Anda di halaman 1dari 77

BAGIAN IKM DAN IKK September 2018

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

ANALISIS KEJADIAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PETUGAS


DI RUMAH MAKAN SAMBAL LALAP

Oleh:
Zulfatul Ain binti Zulkefli
C 111 13 860

Supervisor :
dr. Sultan Buraena, MS, Sp.OK

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS


KEPANITERAAN KLINIK KEDOKTERAN KERJA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN
KOMUNITASFAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
1. ARTIKEL
Analisis Kejadian Carpal Tunnel Syndrome Pada Pekerja di Rumah Makan Sambal Lalap

ARTIKEL PENELITIAN

Analisis Kejadian Carpal Tunnel Syndrome pada Pekerja di Rumah


Makan Sambal Lalap

Zulfatul Ain binti Zulkefli


Sub. Departemen Kedokteran Okupasi, Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin angka kejadiannya tinggi yaitu Carpal

Tunnel
Abstrak
Latar Belakang: Carpal Tunnel Syndrome (CTS). CTS telah dianggap
Syndrome (CTS) merupakan sindrom yang sebagai penyakit abad ini, karena insiden
timbul akibat nervus medianus tertekan di telah meningkat dalam 40,8% dari
dalam Carpal Tunnel (terowongan karpal) gangguan stres yang berulang, dengan
di pergelangan tangan, sewaktu nervus prevalensi pada wanita, dan usia dominan
melewati terowongan tersebut dari lengan mulai dari 25 sampai 40 tahun. Hal ini
bawah ke tangan. Gerakan tangan, fleksi ditandai dengan rasa sakit dan paresthesia
dan ektensi yang berulang-ulang serta dalam empat jari pertama dan pergelangan
mengetik menyebabkan kompresi saraf tangan, dan nyeri lengan, kelemahan, mati
median diterowongan karpal merupakan rasa di daerah saraf median, mengekalkan
hasil dari ketidaksesuaian antara volume atau tidak sensasi palmaris dan mati rasa
isi kanal dan ukuran relatif. dalam distribusi N. Median.
CTS merupakan penyakit yang sering Metode: Penelitian ini menggunakan
dijumpai pada pekerja industri dalam metode penelitian deskriptif dengan
setiap kasus penyakit akibat kerja di pendekatan cross sectional melalui proses
beberapa negara. Statistik menunjukkan walk through survey. Data yang digunakan
jumlah peningkatan kasus, korban seperti berupa kebiasaan responden dan
juru ketik, operator telpon, kasir, cuci faktorfaktor hazard di lingkungan kerja
piring dan banyak lainnya dengan tingkat kasir di hypermarket besar yang dapat
keterlibatan bervariasi. Hal ini terdiri dari menjadi faktor risiko dari Carpal Tunnel
gangguan yang mempengaruhi ekstremitas Syndrome, seperti kegiatan yang berulang-
atas yang diakui oleh Departemen Sosial. ulang, dan peregangan dari pergelangan
Di antara penyakit yang menonjol karena tangan yang berlebih dan kegiatan yang
dilakukan dalam waktu lama.

1|Page
Analisis Kejadian Carpal Tunnel Syndrome Pada Kasir Hypermarket

Data pengukuran adanya kecenderungan kesemutan pada telapak tangan akibat


merasakan kesemutan pada telapak tangan Carpal Tunnel Syndrome.
yang memberat saat bekerja tetapi Kata Kunci : Carpal Tunnel Syndrome,
membaik setelah beristirahat selama kasir, faktor hazard
beberapa hari. Sampel dalam penelitian ini
adalah pasien dengan diagnosis Carpal PENDAHULUAN :
Tunnel Syndrome yang masih berlangsung Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
saat melakukan pekerjaan. Sampel merupakan tekanan neuropati terhadap
penelitian diambil adalah pekerja di bagian saraf medianus dalam carpal tunnel
kasir yang mengeluh kesemutan pada (terowongan karpal) pada pergelangan
telapak tangan.. tangan, tepatnya dibawah fleksor
Hasil : Beberapa faktor hazard ergonomis retinaculum sehingga menggangu
diketahui menjadi risiko terhadap fungsional umum. Carpal Tunnel
terjadinya Carpal Tunnel Syndrome pada Syndrome umumnya menghasilkan rasa
pekerja rumah makan karena frekuensi sakit, kesemutan, terbakar, mati rasa atau
paparan faktor tersebut terhadap pekerjaan beberapa kombinasi dari gejala ini pada
yang dilakukan setiap hari. Karakteristik aspek palmar ibu jari, jari telunjuk, jari
pekerjaan yang didapatkan juga tengah dan setengah radial dari jari manis.
berhubungan terhadap kejadian Carpal Gerakan tangan, mengetuk, fleksi dan
Tunnel Syndrome yaitu jangka waktu kerja ektensi yang berulang-ulang serta
yang lama yaitu 60-70 jam setiap mengetik menyebabkan kompresi saraf
minggunya dengan 6 hari kerja per minggu median diterowongan karpal merupakan
dan berada di rentang usia 22-55 tahun dan hasil dari ketidaksesuaian antara volume
tetap menggunakan tangan untuk isi kanal dan ukuran relatif.
melakukan pekerjaan yang bersifat Carpal Tunnel Syndrome ditandai
repetitif setiap hari. dengan nyeri dan paresthesia dalam empat
Kesimpulan : Pekerjaan mencuci piring jari pertama dan pergelangan tangan, nyeri
pada seorang pekerja rumah makan yang lengan, lemah saat melakukan gerakan
posisi tangan saat bekerja yang terus- halus, hipoaesthesia di daerah N. median,
menerus yang diperkirakan tidak mengekalkan atau tidak sensasi palmaris
ergonomis lebih dari 8 jam dengan waktu dan mati rasa di area distribusi saraf
istirahat 60 menit mempunyai hubungan median, terutama pada malam hari.
yang signifikan dengan terjadinya keluhan Evolusi penyakit ini dapat menyebabkan

2|Page
Analisis Kejadian Carpal Tunnel Syndrome Pada Pekerja di Rumah Makan Sambal Lalap

atrofi tenar dan yang bila ada iskemia yang kaku sehingga menjebak saraf
berpanjangan, kerusakan akson dapat medianus. Kebanyakan sindrom ini
terjadi dan disfungsi saraf ireversibel bersifat idiopatik. Penderita mengeluh
menyebabkan kerusakan fungsional kelemahan atau kekakuan tangan, terutama
tangan.1 melakukan pekerjaan menggunakan jari.8

Mendiagnosis CTS harus Pada terowongan carpal, N.Medianus

berdasarkan kombinasi dari tanda klinis mungkin bercabang menjadi komponen

yang di temukan, yaitu: rasa nyeri, baal, radial dan ulnar. Komponen radial dari

atau seperti terkena sengatan listrik yang N.Medianus akan menjadi cabang sensorik

dipersarafi oleh n. medianus, rasa kebas, pada permukaan palmar jari-jari pertama

dan terjadi di jari pertama sampai setengah dan kedua dan cabang Motorik M.

jari ke tiga. Beberapa pemeriksaan fisik Abductor Pollicis Brevis, M. Opponens

yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis Pollicis, dan bagian atas dari M. Flexor

CTS yaitu antara lain: tes Phalen dan tes Pollicis Brevis.

Tinel, serta dapat dilakukan tes neurologi Beberapa penyebab dan faktor- faktor
lainnya seperti EMG. 9 yang berpengaruh dalam kejadian carpal
tunnel syndrome antara lain adalah 1.
Herediter, neuropati herediter yang
TINJAUAN PUSTAKA :
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) cenderung menjadi pressure palsy,

merupakan gangguan umum yang misalnya Hereditary Motor and Sensory

berhubungan dengan pekerjaan yang Neuropathies Type III, 2. Trauma, bisa

disebabkan gerakan berulang dan posisi secara langsung pada pergelangan tangan

yang menetap pada jangka waktu yang atau secara tidak langsung apabila

lama yang dapat mempengaruhi saraf, berlakunya dislokasi, fraktur atau

suplay darah ke tangan dan pergelangan hematom pada lengan bawah, 3. Pekerjaan,

tangan. Carpal Tunnel Syndrome gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi

merupakan neuropati terhadap saraf pergelangan tangan yang berulang-ulang.

medianus didalam Carpal Tunnel pada Seorang sekretaris yang sering mengetik,

pergelangan tepatnya dibawah fleksor pekerja kasar yang sering mengangkat

retinakulum. Sindrom ini terjadi akibat beban berat dan pemain musik terutama

kenaikan tekanan dalam terowongan yang pemain piano dan pemain gitar yang

sempit yang dibatasi oleh tulang-tulang banyak menggunakan tangannya juga


merupakan etiologi dari carpal turner
carpal serta ligament carpi tranversum

3|Page
Analisis Kejadian Carpal Tunnel Syndrome Pada Kasir Hypermarket

syndrome, 4. Infeksi seperti contoh mungkin tidak selalu disebabkan


tenosynovitis dan bisa disebabkan oleh myelinisasi yang terganggu. Menurut teori
banyak penyebab lain 5,6 getaran gejala CTS bisa disebabkan oleh

Ada beberapa hipotesis mengenai efek dari penggunaan jangka panjang alat

patogenesis dari CTS. Patogenesis CTS yang bergetar pada saraf median di karpal

masih belum jelas. Beberapa teori telah tunnel. Lundborg et al mencatat edema

diajukan untuk menjelaskan gejala dan epineural pada saraf median dalam

gangguan studi konduksi saraf. Yang beberapa hari berikut paparan alat getar

paling populer adalah kompresi mekanik, genggam. Selanjutnya, terjadi perubahan

insufisiensi mikrovaskular, dan teori serupa mengikuti mekanik, iskemik, dan


5,6,8,9
getaran. Kompresi diyakini dimediasi oleh trauma kimia .

beberapa faktor seperti ketegangan, tenaga Hipotesis lain dari CTS berpendapat
berlebihan, hyperfunction, ekstensi bahwa faktor mekanik dan vaskular
pergelangan tangan berkepanjangan atau memegang peranan penting dalam
berulang. Karakteristik gejala CTS, terjadinya CTS. Umumnya CTS terjadi
terutama kesemutan, mati rasa dan nyeri secara kronis dimana terjadi penebalan
akut, bersama dengan kehilangan konduksi fleksor retinakulum yang menyebabkan
saraf akut dan reversibel dianggap gejala tekanan terhadap nervus medianus.
untuk iskemia. Seiler et al menunjukkan Tekanan yang berulang-ulang dan lama
(dengan Doppler laser flowmetry ) bahwa akan mengakibatkan peninggian tekanan
normalnya aliran darah berdenyut di dalam intrafasikuler. Akibatnya aliran darah vena
saraf median dipulihkan dalam 1 menit intrafasikuler melambat. Kongesti yang
dari saat ligamentum karpal transversal terjadi ini akan mengganggu nutrisi
dilepaskan. Sejumlah penelitian intrafasikuler lalu diikuti oleh anoksia
eksperimental mendukung teori iskemia yang akan merusak endotel. Kerusakan
akibat kompresi diterapkan secara endotel ini akan mengakibatkan kebocoran
eksternal dan karena peningkatan tekanan protein sehingga terjadi edema epineural.
di karpal tunnel. Gejala akan bervariasi Hipotesa ini menerangkan bagaimana
sesuai dengan integritas suplai darah dari keluhan nyeri dan sembab yang timbul
saraf dan tekanan darah sistolik . Kiernan terutama pada malam atau pagi hari akan
dkk menemukan bahwa konduksi berkurang setelah tangan yang terlibat
melambat pada median saraf dapat digerak-gerakkan atau diurut, mungkin
dijelaskan oleh kompresi iskemik saja dan akibat terjadinya perbaikan sementara pada

