Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Uang yang kita kenal sekarang ini telah mengalami proses perkembangan yang
panjang. Pada mulanya, masyarakat belum mengenal pertukaran karena setiap orang
berusaha memenuhi kebutuhannnya dengan usaha sendiri. Manusia berburu jika ia lapar,
membuat pakaian sendiri dari bahan-bahan yang sederhana, mencari buah-buahan untuk
konsumsi sendiri; singkatnya, apa yang diperolehnya itulah yang dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhannya.
Perkembangan selanjutnya mengahadapkan manusia pada kenyataan bahwa apa
yang diproduksi sendiri ternyata tidak cukup untuk memenuhui seluruh kebutuhannya.
Untuk memperoleh barang-barang yang tidak dapat dihasilkan sendiri, mereka mencari
orang yang mau menukarkan barang yang dimiliki dengan barang lain yang dibutuhkan
olehnya. Akibatnya muncullah sistem “barter” yaitu barang yang ditukar dengan barang.
Namun pada akhirnya, banyak kesulitan-kesulitan yang dirasakan dengan sistem ini.
Di antaranya adalah kesulitan untuk menemukan orang yang mempunyai barang
yang diinginkan dan juga mau menukarkan barang yang dimilikinya serta kesulitan untuk
memperoleh barang yang dapat dipertukarkan satu sama lainnya dengan nilai pertukaran
yang seimbang atau hampir sama nilainya. Untuk mengatasinya, mulailah timbul pikiran-
pikiran untuk menggunakan benda-benda tertentu untuk digunakan sebagai alat tukar.
Benda-benda yang ditetapkan sebagai alat pertukaran itu adalah benda-benda yang diterima
oleh umum (generally accepted) benda-benda yang dipilih bernilai tinggi (sukar diperoleh
atau memiliki nilai magis dan mistik), atau benda-benda yang merupakankebutuhan
primer sehari-hari; misalnya garam yang oleh orang Romawi digunakan sebagai alat tukar
maupun sebagai alat pembayaran upah. Pengaruh orang Romawi tersebut masih terlihat
sampai sekarang: orang Inggris menyebut upah sebagai salaryyang berasal dari bahasa

1
Latin salarium yang berarti garam. Barang-barang yang dianggap indah dan bernilai,
seperti kerang ini, pernah dijadikan sebagai alat tukar sebelum manusia menemukan uang
logam.
Meskipun alat tukar sudah ada, kesulitan dalam pertukaran tetap ada. Kesulitan-
kesulitan itu antara lain karena benda-benda yang dijadikan alat tukar belum mempunyai
pecahan sehingga penentuan nilai uang, penyimpanan (storage), dan pengangkutan
(transportation) menjadi sulit dilakukan serta timbul pula kesulitan akibat kurangnya daya
tahan benda-benda tersebut sehingga mudah hancur atau tidak tahan lama. Kemudian
muncul apa yang dinamakan dengan uang logam. Logam dipilih sebagai alat tukar karena
memiliki nilai yang tinggi sehingga digemari umum, tahan lama dan tidak mudah rusak,
mudah dipecah tanpa mengurangi nilai, dan mudah dipindah-pindahkan.
Logam yang dijadikan alat tukar karena memenuhi syarat-syarat tersebut
adalah emasdan perak. Uang logam emas dan perak juga disebut sebagai uang penuh (full
bodied money). Artinya, nilai intrinsik (nilai bahan) uang sama dengan nilai nominalnya
(nilai yang tercantum pada mata uang tersebut). Pada saat itu, setiap orang berhak
menempa uang, melebur, menjual atau memakainya, dan mempunyai hak tidak terbatas
dalam menyimpan uang logam.
Sejalan dengan perkembangan perekonomian, timbul suatu anggapan kesulitan ketika
perkembangan tukar-menukar yang harus dilayani dengan uang logam bertambah
sementara jumlah logam mulia (emas dan perak) sangat terbatas. Penggunaan uang logam
juga sulit dilakukan untuk transaksi dalam jumlah besar sehingga diciptakanlah uang kartal
(Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 1999: 49-61), mula-mula uangkartal (kertas) yang
beredar merupakan bukti-bukti pemilikan emas dan perak sebagai alat/perantara untuk
melakukan transaksi. Dengan kata lain, uang kertas yang beredar pada saat itu merupakan
uang yang dijamin 100% dengan emas atau perak yang disimpan di pandai emas atau perak
dan sewaktu-waktu dapat ditukarkan penuh dengan jaminannya. Pada perkembangan

2
selanjutnya, masyarakat tidak lagi menggunakan emas (secara langsung) sebagai alat
pertukaran. Sebagai gantinya, mereka menjadikan“kertas-bukti” tersebut sebagai alat tukar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah kronologi dari uang ?
2. Bagaimanakah permintaan akan uang di Indonesia ?
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan uang ?
4. Bagaimanakah permintaan uang dalam standar moneter ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui kronologi dari uang.
2. Untuk mengetahui permintaan akan uang di Indonesia.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan uang.
4. Untuk mengetahui permintaan uang dalam standar moneter.

