Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS

Seorang Anak Perempuan 10 Tahun 8 Bulan dengan Varicella


Zooster dan Dispepsia
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu
Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Di RSUD R.A Kartini Kabupaten Jepara

Pembimbing:
dr. Sylvi Anitasari, Sp.A

Oleh :
Dwi Ayu Noviana
30101306925

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Dwi Ayu Noviana

NIM : 30101306925

Universitas : Universitas Islam Sultan Agung ( UNISSULA )

Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter

Bagian : Ilmu Kesehatan Anak


Judul : Seorang Anak Perempuan 10 Tahun 8 Bulan dengan Varicella
Zooster dan Dispepsia
Pembimbing : dr. Sylvi Anitasari, Sp.A

Jepara, Oktober 2018


Mengetahui dan Menyetujui
Pembimbing Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD R.A Kartini Kabupaten Jepara

Pembimbing

dr. Sylvi Anitasari, Sp.A


BAB II
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
Nama penderita : An. A.N
Umur/tgl lahir : 10 tahun 8 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Pulodarat, Jepara

Nama ayah : Tn. M


Umur : 50 tahun
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Pulodarat, jepara

Bangsal : Melati 2
No CM : 000673XXXX
Masuk RS : 08 Oktober 2018 pukul 21:25 WIB

II. DATA DASAR


Anamnesa dilakukan secara alloanamnesa dan autoanamnesa di Bangsal Melati 2
pada tanggal 09 Oktober 2018 serta di dukung catatan medis pasien.

Keluhan Utama
Keluar lenting- lenting kemerahan pada badan.
Riwayat Penyakit Sekarang
- Pasien datang ke IGD RSUD RA Kartini dengan keluhan keluar lenting-
lenting sejak 3 hari SMRS, lenting-lenting keluar terlebih dahulu pada
daerah perut dan dada, kemudian meluas ke daerah lengan dan wajah.
Lenting-lenting berisi cairan, gatal (+) berwarna kemerahan, nyeri (-). Awal
ruam berwarna kemerahan saja kemudian berisi cairan dan ada yang sudah
pecah atau digaruk menjadi seperti koreng, demam (-). Pasien juga
mengeluh nyeri daerah perut yang dirasakan sejak 2 minggu, nyeri daerah
perut bagian atas, nyeri hilang timbul, memberat ketika telat makan dan saat
setelah makan perut merasa tidak nyaman, mual (+), akhir- akhir ini makan
sedikit karena cepat merasa kenyang, sering bersendawa dan sering
kembung. Muntah (-), BAB berwarna hitam (-), BAK tidak ada keluhan.
Tidak ada yang menderita keluhan serupa di rumah, tetangga maupun teman
sekolah. Pasien tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan.

- 3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh keluar lenting-lenting


kemerahan pada dareah perut, tidak berisi cairan, gatal (+), nyeri (-), panas (-
). Kemudian keluhan tersebut di biarkan saja, tidak diobati, demam (-), batuk
(-), pilek (+). Pilek dirasakan 4 hari sebelum muncul lenting kemerahan.

- 2 hari SMRS ruam kemerahan menjadi lenting- lenting berisi cairan dan
semakin banyak, menyebar ke daerah punggung, lengan dan wajah. Lenting
lenting sebesar jarum pentul. Mual (+) muntah (-) nyeri perut

- 1 hari SMRS lenting- lenting semakin banyak menyebar ke seluruh tubuh


berwarna kemerahn dan gatal, kemudian ada yang digaruk pevah dan
menjadi koreng, badan tarasa tidak enak, lemas, demam (-), pilek (-) nyeri
daerah perut bagian atas, tidak mau makan karena mual yang hebat, BAB
dan BAK tidak ada keluhan.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa.
• Alergi makanan : disangkal.
• Alergi obat : disangkal.
• Cacar air : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Anggota keluarga tidak ada yang mengalami keluhan yang sama.

Riwayat Sosio-Ekonomi
Pekerjaan ayah adalah wirastwasta dan ibu anak sebagai ibu rumah tangga.
Rumah dihuni oleh 3 orang, terdiri dari pasien dan kedua orangtuanya. Rumah
terbuat dari tembok, jubin dari lantai. Sumber biaya pengobatan ditanggung BPJS
Non PBI
Kesan : Keadaan sosial ekonomi cukup.

III. DATA KHUSUS


Kehamilan
Ibu biasa memeriksakan kandungannya secara teratur ke bidan terdekat., Ibu

mengaku tidak pernah menderita penyakit selama kehamilan. Riwayat perdarahan,

hipertensi, DM dan trauma saat hamil disangkal. Riwayat minum obat tanpa resep

dokter ataupun minum jamu disangkal.

Kesan : Riwayat kesehatan prenatal baik.

Riwayat Prenatal dan Posnatal

Ibu biasa memeriksakan kandungannya secara teratur ke bidan terdekat. Ibu

mengaku tidak pernah menderita penyakit selama kehamilan. Riwayat perdarahan,

hipertensi, DM dan trauma saat hamil disangkal. Riwayat minum obat tanpa resep

dokter ataupun minum jamu disangkal.


Kesan : Riwayat kesehatan prenatal baik.

Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Anak pertama perempuan lahir dari ibu G2P0A0, hamil aterm, lahir spontan
dengan indikasi presentasi kepala di bidan, langsung menangis. Berat badan lahir
3100 gram, panjang badan saat lahir, lingkar kepala, lingkar dada saat lahir ibu
tidak ingat.
Kesan: Neonatus aterm, lahir secara spontan, vigorous baby.
Riwayat Pemeliharaan Postnatal

Pemeliharaan postnatal dilakukan di bidan dan anak dalam keadaan sehat.


Kesan: Riwayat pemeliharaan postnatal baik.
Riwayat Makan dan Minum Anak

Ibu mengaku anak diberi ASI sejak lahir sampai 2 tahun. MPASI diberikan
saat usia 10 bulan, anak diberikan makanan pendamping ASI berupa nasi tim dan
bubur susu. Mulai usia 1 tahun sampai sekarang, anak diberikan makanan padat
seperti anggota keluarga yang lain dengan frekuensi makan 3-4 kali sehari.
Kesan : kualitas dan kuantitas makanan cukup.
Riwayat Imunisasi

Imunisasi Berapa Kali Umur


BCG 1x 1 bulan
DPT 4x 2,4,6 bulan
Polio 4x 0,2,4,6,bulan
Hepatitis B 3x 2,4,6 bulan
Campak 1x 9 bulan
MR 1x 2 minggu yll
Kesan: Imunisasi dasar lengkap. Hanya di lakukan berdasarkan alomanamnesa
dengan ibu pasien. Buku KMS sudah hilang.
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan :

Pertumbuhan :
Berat badan lahir 3100 gram, panjang badan saat lahir, lingkar kepala, lingkar
dada saat lahir ibu tidak ingat. Berat badan sekarang 35 kg, tinggi badan sekarang
130 cm.
Perkembangan :
Senyum : ibu tidak ingat
Miring : ibu tidak ingat
Tengkurap : ibu tidak ingat
Duduk : ibu tidak ingat
Berdiri : 10 bulan
Berjalan : 12 tahun
Anak masuk SD : 6 tahun
Riwayat pendidikan :
Selama sekolah anak tidak pernah tinggal kelas dan dapat mengikuti pelajaran,
anak bergaul dengan teman sebayanya,

Kesan : pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia.


.
Riwayat Keluarga Berencana :

Ibu anak menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan

Pemeriksaan status gizi :


Diketahui : Anak perempuan, umur 10 tahun 8 bulan
BB = 35 kg
TB = 130 cm
BB anak (35 kg) X 100 % = 94 %
BB Ideal dari CDC (37)

Kesan : Gizi Normal

IV. PEMERIKSAAN FISIK


Dilakukan pada tanggal 09 Oktober 2018 jam 11.00 WIB di Bangsal Melati 2.

Keadaan Umum
Tampak lemah, kesadaran compos mentis

TandaVital
 Tekanan darah : 100/60 mmHg
 Nadi :
- Frekuensi : 80 x/ menit
- Irama reguler
- Isi dan tegangan cukup
 Laju pernafasan : 20 x/ menit
 Suhu : 37° C (axilla)
Status Internus
Kepala : Mesocephale
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut.
Mata : Oedem palpebra ( -/- ), konjungtiva anemis ( -/- )
Hidung : Epistaksis ( -/- ), nafas cuping hidung ( -/- )
Telinga : Discharge( -/- )
Mulut : Bibi rkering( - ), bibir sianosis ( - ), strawberry tongue (-),
koplik spot (-), forscheimer spot (-)
Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe ( - )
Tenggorok : T1-T1, Faring hiperemis ( -)
Thorak
Paru-paru
Inspeksi : Bentuk normal, hemithorax dextra dan sinistra simetris,
retraksi (-)
Palpasi : Stemfremitus kanan = Stemfremitus kiri, nyeri tekan ( - )
Perkusi : sonor di semua lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan ronkhi (-/-), wheezing
(-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidakt ampak
Perkusi : Batas kiri atas : ICS II linea parasternalis sinistra
Batas pinggang : ICS III linea mid clavicula sinistra
Batas kanan bawah : ICS V linea parasternalis dextra
Batas kiribawah :ICS V 2 cm medial linea mid clavicula
sinistra
Palpasi : Iktus cordis teraba, tak kuat angkat
Auskultasi : Irama : Reguler
Bunyi Jantung : BJ I dan BJ II normal reguler
Bising : (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen
Palpasi : Nyeri tekan (+) di epigastrium
Hepar tak teraba membesar
Lien schufner 0
Anggota Gerak : Atas Bawah
Kiri/kananKiri/kanan
Capilary refill <2” <2”
Akral dingin -/- -/-
Reflek fisiologis +/+ +/+
Reflek patologis -/- -/-

Tanda Dehidrasi

Keadaan Umum : Baik


Mata : Normal
Keinginan minum : Normal
Turgor Kulit : turgor kembali cepat <2 detik,
Kesan: tidak ditemukan tanda dehidrasi