4|Page
Analisis Kejadian Carpal Tunnel Syndrome Pada Pekerja di Rumah Makan Sambal Lalap

aliran darah. Apabila kondisi ini terus tangan terasa lemas dan hilang
berlanjut akan terjadi fibrosis epineural keseimbangan terutamanya pada siang
yang merusak serabut saraf. hari. Kelemahan pada tangan juga sering
Lamakelamaan saraf menjadi atrofi dan dinyatakan dengan keluhan adanya
digantikan oleh jaringan ikat yang kesulitan yang penderita sewaktu
mengakibatkan fungsi nervus medianus menggenggam. Pada tahap lanjut dapat
terganggu secara menyeluruh (Bahrudin, dijumpai atrofi otot – otot thenar (oppones
2011). Selain akibat adanya penekanan policis dan abductor policis brevis)) dan
yang melebihi tekanan perfusi kapiler akan otot – otot lainnya yang diinervasikan oleh
8,9
menyebabkan gangguan mikrosirkulasi saraf medianus .
dan timbul iskemik saraf. Keadaan iskemik Faktor risiko Carpal Tunnel
ini diperberat lagi oleh peninggian tekanan Syndrome terdiri dari okupasi dan non
intrafasikuler yang menyebabkan okupasi. Faktor risiko okupasi yaitu
berlanjutnya gangguan aliran darah. bekerja dengan cepat, gerakan berulang,
Selanjutnya terjadi vasodilatasi yang pekerjaan yang banyak menggunakan
menyebabkan edema sehingga sawar pergelangan tangan dan getaran. Faktor
darah-saraf terganggu yang berkibat terjadi yang bukan okupasi yaitu jenis kelamin,
2.
kerusakan pada saraf tersebut . umur, indeks massa tubuh, merokok, status
Gejala awal biasanya berupa parestesia kehamila 8,9
.
yang terjadi dalam distribusi saraf Penatalaksanaan Carpal Tunnel
medianus tangan, tiap malam pasien Syndrome, Kasus ringan bisa diobati
terbangun pada jam-jam awal dengan rasa dengan obat anti inflamasi non steroid
nyeri yang panas membakar,perasaan geli, (OAINS) dan menggunakan penjepit
dan mati rasa. Gejala-gejala carpal tunnel pergelangan tangan yang mempertahankan
syndrome seperti sakit tangan dan mati tangan dalam posisi netral selama minimal
rasa, terutama pada waktu malam hari, dua bulan, terutama pada malam hari atau
nyeri, kesemutan, mati rasa pada jari – jari selama gerakan berulang. Kasus lebih
tangan terutama ibu jari, jari telunjuk dan lanjut dapat diterapi dengan injeksi steroid
jari tengah, waktu pagi atau siang hari lokal yang mengurangi peradangan. Jika
perasaan pembengkakan terasa ketika tidak efektif, dan gejala yang cukup
menggerakkan tangan dengan cepat, rasa mengganggu operasi sering dianjurkan
sakit menjalar ke atas hingga lengan atas untuk meringankan kompresi. Oleh karena
sampai dengan pundak dan terkadang itu sebaiknya terapi CTS dibagi atas 2

5|Page
Analisis Kejadian Carpal Tunnel Syndrome Pada Kasir Hypermarket

kelompok yaitu terapi langsung terhadap sekarang telah dikembangkan teknik


CTS yaitu dengan iterapi konservatif yaitu operasi secara endoskopik6.
istirahatkan pergelangan tangan, obat anti
inflamasi non – steroid, pemasangan bidai METODE :
pada posis netral pergelangan tangan dan Penelitian ini menggunakan metode
nerve gliding yaitu latihan iterdiri dari cross sectional melalui proses walk
berbagai gerakan (ROM) latihan dari through survey. Data yang digunakan
ekstremitas atas dan leher yang berupa kebiasaan responden dan data
menghasilkan ketegangan dan gerakan faktor – faktor hazard di lingkungan kerja
membujur sepanjang saraf median dan lain pekerja kasir di toko alat tulis dan kantor
dari ekstremitas atas. Latihan dilakukan yang menjadi faktor resiko terjadinya
sederhana dan dapat dilakukan oleh pasien carpal tunnel syndrome oleh karena
setelah instruksi singkat. Fisioterapi juga gerakan berulang dan frekuensi paparan
dapat dilakukan bertujuan untuk perbaikan yang lama Data pengukuran adanya
vaskularisasi pada pergelangan tangan 5,8,9. kecenderungan merasakan kesemutan pada
Penatalakasanaan antara lain dapat telapak tangan dan merasa nyeri
dilakukan yaitu terapi operatif yang hanya dipergelangan tangan dan telapak tangan
dilakukan pada kasus yang tidak yang memberat saat bekerja tapi membaik
mengalami perbaikan dengan terapi apabila tidak bekerja dan istirahat. Sampel
konservatif atau bila terjadi gangguan dalam penelitian ini adalah pasien dengan
sensorik yang berat atau adanya atrofi diagnosa Carpal Tunnel Syndrome yang
otototot thenar. Pada CTS bilateral masih berlangsung saat melakukan
biasanya operasi pertama dilakukan pada pekerjaan. Sampel penelitian yang diambil
tangan yang paling nyeri walaupun dapat adalah seorang pekerja hypermarket yang
sekaligus dilakukan operasi bilateral. bertugas di bagian kasir dan didapatkan
Penulis lain menyatakan bahwa tindakan menderita Carpal Tunnel Syndrome. Akan
operasi mutlak dilakukan bila terapi tetapi penelitian pada studi cross sectional
konservatif gagal atau bila ada atrofi terdapat beberapa kelemahan yaitu
otototot thenar, sedangkan indikasi relatif kurangnya jumlah kasus yang didapatkan,
tindakan operasi adalah hilangnya berat-ringannya kasus yang sulit
sensibilitas yang persisten. Biasanya ditentukan karena keterbatasan sarana
tindakan operasi CTS dilakukan secara pemeriksaan, dan kurangnya waktu yang
terbuka dengan anestesi lokal, tetapi didapatkan untuk melanjutkan survey.

6|Page
Analisis Kejadian Carpal Tunnel Syndrome Pada Pekerja di Rumah Makan Sambal Lalap

Selain itu, penelitian dengan studi ini tidak eksposur atau kesehatan okupasi mengenai
menggambarkan perjalanan penyakit, risk assessment.
insiden, maupun prognosis penyakit. Walk Through Survey ini adalah
Bahan yang digunakan pada survei ini bertujuan untuk memahami proses
adalah checklist walk through survey dan produksi, denah tempat kerja dan
dilakukan dengan wawancara. Checklist lingkungannya secara umum. Selain itu,
walk through survey ini dibuat berdasarkan mendengarkan pandangan pekerja dan
informasi yang diperlukan daripada tujuan pengawas tentang K3, memahami
survei ini dilakukan. Pada survei ini, pekerjaan dan tugas-tugas pekerja,
informasi yang diperlukan adalah ada mengantisipasi dan mengenal potensi
tidaknya faktor hazard, alat kerja apa yang bahaya yang ada dan mungkin akan timbul
digunakan, alat pelindung diri yang di tempat kerja atau pada petugas dan
digunakan, ketersediaan obat P3K di menginventarisir upaya-upaya K3 yang
tempat kerja, keluhan atau penyakit yang telah dilakukan mencakup kebijakan K3,
dialami pekerja dan upaya pengetahuan upaya pengendalian, pemenuhan peraturan
mengenai K3 kepada pekerja pengelasan. perundangan dan sebagainya. Survey
Peralatan yang diperlukan untuk dilakukan di Hypermarket
melakukan walk through survey antara Giant, Makassar ( 28 Mei 2018 ), yaitu :
lain: Alat tulis menulis, kamera digital,
checklist. No. Tanggal Kegiatan

Cara survey yang dilakukan adalah 1. 17 - Melapor ke bagian


September
dengan menggunakan Walk Through K3 RS Ibnu Sina
2018
Survey. Teknik Walk Through Survey juga - Pengarahan kegiatan
dikenali sebagai Occupational Health - Walk through survey
Hazards. Untuk melakukan survei ini, - Pembuatan laporan
walk through survey
dapat dimulai dengan mengetahui tentang
manejemen perencanaan yang benar, 2. 19 - Pembuatan status
September okupasi dan artikel
berdiskusi tentang tujuan melakukan
2018
survey, dan menerima keluhan-keluhan
3. 21 - Presentasi laporan
baru yang releven. September walk through survey
Pihak okupasi kesehatan dapat 2018
kemudian merekomendasikan monitoring
survey untuk memperoleh kadar kuantitas

7|Page
Analisis Kejadian Carpal Tunnel Syndrome Pada Kasir Hypermarket

HASIL: tunnel syndrome yaitu jangka waktu kerja


Pada penelitian ini diambil sampel yang lama yaitu 2 tahun, durasi kerja lebih
dalam salah satu bagian pekerjaan di 70 jam dalam seminggu.
rumah makan dan responden yang diambil
bertugas di bagian dapur. DISKUSI:
Dari rencana waktu yang telah Pasien mengeluh kesemutan pada
ditetapkan, terkumpul data yang tangan kanan dan kadang terasa pegal dan
didapatkan dari check list yang dibuat dan nyeri dari pergelangan tangan hingga
dari wawancara yang dilakukan. Dari hasil telapak tangan. Menurut teori, proses
check list diperoleh seorang pekerja laki- pekerjaan seperti mencuci ini, memerlukan
laki, usia 30 tahun mengeluh kesemutan gerakan pergelangan tangan yang berulang
terutama pada telapak tangan kanan dan – ulang seperti pekerja ibu rumah tangga
kadang terasa pegal-pegal di daerah yang sering mencuci baju dan mencuci
pergelangan tasngan hingga ke telapak piring. Efek samping dari pekerjaan ini
tangan yang dialami sejak kurang lebih 3 dalam jangka waktu yang lama juga
bulan yang lalu setelah 2 tahun bekerja, memberi efek yang jelek pada postur
selama 5-6 jam per hari bekerja di rumah tubuh. Golongan- golongan ini cenderung
makan. memilih untuk bekerja dengan posisi tubuh
Berdasarkan data yang telah yang nyaman untuk mereka walaupun
didapatkan, beberapa faktor hazard postur tubuh mereka tidak sesuai dengan
ergonomis diketahui menjadi risiko aturan yang sebenar. Hal ini juga memicu
terhadap terjadinya carpal tunnel syndrome gangguan muskuloskeletal yang lain
pada pekerja hypermarket bagian kasir, seperti sakit punggung bawah. Hal yang
seperti terpapar pajanan hazard setiap hari dikwatirkan apabila pekerja yang
contohnya mengekalkan posisi tangan mengalami atau menderita Carpal Tunnel
yang sama semasa bekerja dalam jangka Syndrome tidak mendapatkan pengobatan
waktu yang panjang (lebih tepat lagi posisi yang sesuai oleh karena takut sekiranya
tangan untuk scan barang, mengetik mereka tidak dapat bekerja seperti biasa.
komputer dan membungkus barang) dan Carpal Tunnel Syndrome yang berlanjutan
disertai postur tubuh yang sama dalam akan memberikan komplikasi yang lebih
jangka waktu yang panjang. Karakteristik bahaya kepada individu tersebut antaranya
pekerjaan yang didapatkan yang juga kekuatan genggam pasien akan
berhubungan terhadap kejadian carpal berkurangan sehingga menyebabkan

8|Page
Analisis Kejadian Carpal Tunnel Syndrome Pada Pekerja di Rumah Makan Sambal Lalap

quality of life seseorang menurun. Lama – Sesuai dengan hasil yang didapat,
kelamaan juga daerah yang dipersarafi menurut Costa R., et al, usia rata-rata dari
oleh saraf medianus juga akan mengalami jenis populasi ini bervariasi dari 25 sampai
atrofi (pengecilan) sehingga berlaku 30 tahun, prevalensi pada wanita adalah
ketidakseimbangan antara otot dan karena shift kerja ganda dan sesuai dengan
structural yang lain. Dan tentunya akan profil epidemiologi RSI / WNSD,
mempengaruhi fungsi dari bagian tersebut. menguatkan lagi temuan. Prevalensi pada
Kasir adalah kategori profesional wanita yang banyak dibahas, beberapa
yang mempunyai kecenderungan erat studi menunjukkan perbedaan fisiologis
dengan cedera, karena aktivitasnya (serat otot otot dan tinggi terkait) atau jenis
membantu terjadinya gejala CTS. eksposur (waktu cuti yang tidak pantas,
Kelompok ini melakukan tugas-tugas servis yang berlebihan, kurangnya
manual dengan gerakan berulang, beban perlindungan).
kerja yang berlebihan dan bergantung pada Mengetik termasuk sebagai salah
kurangnya struktur ergonomis di satu faktor yang menyebabkan kompresi
lingkungan kerja. saraf median. Pada penelitian ini
Adanya nyeri, paresthesia di tangan ditemukan masa kerja responden adalah 2
dan pergelangan tangan, sebagai akibat tahun dan diperkirakan bahwa masa kerja
dari jam kerja yang panjang adalah yang lebih lama lebih beresiko terkena
tandatanda dan gejala yang dialami oleh CTS karena aktifitas yang dilakukan.
karyawan tersebut, dan juga dilaporkan Posisi tangan merupakan salah satu faktor
oleh subyek penelitian ini, serta masalah terbesar yang dapat mengakibatkan CTS.
psikososial membantu dalam pembentukan Dari pengamatan kebanyakan pencuci
dan kejadian masalah muskuloskeletal. piring lebih suka meletakan piring lebih
Penyebab gejala mungkin karena rendah dari posisi pergelangan tangan
pergerakan berulang, overload sehingga pergelangan tangan menjadi
kerja diperpanjang, waktu yang lebih lama tertekan. Posisi ini dapat menyebabkan
dihabiskan berdiri, kekuatan tekanan pada nervus medianus dalam
yang berlebihan, antara lain. Hal terowongan karpal sehingga mengakibat-
ini menunjukkan bahwa RSI / WMSD tidak kan terjadinya CTS.
dianggap penyakit, sebenarnya merupakan Gejala carpal tunnel syndrome
satu gangguan sistem muskuloskeletal dan yang dirasakan oleh responden yang
kondisi ini terkait dengan lingkungan kerja. diwawancarai adalah kesemutan di telapak