1.4 Manfaat
1. Penulis mengetahui kronologi dari uang.
2. Penulis mengetahui permintaan akan uang di Indonesia.
3. Penulis mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan uang.
4. Penulis mengetahui permintaan uang dalam standar moneter.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kronologi Uang


Dapat dibayangkan bila dalam kehidupan masyarakat saat ini tidak ada uang ? Apa
yang terjadi bila kita membutuhkan makanan, membutuhkan rumah, membutuhkan alat
transportasi ? Sanggupkan masyarakat bertahan tanpa uang ? Sarana utama untuk
mencukupi kebutuhan sehari-hari adalah uang. Uang digunakan masyarakat untuk membeli
kebutuhan sehari-hari. Di dalam ilmu ekonomi, uang termasuk bagian yang dipelajari
dalam Ekonomi Moneter.
Di dalam masyarakat tradisional, uang didefinisikan sebagai alat tukar yang dapat
diterima secara umum. Alat tukar tersebut dapat berupa apa saja yang dapat diterimah oleh
masyarakat dalam proses pertukaran. Sedangkan uang dalam ilmu ekonomi modern,
didefinisikan beberapa ahli sebagai berikut (Sidiq, Sahabudin, 2005: 31-41) yaitu ; menurut
(R.G.Thomas 2001)beliau mengemukakan uang dalam suatu benda yang dengan mudah
dan umum diterima masyarakat untuk pembayaran bagi pembelian barang, jasa, dan barang
berharga lainya, serta untuk pembayaran utang. (D.H.Robertson 2001 ) beliau mengemukan
uang adalah sesuatu yang dapat diterima dalam pembayaran untuk mendapatkan barang-
barang.
(A.C.Pigou 1999 ), uang adalah alat tukar. Definisi tersebut itu tercantum dalam
bukunya yang berjudul The Veil Of Money. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan
mengenai ciri-ciri uang , yaitu ; dapat diterima umum, dapat digunakan sebagai alat
penukar, dapat digunakan sebagai alat pembayaran.
Tahapan yang dilalui manusia hingga terbentuknya uang. Tahap barter pada awalnya
manusia mampu mencukupi kebutuhan dengan cara menghasilkan sendiri alat pemuas
kebutuhanya. Manusia memanfaatkan sumber daya alam di sekitarnya. Dalam
perkembanganya, manusia mengalami peningkatan kebutuhan. Hal tersebut

4
menyebabkan manusia tidak mampu lagi memenuhi kebutuhannya secara sendiri – sendiri.
Manusia akan membutuhkan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti
pada masyarakat tradisional mereka menggunakan sistem barter untuk melengkapi
kebutuhan hidupnya.
Barter merupakan pertukaran barang dengan barang, kegiatan ini akan terjadi
apabila adanya keinginan diantara kedua belah pihak yang melakukan transaksi tersebut,
misalnya si A membutuhkan garam, sedanngkan si B membutuhkan beras, dengan adanya
kesepakatan maka mereka akan melakukan transaksi atau pertukaran tersebut. Terlepas dari
tahap barter yang kerap memperoleh kesulitan maka munculah sistem uang barang. Uang
barang ini merupakan barang yang seolah – olah berfungsih sebagai uang dengan
pengaplikasian bahwa barang tersebut dapat diterima masyarakat(generally accepted), atau
bisa juga barang terebut memiliki nilai yang tinggi dan di butuhkan sehari – hari misalnya
garam.
Setiap sejarah hidup pasti ada kesulitan dan kendala yang dihadapi seperti yang di
jelaskan tadi setelah masyarakat tradisional menggunakan sistem barter pasti mengalami
kesulitan dengan munculnya tahap uang barang, dan begitu juga demikian pada saat uang
barang mulai diterapkan dalam masyarakat, maka lama kelamaan akan timbul juga berbagai
hambatan seperti uang barang tidak memiliki pecahaan, sulit untuk menyimpan( storage)
dan mengangkut (transportation) dalam jumlah yang besar dan kendala yang paling berat
uang barang ini hanya beredar di daerah tertentu dan tidak beredar di daerah lain.
Dari hal tersebut untuk menetralisir kesulitan – kesulitan dalam uang barang maka manusia
berusaha menciptakan uang logam yang terbuat dari emas dan logam, karena masyarakat
menganggap dengan logam dan emas maka akan memperoleh nilai yang
tinggi,langkah,dapat diterima secara umum, tidak mudah susut, dapat diterima secara
umum dan kemungkinan untuk rusak sangat kecil.
Melihat banyaknya manfaat dan faedah dari uang logam ini segelintir masyarakat
menggunakan uang ini bahkan sampai sekarangpun, uang logam ini masih dapat di

