Anda di halaman 1dari 60

BUKU AJAR

KIMIA BAHAN ALAM

SUB. BAB

KUMARIN, TRITERPEN DAN KUINON


Terjemahan Dari Texbook:

PHARMACOGNOCY
Jean Brunetton

(Dipakai Untuk Kalangan Sendiri)

OLEH
DR. H. YOHANNES ALEN, MSc.

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA)
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG 2005

1
Prakata

Tuntutan terhadap buku ajar ini sebenarnya muncul dari perjalanan kuliah Kimia Bahan
Alam II, yang merupakan mata kuliah wajib 4 (empat) Satuan Kredit Semester (SKS),
pada smester genap di jurusan Farmasi (FMIPA). Sebagai salah satu buku pegangan oleh
penulis adalah Pharmacognosy, oleh Jean Broneton, Lavoiseir Publishing, dimana buku
ini juga merupakan buku pegangan utama oleh penulis selama mengikuti program studi
Magister dan Doctoral Science di Fakultas Farmasi, Universitas Okayama, Jepang.
Mengingat pentingnya materi buku ini, maka penulis menjadikan buku ini sebagai salah
satu pegangan dalam memberikan bahan kuliah. Karena sangat terbatasnya kemampuan
mahasiswa dalam menterjemahkan, maka penulis mencoba untuk menterjemahkan buku
ini. Buku ini merupakan buku terjemahan yang dipakai pada jurusan Farmasi FMIPA
Universitas Andalas saja.
Adapun terjemahan ini merupakan bahagian dari bab yang lebih lengkap, dan karena
kemampuan serta keterbatasan waktu, maka penulis baru menjadikan bab kumarin,
triterpen dan kuinon ini sebagai prioritas terjemahan, Insya-Allah secara bertahap akan
menterjemahkan seluruh isi bab buku ini.
Diharapkan buku ini dapat menyumbangkan manfaat yang maksimal terhadap pembaca.
Terlebih lagi bagi mahasiswa kiranya dapat menjadikan buku ini sebagai salah satu buku
pegangan dalam menuntut ilmu di jurusan Farmasi, (FMIPA) Unand.
Akhir kata, kekurangan pada buku ini sepenuhnya tanggungjawab penulis dan tentunya
sumbang saran demi kebaikan sangat diharapkan dan semoga kesempurnaan akan
terwujud pada penerbitan selanjutnya.

Padang, Maret 2005

Penulis

2
BAB I

KUMARIN

MATERI BAHASAN
1. PENDAHULUAN
2. KLASIFIKASI DAN STRUKTUR KIMIA
3. BIOSINTESA
a. KUMARIN SEDERHANA
b. FORMASI PIRANO DAN FURANO KUMARIN
4. KHASIAT, EKSTRAKSI DAN KHARAKTERISASI
5. KHASIAT FARMAKOLOGI DAN PENGGUNAAN
6. KUMARIN UTAMA YANG TERDAPAT PADA OBAT
7. FURANOKUMARIN DAN FOTOTOKSISITAS
a. SPESIES UTAMA YANG MEYEBABKAN FOTOTOKSISITAS
b. KUMARIN LAIN YANG BERSIFAT TOKSIK
8. KEGUNAAN FURANOKUMARIN
a. KEGUNAAN DALAM BIDANG KESEHATAN
b. KEGUNAAN LAINNYA, PRODUK KOSMETIK

3
BAB I

KUMARIN

1. PENDAHULUAN
Kumarin berasal dari kata “ comarou “, yang merupakan nama daerah dari kacang
tonka (Dypterix odorata Willd., Fabaceae) yang diisolasi pada tahun 1820. Menurut
perkiraan, kumarin merupakan 2H-1-benzopyran-2-on yang kemudian menjadi lakton
berupa 2-hidroksi-Z-asam sinamat. Lebih dari ribuan kumarin telah ditemukan dan yang
paling sederhana tersebar pada semua Kingdom Tumbuh-tumbuhan. Pada beberapa famili
Angiospermae terdapat kumarin dengan struktur molekul yang kompleks, contohnya
pada Fabaceae, Asteraceae, Apiaceae, dan Rutaceae.