Status dermatologis
Regio fasialis et coli et thorakalis et abdomen et skapularis: Papulae
dengan dasar eritematous, vesikulae, pustulae, erosi (+).
Regio brachii et antebrachii dextra et sinistra : papula dengan dasar
eritematous, vesikulae, pustulae, erosi (+).
V. PEMERIKSAAN PENUJANG
1. Laboratorium, Tanggal 09-10-2018
Darah Rutin Nilai Normal Pr
Hemoglobin : 15,5 g/dl 12 – 16 g/dl
Hematokrit : 42,8 % 37 - 43 %
Leukosit : 5.410 /mmk (L) 4.000 – 10.000/mmk
Trombosit : 204.000 /mmk (L) 150.000 – 400.000 /mmk
Kimia Darah
CHLORIDA : 99,1 mmol/L 95-105 mmol/L
GDS : 114 mg% 80-150 mg %
Natrium : 136,2 mmol/L 135-155 mmol/L
Kalium I Pottasium : 3,86 mmol/L 3.5-5.5 mmol/L
DAFTAR MASALAH
Papula dengan dasar eritematous, vesikel, pustul, dan erosi pada regio fasialis et
coli et thorakalis et abdomen et skapularis et brachii et antebrachii dextra dan sinistra,
mual, nyeri tekan epigastrium.

RESUME :
Pasien datang ke IGD RSUD RA Kartini dengan keluhan keluar lenting-lenting
sejak 3 hari SMRS, lenting-lenting keluar terlebih dahulu pada daerah perut dan
dada, kemudian meluas ke daerah lengan dan wajah. Bintil bintil berisi cairan, gatal
(+) berwarna kemerahan, nyeri (-). Awal ruam berwarna kemerahan saja kemudian
berisi cairan dan ada yang sudah pecah atau digaruk menjadi seperti koreng.
Demam (-). Pasien juga mengeluh nyeri daerah perut yang dirasakan sejak 2
minggu, nyeri daerah perut bagian atas, nyeri hilang timbul, memberat ketika telat
makan dan saat setelah makan perut merasa tidak nyaman, mual (+), akhir- akhir ini
makan sedikit karena cepat merasa kenyang, sering bersendawa dan sering
kembung. Muntah (-), BAB berwarna hitam (-), BAK tidak ada keluhan. Tidak ada
yang menderita keluhan serupa di rumah, tetangga maupun teman sekolah. Pasien
tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan. Riwyat penyakit dahulu tidak pernah
mengalami keluhan serupa, tidak ada anggota keluarga ataupun teman sekolah yang
mengalami keluhan serupa. Pada Pemeriksaan TTV dalam batas normal,
pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan epigastrium, pemeriksaan dermatologis
ditemukan papulae dengan dasar eritematous, vesikulae, pustulae, erosi pada regio
fasialis et coli et thorakalis et abdomen et skapularis et brachii et antebrachii dextra
dan sinistra. Pemeriksaan laboratoium darah rutin dan kimia darah dalam batas
normal. Test tzank tidak dilakukan.

VI. DIAGNOSIS BANDING


Variola, varicella zooster.
dispepsia, ulcus duodenum, ulcus peptikum.
VII. DIAGNOSIS KERJA
Varicella zooster dan Dyspepsia

VIII. INITIAL PLAN DIAGNOSIS


1. Assesment :
Varicella Zooster dan Dyspepsia
Ip.Dx :
S:-
O: Tzank Test, gastroendoskopi.

Ip. Rx :
Infus RL 15 tpm
PPI : Omeprazole inj 20 mg/ 12 jam, po omeprazole 20 mg 2x 1

Salep antibiotika : Asam Fusidat krim 2 x aplikasi pada lesi yang pecah
Topikal : Bedak salisil 2% pada lesi yang kering
Imunostimulan : 1 x 1 tablet selama 7 hari

Ip. Mx :
 TTV (HR, RR, Suhu, Tekanan darah) tiap 6 jam

Ip. Ex :
 Istirahat yang cukup.
 Makan makanan yang bergizi
 Menjaga kebersihan diri dengan tetap mandi walaupun masih banyak terlihat
bintik-bintik.
 Tidak menggaruk dan memecahkan lepuh-lepuh tersebut karena dapat
menimbulkan bekas luka garukan dikulit

Assestment : Gizi Baik


DD :
Organik : defek anatomi, gangguan menelan
Nonorganik : nutrisi inadekuat

Ip. Dx:
S: Kualitas dan kuantitas makanan
O: -

Ip. Rx :
Kebutuhan cairan BB: 35 kg Usia 10 tahun 8 bulan
10 kg x 100 cc
10 kg x 50 cc
15 kg x 20 cc
+
1800 cc / 24 jam

Ip. Mx :
Keadaan umum pasien
Data antropometri (berat badan, tinggi badan)
Ip. Ex : Makan teratur dengan gizi seimbang sesuai kebutuhan gizi

Follow up pasien :

