Anda di halaman 1dari 7

BAB 3

PEMECAHAN MASALAH

3.1. Ringkasan Evidence Based untuk usulan strategi penyelesaian masalah


3.1.1. Artikel Penelitian
 Judul: ANALISIS SISTEM MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN ASI
EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CANDILAMA KOTA
SEMARANG
Penulis: Nur Alifah
Ringkasan:
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator penting dalam
menentukan tingkat kesehatan masyarakat dan MDG (Millennium Development
Goals) menargetkan AKB 23 per 1000 kelahiran hidup. Namun, faktanya data yang
didapatkan dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2007
masih didapatkan AKB 34 per 1000 kelahiran hidup (DEPKES, 2010). Untuk
provinsi Jawa Tengah, AKB tahun 2008 sebesar 9,27 per 1000 kelahiran hidup,
tahun 2009 10,28 per 1000 kelahiran hidup, dan tahun 2010 sebesar 10,62 per 1000
kelahiran hidup yang apabila dibandingkan dengan target MDG 2015 sudah
melampui target (Saragih, 2009). Namun, dari data tahunan didapatkan tren
kenaikan AKB.
Sementara berdasarkan Dinas Kesehatan Kota Semarang, AKB di Semarang dari
tahun 2007 – 2011 secara berurutan adalah 18,69 per 1000 kelahiran hidup, 19,71
per 1000 kelahiran hidup, 18,61 per 1000 kelahiran hidup, 16,82 per 1000 kelahiran
hidup, dan 12,15 per 1000 kelahiran hidup (DKK Provinsi Jateng, 2010). Dapat
dilihat bahwa didapatkan tren yang fluktuatif dengan hasil akhir yang menurun
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, namun angka ini masih lebih tinggi dari
rerata AKB di Jawa Tengah sehingga masih terdapat masalah dalam penangannya.
Pemberian ASI eksklusif memiliki manfaat yang penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak-anak, terutama dalam hal sistem imunitas tubuh. Walau begitu,
kesadaran para ibu dalam memberikan ASI eksklusif di Indonesia berkisar 14%
(DKK Semarang, 2011), sedangkan target nasional cakupan Pemberian ASI
Eksklusif adalah 80%.
Puskesmas selaku unit pelaksana teknis dinas kesehatan memiliki peran dalam
pelaksanaan program ASI Eksklusif, dan tidak terlepas dari peran manajemen
program. Hal ini meliputi P1 (Perencanaan), P2 (Penggerakan dan pelaksanaan), P3
(Pengendalian, pengawasan, dan penilaian), dalam satu kesatuan sistem yang terdiri
dari input (men, money, materials, methods, market, & machine), proses, output,
outcome. Outputnya adalah cakupan ASI eksklusif.
Sementara itu, berdasarkan data DKK kota Semarang, cakupan ASI eksklusif dari
tahun 2009 – 2011 adalah 24,53%, 25,10%, dan 24,19 %; masih sangat jauh dari
target cakupan ASI di Jawa Tengah yaitu 65%. Salah satu puskesmas yang memiliki
cakupan ASI eksklusif yang rendah selama 3 tahun terakhir adalah Puskesmas
Candilama dengan angka 2009 – 2011 sebesar 16,41%, 9,23%, dan 2,50%
(UNICEF, 2007).
Penelitian merupakan penelitian observasional. Jenis penelitian yang dilakukan
merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, yaitu penelitian yang
bersifat menemukan fakta atas data yang diperoleh dari hasil penelitian. Obyek yang
akan diteliti dalam penelitian ini adalah sistem manajemen program pemberian ASI
eksklusif dilihat dari ketersediaan input (SDM, dana, sarana, prasarana, dan SOP),
aspek perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan program
pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Candilama Kota Semarang.
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan:
1. Ketersediaan aspek input atau masukan, yang terdiri dari SDM (tim pelaksana)
kurang karena pekerjaan yang overload. Terkait dengan dana, puskesmas tidak
mengalokasikan dana khusus untuk kelancaran kegiatan program ASI Eksklusif,
hanya penggantian transport ke wilayah saat dilakukan promosi/penyuluhan.
Sarana yang ada hanya berupa laktasi kit yang jarang digunakan saat
pelaksanaan program, tanpa adanya poster, leaflet, ruangan laktasi. Belum
semua petugas mengetahui adanya SOP dan belum semua petugas menjalankan
SOP.
2. Variabel perencanaan , bahwa penyusunan rencana kegiatan belum seluruhnya
diterapkan sesuai dengan pedoman pelaksanaan manajemen tingkat puskesmas
3. Variabel pengorganisasian, yaitu tidak adanya tim khusus untuk melaksanakan
program, tidak memiliki job description yang khusus untuk pelaksana program,
dan koordinasi yang perlu ditingkatkan.
4. Variabel penggerak, yaitu dalam kegiatan lokakarya mini puskesmas belum
adanya pembahasan khusus mengenai program ASI Eksklusif.
5. Variabel pengawasan, yaitu pemantauan dilakukan dengan melihat pencatatan
dan pelaporan bulanan oleh petugas gizi. Masih dibutuhkan koordinasi antar
sesame petugas pelaksana. Selain itu perilaku ibu sulit diubah, sehingga tidak
hanya membutuhkan dukungan dari petugas kesehatan saja namun juga dari
keluarga.