2. KLASIFIKASI DAN STRUKTUR KIMIA


Kumarin umumnya tersubstitusi oleh sebuah gugus hidroksi pada posisi 7.
Umbelliferon yang merupakan 7-hidroksi kumarin adalah prekursor dari 6,7-di- dan
6,7,8-trihidroksi kumarin. Pada kumarin sederhana gugus hidroksi mengalami metilasi,
atau membentuk rantai glikosida. Terutama adalah skimmin ( Umbeliferon-7-O-
glukosa ), aesculin dan chicoriin ( Aesculetin-6 dan 7-0-glukosa ).

Gambar struktur kumarin R1=R3=H,R2=OH; Umbeliferon


R1=R3=H,R2=OCH3; Herniarin

4
R1=R2=OH,R3=H; Aesculetin
R1=OCH3,R2=OH,R3=H; Scopoletin
R1=OCH3,R2=R3=OH; Fraxetin

Salah satu ciri sruktural utama kumarin adalah reaksi prenilasi. Prenilasi dalam cincin
terjadi pada posisi 6- atau 8- dari umbeliferon atau Herniarin ( aurapten, suberosin, osthol
) yang umumnya dalam bentuk 0-prenilasi. Pada beberapa kasus terdapat lima karbon
residu pada atom C-3. reaktivitas yang tinggi pada rantai isopren ( C 5,C10, atau kurang
dari C15 ) menjelaskan mengapa begitu banyak bentuk turunan kumarin ( epoksida, mono
dan dihidrosilasi, siklik e.x swietenol, peucedanin ). Prenilasi juga terjadi pada kumarin
polisiklik, furano dan pyrano kumarin, kumarin linear ( e.x psoralens, imperatorin,
xanthyletin, chalepensin ), dan angular kumarin ( e.x Angelicin, visnadin ). Dalam
beberapa kasus terdapat bentuk lingkaran benzodioxan ( e.x obtusin ).

3. BIOSINTESIS
A. KUMARIN SEDERHANA
Seperti fenilpropanoid, kumarin merupakan metabolisme dari penilalanin melalui
asam sinamat, dan p-asam kumarat. Spesifikasi proses terletak pada 2-hidroksilasi ( yaitu
pada posisi orto yang nerhubungan dengan 3-rantai karbon ), dan pada Isomerisasi ikatan
rangkap oleh fotokatalisator ( E→Z ) yang diikuti dengan laktonisasi spontan. Pada kasus
tertentu terjadi glukosilasi asam sinamat, sebagai penghalang laktonisasi. Pada kasus lain,
kumarin dapat diperoleh melalui jaringan yang dilukai dan hidrolisis enzim. Formasi dari
di dan trihidroksi kumarin melalui hidroksi dari umbeliferon lebih banyak daripada
laktonisasi asam sinamat.

5
B. FORMASI FURANO DAN PIRANOKUMARIN
Penelitian secara sistematik menunjukkan bahwa prenilasi cincin benzene oleh dimetilalil
pirofosfat (DMAPP) pada posisi 6 atau 8 dari 7-hidroksi kumarin adalah karakterisasi
dari molekul ini. Hasil prenilasi adri C-6 disebut purano dan piranokumarin linear adn
pada C-8 disebut sebagai homolog angular.
Siklisasi pada 6 atau 8 isoprenilkumarin mungkin disebabkan oleh reaksi
nukleofil pada gugus hidroksi di posisi 7 dalam bentuk epoksida oleh oksidasi ikatan
rangkap pada residu isopentenil. Hasil adri reaksi ini tergantung pada orientasi serangan
nukleofilik biasanya pada hidroksiisopropil-dihidrofuranokumarin atau dalam kasus lain
pada karbon tersier yaitu pada hidroksidimetildihidropiranokumarin. Ini terjadi pada

6
salah satu spesies Apiaceae yaitu (+)-(R)-lomatin dan (+)-(S)-columbianin yang
mendukung hipotesis ini.

Gambar biosintesis furanokumarin

Tujuan mekanisme formasi furanokumarin meliputi dua langkah berturut-turut


yaitu oksidasi stereospesifik C-4’ dan eliminasi dari residu hidroksiisopropil C-5’ oleh
kondensasi retroaldol.
Substitusi furanokumarin pada C-5 dan C-8 terjadi setelah dikatalisasi oleh
oksidasi dan 0-metiltransferase.

