi, masalah gangguan pola tidur teratasi.
Evaluasi yang dilakukan bukan merupakan kesimpulan akhir dari tindakan
keperawatan karena setelah dilakukan evaluasi dengan diagnosa keperawatan
kelebihan volume cairan dan gangguan pola tidur keduanya belum teratasi namun
intervensi dipertahankan, karena pasien on Hemodialisa dengan jadwal 2 kali satu
minggu.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran kepada
pihak pendidik dan pelaksanaan keperawatan, diantaranya untuk :
53
54
5.2.1 Perawat
Bagi perawat diharapkan kepada perawat untuk melakukan tugas dengan
baik dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien Gagal ginjal kronik.
5.2.2 Institusi pendidikan
Bagi institusi pendidikan kiranya dapat memperbanyak koleksi buku edisi
terbaru tentang keperawatan, sehingga dapat menambah wawasan mahasiswa
tentang IPTEK terbaru Pelaksanaan asuhan keperawatan secara khusus pada
Gagal ginjal kronik.
5.2.3 Mahasiswa
Untuk mahasiswa diharapkan agar dalam penerapanasuhan keperawatan di
lahan praktik dapat dilakukan dengan benar-benar mulai dari pengkajian sampai
dengan pendokumentasian, dan dapat menerapkan semua ilmu keperawatan yang
telah di pelajari selama perkuliahan.
5.2.4 Pasien
Bagi pasien diharapkan dapat lebih memahami bagaimana penyakit Gagal
ginjal kronik dan bagaimana tanda dan gejala yang muncul serta bagaimana cara
pencegahannya. Diharapkan pasien untuk lebih menjaga kesehatan serta
mendapatkan pengetahuan yang bertambah mengenai penyakit CKD/Gagal ginjal
kronik.