Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan

reproduksi adalah suatu kondisi sejahtera jasmani, rohani, sosial, ekonomi,

tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan namun dalam semua hal

yang berkaitan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsinya serta

prosesnya. Hampir seluruh negara menjadikan kesehatan reproduksi

remaja sebagai salah satu program negara.

Menurut Dipkes masa remaja adalah masa transisi yang ditandai

oleh adanya perubahan fisik emosi, serta psikis dimana usianya antara 10-

19 tahun dan masa ini merupakan suatu periode pematangan organ

reproduksi manusia, dan sering disebut sebagai masa pubertas (Widiastuti,

Rahmawati dan Purnamaningrum, 2009). Masa remaja disebut juga masa

adolescence ( tumbuh menjadi dewasa). Masa remaja ditandai oleh masa

pubertas yaitu waktu seorang perempuan mampu mengalami konsepsi

yaitu menstruasi/haid pertama, dan adanya mimpi basah pada anak laki-

laki. Pada masa tersebut remaja mengalami perkembangan seksual

diantaranya, kematangan organ seksual mulai berfungsi, baik untuk

reproduksi (menghasilkan keterunan), maupun rekresi (mendapat

kesenangan). (Moersintowati, p. 171).


Remaja putri yang sudah matang alat reproduksinya maupun

hormon-hormon dalam tubuhnya akan mengalami menstruasi. Menstruasi

atau haid merupakan pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus

disertai pelepasan endometrium (Proverawati, 2009) yang dimulai sekitar

14 hari setelah ovulasi. Usia pada saat dimulainya menstruasi pada saat

remaja adalah pada usia 12 atau 13 tahun. Sebagai perempuan mengalami

haid lebih awal yaitu pada usia 8 tahun dan lebih lambat pada usia 18

tahun. Terjadinya menstruasi pada remaja tidaklah sama, ada beberapa

faktor yang mempengaruhi, salah satunya faktor sosial ekonomi yang

berkaitan dengan upaya pemenuhan sarana dan prasarana dalam

melakukan perawatan diri, keturunan dan juga faktor kesehatan dan gizi.

(Andira, 2010).

Menurut Riskesdas 2010 (Riset Kesehatan Dasar) persentase

remaja putri yang mendapatkan haid pertama pada usia 15-16 tahun di

provinsi Sulawesi Tenggara yaitu 22,8%. Persentase perempuan usia 10-

59 tahun di provinsi Sulawesi Tenggara yang mengalami haid tidak teratur

adalah diprovinsi Sulawesi Tenggara 8,7%.

Perilaku yang kurang dalam merawat vulva hygine saat menstruasi

seperti malas mengganti pembalut dapat menyebabkan infeksi jamur dan

bakteri ini terjadi saat menstruasi karena bakteri yang berkembang pada

pembalut. Personal hygine saat menstruasi dapat dilakukan dengan

mengganti pembalut setiap 4 jam dalam sehari. Setelah mandi serta buang

air, vagina dikeringkan dengan tisue atau handuk agar tidak lembab.
Pemakian celana dalam yang baik terbuat dari bahan yang mudah

menyerap keringat (Solita, 2003).

Berdasarkan data survei yang dilakukan World Health

Organization (WHO) di beberapa negara, remaja putri berusia 10-14 tahun

mempunyai permasalahan terhadap reproduksinya. Sedangkan data

statistik di Indonesia dari 43,3 juta jiwa remaja putri berusia 10-14 tahun

berprilaku hygine sangat buruk

Perilaku personal hygine adalah suatu pemahaman, sikap, dan

praktik yang dilakukan seseorang untuk meningkatkan derajat kesehatan,

memelihara kebersihan diri, meningkatkan rasa percaya diri, menciptakan

keindahan, dan mencegah timbulnya penyakit (Mardani dan Priyato,

2010). Personal hygine genitalia merupakan pemeliharaan kebersihan dan

kesehatan individu yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari sehingga

terhindar dari gangguan alat reproduksi dan mendapatkan kesejahteraan

fisik dan psikis serta meningkatkan derajat kesehatan (Tapparan dan

Pandelaki, 2013. Akibat kurangnya pemahaman personal hygine genitalia

adalah terjadinya gangguan kesehatan reproduksi seperti keputihan, infeksi

saluran kemih (ISK), penyakit radang panggul (PRP) dan kemungkinan

terjadi kanker leher rahim (Wakhidah dan Wijayanti, 2014).

Sebuah penelitian yang menunjukkan kecenderungan bahwa

infeksi saluran kemih (ISK), Human Papiloma Virus (HPV) disebabkan

karena kurangnya pengetahuan wanita dalam menjaga kebersihan terutama


dan menjaga kebersihan kewanitaan pada saat menstruasi sehingga virus

tersebut dapat berkembang biak dalam organ reproduksi wanita yang

dalam kondisi lembab (Proverawati, 2009). Masalah fisik yang mungkin

timbul dari kurangnya pengetahuan adalah kurangnya personal hygine

sehingga beresiko untuk terjadinya Infeksi Saluran Kemih (ISK)

(Proverawati, 2009).

Organ genetalia sangatlah mudah terinfeksi ketika menstruasi

karena kuman mudah masuk dan menimbulkan penyakit pada saluran

reproduksi (Kusmiran, 2012). Penyebab utama penyakit infeksi saluran

reproduksi yaitu : imunitas lemah (10%), perilaku kurang personal hygine

saat menstruasi (50%) (Rahmatika, 2010). Menurut Data Badan Pusat

Statistik (BPR) dan Bappenas tahun 2010, sebagian besar dari 63 juta jiwa

remaja di Indonesia rentan berperilaku tidak sehat (Misyaroh, 2010).

