Anda di halaman 1dari 5

PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA

(PMRI)

A. Sejarah PMRI
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan adaptasi
dari Realistic Mathematics Education (RME), teori pembelajaran yang
dikembangkan di Belanda sejak tahun 1970-an oleh Hans Freudenthal.
Sejarahnya PMRI dimulai dari usaha mereformasi pendidikan matematika
yang dilakukan oleh Tim PMRI (dimotori oleh Prof. RK Sembiring dkk)
sudah dilaksanakan secara resmi mulai tahun 1998, pada saat tim
memutuskan untuk mengirim sejumlah dosen pendidikan matematika dari
beberapa LPTK di Indonesia untuk mengambil program S3 dalam bidang
pendidikan matematika di Belanda.

B. Prinsip PMRI
Prinsip-prinsip PMRI adalah sebagai berikut :
1. Guided reinvention and didactical phenomenology
Karena matematika dalam belajar RME adalah sebagai aktivitas
manusia maka guided reinvention dapat diartikan bahwa siswa
hendaknya dalam belajar matematika harus diberikan kesempatan untuk
mengalami sendiri proses yang sama saat matematika ditemukan.
Prinsip ini dapat diinspirasikan dengan menggunakan prosedur secara
informal. Upaya ini akan tercapai jika pengajaran yang dilakukan
menggunakan situasi yang berupa fenomena-fenomena yang
mengandung konsep matematika dan nyata terhadap kehidupan siswa.
2. Progressive mathematization
Situasi yang berisikan fenomena yang dijadikan bahan dan area aplikasi
dalam pengajaran matematika haruslah berangkat dari keadaan yang
nyata terhadap siswa sebelum mencapai tingkat matematika secara
formal. Dalam hal ini dua macam matematisasi haruslah dijadikan dasar
untuk berangkat dari tingkat belajar matematika secara real ke tingkat
belajar matematika secara formal.
3. Self-developed models
Peran self-developed models merupakan jembatan bagi siswa dari
situasi real ke situasi konkrit atau dari informal matematika ke formal
matematika. Artinya siswa membuat model sendiri dalam
menyelesaikan masalah. Pertama adalah model suatu situasi yang dekat
dengan alam siswa. Dengan generalisasi dan formalisasi model tersebut
akan menjadi berubah menjadi model-of masalah tersebut. Model-of
akan bergeser menjadi model-for masalah yang sejenis. Pada akhirnya
akan menjadi model dalam formal matematika.

C. KARAKTERISTIK PMRI
PMRI mempunyai lima karakteristik yaitu:
1. Menggunakan masalah kontekstual
Masalah kontekstual sebagai aplikasi dan sebagai titik tolak dari mana
matematika yang diinginkan dapat muncul.
2. Menggunakan model atau jembatan dengan instrumen vertikal
Perhatian diarahkan pada pengembangan model, skema dan simbolisasi
dari pada hanya mentransfer rumus atau matematika formal secara
langsung.
3. Menggunakan kontribusi siswa
Kontribusi yang besar pada proses belajar mengajar diharapkan dari
konstruksi siswa sendiri yang mengarahkan mereka dari metode
unformal mereka ke arah yang lebih formal atau standar.
4. Interaktivitas
Negosiasi secara eksplisit, intervensi, kooperasi dan evaluasi sesama
siswa dan guru adalah faktor penting dalam proses belajar secara
konstruktif dimana strategi informal siswa digunakan sebagai jantung
untuk mencapai yang formal.
5. Terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya
Pendekatan holistik, menunjukkan bahwa unit-unit belajar tidak akan
dapat dicapai secara terpisah tetapi keterkaitan dan keterintegrasian
harus dieksploitasi dalam pemecahan masalah
Jika ditinjau dari sudut pandang filosofi dan prinsip yang dikembangkan,
PMRI merupakan suatu pendekatan pembelajaran dalam pendidikan
matematika yang mengadaptasi RME. Proses adaptasi PMRI dari RME
terjadi pada pengembangan masalah-masalah kontekstual yang sesuai
dengan konteks Indonesia dan pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru
disesuaikan dengan nilai dan budaya Indonesia. Menurut Marpaung (2009),
ada 10 karakteristik PMRI, yaitu:
1. Siswa dan guru aktif dalam pembelajaran.
2. Pembelajaran dimulai dengan menyajikan masalah
kontekstual/realistik.
3. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan masalah
yang diberikan guru dengan caranya sendiri.
4. Guru mendorong terjadinya interaksi dan negosiasi.
5. Guru menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan
(menggunakan pendekatan SANI: santun, terbuka dan komunikatif)
6. Ada keterkaitan antar materi yang diajarkan (prinsip intertwinment).
7. Pembelajaran berpusat pada siswa. (menggunakan pendekatan tut wuri
handayani)
8. Guru bertindak sebagai fasilitator (proses pembelajaran bervariasi)
9. Jika siswa melakukan kesalahan di dalam menyelesaikan masalah,
siswa jangan dimarahi, tetapi disadarkan melalui pertanyaan-
pertanyaan terbimbing (mempraktekkan budaya “ngewongké wong”)
10. Guru perlu menghargai keberanian siswa ketika mengutarakan idenya.
Contoh Soal PMRI.

1. Aulia, Putri, dan Fina pergi ke toko serba ada untuk membeli alat-alat sekolah.
Aulia membeli pena, pensil, buku tulis, kotak pensil, dan stabilo. Sedangkan
Putri membeli buku tulis, pensil, penghapus, tas, dan buku gambar. Adapun Fina
membeli sepatu, pena, buku tulis, kaos kaki, dan kotak pensil. Jika alat sekolah
yang sama ditulis satu kali, berapa banyak anggota himpunan (kardinalitas
himpunan) dari alat-alat sekolah yang dibeli oleh Aulia, Putri, dan Fina?
2. Di hutan terdapat beberapa hewan yang hidup di dalamnya, diantaranya ialah
harimau, ular, singa, serigala, kijang, tupai, laba-laba, babi hutan, burung, badak,
gajah.
a. Tentukan A = (himpunan hewan berkaki empat)!
b. Berapa banyak anggota (kardinalitas) dari himpunan A?

Anda mungkin juga menyukai