5
gunakan sebagai alat tukar. Dengan perkembangan zaman yang semakin modern ini lama
kelamaan uang logam ini dapat dikatakan sudah langkah dan sulit untuk di dapatkan lagi
karena emas dan perak di beberapa daerah merupakan barang langkah, sehingga dibatasi
untuk berbelanja, kemudian persediaannya tidak sama pada setiap daerah karena pemilikan
sumber daya alam yang tidak merata dan juga sulit memindahkan dalam jumlah besar dan
tidak aman.
Dampak dari pengaruh zaman yang semakin berkembang dan juga masuknya
dampak dari globalisasi ini sangat dirasakan, sebut saja seperti pembahasan sebelumnya
yaitu uang, dari berbagai bentuk, jenis dan kegunaannya, dan dari setiap perubahan tersebut
muncullah sebuah fase yang di sebut tahap uang kertas dimana uang kertas merupakan
tahap evolusi penting dalam sejarah uang. Uang kertas disebut juga uang kepercayaan atau
uang tunda. Mengapa demikian? Sebut saja uang kertas ini ini tidak dijamin dan tidak
ditukarkan dengan emas, masyarakat tetap menerima sebagai alat tukar.
Berbicara mengenai sebuah kepercayaan bahwa masyarakat tetap menerima karena
ada unsur kepercayaan terhadap negara sebagai pihak yang mengeluarkan uang. Dari
segelitir kepercayaan yang di akui negara terhadap uang kertas tersebut terdapat pula
keuntungan daripada penggunanya uang kertas ini salah satunya pembiayaan pembuatan
lebih murah dibandingkan dengan uang logam, pengiriman dalam jumlah besar menjadi
lebih mudah dan efektif, kemudian penambahan atau pengurangan jumlah uang yang
beredar dapat dilakukan dengan cepat dan dengan adanya uang ini, maka uang logam mulia
seperti emas dan perak dapat digunakan untuk keperluan lainnya.
Selanjutnya kita mengenal tahap penggunaan uang elektronik Seiring dengan
kemajuan teknologi, khususnya teknologi informasi, mulailah berkembang uang elektronik,
dimana untuk menyelesaikan transaksi ekonomi, pihak yang melakukan transaksi tidak
perlu membawa uang tunai, namun cukup dengan melakukan pembayaran melalui kartu
kredit, trnasfer antar rekening, yang saat ini bahkan telah dapat dilakukan melalui internet ,
serta sms dan hanphone.

6
Setelah mengenal berbagai tahapan mengenai uang, selanjutnya kita harus
mengetahui fungsi umum dari pada uang yang dimana sebagai satuan pengukur nilai
dimana fungsi ini, setiap barang atau jasa dapat diukur dan diperbandingkan nilainya.
Sebagai contoh dengan uang Rupiah, sebuah rumah dan mobil dapat diukur nilainya, serta
dapar diperbandingkan nilai keduanya.
Bila nilai sebuah rumah adalah Rp 200 juta dan sebuah mobil adalah Rp 100 juta,
maka nilai mobil tersebut adalah ½ dari nilai rumah tersebut, kemudian Sebagai alat tukar-
menukar yang dimana salah satu kelebihan dari uang adalah kemampuannya dalam
menghilangkan syarat kesamaan keinginan dalam transaksi barter, karena saat ini semua
barang dan jasa untuk mendapatkannya dapat ditukar dengan uang, selanjutnya sebagai alat
penyimpan kekayaan maksudnya selain dalam bentuk barang (seperti tanah, emas, rumah,
kendaraan, saham), seseorang dapat menyimpan kekayaannya dalam bentuk uang berupa
uang kas atau dalam tabungan, dengan kelebihan tidak perlu secara fisik menyimpan
kekayaan tersebut, dan Sebagai alat pembayaran di masa yang akan datang di artikan
sebagai sebuah transaksi ekonomi tidak selalu selesai dalam satu saat, namun seringkali
berlanjut atau ditunda (pembayarannya) hingga waktu yang akan datang, sehingga
memerlukan uang untuk melakukan pembayaran di masa yang akan datang.

2.2 Permintaan Akan Uang


Teori Kuantitas (Quantity Theory) uang adalah teori ekonomi mengenai permintaan
uang demand for money (Boediono,1985: 17). Teori kuantitas tergolong sangat tua namun
masih memadai dengan keadaan saat ini. Teori kuantitas uang membahas penyebab utama
terjadinya perubahan nilai uang atau tingkat harga. Teori ini menyatakan bahwa perubahan
nilai uang atau tingkat harga merupakan akibat adanya perubahan jumlah uang beredar.
Seperti halnya benda-benda ekonomi lainnya (ingat, bahwa uang juga merupakan barang
ekonomi), bertambahnya jumlah uang yang beredar dalam masyarakat akan mengakibatkan
turunnya nilai mata uang. Menurunnya nilai uang sama artinya dengan naiknya tingkat

