Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tahun 2014 dan tahun 2015 merupakan tahun yang sangat penting bagi kegiatan
penanggulangan HIV dan AIDS dimana tahun 2015 adalah awal dari pelaksanaan Rencana
Strategi dan Aksi Nasional Penanggulangan AIDS 2015-2019. Kesinambungan program
penanggulangan HIV dan AIDS dapat dilihat dari berbagai aspek, antara lain peraturan dan
kelembagaan serta anggaran belanja. Untuk menyelenggarakan strategi dan rencana aksi tahun
2015 – 2019 dibutuhkan dana yang diharapkan bersumber dari anggaran pemerintah pusat
(APBN), anggaran pemerintah provinsi dan kabupaten/kota (APBD), bantuan dari pihak swasta,
masyarakat dan mitra internasional. Semua sumber pendanaan dapat berupa dana tunai maupun
kontribusi non tunai, misalnya dari masyarakat dapat berbentuk kontribusi tenaga maupun fasilitas
masyarakat. Dari pihak swasta kontribusi dapat berupa program-program tanggung-jawab sosial
perusahaan (corporate social responsibility) yang diselenggarakan oleh perusahaan-perusahaan
nasional maupun multi nasional. Sifat eksklusif penanganan penyakit HIV dan AIDS selama ini
telah disadari kurang efektif dan efisien karena menimbulkan berbagai pemahaman yang berbeda
tentang pendanaannya. Tidak dapat dihindari bahwa kesadaran akan penyegeraan upaya
penanganan penyakit menular berbahaya ini membuat banyak negara donor tergerak membantu
penanganan kasus HIV dan AIDS di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Mamajemen ?
2. Bagaimana pembiayaan hiv/aids di Indonesia ?
3.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen


Manajemen ialah sebuah seni untuk mengatur sesuatu, baik orang ataupun pekerjaan.
Pengertian manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan suatu
organisasi dengan cara bekerja dalam team. Dalam sebuah penerapannya manajemen memiliki
subyek dan obyek. Subyek adalah orang yang mengatur sedangkan obyek adalah yang diatur.
Manajemen adalah ilmu yang sangat luas, bahkan belum jelas asal-usul ilmu ini mulai ada. Karena
ilmu manajemen adalah ilmu yang sangat berguna bukan hanya dalam ilmu bisnis tetapi juga
dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Stoner Manajemen merupakan proses dalam membuat suatu perencanaan,
pengorganisisasian, pengendalian serta memimpin berbagai usahda dari anggota entitas/organisasi
dan juga mempergunakan semua sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan.

2.2 Pembiayaan HIV dan AIDS


Perkembangan alokasi pembiayaan untuk penanggulangan HIV dan AIDS dari sisi
kebijakan dan hubungan dengan sistem kesehatan daerah digambarkan oleh Dr. Silwanus Sumule
yang membahas persoalan kesehatan di Papua dalam perspektif kesehatan dan pelaksanaan
kebijakan otonomi khusus yang dimandatkan melalui UU no. 21 tahun 2001. UU ini memberikan
kewenangan untuk mengatur alokasi pembiayaan sesuai dengan karakteristik lokal. Otonomi
Khusus telah berhasil meningkatkan alokasi pendanaan kesehatan di Papua sebesar 15%.
Kebijakan pembiayaan kesehatan ini cukup besar. Yang menjadi persoalah bagaimana dana besar
ini dimanfaatkan dengan benar untuk kesehatan masyarakat Provinsi Papua secara adil dan tidak
menimbulkan masalah baru.