Waktu Hari ke-1 perawatan Hari ke-2 perawatan Hari ke-3 perawatan
Tanggal 09 Oktober 2018 10 Oktober 2018 11 Oktober 2018
Keluhan Gatal, mual Gatal, bintil banyak yang Tidak ada keluhan
pecah dan menimbulkan bekas
luka kehitaman, mual
berkurang
Keadaan Compos mentis Compos mentis Compos mentis
Umum
TTV :
Tensi 100/60 mmHg 110/70 mmHg 110/60 mmHg
Nadi 80x/mnt isi cukup 80x/mntisicukup 80x/mntisicukup
RR 20x/mnt 20x/mnt 19x/mnt
Suhu 36,8C(axilla) 37,0C(axilla) 37,5C(axilla)
Assesment Varicella Zooster dan Varicella Zooster dan Varicella Zooster dan
dyspepsia dyspepsia dyspepsia
Terapi -Cairan kristaloid untuk -Cairan kristaloid untuk -Cairan kristaloid
maintenance (RL 0,9%) maintenance (RL 0,9%) untuk maintenance (RL
o 15 tpm o 15 tpm 0,9%)
-Omeprazole tab 20 mg -omeprazole tab 20 mg 2x 1 o 15 tpm
2x 1 -Asam Fusidat krim 2 x -Omeprazole tab 20 mg 2x 1
-Asam Fusidat krim 2 x aplikasi pada lesi yang pecah -Asam Fusidat krim 2 x
aplikasi pada lesi yang -Bedak salisil 2% pada lesi aplikasi pada lesi yang pecah
pecah yang kering -Bedak salisil 2% pada lesi
-Bedak salisil 2% pada -Imunos : 1 x 1 tablet yang kering
lesi yang kering -Imunos : 1 x 1 tablet
-Imunos : 1 x 1 tablet
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Varisela berasal dari bahasa latin, Varicella. Di Indonesia penyakit ini dikenal
dengan istilah cacar air, sedangkan di luar negeri terkenal dengan nama Chicken –
pox. Varisela adalah Penyakit Infeksi Menular yang disebabkan oleh virus Varicella
Zoster, ditandai oleh erupsi yang khas pada kulit.
Varisela atau cacar air merupakan penyakit yang sangat menular yang
disebabkan oleh virus Varicella Zoster dengan gejala-gejala demam dan timbul
bintik-bintik merah yang kemudian mengandung cairan.
Varicella adalah suatu penyakit infeksi virus akut dan menular, yang disebabkan
oleh Varicella Zoster Virus (VZV) dan menyerang kulit serta mukosa, ditandai oleh
adanya vesikel-vesikel. Varicella (Cacar Air) adalah penyakit infeksi yang umum
yang biasanya terjadi pada anak-anak dan merupakan akibat dari infeksi primer Virus
Varicella Zoster. Varicella pada anak mempunyai tanda yang khas berupa masa
prodromal yang pendek bahkan tidak ada dan dengan adanya bercak gatal disertai
dengan papul, vesikel, pustula, dan pada akhirnya, crusta, walaupun banyak juga lesi
kulit yang tidak berkembang sampai vesikel.
varisela sebagai penyakit yang disebabkan oleh virus varisela-zoster (V-Z
virus) yang sangat menular bersifat akut yang umumnya menganai anak, yang
ditandai oleh demam yang mendadak, malese, dan erupsi kulit berupa makulopapular
untuk beberapa jam yang kemudian berubah menjadi vesikel selama 3-4 hari dan
dapat meninggalkan keropeng.
varisela yang mempunyai sinonim cacar air atau chickenpox adalah infeksi
akut primer oleh virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa yang secara
klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorfi terutama dibagian sentral
tubuh.
2. Epidemiologi

Tersebar kosmopolit, menyerang terutama anak-anak tetapi dapat juga menyerang


orang dewasa. Tranmisi penyakit ini secara aerogen. Masa penularan lebih kurang 7
hati dihitung dari timbulnya gejala kulit.

3. Etiologi

Varicella disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV), termasuk kelompok


Herpes Virus dengan diameter kira-kira 150-200 nm. Inti virus disebut Capsid, terdiri
dari protein dan DNA dengan rantai ganda, yaitu rantai pendek (S) dan rantai panjang
(L) dan membentuk suatu garis dengan berat molekl 100 juta yang disusun dari 162
capsomir dan sangat infeksius.

Varicella Zoster Virus (VZV) dapat ditemukan dalan cairan vesikel dan dalam
darah penderita Varicella sehingga mudah dibiakkan dalam media yang terdiri dari
Fibroblast paru embrio manusia.

Varicella Zoster Virus (VZV) dapat menyebabkan Varicella dan Herpes


Zoster. Kontak pertama dengan penyakit ini akan menyebabkan Varicella, sedangkan
bila terjadi serangan kembali, yang akan muncul adalah Herpes Zoster, sehingga
Varicella sering disebut sebagai infeksi primer virus ini.