7
harga. Menurut teori kuantitas uang, bertambahnya jumlah uang yang beredar cenderung
mengakibatkan naiknya tingkat harga (inflasi), dan sebaliknya. Teori kuantitas uang
dikemukakan oleh Irving Fisher. Ia mengemukakan persamaan yang dinamakan persamaan
pertukaran (equation of exchange)Persamaan pertukaran dinyatakan sebagai berikut:
MV = PT, dimana
M = jumlah uang beredar/penawaran uang (money suplly)
V = kecepatan peredaran uang (velocity circulation of moneya)
P = tingkat harga-harga (price level)
T = jumlah barang-barang dan jasa-jasa yang diperjual-belikan dalam satu tahun
tertentu (transaction)
Di dalam persamaan tersebut, M sama dengan jumlah uang kertas, logam, dan uang
giral yang beredar (terdapat) dalam perekonomian. Kecepatan peredaran uang (V)
ditentukan berdasarkan berapa seringnya uang beredar yang terdapat dalam masyarakat
berpindah tangan dalam satu tahun. Apabila setiap jenis uang secara rata-rata berpindah
tangan sebanyak sepuluh kali dalam satu tahun, maka V adalah sepuluh. Nilai P ditentukan
berdasarkan indeks harga. Di dalam perekonomian terdapat banyak jenis barang dan
harganya berbeda-beda pula.
Dari waktu ke waktu harga-harga mengalami perubahan yang berbeda. Adalah tidak
mungkin untuk menggambarkan semua keadaan ini dalam persamaan di atas. Untuk
menunjukkan keadaan harga-harga dan perubahannya dari tahun ke tahun, digunakan
indeks harga beserta perubahan-perubahannya. T menunjukkan jumlah barang-barang jadi
dan barang-barang setengah jadi yang diperjualbelikan.
Perlu diingat bahwa PT tidak sama nilainya dengan pendapatan nasional.
Pendapatan Nasional adalah nilai seluruh barang jadi yang dihasilkan oleh suatu negara
dalam satu tahun tertentu. Nilai tersebut diperoleh dengan menjumlahkan hasil perkalian
tiap-tiap barang jadi dan jasa dengan harga-harganya. Sedangkan PT adalah penjumlahan
hasil perkalian tiap-tiap barang yang termasuk pendapatan nasional dengan harga-harganya,

8
ditambah dengan hasil perkalian tiap-tiap barang setengah jadi dengan harga-harganya.
Singkatnya, PT meliputi pendapatan nasional ditambah nilai transaksi barang-barang
setengah jadi. Berarti nilai PT lebih besar dari pendapatan nasional. Dalam teori kuantitas
diasumsikan (dianggap) bahwa kecepatan peredaran uang adalah tetap; dan penggunaan
tenaga kerja penuh (full employment) sudah tercapai. Berdasarkan asumsi tersebut maka
dalam persamaan MV = PT, besarnya faktor V dan T adalah tetap (konstan). T dianggap
tetap karena pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh, pendapatan nasional tidak dapat
ditambah lagi. Jumlah barang-barang yang diperjualbelikan (ditransaksikan) pun tidak
mengalami perubahan. Setiap perubahan jumlah uang beredar (M) akan menimbulkan
perubahan yang sama tingkatnya terhadap harga-harag (P).
Ahli-ahli ekonomi Klasik berpendapat bahwa kecepatan peredaran uang (V) adalah
tetap. Mereka beranggapan bahwa jumlah uang beredar dan pertambahannya tidak
mempunyai pengaruh yang berarti terhadap kecepatan peredaran uang. Menurut mereka
kecepatan itu dipengaruhi oleh beberapa faktor teknis. Faktor-faktor tersebut antara lain
sistem pembayaran gaji dalam masyarakat, kebiasaaan masyarakat dalam melakukan
perdagangan, efisienai sistem pengangkutan, dan kepadatan penduduk.
Kesimpulan teori kuantitas uang oleh Irving Fisher yaitu perubahan jumlah uang
beredar akan menimbulkan perubahan yang sama besarnya terhadap harga-harga, dan
dalam arah yang bersamaan. Maksudnya, bila uang beredar bertambah sebanyak 5%, maka
tingkat harga-harga juga akan bertambah (inflasi) sebanyak 5%, dan sebaliknya.
Dalam tahun 1929-32 terjadi kemunduran ekonomi di seluruh dunia, yang bermula dari
kemerosotan ekonomi di Amerika Serikat. Periode ini dinamakan the Great
Depression. Pada puncak kemerosotan ekonomi itu, seperempat dari tenaga kerja di
Amerika Serikat menganggur dan pendapatan nasionalnya mengalami kemerosotan yang
sangat tajam. Kemunduran ekonomi tersebut menimbulkan kesadaran kepada ahli-ahli
ekonomi bahwa mekanisme pasar tidak dapat secara otomatis menimbulkan pertumbuhan
ekonomi yang teguh dan tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Dan teori-teori ekonomi