9|Page
Analisis Kejadian Carpal Tunnel Syndrome Pada Kasir Hypermarket

tangan, nyeri pada daerah pergelangan untuk menganalisa faktor terjadinya kasus
tangan, baal di telapak dan kekuatan penyakit dengan keluhan mata merah perlu
genggaman yang lemah pada tangan kanan diketahui riwayat penyakit terdahulu dan
dibanding tangan kiri dan dapat riwayat pekerjaan di tempat lain yang
diperkirakan gejala- gejala carpal tunnel mungkin berhubungan dengan keluhan
syndrome yang muncul oleh karena yang dirasakan sekarang.
pekerjaan nya karena keluhan pasien Selain itu checklist yang hanya
membaik saat beristirahat atau memijat – terfokus pada faktor penyebab penyakit
mijatkan tangan nya. akibat kerja, tidak memenuhi semua
Karakteristik pekerjaan yang poinpoin yang diperlukan untuk
didapatkan yang juga berhubungan mendiagnosis penyakit dari keluhan yang
terhadap kejadian carpal tunnel syndrome dirasakan. Perlu penelitian yang lebih
yaitu jangka waktu kerja yang lama yaitu 2 mendalam dan pemeriksaan yang lebih
tahun, durasi kerja lebih 70 jam dalam lengkap untuk dapat menilai secara
seminggu dan terus menggunakan keseluruhan penyebab dari keluhan yang
tangannya untuk bekerja. dirasakan oleh pekerja.
Penelitian ini tentunya tidak Akhirnya kami berasumsi bahwa
terlepas dari keterbatasan, adapun bila terdapat gejala kesemutan pada tangan
keterbatasan dari penelitian ini adalah pada responden dengan hasil survey dan
checklist yang dibuat hanya menentukan penyakit akibat kerja tidak menunjukkan
hubungan penyakit akibat kerja, tapi tidak nilai yang berarti , maka tidak menutup
dapat menentukan insidens, berat kemungkinan keluhan yang dirasakan
ringannya penyakit, dan prognosis pasien juga karena kontribusi dari faktor
penyakit. Demikian pula untuk survei individu dan faktor lingkungan lain, selain
menilai faktor hazard akibat kerja, lingkungan tempat kerja. Penelitian ini
diagnosisnya hanya bersifat subjektif, tidak juga tidak mengklasifikan berat
dapat diketahui secara pasti kapan efek ringannya penyakit , berdasarkan keluhan
samping dari pekerjaan mulai muncul. dari pekerja, juga tidak dapat menentukan
Keterbatasan lainnya adalah tidak penatalaksanaan yang tepat untuk
dilakukan pemeriksaan yang menyeluruh mencegah atau mengurangi keluhan yang
terhadap seluruh responden, karena dirasakan atau akan dirasakan nanti di
keterbatasan sarana pemeriksaan, dan masa yang akan datang.
keterbatasaan waktu penelitian, karena

10 | P a g e
Analisis Kejadian Carpal Tunnel Syndrome Pada Pekerja di Rumah Makan Sambal Lalap

KESIMPULAN : cohorts. BMJ J Open. 2015; doi:


Hasil samping pekerjaan sebagai 10.1136/bmjopen-2015-008156
seorang pekerja rumah makan berupa 4. Toosi KK, Hagoboom NS, Oyster
penggunaan tangan yang terus-menerus ML> Computer keyboarding
untuk mencuci piring, memotong dan biomechanics and acute changes in
memasak yang saat bekerja lebih dari 10 median nerve indicative of carpal
jam dengan waktu istirahat 1-2 jam, tunnel syndrome.Clin. Biomech
ditambah karakteristik pekerjaan lain Journal. 2015; doi:
seperti lingkungan kerja yang tidak 10.1016/j.clinbiomech.2015.04.008
ergonomis mempunyai hubungan yang .
signifikan dengan terjadinya keluhan 5. Dorland. 2002. Dorland’s medical
kesemutan pada telapak tangan akibat dictionary. Englidh: Saunder.
carpal tunnel syndrome. 6. M.Faton, B. Cen. M.Aziz Carpal
Tunnel Syndrome: Diagnosis and
DAFTAR PUSTAKA : surgical treatment , clinical orthopedic,
1. Costa R, Barros R, Campos D, University Clinical Center Kosova,
Lima D, Barbosa, Geórgia., An 7. Prihantoyo. 2003. Potensi Bahaya
Epidemiological Profile Of Cashiers Faktor Fisik di Tempat Kerja. Makalah
Holders Carpal Tunnel Syndrome In A Pelatihan Hiperkes. Dinas
Grocery Store Chain. Salgado de Transmigrasi dan Tenaga Kerja.
Oliveira University, Recife, Yogyakarta.
Pernambuco, Brazil. 2012. 8. William W, Campbell MD.
2. Thomsen JF, Gerr F & Atroshi I. Dejong’s The Neurologic Examination.
Carpal Tunnel Syndrome and the use 7th ed. Campbell
of computer mouse and keyboard: A 9. Allan R & Robert HB. Adams and
systematic review. BMC Victors’s Principle of Neurology.
|Page 2001. Mc Graw Hill.
Musculoskeletal disorder. 2008;
doi: 10.1186/147i-1247-4-9-134
3. Medioni Z et all. Carpal Tunnel
Syndrome and computer exposure at
work in two large complementary

11 | P a g e
2. STATUS OKUPASI
BAGIAN IKM DAN IKK September 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

ANALISIS KEJADIAN CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA


PETUGAS DI RUMAH MAKAN SAMBAL LALAP

Oleh:
Zulfatul Ain binti Zulkefli
C 111 13 860

Supervisor :
dr. Sultan Buraena, MS, Sp.OK

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS


KEPANITERAAN KLINIK KEDOKTERAN KERJA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN
KOMUNITASFAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Zulfatul Ain binti Zulkefli


Stambuk : C111 13 860
Universitas : Universitas Hasanuddin Makassar
Judul : Carpal Tunnel Syndrome pada Pekerja Rumah Makan Sambal Lalap

Telah menyelesaikan tugas laporan hasil survey dan artikel dengan judul
tersebut di atas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin Makassar.

Makassar. September 2018

Pembimbing

dr. Sultan Buraena, MS, Sp.OK


Berkas Okupasi

Nama Fasilitas Pelayanan Kesehatan :


No Berkas :

No Rekam Medis :

Data Administrasi
Tanggal : 19 September 2018 ; Diisi oleh Nama : Zulfatul Ain binti Zulkefli
NPM/NIP : C111 13 860

Nama Tn. D
Alamat Griya Alam Permai, Jln Perintis Kemerdekaan
Umur 28 tahun Tempat/tanggal lahir : Makassar, 14 Desember 1990
Kedudukan dalam
Suami
keluarga
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Pendidikan SMA
Pekerjaan Cuci Piring dan Pelayan
Status perkawinan Sudah Menikah
Kedatangan yang
ke
Telah diobati Pernah
sebelumnya
Alergi obat Tidak ada
Sistem pembayaran BPJS

Data Pelayanan

I. ANAMNESIS (subyektif)
Dilakukan secara: autoanamnesis dengan pasien sendiri

A. Alasan kedatangan/keluhan utama


Kesemutan pada jari-jari tangan kanan terutama dirasakan pada jari tengah, telunjuk dan ibu
jari.
B. Keluhan lain /tambahan
Nyeri dan pegal-pegal juga ada dirasakan di telapak tangan kanan dan kekuatan
genggaman tangan kanan lemah dibanding tangan kiri setelah seharian beraktivitas.
C. Riwayat perjalanan penyakit sekarang:
Kesemutan di telapak tangan kanan dialami sejak kurang lebih 2 bulan yang lalu.
Kesemutan dirasakan hilang timbul, memberat saat pasien melakukan pekerjaan yang
berulang-ulang dan berkurang apabila tangan di istirahatkan dan dipijat. Pasien juga
merasa pegal-pegal di pergelangan tangan terutama setelah seharian beraktivitas.
Pasien mengeluh rasa sedikit tebal pada jari tengah, jari telunjuk dan ibu jari dan
muncul bersamaan dengan keluhan kesemutan. Nyeri dirasakan kurang lebih 2 minggu
yang lalu pada pergelangan tangan. Pasien juga mengeluh bahwa kekuatan genggaman
tangan kanannya lemah dibanding dengan tangan kiri.
Pasien tidak pernah memeriksakan keluhan tersebut sebelumnya. Tangan yang
sakit masih tetap digunakan untuk bekerja. Pasien merupakan seorang pekerja di salah
satu rumah makan di jalan Perintis yang mana memerlukan pasien untuk mencuci piring
dan alatan memasak. Pasien menyangkal riwayat jatuh menumpu pada tangan.

D. Riwayat penyakit keluarga:


Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama

E. Riwayat penyakit dahulu:


Keluhan seperti ini baru pertama kali dirasakan oleh pasien

F. Riwayat Sosioekonomi dan kebiasaan


Pasien sehari-hari bekerja sebagai pencuci piring di Rumah Makan Sambal Lalap.
Pasien merupakan seorang suami dan mempunyai satu orang isteri. Pasien juga
memiliki satu orang anak. Pasien telah bekerja di Rumah Makan Sambal Lalap selama 2
tahun. Pasien pergi ke tempat kerja mulai jam 0800 dan selesai kerja jam 1400. Pasien
ke tempat kerja dengan membawa motor sendiri.

II. ANAMNESIS OKUPASI (khusus untuk pasien yang bekerja)


1. Tuliskan jenis pekerjaan yang dilakukan sejak pertama kali, serta lama kerja di tiap
pekerjaan tersebut

Jenis pekerjaan bahan/material yang tempat kerja Masa kerja


digunakan (perusahaan) (dalam bulan /
tahun)

Pekerja Rumah Piring, dan peralatan Rumah Makan 2 tahun


Makan memasak Sambal Lalap

2. Uraian tugas/pekerjaan
Pasien adalah seorang pencuci piring dan pelayan di Rumah Makan Sambal
Lalapan. Pasien bekerja selama 6 hari dalam datu miggu, bekerja dari jam 0800-1400
dalam sehari dengan waktu istirahat sekitar 1-2 jam.
Uraian Tugas Rutin
Jam 04.30 - 07.30 : Bangun pagi, sholat, mandi, sarapan
Jam 07.30 - 08.00 : Berangkat menuju tempat kerja
Jam 09.00 - 12.00 : Kegiatan di tempat kerja
Jam 12.00 - 13.00 : Istirahat makan siang
Jam 13.00 - 14.00 : Kegiatan di tempat kerja
Jam 14.00 - 14.30 : Pulang ke rumah
Jam 14.30 - 22.00 : Kegiatan di rumah, berkumpul bersama keluarga
Jam 22.00 – 04.30 : Istirahat/tidur

3. Bahaya Potensial (potential hazard) dan risiko kecelakaan kerja pada pekerja serta
pada lingkungan kerja

Urutan Bahaya Potensial Gangguan Risiko


kegiatan kesehatan kecelaka
yang an kerja
Fisik Kimia Biologi Ergonomi Psiko mungkin

Menyiapkan - mencuci Sabun/ Kemungki -Posisi -Pekerjaan -Carpal -


wastafel dan piring detergen
nan tangan saat yg berulang Tunnel
membersihkan secara
berulang- terpapar bekerja dan -Tekanan Syndrome
dapur
ulang
agen perkerjaan dari tingkat - Low
kepuasan
Mencuci piring bakteri yang pelanggan back pain
dan
dan virus dilakukan - Stress
membersihkan
tempat berulang- pekerjaan
masakan atau ulang - Alergi pada
dapur
- Postur kulit

tubuh yang
tidak benar
dalam waktu
lama

4. Hubungan pekerjaan dengan penyakit yang dialami (gejala / keluhan yang ada)
Keluhan pasien mengalami kesemutan dan pegal-pegal pada telapak tangan
kanan,memberat saat pasien melaksanakan pekerjaan nya dan keluhan berkurang
apabila tangan diistirahatkan dan dipijat atau dikebas-kebas. Pasien lebih sering
menggunakan tangan kanan sewaktu aktivitas seharian. Pasien merupakan seorang
pekerja di salah satu rumah makan di Tamalanrea yang mana mermelukan pasien untuk
sering mencuci piring dan wastafel.