4. Patofisiologi

Menyebar Hematogen.Virus Varicella Zoster juga menginfeksi sel satelit di sekitar


Neuron pada ganglion akar dorsal Sumsum Tulang Belakang. Dari sini virus bisa
kembali menimbulkan gejala dalam bentuk Herpes Zoster. Sekitar 250 – 500 benjolan
akan timbul menyebar diseluruh bagian tubuh, tidak terkecuali pada muka, kulit
kepala, mulut bagian dalam, mata , termasuk bagian tubuh yang paling intim. Namun
dalam waktu kurang dari seminggu , lesi teresebut akan mengering dan bersamaan
dengan itu terasa gatal. Dalam waktu 1 – 3 minggu bekas pada kulit yang mengering
akan terlepas. Virus Varicella Zoster penyebab penyakit cacar air ini berpindah dari
satu orang ke orang lain melalui percikan ludah yang berasal dari batuk atau bersin
penderita dan diterbangkan melalui udara atau kontak langsung dengan kulit yang
terinfeksi.
Virus ini masuk ke tubuh manusia melalui paru-paru dan tersebar kebagian tubuh
melalui kelenjar getah bening. Setelah melewati periode 14 hari virus ini akan
menyebar dengan pesatnya ke jaringan kulit. Memang sebaiknya penyakit ini dialami
pada masa kanak-kanak dan pada kalau sudah dewasa. Sebab seringkali orang tua
membiarkan anak-anaknya terkena cacar air lebih dini.
Varicella pada umumnya menyerang anak-anak ; dinegara-negara bermusin empat,
90% kasus varisela terjadi sebelum usia 15 tahun. Pada anak-anak , pada umumnya
penyakit ini tidak begitu berat.
Namun di negara-negara tropis, seperti di Indonesia, lebih banyak remaja dan
orang dewasa yang terserang Varisela. Lima puluh persen kasus varisela terjadi diatas
usia 15 tahun. Dengan demikian semakin bertambahnya usia pada remaja dan
dewasa, gejala varisela semakin bertambah berat.

5. Tanda dan Gejala

Diawali dengan gejala melemahnya kondisi tubuh.


 Pusing.
 Demam dan kadang – kadang diiringi batuk.
 Dalam 24 jam timbul bintik-bintik yang berkembang menjadi lesi (mirip kulit
yang terangkat karena terbakar).
Terakhir menjadi benjolan – benjolan kecil berisi cairan.
Sebelum munculnya erupsi pada kulit, penderita biasanya mengeluhkan adanya rasa
tidak enak badan, lesu, tidak nafsu makan dan sakit kepala. Satu atau dua hari
kemudian, muncul erupsi kulit yang khas.
Munculnya erupsi pada kulit diawali dengan bintik-bintik berwarna kemerahan
(makula), yang kemudian berubah menjadi papula (penonjolan kecil pada kulit),
papula kemudian berubah menjadi vesikel (gelembung kecil berisi cairan jernih) dan
akhirnya cairan dalam gelembung tersebut menjadi keruh (pustula). Bila tidak terjadi
infeksi, biasanya pustel akan mengering tanpa meninggalkan abses.
Masa inkubasi Varicella bervariasi antara 10-21 hari, rata-rata 10-14 hari. Penyebaran
varicella terutama secara langsung melalui udara dengan perantaraan percikan liur.
Pada umumnya tertular dalam keluarga atau sekolah.
( Rampengan,2008 )
Perjalanan penyakit ini dibagi menjadi 2 stadium, yaitu:
Stadium Prodromal: 24 jam sebelum kelainan kulit timbul, terdapat gejala
panas yang tidak terlalu tinggi, perasaan lemah (malaise), sakit kepala, anoreksia, rasa
berat pada punggung dan kadang-kadang disertai batuk keringdiikuti eritema pada
kulit dapat berbentuk scarlatinaform atau morbiliform. Panas biasanya menghilang
dalam 4 hari, bilamana panas tubuh menetap perlu dicurigai adanya komplikasi atau
gangguan imunitas.
Stadium erupsi: dimulai saat eritema berkembang dengan cepat (dalam
beberapa jam) berubah menjadi macula kecil, kemudian papula yang kemerahan lalu
menjadi vesikel. Vesikel ini biasannya kecil, berisi cairan jernih, tidak umbilicated
dengan dasar eritematous, mudah pecah serta mongering membentuk krusta, bentuk
ini sangat khas dan lebih dikenal sebagai “tetesan embun”/”air mata”.
Lesi kulit mulai nampak di daerah badan dan kemudian menyebar secara
sentrifugal ke bagian perifer seperti muka dan ekstremitas. Dalam perjalanan penyakit
ini akan didapatkan tanda yang khas yaitu terlihat adanya bentuk papula, vesikel,
krusta dalam waktu yang bersamaan, dimana keadaan ini disebut polimorf. Jumlah
lesi pada kulit dapat 250-500, namun kadang-kadang dapat hanya 10 bahkan lebih
sampai 1500. Lesi baru tetap timbul selama 3-5 hari, lesi sering menjadi bentuk
krusta pada hari ke-6 (hari ke-2 sampai ke-12) dan sembuh lengkap pada hari ke-16
(hari ke-7 sampai ke-34)
Erupsi kelamaan atau terlambatnya berubah menjadi krusta dan
penyembuhan, biasanya dijumpai pada penderita dengan gangguan imunitas seluler.
Bila terjadi infeksi sekunder, sekitar lesi akan tampak kemerahan dan bengkak serta
cairan vesikel yang jernih berubah menjadi pus disertai limfadenopati umum. Vesikel
tidak hanya terdapat pada kulit, melainkan juga terdapat pada mukosa mulut, mata,
dan faring.
Pada penderita varicella yang disertai dengan difisiensi imunitas (imun
defisiensi) sering menimbulkan gambaran klinik yang khas berupa perdarahan,
bersifat progresif dan menyebar menjadi infeksi sistemik. Demikian pula pada
penderita yang sedang mendapat imunosupresif. Hal ini disebabkan oleh terjadinya
limfopenia.
Pada ibu hamil yang menderita varicella dapat menimbulkan beberapa
masalah pada bayi yang akan dilahirkan dan bergantung pada masa kehamilan ibu,
antara lain:
 Varisela neonatal
Varisela neonatal dapat merupakan penyakit serius, hal ini bergantung pada saat
ibu kena varisela dan persalinan.
 Bila ibu hamil terinfeksi varisela 5 hari sebelum partus atau 2 hari setelah
partus, berarti bayi tersebut terinfeksi saat viremia kedua dari ibu, bayi
terinfeksi transplasental, tetapi tidak memperoleh kekebalan dari ibu karena
belum cukupnya waktu ibu untuk memproduksi antibody. Pada keadaan ini,
bayi yang dilahirkan akan mengalami varisela berat dan menyebar. Perlu
diberikan profilaksis atau pengobatan dengan varicella-zoster immune
globulin (VZIG) dan asiklovir. Bila tidak diobati dengan adekuat, angka
kematian sebesar 30%. Penyebab kematian utama akibat pneumonia berat dan
hepatitis fulminan.
 Bila ibu terinfeksi varisela lebih dari 5 hari antepartum, sehingga ibu
mempunyai waktu yang cukup untuk memproduksi antibody dan dapat
diteruskan kepada bayi. Bayi cukup bulan akan menderita varisela ringan
karena pelemahan oleh antibody transplasental dari ibu. Pengobatan dengan
VZIG tidak perlu, tetapi asiklovir dapat dipertimbangkan pemakaiannya,
bergantung pada keadaan bayi.
 Sindrom varisela congenital
Varisela congenital dijumpai pada bayi dengan ibu yang menderita varisela pada
umur kehamilan trimester I atau II dengan insidens 2%.
Manisfestasi klinik dapat berupa retardasi pertumbuhan intrauterine,
mikrosefali, atrofi kortikalis, hipoplasia ekstremitas, mikroftalmin, katarak,
korioretinitis dan scarring pada kulit. Beratnya gejala pada bayi tidak
berhubungan dengan beratnya penyakit pada ibu. Ibu hamil dengan zoster tidak
berhubungan dengan kelainan pada bayi.
 Zoster infantile
Penyakit ini sering muncul dalam umur bayi satu tahun pertama, hal ini
disebabkan karena infeksi varisela maternal setelah nasa gestasi ke-20. Penyakit
ini sering menyerangg pada saraf dermatom thoracis.

