FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Oleh:
Zulfatul Ain binti Zulkefli
C 111 13 860
Supervisor :
dr. Sultan Buraena, MS, Sp.OK
ARTIKEL PENELITIAN
Tunnel
Abstrak
Latar Belakang: Carpal Tunnel Syndrome (CTS). CTS telah dianggap
Syndrome (CTS) merupakan sindrom yang sebagai penyakit abad ini, karena insiden
timbul akibat nervus medianus tertekan di telah meningkat dalam 40,8% dari
dalam Carpal Tunnel (terowongan karpal) gangguan stres yang berulang, dengan
di pergelangan tangan, sewaktu nervus prevalensi pada wanita, dan usia dominan
melewati terowongan tersebut dari lengan mulai dari 25 sampai 40 tahun. Hal ini
bawah ke tangan. Gerakan tangan, fleksi ditandai dengan rasa sakit dan paresthesia
dan ektensi yang berulang-ulang serta dalam empat jari pertama dan pergelangan
mengetik menyebabkan kompresi saraf tangan, dan nyeri lengan, kelemahan, mati
median diterowongan karpal merupakan rasa di daerah saraf median, mengekalkan
hasil dari ketidaksesuaian antara volume atau tidak sensasi palmaris dan mati rasa
isi kanal dan ukuran relatif. dalam distribusi N. Median.
CTS merupakan penyakit yang sering Metode: Penelitian ini menggunakan
dijumpai pada pekerja industri dalam metode penelitian deskriptif dengan
setiap kasus penyakit akibat kerja di pendekatan cross sectional melalui proses
beberapa negara. Statistik menunjukkan walk through survey. Data yang digunakan
jumlah peningkatan kasus, korban seperti berupa kebiasaan responden dan
juru ketik, operator telpon, kasir, cuci faktorfaktor hazard di lingkungan kerja
piring dan banyak lainnya dengan tingkat kasir di hypermarket besar yang dapat
keterlibatan bervariasi. Hal ini terdiri dari menjadi faktor risiko dari Carpal Tunnel
gangguan yang mempengaruhi ekstremitas Syndrome, seperti kegiatan yang berulang-
atas yang diakui oleh Departemen Sosial. ulang, dan peregangan dari pergelangan
Di antara penyakit yang menonjol karena tangan yang berlebih dan kegiatan yang
dilakukan dalam waktu lama.
1|Page
Analisis Kejadian Carpal Tunnel Syndrome Pada Kasir Hypermarket
2|Page
Analisis Kejadian Carpal Tunnel Syndrome Pada Pekerja di Rumah Makan Sambal Lalap
atrofi tenar dan yang bila ada iskemia yang kaku sehingga menjebak saraf
berpanjangan, kerusakan akson dapat medianus. Kebanyakan sindrom ini
terjadi dan disfungsi saraf ireversibel bersifat idiopatik. Penderita mengeluh
menyebabkan kerusakan fungsional kelemahan atau kekakuan tangan, terutama
tangan.1 melakukan pekerjaan menggunakan jari.8
yang di temukan, yaitu: rasa nyeri, baal, radial dan ulnar. Komponen radial dari
atau seperti terkena sengatan listrik yang N.Medianus akan menjadi cabang sensorik
dipersarafi oleh n. medianus, rasa kebas, pada permukaan palmar jari-jari pertama
dan terjadi di jari pertama sampai setengah dan kedua dan cabang Motorik M.
yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis Pollicis, dan bagian atas dari M. Flexor
CTS yaitu antara lain: tes Phalen dan tes Pollicis Brevis.
Tinel, serta dapat dilakukan tes neurologi Beberapa penyebab dan faktor- faktor
lainnya seperti EMG. 9 yang berpengaruh dalam kejadian carpal
tunnel syndrome antara lain adalah 1.
Herediter, neuropati herediter yang
TINJAUAN PUSTAKA :
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) cenderung menjadi pressure palsy,
disebabkan gerakan berulang dan posisi secara langsung pada pergelangan tangan
yang menetap pada jangka waktu yang atau secara tidak langsung apabila
suplay darah ke tangan dan pergelangan hematom pada lengan bawah, 3. Pekerjaan,
tangan. Carpal Tunnel Syndrome gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi
medianus didalam Carpal Tunnel pada Seorang sekretaris yang sering mengetik,
retinakulum. Sindrom ini terjadi akibat beban berat dan pemain musik terutama
kenaikan tekanan dalam terowongan yang pemain piano dan pemain gitar yang
3|Page
Analisis Kejadian Carpal Tunnel Syndrome Pada Kasir Hypermarket
Ada beberapa hipotesis mengenai efek dari penggunaan jangka panjang alat
patogenesis dari CTS. Patogenesis CTS yang bergetar pada saraf median di karpal
masih belum jelas. Beberapa teori telah tunnel. Lundborg et al mencatat edema
diajukan untuk menjelaskan gejala dan epineural pada saraf median dalam
gangguan studi konduksi saraf. Yang beberapa hari berikut paparan alat getar
beberapa faktor seperti ketegangan, tenaga Hipotesis lain dari CTS berpendapat
berlebihan, hyperfunction, ekstensi bahwa faktor mekanik dan vaskular
pergelangan tangan berkepanjangan atau memegang peranan penting dalam
berulang. Karakteristik gejala CTS, terjadinya CTS. Umumnya CTS terjadi
terutama kesemutan, mati rasa dan nyeri secara kronis dimana terjadi penebalan
akut, bersama dengan kehilangan konduksi fleksor retinakulum yang menyebabkan
saraf akut dan reversibel dianggap gejala tekanan terhadap nervus medianus.