Alifah, Nur. 2012. Analisis Sistem Manajemen Program Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah
Kerja Puskesmas Candilama Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat vol. 1 no. 2 hal. 97 –
107. Diunduh dari http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

DEPKES, 2010. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Diunduh dari http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream//123456789/1489/2/BK2010-
100212-A.pdf

Saragih, Erpinaria. 2009. Perilaku Ibu Primipara dalam Merawat bayi baru lahir di Keluarahan
Sukaraja Kecamatan Medan Maimun: Skripsi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Diunduh dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17142/5/Chapter%201.pdf

Dinas Kesehatan Provinsi Jateng Buku Saku. 2010. Diundu dari


http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/manajemen_informasi/bukusaku_2010.pdf

Dinas Kesehatan Kota Semarang. 2011. Hasil Kegiatan Anak.

UNICEF. 2007. ASI Eksklusif tekan Angka Kematian Bayi Indonesia.

3.1.2. Artikel Penelitian


 Judul: ANALISIS INPUT DAN LINGKUNGAN IBU MENYUSUI TERHADAP
PROGRAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF (Studi Kasus Puskesmas Pandanaran
Kota Semarang)
Penulis: Made Weny Juliani Wismantari, Chriswardani Suryawati, Septo Pawelas
Arso
Ringkasan:
Program pemberian ASI Eksklusis diselenggarakan di fasilitas pelayanan kesehatan
dengan tenaga kesehatan wajih memberikan edukasi dan informasi terkait ASI
ekslusif kepada ibu dan anggota keluarga dari bayi melalui penyuluhan, konseling,
dan pendampingan sejak masa kehamilan hingga masa pemberian ASI eksklusif
selesai. Namun, berdasarkan data RISKESDAS (2016) cakupan nasional ASI
eksklusif hanya sebesar 54%, sedangkan target capaian adalah 80%. Untuk kota
Semarang, cakupan ASI ekslusif tahun 2016 berdasarkan profil Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah sebesar 67,16%. Untuk mencapai cakupan nasional, walikota
Semarang telah mengesahkan Peraturan Walikota no. 7 tahun 2013 tentang
Peningkatan Pemberian ASI yang mencakup fasilitas pelayanan kesehatan seperti
puskesmas.Dari ke-37 puskesmas di kota Semarang, Puskesmas Pandanaran
memiliki cakupan ASI eksklusif terendah pada tahun 2017 sebesar 30,12%.
Keberlangsungan program ASI di puskesmas terkait dengan kerja dari petugas
pelaksana, sistem pencatatan serta pelaporan, serta lingkungan ibu menyusui yang
dapat mempengaruhi perilaku pemberian ASI (dukungan suami, keluarga,
masyarakat, dan pengaruh sosial budaya).
Penelitian merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif analitik.
Objek penelitian diantaranya SDM, sumber dana, sarana & prasarana serta metoda
program pemberian ASI eksklusif serta dukungan suami, keluarga, masyarakat, dan
pengaruh sosial budaya. Subjek penelitian dipilih dengan metode purposive
sampling.
Hasil penelitian yang didapat antara lain:
1. Variabel Input
Sumber daya yang dimiliki oleh puskesmas Pandanaran telah baik dalam
ketersediaan dan pengembangan pelatihan dari tenaga pelaksana (pelatihan gizi
dan kesehatan ibu anak, IMD, dan ASI eksklusif), dana yang tersedia dari BOK,
sarana & prasarana yang telah dimiliki dan dapat berfungsi dengan baik, serta
adanya SOP yang digunakan petugas dalam pelaksanaan kegiatan ASI eksklusif.
Hal yang menjadi kendala adalah letak ruang pojok laktasi yang menjadi satu