6. Patogenesis

Virus Varicella Zooster masuk dalam mukosa nafas atau orofaring, kemudian
replikasi virus menyebar melalui pembuluh darah dan limfe ( viremia pertama )
kemudian berkembang biak di sel retikulo endhotellial setelah itu menyebar
melalui pembuluh darah (viremia ke dua) maka timbullah demam dan malaise.

Permulaan bentuk lesi pada kulit mungkin infeksi dari kapiler endothelial
pada lapisan papil dermis menyebar ke sel epitel pada epidermis, folikel kulit dan
glandula sebacea dan terjadi pembengkakan. Lesi pertama ditandai dengan
adanya makula yang berkembang cepat menjadi papula, vesikel da akhirnya
menjadi crusta. Jarang lesi yang menetap dalam bentuk makula dan papula saja.
Vesikel ini akan berada pada lapisan sel dibawah kulit. Dan membentuk atap pada
stratum korneum dan lusidum, sedangkan dasarnya adalah lapisan yang lebih
dalam.
Degenarasi sel akan diikuti dengan terbentuknya sel raksasa berinti banyak,
dimana kebanyakan dari sel tersebut mengandung inclusion body intranuclear
type A. Penularan secara airborne droplet. Virus dapat menetap dan laten pada sel
syaraf. Lalu dapat terjadi reaktivitas maka dapat terjadi herpes Zooster.

7. Komplikasi

Komplikasi varisela pada anak biasanya jarang dan lebih sering pada orang dewasa.

1. Infeksi sekunder

Infeksi sekunder disebabkan oleh Stafilokok atau Streptokok dan


menyebabkan selulitis, furunkel. Infeksi sekunder pada kulit kebanyakan
pada kelompok umur di bawah 5 tahun. Dijumpai pada 5-10% anak. Adanya
infeksi sekunder bila manifestasi sistemik tidak menghilang dalam 3-4 hari
atau bahkan memburuk

2. Otak

Komplikasi ini lebih sering karena adanya gangguan imunitas. “Acute


postinfectious cerebellar ataxia” merupakan komplikasi pada otak yang
paling ditemukan (1:4000 kasus varisela). Ataxia timbul tiba-tiba biasanya
pada 2-3 minggu setelah varisela dan menetap selama 2 bulan. Klinis mulai
dari yang ringan sampai berat, sedang sensorium tetap normal walaupun
ataxia berat. Prognosis keadaan ini baik, walaupun beberapa anak dapat
mengalami inkoordinasi atau dysarthria.