untuk iskemia. Seiler et al menunjukkan Tekanan yang berulang-ulang dan lama
(dengan Doppler laser flowmetry ) bahwa akan mengakibatkan peninggian tekanan
normalnya aliran darah berdenyut di dalam intrafasikuler. Akibatnya aliran darah vena
saraf median dipulihkan dalam 1 menit intrafasikuler melambat. Kongesti yang
dari saat ligamentum karpal transversal terjadi ini akan mengganggu nutrisi
dilepaskan. Sejumlah penelitian intrafasikuler lalu diikuti oleh anoksia
eksperimental mendukung teori iskemia yang akan merusak endotel. Kerusakan
akibat kompresi diterapkan secara endotel ini akan mengakibatkan kebocoran
eksternal dan karena peningkatan tekanan protein sehingga terjadi edema epineural.
di karpal tunnel. Gejala akan bervariasi Hipotesa ini menerangkan bagaimana
sesuai dengan integritas suplai darah dari keluhan nyeri dan sembab yang timbul
saraf dan tekanan darah sistolik . Kiernan terutama pada malam atau pagi hari akan
dkk menemukan bahwa konduksi berkurang setelah tangan yang terlibat
melambat pada median saraf dapat digerak-gerakkan atau diurut, mungkin
dijelaskan oleh kompresi iskemik saja dan akibat terjadinya perbaikan sementara pada
4|Page
Analisis Kejadian Carpal Tunnel Syndrome Pada Pekerja di Rumah Makan Sambal Lalap
aliran darah. Apabila kondisi ini terus tangan terasa lemas dan hilang
berlanjut akan terjadi fibrosis epineural keseimbangan terutamanya pada siang
yang merusak serabut saraf. hari. Kelemahan pada tangan juga sering
Lamakelamaan saraf menjadi atrofi dan dinyatakan dengan keluhan adanya
digantikan oleh jaringan ikat yang kesulitan yang penderita sewaktu
mengakibatkan fungsi nervus medianus menggenggam. Pada tahap lanjut dapat
terganggu secara menyeluruh (Bahrudin, dijumpai atrofi otot – otot thenar (oppones
2011). Selain akibat adanya penekanan policis dan abductor policis brevis)) dan
yang melebihi tekanan perfusi kapiler akan otot – otot lainnya yang diinervasikan oleh
8,9
menyebabkan gangguan mikrosirkulasi saraf medianus .
dan timbul iskemik saraf. Keadaan iskemik Faktor risiko Carpal Tunnel
ini diperberat lagi oleh peninggian tekanan Syndrome terdiri dari okupasi dan non
intrafasikuler yang menyebabkan okupasi. Faktor risiko okupasi yaitu
berlanjutnya gangguan aliran darah. bekerja dengan cepat, gerakan berulang,
Selanjutnya terjadi vasodilatasi yang pekerjaan yang banyak menggunakan
menyebabkan edema sehingga sawar pergelangan tangan dan getaran. Faktor
darah-saraf terganggu yang berkibat terjadi yang bukan okupasi yaitu jenis kelamin,
2.
kerusakan pada saraf tersebut . umur, indeks massa tubuh, merokok, status
Gejala awal biasanya berupa parestesia kehamila 8,9
.
yang terjadi dalam distribusi saraf Penatalaksanaan Carpal Tunnel
medianus tangan, tiap malam pasien Syndrome, Kasus ringan bisa diobati
terbangun pada jam-jam awal dengan rasa dengan obat anti inflamasi non steroid
nyeri yang panas membakar,perasaan geli, (OAINS) dan menggunakan penjepit
dan mati rasa. Gejala-gejala carpal tunnel pergelangan tangan yang mempertahankan
syndrome seperti sakit tangan dan mati tangan dalam posisi netral selama minimal
rasa, terutama pada waktu malam hari, dua bulan, terutama pada malam hari atau
nyeri, kesemutan, mati rasa pada jari – jari selama gerakan berulang. Kasus lebih
tangan terutama ibu jari, jari telunjuk dan lanjut dapat diterapi dengan injeksi steroid
jari tengah, waktu pagi atau siang hari lokal yang mengurangi peradangan. Jika
perasaan pembengkakan terasa ketika tidak efektif, dan gejala yang cukup
menggerakkan tangan dengan cepat, rasa mengganggu operasi sering dianjurkan
sakit menjalar ke atas hingga lengan atas untuk meringankan kompresi. Oleh karena
sampai dengan pundak dan terkadang itu sebaiknya terapi CTS dibagi atas 2
5|Page
Analisis Kejadian Carpal Tunnel Syndrome Pada Kasir Hypermarket
6|Page
Analisis Kejadian Carpal Tunnel Syndrome Pada Pekerja di Rumah Makan Sambal Lalap
Selain itu, penelitian dengan studi ini tidak eksposur atau kesehatan okupasi mengenai
menggambarkan perjalanan penyakit, risk assessment.