5. Body Discomfort Map:

Keterangan :
1. Tanyakan kepada pekerja atau pekerja dapat
mengisi sendiri
2. Isilah : keluhan yang sering dirasakan oleh
pekerja dengan memberti tanda/mengarsir
bagian- bagian sesuai dengan gangguan
muskulo skeletal yang dirasakan
pekerja

Tanda pada gambar area yang dirasakan :


Kesemutan = x x x Pegal-pegal = / / / / /
Baal = v v v Nyeri = ////////

/// ///
// /xx/ x
xxx
• Ket : High Risk o Tangan
kanan (skor : 4)
• Ket : Low Risk o Punggung
(skor : 1)
III. PEMERIKSAAN FISIK

1. Tanda Vital
a. Nadi : 90x/menit c. Tekanan Darah (duduk) : 110/70mmHg
b. Pernafasan : 18x/menit d. Suhu Badan : 36,7o C
2. Status Gizi
a. Tinggi Badan : 160cm Berat Badan : 65 Kg c. IMT = 25.3 kg/m2
b. Lingkar perut : - cm d. Bentuk badan : Astenikus
Atletikus  Piknikus

3. Tingkat Kesadaran dan keadaan umum

Keterangan
a. Kesadaran  Compos Mentis Kesadaran menurun

b. Tampak kesakitan Tidak Ya

c. Gangguan saat berjalan  tidak Ya

4. Kelenjar Getah Bening


Jumlah, Ukuran, Perlekatan, Konsistensi
a. Leher :  Normal Tidak Normal
b. Submandibula  Normal Tidak Normal
c. Ketiak : Normal Tidak Normal
d. Inguinal Normal Tidak Normal

5. Mata

Ket Mata kanan Mata kiri


a. Persepsi Warna Normal Buta Warna Parsial Normal Buta Warna
Buta Warna Total Parsial Buta Warna Total

b. Kelopak Mata  Normal Tidak Normal  Normal Tidak Normal


c. Konjungtiva Normal Hiperemis Sekret  Normal Hiperemis Sekret
Pucat Pterigium Pucat Pterigium

d. Kesegarisan /  Normal Strabismus  Normal Strabismus


gerak bola
mata
e. Sklera  Normal Ikterik  Normal Ikterik
f. Lensa mata tidak Keruh tidak Keruh
keruh keruh
g. Bulu Mata  Normal Tidak Normal  Normal Tidak Normal
h. Penglihatan Normal 3 Tidak Normal Normal Tidak Normal
dimensi

i. Visus mata :
Tanpa koreksi: 6/6 6/6

Dengan koreksi: - -

6.Telinga

Ket Telinga kanan Telingan kiri


a. Daun Telinga  Normal Tidak Normal  Normal Tidak Normal
b. Liang Telinga Normal Tidak Normal Normal Tidak Normal
- Serumen tidak ada ada serumen tidak ada ada serumen
Menyumbat (prop) Menyumbat (prop)
c. Membrana Intak Timpani Tidak intak Intak Tidak intak
lainnya…… lainnya sulit dinilai
d. Test berbisik Normal Tidak Normal Normal Tidak Normal
e. Test Garpu Normal Tidak Normal Normal Tidak Normal
tala Rinne
f. Weber

g.
Swabach
h. Lain – lain ……….

7. Hidung

a. Meatus Nasi Normal Tidak Normal


b. Septum Nasi  Normal Deviasi ke ........
c. Konka Nasal Normal Udem warna merah lubang hidung normal
d. Nyeri Ketok Normal Nyeri tekan positif di ……..
e. Penciuman normal

8. Gigi dan Gusi


9. Tenggorokan
a. Pharynx Normal Granulasi Hiperemis

b. Tonsil : Kanan : To T1 T2 T3 Kiri : To T1 T2 T3 Ukuran


Normal □ Hiperemis Normal □Hiperemis

c. Palatum Normal Tidak Normal d. Lain- lain

10. Leher
Keterangan
a. Gerakan leher  Normal Terbatas
b. Kelenjar Thyroid Normal Tidak Normal
c. Pulsasi Carotis Normal Bruit
d. Tekanan Vena  Normal Tidak Normal
Jugularis
e. Trachea Normal Deviasi
f. Lain-lain : …..

11. Dada
Keterangan
a. Bentuk  Simetris Asimetris
b. Mammae  Normal Tidak Normal Tumor : Ukuran
Letak
Konsistensi
c. Lain – lain

12. Paru- Paru dan Jantung


Keterangan
a. Palpasi  Normal Tidak Normal

Kanan Kiri

b. Perkusi Sonor Redup  Sonor Redup Hipersonor Hipersonor


Iktus Kordis : Tidak Normal , sebutkan 
Normal .............
Batas Jantung : Tidak Normal ,
Normal sebutkan ………
c. Auskultasi :  Vesikular  Vesikular
Bunyi napas Bronchovesikular Bronchovesikular
Bunyi Napas  tak ada Ronkhi  tak ada Ronkhi
tambahan Wheezing Wheezing
Bunyi Jantung  Normal Tidak Sebutkan ....
Normal
- kelainan Kuku
 tidak ada ada
 tidak ada ada
Pemeriksaan Khusus :
Tes Range of Motion : +/+
Phallen test : +/-
Tinel test : +/-

- Varises
13. Abdomen
Keterangan
•Inspeksi
•Perkusi  Normal Tidak Normal
•Auskultasi:  Timpani Redup
Bising Usus  Normal Tidak Normal

•Hati Teraba…….jbpx
 Normal
•Limpa
……jbac
 Normal- Teraba shoeffne …..
•Ginjal
Kanan ;
Normal Kiri :  Normal
Tidak Normal Tidak Normal
•Ballotement
Kanan ;
Kiri :  Normal
Normal
Tidak Normal
Tidak Normal
•Nyeri costo vertebrae
Kanan ; 
Kiri :  Normal
14. Genitourinaria Normal
Tidak Normal
a. Kandung Kemih Tidak Normal

b. Anus/Rektum/Periana
l Normal Tidak Normal
- Kekuatan otot
c Genitalia Eksternal - vaskularisasi Tidak Normal
d. Prostat (khusus Pria) Normal
............ Tidak

15a.Tulang / sendi diperiksa


Ekstremitas atas
- Gerakan
- Tulang
- Sensibilitas
- Oedema
Normal Tidak Normal
Normal Tidak Normal

Kanan Kiri

 Normal tidak normal  Normal tidak normal


 Normal tidak normal  Normal tidak normal
 baik tidak baik  baik tidak baik
 tidak ada ada tidak ada ada
 tidak ada ada  tidak ada ada
5/5/5/5 5/5/5/5
 baik tidak baik  baik tidak baik
15b.Tulang / Sendi
Ekstremitas bawah
- Gerakan  Normal tidak normal  Normal tidak normal
- Kekuatan otot 5/5/5/5 5/5/5/5
- Tulang  Normal tidak normal  Normal tidak normal
- Sensibilitas  baik tidak baik  baik tidak baik
- Oedema  tidak ada ada  tidak ada ada
- Varises  tidak ada ada  tidak ada ada
- vaskularisasi  baik tidak baik  baik tidak baik
- kelainan Kuku jari  tidak ada ada  tidak ada ada
Pemeriksaan khusus :

Tulang Belakang
Inspeksi : deformitas (-), edema (-), skoliosis (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), spasme otot pundak (+)

Pemeriksaan Khusus
a) Range Of Motion : normal
b) Heel Walking : normal
c) Toe Walkig : normal
d) Resistes great toe dorsoflexion : normal
e) Straight Leg Raise (SLR) : (-)
f) Patrick test : (-)
g) Contra patrick test : (-)

15c. Otot motoric


Trofi  Normal Tidak Normal  Normal Tidak Normal
Tonus  Normal Tidak Normal  Normal Tidak Normal
Kekuatan 5/5/5/5 5/5/5/5 Gerakan abnormal :
(Fs motorik)  tidak ada
tic ataxia lainya ..
16. Refleks kanan kiri
a. Refleks Fisiologis patella,  Normal Tidak  Normal Tidak lainnya .........
Normal Normal
b Refleks Patologis: Babinsky  negatif Positif  negatif Positif
lainnya ………

17. Kulit
a. Kulit  Normal Tidak Normal Efloresensi dan Lokasi nya
b. Selaput Lendir  Normal Tidak Normal

c. Kuku  Normal Tidak Normal


d. Lain – lain
………
III. RESUME KELAINAN YANG DIDAPAT:

Seorang laki-laki berusia 30 tahun, bekerja sebagai pekerja di Rumah Makan


Sambal Lalap mengeluhkan kesemutan di telapak tangan kanan dialami sejak kurang
lebih 2 bulan yang lalu. Kesemutan dirasakan hilang timbul, memberat saat pasien
melakukan pekerjaan yang berulang- ulang dan berkurang apabila tangan di istirahatkan
dan dipijat. Pasien juga merasa pegal-pegal di pergelangan tangan terutama setelah
seharian beraktivitas. Pasien mengeluh rasa sedikit tebal pada jari tengah, jari telunjuk
dan ibu jari dan muncul bersamaan dengan keluhan kesemutan. Nyeri ada dirasakan
kurang lebih 2 minggu yang lalu pada pergelangan tangan. Pasien juga mengeluh
bahwa kekuatan genggaman tangan kanannya lemah dibanding dengan tangan kiri.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 110/70 N: 90, R 18x/menit, S: 36,70 C.


Pemeriksaan lokalisasi tangan kanan didapatkan Phalen Test dan Tinel Test positif.
Pemeriksaan fisis lainnya dalam keadaan normal.

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dilakukan

Hasil Body Map :

Kesemutan dan pegal-pegal pada telapak tangan kanan

Hasil Brief Survey

Ket : High risk pada : 


Tangan kanan (skor 4)
: Low risk pada :
 Punggung (skor 1)
Untuk mendapatkan gangguan musculoskeletal

V. DIAGNOSIS KERJA :

Carpal Tunnel Syndrome

VI. DIAGNOSIS DIFERENSI :

de Quervain syndrome
VII. DIAGNOSIS OKUPASI :
Langkah Diagnosis Pertama
1. Diagnosis Klinis Carpal Tunnel Syndrome Dextra
Dasar diagnosis Seorang laki-laki berusia 30 tahun, bekerja sebagai
(anamnesis, pekerja di Rumah Makan Sambal Lalap mengeluhkan
pemeriksaan fisik, kesemutan di telapak tangan kanan dialami sejak kurang lebih
pemeriksaan 2 bulan yang lalu. Kesemutan dirasakan hilang timbul,
penunjang, body map, memberat saat pasien melakukan pekerjaan yang berulang-
brief survey) ulang dan berkurang apabila tangan di istirahatkan dan dipijat.
Pasien juga merasa pegal-pegal di pergelangan tangan terutama
setelah seharian beraktivitas. Pasien mengeluh rasa sedikit
tebal pada jari tengah, jari telunjuk dan ibu jari dan muncul
bersamaan dengan keluhan kesemutan. Nyeri ada dirasakan
kurang lebih 2 minggu yang lalu pada pergelangan tangan.
Pasien juga mengeluh bahwa kekuatan genggaman tangan
kanannya lemah dibanding dengan tangan kiri.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 110/70 N: 90, R


18x/menit, S: 36,70C. Pemeriksaan lokalisasi tangan kanan
didapatkan Phalen Test dan Tinel Test positif. Pemeriksaan fisis
lainnya dalam keadaan normal.

