Anda di halaman 1dari 2

“ Lansia Itu Jejak Kehidupan Berharga “

Seorang Kakek 88 th, pensiunan PNS bercerita tentang perjuangan dahulu pada awal kehidupannya, ia
adalah anak keluarga petani dengan tradisi kerja keras menggunakan otot adalah bagian dari hidup
mereka. Memasuki usia remaja ia mulai belajar mencari uang dengan berjualan minyak goring yang
dibuat secara tradisional, ia memprosesnya dari mulai pemilihan bahan kelapa yang cocok, memarut,
mengeluarkan santan dan menggodoknya hingga menjadi minyak. Keesokan harinya ia jual dengan cara
mengantar ke pengepul di tempat yang jauh, ia pikul dengan berjalan kaki. Lain waktu ia mencari
pengalaman lain dalam usahanya yaitu dengan belajar menjadi tukang sol sepatu, berkeliling dari
kampung ke kampong, tidak jarang iapun harus menginap dan bermukim untuk beberapa waktu
lamanya, baru kemudian ia pulang ke rumah setelah ia rasa cukup.

Suatu hari ketika sedang beristirahat di tepi jalan, berlalu teman sepermainannya berpakaian rapi, iapun
bertanya hendak kemana gerangan temannya ini, ternyata temannya itu akan pergi kursus mengetik
yang pada jaman itu kelihatannya keren, iapun tertarik dan terbetik dalam pikirannya suatu hari ingin
menjadi pegawai kantoran. Ia adalah lulusan sekolah rakyat (SR), pada saat yang sama ada kebutuhan
pengangkatan tenaga penjaga sekolah, karena ia memiliki izasah maka iapun mendaftarkan dirinya
untuk itu Alhamdulillah iapun diangkat menjadi calon pegawai negeri dengan job des penjaga sekolah.
Setelah beberapa waktu berjalan, ada informasi dibutuhkan tenaga guru dapat ditempuh dengan cara
cres program (semacam ujian persamaan), ia belajar bersama dengan teman-teman kursus gurunya,
mungkin saat ini seperti tutorial pata Universitas Terbuka (UN). Ia mejalaninya dengan rajin selain ia
rajin belajar ia juga melakukan berbagai laku batin mengikuti petunjuk orang tua saat itu; berpuasa
dengan berbagai macam pantangannya, iapun selalu memohon doa kedua orang tuanya untuk
kesuksesannya itu. Suatu hari tibalah saatnya ujian, dengan bekal usaha lahir batin yang maksimal iapun
ikut dalam ujian itu, dalam kelas itu ada sekitar 30an orang yang tuurt dalam ujian dengan pengawasan
yang ketat. Tibalah saat pengumuman, Alhamdulillah hanya dua orang dari seluruh yang ikut ujian itu, ia
salah satu orang yang lulus, iapun bersyukur perjuangannya membuahkan hasil. Padahal ia adalah orang
yang sering dibuli dan diejek karena ia adalah orang biasa, hanya anak seorang petani, justru dengan
banyaknya tantangan itu ia termotivasi agar kiranya suatu saat sukses merih cita-citanya yang pada
jamannya guru adalah sebagai pekerjaan terhormat.

Karir si Bapak mulai dari penjaga sekolah, guru, kepala sekolah, samapi penilik pendidikan masyarakat
(Penmas), ia pension dengan golongan gaji 3 D. Mempunyai 6 orang anak yang semuanya sudah
berumah tangga dan sudah bekerja 3 orang anaknya juga pegawai negeri, satu orang Dosen di sekolah
suasta, satu orang honorer, satu orang berwiraswasta, tiga orang anaknya berpendidikan hingga S2, satu
orang sarjana, dua orang SMA namun semuanya juga pernah kuliah namun yang dua orang tidak tamat.

Kini ia pensiun tinggal sendiri di rumahnya yang besar karena semua anaknya tak ada yang tinggal di
rumah, istrinya telah meninggal. Iapun mememiliki sawah dan ladang, serta sejumlah empang dan
ternak peliharaan yang kini dikelola bersama pembantunya. Hanya saat lebaran dan liburan tertentu
mereka dapat berkumpul, sehari-hari mereka hanya saling berkomunikasi lewat Hp, untuk saling
memberi kabar dan ngobrol sehari hari. Namun si Bapak tetap bersyukur atas izin Allah, melalui doa dan
usahanya yang ia jalani dengan sungguh-sungguh, sampailah ia pada usila dengan prestasi
membesarkan anak dengan susah payah, dengan kondisi yang demikian dapat dikatakan sebagai orang
tua yang sukses. Kini ia sedang menunggu giliran berangkat ibadah hajinya yang telah dilunasi
pembayarannya oleh salah satu putranya yang paling sukses. Inilah kisah hidup seorang lansia yang
menjadi goresan sejarah kehidupan setidaknya contoh bagi anak-anaknya dan orang yang mau
mengambil hikmahnya.

Frankl menanggapi “hidup ini berarti, hanya potensi yang terpendam yang tidak memiliki arti”. Budaya
kita selalu mengagung-agungkan kemudaan, padahal kita seharusnya mengagumi usia tua, karena
orang-orang yang berumur itu telah mengalami cinta, penderitaan dan pemenuhan. Memaksimalkan
potensi kita, betapapun kecilnya, akan meninggalkan jejak dalam sejarah dunia. (Victor Frankl, Man’s
Search for Meaning). Keputusan untuk membuat jejak kaki mencerminkan adanya rasa tanggung jawab.
Kebebasan hanya mewakili setengah diri kita. Setengahnya lagi adalah rasa tanggung jawab untuk
melakukan sesuatu yang didasari oleh kebebasan itu.

Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada kedua orang tuamu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya
atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan “ahh” dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuhrasa sayang dan ucapkanlah, “Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana
mereka berdua telah mendidikku di waktu aku masih kecil”. [QS. Al-Isra’/ 17: 23-24].

Moga kita selalu menghormati kedua orang tua dan menghargai atas perjuangan mereka. Ajkh.

Anda mungkin juga menyukai