Refarat VB
Refarat VB
Vaginosis bakterial merupakan penyebab paling sering dari keluhan duh tubuh vagina
dan keputihan yang bau, namun 50% pasien vaginosis bakterial tidak memberikan gejala apapun.
Vaginosis bakterial dapat memberikan komplikasi berupa infeksi traktus urinarius. Penyebab
perubahan mikrob yang khas ditemukan pada kasus vaginosis bakterial masih belum seluruhnya
diketahui, begitu juga kemungkinan penularan vaginosis bakterial melalui hubungan seksual
masih belum bisa ditegakkan. Pasien wanita dengan vaginosis bakterial mempunyai risiko lebih
tinggi terhadap penularan infeksi menular seksual (IMS) lainnya. Pada vaginosis bakterial dalam
kehamilan dapat mengakibatkan komplikasi berupa abortus, persalinan prematur, ketuban pecah
dini dan endometritis postpartum. (1)
Spesies Bacterioides dan peptococcus merupakan organisme yang paling sering dapat
diisolasikan dalam jumlah yang besar, sehingga simbiosis antara G. vaginalis dan bakteri
anaerob bersama-sama menimbulkan sindrom klinis. Oleh karena itu istilah sebelumnya sebagai
vaginitis non-spesifik (V.N.S) sulit diterima karena kedua organisme tersebut selalu ditemukan.
(1)
Secara klinis bakterial vaginosis bukan merupakan proses inflamasi, penegakan diagnosis
didukung oleh beberapa kriteria klinis dan pemeriksaan laboratorium sederhana. Kriteria yang
dikenal saat ini adalah kriteria Amsel dan pewarnaan Gram, yaitu kriteria Nugent dan kriteria
Spiegel. Berdasarkan Pedoman Diagnosis dan Terapi (PDT) Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
maka di RSUD Dr. Soetomo menggunakan kriteria Amsel dengan didapatkan keluhan cairan
vagina yang homogen dan berbau amis, dengan sedikit tanda peradangan dan pada pemeriksaan
laboratorium ditemukan sekret vagina berbau amis jika diteteskan KOH (tes whiff positif ), pH
sekret > 4,5 (4,7-5,7), dan pemeriksaan mikroskop ditemukan jumlah clue cells meningkat >20%
dari jumlah sel epitel, lekosit normal < 30/lapang pandang. Penegakan diagnosis vaginosis
bakterial apabila didapatkan 3 dari 4 kriteria Amsel. Penatalaksanaan bakterial vaginosis
diberikan pada semua pasien yang memberikan keluhan. Pada wanita tidak hamil, bakterial
vaginosis diobati dengan tujuan menghilangkan tanda dan gejala infeksi vagina dan mengurangi
risiko komplikasi infeksi. Pada wanita hamil tujuannya yaitu menurunkan risiko komplikasi
infeksi yang menyertai vaginosis bakterial selama kehamilan baik kepada ibu maupun janin.
Hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti yang menjadi pencetus terjadinya vaginosis
bakterial. (1)
1. BIKKK (Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin). 2014. Periodical of Dermatology
and Venereology. Studi Retrospektif :Vaginosis bacterial. Volume 26 Nomor 1.
Surabaya : Departemen Kesehatan kulit dan kelamin – RSUD Dr.Soetomo
2. Alice, et al. (2012). Screening for Bacterial Vaginosis at the Time of Intrauterine
Contraceptive Device Insertion: Is There a Role? http://www.jogc.com/abstracts/
full/201202_ Gynaecology_1.pdf. Diakses tanggal 2 Pebruari 2013.