insiden, maupun prognosis penyakit. Walk Through Survey ini adalah
Bahan yang digunakan pada survei ini bertujuan untuk memahami proses
adalah checklist walk through survey dan produksi, denah tempat kerja dan
dilakukan dengan wawancara. Checklist lingkungannya secara umum. Selain itu,
walk through survey ini dibuat berdasarkan mendengarkan pandangan pekerja dan
informasi yang diperlukan daripada tujuan pengawas tentang K3, memahami
survei ini dilakukan. Pada survei ini, pekerjaan dan tugas-tugas pekerja,
informasi yang diperlukan adalah ada mengantisipasi dan mengenal potensi
tidaknya faktor hazard, alat kerja apa yang bahaya yang ada dan mungkin akan timbul
digunakan, alat pelindung diri yang di tempat kerja atau pada petugas dan
digunakan, ketersediaan obat P3K di menginventarisir upaya-upaya K3 yang
tempat kerja, keluhan atau penyakit yang telah dilakukan mencakup kebijakan K3,
dialami pekerja dan upaya pengetahuan upaya pengendalian, pemenuhan peraturan
mengenai K3 kepada pekerja pengelasan. perundangan dan sebagainya. Survey
Peralatan yang diperlukan untuk dilakukan di Hypermarket
melakukan walk through survey antara Giant, Makassar ( 28 Mei 2018 ), yaitu :
lain: Alat tulis menulis, kamera digital,
checklist. No. Tanggal Kegiatan
7|Page
Analisis Kejadian Carpal Tunnel Syndrome Pada Kasir Hypermarket
8|Page
Analisis Kejadian Carpal Tunnel Syndrome Pada Pekerja di Rumah Makan Sambal Lalap
quality of life seseorang menurun. Lama – Sesuai dengan hasil yang didapat,
kelamaan juga daerah yang dipersarafi menurut Costa R., et al, usia rata-rata dari
oleh saraf medianus juga akan mengalami jenis populasi ini bervariasi dari 25 sampai
atrofi (pengecilan) sehingga berlaku 30 tahun, prevalensi pada wanita adalah
ketidakseimbangan antara otot dan karena shift kerja ganda dan sesuai dengan
structural yang lain. Dan tentunya akan profil epidemiologi RSI / WNSD,
mempengaruhi fungsi dari bagian tersebut. menguatkan lagi temuan. Prevalensi pada
Kasir adalah kategori profesional wanita yang banyak dibahas, beberapa
yang mempunyai kecenderungan erat studi menunjukkan perbedaan fisiologis
dengan cedera, karena aktivitasnya (serat otot otot dan tinggi terkait) atau jenis
membantu terjadinya gejala CTS. eksposur (waktu cuti yang tidak pantas,
Kelompok ini melakukan tugas-tugas servis yang berlebihan, kurangnya
manual dengan gerakan berulang, beban perlindungan).
kerja yang berlebihan dan bergantung pada Mengetik termasuk sebagai salah
kurangnya struktur ergonomis di satu faktor yang menyebabkan kompresi
lingkungan kerja. saraf median. Pada penelitian ini
Adanya nyeri, paresthesia di tangan ditemukan masa kerja responden adalah 2
dan pergelangan tangan, sebagai akibat tahun dan diperkirakan bahwa masa kerja
dari jam kerja yang panjang adalah yang lebih lama lebih beresiko terkena
tandatanda dan gejala yang dialami oleh CTS karena aktifitas yang dilakukan.
karyawan tersebut, dan juga dilaporkan Posisi tangan merupakan salah satu faktor
oleh subyek penelitian ini, serta masalah terbesar yang dapat mengakibatkan CTS.
psikososial membantu dalam pembentukan Dari pengamatan kebanyakan pencuci
dan kejadian masalah muskuloskeletal. piring lebih suka meletakan piring lebih
Penyebab gejala mungkin karena rendah dari posisi pergelangan tangan
pergerakan berulang, overload sehingga pergelangan tangan menjadi
kerja diperpanjang, waktu yang lebih lama tertekan. Posisi ini dapat menyebabkan
dihabiskan berdiri, kekuatan tekanan pada nervus medianus dalam
yang berlebihan, antara lain. Hal terowongan karpal sehingga mengakibat-
ini menunjukkan bahwa RSI / WMSD tidak kan terjadinya CTS.
dianggap penyakit, sebenarnya merupakan Gejala carpal tunnel syndrome
satu gangguan sistem muskuloskeletal dan yang dirasakan oleh responden yang
kondisi ini terkait dengan lingkungan kerja. diwawancarai adalah kesemutan di telapak
9|Page
Analisis Kejadian Carpal Tunnel Syndrome Pada Kasir Hypermarket
tangan, nyeri pada daerah pergelangan untuk menganalisa faktor terjadinya kasus
tangan, baal di telapak dan kekuatan penyakit dengan keluhan mata merah perlu
genggaman yang lemah pada tangan kanan diketahui riwayat penyakit terdahulu dan
dibanding tangan kiri dan dapat riwayat pekerjaan di tempat lain yang
diperkirakan gejala- gejala carpal tunnel mungkin berhubungan dengan keluhan
syndrome yang muncul oleh karena yang dirasakan sekarang.
pekerjaan nya karena keluhan pasien Selain itu checklist yang hanya
membaik saat beristirahat atau memijat – terfokus pada faktor penyebab penyakit
mijatkan tangan nya. akibat kerja, tidak memenuhi semua
Karakteristik pekerjaan yang poinpoin yang diperlukan untuk
didapatkan yang juga berhubungan mendiagnosis penyakit dari keluhan yang
terhadap kejadian carpal tunnel syndrome dirasakan. Perlu penelitian yang lebih
yaitu jangka waktu kerja yang lama yaitu 2 mendalam dan pemeriksaan yang lebih
tahun, durasi kerja lebih 70 jam dalam lengkap untuk dapat menilai secara
seminggu dan terus menggunakan keseluruhan penyebab dari keluhan yang
tangannya untuk bekerja. dirasakan oleh pekerja.
Penelitian ini tentunya tidak Akhirnya kami berasumsi bahwa
terlepas dari keterbatasan, adapun bila terdapat gejala kesemutan pada tangan
keterbatasan dari penelitian ini adalah pada responden dengan hasil survey dan
checklist yang dibuat hanya menentukan penyakit akibat kerja tidak menunjukkan
hubungan penyakit akibat kerja, tapi tidak nilai yang berarti , maka tidak menutup
dapat menentukan insidens, berat kemungkinan keluhan yang dirasakan
ringannya penyakit, dan prognosis pasien juga karena kontribusi dari faktor
penyakit. Demikian pula untuk survei individu dan faktor lingkungan lain, selain
menilai faktor hazard akibat kerja, lingkungan tempat kerja. Penelitian ini
diagnosisnya hanya bersifat subjektif, tidak juga tidak mengklasifikan berat
dapat diketahui secara pasti kapan efek ringannya penyakit , berdasarkan keluhan
samping dari pekerjaan mulai muncul. dari pekerja, juga tidak dapat menentukan
Keterbatasan lainnya adalah tidak penatalaksanaan yang tepat untuk
dilakukan pemeriksaan yang menyeluruh mencegah atau mengurangi keluhan yang
terhadap seluruh responden, karena dirasakan atau akan dirasakan nanti di
keterbatasan sarana pemeriksaan, dan masa yang akan datang.
keterbatasaan waktu penelitian, karena
10 | P a g e
Analisis Kejadian Carpal Tunnel Syndrome Pada Pekerja di Rumah Makan Sambal Lalap
11 | P a g e
2. STATUS OKUPASI
BAGIAN IKM DAN IKK September 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Oleh:
Zulfatul Ain binti Zulkefli
C 111 13 860
Supervisor :
dr. Sultan Buraena, MS, Sp.OK
Telah menyelesaikan tugas laporan hasil survey dan artikel dengan judul
tersebut di atas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin Makassar.
