Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Otak merupakan salah bagian dari sistem syaraf pusat (SSP) yang ada

didalam rongga kepala dan berperan sangat penting karena merupakan pusat

pengaturan dari semua organ tubuh. Jaringan otak dibungkus oleh selaput otak

dan tulang tengkorak. Otak terdiri dari tiga bagian besar yaitu otak besar, otak

kecil dan batang otak. Fungsi otak sangat tergantung pada suplai oksigen (O 2)

dan nutrisi. Bila peredaran darah baik maka suplay oksigen dan nutrisi baik

pula, apabila aliran darah otak mengalami hambatan oleh beberapa sebab,

maka otak akan mengalami penurunan suplay oksigen dan nutrisi. Gangguan

peredarahan darah keotak disebut stroke. Stroke dibagi menjadi dua bagian

besar yaitu stroke non hemoragic (SNH) dan stroke stroke hemoragic (SH).

Namun yang akan dibahas saat ini adalah stroke non hemoragic (SNH). Stroke

non hemoragic adalah tersumbatnya aliran darah atau aliran darah yang tidak

memadai kedaerah cerebral oleh karena thrombus, emboli dan arteiosklerosis.

Penyebab stroke non hemoragic antara lain : thrombus cerebral,

thrombus ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga

menyebabkan iskemik jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan

kongesti disekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang tua yangt sedang

tidur atau bangun tidur karena hal ini terjadi penurunan aktivitas simpatis dan

penurunan tekanan darah yang menyebabkan iskemik cerebral. Emboli

cerebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah,

1
lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus dijantung yang

terlepas dan menyumbat sistem arteri cerebral. Emboli tersebut berlangsung

cepat dab gejala timbul dari 10-30 detik, otak tidak memiliki cadangan

oksigen dan glukosa hingga sangat tergantung pada sirkulasi, bila otak tidak

mendapatkan suplay oksigen dalam jangka waktu 30 detik akan terjadi

gangguan metabolisme otak dan apabila dalam jangka waktu 5 menit suplay

darah keotak tidak memadai maka terjadi kematian sel otak (Brunnar And

Suddarth, 2000).

Gejala yang timbul pada pasien dengan SNH sangat tergantung pada

lokasi diotak yang mengalami gangguan atau kerusakan oleh karena

tersumbatnya alirah darah keotak, pada stroke non hemoragic gejala umumnya

adalah timbulnya defesit neurologis secara mendadak. Manifestasi klinik

berupa kelumpuhan pada wajah atau anggota gerak (hemiparese) yang timbul

mendadak, perubahan mendadak status mental, bicara pelo, nyeri kepala yang

hebat dan akut, tekanan darah meningkat, gangguan penglihatan (hemianopia),

mual dan muntah umumnya muka tidak simetris (moncong kesalah satu sisi),

pemeriksaan refleks ditemukan tidak ada refleks pada daerah yang lumpuh

(Mansjoer, 2000).

Angka kejadian penyakit dan kematian akibat stroke ini masih tinggi.

Diamerika setiap tahun berkisar 2000 kasus kematian akibat stroke dan

menjadi penyebab kematian urutan ketiga kurang lebih 50% dari semua orang

dewasa yang dirawat dirumah sakit syaraf. Disebabkan oleh

gangguanpembuluha darah otak. Diindonesia stroke menjadi penyebab

kematian urutan ketiga (keperawatan kritis, 1995). Sedangkan diruang II laki

2
Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang pada tahun 2006 sebanyak 54 kasus, sampai

akhir November 2006 sebanyak …kasus.

Pada prinsipnya stroke non hemoragic dapat dicegah namun sebagian

besar pasien yang menderita stroke non hemoragic ini tidak akan menyadari

kondisi penyakitnya karena stroke ini sering terjadi secara tiba-tiba dan

dramatis sehingga penderita benar-benar bagaikan “terpukul jatuh” dan sulit

dapat kembali kelokasi semula. Pasien akan membutuhkan pengobatan dan

perawatan yang intensif serta membutuhkan waktu yang lama untuk bisa

kembali ke keadaan semula.

Masalah keperawatan yang timbul akibat penyakit stroke ini sangat

kompleks karena terjadi kerusakan neurologist yang menyebabkan gangguan

seluruh sistem tubuh. Masalah keperawatan yang sering timbul adalah

gangguan perfusi jaringan cerebral, gangguan mobilisasi fisik, gangguan

komunikasi verbal, gangguan persepsi sensorik dan gangguan pola eliminasi

bowel.

Oleh karena itu peran perawat sangat penting dalam merawat pasien

dengan kerusakan neurologis melalui pendekatan keperawatan dalam

membantu pasien untuk kembali ke keadaan semula dan membantu

memandirikan keluarga,dalam merawat anggota keluarga yang sakit stroke.

Perawat,juga memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga

tentang faktor-faktor yang dapat menyebabkan stroke termasuk didalamnya

pola hidup yang suka mengkonsumsi kopi, merokok, makan makanan yang

berlemak, makan yang bergaram, kurang berolahraga dan stress.

3
B. TujuanPenulisan.

1. Tujuan Umum.

Mahasiswa mampu mengembangkan pola pikir ilmiah dalam melakukan

asuhan keperawatan pada pasien stroke non hemoragik menggunakan

pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus.