4. KHASIAT, EKSTRAKSI DAN KARAKTERISASI


Kumarin dalam bentuk bebas larut dalam alkohol dan pelarut organik seperti eter
dan pelarut terklorinasi, sehingga dengan pelarut inilah kumarin dapat diekstrak. Bentuk

7
glikosidanya larut dalam air. Untuk proses pemurnian dapat dilakukan dengan spesifikasi
pada lakton yaitu pembukaan cincin alkton pada kondisi alkalis dan penutupan lakton
adalm medium asam. Pada beberapa kasus dapat juga dilakukan proses sublimasi. Namun
demikaian aplikasi dari dua prosedur diatas terbatas karena resiko terjadi perubahan
srtuktur asli. Resiko pembentukan artefak juga terjadi pada teknik kromatografi dengan
fasa diam silika gel, terutama untuk kumarin terasilasi ;dan fraksinasi dengan gel akan
menyebabkan senyawa berubah dari bentuk bebas menjadi bentuk glikosida. Biasanya
digunakn HPLC semipreparatif ( pada fasa normal dan fasa bebas ).
Kumarin mempunyai karakteristik spektrum UV yang dipengaruhi oleh sifat
alami dan posisi substituen dan juga oleh proses alkalinisasi (KOH, NaOCH 3). Ketika
dilihat dibawah cahaya UV, noda TLC dari obat yang mengandung kumarin akan
bewarna yang akan diperjelas dengan penambahn Amonia pada range warna biru sampai
kuning dan ungu. Untuk perkiraan kuantitatif dari senyawa ini dalam obat, adapt
dilakukan dengan teknik spektrofluorometri ( setelah elusi noda TLC ) atau dengan
HPLC.

5. KHASIAT FARMAKOLOGI DAN PENGGUNAAN


Penggunaan secara farmakologi dari obat yang mengandung kumarin terbatas.
Aesculin disebut sebagai penguat pembuluh vena dan protektif agen pada pembuluh
darah. Ektrak sweet clover digunakan pada pengobatan gejala insufiensi pembuluh darah
vena dan limfa. Beberapa furanokumarin merupakan fotosensitizer, yang diindikasikan
untuk terapi psoriasis dan vitiligo. Visnadin yang merupakan piranokumarin yang
diisolasi adri khella, telah diekstrak dan dipasarkan karena efeknya sebagai vasodialtor
pada pembuluh darah dan dipromosikan mempunyai aktiviats yang baik dalm pengobatan
kanker; yaitu sebagai imunostimulan pada aktivitas sitotoksik. 7-hidroksikumarin
dimetabolisme dengan cepat dihati sehingga pada beberapa kasus menyebabkan
hepatonekrosis. Sejumlah kecil obat yang mengandung kumain digunakan sebagai
fitoterapi, contohnya mouse-ear, angelica, ash, sweet woodruff, tetapi hubungan antara
kandungan kumarin pada obat dan aktivitasnya belum dapat dibuktikan.

8
9
6.KUMARIN UTAMA YANG TERDAPAT PADA OBAT
Kumarin
Kumarin itu sendiri dipasarkan di prancis sampai akhir tahun 1996. indikasinya
pada pengobatan limfedema karena radioterapi kanker payudara Dan pembedahan ( 90-
135 mg/hari ). Kasus timbulnya hepatitis dalam jumlah yang cukup besar karena
penggunaan kumarin ( 2-4 kasus dalam 10000 di Prancis ) menyebabkan kumarin ditarik
dari pasaran. Kasus kemtian akibat penggunaan kumarin dalm dosis besar juga
dilaporkan terjadi di Australia dan Switzerland. Kumarin masih dapat ditemukan dalam
dosis yang kecil pada obat yang mengandung sweet clover.
Peraturan pemerintah Prancis, termasuk di negara-negara eropa lainnya pada
tahun 1988, kandungan kumarin dalam makanan dan minuman tidak boleh lebih dari
2mg/kg,. Pada produk permen dan caramel serta minuman beralkohol kandungan
kumarin dibatasi sampai 10mg/kg., dan 50mg/kg untuk chewing gum.