Pembimbing
No Rekam Medis :
Data Administrasi
Tanggal : 19 September 2018 ; Diisi oleh Nama : Zulfatul Ain binti Zulkefli
NPM/NIP : C111 13 860
Nama Tn. D
Alamat Griya Alam Permai, Jln Perintis Kemerdekaan
Umur 28 tahun Tempat/tanggal lahir : Makassar, 14 Desember 1990
Kedudukan dalam
Suami
keluarga
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Pendidikan SMA
Pekerjaan Cuci Piring dan Pelayan
Status perkawinan Sudah Menikah
Kedatangan yang
ke
Telah diobati Pernah
sebelumnya
Alergi obat Tidak ada
Sistem pembayaran BPJS
Data Pelayanan
I. ANAMNESIS (subyektif)
Dilakukan secara: autoanamnesis dengan pasien sendiri
2. Uraian tugas/pekerjaan
Pasien adalah seorang pencuci piring dan pelayan di Rumah Makan Sambal
Lalapan. Pasien bekerja selama 6 hari dalam datu miggu, bekerja dari jam 0800-1400
dalam sehari dengan waktu istirahat sekitar 1-2 jam.
Uraian Tugas Rutin
Jam 04.30 - 07.30 : Bangun pagi, sholat, mandi, sarapan
Jam 07.30 - 08.00 : Berangkat menuju tempat kerja
Jam 09.00 - 12.00 : Kegiatan di tempat kerja
Jam 12.00 - 13.00 : Istirahat makan siang
Jam 13.00 - 14.00 : Kegiatan di tempat kerja
Jam 14.00 - 14.30 : Pulang ke rumah
Jam 14.30 - 22.00 : Kegiatan di rumah, berkumpul bersama keluarga
Jam 22.00 – 04.30 : Istirahat/tidur
3. Bahaya Potensial (potential hazard) dan risiko kecelakaan kerja pada pekerja serta
pada lingkungan kerja
tubuh yang
tidak benar
dalam waktu
lama
4. Hubungan pekerjaan dengan penyakit yang dialami (gejala / keluhan yang ada)
Keluhan pasien mengalami kesemutan dan pegal-pegal pada telapak tangan
kanan,memberat saat pasien melaksanakan pekerjaan nya dan keluhan berkurang
apabila tangan diistirahatkan dan dipijat atau dikebas-kebas. Pasien lebih sering
menggunakan tangan kanan sewaktu aktivitas seharian. Pasien merupakan seorang
pekerja di salah satu rumah makan di Tamalanrea yang mana mermelukan pasien untuk
sering mencuci piring dan wastafel.
Keterangan :
1. Tanyakan kepada pekerja atau pekerja dapat
mengisi sendiri
2. Isilah : keluhan yang sering dirasakan oleh
pekerja dengan memberti tanda/mengarsir
bagian- bagian sesuai dengan gangguan
muskulo skeletal yang dirasakan
pekerja
/// ///
// /xx/ x
xxx
• Ket : High Risk o Tangan
kanan (skor : 4)
• Ket : Low Risk o Punggung
(skor : 1)
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda Vital
a. Nadi : 90x/menit c. Tekanan Darah (duduk) : 110/70mmHg
b. Pernafasan : 18x/menit d. Suhu Badan : 36,7o C
2. Status Gizi
a. Tinggi Badan : 160cm Berat Badan : 65 Kg c. IMT = 25.3 kg/m2
b. Lingkar perut : - cm d. Bentuk badan : Astenikus
Atletikus Piknikus
Keterangan
a. Kesadaran Compos Mentis Kesadaran menurun
5. Mata
i. Visus mata :
Tanpa koreksi: 6/6 6/6
Dengan koreksi: - -
6.Telinga
g.
Swabach
h. Lain – lain ……….
7. Hidung
10. Leher
Keterangan
a. Gerakan leher Normal Terbatas
b. Kelenjar Thyroid Normal Tidak Normal
c. Pulsasi Carotis Normal Bruit
d. Tekanan Vena Normal Tidak Normal
Jugularis
e. Trachea Normal Deviasi
f. Lain-lain : …..
11. Dada
Keterangan
a. Bentuk Simetris Asimetris
b. Mammae Normal Tidak Normal Tumor : Ukuran
Letak
Konsistensi
c. Lain – lain
Kanan Kiri
- Varises
13. Abdomen
Keterangan
•Inspeksi
•Perkusi Normal Tidak Normal
•Auskultasi: Timpani Redup
Bising Usus Normal Tidak Normal
•Hati Teraba…….jbpx
Normal
•Limpa
……jbac
Normal- Teraba shoeffne …..