9
sebelumnya juga tidak dapat menerangkan mengapa peristiwa kemunduran ekonomi yang
serius tersebut dapat terjadi. Ketidakmampuan tersebut mendorong seorang ahli ekonomi
Inggris yang terkemuka pada masa tersebut, yaitu Teori Keynesian, adalah suatu teori
ekonomi yang didasarkan pada ide seorang ekonom Inggris abad ke-20, John Maynard
Keynes. Pandangan Keynes sering dianggap sebagai awal dari pemikiran ekonomi modern.
Keynes banyak melakukan pembaharuan dan perumusan ulang doktrin-doktrin klasik dan
neo-klasik. Kita semua sudah tahu bahwa, analisis klasik bertumpu pada masalah-masalah
mikro. Aliran Klasik mengatakan“Penawaran akan menciptakan permintaannya
sendiri” hal ini dikritik Keynes sebagai sesuatu yang keliru. Dalam kenyataannya, menurut
Keynes permintaan lebih kecil dari penawaran. Alasannya, sebagian dari pendapatan yang
diterima masyarakat akan ditabung, dan tidak semuanya dikonsumsi.
Menurut Klasik jumlah tabungan akan selalu sama dengan jumlah investasi, namun
ini dibantah Keynes. Alasannya, motif orang untuk menabung tidak sama dengan motif
pengusaha untuk menginvestasi. Pengusaha melakukan investasi didorong oleh keinginan
untuk mendapatkan laba sebesar-besarnya. Semantara itu, sektor rumah tangga melakukan
penabungan didorong oleh berbagai motif yang sangat berbeda, hal ini menyebabkan
jumlah tabungan tidak akan pernah sama dengan jumlah investasi.
Keynes mengatakan bahwa permintaan akan uang untuk spekulasi saat ini tinggi
apabila tingkat bunga saat ini rendah dan permintaan untuk spekulasi saat ini rendah
apabila tingkat bunga untuk spekulasi mempunyai hubungan yang berkebalikan dengan
tingkat bunga (saat ini).Ini adalah inti teori moneter Keynes, Menurut teori Keynesian
asumsi dasar bahwa ekonomi bekerja penuh atau full employment, tingkat harga yang
fleksibel dan informasi yang dimiliki secara sempurna adalah tidak benar dan bertentangan
dengan realitas serta tidak akan tercapai dalam jangka pendek bahkan juga dalam jangka
panjang(Boediono1985: 28). Menurut Keynes pasar tenaga kerja jauh dari seimbang,
karena upah tidak pernah fleksibel, sehingga permitaan dan penawaran hampir tidak pernah
seimbang sehingga penganguran sering terjadi.

10
Menurut Keynesian pengangguran bisa terjadi disebabkan oleh tidak fleksibelnya
harga-harga, termasuk harga tenaga kerja (upah) dan lambatnya reaksi rasional dari para
pelaku ekonomi sehingga tidak terjadinya full employment. Dalam teorinya, Keynes
berpendapat tentang kebijakan makro. Kebijakan makro Keynes mengatakan bagaimana
peran pemerintah dalam mempengaruhi permintaan agregat (dengan demikian
mempengaruhi situasi makro), agar mendekati posisi full employment-nya. Keynes
menyarankan agar perekonomian tidak diserahkan begitu saja pada mekanisme pasar.
Hingga batas tertentu, peran pemerintah justru diperlukan Misalnya, jika terjadi
pengangguran, pemerintah bisa memperbesar pengeluarannya untuk proyek-proyek padat
karya. Dengan demikian, sebagian tenaga kerja yang menganggur bisa bekerja, yang
akhirnya akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Dari deskripsi tersebut, memang alur
pemikiran Keynes sangat logis dan bisa kita telusuri dengan mudah tanpa berumit- rumit.
Dengan demikian kritik Keynes mengenai klasik dan neo-klasik memang masih masuk akal
dalam ilmu ekonomis dan memenuhi aturan. Dalam hal ini, teori Keynes merupakan
analisis model disequilibeium ekonomi.
Tentunya kita telah mengetahui bahwa pelopor dari teori permintaan uang sebelum
Milton Friedman ialah Keynes. Di mana Profesor Milton Friedman merupakan plopor dari
Universitas Chicago pembaharuan Teori Kuantitas (Klasik) sesudah Keynes.Teori
Kuantitas Modern dari Friedman bisa diinterpretasikan sebagai pengembangan lanjut dari
aspek lain dari teori Cambridge yaitu konsep bahwa teori permintaan akan uang hanyalah
satu penerapan dari teori umum mengenai permintaan dalam ekonomi mikro, sedang
prinsip-prinsip dasarnya ialah sama yaitu pemeliharaan antara berbagai alternatife oleh
konsumen/pemilik kekayaan. Dalam konsep dasar yang dikembangkan oleh Friedman, Dia
menjelaskan bahwa orang mau memegang uang karena uang adalah salah satu bentuk
aktiva (asset) yang memberikan manfaat karena merupakan sumber daya beli yang likuid.
Di dalam konsepnya pula ia menjelaskan mengenai kekayaan. Menurutnya kekayaan
dimaksudkan tidak hanya aktiva-aktiva yang berbentuk uang atau bias diubah (dijual)

11
menjadi uang, tetapi termasuk juga nilai dari aliran penghasilan di tahun-tahun akan
mendatang dari tenaga kerjanya. Friedman memaparkan bahwa terdapat berbagai faktor
yang mempengaruhi permintaan akan uang yaitu Harga umum, prosentase perubahan
tingkat harga, tingkat bunga, dan preferensi atau selera orang tersebut.
Teori kuantitas yang dicetuskan oleh Friedman pada asasnya adalah teori permintaan akan
uang, bukan teori mengenai tingkat output, bukan teori mengenai tingkat penghasilan, dan
bukan pula teori mengenai penentuan tingkat harga(Boediono,1995 : 63)[10]. Dijelaskan
pula bahwa permintaan akan uang adalah suatu hubungan yang stabil dan bahkan lebih
stabil daripada fungsi-fungsi/hubungan ekonomi lainnya seperti fungsi konsumsi yang
merupakan hubungan yang sangat penting dalam teori lain (Keynes).
Melihat berbagai perbedaan pendapat mengenai Permintaan Uang dari beberapa
pandangan tokoh memang membawa dampak dalam prekonomian terutama dalam
keberadaan uang itu sendiri. Perbedaan pandangan memang sudah harusnya terjadi
dikarenakan setiap orang melihat sesuatu pasti mempunyai pendapat atau asumsi yang
berbeda – beda, namun hal tersebut tergantung bagaiman cara kita menyikapinya sesuai
dengan keadaan dan situasi.