Common horse chestnut ( kayu )


Aesculin, Aesculetin, 4-metilaesculetin
Aesculin ditemukan pada batang tanaman horse chestnut ( Aesculus
hipocastanum L ) tetapi dapat juga ditemukan pada tanaman lain. Glikosidanya
diperkirakan mempunyai aktiviats sebagai protektif agen pembuluh darah, demikian juga
dengan aesculetin dan turunan metilasinya yang diperoleh secara sintetik yang digunakan
sebagai obat tergantung pada formulasi ( kombinasi dengan flavonoid, ekstrak ruscus,
anastetik lokal, tokoferol dan asam askorbat ), atau digunakan pada pengobatan gejala
penyumbatan pembuluh darah. Produk fitoterapi yang mengandung tangkai batang
tumbuhan horse chestnut ini digunakan secara tradisional secara oral dar topikal, untuk
mengobati gejala kerapuhan pembuluh darah kulit (ecchymosis, petechiae ); atau untuk
pengobatan gejala insufiensi pembuluh vena ( memar pada lengan ); dan gejala hemoroid.

10
Sweet clover
Melilotus officinalis (L) Pallas, Fabaceae
Pucuk bunga dari sweet clover biasa digunakan sebagai obat, dan digunakan
untuk resep pada penyakit pembuluh darah vena minor.
Obat : Sumber dan komposisi. Sweet clover adalah tumbuhan kecil dengan
tangkai batang hijau, daun berbentuk triofolat dengan 2 stipula lanceolat, bunga dengan
sekelompok petal kuning pada tandan. Buah berupa polong. Umumnya terdapat disemua
negara Eropa, ia diketahui mengandung saponin dengan aglikon triterpen pentasiklik,
flavonoid, dan sekitar 15 asam fenolat. Semua spesies Melilotus mengandung
melilotosida, glukosida dari asam 2-hidroksisinamat yang berasal dari kumarin yang
terhidrolisis dan terlaktonisasi, khususnya pada daun muda. Pada keadaan terkontaminasi
dengan jamur asam 2-hidroksisinamat dimetabolisme menjadi bentuk dikumarol yang
berfungsi sebagai antikoagulan.
Gambar dikumarol dan melilotosida

Pengujian. Pemerintah Prancis melakukan identifikasi dengan karakterisasi secara


mikro dan makroskopik, pada bentuk potongan atau serbuk terdapat echinula biselular
yang menutupi trikom berupa segitiga sama sisi yang melekuk. Kumarin diientifikasi
dengan reaksi warna ( kopling dengan 4-diazoniobenzenilsulfonat ), dan dapat dilihat
gugus asam 2-hidroksisinamat melalui TLC pada ekstrak metanol.
Khasiat dan kegunaan. Pada penelitian dengan hewan menunjukkan aktivitas
antiedema dari ekstrak sweet clover, dan juga dapat meningkatkan laju pembuluh vena
dan limfa, serta dapat menurunkan permeabilitas membran kapiler. Kumarin tidak
berfungsi sebagai antokoagulan, tetapi dapat menstimulasi sistem retikulo endoplasma
dan meningkatkan kekuatam makrofak proteolitik.