2. Pajanan di tempat Faktor ergonomis: Posisi tangan dan jari yang berulang melakukan
kerja mencuci piring, mencuci wastafel dan alatan memasak.
Faktor fisis: Terpapar suhu agak dingin, membongkok dalam waktu
yang lama
Faktor kimia : ada, sabun pencuci.
Faktor biologis: Kemungkinan terpapar agen bakteri dan virus Faktor
psikososial : Tidak ada shift namun bergilir istirahat, jam waktu
kerja yang lama.
3 . Evidence Based Carpal Tunnel Syndrome ditandai dengan nyeri dan paresthesia
dalam empat jari pertama dan pergelangan tangan, nyeri lengan,
lemah saat melakukan gerakan halus, hipoaesthesia di daerah N.
median, mengekalkan atau tidak sensasi palmaris dan mati rasa di
area distribusi saraf median, terutama pada malam hari. [2, 3] Evolusi
penyakit ini dapat menyebabkan atrofi tenar dan yang bila ada
iskemia berpanjangan, kerusakan akson dapat terjadi dan disfungsi
saraf ireversibel menyebabkan kerusakan fungsional tangan. [2]

Selain itu ia dapat memulai gangguan di daerah lain. Pekerjaan


berulang-ulang mungkin menjadi penyebab beberapa gangguan
psiko-logis atau sebaliknya, sehingga faktor biomekanikal dan
psikososial berinteraksi dalam pembentukan dan evolusi fenomena
muskuloskeletal.[1-2] Dampak dari patologi ini bukanlah baru-baru
ini, menurut Reis (2000), itu telah diamati adanya peningkatan kasus
medis, dikirim ke terapi fisik karena kecederaan kerja. [3]

Berhadapan dengan dampak dan gejala CTS dan disabilitas


fungsional yang ditemukan dan diberitahu oleh pekerja; tujuan dari
penelitian yang sebenarnya adalah untuk menganalisis keparahan
gejala pada keadaan fungsional pekerja di rumah makan melalui
kuesioner menyeluruh dari Carino et al. (2016), dengan demikian,
membuat profil epidemiologi pekerja rumah makan. [4]

Kasir adalah kategori profesional yang mempunyai kecenderungan


erat dengan cedera, karena aktivitasnya membantu terjadinya gejala
CTS. Kelompok ini melakukan tugas-tugas manual dengan gerakan
berulang, beban kerja yang berlebihan dan bergantung pada
kurangnya struktur ergonomis di lingkungan kerja. [1]

Adanya nyeri, paresthesia di tangan dan pergelangan tangan, sebagai


akibat dari jam kerja yang panjang adalah tanda-tanda dan gejala
yang dialami oleh karyawan tersebut, dan juga dilaporkan oleh
subyek penelitian ini, serta masalah psikososial membantu dalam
pembentukan dan kejadian masalah muskuloskeletal. [2]

Penyebab gejala mungkin karena pergerakan berulang, overload kerja


diperpanjang, waktu yang lebih lama dihabiskan berdiri, kekuatan
yang berlebihan, antara lain. [2-3]

Hal ini menunjukkan bahwa RSI / WMSD tidak dianggap penyakit,


sebenarnya merupakan satu gangguan sistem muskuloskeletal dan
kondisi ini terkait dengan lingkungan kerja. [5]

Dalam sampel kami beban kerja adalah 5 jam , istirahat 1 jam dan 5
jam tanpa gangguan layanan, sama untuk semua orang, dengan
catatan bahwa mereka tidak mengadopsi rekomendasi untuk istirahat
setiap jam. [6]

Usia rata-rata dari jenis populasi ini bervariasi dari 25 sampai 30


tahun; prevalensi pada perempuan adalah karena shift kerja ganda
dan sesuai dengan profil epidemiologi RSI / WNSD, menguatkan lagi
temuan. [6]

Prevalensi di antara perempuan yang banyak dibahas, beberapa studi


menunjukkan perbedaan fisiologis (serat otot otot dan tinggi terkait)
atau jenis eksposur (waktu cuti yang tidak pantas, servis yang
berlebihan, kurangnya perlindungan) [6]

Berkenaan rasa sakit dan lain-lain gejala yang dilaporkan, Moraes


dan Miguez menekankan bahwa WNSD adalah lesi yang
mempengaruhi kedua otot dan tendon di tempat-tempat seperti leher,
batang, tungkai bawah dan atas, yang berkembang menjadi
peradangan kronis dan kerugian fungsional. [7]

Beban kerja dan masa kerja adalah konsisten dengan pendapat


literatur yang mana mayoritas kasir supermarket telah menyelesaikan
sekolah tinggi dan bekerja pada rata-rata dua tahun, sekitar tujuh jam
sehari. [8]

Rasa sakit dapat diperjelas juga oleh gerakan berulang yang


dilakukan oleh para profesional seperti kasir supermarket,
menjalankan kegiatan berdiri atau duduk [9]

Faktor lain yang layak disebutkan adalah bahwa sebagian besar


operator melakukan kegiatan profesional mereka dalam seminggu
kerja dari Senin sampai Sabtu, namun beberapa instansi bekerja pada
hari Minggu, yang membuatkan pekerja untuk beristirahat setelah 10
hari dari jam kerja, yang mengganggu istirahat mingguan yang
direkomendasikan. [10]

Cario M, et al, British Journal of Medicine and Medical Research,


Carpal Tunnel Syndrome and Food Manual Labor, Internal Medicine
University Berlin, 2016.
4. Apakah pajanan Iya, cukup
cukup
Masa kerja 2 tahuun
Jumlah jam terpajan/ 5-6 jam
hari
Pemakaian APD Ada
Konsentrasi pajanan Sulit dinilai
Lainnnya........... Tidak ada
Kesimpulan jumlah Dengan jam kerja 5-6jam perhari, pasien terpajan dengan faktor
pajanan dan dasar ergonomis dimana jari-jari sering digunakan untuk mencuci
perhitungannya

5. Apa ada faktor Tidak ditemukan


individu yang
berpengaruh thd
timbulnya diagnosis
klinis? Bila ada,
sebutkan.
6 . Apa terpajan Tidak ditemukan
bahaya potensial yang
sama spt di langkah 3
luar tempat kerja?
Bila ada, sebutkan

7 . Diagnosis Okupasi Carpal Tunnel Syndrome pada kasir merupakan Penyakit Akibat
Kerja

VIII. KATEGORI KESEHATAN


a. Kesehatan baik (sehat untuk bekerja = physical fitness),

IX. PROGNOSIS
1. Klinik :
ad vitam : bonam
ad sanasionam : bonam
ad fungsionam : bonam
2.Okupasi : dubia ad bonam
X. PERMASALAHAN PASIEN & RENCANA PENATALAKSANAAN
Jenis Rencana Tindakan (materi & metoda);
No permasalahan Tatalaksana medikamentosa; non medika Target Hasil yang
Medis & non mentosa(nutrisi, olahraga, konseling dan waktu diharapkan
medis dll) OKUPASI)
1. Carpal Tunnel Okupasi: Segera Keluhan
Syndrome 3. Eliminasi : sulit dilakukan berkurang

4. Subsitusi : sulit dilakukan


5. Isolasi : sulit dilakukan
6. Engineering control : sulit
dilakukan
7. APD : tidak ada yang spesifik
Terapi Medikamentosa:
8. Oral: Asam mefenamat 3 x 1
9. Injeksi steroid
Terapi non medikamentosa
- Fisioterapi

Persetujuan Pembimbing Pembimbing : dr.


Sultan Buraena, MS, Sp. OK Tanda Tangan:

Nama Jelas: Intan Masliana Binti Zulmahmud


Tanggal: 30 Agustus 2018
3. EVIDENCE-BASED
ARTICLE
British Journal of Medicine & Medical Research
14(7): 1-4, 2016, Article no.BJMMR.25025
ISSN: 2231-0614, NLM ID: 101570965
SCIENCEDOMAIN international
www.sciencedomain.org

____________________________________________________ Occupational Repetitive Actions (OCRA) assessed


Carpal Tunnel Syndrome and Food Manual 40/50 technical actions per minute with peak
Labor: Case Report and Compensation Issues acceleration related to customers’ demand and
showed a middle-high risk with score 20.
Mauro Carino1*, Michele Ostuni2, Daniela
Martino3 and Chiara Giorgio3 Discussion and Conclusion: Criteria used for
determining eligibility for compensation are not
1Occupational Health Unit, National Health Service, uniform and according to regulations of a single
Lungomare Starita 6, 70123 Bari, Italy. 2Department country may cover different aspects of physiological
of Orthopedics, National Health Service, Lungomare impairment, work disability, healthcare costs, loss of
Starita 6, 70123 Bari, Italy. 3Department of income and professional retraining. This case
Rehabilitation, National Health Service, Lungomare highlights the importance of using more easily
Starita 6, 70123 Bari, Italy. applicable tools for risk assessment that can be crucial
for definition and determination of causation.
Authors’ contributions
This work was carried out in collaboration between Case Study
all authors. All authors read and approved the final Carino et al.; BJMMR, 14(7): 1-4, 2016; Article
manuscript. no.BJMMR.25025
Keywords: Carpal tunnel syndrome; musculoskeletal
Article Information disorders; occupational risk; manual labor; food
DOI: 10.9734/BJMMR/2016/25025 production; compensation.
Editor(s):
(1) Vijay K. Yadav, Metabolic Research Laboratory, ABBREVIATIONS
National Institute of Immunology, Aruna Asaf Ali CTS : Carpal Tunnel Syndrome
Marg, New Delhi, OCRA : Occupational Repetitive Actions
India. ULMSD : Upper Limb Musculoskeletal Disorders
Reviewers:
(1) A. K. Hakan, Bozok University, Turkey. 1. INTRODUCTION
(2) Olubunmi Ogunrin, Internal Medicine University The etiologic importance of occupational ergonomic
of Benin, Nigeria. stressors for the occurrence of musculoskeletal
(3) David Castro Costa, Centro Hospitalar De Sao disorders of upper extremities (ULMSD) has been
Joao, Porto, Portugal. Complete Peer review History: demonstrated and the epidemiologic literature on
http://sciencedomain.org/review-history/13778 work-related musculoskeletal disorders in
combination with extensive laboratory evidence of
Received 14th February 2016 pathomechanisms related to work stressors is
Accepted 11th March 2016 convincing [1]. Carpal tunnel syndrome (CTS) is
Published 21st March 2016 defined by compression of the median nerve in the
wrist and is regarded as an occupational health
ABSTRACT problem among manual workers in the industry. A
Aims: We report a case of bilateral carpal tunnel useful body of research supports that occupations with
syndrome (CTS) in a patient who had been working significant wrist activities increase the risk of carpal
with repetitive tasks for almost thirty years on his own tunnel syndrome in the manufacturing industry and in
business as pizza maker in a small restaurant. Food particular in food processing and food factory workers
production outside the industry of food processing is [2-6], but the occurrence in the small food labor has
often neglected in assessing biomechanical overload been rarely described) [7,8].
as an occupational risk for upper limb musculoskeletal
disorders. 2. PRESENTATION OF CASE
A 54-year old right handed male reported a
Presentation of Case: A 54-year old male reported a progressive history of pain and numbness in thethumb
progressive history of pain and numbness in the and first three fingers of both hands, including
thumb and first three fingers of both hands, including dysaesthesia and nocturnal waking. He had been
dysaesthesia and nocturnal waking. Main factors working with repetitive tasks for almost thirty years
influencing the risk such as frequency of repetitive on his own business as pizza maker in a small
movement, strain, posture, pauses, complementary restaurant.
risk factors are described. On site mini-check list
British Journal of Medicine & Medical Research
14(7): 1-4, 2016, Article no.BJMMR.25025
ISSN: 2231-0614, NLM ID: 101570965
SCIENCEDOMAIN international
www.sciencedomain.org

During the mixing of the ingredients and the Repetitive Actions mini-checklist, a method to obtain
stretching of the dough ball on a hard work surface, a flexible and easy to handle risk assessment for upper
high strain maneuvers with forceful angular hand limb repetitive movements. Experiences in different
movements were performed with both upper limbs manufacturing industry contexts have been carried out
with repetitive 40/50 technical actions per minute and and this instrument derives simplified and yet reliable
with peak acceleration related to customers’ demand. evaluation results especially in sectors with variability
The operation required high speed repetitive hand in the production. In Europe claims and compensation
bending, pressure on the palm and wrist twisting for these disorders have significantly increased.
movements. Trends in CTS and upper limb musculoskeletal
disorders varied widely within and between European
The OCRA (Occupational Repetitive Actions) mini- countries [13].
checklist is a method to obtain a flexible and easy to In Italy there is a positive trend for the number of
handle risk assessment for upper limb repetitive claims of suspected work-related upper limb
movements [9]. It must be regarded as an alternative musculoskeletal disorders that are compensated from
method to derive simplified and yet reliable the National Agency for Occupational Diseases. The
evaluation results in line with the need to create reporting of these diseases is mandatory for the
simple tools for risk assessment easily applicable also observing physician with a legislation that contains a
by less experienced personnel. A repeated mini- detailed list of diseases subject to compensation
checklist OCRA risk assessment showed a middle- including the CTS. From 1999 to 2012 the
high risk with score 20, as previously reported [10]. surveillance of occupational diseases in Italy
A profile of well-established non-occupational risk (MALPROF system) collected about 112000 cases of
factors for nerve entrapment including individual workers' diseases from 14 out of the 20 Italian
factors such as risk-increasing leisure time activities, regions. In 2010, more than 13000 cases of
body mass index and predisposing co-morbidities occupational diseases were reported. Among most
such as arthritis, diabetes, hypothyroidism [11,12] frequently reported diseases there was the CTS (n =
were adequately investigated. 1560, 11%) [14]. Treatment for CTS should begin
Physical examination showed positive Tinel and early. When these workers return to work, ergonomic
Phalen test with impaired motor function and weaken measures should be improved to prevent recurrence.
pinch/grip. Electroneuromyographic studies revealed Defining the criteria for the association of these
a severe bilateral damage of the median nerve diseases with the occupational origin are aspects
conduction. The patient underwent surgical release for becoming increasingly important not only in relation
both nerve entrapment with relative recovery at the to the growing number of recognized occupational
nerve conduction velocity examination, but with diseases but also in relation to both economic and
residual paresthaesia in both hands. After interrupting legal implications [15]. The main goal is to identify
his manual working activity, he has been looking to causal association between occupational exposure
receive fair workers' compensation benefits. and disease and characterize the evidence that might
be used to support an inference of causality "beyond a
3. DISCUSSION reasonable doubt". A principle underlying the
Criteria for a “quick” risk assessment and for philosophy of science is that causality can only be
definition of evidence-related thresholds in work inferred with different degrees of certainty, leaving
sectors such as small food production that are often open room to differences in its assessment. Reliable
not reported in the literature must be considered. It contributions to help filling some gaps in the process
must be emphasized that the importance of of recognition of these diseases as
considering aspects such as action frequency, work-related need to be further investigated and
duration, recovery periods, as much as traditional predisposing co-morbidities must be adequately
mechanical factors such as force, load, non-neutral considered by medical regulatory authority.
posture. A key element of the medico-legal aspects is
An elevated percentage of the small food businesses the time-related (chronological) criteria. This
have very few employees and, according to the local term includes two temporal concepts: Exposure
legislation, are often exempt from legal obligation to must precede the onset of the disease and the
provide a detailed risk assessment document. time between start of exposure to specific risk
In line with the need of new and more easily and onset of illness must be “reasonable”. This
applicable tools for risk assessment and burden of period is commonly referred as latency time. The
proof, it was developed the Occupational latency of upper limb musculoskeletal disorders
British Journal of Medicine & Medical Research
14(7): 1-4, 2016, Article no.BJMMR.25025
ISSN: 2231-0614, NLM ID: 101570965
SCIENCEDOMAIN international
www.sciencedomain.org