“Ensefalitis” dijumpai 1 dari 1000 kasus varisela dan memberikan


gejala ataksia serebelar dan biasanya timbul antara hari ke-3 sampai hari ke-8
setelah timbulnya rash. Biasanya bersifat fatal.
3. Pneumonitis

Komplikasi ini lebih sering dijumpai pada penderita keganasan,


neonatus, imunodefisiensi, dan orang dewasa. Pernah dilaporkan seorang bayi
13 hari dengan komplikasi pneumonitis dan meninggal pada umur 30 hari.

Gambaran klinis pneumonitis adalah panas yang tetap tinggi, batuk,


sesak napas, takipnu dan kadang-kadang sianosis serta hemoptoe. Pada
pemeriksaan radiologi didapatkan gambaran nodular yang radio-opak pada
kedua paru.

4. Sindrom Reye

Komplikasi ini lebih jarang dijumpai. Dengan gejala sebagai berikut,


yaitu nausea dan vomitus, hepatomegali dan pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan peningkatan SPGT dan SGOT serta ammonia.

5. Hepatitis

Dapat terjadi tetapi jarang.

6. Komplikasi lain

Seperti arthritis, trombositopenia purpura, miokarditis, keratitis.


Penderita perlu dikonsulkan ke spesialis bila dijumpai adanya gejala-gejala
berikut:

 Varisela yang progesif atau berat


 Komplikasi yang dapat mengancam jiwa seperti pneumonia, ensefalitis
 Infeksi bakteri sekunder yang berat terutama dari golongan grup A
Streptococcus yang dapat memicu terjadinya nekrosis kulit dengan cepat
serta terjadi “Toxic Shock Syndrome”
 Penderita dengan komplikasi berat perlu dirawat di Rumah Sakit atau bila
perlu ICU
 Indikasi rawat di ICU/NICU antara lain:

- Penurunan kesadaran
- Kejang
- Sulit jalan
- Gangguan pernapasan
- Sianosis
- Saturasi oksigen menurun

 Semua neonatus lahir dari ibu yang menderita varisela kurang dari 5 hari
sebelum melahirkan atau 2 hari setelah melahirkan.

8. Pengobatan

Karena umumnya bersifat ringan, kebanyakan penderita tidak memerlukan terapi


khusus selain istirahat dan pemberian asupan cairan yang cukup. Yang justru sering
menjadi masalah adalah rasa gatal yang menyertai erupsi. Bila tidak ditahan-tahan ,
jari kita tentu ingin segera menggaruknya. Masalahnya,bila sampai tergaruk hebat,
dapat timbul jaringan parut pada bekas gelembung yang pecah. Tentu tidak menarik
untuk dilihat.

* Umum

1. Isolasi untuk mencegah penularan.


2. Diet bergizi tinggi (Tinggi Kalori dan Protein).
3. Bila demam tinggi, kompres dengan air hangat.
4. Upayakan agar tidak terjadi infeksi pada kulit, misalnya pemberian antiseptik
pada air mandi.
5. Upayakan agar vesikel tidak pecah.
- Jangan menggaruk vesikel.
- Kuku jangan dibiarkan panjang.
- Bila hendak mengeringkan badan, cukup tepal-tepalkan handuk pda kulit,
jangan digosok.

*Farmakologi:

 Obat topical
Pengobatan local dapat diberikan Kalamin lotion atau bedak salisil
1%.
 Antipiretik/analgetik
Biasanya dipakai aspirin, asetaminofen, ibuprofen.
 Antihistamin
Golongan antihistamin yang dapat digunakan, yaitu Diphenhydramine,
tersedia dalam bentuk cair (12,5mg/5mL), kapsul (25mg/50mg) dan injeksi
(10 dan 50 mg/mL). Dosis 5mg/kg/hari, dibagi dalam 3 kali pemberian.
 Obat anti virus

Vidarabin (adenosine arabinoside)

Vidarabin adalah obat antivirus yang diperoleh dari fosforilase dalam


sel dan dalam bentuk trifosfat, menghambat polymerase DNA virus. Dosis:
10-20 mg/kg BB/hari, diberikan sehari dalam infuse selama 12 jam, lama
pemberian 5-7 hari. Pada pemberian vidarabin, vesikel menghilang secara
cepat dalam 5 hari.

Efek samping:

 Gangguan neurologi berupa tremor, kejang


 Gangguan hematologi berupa netropenia, trombositopia
 Gangguan gastrointestinal berupa muntah serta peninggian SGPT dan
SGOT.

Asiklovir = 9 (2 Hidroksi etoksi metal) Guanine

Asiklovir merupakan salah satu antivirus yang banyak digunakan


akhir-akhir ini. Asiklovir lebih baik dibandingkan dengan vidarabin. Obat ini
bekerja dengan menghambat polymerase DNA virus Herpes dan mengakhiri
replikasi virus. Obat ini dapat mengurangi bertambahnya lesi pada kulit dan
lamanya panas, bila diberikan dalam 24 jam mulai timbulnya rash.

Pada anak kecil yang tanpa komplikasi, penggunaan obat ini kurang
bermanfaat dan tidak direkomendasikan secara rutin sehingga Asiklovir lebih
banyak digunakan pada penderita dengan komplikasi atau penderita dengan
gangguan imunitas. Obat ini tidak mengurangi rasa gatal pada kulit,
komplikasi atau penularan sekunder.

