Anda di halaman 1dari 9

PENGOLAHAN INDUSTRI KOSMETIK

I. Latar Belakang

Potensi industri telah memberikan sumbangan bagi perekonomian Indonesia

melalui barang produk dan jasa yang dihasilkan. Dimana industri dapat menghasilkan

berbagai macam produk untuk memenuhi kebutuhan manusia saat ini yang semakin

tinggi. Namun disisi lain, kehadiran industry tentunya akan meninggalkan limbah yang

dapat mencemari lingkungan. Dari berbagai macam industri yang menghasilkan

limbah, keberadaan limbah yang bersumber dari industri kosmetik juga cukup

mengkhawatirkan. Industri kosmetik, saat ini lebih terfokus pada upaya untuk

melakukan efisiensi seiring makin melambungnya biaya produksi. Sehingga

pengelolaan terhadap limbah yang dihasilkan kerap kali tidak mendapat perhatian. Hal

ini ditambah dengan mahalnya biaya pengelolaan limbah industry yang membuat

semakin minimnya perhatian terhadap pengelolaan limbah.

Limbah industri kosmetik sangat berpotensi sebagai penyebab terjadinya

pencemaran lingkungan. Pada umumnya limbah industri kosmetik mengandung

limbah B3, yaitu bahan berbahaya dan beracun. Menurut PP 18/99 pasal 1, limbah B3

adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun

yang dapat mencemarkan atau merusak lingkungan hidup sehingga membahayakan

kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan mahluk dan lainnya.

II. Sejarah Industri PT. PARAGON TECHNOLOGY AND INNOVATION.

PT Paragon Technology and Innovation berdiri pada tanggal 28 Februari

1985 dengan nama awal PT Pusaka Tradisi Ibu. Perusahaan ini baru berganti nama
menjadi PT Paragon Technology and Innovation pada tahun 2011. Perusahaan ini

didirikan oleh pasangan suami istri Drs. H. Subakat Hadi, M.Sc dan Dra. Hj. Nurhayati

Subakat, Apt. PT Pusaka Tradisi Ibu (PTI) pada awal berdirinya hanya memproduksi

perawatan rambut. Pada tahun 1987, perusahaan ini mengeluarkan produk perawatan

rambut dengan merk Ega yang dipasarkan ke salon-salon. Kemudian lahir produk Putri

yang sampai sekarang masih diproduksi.

Tahun 1985-1990, PT Pusaka Tradisi Ibu mengalami perkembangan pesat.

Mulai dari Jabotabek, produknya mulai menyebar dan bersaing langsung dengan

produk lama yang telah eksis. Pada bulan Desember 1990, PT Pusaka Tradisi Ibu

mendirikan pabrik produksi di Kawasan Industri Cibodas Tangerang. Pendirian pabrik

yang baru ini bertujuan untuk menambah kapasitas produksi yang terus meningkat.

Pada tahun 1995, PTI mulai mengembangkan merk Wardah. Namun, belum bisa

berjalan dengan baik dikarenakan rekanan manajemen yang kurang baik. PTI kembali

mencoba mengembangkan Wardah pada tahun 1996 dengan tetap bekerja sama dengan

agen dalam pemasarannya. Sejak itu penjualannya mulai menanjak dan PT Pusaka

Tradisi Ibu memasuki pasar tata rias (decorative).

Pada tahun 2005, PT Pusaka Tradisi Ibu sudah menerapkan Good

Manufacturin Practice (GMP) dan Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik (CPKB).

Sampai sekarang, di Indonesia baru 80 pabrik dari keseluruhan 760 pabrik yang sudah

menerapkan CPKB. Selain itu, PTI menjadi percontohan pelaksanaan CPKB untuk

industri kosmetika yang lainnya. PTI sampai dengan saat ini sudah memiliki 26

Distribution Centre (DC) hampir di seluruh wilayah Indonesia. Saat ini perusahaan ini

telah memiliki DC di Malaysia.


III. Penanganan Limbah di PT Paragon Technology and Innovation

PT Paragon Technology and Innovation tentunya akan menghasilkan

limbah sebagai satu bagian dalam proses produksi yang dilakukan oleh PT Paragon

Technology and Innovation. Limbah yang dihasilkan oleh PT Paragon Technology

dibedakan menjadi limbah padat, limbah cair, dan limbah B3. Limbah padat adalah

limbah yang berupa karton, plastik yang sudah tidak terpakai kemudian limbah tersebut

akan dijual ke pihak ke-3. Sedangkan sampahseperti kertas, plastik kotor,tissue dan

lain-lain akan dibuang dengan cara bekerja sama dengan pihak ketiga. Limbah cari

merupakan limbah yang berasal dari kamar mandi dan air bekas pencuci. Karena

limbah cair ini bukan limbah yang berbahaya, maka limbah ini tidak melalui proses

pengolahan akan tetapi langsung dibuang ke aliran pembuangan toilet. Limbah B3

sendiri terbagi menjadi 2, yaitu :

1. Limbah B3 padat

Limbah ini merupakan limbah yang dihasilkan dari proses produksi yang kadar

airnya kurang dari 70%, yaitu dari sisa hasil produksi cream, powder dan lipstik.