Mahasiswa dapat melakukan pengkajian, menetapkan diagnosa,

merencanakan intervensi, melakukan implementasi dan evaluasi serta

dokumentasi pada Tn. S.R dengan penyakit SNH.

C. Metode penulisan.

Menggunakan metode deskriptif yaitu studi kasus pada Tn. S.R.

D. Sistimatika penulisan.

Sistimatika penulisan ini mencakup bab I sebagai pendahuluan yang memuat

latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, sistimatika penulisan.

Pada bab II membahas studi kasus dan pembahasan, dan bab III merupakan

bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

4
BAB II

TINJAUAN KASUS

A. Gambaran Kasus.

pasien berinisial Tn.S.R umur 53 tahun berasal dari air nona, beragama

kriten protestan,dengan pendidikan akhir SMEA.dan bekerja di kantor

gubernur,bagian perlindungan masyarakat (limas).pasien ini dirawat di ruang

11 laki RSUD.Prof.Dr W.Z. Johanes Kupang. dengan diagnosa medik stroke

non hemoragic (SNH).pasien masuk sejak tanggal 12 desember 2006 dan

pengkajian keperawatan dilakukan pada tanggal 13 desember 2006.

1. Pengkajian.

a. Pengumpulan data

1) Riwayat kesehatan masa lalu.

Pada tahun 2002 klien masuk rumah sakit dengan diagnosa

hipertensi dan mendapat obat-obat seperti : kaptopril, aspilet,

neurodex. Awalnya klien rajin kontrol, namun lama kelamaan klien

tidak lagi kontrol. Klien tidak lagi mematuhi diet yang dianjurkan

seperti diet rendah garam, rendah lemak dan jalan santai (aerobic)

selama 20-30 menit. tidak ada riwayat alergi dan klien punya

kebiasaan sejak remaja klien punya kebiasaan minum kopi

sebanyak 400 cc.setiap pagi, Klien tidak merokok dan tidak

minum alkohol.

5
2) Riwayat saat ini.

Keluhan utama klien adalah rasa tebal, rasa kram dan geli

pada ekstremitas bagian kanan mulai dari kaki, tangan sampai

kepala. Kejadian ini dirasakan mulai tanggal 10 Desember 2006

saat klien bangun tidur. Awalnya klien merasa pusing, sakit kepala

lalu tubuh bagian kanan rasa kram, rasa tebal dan geli. Upaya yang

dilakukan keluarga hanya dengan melakukan pijatan ringan. Ketika

keluhan diatas semakin dirasakan oleh klien pada tanggal 12

Desember 2006 keluarga memutuskan untuk membawa klien ke

IGD RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang dan mendapat

pengobatan seperti infus RL 12 tetes/menit,untuk kese imbagan

cairan, brainats 2x500 mg, memper lancar sirkulasi cerebral,

neurosanbe 1 amp, sebagai fitamin otak, aspilet 1x1 tablet,

pencegahan angina pectoris, kaptopril 2x12,5 mg, menurunkan

tekanan tekanan dara tinggi neurodex 2x1 tablet. neuro logic

mencegah mual dan muntah,Reotal drip dengan RL 500 cc 12

tt/mnt, untuk penyempitan pembuluh dara kronik Klien tidak

pernah dioperasi. Keluhan saat ini klien mengatakan rasa kram,

tebal, geli pada ekstremitas kanan mulai dari kaki, tangan hingga

kepala.

3) Riwayat Kesehatan Keluarga :

Didalam keluarga ada yang menderita penyakit hipertensi

yaitu kedua orang tua dan kedua orang saudarah kandungnya

menderita hipertensi dan saudara sepupu 2 orang.

6
Genogram :

Keterangan : : Perempuan hidup.

: Laki -laki sudah mati. : Laki – laki hidup.

: Perempuan meninggal : Tinggal serumah.

: Pasien : Perempuan hipertensi

: Laki-laki riwayat hipertensi

4. pemeriksaan fisik

keadaan umum: :Kesadaran composmentis, klien terbaring ditempat

tidur dengan ekstremitas kanan parese. Pada tangan kiri terpasang infus RL 12

tetes/menit. Tanda - tanda vital, TB dan BB :Suhu axial 370c, nadi 100

x/menit teratur dan kuat, TD 200/120 mmHg pada lengan kiri dan posisi

berbaring, posisi dan pernapasan 20 x/menit. TB : 160 cm BB:47 Kg (idealnya

: 54 Kg)Body System.Pernapasan (BI : Breathing).Hidung : septum normal,

7
mukosa warna merah muda, tidak ada polip. Trachea tidak ada dislokasi cincin

trachea.Bunyi napas : tidak ada whesing, tidak ada ronchi, tidak ada rales,

tidak ada cracides.Bentuk dada simetris.Cardiovaskular (B2 : Bleeding).

Pusing, sakit kepala, kram kaki, suaru jantung normal, tidak ada

oedema.Persyaratan (B3 : Brain).Kesadaran composmentis dengan GCS

15.

Wajah : tidak ada ptosis, mulut tidak bengkok.Mata : sclera putih,

konjungtiva merah muda, pupil isocor, leher tidak ada kekakuan, refleks

bisep positif, refleks trisep postif, refleks patella positif, Pendengaran :

telinga kiri dan kanan dapat mendengar suara saat berkomunikasi dengan

jarak 6 meter.Penciuman : dapat membedakan bau sabun dengan reason.