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Uang


a. Kekayaan Dari Masyarakat
Suatu masyarakat yang makin kaya dapat diperkirakan/diharapkan makin besar pula
permintaan akan uang. Namun demikian, dengan makin banyak nya alternatifnya bentuk
kekayaan yang dengan mudah dapt di tukarkan dengan uang kas serta dapat memperoleh
bunga (misalnya tabungn atau surat berharga jangka pendek), maka tidak mesti bahwa
kenaikan kekayaan yang cukup besar tercermin pula dengan kenaikan permintaan uang
yang cukup besar, mungkin sebagian di wujudkan dalam bentuk kekayaan lain
seperti tabungan atau surat berharga jangka pendek yang dengan mudah dapat ditukarkan
dengan uang kas.

12
b. Tersedianya Fasilitas Kredit
Dengan makin banyak serta makin mudanya fasilitas kredit (seperti misalnya
adanya credit card, cara pembayaran dengan angsuran dan sebagainya) maka permintaan
akan uang kas akan makin kecil. Dengan adanya “credit card” pembayaran sesuatu barang
atau jasa tidak perlu dengan uang kas, sehingga keingan masyarakat akan uang kas makin
kecil.
c. Kepastian Tentang Pendapatan Yang Di Harapankan
Apabila masyarakat lebih pasti tentang pandapatan yang diharapkan di masa
mendatang, maka permintaan uang cendrung turun. Sebaliknya apabila masyarakat diliputi
rasa ketakutan bahwa pendapatan yang diharapkan kemungkinan tidak menjadi kenyataan,
maka permintaan uang kas cendrung naik.
d. Harapan Tentang Harga
Apabila masyarakat berharap bahwa kemudian hari harga-harga barang dan jasa
akan turun, mereka cendrung menahan uang kas dengan menunda pembelian barang.
Sebaliknya apabila diperkirakan harga-harga akan naik, permintaan uang oleh masyarakat
cendrung turun. Dalam masa inflasi keinginan masyarakat utuk menahan uang kas sangat
kecil, mereka lebih suka barter (barang dengan barang).

2.4 Standar Moneter


Dalam pengaplikasiannya standar moneter ini mempunyai berbagai bentuk, sebut
saja Standar Kembar (bimetallism) yang dimana Standar kembar terjadi apabila pemerintah
menggunakan emas dan perak sebagai dasar nilai mata uangnya. Caranya, harga perak
ditetapkan, misalnya sebesar $1,293 per gram dan emas sebesar $19,395 per gram. Dengan
demikian perbandingan niali antara perak dengan emas adalah 15 : 1. Perbandingan ini
disebut Mint Ratio. Artinya, harga emas 15 kali harga perak. Pemerintah bersedia untuk
membuat uang (pada perbandingan tersebut) semua emas dan perak yang ditawarkannya.

13
Demikian juga masyarakat bebas untuk melebur uang menjadi logam mulia dan sebaliknya.
Namun, standar kembar ini sering menimbulkan masalah.
Kemudian Standar Emas yang mana sebenarnya sangat sulit untuk memberikan
gambaran tentang standar emas ini, karena bentuk dari sistem ini bermacam – macam
(berbeda antara satu negara dengan negara lain). Nmaun secara umum dapat dilakukan
bahwa suatu negara memakai sistem standar emas apabila nilai mata uangnya, dikaitkan /
didasarkan atas nilai seberat emas tertentu. Masyarakat bebas untuk melebur mata uang
emas atau membuat emas batangan menjadi mata uang kertas serta menukarkan mata
uangnya (yang bukan emas)dengan emas atau sebaliknyadengan perbandingan yang telah
di tentukan oleh bank sentral. Karena negara – negara lain juga mengaitkan nilai mata
uangnya dengan emas, maka dapatlah diketahui perbandingan nilai mata uang mereka
(kursnya). Misalnya di Amerika perbandingan dolar dengan emas adalah US$4/1 gram,
sedangkan di inggris perbandingannya €1/1 gram, maka nilai tukar antara dolar dengan
pondsterling adalah US$4/€1. Nilai tukar ini akan stabil jika bank sentral di kedua
negaratersebut tidak mengubahperbandingan nilai mata uangnya degan emas. Stabilitas
inilah yang merupakan salah satu keuntungan penggunaan sistem standar emas
(Nopirin,Ph.D,1992.
Selanjutnya Fiat Standar, masalah pokok yang timbul dari standar barang (emas
dan atau perak) adalah kurang praktis apabila transaksi yang dilakukan dalam jumlah besar.
Atas dasar alasan ini, kemudian beredar surat emas / perak sebagai pengganti emas / perak
yanng disimpan. Surat emas / perak ini semula dijamin 100% dengan emas / perak yang
tersimpan kemudian berangsur–angsur jaminan in i makin berkurang. Semula memang
pengeluaran surat emas ini sebagai bukti atas pemilikan emas yang tersimpan dimana setiap
saat si pemilik dapat mengambil emas tersebut. Oleh karena itu kertas (sertifikat) yang
tidak dijamin dengan 100% emas itu pun apabila memenuhi fungsi–fungsi tersebut diatas
dapat disebut uang.

