Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Mengacu pada esensi budaya, nilai budaya sehat merupakan bagian yang tak terpisahkan akan keberadaanya sebagai upaya mewujudkan hidup sehat dan merupakan bagian budaya yang ditemukan secara universal. Dari budaya pula, hidup sehat dapat ditelusuri melalui komponen pemahaman tentang sehat, sakit, derita akibat penyakit, cacat dan kematian, nilai yang dilaksanakan dan dipercaya serta diyakini itu, sesuai dengan pemahaman masyarakat sesuai dengan kebudayaan dan teknologi yang masyarakat miliki. Pemahaman terhadap keadaan sehat dan keadaan sakit tentunya berbeda di setiap masyarakat tergantung dari kebudayaan yang mereka miliki. Pada masa lalu, ketika pengetahuan tentang kesehatan masih belum berkembang, kebudayaan memaksa masyarakat untuk menempuh cara “trial and error” guna menyembuhkan segala jenis penyakit, meskipun resiko untuk mati masih terlalu besar bagi pasien. Kemudian perpaduan antara pengalaman empirical dengan konsep kesehatan ditambah juga dengan konsep budaya dalam hal kepercayaan merupakan konsep sehat tradisional secara kuratif.
2.1.1. Konsep Sehat, dan Sakit
Kesehatan menurut World Health Organization (WHO) adalah “a state of complete physical, mental, and social well being, and not merely the absence of desease or infirmity”. Yang artinya: “suatu keadaan lengkap dan baik secara fisik, mental, dan social, dan tidak semata-mata tidak hadirnya penyakit atau kelemahan tubuh saja”. Definisi ini umumnya digunakan oleh lembaga kesehatan, namun dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki tolok ukur sendiri melihat kondisi seseorang apakah dia dianggap sehat atau sakit. Orang akan pergi mencari pelayanan kesehatan ketika dia merasa dirinya sakit, namun dilain sisi terdapat seseorang yang sudah menderita penyakit tetapi dia tidak mau mencari pelayanan kesehatan karena merasa diriya baik-baik saja. Sebagai contoh, seorang karyawan suatu perusahaan yang terkena flu, dia akan segera mencari layanan kesehatan agar flunya sembuh dan tidak mengganggu aktivitas dia bekerja di kantornya, namun bagi petani yang tinggal di desa, ketika ia terkena flu dia tidak segera mencari solusi untuk mengobati flunya tersebut, karena petani ini menganggap flu adalah suatu hal yang wajar mengenai seseorang jika sedang terjadi pergantian musim, selagi si petani masih bisa bekerja dan pergi ke sawah maka dia merasa dirinya dalam keadaan sehat. Persepsi seseorang mengenai kondisi kesehatannya dipengaruhi oleh lingkungan social dan budayanya. Keadaan demikian juga dipengaruhi instink, pengalaman, dan apa yang mereka pelajari dari anggota masyarakat lingkungan sekitar mereka. Sakit bagi masyarakat Jawa lebih terkait dengan permasalahan fungsional- disfungsional dalam peran aktivitas social, selanjutnya Arnold Van Gennep mengemukakan dimana terdapat ritus peralihan dalam kehidupan individu. Sakit diare pada balita dalam masyarakat Jawa dianggap sebagai suatu pertanda akan adanya perubahan dalam diri balita tersebut, seperti menambah ketrampilan (akal-akal), ketrampilan berbicara, ketrampilan berlari (ngenteng-ngentengi), dll. Ada beberapa jenis penyakit yang tidak dianggap sakit oleh masyarakat Jawa, seperti: masuk angin, pilek/ umbelen (flu), sakit gigi, mumet, gudigen, yang kesemuanya itu merupakan bagian dari dunia anak-anak yang dianggap wajar.