Pengecapan : klien merasakan manis pada ujung lidah, asin pada pinggir

lidah dan pahit pada pangkal lidah.Penglihatan : visus mata klien 6/6.

Perabaan : klien dapat merasakan panas dingin. Perkemihan-Eliminasi

Urin (B4 : Bladder)Produksi urine : 2000 ml dengan frekuensi : 6-7

x/hari, berwarna : kuning dan berbau amoniak.

I..1 Pencernaan – Eliminasi (B5: Bowe)Mulut dan tenggorokan :

bersih, bibir tidak pecah, tidak ada kekakuan pada mulut, tidak ada nyeri

menelan, tidak ada pembesaran kelenjar tonsil.Abdomen : perut supel, tidak

asites, tidak ada pembesaran hepar dan limfa serta ginjal. tidak teraba masa,

tes ketok CVA (-), perut tidak kembang, peristaltic usus (+). BAB 1 x sehari,

konsistensi lembek, berwarna kuning dan berbau busuk. diet sekarang ini

adalah rendah garam dan rendah lemak.Otot – Integumen (B6 : Bone).

8
Kemampuan pergerakan sendi : Terbatas dengan hemiparese pada

ekstremitas kanan. Tidak ada kelainan pada ekstremitas kanan dan kiri.

Warna kulit putih, akral hangat, turgor kulit baik.Sistem Endoktrin.Klien

mengatakan tidak mendapat therapy hormon saat ini. tidak ada kelainan

pada sistem endokrin.Sistem Reproduksi.Tidak dilakukan pengkajian karena

pasien merasa hal ini sangat pribadi.

5).pola-pola kesehatan

Pola Makan.

Sebelum sakit frekwensi makan 3x sehari dengan jenis makanan nasi, sayur

yang bergaram dan berlemak (goreng), daging, tahu dan tempe, dan buah.

Setelah sakit frekwensi dan jenis makanannya sama. Setelah di Rumah Sakit

frekwensi 3x sehari dengan jenis diit bubur rendah garam dan rendah lemak

minum sebelum dan setelah masuk rumah sakit tidak masalah +. 1500-2000

ml /hari Tingkat ketergantungan pola makan adalah tidak tergantung secara

keseluruhan.

Pola Eliminasi.Bowel.

Sebelum sakit BAB 1x sehari dengan konsistensi lembek, berwarna kuning,

dan berbau busuk. Setelah sakit BAB 1x sehari dengan konsistensi lembek,

berwarna kuning dan berbau busuk. Setelah di rumah sakit BAB 2 kali

sehari, konsistensi lembek dan berbau busuk. Tidak ada keluhan pada saat

BAK. Ketergantungan pola eliminasi adalah tidak tergantung secara

keseluruhan.jika keluarga bab dan bak di Bantu oleh keluarga.

9
Pola istirahat dan tidur

Sebelum sakit klien tidur tepat waktu : malam dari jam dari jam 21.00

sampai jam 05.00, setelah sakit klien tidur dari jam 21.00 sampai jam 05.00.

Setelah di rumah sakit klien kurang tidur karena bising. Ketergantungan pola

istirahat dan tidur adalah tidak tergantung secara keseluruhan.

Pola aktivitas

Sebelum sakit klien melaksanakan aktifitas sendiri yaitu kekantor setiap pagi

dengan menggunakan motor sendiri. di rumah hanya tidur dan setelah

bangun tidur dan menonton tv. Hampir tidak pernah melakukan aktifitas

olah raga, kecuali di kantor pada hari Jumat itu pun jarang.di lakukan.

Selama sakit klien tidak pernah olah raga. Setelah di rumah sakit klien hanya

berbaring di tempat tidur, aktifitas untuk memenuhi kebutuhan dasar dibantu

oleh keluarga dan perawat.

Pola penangana stres.

Di tempat kerja klien tidak pernah mengalami konflik dengan

teman,sedangkan di rumah klien hanya stress dengan anak – anak yang

umur remaja karena tidak sering dengar dengaran kalau di nasehati.

II. pemeriksaan penunjang.

Laboratorium.

Pemeriksaan yang dilakukan pada klien adalah pemeriksaan darah lengkap

yaitu pada tanggal 13 Desember 2006 yakni: Kreatinin: 1,13 mg/dl (0,5-1.1

mg/dl), Urid acid : 3,9 mg/dl (3,4-7.00 mg/dl), kolesterol: 224 mg/dl (125-

10
250 mg/dl), GDP: 60 mg% (> 80 mg%), GDpp : 85 mg% ( 126 mg%),

ureum :24,53 mg/dl (10-50 mg/dl), WBC, 5,1 (3,5-10), RBC:4.51 (3,80-

5.80), Hb: 12,1 gr% (11-16 g%)

Obat-obatan

IFVD RL 12 tts/mnt untuk keseimbangan cairan, Brainact 2x 500 mg/oral

untuk memperbaiki sirkulasi serebral, Neurosanbe 1 amp/IV untuk vitamin

otak, Aspilet 1x1 tab/oral untuk mencegah terjadinya angina pectoris,

Captopril 2x12,5 mg/oral untuk menurunkan tekanan darah. Neurodeks 2x1

tab/oral untuk mengatasi mual-muntah. Reotal drip RL 12 tts/mnt untuk

vasodilatasi pembuluh darah otak.