is influenced by the level of exposure to risk. A 4. Violante FS, Bonfiglioli R, Isolani L, Raffi GB.
latency period for CTS in the small food business Levels of agreement of nerve conduction studies and
activity such for pizza makers has not been suggested symptoms in workers at risk of carpal tunnel
in the literature. Further studies are needed to assess syndrome. Int Arch Occup Environ Health.
the mean latency period of the disorder and to verify 2004;77(8):552-8.
to what extent different levels of exposure influence 5. Melchior M, Roquelaure Y, Evanoff B, et al. Why
the latency time. are manual workers at high risk of upper limb
disorders? The role of physical work factors in a
4. CONCLUSION random sample of workers in France. Occup Environ
Although automation will characterize work in the Med. 2006;63(11):754-61.
future, manual labor will remain important for Italian 6. Bonfiglioli R, Mattioli S, Spagnolo MR, Violante
food products whose quality is recognized worldwide. FS. Course of symptoms and median nerve
The World Health Organization promoted the conduction values in workers performing repetitive
development of toolkits for different occupational jobs at risk for carpal tunnel syndrome. Occup. Med.
risks and diseases. They are defined as a set of (Lond). 2006;56(2):115-21.
practical risk assessment procedures and related 7. Vimercati L, Lorusso A, L'Abbate N, Assennato G.
management guidance documents, including advice Bilateral carpal tunnel syndrome and ulnar neuropathy
on simple risk control options. Cooperative effort to at the elbow in a pizza chef. BMJ Case Rep; 2009. pii:
risk assessment in association with burden of proof bcr11.2008.1293.
through easily applicable tools, detailed occupational 8. Leghissa P, Santini M, Bancone C, Deleidi G,
history and inspection at worksite in the case of Valsecchi R, Mosconi G. The bergamo experience of
entrapment neuropathy of the upper limbs are specific health surveillance in the
obligations which may confront the practitioner in bakery sector. G Ital Med Lav Ergon. 2011;33(1):12-7
order to allocate causation when evaluating work- 9. Colombini D, Occhipinti E. Development of simple
relatedness of a disease. tools for risk identification and revention of WMSDs
(work related muscular-skeletal disorders):
CONSENT Application
A written informed consent was obtained from the experience in small and craft industries. Med Lav.
patient for the publication of this case report. 2011;102(1):3-5.
10. Placci M, Cerbai M. Simplified models for
ETHICAL APPROVAL analysis of sources of risk and biomechanical
It is not applicable. overload in craft industries: Practical application in
confectioners, pasta and pizza makers. Med Lav.
COMPETING INTERESTS 2011;102(1):89-100.
Authors have declared that no competing interests 11. Shiri R, Pourmemari MH, Falah-Hassani K,
exist Viikari-Juntura E. The effect of excess body mass on
the risk of carpal tunnel syndrome: A meta-analysis of
REFERENCES 58 studies. Obes Rev. 2015;16(12):1094-104.
1. Punnett L, Wegman DH. Work-related 12. Pourmemari MH, Shiri R. Diabetes as a risk factor
musculoskeletal disorders: The epidemiologic for carpal tunnel syndrome: A systematic review and
evidence and the debate. J Electromyogr Kinesiol. meta-analysis. Diabet Med. 2016;33(1):10-6.
2004;14(1):13-23. 13. Stocks SJ, McNamee R, van der Molen
2. Nicoletti S, Consonni D, Carino M, et al. Upper HF, et al. Trends in incidence of occupational asthma,
limb work-related musculoskeletal disorders (UL- contact dermatitis, noise-induced hearing loss, carpal
WMSDs): A retrospective cohort study in three large tunnel syndrome and upper limb musculoskeletal
factories of the upholstered furniture industry. Med disorders in European countries from 2000 to 2012.
Lav. 2008;99(4):281-96. Carino et al.; BJMMR, Occup Environ Med 2015;72(4):294 303.
14(7): 1-4, 2016; Article no.BJMMR.25024 14. Campo G, Papale A, Baldasseroni A, et al. The
3. Cartwright MS, Walker FO, Newman JC, et al. surveillance of occupational diseases in Italy: The
One-year incidence of carpal tunnel Malprof System. Occup Med (Lond). 2015;65(8):632-
] syndrome in Latino poultry processing workers and 7.
other Latino manual workers. Am J Ind Med. 15. Beach J, Chen Y, Cherry N. How physicians
2014;57(3):362-9. allocate causation: A scenario study with factorial
design. Occup Med (Lond). 2012;62(6):407-12.
British Journal of Medicine & Medical Research
14(7): 1-4, 2016, Article no.BJMMR.25025
ISSN: 2231-0614, NLM ID: 101570965
SCIENCEDOMAIN international
www.sciencedomain.org

___________________________________________
© 2016 Carino et al.; This is an Open Access article
distributed under the terms of the Creative Commons
Attribution License
(http://creativecommons.org/licenses/by/4.0), which
permits unrestricted use, distribution, and
reproduction in any medium,
provided the original work is properly cited.
Peer-review history:
The peer review history for this paper can be accessed
here:
http://sciencedomain.org/review-history/13778
4. LAPORAN WALK
THROUGH
SURVEY
BAGIAN IKM DAN IKK September 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

Aspek Kesehatan Dan Keselamatan Kerja


Pekerja Rumah Makan Sambal Lalap

Oleh:
Raja Muhammad Syafiq bin Raja Azman C 111 13 841
Shaliza binti Hussin C 111 13 854
Zulfatul Ain binti Zulkefli C 111 13 860
Rezki Tri Wahyuni S. C 111 12 143

Supervisor :
dr. Sultan Buraena, MS, Sp.OK

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS


KEPANITERAAN KLINIK KEDOKTERAN KERJA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN
KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa:

Raja Muhammad Syafiq bin Raja Azman C 111 13 841


Shaliza binti Hussin C 111 13 854
Zulfatul Ain binti Zulkefli C 111 13 860
Rezki Tri Wahyuni S. C 111 12 143

Judul: Aspek Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Pekerja Rumah


Makan Sambal Lalap

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan Klink

Kedokteran Kerja pada bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat& Ilmu

Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin.

Makassar, September 2018

Pembimbing,

……………………….
dr. Sultan Buraena, MS, Sp.OK

BAB 1
HASILSURVEY

3.1 Bahan dan Cara Survey


3.1.1 Alur Kerja Rumah Makan Sambal Lalap
Membeli barang masakan
(pasar/gudang )

Mencuci bahan basah dan kering


(dapur)

Menerima pesanan pelanggan


(kasir)

Menghantar pesanan di
meja
(waiter)

Membersihkan meja
(ruang pelanggan dan
ruang cuci)

Mencuci lantai dan


toilet serta musholla
(sekitar rumah makan)

3.1.2 Peralatan yang Diperlukan


Peralatan yang diperlukan untuk melakukan walk through
survey antara lain:
- Alat tulis menulis: berfungsi sebagai media untuk pencatatan
selama survey jalan sepintas.
- Kamera digital: berfungsi sebagai alat untuk memotret
kegiatan dan lingkungan pekerja rumah makan sambal lalap.
- Checklist berfungsi sebagai alat untuk mendapatkan data
primer mengenai survei jalan sepintas yang dilakukan.
- Alat pemeriksaan fisis (tensimeter, stetoskop, penlight)
- Status okupasi berfungsi untuk mencatat hasil anamnesis
dan pemeriksaan fisis serta diagnosis okupasi dari pasien
dengan keluhan penyakit akibat kerja.

3.1.3 Cara pemantauan


Metode walk through survey adalah dengan
menggunakan metode checklist. Walk through survey
memerlukan kemampuan indra penglihatan dan indra
pendengaran serta wawancara dengan pekerja.
Sebelum melakukan walk through survey perlu
diperhatikan masalah kerahasiaan tempat survey dan
konfidensialitas pekerja. Sebelum melakukan pemotretan
perlu dimintakan izin terlebih dahulu kepada pimpinan
tempat survei. Laporan walk through survey tidak cukup
hanya dengan mengisi checklist, melainkan juga harus
menyusun esai. Checklist hanyalah merupakan panduan
saja agar tidak ada kelupaan.

3.2 Lokasi dan Waktu


3.2.1 Lokasi

Lokasi yang menjadi pilihan kami untuk dijadikan


survei kesehatan dan kedokteran kerja adalah di Rumah
Makan Sambal Lalap. Di sana kami mengevaluasi faktor
yang berpengaruh pada kesehatan dan keselamatan kerja
dari setiap aspek.
3.2.2 Waktu
Waktu pelaksanaan survei kesehatan dan kedokteran
kerja ini pada tanggal 17 September – 19 September 2018.
Rincian kegiatan sebagai berikut :
No Tanggal Kegiatan
1 Senin, 17Mei Melapor di RS Ibnu Sina di
2018 Bagian K3. Selanjutanya diberikan
pengarahan oleh Dr Sultan.
Membuat proposal penelitian
mengenai Penyakit Akibat Kerja
pada pekerja di rumah makan
sambal lalap serta melakukan
survei di lokasi penelitian.
2 Selasa, 18 Penyusunan laporan hasil Walk
September 2018 Through Survey
3 Rabu, 19
Penyusunan status okupasi
September 2018
4 Kamis, 10
Penyusunan artikel status okupasi
September 2018
5 Jumat, 11 Presentasi Laporan Hasil Walk
September 2018 Through Survey dan presentasi
status okupasi
BAB 2