•Ginjal
Kanan ;
Normal Kiri : Normal
Tidak Normal Tidak Normal
•Ballotement
Kanan ;
Kiri : Normal
Normal
Tidak Normal
Tidak Normal
•Nyeri costo vertebrae
Kanan ;
Kiri : Normal
14. Genitourinaria Normal
Tidak Normal
a. Kandung Kemih Tidak Normal
b. Anus/Rektum/Periana
l Normal Tidak Normal
- Kekuatan otot
c Genitalia Eksternal - vaskularisasi Tidak Normal
d. Prostat (khusus Pria) Normal
............ Tidak
Kanan Kiri
Tulang Belakang
Inspeksi : deformitas (-), edema (-), skoliosis (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), spasme otot pundak (+)
Pemeriksaan Khusus
a) Range Of Motion : normal
b) Heel Walking : normal
c) Toe Walkig : normal
d) Resistes great toe dorsoflexion : normal
e) Straight Leg Raise (SLR) : (-)
f) Patrick test : (-)
g) Contra patrick test : (-)
17. Kulit
a. Kulit Normal Tidak Normal Efloresensi dan Lokasi nya
b. Selaput Lendir Normal Tidak Normal
Tidak dilakukan
V. DIAGNOSIS KERJA :
de Quervain syndrome
VII. DIAGNOSIS OKUPASI :
Langkah Diagnosis Pertama
1. Diagnosis Klinis Carpal Tunnel Syndrome Dextra
Dasar diagnosis Seorang laki-laki berusia 30 tahun, bekerja sebagai
(anamnesis, pekerja di Rumah Makan Sambal Lalap mengeluhkan
pemeriksaan fisik, kesemutan di telapak tangan kanan dialami sejak kurang lebih
pemeriksaan 2 bulan yang lalu. Kesemutan dirasakan hilang timbul,
penunjang, body map, memberat saat pasien melakukan pekerjaan yang berulang-
brief survey) ulang dan berkurang apabila tangan di istirahatkan dan dipijat.
Pasien juga merasa pegal-pegal di pergelangan tangan terutama
setelah seharian beraktivitas. Pasien mengeluh rasa sedikit
tebal pada jari tengah, jari telunjuk dan ibu jari dan muncul
bersamaan dengan keluhan kesemutan. Nyeri ada dirasakan
kurang lebih 2 minggu yang lalu pada pergelangan tangan.
Pasien juga mengeluh bahwa kekuatan genggaman tangan
kanannya lemah dibanding dengan tangan kiri.
2. Pajanan di tempat Faktor ergonomis: Posisi tangan dan jari yang berulang melakukan
kerja mencuci piring, mencuci wastafel dan alatan memasak.
Faktor fisis: Terpapar suhu agak dingin, membongkok dalam waktu
yang lama
Faktor kimia : ada, sabun pencuci.
Faktor biologis: Kemungkinan terpapar agen bakteri dan virus Faktor
psikososial : Tidak ada shift namun bergilir istirahat, jam waktu
kerja yang lama.
3 . Evidence Based Carpal Tunnel Syndrome ditandai dengan nyeri dan paresthesia
dalam empat jari pertama dan pergelangan tangan, nyeri lengan,
lemah saat melakukan gerakan halus, hipoaesthesia di daerah N.
median, mengekalkan atau tidak sensasi palmaris dan mati rasa di
area distribusi saraf median, terutama pada malam hari. [2, 3] Evolusi
penyakit ini dapat menyebabkan atrofi tenar dan yang bila ada
iskemia berpanjangan, kerusakan akson dapat terjadi dan disfungsi
saraf ireversibel menyebabkan kerusakan fungsional tangan. [2]
Dalam sampel kami beban kerja adalah 5 jam , istirahat 1 jam dan 5
jam tanpa gangguan layanan, sama untuk semua orang, dengan
catatan bahwa mereka tidak mengadopsi rekomendasi untuk istirahat
setiap jam. [6]
7 . Diagnosis Okupasi Carpal Tunnel Syndrome pada kasir merupakan Penyakit Akibat
Kerja
IX. PROGNOSIS
1. Klinik :
ad vitam : bonam
ad sanasionam : bonam
ad fungsionam : bonam
2.Okupasi : dubia ad bonam
X. PERMASALAHAN PASIEN & RENCANA PENATALAKSANAAN
Jenis Rencana Tindakan (materi & metoda);
No permasalahan Tatalaksana medikamentosa; non medika Target Hasil yang
Medis & non mentosa(nutrisi, olahraga, konseling dan waktu diharapkan
medis dll) OKUPASI)
1. Carpal Tunnel Okupasi: Segera Keluhan
Syndrome 3. Eliminasi : sulit dilakukan berkurang
During the mixing of the ingredients and the Repetitive Actions mini-checklist, a method to obtain
stretching of the dough ball on a hard work surface, a flexible and easy to handle risk assessment for upper
high strain maneuvers with forceful angular hand limb repetitive movements. Experiences in different
movements were performed with both upper limbs manufacturing industry contexts have been carried out
with repetitive 40/50 technical actions per minute and and this instrument derives simplified and yet reliable
with peak acceleration related to customers’ demand. evaluation results especially in sectors with variability
The operation required high speed repetitive hand in the production. In Europe claims and compensation
bending, pressure on the palm and wrist twisting for these disorders have significantly increased.
movements. Trends in CTS and upper limb musculoskeletal
disorders varied widely within and between European
The OCRA (Occupational Repetitive Actions) mini- countries [13].
checklist is a method to obtain a flexible and easy to In Italy there is a positive trend for the number of
handle risk assessment for upper limb repetitive claims of suspected work-related upper limb
movements [9]. It must be regarded as an alternative musculoskeletal disorders that are compensated from
method to derive simplified and yet reliable the National Agency for Occupational Diseases. The
evaluation results in line with the need to create reporting of these diseases is mandatory for the
simple tools for risk assessment easily applicable also observing physician with a legislation that contains a
by less experienced personnel. A repeated mini- detailed list of diseases subject to compensation
checklist OCRA risk assessment showed a middle- including the CTS. From 1999 to 2012 the
high risk with score 20, as previously reported [10]. surveillance of occupational diseases in Italy
A profile of well-established non-occupational risk (MALPROF system) collected about 112000 cases of
factors for nerve entrapment including individual workers' diseases from 14 out of the 20 Italian
factors such as risk-increasing leisure time activities, regions. In 2010, more than 13000 cases of
body mass index and predisposing co-morbidities occupational diseases were reported. Among most
such as arthritis, diabetes, hypothyroidism [11,12] frequently reported diseases there was the CTS (n =
were adequately investigated. 1560, 11%) [14]. Treatment for CTS should begin
Physical examination showed positive Tinel and early. When these workers return to work, ergonomic
Phalen test with impaired motor function and weaken measures should be improved to prevent recurrence.