11
Ekstrak sweet clover yang dikombinasi dengan rutin ( 5 mg kumarin untuk 1 g
ektrak cair stsu 30 mg ekstrak kering ) pada penelitian klinik plasebo diindikasikan untuk
pengobatan gejala insufiensi pembuluh darah vena dan limfa ( pada lengan sakit, memar,
lengan kaku ) dan pada pengobatan gejala penyumbatan pembuluh darah akut. Kombinasi
lain ( hesperidin-metilalkon ) diinkasikan untuk pengobatan penyakit akibat penggunaan
kontrasepsi yang berhubungan dengan saluran kemih, yang diuji secara klinis dan uji
lainnya. Di Prancis, fitofarmaka sweet clover biasa digunakan secara tradisional baik
secara oral maupun topikal, untuk pengobatan gejala gangguan pada pembuluh darah
kapiler (ecchymosis, petechiae ), untuk pengobatan gejala insufiensi pembuluh vena
(memar pada lengan ), dan gejala hemoroid. Digunakan secara oral untuk gangguan
saluran cerna ( perut kembung, gangguan pencernaan, eruktasi, masuk angin ), adan
sebagai terapi tambahan paada pengobatan gangguan fungsi saluran cerna, dan
pengobatan gejala penyakit susunan syaraf pada oarng dewasa dan anak-anak, contohnya
untuk penyakit insomnia minor. Pada tahun 1998 pemerintah Prancis menyatakan bahwa
obat ini tidak dapat digunakan secara topikal karena dapat menyebabkan iritasi mata atau
gangguan etiologi pada mata ( misalnya mata tegang dan berkabut ).
Pemerintah Jerman membatasi penggunaan obat ini yaitu hanya untuk pengobatan
yang berhubungan dengan pembuluh vena dan limfa, yaitu gatal-gatal, kaku pada lengan,
kejang pada malam hari, edema, sindrom post-trombosit, penyumbatan limfa, dan
hemoroid. Preparat dan obat ini juga digunakan untuk memar, keseleo, dan pendarahan
luar ( aktivitasnya telah diujikan pada hewan ). Kumarin yang berfungsi sebagai
antikoagulan yaitu kumarol yang diperoleh dari sweet clover yang terkontaminasi oleh
jamur. Dikumarol juga berfungsi pada penanganan intoksifikasi pada ternak.

Khella
Ammi visnaga lam,. Apiaceae
Khella merupakan herba tahunan mediterranean yang tumbuh liar di Marocco
sampai daerah timur, dan mempunyai daun bi atau tripinnatiset dengan segmen linear dan
bunga berkelompok bewarna putih. Obat ini terdiri dari (khususnya di jerman ) terdiri
dari buah dengan mericarp tipis, rata, dan terpisah serta rasa yang snagat pahit.

12
Senyawa utama dalam simplisia ini telah diidentifikasi yaitu furanokromon (2-4%) yang
meliputi khellin (0,3-1,2%), visnagin (0,05-0,3%), khellol, dan khellinol, dan agular
kumarin yang meliputi visnadin, samidin, dan dihidrosamidin. Obat ini juga mengandung
lipid (sampai 18%), furanoasetophenon, flavonoid (flavonol dan flavonol sulfat), dan 0,2-
0,3 ml/kg essensial oil.
Khellin merupakan plasmolitik agent. Visnadin merupakan vasodilator pembuluh
darah dan inotropik positif, bradikardik dan apasmolitik agent, hal ini mungkin
disebabkan oleh cara kerjanya yang menghambat aktivitas kalsium yang telah diuji secara
in-vitro. Khellin meyerupai karbocromen (INN), suatu kumarin sintetik yang terdapat di
beberapa negara eropa, tetapi tidak di Prancis, telah digunakan sabagai terapi pencegahan
Angina pektoris. Ia juga digunakan sebagai vasodilator pembuluh darah di Jerman karena
khella jarang digunakan dalam bentuk infus tetapi khellin dan ekstrak titrasi dari khellin
sering digunakan dalam komposisi obat spasmolitik.
Gambar struktur khellin dan visnadin

Buah lain dari spesies Ammi adalah A.majus L,. Yang secara industri merupakan
sumber furanokumarin, khususnya Xanthotoksin (ammoidin = 8-methoksiproralens = 8-
MOP =metoksalen ). Kombinasi regimen pengobatan dari psoralen (P) dan radiasi UV
pada panjang gelombang 320-400 nm, umumya mengacu pada UVA, yang merupakan
akronim dari PUVA.