2.1.2 Sistem Medis Sebagai Strategi Adaptasi Sosial-Budaya
Strategi adaptasi sosial budaya melahirkan sistem-sistem medis, tingkah laku, bentuk-bentuk kepercayaan yang berdasarkan budaya, yang timbul sebagai respon terhadap ancaman-ancaman yang disebabkan oleh penyakit. Sifat adaptif dari suatu system medis Nampak jelas dari definisi Dunn yang baru: “pola-pola dari pranata-pranata social dan tradisi-tradisi budaya yang menyangkut perilaku yang sengaja untuk meningkatkan kesehatan, meskipun hasil dari tingkahlaku tersebut belum tentu menghasilkan kesehatan yang baik”. Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa system medis merupakan hasil dari adanya gagasan yang melekat dalam diri masyarakat untuk merespon suatu penyakit, mereka menggunakan berbagai cara untuk menghilangkan sebuah penyakit yang diderita seseorang. Seperti dalam salah satu suku di Kalimantan yang ketika salah satu anggota suku terkena suatu penyakit misalnya “stroke” dan tidak bisa beraktivitas seperti biasanya, maka keluarga dan warga sekitar akan melakukan suatu upacara penyembuhan penyakit. Upacara ini dilakukan karena mereka menganggap si pasien yang tidak bisa menggerakan anggota tubuhnya (stroke) adalah karena ada sebagian jiwa dalam dirinya yang hilang, dan untuk memanggil jiwa itu kembali kepada si pasien maka perlu dilakukan upacara pemanggilan jiwa tersebut. Upacara ini melibatkan banyak orang dan banyak sesaji, untuk memanggil jiwa yang hilang mereka akan melakukan tarian-tarian khusus untuk memanggil roh-roh nenek moyang dan meminta restu. Sejatinya meskipun secara medis modern upacara ini tidak menyembuhkan pasien secara total, tetapi dalam suatu komunitas tersebut sudah menunjukan adanya solidaritas, serta upacara yang dilakukan memberikan dampak bagi kondisi psikis si pasien, setidaknya ia merasa lebih nyaman setelah diadakan upacara penyembuhan penyakitnya. Secara singkat, system medis adalah mencakup semua kepercayaan tentang usaha meningkatkan kesehatan, dan tindakan serta pengetahuan ilmiah maupun ketrampilan anggota-anggota kelompok yang mendukung system tersebut. Kita semua dapat melihat bagaimana suatu masyarakat menciptakan suatu strategi untuk menghadapi penyakit. Dalam usahanya untuk menanggulangi penyakit, manusia mengembangkan suatu kompleks yang luas dari pengetahuan, kepercayaan, teknik, adat-istiadat, ideology dan lambing-lambang yang saling berkaitan dan membentuk suatu system yang saling menguatkan dan saling membantu. Kompleks yang luas tersebut dan hal-hal yang lain membentuk suatu system medis. Sesuai pengertian dari Foster dan Anderson, merinci suatu system medis dalam dua bagian, yaitu : 1. Sistem teori penyakit Sistem teori penyakit meliputi kepercayaan-kepercayaan mengenai ciri-ciri sehat, sebab-sebab sakit, serta pengobatan dan teknik penyembuhan lain yang digunakan oleh para dokter , Sistem- sistem teori penyakit berkenaan dengan kausalitas, penjelasan yang diberikan penduduk mengenai hilangnya kesehatan, dan penjelasan mengenai pelanggaran tabu, mengenai kehilangan jiwa orang, mengenai gangguan keseimbangan unsur panas dingin dalam tubuh atau kegagalan sistem imun terhadap virus. Dengan demikian, suatu sistem teori penyakit merupakan suatu sistem ide konseptual, suatu konstruk intelektual, bagian dari orientasi kognitif anggota-anggota kelompok tersebut. Sistem teori penyakit menjelaskan kepada kita bagaimana suatu kelompok memaknai sakit, terdapat suatu kelompok masyarakat yang percaya ketika seseorang sakit itu dikarenakan orang tersebut telah melanggar tabu, misalnya menebang pohon besar dihutan yang mengakibatkan penghuni pohon marah dan mengganggu orang tersebut, sehingga orang tersebut jatuh sakit. Kelompok masyarakat yang masih mempercayai adanya gangguan makhluk halus yang menyebabkan seseorang sakit memberikan dampak konservatif untuk lingkungan, dimana pada akhirnya suatu anggota kelompok tidak dengan semena-mena menebang pohon dihutan. Dengan system teori penyakit maka selanjutkan dilakukan