PEMBAHASAN
2.1. Hasil Penelitian
Adapun hasil penelitian yang telah diperoleh dapat diuraikan
sebagai berikut:
2.1.1. Alur kerja rumah makan sambal lalap.
1. Membeli barang di pasar
Melakukan transaksi pembelian bahan masakan dan
lain-lain di toko atau di pasar dan seterusnya menyimpan
di ruang penyimpanan atau gudang. Memastikan semua
bahan yang dibeli berdasarkan keperluan atau sesuai menu.
Memastikan keawetan barang-barang yang dibeli. Bekerja
sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Melakukan
semua tugas yang diberikan secara efisien, secara teknis,
yang benar, mengikuti kebijakan manajemen, aturan dan
peraturan, perintah dari supervisor, mematuhi prosedur
manual pelatihan dan mencapai standar yang tinggi agar
tercapai kepuasan tamu secara total.
2. Mencuci bahan basah dan kering serta memasak
Setelah pembelian bahan-bahan masakan. Proses
pencucian barang ini dilakukan di toko yaitu di dapur.
Selain itu semua peralatan-peralatan kotor habis pakai
baik yang basah maupun yang kering juga dibersihkan
didapur. Memasak makanan dan membuat minuman
sesuai dengan pesanan pelanggan. Memastikan kelezatan
dan cita rasa masakannya.
3. Menerima pesanan pelanggan
Mengatur meja, meja prasmanan, bahan dekorasi
dan peralatan sesuai instruksi dari atasan dan kapten
sesuai dengan kebutuhan masing-masing.Menyajikan
makanan dan minuman dengan cara yang efisien dan
sopan untuk mendapatkan kepuasan tamu secara
maksimum, dan sesuai dengan prosedur dan standar yang
ditetapkan.Menjaga meja, kursi dan peralatan rapi
sepanjang waktu.Mengambil makanan dari dapur dan
mengembalikan piring kotor ke tempat cuci
piring.Pastikan kebersihan semua fasilitas setelah selesai
agar ruang serba guna yang sudah kosong oleh staf
penjualan bisa ditunjukkan kepada klien.Harus tahu
peralatan perjamuan sudah tersedia.Bekerja sesuai dengan
jadwal sebagaimana ditugaskan oleh atasan.Melakukan
semua tugas yang diberikan secara efisien, secara teknis,
yang benar, mengikuti kebijakan manajemen, aturan dan
peraturan, perintah dari supervisor, mematuhi prosedur
manual pelatihan dan mencapai standar yang tinggi agar
tercapai kepuasan tamu secara total.
4. Menghantar pesanan di meja
Memastikan bahwa semua minuman dan hidangan
makanan sesuai dengan daftar menu dan spesifikasi,
disajikan dengan benar, panas/dingin/es atau pada suhu
tertentu sebelum disajikan. Mendengarkan keluhan tamu.
Memperbaiki kesalahan-kesalahan dan permintaan.
Menginformasikan situasi pada atasannya jika serius atau
tidak mampu untuk menangani dan melaporkan kepada
manajemen. Menghadiri semua pelatihan yang diberikan.
Berpakaian rapi dan bersih dengan memakai nama tag.
Pastikan kebersihan, keamanan dan efisiensi di tempat
kerja.Melakukan semua tugas yang diberikan secara
efisien, secara teknis, yang benar, mengikuti kebijakan
manajemen, aturan dan peraturan, perintah dari supervisor,
mematuhi prosedur manual pelatihan dan mencapai
standar yang tinggi agar tercapai kepuasan tamu secara
total.
5. Membersihkan meja
Memastikan bahwa semua peralatan makan yang
telah selesai digunakan oleh pelanggan yang sudah selesai
menikmati makanannya dikembalikan ke tempat cuci
piring yang selanjutnya akan dilanjutkan oleh bagian
pencucian. Selain itu, petugas ini pula memastikan tidak
ada lagi sisa makanan ataupun sampah-sampah yang
berserakan di meja atau sekitar meja makan setelah
pelanggan meninggalkan tempatnya. Petugas juga
memastikan jumlah peralatan yang keluar saat penyajian
makanan sesuai dengan jumlah peralatan yang dibawa ke
tempat cucian piring agar tidak ada peralatan yang
mungkin terikut ketika petugas ini membuang sampah.
Dalam mengumpulkan peralatan makan, petugas ini
menggunakan teroli dorong dengan dua tingkat, sehingga
memungkinkan untuk mengangkut semua peralatan makan
dalam satu kali penghantaran. Sebelum di bawa ke tempat
cucian piring, terlebih dahulu petugas ini membuang
seluruh sisa makanan dan sampah ke tempat pembuangan.
Apabila ada pelanggan yang komplain terhadap
kebersihan meja, petugas akan segera mengambil tindakan
untuk membenahi keluhan tersebutMelakukan semua
tugas yang diberikan secara efisien, secara teknis, yang
benar, mengikuti kebijakan manajemen, aturan dan
peraturan, perintah dari supervisor, mematuhi prosedur
manual pelatihan dan mencapai standar yang tinggi agar
tercapai kepuasan tamu secara total.

6. Mencuci lantai, meja, wc dan musholla


Memastikan bahwa seluruh ruangan dalam
keadaan bersih, mulai dari bagian terdepan ruangan
hingga ruangan musholla rumah makan. Kegiatan ini
dilakukan setiap pagi hari sebelum waktu pemesanan
dilakukan dan dilakukan setiap malam hari setelah waktu
pemesanan di tutup. Memastikan bahwa tidak ada sampah
yang berserakan dilantai, mengelap dan atau mengepel
lantai dan juga meja sehingga tidak ada bekas tumpahan
bahan makanan yang tertinggal di lantai dan meja.
Memastikan semua peralatan sholat dalam keadaan bersih
dan harum dengan melakukan pencucian peralatan shalat
setiap sekali dalam seminggu untuk mukenah dan
membersihkan setiap hari karpet sholat. Memastikan
seluruh lantai kering sesaat sebelum waktu pemesanan
dibuka untuk menghindari ada petugas ataupun pelanggan
yang terjatuh akibatnyaMelakukan semua tugas yang
diberikan secara efisien, secara teknis, yang benar,
mengikuti kebijakan manajemen, aturan dan peraturan,
perintah dari supervisor, mematuhi prosedur manual
pelatihan dan mencapai standar yang tinggi agar tercapai
kepuasan tamu secara total.

BAB 3

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Dari hasil survei yang telah dilakukan di rumah makan sambal
lalap., dapat disusun kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh hazard pada Tenaga Kerja di rumah makan
sambal lalap. yakni pada faktor ergonomis seperti postur saat
bekerja yang kurang baik dan pekerjaan yang berulang,
kemudian posisi kerja sebagian besar dilakukan dengan
berdiri karena tidak memungkinkan petugas untuk duduk dan
cara kerja berupa mengangkat, mendorong, memasak
memebersih serta membakar dan melayani serta pada faktor
psikososial seperti kerja berlebih, sehingga sering
menimbulkan keluhan pada pekerja misalnya nyeri
pergelangan tangan, nyeri punggung bawah, nyeri leher dan
keluhan di bagian mata. Dan ada juga luka bakar akibat
membakar bahan makanan,

2. Pekerja di tempat survei menggunakan alat pelindung diri


tetapi pekerja masih rentan untuk terpapar zat-zat seperti
debu dan bahan masak serta pencuci yang berada di sekitar
rumah makan sehingga dapat menyebabkan gangguan saluran
pernapasan pada tukang bakar makanan atau tukang masak,
gangguan pada mata, dan rasa yang kurang nyaman. Selain itu,
ada juga karyawan yang menderita luka bakar serta yang ada
alahan pada kulit.

3. Pengetahuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja


masih kurang karena belum pernah mendapatkan penyuluhan
di tempat kerja,

4. Dibagian tempat kerja juga tidak ada tempat yang ergonomis


untuk pekerja merasa lebih nyaman dan tidak ada keluhan
pegal kernna sering membongkok dan menjongkok.

5. Terdapat alat pencegahan kebakaran di tempat kerja seperti


APAR, detector, alarm kebakaran, hydran dan sprinkler.
3.2 Saran

1. Diharapkan adanya peran pimpinan tempat kerja dalam


menjamin kesehatan pekerja dengan lebih baik dengan
melakukan penyuluhan kepada pekerja supaya lebih
mempunyai kesedaran tentang kenyamanan dan keamanan di
tempat kerja.
2. Diharapkan setiap pekerja untuk menerapkan postur yang baik
saat bekerja utamanya saat mengangkat barang dan
menggunakan alat pelindung diri agar tehindar dari
kecelakaan atau penyakit akibat kerja.

Lampiran Foto

1) Area Kasir
2) Area Tempat makan
3) Area dapur
4) Area wastafel, wc dan musholla

Checklist Walk Through Survey pada Petugas .....

1) AREA DAPUR

No. Perkara Ya Tidak Ket


Faktor Hazard
a. Faktor fisik
1 Pencahayaan ;
- Apakah ada pencahayaan cukup terang √
- Apakah warna cahaya lampu yang sesuai √
- Apakah warna dinding ruangan yang terang √
2 Apakah ada sumber bising? √
3 Apakah ada sumber getaran? √
4 Apakah ada sumber radiasi? √
5 Apakah ada sumber listrik dengan kekuatan tinggi? √
b. Faktor kimia
i. Desinfektan √
ii. Cytotoxic √
iii. Gas-gas anestesi √
c. Faktor biologi
i Bakteri √
ii. Virus √
iii. Jamur √
iv. Parasit √
d. Faktor ergonomis
i. Pekerjaan yang dilakukan secara manual √
ii. Postur saat bekerja berdiri dan duduk √
iii. Pekerjaan yang berulang √
e. Faktor Psikososial
i. Sering kontak dengan pasien √
ii. Kerja bergilir √
iii. Kerja berlebih √
iv. Ancaman secara fisik √
Keluhan /penyakit yang dialami
i. Sistem Pernafasan √
ii. Sistem Pencernaan √
iii.. Sistem Reproduksi √
iv. Sistem saraf √
v. Orthopedi √
vii. Sistem Indera √
vii Sistem Kardiologi √
Alat pelindung diri

1 Tutup kepala √

2 Kacamata √

3 Masker √

4. Celemek √

5. Handscoen √
.6. Sepatu √
Ketersediaan dan kelengkapan kotak obat P3K √

Upaya lain perusahaan tentang K3 √


-
Memiliki pengetahuan dan pernah mendapat √
penyuluhan
Tidak memiliki pengetahuan dan pernah mendapat √
penyuluhan
Konstruksi bangunan
- Lantai √
- Langit-langit √
- Pintu dan jendela √
- Ventilasi √

Kebakaran
Pencegahan dan pengendalian
a. APAR √
b. Detector √
c. alarm kebakaran √
d. Hydran √
e. Sprinkler √

2) GUDANG PENYIMPANAN BARANG

No. Perkara Ya Tidak Ket


Faktor Hazard
e. Faktor fisik
1 Pencahayaan ;
- Apakah ada pencahayaan cukup terang √
- Apakah warna cahaya lampu yang sesuai √
- Apakah warna dinding ruangan yang terang √
2 Apakah ada sumber bising? √
3 Apakah ada sumber getaran? √
4 Apakah ada sumber radiasi ? √
5 Apakah ada sumber listrik dengan kekuatan tinggi ? √
f. Faktor kimia
i. Desinfektan √
ii. Cytotoxic √
iii. Gas-gas anestesi √
g. Faktor biologi
i Bakteri √
ii. Virus √
iii. Jamur √
iv. Parasit √
h. Faktor ergonomis
i. Pekerjaan yang dilakukan secara manual √
ii. Postur saat bekerja berdiri dan duduk √
iii. Pekerjaan yang berulang √
e. Faktor Psikososial
i. Sering kontak dengan pasien √
ii. Kerja bergilir √
iii. Kerja berlebih √
iv. Ancaman secara fisik √
Keluhan /penyakit yang dialami
i. Sistem Pernafasan √
ii. Sistem Pencernaan √
iii.. Sistem Reproduksi √
iv. Sistem saraf √
v. Orthopedi √
vii. Sistem Indera √
vii Sistem Kardiologi √
Alat pelindung diri

1 Tutup kepala √

2 Kacamata √

3 Masker √

4. Celemek √

5. Handscoen √

.6. Sepatu √
Ketersediaan dan kelengkapan kotak obat P3K

Upaya lain perusahaan tentang K3 √


-
Memiliki pengetahuan dan pernah mendapat √
penyuluhan
Tidak memiliki pengetahuan dan pernah mendapat
penyuluhan
Konstruksi bangunan
- Lantai √
- Langit-langit √
- Pintu dan jendela √
- Ventilasi √
Kebakaran
Pencegahan dan pengendalian
f. APAR √
g. Detector √
h. alarm kebakaran √
i. Hydran √
j. Sprinkler √

3) AREA MAKAN PELANGGAN

No. Perkara Ya Tidak Ket


Faktor Hazard
i. Faktor fisik
1 Pencahayaan ;
- Apakah ada pencahayaan cukup terang √
- Apakah warna cahaya lampu yang sesuai √
- Apakah warna dinding ruangan yang terang √
2 Apakah ada sumber bising? √
3 Apakah ada sumber getaran? √
4 Apakah ada sumber radiasi ? √
5 Apakah ada sumber listrik dengan kekuatan tinggi ? √
j. Faktor kimia
i. Desinfektan √
ii. Cytotoxic √
iii. Gas-gas anestesi √
k. Faktor biologi
i Bakteri √
ii. Virus √
iii. Jamur √
iv. Parasit √
l. Faktor ergonomis
i. Pekerjaan yang dilakukan secara manual √
ii. Postur saat bekerja berdiri dan duduk √
iii. Pekerjaan yang berulang √
e. Faktor Psikososial
i. Sering kontak dengan pasien √
ii. Kerja bergilir √
iii. Kerja berlebih √
iv. Ancaman secara fisik √
Keluhan /penyakit yang dialami
i. Sistem Pernafasan √
ii. Sistem Pencernaan √
iii.. Sistem Reproduksi √
iv. Sistem saraf √
v. Orthopedi √
vii. Sistem Indera √
vii Sistem Kardiologi √
Alat pelindung diri

1 Tutup kepala √

2 Kacamata √

3 Masker √

4. Celemek √

5. Handscoen √

.6. Sepatu √
Ketersediaan dan kelengkapan kotak obat P3K

Upaya lain perusahaan tentang K3 √


-
Memiliki pengetahuan dan pernah mendapat √
penyuluhan
Tidak memiliki pengetahuan dan pernah mendapat √
penyuluhan
Konstruksi bangunan
- Lantai √
- Langit-langit √
- Pintu dan jendela √
- Ventilasi √
Kebakaran
Pencegahan dan pengendalian
k. APAR √
l. Detector √
m. alarm kebakaran √
n. Hydran √
o. Sprinkler √