pinch/grip. Electroneuromyographic studies revealed Defining the criteria for the association of these
a severe bilateral damage of the median nerve diseases with the occupational origin are aspects
conduction. The patient underwent surgical release for becoming increasingly important not only in relation
both nerve entrapment with relative recovery at the to the growing number of recognized occupational
nerve conduction velocity examination, but with diseases but also in relation to both economic and
residual paresthaesia in both hands. After interrupting legal implications [15]. The main goal is to identify
his manual working activity, he has been looking to causal association between occupational exposure
receive fair workers' compensation benefits. and disease and characterize the evidence that might
be used to support an inference of causality "beyond a
3. DISCUSSION reasonable doubt". A principle underlying the
Criteria for a “quick” risk assessment and for philosophy of science is that causality can only be
definition of evidence-related thresholds in work inferred with different degrees of certainty, leaving
sectors such as small food production that are often open room to differences in its assessment. Reliable
not reported in the literature must be considered. It contributions to help filling some gaps in the process
must be emphasized that the importance of of recognition of these diseases as
considering aspects such as action frequency, work-related need to be further investigated and
duration, recovery periods, as much as traditional predisposing co-morbidities must be adequately
mechanical factors such as force, load, non-neutral considered by medical regulatory authority.
posture. A key element of the medico-legal aspects is
An elevated percentage of the small food businesses the time-related (chronological) criteria. This
have very few employees and, according to the local term includes two temporal concepts: Exposure
legislation, are often exempt from legal obligation to must precede the onset of the disease and the
provide a detailed risk assessment document. time between start of exposure to specific risk
In line with the need of new and more easily and onset of illness must be “reasonable”. This
applicable tools for risk assessment and burden of period is commonly referred as latency time. The
proof, it was developed the Occupational latency of upper limb musculoskeletal disorders
British Journal of Medicine & Medical Research
14(7): 1-4, 2016, Article no.BJMMR.25025
ISSN: 2231-0614, NLM ID: 101570965
SCIENCEDOMAIN international
www.sciencedomain.org
is influenced by the level of exposure to risk. A 4. Violante FS, Bonfiglioli R, Isolani L, Raffi GB.
latency period for CTS in the small food business Levels of agreement of nerve conduction studies and
activity such for pizza makers has not been suggested symptoms in workers at risk of carpal tunnel
in the literature. Further studies are needed to assess syndrome. Int Arch Occup Environ Health.
the mean latency period of the disorder and to verify 2004;77(8):552-8.
to what extent different levels of exposure influence 5. Melchior M, Roquelaure Y, Evanoff B, et al. Why
the latency time. are manual workers at high risk of upper limb
disorders? The role of physical work factors in a
4. CONCLUSION random sample of workers in France. Occup Environ
Although automation will characterize work in the Med. 2006;63(11):754-61.
future, manual labor will remain important for Italian 6. Bonfiglioli R, Mattioli S, Spagnolo MR, Violante
food products whose quality is recognized worldwide. FS. Course of symptoms and median nerve
The World Health Organization promoted the conduction values in workers performing repetitive
development of toolkits for different occupational jobs at risk for carpal tunnel syndrome. Occup. Med.
risks and diseases. They are defined as a set of (Lond). 2006;56(2):115-21.
practical risk assessment procedures and related 7. Vimercati L, Lorusso A, L'Abbate N, Assennato G.
management guidance documents, including advice Bilateral carpal tunnel syndrome and ulnar neuropathy
on simple risk control options. Cooperative effort to at the elbow in a pizza chef. BMJ Case Rep; 2009. pii:
risk assessment in association with burden of proof bcr11.2008.1293.
through easily applicable tools, detailed occupational 8. Leghissa P, Santini M, Bancone C, Deleidi G,
history and inspection at worksite in the case of Valsecchi R, Mosconi G. The bergamo experience of
entrapment neuropathy of the upper limbs are specific health surveillance in the
obligations which may confront the practitioner in bakery sector. G Ital Med Lav Ergon. 2011;33(1):12-7
order to allocate causation when evaluating work- 9. Colombini D, Occhipinti E. Development of simple
relatedness of a disease. tools for risk identification and revention of WMSDs
(work related muscular-skeletal disorders):
CONSENT Application
A written informed consent was obtained from the experience in small and craft industries. Med Lav.
patient for the publication of this case report. 2011;102(1):3-5.
10. Placci M, Cerbai M. Simplified models for
ETHICAL APPROVAL analysis of sources of risk and biomechanical
It is not applicable. overload in craft industries: Practical application in
confectioners, pasta and pizza makers. Med Lav.
COMPETING INTERESTS 2011;102(1):89-100.
Authors have declared that no competing interests 11. Shiri R, Pourmemari MH, Falah-Hassani K,
exist Viikari-Juntura E. The effect of excess body mass on
the risk of carpal tunnel syndrome: A meta-analysis of
REFERENCES 58 studies. Obes Rev. 2015;16(12):1094-104.
1. Punnett L, Wegman DH. Work-related 12. Pourmemari MH, Shiri R. Diabetes as a risk factor
musculoskeletal disorders: The epidemiologic for carpal tunnel syndrome: A systematic review and
evidence and the debate. J Electromyogr Kinesiol. meta-analysis. Diabet Med. 2016;33(1):10-6.