III. ANALISA DATA

Data hasil pengkajian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :

Data subjektif : pada tahun 2005 klien pernah masuk RSUD Prof. dr. w. z.

Johannes Kupang dengan diagnosa medis hipertensi dan mendapat obat seperti

aspilet, captopril, neurodex. awalnya klien rajin kontrol ke dokter karena

hipertensinya, namun lama - kelamaan klien jarang kontrol tekanan darah dan

klien makan garam dan lemak serta minum kopi kurang lebih 400 cc seperti orang

sehat.

Data objektif : saat pemeriksaan TTV didapatkan TD : 200/120 mmHg, N : 100

x/mnt.

Data subjektif : klien mengatakan rasa kram, geli, dan tebal pada ekstremitas

bagian kanan yaitu dari kepala, tangan dan kaki. klien mengatakan kadang kepala

11
merasa sakit dan pusing. klien mengatakan ia selalu melakukan pijatan ringan

pada ekstremitas bagian kanan yaitu tangan dan kaki.

Data objektif : saat diobservasi kilen selalu melakukan pijatan ringan pada

ekstremitas bagian kanan. TD : 200/120 mmHg, N: 100 x/ mnt.

data objektif : pada test refleks terdapat kelemahan otot yaitu bila menggenggam

tangan terlihat tremor.

IV. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan analisa diatas dirumuskan beberapa diagnosa keperawatan

yaitu resiko tinggi perubahan perfusi jaringan cerebral b.d penurunan suplai darah

pada sirkulasi cerebral oleh thrombus, emboli,arteriosklerosis Resiko tinggi injuri

pada aretri b.d hipertensi (arteriosclerosis), ketidakpatuhan klien terhadap

penatalaksanaan hipertensi (diet, control HT) b.d perilaku yang tidak menunjang

kesehatan.

V. Prioritas Masalah.

Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan cerebral b.d penurunan suplai

darah pada sirkulasi cerebral oleh thrombus, emboli,arterios klerosis sebagai

prioritas pertama (mengancam kehidupan). Alasannya didalam otak tidak

mempunyai cadangan O2 sehingga dalam jangka waktu 30 detik jika terjadi

iskemik pada pembuluh darah maka terjadi gangguan metrabolisme otak dan

dalam jangka waktu 5 menit terjadi iskemik maka terjadi kematian sel otak.

Resiko tinggi injuri pada aretri b.d hipertensi merupakan prioritas kedua

karena mengancam jiwa. Alasannya dengan adanya peningkatan tekanan

12
pembuluh darah keotak secara terus menerus hal ini akan mengakibatkan

pecahnya pembuluh darah otak sehingga dapat mengancam kehidupan.

Ketidakpatuhan klien terhadap penatalaksanaan hipertensi (diet, control

HT) b.d perilaku yang tidak menunjang kesehatan merupakan prioritas ketiga

(mengancam kesehatan). Alasannya ketidakpatuhan klien dalam melakukan

program diet renda garam, rendah lemak, aerobic, hindari rokok, hindari kopi

bukan suatu hal yang sangat fatal dengan memberikan penyuluhan hal ini kita

meningkatkan pengetahuan klien dalam program diet.

VI. Goal, Objektif, Perencanaan, Intervensi Dan Rasional.

Diagnosa 1. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan cerebral b.d

penurunan suplai darah pada sirkulasi cerebral oleh thrombus, emboli,

arteriosklerosis. Goal : klien akan menunjukkan keadaan perfusi jaringan cerebral

yang adekuat selama dalam perawatan. Objektif : setelah kurang lebih 1 hari

perawatan sakit kepala hilang, kram pada ekstremitas kanan hilang, TTV dalam

batas normal, TD : 150-160/80-90 mmHg. Intervensi : 1). Anjurkan klien untuk

diet rendah lemak rasionalnya diet tinggi lemak dapat meningkatkan

arteriosklerosis. 2). Anjurkan klean untuk hindari obesitas rasionalnya obesitas

dapat meninghkatkan beban kerjajantung. 3). lakukan latihan tentang gerak pasif

pada extremitas yang parese rasionalnya 3-4 kali sehari rasional ototfolunter akan

kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilkukan. 4). Layani obat sesuai

order dan sesuai jamnya brainats 2x500 mg untuk memperbaiki sirkulasi cerebral,

neurosanbe 1 amp sebagai vitamin B1, B6, B12, aspilet 1x1 tablet pencegah

angina pektoris, kaptopril 2x12 mg untuk penurunan tekanan darah.

13
Resiko tinggi injuri pada arteri b.d hipertensi. Goal : klien akan bebas dari

injuri selama dalam perawatan Objektif : setelah 1 hari perawatan tanda-tanda

vital dalam batas normal. TD : 150-160/80-90 mmHg, nadi 60-80 x/menit, rasa

kram pada ekstremitas bagian kanan mulai dari kaki, tangan, kepala hilang.

Intervensi : 1). Pantau tekanan darah dan laporkan peningkatan dari nilai dasar

rasional hipertensi dapat berasal dari vasokonsraktor dan dapat menyebabkan

rupture tandur, . 2). Atur posistidur kepala lebih tinggi 20-30 derajat dengan

menggunakan bantal tipis rasional untuk mengurangi tekanan arteri degan

meningkatkan drainase venadan memperbaiki sirkulasi serebral. 3). Anjurkan

klien untuk diet rendah natrium rasional natrium mengontrol distribusi air di

seluruh tubuh dan peningkatan natrium menyebabkan peningkatan air 4).