13
Mouse – Ear
Hieracium pilosella L,. Asteraceae
Mouse ear juga disebut sabagai hawkweed (rumput elang), merupakan tanaman
kecil yang menutupi halaman rumput, dengan daun oval roset (1-12 x 0,5-2 cm ) yang
ditutupi dengan rambut putih perak, bunga berambut yang berada ditangkai batang, dan
capitulum bewarna kuning sulfur yang ditutupi oleh glandular trikom yang bewarna
kehitaman. Seluruh bagian tanaman dipakai dan mengandung umbeliferon (dalam bentuk
glikosida), turunan orto-dehidroksi sinamat (tidak lebih 2,5%), dan flavonoid, serta inulin
yang terdapat pada akar. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan umbeliferon
mempunyai aktivitas sebagai bakteriostatik, yang digunakan pada pengobatan brucellosis
dalam vaksin ternak. Tidak ada data baik secara klinik atau farmakologis, tetapi secara
tradisional digunakan untuk meningkatkan fungsi eliminasi ginjal dan untuk
meningkatkan eksresi air di ginjal.

Angelica
Angelica archangelica L,. Apiaceae
Simplisia ini terdiri dari akar yang dikeringkan, tanaman ini merupakan tanaman
dua tahunan yang hidup ditemapt lembab, tumbuh diantara tanaman lain, petiolanya
digunakan dalam industri permen, dan bahan awal pembuatan minuman keras. Obat ini
mengandung essensial oil yang kaya hidrokarbon sampai 6 ml/kg ( β- dan α-phellandren,
a-pinene, ∆3-carene, sesquiterpen hidrokarbon ) dan dapat dikarakterisasi dengan lakton
makrosikliknya (15-pentadecalonida, 13-tridecalonida ) (2ml/kg) dan kandungan pada
akar lateralnya 2,5 kali lebih banyak daripada akar utama. Ia juga mengandung sejumlah
kumarin, meliputi kumarin sederhana, furanoid, dan hidroksiisopropilfuranoid, serta
kumarin angular dan linear (e.x oshtol, bergapten,xanthotoksin, angelicin, dan
archangelicin ). Tampaknya belum ada studi farmakologis mengenai obat ini, essensial oil
mempunyai efek spasmolitik pada organ yang telah diisolasi. Secara tradisional akar dan
buah angelica digunakan secara oral untuk mengobati gejala gangguan saluran
pencernaan (perut kembung, gangguan pencernaan, eruktasi, masuk angin ), dan
digunakan sebagai bahan tambahan pada pengobatan penyakit gastrointestinal yang

14
berbahaya. Di jerman dan prancis obat ini digunakan sebagai penambah nafsu makan
tetapi hanya bagian akar saja. Selama pengobatan pasien disarankan untuk tidak terpapar
cahaya matahari atau radiasi UV ( furanokumarin dapat menyebabkan fotodermatitis )
Angelica digunakan secara luas di asia. Di China akar kering dari A.dahurica
digunakan sebagai analgetik dan antipiretik ( untuk sakit kepala dan sakit gigi ) dan
A.sinensis (oliv) dgunakan untuk hal yang sama. Di Jepang A.acutiloba dipakai seluruh
bagiannya sebagai obat.

Sweet Woodruff
Galium odoratum (L) Scop,. Rubiaceae
Sweet woodruff ( juga disebut Asperula odorata L.) mempunyai karakteristik
yaitu qudrangular tangkai batang yang bewarna kehijauan, pada setiap nodus terdapat dua
acuminata dan daun yang terang (2-4 x 0,5-1 cm) dengan tepi daun yang kasar jika
disentuh, dan dengan 4-6 stipula yang identik dengan daun. Bunga (0,3 cm) bewarna
putih kekuningan dan mempunyai corola berbentuk lonceng dengan 4 lobus. Simplisia
kering mengandung kira-kira 1% kumarin dan iridoid; asperulosida. Dalam farmakope
francis obat ini diidentifikasi dengan karakteristik mikroskopis dan analisa TLC dari
ekstrak metanol (identifikasi kumarin). Bagian atas dari sweet woodruff digunakan secara
tradisional untuk pengobatan gejala neurotonik (gangguan tidur) dan juga untuk
mengobati penyakit saluran pencernaan (seperti angelica ). Pemerintah Jerman melarang
penggunaan obat ini karena belum ada bukti yang kuat, dan belum diketahui resiko
penggunaan obat ini.