Dosis: 5-10 mg/kg BB dibagi dalam 4-5 dosis/hari, dapat diberikan


secara oral atau iv/drip tiap 8 jam selama 5-7 hari. Dengan dosis jangan
melebihi 3200 mg/hari. Tersedia dalam bentuk kapsul (200 mg/400 mg/800
mg), cairan (400 mg/5 mL), injeksi (500 mg/5 mL).

Efek samping:

Gangguan ginjal berupa renal insufisiensi, malaise dan gangguan


pencernaan.

 Diet yang adekuat

 Berikan makanan penuh dan jangan dibatasi


 Kadang-kadang penderita mengalami anoreksia, sebaiknya dimotivasi
banyak minum untuk mempertahankan status hidrasi. Cairan yang cukup
sangat diperlukan bila penderita diberikan Asiklovor, karena obat ini dapat
berkristalisasi dalam tubulus renalis bila penderita dalam keadaan
dehidrasi.

9. Pencegahan

Pencegahan terhadap infeksi varisela zoster virus dilakukan dengan cara imunisasi
pasif atau aktif.

Imunisasi aktif

Dilakukan dengan memberikan vaksin varisela yang dilemahkan (live


attenuated) yang berasal dari OKA Strain dengan efek imunogenisitas tinggi dan
tingkat proteksi cukup tinggi berkisar 71-100% serta mungkin lebih lama. Dapat
diberikan pada anak sehat ataupun penderita leukemia, imunodefisiensi. Untuk
penderita pascakontak dapat diberikan vaksin ini dalam waktu 72 jam dengan maksud
sebagai preventif atau mengurangi gejala penyakit.

Dosis yang dianjurkan ialah 0,5 mL subkutan. Pemberian vaksin ini ternyata
cukup aman. Dapat diberikan bersamaan dengan MMR dengan daya proteksi yang
sama dan efek samping hanya berupa rash yang ringan.

Efek samping:

Efek samping biasanya tidak ada, tetapi bila ada biasanya bersifat ringan.

Imunisasi pasif

Dilakukan dengan memberikan Zoster Imun Globulin (ZIG) dan Zoster Imun
Plasma (ZIP).
Zoster Imun Globulin (ZIG) adalah suatu globulin-gama dengan titer antibody
yang tinggi dan yang didapatkan dari penderita yang telah sembuh dari infeksi herpes
zoster. Dosis Zoster Imuno Globulin (ZIG): 0,6 mL/kg BB intramuscular diberikan
sebanyak 5mL dalam 72 jam setelah kontak. Indikasi pemberian Zoster
Imunoglobulin ialah:

 Neonatus yang lahir dari ibu menderita varisela 5 hari sebelum partus atau 2
hari setelah melahirkan.
 Penderita leukemia atau limfoma terinfeksi varisela yang sebelumnya belum
divaksinasi.
 Penderita HIV atau gangguan imunitas lainnya.
 Penderita sedang mendapat pengobatan imunosupresan seperti kortikosteroid.

Tapi pada anak dengan defisiensi imunologis, leukimea atau penyakit


keganasan lainnya, pemberian Zoster Imun Globulin (ZIG) tidak menyebabkan
pencegahan yang sempurna, lagi pula diperlukan Zoster Imun Globulin (ZIG) dengan
titer yang tinggi dan dalan jumlah yang lebih besar.

Zoster Imun Plasma (ZIP) adalah plasma yang berasal dari penderita yang
baru sembuh dari herpes zoster dan diberikan secara intravena sebanyak 3-14,3
mL/kg BB. Pemberian Zoster Imun Plasma (ZIP) dalam 1-7 hari setelah kontak
dengan penderita varisela pada anak dengan defisiensi imunologis, leukemia, atau
penyakit keganasan lainnya mengakibatkan menurunnya insiden varisela dan
merubah perjalanan penyakit varisela menjadi ringan dan dapat mencegah varisela
untuk kedua kalinya.
10. Pemeriksaan Penunjang

Dapat dilakukan percobaan Tzanck dengan cara membuat sediaan hapus yang
diwarnai dengan Giemsa. Bahan diambil dari kerokan dasar vesikel dan akan didapati
sel datia berinti banyak (multinukleated).

11. Diagnosis Banding

Harus dibedakan dengan variola, penyakit ini lebih berat, memberi gambaran
monomorf, dan penyebarannya dimulai dari bagian akral tubuh yakni telapak tangan
dan telapak kaki.

12. Prognosis

Dengan perawatan yang teliti dan senantiasa memperhatikan kebersihan (hygiene)


diri dan lingkungan memberikan prognosis yang baik dan kemungkinan terbentuknya
jaringan parut hanya sedikit, kecuali jika klien melakukan garukan/tindakan lain yang
menyebabkan kerusakan kulit lebih dalam.
DAFTAR PUSTAKA

Sari Pediatri, Vol. 4, No. 3, Desember 2002: 104 – 113

Djuanda Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keempat. Bab Varisella.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 2007

Rampengan, T.H. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak . Penerbit Buku


Kedokteran EGC. Jakarta : 2005

Schachner, Lawrence. Pediatric dermatology Third Edition. Mosby. 2003

Anda mungkin juga menyukai