Anjurkan klien untuk tidak merokok rasionalnya rokok dapat menyebabkan

tachikardi, peningkatan tekanan darah dan penyempitan pembuluh darah.5).

anjurkan klien untuk hindari stress rasional stress dapat meningkatkan kerja

jantung dan resiko terhadap hipertensi.

Ketidakpatuhan klien terhadap penatalaksanaan hipertensi (diet, kontrol

HT) b.d perilaku yang tidak menunjang kesehatan. Goalnya : klien akan

mematuhi penatalaksanaan hipertensi (diet rendah garam, lemak, kontrol

hipertensi, aerobic 20-30 menit setiap pagi. Objektif : dalam jangka waktu 30

menit klien dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala,

komplikasi, pencegahan, dapat menyebutkan faktor resiko seperti hindari rokok,

hindari stress, hindari kopi, garam dan lemak. Intervensi : 1). Beri penyuluhan

tentang SNH, hipertensi rasionalnya dapat meningkatkan pengetahuan klien.2).

Identifikasi faktor resiko yang dapat dikontrol. rasional; dengan memfokuskan

14
padafaktor yang dapat di kontrol dapat meningkatkan kepatuhan dan mengurangi

perasaan ketidak berdayaan.

VII. Implementasi

Diagnosa I : implementasi pada tanggal 13 Desember 2006, Pukul. 10.45,

menganjurkan klien untuk diet rendah lemak, pukul. 10.48. menganjurkan kloien

untuk menghindari obesitas, pukul. 10.50. mengajarkan klien untuk melakukan

gerakan pasif pada ekstremitas kanan sebanyak 3-4 kali dalam sehari. pukul.

11.00, mengontrol cairan infus. pukul.12.00, melayanai obat oral yaitu brainats 2

x 500 mg, melayani neurosanbe 1 amp/IV.melayani aspilet 1 x 1 tablet.

Diagnosa 2 : pkl. 11.00, memantau tekanan darah dan mencatat hasilnya

yaitu TD : 190/110 mmHg, N : 100x/mnt. pukul . 11.05, menganjurkan klien

untuk diet rendah natriu/garam. pukul. 11.10 menganjurkan klien untuk tidak

mengkonsumsi kopi dan rokok. pukul. 11.15, mengatur posisi kepala lebih tinggi

dari letak jantung 150 sampai 300 . pukul. 11.17 , menganjurkan klien untuk

menghindari faktor pencetus stress. pukul. 11.20, menganjurkan klien setelah

pulang dari rumah sakit untuk melakukan olahraga secara teratur 20-30 menit

setiap pagi.

Diagnosa 3 : pukul 12.30, memberikan penyuluhan tentang pengertian,

penyebab, tanda dan gejala, komplikasi, pencegahan dan penatalaksanaan tentang

penyakit stroke non hemoragic.

VIII. Evaluasi.

Evaluasi dilakukan pada tanggal 13 desember 2006 Pkl. 13.00.

Diagnosa 1. S : klien mengatakan tidak mengkonsumsi makanan (lemak)

yang dibawa oleh keluarga, klien mengatakan ia sudah melakukan gerakan pasif

15
yang dianjurkan perawat sebanyak 3 - 4 kali sehari. O : pada saat observasi klien

sering melakukan pijatan ringan pada ekstremitas kanan yaitu pada kaki dan

tangan. TTV : TD: 180/100 mmHg, N: 100x/mnt. A : masalah teratasi sebagian,

P : pertahankan intervensi 1, 2, 3 dan 4.

Diagnosa 2. S: klien mengatakan kepala tidak pusing dan sakit, klien

mengatakan merasa nyaman dengan posisi yang dianjurkan oleh perawat, klien

mengatakan selama berada di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang tidak

merasa stress. O : wajah klien tampak ceriah, TTV : TD : 180/100 mmHg, N : 100

x/mnt. A : masalah teratasi sebagian, P : pertahankan intervensi 1,2, 3, 4, 5 dan 6.

Diagnosa 3. S : klien mengatakan sudah memahami atau sudah mengerti

tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, komplikasi, pencegahan dan

penatalaksaan dari penyakit SNH. O : klien dapat menyebutkan tentang

pengertian, penyebab, tanda dan gejala, komplikasi, pencegahan dan

penatalaksaan dari penyakit stroke non hemoragik. A : masalah teratasi, P :

pertahankan intervensi 1.

IX. Catatan Perkembangan.

Implementasi pada tanggal 14 desember 2006

Diagnosa 1 : pukul. 07.30 bersama klien melakukan latihan pasif pada

ekstremitas kanan yaitu pada kaki dan tangan, pukul. 08. 00, melayanai obat oral

neurodex 2 x 1 tablet. pukul. 09.00 melayani drip reotal dalam RL 500 cc 12

tetes/mnt. pukul. 12.00 melayani brainet 2 x 500 mg/IV, melayani neorosanbe 1

amp/IV, pukul. 12.05 mengingatkan klien untuk diet rendah lemak dan

menghindari obesitas. pukul 12.10 mengingatkan klien untuk selalu melakukan

16
gerakan pasif pada ekstremitas kanan yaitu pada kaki dan tangan sebanyak 3 - 4

kali sehari.