2004;14(1):13-23. 13. Stocks SJ, McNamee R, van der Molen
2. Nicoletti S, Consonni D, Carino M, et al. Upper HF, et al. Trends in incidence of occupational asthma,
limb work-related musculoskeletal disorders (UL- contact dermatitis, noise-induced hearing loss, carpal
WMSDs): A retrospective cohort study in three large tunnel syndrome and upper limb musculoskeletal
factories of the upholstered furniture industry. Med disorders in European countries from 2000 to 2012.
Lav. 2008;99(4):281-96. Carino et al.; BJMMR, Occup Environ Med 2015;72(4):294 303.
14(7): 1-4, 2016; Article no.BJMMR.25024 14. Campo G, Papale A, Baldasseroni A, et al. The
3. Cartwright MS, Walker FO, Newman JC, et al. surveillance of occupational diseases in Italy: The
One-year incidence of carpal tunnel Malprof System. Occup Med (Lond). 2015;65(8):632-
] syndrome in Latino poultry processing workers and 7.
other Latino manual workers. Am J Ind Med. 15. Beach J, Chen Y, Cherry N. How physicians
2014;57(3):362-9. allocate causation: A scenario study with factorial
design. Occup Med (Lond). 2012;62(6):407-12.
British Journal of Medicine & Medical Research
14(7): 1-4, 2016, Article no.BJMMR.25025
ISSN: 2231-0614, NLM ID: 101570965
SCIENCEDOMAIN international
www.sciencedomain.org
___________________________________________
© 2016 Carino et al.; This is an Open Access article
distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution License
(http://creativecommons.org/licenses/by/4.0), which
permits unrestricted use, distribution, and
reproduction in any medium,
provided the original work is properly cited.
Peer-review history:
The peer review history for this paper can be accessed
here:
http://sciencedomain.org/review-history/13778
4. LAPORAN WALK
THROUGH
SURVEY
BAGIAN IKM DAN IKK September 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Oleh:
Raja Muhammad Syafiq bin Raja Azman C 111 13 841
Shaliza binti Hussin C 111 13 854
Zulfatul Ain binti Zulkefli C 111 13 860
Rezki Tri Wahyuni S. C 111 12 143
Supervisor :
dr. Sultan Buraena, MS, Sp.OK
Hasanuddin.
Pembimbing,
……………………….
dr. Sultan Buraena, MS, Sp.OK
BAB 1
HASILSURVEY
Menghantar pesanan di
meja
(waiter)
Membersihkan meja
(ruang pelanggan dan
ruang cuci)
PEMBAHASAN
2.1. Hasil Penelitian
Adapun hasil penelitian yang telah diperoleh dapat diuraikan
sebagai berikut:
2.1.1. Alur kerja rumah makan sambal lalap.
1. Membeli barang di pasar
Melakukan transaksi pembelian bahan masakan dan
lain-lain di toko atau di pasar dan seterusnya menyimpan
di ruang penyimpanan atau gudang. Memastikan semua
bahan yang dibeli berdasarkan keperluan atau sesuai menu.
Memastikan keawetan barang-barang yang dibeli. Bekerja
sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Melakukan
semua tugas yang diberikan secara efisien, secara teknis,
yang benar, mengikuti kebijakan manajemen, aturan dan
peraturan, perintah dari supervisor, mematuhi prosedur
manual pelatihan dan mencapai standar yang tinggi agar
tercapai kepuasan tamu secara total.
2. Mencuci bahan basah dan kering serta memasak
Setelah pembelian bahan-bahan masakan. Proses
pencucian barang ini dilakukan di toko yaitu di dapur.
Selain itu semua peralatan-peralatan kotor habis pakai
baik yang basah maupun yang kering juga dibersihkan
didapur. Memasak makanan dan membuat minuman
sesuai dengan pesanan pelanggan. Memastikan kelezatan
dan cita rasa masakannya.
3. Menerima pesanan pelanggan
Mengatur meja, meja prasmanan, bahan dekorasi
dan peralatan sesuai instruksi dari atasan dan kapten
sesuai dengan kebutuhan masing-masing.Menyajikan
makanan dan minuman dengan cara yang efisien dan
sopan untuk mendapatkan kepuasan tamu secara
maksimum, dan sesuai dengan prosedur dan standar yang
ditetapkan.Menjaga meja, kursi dan peralatan rapi
sepanjang waktu.Mengambil makanan dari dapur dan
mengembalikan piring kotor ke tempat cuci
piring.Pastikan kebersihan semua fasilitas setelah selesai
agar ruang serba guna yang sudah kosong oleh staf
penjualan bisa ditunjukkan kepada klien.Harus tahu
peralatan perjamuan sudah tersedia.Bekerja sesuai dengan
jadwal sebagaimana ditugaskan oleh atasan.Melakukan
semua tugas yang diberikan secara efisien, secara teknis,
yang benar, mengikuti kebijakan manajemen, aturan dan
peraturan, perintah dari supervisor, mematuhi prosedur
manual pelatihan dan mencapai standar yang tinggi agar
tercapai kepuasan tamu secara total.
4. Menghantar pesanan di meja
Memastikan bahwa semua minuman dan hidangan
makanan sesuai dengan daftar menu dan spesifikasi,
disajikan dengan benar, panas/dingin/es atau pada suhu
tertentu sebelum disajikan. Mendengarkan keluhan tamu.
Memperbaiki kesalahan-kesalahan dan permintaan.
Menginformasikan situasi pada atasannya jika serius atau
tidak mampu untuk menangani dan melaporkan kepada
manajemen. Menghadiri semua pelatihan yang diberikan.
Berpakaian rapi dan bersih dengan memakai nama tag.
Pastikan kebersihan, keamanan dan efisiensi di tempat
kerja.Melakukan semua tugas yang diberikan secara
efisien, secara teknis, yang benar, mengikuti kebijakan
manajemen, aturan dan peraturan, perintah dari supervisor,
mematuhi prosedur manual pelatihan dan mencapai
standar yang tinggi agar tercapai kepuasan tamu secara
total.