Tonka Bean / Kacang Tonka


Dypterix odorata (Aublet) Willd,. Fabacea
Dikebunklan didaerah Venezuela, tanaman ini digunakan bijinya yang
mengandung 1-3 % kumarin. Biji ini seperti spesies Dypterix lainnya di Brazil digunakan
sebagai penyedap tembakau. Kumarin sintetik digunakan dalam industri parfum.
Kumarin juga ditemukan sebagai komponen substansial dalam berbagai jenis Poaceae
( e.x Anthoxanthum odoratum L).

15
7. FURANOKUMARIN DAN FOTOTOKSISITAS
Telah lama diketahui bahwa berbagai spesies tanaman dari berbagai belahan dunia
dapat menyebabkan hiperpigmentasi sementara. Dikatakan bahwa jus dari Ammi visnaga
L. (Apiaceae) digunakan oleh bangsa Arab untuk menghilangkan bekas vitiligo dan
pengobatan ayurveda menggunkan biji Psoralea (Fabaceae) untuk tujuan yang sama.
Spesies ini dan spesies lainya juga diketahui dapat menyebabkan dermatitis akut,kadang-
kadang dapat menyebabkan kulit melepuh. Dalam banyak kasus hiperpigmentas terjadi
dalam waktu lama (dermatitis kronik ). Jika perawatan dihentikan maka gejala tersebut
akan hilang (kompres dingin, kortikosteroid tertentu ). Untuk kejadian fototoksisitas
terjadi jika pasien yang sedang menggunakan tumbuhan ini atau produknya terpapar
cahaya matahari dan mereka ditangani dengan meningkatkan kelembaban tubuh mereka.
Senyawa fototoksik diketahui sebagai furanokumarin, psoralen, bergapten (5-
methoksypsoralen = 5-MOP ), dan xantotoksin ( xanthotoksol= 8-MOP ), dan angular
furanokumarin yang tidak terlalu toksik ( pimpinellin, angelicin). Telah dibuktikan bahwa
furanokumarin dapat mengalami sikloadisi pada C-3, C-4, atau pada C-4’, C-5’ atau pada
rantai DNA pirimidin basa. Furanokumarin mungkin dapat mengalami satu atau lebih
sikloadisi dan pada temuan terakhir, furanokumarin dapat membentuk formasi rantai
silang antara pasangan basa asam nukleat, dan mengakibatkan kesalahan genom. Reaksi
inilah mungkin yang menyebabkan fototoksisitas, mekanisme ini yang dapat dielusidasi,
dan yang dapat menjelaskan penyebab reaksi mutagenik dan karsinogenik.
Gambar Psoralens, bergapten, xantotoksin, Angelicin, Pimpinellin.

16
A. SPESIES UTAMA YANG MEYEBABKAN FOTOTOKSISITAS
Tumbuhan ini meliputi beberapa spesies tumbuhan Eropa kecuali tumbuhan Ficus
carica L., moraceae, dan beberapa family Apiacea dan Family Rutaceae.
Hampir beberapa tanaman yang dibudidayakan dapat menimbulkan dermatitis,
hal ini dapat dilihat pada petani dan karyawan yang bekerja pada perusahaan yang
mengolah tanaman tersebut. Tumbuhan yang menyebabkan fototoksisitas meliputi
angelica; seledri, paterseli, lovage dan beberapa spesies citrus. Spesies lain pada saat ini
diduga tidak menyebabkan fototoksisitas karena mereka ditemukan pada lingkungan
alam kita (seperti kasus hogweed, Heracleum sphondylium L., untuk kebun wartel,
Pastinaca sativa L., dan tanaman Ruta graveolens L,.) atau karena tanaman tersebut
dibudidyakan untuk tanaman hias seperti varietas holtikultura dari fraxinella ( Dictamnus
Albus L,. ) atau tanaman hogweed raksasa ( Heracleum mantegazzianum
Sommier&Levier ). Tentu saja, resiko fototoksisitas yang sama juga terdapat dalam
produk dermatologi, parfum dan kosmetik yang diformulasi menggunakan
furanokumarin atau essensial oil dari citrus ( khususnya bergamot ). Resiko fototoksisitas

17
setelah injeksi sangat terbatas, walaupun beberapa kasus jarang terjadi, seledri dapat
menyebabkan manifestasi fototoksisitas khususnya pasien dalam perawatan PUVA.