Diagnosa 2 : pukul. 08.30, memantau TTV : TD : 180/100 mmHg, N :

100 x/mnt. pkl. 08.40, mempertahankan posisi klien kepala lebih tinggi dari letak

jantung 15-300. Pukul 09.00 Melayani obat oral hipertensi kaptopril 2x12,5 mg,

melayani aspilet 1x1 amp. Pukul 10.00 mengingatkan klien supaya tidak

mengkonsumsi kopi dan rokok. Puklul 10.15 mengingatkan klien untuk

menghindari faktor-faktor stress.

Implementasi pada tanggal 15 desember 2006

Diagnosa 1 : pukul 08.00 mengingatkan klien untuk selalu

mempertahankan diet rendah lemak dan hindari obesitas. Pukul 09.00 mengontrol

tetesan infus 12 tetes/menit sesuai anjuran dokter. Pukul 12.00 melayan brainats

2x500 mg/IV. Pukul 12,05 memantau TTV, TD : 170/100 mmHg, nadi 100

x/menit.

Implementasi pada tanggal 15 desember 2006.

Diagnosa 2 : pukul 07.30 memantauTTV, TD 160/100 mmHg, nadi 100

x/menit. Pukul 07.40 mengatur tempat tidur dan mempertahankan posisi kepala

lebih tinggi dari letak jantung 15-300. Pukul 09.00 melayani obat oral kaptopril

2x12,5 mg. Pukul 10.00 mengingatkan klien untuk selalu mematuhi saran dari

perawat seperti hindari kopi, garam dan hindari faktor pencetus stress. Pukul

10.05 mengingatkan klien untuk mempertahankan posisi kepala lebih tinggi dari

letak jantung 15-300.

X. Evaluasi.

17
Evaluasi diagnosa 1 tanggal 14 Desember 2006.

S : Klien mengatakan kepala tidak pusing setelah mendapatkan obat, klien

mengatakan selalu melakukan gerakan pasif yaitu pada kaki dan tangan sebanyak

3-4 kali sehari. O : Klien tampak ceria, saat observasi jaranh terlihat klien

melakukan pijatan ringan pada ekstresmitas kanan yaitu pada kaki dan tangan,

TTV 160/100 mmHg, nadi 100 x/menit, A : masalah teratasi sebagian. P :

Pertahankan intervensi 1,2,3,4,5 dan 6.

Evaluasi diagnosa 2 dialakukan tanggal 14 Desember 2006 pukul 13.

S : Klien mengatakan ia selalu mempertahankan posisi kepala lebih tinggi dari

letak jantung 15-300, klien mengatakan sudah memahami penyebab dari jika

mengkonsumsi rokok dan kopi. O : Klien tampak lebih tenang dan ceri, TD :

160/100 mmHg, nadi 100 x/menit. A : Masalah teratsi sebagian. P : Pertahankan

intervensi 1,2,3 dan 4.

Evaluasi diagnosa 1 tanggal 15 Desember 2006. Ppukul 13.00.

S : Klien mengatakan tidak pusing dan tidak sakit kepala, klien mengatakan kram

pada ekstremitas kanan sudah hilang. O : klien tampak tenang dan ceria, TD :

170/100 mmHg, nadi 100 x/menit. A : Masalah teratasi sebagian. P : Pertahankan

intervensi 1,2,3 dan 4.

Evaluasi diagnosa 2 tanggal 15 Desember 2006 pukul 13.00.

S : klien mengatakan tidak ada keluhan, hanya kepala sedikit pening. O : Klien

tampak ceria, TD : 170/100 mmHg, nadi 100 x/menit. A : Masalah teratasi. P :

Pertahankan intervensi 1,2,3 dan 4.

18
A. Pembahasan.

Pada bagian ini akan dibahas kesenjangan pada teori dan praktek nyata

pada Tn. S.R dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi

pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan, merumuskan rencana tindakan

keperawatan, implementasi serta evaluasi.

1. Pengkajian.

Brunner And Suddarth 2002, mengatakan bahwa pengkajian pada pasien

dengan stroke akan ditemukan data yang meliputi : adanya perubahan pada

tingkat kesadaran, adanya gerakan involunter ekstremitas seperti tonus otot,

pembukaan mata, nadi cepat dan pernapasan cepat. Suhu tubuh meningkat dan

tekanan arteri meningkat, kemampuan berbicara berkurang, volume cairan

yang diminum atau diberikan dan volume urin yang dikeluarkannya setiap 24

jam, status menta (memori, lapang perhatian, efek bicara/bahasa), sensasi atau

persepsi berkurang, kontrol motorik dan fungsi kandung kemih menurun dan

atau hilang, kerusakan fungsi pada aktivitas sehari-hari pasien karena kualitas

hidup setelah stroke sangat bergerak sangat berkaitan dengan fdungsi pasien.