Kondisi terkini HIV dan AIDS di Papua memperlihatkan bahwa Provinsi Papua
menduduki Prevalensi HIV tertinggi di Indonesia, dimana prevalensi orang asli Papua adalah 2,9%
(Studi STBP 2013). Sementara pelayanan kesehatan dasar dikampung-kampung masih sangat
memprihatinkan. Oleh karena itu, program kesehatan di Provinsi Papua difokuskan pada Papua
Sehat untuk Bangkit Mandiri Sejahtera 2013 – 2018. Berdasarkan Peraturan Presiden No:72 tahun
2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional maka disusunlah 15 program prioritas, diantaranya
program Pengendalian Penyakit Menular terfokus ATM. Dalam hal pembiayaan layanan
kesehatan , saat ini sedang dilakukan Sinkronisasi Jaminan Pembiayaan dan Kartu Papua Sehat
(KPS). Pertimbangan sinkronisasi tersebut adalah : Sesuai Perda / Perdasus Kesehatan No 7 Tahun
2014, Orang Asli Papua (OAP) berhak mendapat 2 Jaminan Pembiayaan baik sebagai warga
negara RI dan OAP, KPS digunakan sebagai "Cost Sharing" pada komponen yang tidak
ditanggung atau kurang dalam jaminan Pembiayaan tersebut. KPS menopang pelaksanaan
Jaminan Kesehatan Nasional. Hal ini dianggap memungkinkan karena 15% Dana Otonomi Khusus
dialokasikan untuk Bidang Kesehatan terutama untuk Layanan Kesehatan Dasar.
Sumber-sumber pembiayaan untuk Penanggulangan AIDS di Indonesia digambarkan oleh
peneliti Mardiati Nadjib dari Universitas Indonesia. Peningkatan respon International terhadap
HIV dan AIDS terutama pemberian bantuan finansial terus meningkat sejak 2006–2012.
Pengelolaan pembiayaan tersebut perlu mekanisme pemantauan dengan tracking pemanfaatannya
secara rinci untuk memastikan akuntabilitas dari penggunaan sumber-sumber dana upaya
penanggulangan HIV dan AIDS. Sumber pendanaan HIV dan AIDS dapat dibagi dalam beberapa
kelompok yaitu, dana yang bersumber dari : Publik melalui APBN dan APBD (minus Jamkesmas
dan Jamkesda) yang menyangkut 17 Sektor dan 12 Provinsi; Donor internasional yaitu:
multilateral (Global Fund, UN Agencies, dan EU), dan donor Bilateral (Pemerintah Australia
melalui DFAT dan Pemerintah Amerika melalui USAID); dan Private (Swasta) contohnya
Indonesian Business Coalition on AIDS (IBCA ). Dengan adanya dinamika perubahan sosial,
ekonomi, dan politik saat ini, beberapa tantangan muncul dalam pendanaan upaya penanggulangan
HIV dan AIDS di Indonesia, yaitu: Sumber dana donor asing : Global Fund sebagai kontributor
utama program HIV dan AIDS akan berakhir di tahun 2017. Apa yang harus disiapkan untuk
melanjutkan upaya penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia? Sumber dana Pemerintah adalah
bagaimana meningkatkan peran pemda dimana HIV dan AIDS sebagai salah satu target MDGs
belum diterjemahkan ke dalam Standard Pelayanan Minimum (SPM); dan Sumber dana pribadi
adalah melihat sejauh mana kepedulian dunia usaha terhadap upaya penanggulangan HIV dan
AIDS? Terkait pembiayaan penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia, seorang peneliti
independen dan penggiat AIDS, Aang Sutrisna mengemukakan bahwa di antara Negara ASEAN,
pertumbuhan infeksi baru HIV di Indonesia adalah yang tertinggi. Namun demikian sebagian besar
program pengendalian HIV masih didominasi oleh pendanaan mitra internasional. Perkembangan
terakhir menunjukkan dana lokal cenderung meningkat dan terbesar sebagai sumber dana belanja
program HIV dan AIDS sepanjang tahun 2006-2012, di ikuti Global Fund (GF) dan DFAT
Australia. Distribusi dana dari donor sebagian besar adalah untuk Pencegahan dan Penelitian
sedangkan dana lokal digunakan untuk pengobatan dan perlindungan sosial. Pertanyaannnya
kemudian adalah bagaimana keberlanjutan komposisi pendanaan ini bila dana sumber donor luar
negeri dihentikan? Indonesia yang sudah masuk dalam kategori negara lower middle income
country wajib hukumnya mengembangkan strategi pembiayaan yang lebih besar untuk mengatasi
kekurangan sumber dana kesehatan penanggulangan HIV da AIDS pasca GF. Alokasi untuk
pembiayaan HIV dan AIDS di Indonesia masih terbilang lebih rendah, yaitu 42 %, dibandingkan
dengan negara lain Philipina (52%) atau Malaysia (97%) (Gap Report, UNAIDS 2014).

Anda mungkin juga menyukai