Data SKKRI (Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia)

tahun 2007 menyatakan bahwa nasional remaja yang perilaku hygine

dengan benar sebesar 21,6%. Hasil survei menunjukkan remaja yang

terpapar informasi PIK-Remaja (Pusat Informasi dan Konseling Remaja)

mencapai 28%. Berarti hanya 28 dari 100 remaja yang akses dengan

kegiatan informasi kesehatan reproduksi yang berkaitan dengan

menstruasi.

Pengetahuan remaja putri tentang hygine menstruasi cenderung

belum adekuat, terlebih berhubungan dengan genetalia. Penanganan


kebersihan diri yang tidak benar dan tidak higienis juga dapat

mengakibatkan tumbuhnya mikroorganisme secara berlebihan dan

akhirnya mengganggu fungsi alat reproduksi (Ariyani, 2009). Kebersihan

perorangan atau personal hygine merupakan suatu tindakan untuk

memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk menjaga

kesejahteraan fisik dan psikis (Laily dan Sulistyo, 2012). Salah satu

dampak kurangnya menjaga personal hygine adalah terjadinya keputihan.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Universitas Katolik Musi

Charitas Palembang didapatkan dari 12 responden remaja putri diberi

pertanyaan tentang pengetahuan dengan penatalaksanaan personal hygine

saat menstruasi yang hasilnya hanya 4 responden (33,3%) memiliki

pengetahuan baik tentang penatalaksanaan personal hygiene saat

menstruasi dan sisanya 8 orang responden (66,7%) memiliki pengetahuan

yang kurang baik tentang penatalaksanaan saat menstruasi. Selanjutnya 12

remaja putri tersebut diberikan lagi pertanyaan tentang penatalaksanaan

personal hygiene saat menstruasi dan hasil yang diperoleh adalah 7 dari 12

responden (58,3%) memilik perilaku yang tidak baik saat menstruasi

seperti mengganti pembalut 1x sehari, cebok yang salah yaitu dari arah

belakang ke arah depan serta menggunakan pembalut yang tidak terbuat

dari bahan kapas atau memakai pemutih.

Berdasarkan masalah diatas, maka peneliti tertarik melakukan

penelitian dengan judul “ Gambaran Pengetahuan Dengan


Penatalaksanaan Personal Hygiene Saat Mestruasi Di Universitas Katolik

Musi Charitas Palembang Tahun 2017”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “ Bagaimana Gambaran Pengetahuan Dengan

Penatalaksanaan Personal Hygiene Saat Menstruasi Di Universitas Katolik

Musi Charitas Palembang Tahun 2017 ?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menggambarkan Pengetahuan Dengan Penatalaksanaan Personal

Hygiene Saat Menstruasi Di Universitas Katolik Musi Charitas

Palembang Tahun 2017?

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahuai gambaran rata-rata usia manarche saat menstruasi

pada remaja putri Universitas Katolik Musi Charitas Palembang.

b. Mengetahui gambaran pengetahuan tentang penatalaksanaan

Personal Hygiene saat menstruasi pada remaja putri Universitas

Katolik Musi Charitas Palembang.

c. Mengetahui gambaran penatalaksanaan Personal Hygiene saat

menstruasi pada remaja putri Universitas Katolik Musi Charitas

Palembang.
d. Mengetahui keluhan pada organ reproduksi remaja putri

Universitas Katolik Musi Charitas Palembang.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

mahasiswi untuk mengembangkan ilmu Keperawatan sehingga dapat

meningkatkan mutu asuhan keperawatan terutama untuk mengetahui

gambaran pengetahuan dengan penatalaksanaan personal hygiene saat

menstruasi di Universitas Katolik Musi Charitas Palembang.

2. Bagi Mahasiswi Unika

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan untuk

mengembangkan kamunikasi, informasi, dan edukasi mengenai

penatalaksanaan personal hygiene saat menstruasi bagi pihak kampus

yang bersangkutan.

3. Bagi Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini merupakan suatu wujud peran perawat sebagai

edukator, sehingga masyarakat akan mengetahui perawat juga dapat

membantu dalam hal peningkatan status kesehatan masyarakat

khususnya pada tindakan penatalaksanaan personal hygiene saat

menstruasi.
4. Bagi Penliti

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan,

wawasan dan pengalaman secara langsung dalam melakukan

penelitian dengan tata cara yang baik dan benar. Selain itu dapat

melaksanakan penelitian ini, peneliti juga dapat mengetahui

pengetahuan dengan penatalaksanaan personal hyigene saat menstruasi

pada mahasiswi Universitas Katolik Musi Charitas Palembang.

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini termasuk dalam area Maternitas Kesehatan

Reproduksi dan penelitian ini dilakukan dengan kuantitatif, metode

penelitian ini yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan desain

cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2017 dengan

sasaran seluruh mahasiswi Universitas Katolik Musi Charitas Palembang

dengan sampel sebanyak 100 responden. Teknik pengumpulan data

dengan menggunakan kuesioner yang sudah di uji validitas dan reabilitas

di Universitas Katolik Musi Charitas Palembang.

Anda mungkin juga menyukai