5. Membersihkan meja
Memastikan bahwa semua peralatan makan yang
telah selesai digunakan oleh pelanggan yang sudah selesai
menikmati makanannya dikembalikan ke tempat cuci
piring yang selanjutnya akan dilanjutkan oleh bagian
pencucian. Selain itu, petugas ini pula memastikan tidak
ada lagi sisa makanan ataupun sampah-sampah yang
berserakan di meja atau sekitar meja makan setelah
pelanggan meninggalkan tempatnya. Petugas juga
memastikan jumlah peralatan yang keluar saat penyajian
makanan sesuai dengan jumlah peralatan yang dibawa ke
tempat cucian piring agar tidak ada peralatan yang
mungkin terikut ketika petugas ini membuang sampah.
Dalam mengumpulkan peralatan makan, petugas ini
menggunakan teroli dorong dengan dua tingkat, sehingga
memungkinkan untuk mengangkut semua peralatan makan
dalam satu kali penghantaran. Sebelum di bawa ke tempat
cucian piring, terlebih dahulu petugas ini membuang
seluruh sisa makanan dan sampah ke tempat pembuangan.
Apabila ada pelanggan yang komplain terhadap
kebersihan meja, petugas akan segera mengambil tindakan
untuk membenahi keluhan tersebutMelakukan semua
tugas yang diberikan secara efisien, secara teknis, yang
benar, mengikuti kebijakan manajemen, aturan dan
peraturan, perintah dari supervisor, mematuhi prosedur
manual pelatihan dan mencapai standar yang tinggi agar
tercapai kepuasan tamu secara total.
BAB 3
3.1 Kesimpulan
Dari hasil survei yang telah dilakukan di rumah makan sambal
lalap., dapat disusun kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh hazard pada Tenaga Kerja di rumah makan
sambal lalap. yakni pada faktor ergonomis seperti postur saat
bekerja yang kurang baik dan pekerjaan yang berulang,
kemudian posisi kerja sebagian besar dilakukan dengan
berdiri karena tidak memungkinkan petugas untuk duduk dan
cara kerja berupa mengangkat, mendorong, memasak
memebersih serta membakar dan melayani serta pada faktor
psikososial seperti kerja berlebih, sehingga sering
menimbulkan keluhan pada pekerja misalnya nyeri
pergelangan tangan, nyeri punggung bawah, nyeri leher dan
keluhan di bagian mata. Dan ada juga luka bakar akibat
membakar bahan makanan,
Lampiran Foto
1) Area Kasir
2) Area Tempat makan
3) Area dapur
4) Area wastafel, wc dan musholla
1) AREA DAPUR
1 Tutup kepala √
2 Kacamata √
3 Masker √
4. Celemek √
5. Handscoen √
.6. Sepatu √
Ketersediaan dan kelengkapan kotak obat P3K √
Kebakaran
Pencegahan dan pengendalian
a. APAR √
b. Detector √
c. alarm kebakaran √
d. Hydran √
e. Sprinkler √
1 Tutup kepala √
2 Kacamata √
3 Masker √
4. Celemek √
5. Handscoen √
.6. Sepatu √
Ketersediaan dan kelengkapan kotak obat P3K
1 Tutup kepala √
2 Kacamata √
3 Masker √
4. Celemek √
5. Handscoen √
.6. Sepatu √
Ketersediaan dan kelengkapan kotak obat P3K
4) KASIR
1 Tutup kepala √
2 Kacamata √
3 Masker √
4. Celemek √
5. Handscoen √
.6. Sepatu √
Ketersediaan dan kelengkapan kotak obat P3K
Upaya lain perusahaan tentang K3 √
-
Memiliki pengetahuan dan pernah mendapat √
penyuluhan
Tidak memiliki pengetahuan dan pernah mendapat
penyuluhan
Konstruksi bangunan
- Lantai √
- Langit-langit √
- Pintu dan jendela √
- Ventilasi √
Kebakaran
Pencegahan dan pengendalian
a. APAR √
b. Detector √
c. alarm kebakaran √
d. Hydran √
e. Sprinkler √
5) TEMPAT PARKIRAN
1 Tutup kepala √
2 Kacamata √
3 Masker √
4. Celemek √
5. Handscoen √
.6. Sepatu √
Ketersediaan dan kelengkapan kotak obat P3K √
PATIENT SAFETY:
BALAI BESAR KESEHATAN PARU MAKASSAR
Oleh:
Raja Muhammad Syafiq bin Raja Azman C 111 13 841
Shaliza binti Hussin C 111 13 854
Zulfatul Ain binti Zulkefli C 111 13 860
Rezki Tri Wahyuni S. C 111 12 143
Supervisor :
dr. Sultan Buraena, MS, Sp.OK
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan Klink Kedokteran Kerja pada
Universitas Hasanuddin.
Pembimbing,
……………………….
dr. Sultan Buraena, MS, Sp.OK
GOALS 1: Identifikasi Pasien
Limbah medis sangat penting untuk dikelola secara benar, hal ini mengingat limbah
medis termasuk kedalam kategori limbah berbahaya dan beracun. Sebagian limbah medis
termasuk kedalam kategori limbah berbahaya dan sebagian lagi termasuk kategori infeksius.
Mencegah limbah rumah sakit memasuki lingkungan dimaksudkan untuk mengurangi
keterpajanan (exposure) masyarakat. Tindakan ini bisa mencegah bahaya dan risiko infeksi
pengguna limbah.
Pengelolaan sampah di BBKPM telah dilakukan dengan benar dan efektif dan
memenuhi persyaratan sanitasi. Syarat dipenuhi dalam pengelolaan sampah ialah tidak
mencemari udara, air, atau tanah, tidak menimbulkan kebakaran, tidak menimbulkan bau,
serta memenuhi syarat dari segi estetitika.