dengan ruang pelayanan KIA dan Gizi yang kurang strategis, sehingga ibu yang
datang jarang dapat menggunakan ruangan tersebut.
2. Variabel Lingkungan
a. Dukungan suami. Penelitian yang dilakukan oleh Ramadani (2010)
menyatakan bahwa ibu yang mendapat dukungan suami memberikan ASI
eksklusif 2 kali lipat lebih besar
b. Dukungan masyarakat, bahwa ibu menyusui menyatakan mendapatkan
dukungan terutama dari para kader. Selain menyarankan ASI, para kader
juga memberikan informasi terkait dengan ASI saat kunjungan rumah
ataupun posyandu. Wulandari (2017) menyatakan walaupun dukungan kader
tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku pemberian ASI eksklusif
namun kegiatan kader posyandu yang sering melakukan pemantauan dengan
mengunjungi para ibu menunjukkan dukungan yang baik.
c. Pengaruh sosial budaya, sebagian besar disebabkan karena ibu sibuk karena
pekerjaannya sehingga tidak dapat memberikan ASI. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Dahlan, dkk (2011) menyatakan bahwa bila status
ibu adalah bekerja, kemungkinan besar ibu tidak dapat memberikan ASI
eksklusif kepada bayi karena berkurangnya waktu. Kurangnya stimulasi
menyebabkan produksi ASI juga menurun sehingga bayi menjadi rewel dan
berakhir dengan ibu memberikan susu formula dan bubur beras merah pada
bayi usia < 6 bulan, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulianah
(2013) bahwa kemauan ibu ada namun terhenti karena adanya kendala.
Walau begitu, saat ini banyak metode yang dapat digunakan untuk mengatasi
hal ini denagn cara memompa dan menyimpan ASI saat ibu bekerja
(Wijayanti, 2015). Selain tempat kerja ibu yang mendukung dengan
tersedianya ruangan dan waktu untuk memompa ASI, dukungan dari rekan
kerja juga mendukung ibu untuk memberikan ASI eksklusif (Wulandari,
2017). Tenaga kesehatan puskesmas dapat memberikan informasi terkait
cara memompa dan menyimpan ASI yang baik dan benar untuk
meningkatkan antusiasme ibu terhadap pemberian ASI eksklusif.

Wismantari, Made Weny Juliani, dkk. 2018. ANALISIS INPUT DAN LINGKUNGAN IBU
MENYUSUI TERHADAP PROGRAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF (Studi Kasus
Puskemsas Pandanaran Kota Semarang). Jurnal Kesehatan Masyarakat vol. 6 no. 5. Diunduh dari
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Dahlan, dkk. 2011. Hubungan Status Pekerjaan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan
Palebon Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. J Unimus. Diunduh dari
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jur_bid/article/viewFile/1021/1069

Ramadani, M & Hadi E. 2010. Dukungan Suami dalam Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Air Tawar kota Padang. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional.

Wijayanti HS. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik Pemberian ASI di Wilayah Perkotaan,
Kelurahan Paseban, Jakarta. 2015;38(1):29-40.

Yulianah, N, dkk. 2013. Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, dan Kepercayaan Ibu dengan
Pemberian Asi Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bonto Cani Kabupaten Bone tahun 2013.
Universitas Hasanudin.

Wulandari, SMM. 2017. Hubungan Dukungan Kader Kesehatan terhadap Motivasi Ibu untuk
Memberikan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Asihan 1 Bantul. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.

3.2. Usulan Strategi Kegiatan Pemecahan Masalah

Anda mungkin juga menyukai