Limbah tersebut akan dikumpulkan dalam suatu wadah dan kemudian akan

diberikan kepada pihak ke-3 yang mempunyai izin dalam menangani limbah

tersebut.

2. Limbah B3 cair

Limbah ini merupakan limbah yang dihasilkan dari proses produksi yang kadar

airnya lebih dari 70%, yaitu dari sisa hasil produksi shampo, hair tonic, toner,

parfume, dan lain-lain. Limbah tersebut kemudian diolah di IPAL (Instalasi

Pengolahan Limbah).
IV. Pengolahan Limbah B3 Cair.

Teknologi pengolahan limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian

lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan limbah domestik maupun industri

yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat setempat. Jadi

teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi

masyarakat yang bersangkutan. Berbagai teknik pengolahan limbah untuk menyisihkan

bahan polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik pengolahan air

buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode

pengolahan:

1. Pengolahan secara fisika

2. Pengolahan secara kimia

3. Pengolahan secara biologi

Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut dapat
diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi.

1. Pengolahan limbah secara fisika


Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air
buangan, diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang
mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu.
Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk
menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang
mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan.
Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan
mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap.
Dalam industri kosmetik, limbah cair secara umum diolah secara fisika
dengan cara pengendapan purifikasi sehingga dihasilkan air yang terpurifikasi yang
dapat direcycle untuk kegiatan yang lain. Namun dalam industri kosmetik terdapat
limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang biasanya berupa logam-logam
berat dan sisa-sisa pelarut yang bersifat toksik. Untuk bahan-bahan yang
mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan
berikutnya digunakan proses floatasi. Floatasi juga dapat digunakan sebagai cara
penyisihan bahan-bahan tersuspensi atau pemekatan lumpur endapan dengan
memberikan aliran udara ke atas. Proses filtrasi dalam pengolahan air buangan
biasanya dilakukan untuk mendahului proses adsobrsi atau proses revers osmosis,
untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak
mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam
proses osmosis. Proses adsorbsi biasanya menggunakan karbon aktif, dilakukan
untuk menyisihkan senyawa aromatik (fenol) dan senyawa organik terlarut lainnya,
terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut.
Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit-unit
pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali
air yang diolah. Biaya instalasi dan operasinya sangat mahal.

2. Pengolahan limbah secara kimia


Pengolahan limbah industri kosmetik yang berupa logam berat dan sisa
pelarut toksik secara kimia dilakukan dengan pengikatan bahan kimia
menggunakan partikel koloid. Penyisihan bahan tersebut dilakukan melalui
perubahan sifat bahan tersebut, yaitu tak mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi),
baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil
reaksi oksidasi.
Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan
membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan
muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya
dapat diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan
membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk endapan
hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam
tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5.
Khusus untuk krom heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida
[Cr(OH)3], terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan
membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5). Penyisihan bahan-bahan
organik beracun seperti fenol dan sianida pada konsentrasi rendah dapat dilakukan
dengan mengoksidasinya dengan klor (Cl2), kalsium permanganat, aerasi, ozon
hidrogen peroksida. Pada dasarnya kita dapat memperoleh efisiensi tinggi dengan
pengolahan secara kimia, akan tetapi biaya pengolahan menjadi mahal karena
memerlukan bahan kimia.