Pada kasus Tn. S.R, berdasarkan pengkajian pada tanggal 13 Desember

2006 bahwa tidak semua tanda dan gejala yang diuraikan dalam teori terdapat

juga pada kasus Tn. S.R. Beberapa tanda dan gejala yang tidak dialami oleh

Tn. S.R adalah tidak terjadi gangguan memori, memori jangka panjang

maupun memori jangka pendek, karena gangguan memori dapat terjadi bila

gangguan syaraf yang mengatur tentang kemampuan yang intelektual,

gangguan penglihatan seperti diplopia atau penglihatan kabur dan petusis,

tidak terjadi karena gangguan tersebut tidak mengenai syaraf yang mengatur

19
ketajaman penglihatan dan syaraf yang mengatur pergerakan bola mata,

gangguan pernapasan seperti ronckhi, whesing juga tidak terdapat karena

pasien berada pada fase rehabilitasi dan pasien belum sampai pada fase akut

sudah dilewati tanpa terjadi gangguan pada saluran napas. Selain itu dalam

teori juga mengatakan bahwa dapat terjadi kerusakan komunikasi verbal,

verbal apraksia, aphasia. Tetapi pada saat dikaji Tn. S.R tidak mengalaminya

karena Tn. S.R sudah mendapat pertolongan sejak tanggal 10 Desember 2006

fase akutnya sudah terlewatkan.

Otak menggunakan 20% dari O2 tubuh. Bila terjadi iskemik cerebral,

neuron-neuron mulai mengalami perubahan metabolic sehingga pada

pengobatan stroke mengacu pada gangguan patologi tersebut. Terapi yang

diberikan pada pasien stroke antara lain neurosanbe, brainats, aspilet,

neurodex, kaptopril dan infus RL untuk meningkatkan aliran darah otak obat

activator metabolisme sebagai nutrisi otak dan untuk memperbaiki aliran

darah cerebral dan mencegah terjadinya thrombus/embolus. Tetapi kontra

indikasi pada pasien hipertensi akibat dari peningkatan resiko perdarahan

reotaldrip untuk mencegah lisis bekuan dan perdarahan, brainats. Terapi yang

diberikan disesuaikan dengan keadaan pasien serta persediaan obat dan

kemampuan klien untuk mendapatkan obat tersebut. obat-obatan yang

diberikan selama pasien dirawat meliputi : kaptopril sebagai antihipertensi,

neurodex sebagai neurologik, aspilet sebagai pencegahan angina pectoris,

neurosanbe sebagai vitamin otak, reotal mencegah penyumbatan pembuluh

darah otak.

20
Pemeriksaan penunjang pada pasien stroke adalah kolesterol, asam urat,

kreatinin, ureum, gula darah puasa dan gula darah 2 jam PP.

2. Diagnosa Keperawatan.

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada SNH adalah resiko

tinggi perubahan perfusi jaringan cerebral b.d penurunan suplai darah pada

sirkulasi cerebral oleh thrombus, emboli, Resiko tinggi injuri pada aretri b.d

hipertensi (arteriosclerosis), ketidakpatuhan klien terhadap penatalaksanaan

hipertensi (diet, control HT) b.d perilaku yang tidak menunjang kesehatan.

3. Perencanaan Dan Implementasi.

Pada masalah resiko tinggi perfusi jaringan intervensi dilakukan sesuai

teori yaitu mengatur posisi lebih tinggi letak jantung 15-300 untuk mengurangi

tekanan arteri dan meningkatkan drainase vena dan memperbaiki sirkulasi

cerebral, melayani obat sesuai order dan sesuai jamnya. Pada masalah resiko

tinggi injuri pada arteri intervensi yang dianjurkan klien menghindari faktor

pencetus stress karena dapat meningkatkan beban kerja jantung dan resiko

terjadi hipertensi. Masalah ketidakpatuhan klien terhadap penatalaksanaan

hipertensi intervensi beri penyuluhan tentang pengertian, penyebab, tanda dan

gejal, komplikasi, pencegahan, penanganan dari stroke dan hipertensi.

4. Evaluasi.

Evaluasi merupakan tahap terakhir dalam pendekatan proses

keperawatan. Evaluasi terhadap perkembangan proses keperawatan. Evaluasi

terhadap perkembangan pasien dilakukan dengan mengacu pada tujuan yang

sudah ditegakkan sebelumnya. Menurut Doengoes 2001, kriteria evaluasi dari

21
ketiga diagnosa keperawatan yaitu diagnosa keperawatan pertama. Resiko

tinggi perubahan perfusi jaringan cerebral b.d penurunan suplai darah pada

sirkulasi cerebral oleh thrombus, emboli. Tekanan darah klien masih dalam

kategori tinggi karena masih 160/110 mmHg, klien masih merasakan kram

pada ekstremitas bagian kanan baik pada kaki maupun tangan. Diagnosa dua

klien masih mengeluh sering pusing dan tensi darah 160/110 mmHg, nadi 100

x/menit. Diagnosa ketiga kriteria hasil sudah dicapai dimana klien sudah

memahamim pengertian, penyebab, tanda dan gejala, komplikasi, pencegahan

dan penanganan dari penyakit yang dideritanya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Stroke non hemoragic (SNH) merupakan suatu keadaan terhentinya aliran

darah ke otak secara tiba-tiba yang mengakibatkan terjadinya kerusakan dan

gangguan fungsi pergerakan, perasaan, memori, perabaan dan bicara yang bersifat

22
sementara maupun menetap. Stroke non hemoragic dapat berupa iskemia, emboli

dan trombosis cerebral, tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang

menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat menimbulkan edema sekunder.