2. Sistem perawatan kesehatan.
Sistem perawatan kesehatan memperhatikan cara-cara yang dilakukan oleh berbagai masyarakat untuk merawat orang sakit dan untuk memanfaatkan pengetahuan tentang penyakit untuk menolong pasien. Suatu sistem perawatan kesehatan merefleksikan sistem penyebab penyakit, dengan ini dapat menentukan keputusan yang diambil dan tindakan yang diambil dalam menangani pasien. Dengan adanya teori penyakit dapat membantu masyarakat untuk menentukan perawatan kesehatan mereka, ketika seseorang terkena penyakit dari gangguan makhluk halus maka mereka dapat memutuskan system perawatan kesehatan dengan cara melakukan upacara penyembuhan serta pemberian sesaji kepada makhluk halus. Namun, untuk masyarakat modern ketika pemikiran mereka tentang penyakit dikatakan lebuh realistis, mereka juga akan mencari layanan kesehatan sesuai dengan pemahaman mereka. Sistem medis tradisional secara khusus terbagi menjadi dua tipe berdasarkan system etiologi penyakit, yang pertama yaitu system medis personalistik dimana dalam system medis ini masyarakat percaya bahwa penyakit datang dari agen-agen personal yang aktif, seperti makhluk supranatural (makhluk gaib), makhluk bukan manusia (hantu, ruh leluhur, roh jahat), maupun makhluk manusia (tukang sihir, tukang tenung) dimana orang sakit adalah korban dari adanya agen-agen aktif tersebut. Kemudian, system medis naturalistic dimana penyakit (illness) dijelaskan dengan istilah sistemik pribadi, mengakui adanya system keseimbangan dalam tubuh, seperti panas, dingin, cairan tubuh, yin dan yang, berada dalam keadaan yang seimbang menurut usia dan lingkungannya. Apabila keseimbangan terganggu maka akan menyebabkan suatu penyakit. Sebagai contoh pengaruh kebudayaan terhadap masalah kesehatan adalah penggunaan kunyit dan “tude bombang” sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit kuning (hepatitis) di kalangan masyarakat Indonesia. Masyarakat menganggap bahwa warna penyakit pasti akan sesuai dengan warna obat yang telah disediakan oleh alam. Contoh yang lainnya adalah pengklaiman “poppo” sebagai penyebab kematian pasien yang menderita diare akut. Kemudian contoh lainnya adalah ditemukannya system drainase pada tahun 3000 SM di kebudayaan bangsa Cretans, dan bangsa Minoans. Ini menunjukkan bahwa kebudayaan dan pengetahuan serta teknologi sangat berpengaruh terhadap kesehatan 2.2. Hubungan Budaya, Agama dan Kesehatan 2.2.1. Pengertian Agama Agama adalah keyakinan yang dianut oleh individu dalam pedoman hidup mereka yang dianggap benar. Agama sangat menghargai seorang petugas kesehatan karena petugas ini adalah petugas Kemanusiaan yang sangat mulia. Dalam Ensiklopedi Indonesia dijelaskan pula tentang agama sebagai berikut. Agama (umum), manusia mengakui dalam agama adanya Yang Suci; Manusia itu insyaf bahwa ada suatu kekuasaan yang memungkinkan dan melebihi segala yang ada. Kekuasaan inilah yang dianggap sebagai asal atau Khalik segala yang ada. Maka Tuhan dianggap oleh manusia sebagai tenaga gaib di seluruh dunia dan dalam unsur-unsurnya atau sebagai khalik rohani. Pengertian agama dalam konsep Sosiologi adalah: kepercayaan terhadap hal-hal yang spiritual; perangkat kepercayaan dan praktik-praktik spiritual yang dianggap sebagai tujuan tersendiri; dan ideologi mengenai hal-hal yang bersifat supranatural. Dalam konsepsi ini, agama memiliki peranan yang paling penting dalam kehidupan manusia. Dalam kehidupan sosial, keberadaan lembaga agamasangat mempengaruhi perilaku manusia. Dengan agama manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. 