4) KASIR

No. Perkara Ya Tidak Ket


Faktor Hazard
a. Faktor fisik
1 Pencahayaan ;
- Apakah ada pencahayaan cukup terang √
- Apakah warna cahaya lampu yang sesuai √
- Apakah warna dinding ruangan yang terang √
2 Apakah ada sumber bising? √
3 Apakah ada sumber getaran? √
4 Apakah ada sumber radiasi ? √
5 Apakah ada sumber listrik dengan kekuatan tinggi ? √
b. Faktor kimia
i. Desinfektan √
ii. Cytotoxic √
iii. Gas-gas anestesi √
c. Faktor biologi
i Bakteri √
ii. Virus √
iii. Jamur √
iv. Parasit √
d. Faktor ergonomis
i. Pekerjaan yang dilakukan secara manual √
ii. Postur saat bekerja berdiri dan duduk √
iii. Pekerjaan yang berulang √
e. Faktor Psikososial
i. Sering kontak dengan pasien √
ii. Kerja bergilir √
iii. Kerja berlebih √
iv. Ancaman secara fisik √
Keluhan /penyakit yang dialami
i. Sistem Pernafasan √
ii. Sistem Pencernaan √
iii.. Sistem Reproduksi √
iv. Sistem saraf √
v. Orthopedi √
vii. Sistem Indera √
vii Sistem Kardiologi √
Alat pelindung diri

1 Tutup kepala √

2 Kacamata √

3 Masker √

4. Celemek √

5. Handscoen √

.6. Sepatu √
Ketersediaan dan kelengkapan kotak obat P3K
Upaya lain perusahaan tentang K3 √
-
Memiliki pengetahuan dan pernah mendapat √
penyuluhan
Tidak memiliki pengetahuan dan pernah mendapat
penyuluhan
Konstruksi bangunan
- Lantai √
- Langit-langit √
- Pintu dan jendela √
- Ventilasi √
Kebakaran
Pencegahan dan pengendalian
a. APAR √
b. Detector √
c. alarm kebakaran √
d. Hydran √
e. Sprinkler √

5) TEMPAT PARKIRAN

No. Perkara Ya Tidak Ket


Faktor Hazard
e. Faktor fisik
1 Pencahayaan ;
- Apakah ada pencahayaan cukup terang √
- Apakah warna cahaya lampu yang sesuai √
- Apakah warna dinding ruangan yang terang √
2 Apakah ada sumber bising? √
3 Apakah ada sumber getaran? √
4 Apakah ada sumber radiasi ? √
5 Apakah ada sumber listrik dengan kekuatan tinggi ? √
f. Faktor kimia
i. Desinfektan √
ii. Cytotoxic √
iii. Gas-gas anestesi √
g. Faktor biologi
i Bakteri √
ii. Virus √
iii. Jamur √
iv. Parasit √
h. Faktor ergonomis
i. Pekerjaan yang dilakukan secara manual √
ii. Postur saat bekerja berdiri dan duduk √
iii. Pekerjaan yang berulang √
e. Faktor Psikososial
i. Sering kontak dengan pasien √
ii. Kerja bergilir √
iii. Kerja berlebih √
iv. Ancaman secara fisik √
Keluhan /penyakit yang dialami
i. Sistem Pernafasan √
ii. Sistem Pencernaan √
iii.. Sistem Reproduksi √
iv. Sistem saraf √
v. Orthopedi √
vii. Sistem Indera √
vii Sistem Kardiologi √
Alat pelindung diri

1 Tutup kepala √
2 Kacamata √

3 Masker √

4. Celemek √

5. Handscoen √

.6. Sepatu √
Ketersediaan dan kelengkapan kotak obat P3K √

Upaya lain perusahaan tentang K3 √


-
Memiliki pengetahuan dan pernah mendapat √
penyuluhan
Tidak memiliki pengetahuan dan pernah mendapat √
penyuluhan
Konstruksi bangunan
- Lantai √
- Langit-langit √
- Pintu dan jendela √
- Ventilasi √
Kebakaran
Pencegahan dan pengendalian
a. APAR √
b. Detector √
c. alarm kebakaran √
d. Hydran √
e. Sprinkler √
5. LAPORAN
PATIENT
SAFETY
BAGIAN IKM DAN IKK September 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

PATIENT SAFETY:
BALAI BESAR KESEHATAN PARU MAKASSAR

Oleh:
Raja Muhammad Syafiq bin Raja Azman C 111 13 841
Shaliza binti Hussin C 111 13 854
Zulfatul Ain binti Zulkefli C 111 13 860
Rezki Tri Wahyuni S. C 111 12 143

Supervisor :
dr. Sultan Buraena, MS, Sp.OK

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS


KEPANITERAAN KLINIK KEDOKTERAN KERJA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN
KOMUNITASFAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa:

Raja Muhammad Syafiq bin Raja Azman C 111 13 841


Shaliza binti Hussin C 111 13 854
Zulfatul Ain binti Zulkefli C 111 13 860
Rezki Tri Wahyuni S. C 111 12 143

Judul: Patient Safety: Balai Besar Kesehatan Paru Makassar

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan Klink Kedokteran Kerja pada

bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat& Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin.

Makassar, 21 September 2018

Pembimbing,

……………………….
dr. Sultan Buraena, MS, Sp.OK
GOALS 1: Identifikasi Pasien

Identifikasi pasien merupakan hal yang sangat krusial dalam pelayanan di


rumah sakit. Beberapa kasus dalam peayanan medis menunjukkan medical error akibat
kesalahan dalam mengidentifikasi pasien. Menyadari hal tersebut maka setiap RS
sebaiknya mengidentifikasi pasien dengan akurat dan tepat. Pada Balai Besar
Kesehatan Paru Makassar (BBKPM), identifikasi pasien dilakukan dengan mencatat
identitas pasien yang lengkap yaitu mencakup nama, umur, jenis kelamin, alamat,
tanggal/ jam penerimaan, nama pengirim dan anamnesis pasien. Selain itu, nomor
catatan medis dituliskan dalam status, buku register dan kartu kontrol.
Setelah data pasien dilengkapi, setiap pasien yang dirawat di Balai Besar
Kesehatan Paru Makassar (BBKPM), memiliki buku status RM mencakup pengkajian
awal, harian dan pengkajian akhir selama pasien dirawat beserta hasil pemeriksaan yang
dilakukan dan setiap berkas yang diisi saat pasien dirawat. Selain itu pasien diberikan gelang
identifikasi yang berisi nama, nomor rekam medik, dan tanggal lahir pasien. Dengan
adanya gelang identifikasi, petugas medis dapat mencocokkan identitas pada gelang
pasien dengan status pasien setiap kali melakukan tindakan sehingga mengurangi
kemungkinan kesalahan dalam mengidentifikasi pasien. Gelang identifikasi ini akan
diganti apabila gelang rusak dan dilepaskan saat pasien pulang.

Gambar 1. Data identitas pasien.


Gambar 2. Buku registrasi pasien

Gambar 3. Gelang dentitas pasien.


GOALS 2: Tingkatkan Komunikasi Efektif

Untuk meningkatkan komunikasi yang efektif, maka pada Balai Besar


Kesehatan Paru Makassar (BBKPM) informasi ataupun instruksi yang diberikan baik
kepada pasien maupun kepada sesama tenaga medis diberikan dengan lengkap dan
jelas. Setelah informasi atau instruksi diberikan maka selanjutnya dilakukan read back
terhadap informasi atau instruksi yang diterima secara lisan maupun melaui telepon
atau melaporkan hasil pemeriksaan
Selain itu juga diberikan standarisasi singkatan, akronim dan simbol yang berlaku di
rumah sakit dengan harapan bahwa setiap orang memiliki kesamaan persepsi terhadap
singkatan, akronim dan simbol yang diterima. Komunikasi yang efektif juga sangat penting
dilakukan saat melakukan operan atau hand over communication, hal ini perlu agar
pemeriksaan, perubahan instruksi ataupun pelayanan yang perlu diberikan tidak ada yang
terlupakan. Oleh karena operan menjadi hal yang penting, maka dalam membuat
laporan diperlukan ketelitian dan ketepatan laporan sehingga instruksi yang diberikan
sesuai.
Bagi pasien dan pengunjung yang terjebak di lift, terdapat tombol emergency atau
dapat menggunakan telepon darurat di dalam lift.

Gambar 4. Tombol Emergency dan Telpon Darurat


GOALS 3: MEDIKASI YANG AMAN

Pada Balai Besar Kesehatan Paru Makassar (BBKPM) dilakukan pengawasan


medikasi yang aman. Untuk kewaspadaan obat Look Alike & Sound Alike (LASA) atau
nama Obat Rupa Mirip (NORUM) dilakukan pemisahan obat-obat LASA, minimalkan
jumlah obat look-alike yang muncul pada layar seleksi pada order entry, memisahkan
kemasan obat look-alike di area penyimpanan, mengemas ulang produk dengan kemasan luar
yang berbeda, memastikan label menampilkan kandungan aktif pada produk farmasi,
menggunakan huruf besar untuk label seperti DOPamine versus DoBUTamine dan mengecek
diagnosa saat dispensing jika diidentifikasi potensial tercampurnya obat look-alike.
Melakukan penerapan 5 benar dalam pemberian obat yaitu benar obat, benar dosis,
benar waktu, benar cara pemberian dan benar pasien.
Untuk upaya mereduksi risiko medication error dilakukanpengkajian obat setiap
tahun, membuat kebijakan/prosedur, mengembangkan strategi untuk mencegahkebingungan
atau misinterpretasi dalam penulisan resep atau permintaan obat, menyimpan obat yang
terlihat mirip secara terpisah atau penggunaan alat dispensing otomatis, menggunakan tulisan
tebal atau warna yang berbeda pada label obat, melibatkan pasien dan pendampingnya untuk
mengurangi kesalahan pemberian obat melalui: edukasi mengenai obat yang akan diberikan,
serta memastikan seluruh langkah proses pengelolaan obat dilakukan oleh tenaga
berkualifikasi dan kompeten.
Dalam meminimalkan medication error dilakukan penulisan & komunikasi dengan
jelas, penggunaan nama paten dan generic obat, menjelaskan bentuk kemasan dan dosis obat
yang akan diberikan serta edukasi mengenai obat.
Gambar 5. Daftar Look-alike and sound-alike

Gambar 6. Penyimpanan obat dan alat medis


GOALS 4: CEGAH TINDAKAN/OPERASI SALAH PASIEN, SALAH SISI, SALAH
PROSEDUR

Pada Balai Besar Kesehatan Paru Makassar (BBKPM) sebelum melakukan


tindakan ataupun operasi, dilakukan pengecekan surat izin tindakan (informed consent),
pengecekan identitas pasien, penandaan area operasi, pengecekan data pemeriksaan
penunjang dan pelaksanaan time out tim operasi.

Gambar 7. Lembar ijin tindakan


GOALS 5: KURANGI ANGKA KEJADIAN INFEKSI

Untuk mengurangi angka kejadian infeksi di Balai Besar Kesehatan Paru


Makassar (BBKPM), maka setiap petugas BBKPM selalu menerapkan cuci tangan pada
5 keadaan yaitu sebelum kontak dengan pasien, sebelum melakukan prosedur aseptik,
setelah terpapar/menyentuh cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien, dan
setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien. Selain itu, semua petugas wajib
melakukan prosedur cuci tangan yang benar. Handrub dan handwash tersedia di
beberapa titik di BBKPM dan disetiap bed pasien.
Poster pesan kesehatan mengenai “Etika Batuk” ini sangat penting untuk anda yang
sedang menderita penyakit infeksi berupa batuk dan bersin atau saat sedang berada di
lingkungan yang beresiko seperti di BBKPM. Ini merupakan langkah pencegahan penularan
penyakit melalui udara, terutama untuk penderita atau keluarga yang sedang batuk atau bersin.
Terdengar sederhana, tetapi langkah ini dapat menghindarkan lingkungan tersebut dari
berbagai jenis penyakit yang dapat menular melalui udara.

Gambar 8. Indikasi cuci tangan


Gambar 9. Tindakan pajanan bahan kimia atau cairan tubuh

Gambar 10. Poster mengenai etika batuk dan bersin


GOALS 6: PENGELOLAAN SAMPAH

Limbah medis sangat penting untuk dikelola secara benar, hal ini mengingat limbah
medis termasuk kedalam kategori limbah berbahaya dan beracun. Sebagian limbah medis
termasuk kedalam kategori limbah berbahaya dan sebagian lagi termasuk kategori infeksius.
Mencegah limbah rumah sakit memasuki lingkungan dimaksudkan untuk mengurangi
keterpajanan (exposure) masyarakat. Tindakan ini bisa mencegah bahaya dan risiko infeksi
pengguna limbah.
Pengelolaan sampah di BBKPM telah dilakukan dengan benar dan efektif dan
memenuhi persyaratan sanitasi. Syarat dipenuhi dalam pengelolaan sampah ialah tidak
mencemari udara, air, atau tanah, tidak menimbulkan kebakaran, tidak menimbulkan bau,
serta memenuhi syarat dari segi estetitika.

Gambar 11. Tempat sampah menurut jenis sampah

Gambar 12. Tempat pengumpulan sprei yang telah digunakan

Anda mungkin juga menyukai