Hipertensi merupakan penyebab utama dari stroke yang kurang hambat peredaran

darah diotak yang terjadi akibat adanya embolis thrombus yang terbentuk.

Berdasarkan kasus Tn. S.R maka dapat disimpulkan bahwa stroke yang

dialami Tn. S.R adalah diakibatkan hipertensi yang tidak terkontrol dan diobati.

Berdasarkan teori pengkajian pada pasien stroke ditemukan tanda dan gejala

seperti kelumpuhan anggota badan, gangguan komunikasi, aphasia, apraksia,,

vertigo, nyeri kepala, pusing, sedangkan berdasarkan hasil pengkajian Tn.S.R

bahwa tidak semua tanda dan gejala tersebut diatas ditemukan seperti gangguan

penglihatan, diplopia, kerusakan komunikasi verbal, aphasi, baik reseptis maupun

ekspresif.

Diagnosa yang ditemukan pada kasus Tn. S.R adalah resiko tinggi

perubahan perfusi jaringan cerebral b.d penurunan suplai darah pada sirkulasi

cerebral oleh thrombus, emboli. Resiko tinggi injuri pada aretri b.d hipertensi

(arteriosclerosis), ketidakpatuhan klien terhadap penatalaksanaan hipertensi (diet,

control HT) b.d perilaku yang tidak menunjang kesehatan.

Rencana tindakan keperawatan pada Tn. S.R pada umumnya dilakukan

berdasarkan teori tetapi lebih disesuaikan dengan kondisi serta persediaan fasilitas

rumah sakit. Rencana tindakan pada Tn. S.R saat ini lebih difokuskan pada

kebutuhan dasar seperti ketidakpatuhan klien dalam penatalaksanaan kesehatan.

Memotivasi keluarga untuk memberikan support kepada klien untuk

meningkatkan peran klien dalam mematuhi diet.

23
Evaluasi pada Tn. S.R ditemukan bahwa hanya satu masalah keperawatan

yang teratasi yaitu prioritas ketiga karena prioritas pertama dan kedua

membutuhkan penanganan yang lebih lama untuk mencapai kesembuhan yang

optimal.

B. Saran.

Dasar suatu penerapan proses keperawatan selalu menentukan adanya

kesenjangan antara teori dan praktek klinik. Pada kesempatan ini penulis

memberikan beberapa saran yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan kualiotas

asuhan keperawatan pada pasien dengan stroke non hemoragik yaitu :

1. Perawat ruangan : untuk memberikan asuhan keperawatan yang optimal

pada pasien dengan stroke non hemoragik hendaknya setiap intervensi

dimodifikasi berdasarkan kondisi pasien serta ketersediaan fasilitas rumah

sakit.

2. Mahasiswa/i agar dalam melaksanakan praktek klinik perlu

memperhatikan konsep dasar teori stroke non hemoragik dan menyesuaikan

dengan keadaan dilapangan praktek hingga dapat memperkaya wawasan,

berpikir mahasiswa tentang stroke non hemoragik

3. Institusi rumah sakit : Dalam rangka pengembangan dan meningkatkan

pelayanan kesehatan yang diperhatikan pada pasien dengan stroke pada

umumnya atau SNH pada khususnya maka perlu memperhatikan pengadaan

fasilitas yang menunjang dalam suatu penyembuhan pasien stroke.

24
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Studi Kasus Ini Telah Disetujui Oleh Pembimbing Untuk Diujikan

Didepan Tim Penguji Pada Ujian Lisan Komprehensif

Pada Tanggal Desember 2006

Kupang, 15 Desember 2006

Pembimbing

25
Rohana Mochsen. SKp. M.Kes

NIP. 140 105 067

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... ii

KATA PENGANTAR ............................................................................. iii

DAFTAR ISI ............................................................................................ vi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ vii

BAB I PENDAHULUAN

26
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2 Tujuan ...................................................................................... 4

1.3 Metode Penulisan .................................................................... 4

1.4 Sistematika Penulisan .............................................................. 4

BAB II STUDI KASUS

2.1 Pengkajian ........................................................................ 6

....... 8

2.2 Analisa Data Dan Diagnosa 9

Keperawatan ............................... 11

1.3 Perencanaan ..................................................................... 13

........

1.4 Implementasi .................................................................... 16

....... 16

1.5 Evaluasi ............................................................................. 17

....... 18

BAB III PEMBAHASAN 18

3.1 Pengkajian ................................................................................

3.2 Analisa Data Dan Diagnosa Keperawatan .............................. 19

3.3 Perencanaan ........................................................................... 19

3.4 Implementasi ...........................................................................

3.5 Evaluasi .................................................................................. 21

BAB IV PENUTUP

3.1.Kesimpulan ..............................................................................

1.2 Saran ........................................................................................

27
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................

LAMPIRAN .............................................................................................

LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S.R DENGAN STROKE NON

HEMORAGIC DI RUANG PERAWATAN II LAKI

RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG

TANGGAL 13 - 15 DESEMBER 2006

Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan Ujian Akhir Program

Jurusan Keperawatan Di Politeknik Kesehatan Kupang

28
UMBU LINDI KULANDIMA

NIM : PO. 0320104110

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KUPANG

JURUSAN KEPERAWATAN

29
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN KUPANG

2006

30

Anda mungkin juga menyukai