3. Pengolahan limbah secara biologi


Sebagai contoh adalah pengolahan etil alkohol. Etil alkohol merupakan pelarut
dalam industri kosmetik. Limbah cair ini bersifat mudah terbakar sehingga perlu
penanganan khusus dalam proses pengolahan limbahnya.
Residu alkohol yang berasal dari limbah kosmetik dipisahkan lalu
difermentasikan. Parameter yang mempengaruhi proses fermentasi ini antara lain
adalah suhu, pH, alkalinitas, DO, BOD, dan COD. Setelah difermentasikan,
selanjutnya didestilasi untuk dipisahkan etil alkohonya. Parameter proses destilasi
antara lain: suhu dan tekanan uap, Etil alcohol murni yang didapatkan selanjutnya
dapat digunakan lagi dalam industri kosmetik.
Selain etil alkohol dihasilkan pula etanol. Etanol yang dihasilkan dari
destilasi ini selanjutnya digunakan sebagai ‘green fuel’. Sedangkan residu sisanya
dievaporasi. Kondensat hasil evporasi disaring dengan menggunakan trickling filter
menghasilkan air yang dapat digunakan dalam proses industri serta untuk menyiram
tanaman. Sisa dari proses evaporasi dapat dijadikan pakan konsentrat.
Produk limbah cair etil alkohol banyak digunakan untuk menggantikan
sumber energi yang tidak dapat diperbarui seperti bahan bakar fosil. Sebagai
sumber yang dapat diperbarui, etanol memiliki keuntungan yang berarti bagi
lingkungan. Sebagai contoh, ketika digunakan sebagai bahan bakar tambahan
dalam automobile, etanol sendiri dapat:
a) Mengurangi gas knalpot dan gas greenhouse hingga 10%

b) Mengurangi pelepasan karbondioksida dan gas beracun tinggi-hingga


30%
c) Menghasilkan reduksi bersih pada lapisan bawah ozon, komponen besar
dari asap dan bahaya kesehatan bagi anak-anak dan dewasa untuk
masalah pernapasan

d) Membantu mengurangi ketergantungan negeri kita dalam impor minyak


asing.

V. Pengolahan Limbah Industri Kosmetik


Limbah cair dari PT Paragon Technology and Innovation terutama
mengandung bahan organik yang tinggi yang berasal dari produksi shampo (80 % dari
total limbah). Sistem pengolahan limbah cair yang dapat disarankan kepada PT
Paragon Technology and Innovation dilakukan secara kombinasi fisik-kimia-biologis.
Pengolahan kimia yang digunakan adalah proses koagulasil flokulasi, sedangkan
proses biologis yang digunakan adalah proses lumpur aktif (activated sludge).
Pengolahan kimia dengan proses koagulasi/flokulasi menggunakan bahan
kimia Na2CO3 untuk pengaturan pH, PAC sebagai koagulan, dan polimer anionik
sebagai koagulan pembantu. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, didapatkan dosis
optimum koagulan yang digunakan, yaitu Na2CO3 sebesar 600 ppm, PAC sebesar 4000
ppm, dan polimer anionik sebesar 1.5 ppm. Efisiensi yang diperoleh adalah zat padat
tersuspensi (SS) tebesar 80,3% dan COD sebesar 80,8%.
Pengolahan biologis baik dengan proses lumpur aktif maupun gabungan
proses anaerob-aerob dalam reaktor tipe fixed film dilakukan dengan menggunakan
tiga variasi waktu tinggal (detention time), yaitu 24 jam, 48 jam, dan 72 jam.
Pengolahan limbah cair dengan proses anaerob dan aerob dalam reaktor tipe fixed film
(AAFBR) dengan waktu tinggal 24 jam dapat menurunkan COD maksimum sebesar
34,94%, dengan waktu tinggal 48 jam sebesar 75,34%, sedangkan dengan waktu
tinggal 72 jam sebesar 81,53%.Sedangkan proses lumpur aktif dengan waktu tinggal
24 jam dapat menurunkan COD maksimum sebesar 52,01%, dengan waktu tinggal 48
jam sebesar 68,29%, dan dengan waktu tinggal 72 jam sebesar 76,22%.Berdasarkan
pengamatan, terlihat bahwa persentase penyisihan COD pada proses aerob cenderung
menurun dengan bertambahnya waktu tinggal. Sebaliknya dengan proses anaerob,
persentase penyisihan COD pada proses aerob semakin meningkat dengan
bertambahnya waktu tinggal. Yang perlu diperhatikan bahwa tenyata efisiensi
pengolahan Iimbah cair dengan proses koagulasi/flokulasi (proses fisik kimia), proses
lumpur aktif dan proses anaerob-aerob (proses fisik-biologi) yang dilakukan secara
terpisah belum dapat menurunkan beban COD sampai memenuhi baku mutu limbah
yang berlaku. Untuk memperoleh efisiensi pengolahan yang dapat menurunkan beban
COD sampai memenuhi baku mutu maka dilakukan penggabungan terhadap ketiga
proses.
TUGAS 1
PENGOLAHAN FISIKA DAN KIMIA – TL 3101
PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI KOMESTIK

Oleh :

Luqmanul Hakim Al Ghifari ( 15316029)

Rizky Prayoga (15316035)

Muhammad Aldiy Akbar (15316079)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2018

Anda mungkin juga menyukai