2.2.2. Peran Keperawatan dalam Agama a. Peran Keperawatan dalam Islam Islam adalah salah satu agama yang diakui keberadaaannya di Indonesia. Jumlah penganut agama Islam di Indonesia sangat banyak dibandingan penganut agama non Islam. Islam adalah agama yang benar disisi Allah dan hamba-hambanya, sehingga Allah menurunkan Al-Qur’an untuk menjadi pedoman hidup bagi manusia(muslim) khusus untuk umat Nabi Muhammad Saw. Didalam Al-Qur’an ada ayat yang menerangkan bahwa salah satu tujuan diturunkannya Al-Qur’an adalah sebagai obat dan rohmat bagi orang – orang mukmin. Misalnya dengan ilmu8 kesehatan, ilmu ini zaman nabi pun ada tapi belum semaju sekarang karena adanya pengaruh globalisasi. Tokoh Islam yang terkenal di dunia kesehatan salah satunya yaitu Ibnu Sina.Islam sangat menyarankan untuk selalu menjaga kesehatan karena dengan jiwa yang sehat akan mempermudah sekali kita untuk beribadah kepada Allah karena tujuan kita diciptakan adalah untuk beribadah kapada-Nya.Islam menaruh perhatian yang besar sekali terhadap dunia kesehatan dan keperawatan guna menolong orang yang sakit dan meningkatkan kesehatan. Kesehatan merupakan modal utama untuk bekerja, beribadah dan melaksanakan aktivitas lainnya. Ajaran Islam yang selalu menekankan agar setiap orang memakan makanan yang baik dan halal menunjukkan apresiasi Islam terhadap kesehatan, sebab makanan merupakan salah satu penentu sehat tidaknya seseorang. "Wahai sekalian manusia, makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi. Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa yang baik- baik yang Kami rezekikan kepadamu" (QS al-Baqarah: l68, l72). Makanan yang baik dalam Islam, bukan saja saja makanan yang halal, tetapi juga makanan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan, baik zatnya, kualitasnya maupun ukuran atau takarannya. Makanan yang halal bahkan sangat enak sekalipun belum tentu baik bagi kesehatan.Sebagian besar penyakit berasal dari isi lambung, yaitu perut, sehingga apa saja isi perut kita sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Karena itu salah satu resep sehat Nabi Muhammad SAW adalah memelihara makanan dan ketika makan, porsinya harus proporsional, yakni masing-masing sepertiga untuk makanan, air dan udara (HR. Turmudzi dan al-Hakim)..Anjuran Islam untuk hidup bersih juga menunjukkan obsesi Islam untuk mewujudkan kesehatan masyarakat, sebab kebersihan pangkal kesehatan, dan kebersihan dipandang sebagai bagian dari iman. Itu sebabnya ajaran Islam sangat melarang pola hidup yang mengabaikan kebersihan, seperti buang kotoran dan sampah sembarangan, membuang sampah dan limbah di sungai/sumur yang airnya tidak mengalir dan sejenisnya. Islam sangat menekankan kesucian (al-thaharah), yaitu kebersihan atau kesucian lahir dan batin. Dengan hidup bersih, maka kesehatan akan semakin terjaga, sebab selain bersumber dari perut sendiri, penyakit seringkali berasal dari lingkungan yang kotor.
b. Perkembangan Keperawatan Masa Penyebaran Kristen
Agama Kristen juga memiliki peranan yang sangat penting dalam keperawatan dimana agama merupakan bagian utama yang tidak bias dipisahkan dari kehidupan seseorang. Dalam hal ini baik yang merawat maupun yang dirawat. Agama Kristen memandang bahwa seseorang yang sakit itu sebagai bentuk dari pertobatan. Maka dari itu dalam merawat seseorang harus memiliki iman yang kuat dalam niatnya.Tindakan medis dalam dunia keperawatan tidak menyertakan tuhan maka tindakan-tindakan yang dilakukan menjadi tidak terarah dan tidak akan tercapai sesuai dengan harapan yang kita inginkan.
c. Perkembangan keperawatan dalam Agama Budha
Agama budha mengajarkan kepada semua umatnya untuk menghargai makhluk hidup tanpa terkecuali dari sudut pandang itulah pemberian askep harus sesuai ajaran agama budha. Karena apabila tidak terpenuhi maka klien merasa tidak puas atas pelayanan perawat.
d. Perkembangan Keperawatan dalam Agama hindu
Dalam ajaran agama hindhu terdapat upacara manusia yajna. Upacara tersebut untuk membersihkn diri lahir batin serta memelihara secara rohaniah hidup manusia. Jika umat hindhu ada yang sakit dilakukan tradisi melukat sebagai sarana pembersihan diri dan pikiran untuk membuang sial biasanya juga diikuti mandi kelaut.