14
Standar Uang Giral (Deposit Money)yang dimana Deposito di Bank yang dapat setiap saat
ditarik (dengan cek) dapat dikategorikan sebagai uang. Mengapa? Karena pertama,
depositoini dapat digunakan sebagai alat pembayaran. Caranya, pembayaran ini dilakukan
dengan menulis cek., yakni transfer deposito dari si penulis / pembayar kepada si penerima
pembayaran. Kedua Deposito ini dapat dipakai sebagai alat penumpuk kekayaan. Seseorang
atau suatu badan usaha dapat mewujudkan kekayaannya dalam bentuk deposito. Ketiga,
deposit dapat dipakai sebagai alat pembayaran tertunda (deffered payment). Seseorang atau
badan usaha dapat membayar utangnya tiap bulan dengan menulis cek atas depositonya di
Bank. Karena deposito dapat memenuhi fungsi – fungsi uang, maka dapat dikategorikan
sebagai uang. Dan bahkan makin maju suatu perekonomian jenis uang giral ini proporsinya
terhadap jumlah total uang beredar makin besar.
Di Amerika Serikat pada tahun 1983 jumlah uang giral meliputi kurang lebih ¾ dari
jumlah uang beredar., sisanya (yang ¼) berupauang kartal (uang kertas dan logam).
Selanjutnya Standar Uang Kuasi yaitu Uang kuasi terdiri atas deposito berjangka dan
tabungan serta rekening valuta asing milik swasta domestik. Apabila kriteria uang
didasarkan pada fungsinya, maka sebenarnya tabungan ini tidak masuk dalam pengertian
uang. Namun, ada yang berpendapat bahwa seseorang itu dapat mewujudkan kekayaannya
dalam bervagai bentuk seperti : tanah, rumah, uang, perhiasan, dan bahkan berbentuk
tabungan. Maka memasukan tabungan kedalam pengertian uang dapat
dimengerti.Argumentasi lain untuk memasukan tabungan kedalam pengertian uang dengan
melihat apakah ada kemungkinan saling mengganti (substitutability) antara tabungan
dengan uang giral (demand deposit). Apabila ada maka tabungan dapat dimasukan kedalam
pengertian uang.Karena kriteria ini pun belum jelas, yakni sampai seberapa besar angka
substitutability ini dapat diterimanya tabungan sebagai uang, maka hingga kini masalah
tersebut selalu diperdebatkan.

15
2.5 Permintaan Uang Dalam Moneter
Hadirnya uang dalam sistem perekonomian akan mempengaruhi perekonomian
suatu negara yang biasanya bekaitan dengan kebijakan-kebijakan moneter, pada umumnya
analisis ekonomi suatu negara di tentukan oleh analisis ekonomi suatu negara di tentukan
oleh anakisis atas ukuran uang yang beredar. Samuelson mengatakan banyak ekonom
percaya bahwa perubahan jumlah uamg beredar dalam jangka panjang terutama akan
menghasilkan tingkat harga sedangkan dampak terhadap output rill adalah sedikit atau
bahkan tidak ada. Suatu kebijakan moneter menyentuh sector rill merupakan suatu proses
yang kompleks karena uang berkaitan dengan hampir seluruh aspek kehidupan
perekonomian. Proses ini lazimnya disebut mekanisme transisi kebijakan moneter,
pengaruh tindakan otoriter moneter terhadapa perekonomian ini terjada melalui berbagai
saluran atau chanels,yaitu saluran uang, saluran suku bunga, saluran kredit, saluran nilai
tukar, saluran asset, dan saluran ekspentasi.
Berbicara mengenai permintaan uang, suatu keadaan yang dimana apabila
permintaan uang di masyarakat cenderung meningkat maka akan menjadi ancaman dalam
prekonomian, sebut saja inflasi. Inflasi merupakan keadaan dimana naiknya harga suatu
barang secara terus menerus. Contohnya saja pada saat hari-hari penting seperti Hari Raya,
Natal dan Tahun Baru harga barang melonjak naik seperti kebutuhan sehari – hari misalnya
harga daging yang tadinya hanya Rp15.000 per kilo naik menjadi Rp 35.000 per kilo. Hal
ini merupakan ancaman bagi masyarakat apabila tidak mengatur jumlah uang yang
dikeluarkan.
Dengan kejadian ini pemerintah mengambil tindakaan untuk mengatasi ancaman
seperti ini yaitu dengan menegluarkan sebuah kebijakan yaitu Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk
mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga,
pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca
pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi

16
yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran
internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu,
maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh
kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian
ditransfer pada sektor riil. Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan
kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter
berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar
inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam
pasokan/distribusi barang.Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah satu
namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib
minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk
meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.
Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara
menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Adapun jenis kebijakan moneter
sebut saja Kebijakan moneter ekspansif (Monetary expansive policy) Suatu kebijakan
dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan untuk
mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan masyarakat)
pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi. Kebijakan ini disebut juga
kebijakan moneter longgar (easy money policy). Kemudian Kebijakan Moneter Kontraktif
(Monetary contractive policy) Suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang
beredar. Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi. Disebut juga
dengan kebijakan uang ketat (tight money policy).
Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan
moneter dengan Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) Merupakan cara
mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah
(government securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan

17
membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar
berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat.
Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat
Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang. Kemudian
Fasilitas Diskonto (Discount Rate) Pengaturan jumlah uang yang beredar dengan
memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum kadang-kadang
mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat
jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta
sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang. Rasio
Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio) Mengatur jumlah uang yang beredar dengan
memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk
menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan
jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.
Kemudian Imbauan Moral (Moral Persuasion) Kebijakan moneter untuk mengatur
jumlah uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya
seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan
kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang
lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian
(Nasution,Mulia. 1998).
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang
Bank Indonesia. Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah
kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk
mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka
kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama kebijakan moneter (Inflation
Targeting Framework) dengan menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free
floating). Peran kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan

18
sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai tukar
untuk mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan nilai
tukar pada level tertentu[15].
Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan kebijakan
moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti uang beredar atau suku bunga)
dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah. Secara
operasional, pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut menggunakan instrumen-
instrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing,
penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit
atau pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat melakukan cara-cara pengendalian moneter
berdasarkan Prinsip Syariah(1998).

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Uang dalam ilmu ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap alat tukar yang
dapat diterima saecara umum. Alat tukar itu berupa benda apa saja yang dapat diterima oleh
setiap orang di masyarakat dalam proses pertukaran barang dan jasa. Semua aspek
kehidupan manusia dalam peradaban modern saat ini tidak terlepas dan ditopang
sepenuhnya oleh uang. Tidak ada satupun peradaban di dunia ini yang tidak mengenal dan
menggunakan uang. Kalaupun ada, maka perekonomian dalam peradaban tersebut pasti
stagnan dan tidak berkembang. Peran uang dalam perekonomian dapat diibaratkan darah
yang mengalir dalam tubuh manusia. Tanpa darah, manusia seakan-akan hendak mati.
Kekurangan uang bagaikan kekurangan darah yang mengakibatkan gairah hidup menurun
dan lemah, yang pada akhirnya manusia menjadi sakit-sakitan.
Uang memang benda mati. Namun ternyata ia bisa mengendalikan hidup manusia.
Ini bisa terjadi jika manusia lupa akan fungsi dan peran uang yang sesungguhnya. Dengan
uang – yang notabene adalah benda mati – napas hidup perekonomian suatu negara dapat
terlihat. Dengan uang manusia bisa membeli rasa “aman, bersosialisasi, dihargai dan
dihormati. Dengan uang manusia dapat mengaktualisasikan dirinya.
Sebagai pada analisis ekonomi pada umumnya, selalu diketengahkan masalah
keseimbangan antara permintaan uang dengan melibatkan satu atau beberapa varianbel
yang mempunyai permintaan. Dari pendapat tersebut di atas dapat dikatakan jumlah dan
nilai uang mempunyai hubungan timbal balik, dan apabila pendapat ini dihubungkan
dengan harga maka bila jumlah uang dua kali lipat harga pun akan naik dua kali lipat
demikian pula sebaliknya.Melihat berbagai perbedaan pendapat mengenai Permintaan
Uang dari beberapa pandangan tokoh memang membawa dampak dalam prekonomian
terutama dalam keberadaan uang itu sendiri. Perbedaan pandangan memang sudah

20
harusnya terjadi dikarenakan setiap orang melihat sesuatu pasti mempunyai pendapat atau
asumsi yang berbeda – beda, namun hal tersebut tergantung bagaiman cara kita
menyikapinya sesuai dengan keadaan dan situasi.Aktivitas moneter merupakan salah satu
kegiatan ekonomi dalam suatu negara.

3.2 Saran
Di dalam kehidupan sehari – hari, aktifitas moneter berkaitan dengan penggunaan
uang dalam perekonomian. Kegiatan ini berimplikasi pada kondisi perekonomian negara
secara makro. Untuk itu, di perlukan kontrol pemerintah agar tidak terjadi kegoncangan
dalam perekonomian negara.

21
DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, Sri. 2000. “Perkembangan Moneter Perbankan Indonesia“. PT. Gramedia,


Jakarta.
Boediono, “Merenungkan Kembali Mekanisme Transmisi Moneter di Indonesia”,Buletin
Ekonomi Moneter dan Perbankan, Bank Indonesia, Volume 1, Nomor 1, Juli 1998.
Sarwono, Hartadi A., dan Perry Warjiyo, “Mencari Paradigma Baru ManajemenMoneter
dalam Sistem Nilai tukar Fleksibel: Suatu Pemikiran untuk
Penerapannya di Indonesia”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, BankIndonesia,
Volume 1, Nomor 1, Juli 1998.

22

Anda mungkin juga menyukai