2.2.3. Aspek Sosial Budaya Yang Mempengaruhi Perilaku Proses Kesehatan
Prospek pengembangan pelayanan kesehatan yang berdasarkan pada perkembangan social budaya khusunya keperawat sangat cerah pada masa mendatang ditinjau dari kekayaan budaya di indonesia. Namun dapat menimbulkan masalah dalam penerapan pelayanan kesehatan ketika budaya tidak sesuai dengan penerapan asuahan keperawatan. Antara faktor penyokongnya tersedianya sumber kekayaan alam Indonesia dengan keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia, sejarah pengobatan tradisional yang telah dikenal lama oleh nenek moyang dan diamalkan secara turun temurun sehingga menjadi warisan budaya bangsa, isu global “back to nature” sehingga meningkatkan pasar produk herbal termasuk Indonesia, krisis moneter menyebabkan pengobatan tradisional menjadi pilihan utama bagi sebagian besar masyarakat dan kebijakan pemerintah. Social budaya erat kaitannya dengan pendekatan ilmu antropoligi yaitu Kata Antropologi berasal dari bahasa Yunani, anthropos dan logos. Anthropos berarti manusia dan logos berarti pikiran atau ilmu. Secara sederhana, Antropologi dapat dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari manusia. Tentunya kita akan semakin bertanya-tanya, begitu banyak ilmu yang mempelajari manusia. Menurut William A. Haviland, seorang antropologi Amerika, Antropologi adalah ilrnu pengetahuan yang mempelajari keanekaragaman manusia dan kebudayaannya. Dengan mempelajari kedua hal tersebut, Antropologi adalah studi yang berusaha menjelaskan tentang berbagai macam bentuk perbedaan dan persamaan dalam aneka ragam kebudayaan manusia. Berusaha mencapai sebuah pemahaman tentang manusia secara fisik, manusia dalam masyarakatnya, dan manusia dengan kebudayaannya. Secara praktis, Antropologi berusaha membangun suatu pandangan bahwa perbedaan manusia dan kebudayaannya merupakan suatu hal yang harus dapat diterima, bukan sebagai sumber konflik tetapi sebagai sumber pemahaman baru, agar secara terus-menerus manusia dapat merefleksikan dirinya. Secara praktis, kajian ilmu Antropologi dapat digunakan untuk membangun masyarakat dan kebudayaannya tanpa harus membuat masyarakat dan kebudayaan itu, kehilangan identitas atau tersingkir dari peradaban. Dengan demikian jelas bahwa prospek social budaya dalam pelayanan kesehatan khususnya keperawatan adalah untuk menerapkan pendekatan antropologi yang berorintasi pada keaneka ragaman budaya baik antar budaya maupaun lintas budaya terhadap asuhan keperawatan yang tidak membedakan perbedaan budaya dan melaksanakan sesuai dengan hati nurari dan sesuai dengan standar penerapan tanpa membedakan suku, ras, budaya, dan lain-lian Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21, termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakin besar. Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar negara (imigrasi) dimungkinkan, menyebabkan adaya pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan. Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang kuat, yang dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Perkembangan teori keperawatan terbagi menjadi 4 level perkembangan yaitu metha theory, grand theory, midle range theory dan practice theory.Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range theory adalah Transcultural Nursing Theory. Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep. keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai- nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan danbeberapa mengalami disorientasi. Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah ketika klien sedang mengalami nyeri. Pada beberapa daerah atau negaradiperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriak atau menangis. Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanya dengan meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan, maka ketika ia mendapati klien tersebut menangis atau berteriak, maka perawat akan memintanya untuk bersuara pelan- pelan, atau memintanya berdoa atau malah memarahi pasien karena dianggap telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.