A. KUMARIN LAIN YANG BERSIFAT TOKSIK


Beberapa kumarin yang disintesis olah Jamur tingkat rendah, contohnya
aflatoksin sangat bersifat karsinogenik. Racun ini berbentuk polisiklik yang dibiosintesa
dari decaasetat yang diproduksi oleh beberapa strain Aspergillus yang dibiakkan pada
kondisi temperatur dan kelembaban yang cocok. Racun ini harus diuji secara hati-hati
pada makanan hewan ( penangas air) dan makanan manusia ( minyak, susu, mentega ).

8. KEGUNAAN FURANOKUMARIN
A. KEGUNAAN DALAM BIDANG KESEHATAN
Khasiat sebagai fotodinamik sensitizing dari bergapten dan metoksalen digunakan
dalam pengobatan PUVA, atau fotokemoterapi dari psoriasis dan penyakit kulit lainnya.
Teknik pemberian biasanya secara oral, furanokumarin ( 0,6 mg/kg dari 8-MOP atau 1,2
mg/kg dari 5-MOP ) 2-3 jam kemudian disinari dengan radiasi UV pada panjang
gelombang (320-380 nm atau UVA ). Penyinaran dengan radiasi UVA harus diawali
dengan energi rendah ( 1-3 J/cm2 ) dan pada energi yang tinggi yaitu 6-8 J/cm2 ), hasilnya
dapat dilihat setelah penanganan selama tiga sesi setiap minggu, untuk beberapa psoriasis
dilakukan selama 20 sesi. Pengobatan lokal yang mungkin dilakukan ( contohnya pada
kasus insufisiensi hepar ), tetapi harus diketahui penyebabnya terlebih dahulu.
Pengobatan PUVA kontraindikasi dengan wanita hamil dan anak-anak, pada kasus
penyakit kulit yang disebabkan oleh sinar matahari dan kasus insufiensi ginjala atau
jantung. Terapi ini bukan tanpa resiko: penyakit saluran pencernaan ( 8-MOP ), kulit
kering, fotosensitasi ( pruritus, terbakar, namun demikian radiasi yang berlebih dapat
dicegah dengan pakaian pelindung dan sunscreen0, dan juga dapat mempercepat
mengerasnya lensa mata (dapt dicegah dengan menggunakan kaca mata selama
pengobatan ), penuaan kulit dan masalah pigmentasi. Pengobatan jangka panjang dengan
PUVA dapat meningkatkan resiko terkena kanker: diteliti pada akhir tahun 1990an yang

18
menunjukkan bahwa timbulnya sel karsinoma dan melanoma setelah beberapa tahun
perawatan. Namun demikian, para ahli merasa bahwa selama jumlah indikasi terbatas,
remaja dan pasien dengan kulit normal terhindar dari resiko ini, pengobatan pertama
harus diawasi, jumlahs sesi dan jumlah dosis ( kumulatif maksimum 1500 J/cm 2 ) harus
dikontrol. Pengobatan PUVA tetap digunakan terutama untuk psoriasis ekstensif, karena
dapat memperbaiki kualitas hidup pasien.

B. KEGUNAAN LAINNYA, PRODUK KOSMETIK


Produk alam seperti minyak bergamot digunakan sebagai fotodinamik sensitizier
pada Sun lotion. Ia dapat meningkatkan jumlah melanosit sehingga jumlah melnin pun
meningkat, mekanisme inilah yang dapat melawan radiasi UV. Namun demikian
penggunaannya sebagai penyamak dan produk kosmetik bukannya tanpa resiko: yaitu
dapat menimbulkan gejala yang berhubungan dengan fototoksisitas. Reaksi fototoksisitas
dapat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti jenis kulit, kelembaban kulit, lama waktu
antara penggunaan produk yang mnegandung furanokumarin dan irradiasi, durasi,
frekuensi irradiasi dan lain-lain. Faktor yang menentukan terjadinya dermatitis adalah
pembawa yang digunakan: untuk dosis yang sesuai, larutan minyak (atau minyak/emulsi
air) tidak menimbulkan reaksi, dimana larutan alkohol dapat menyebabkan terjadinya
penetrasi dan menimbulkan fototoksisitas.
Peranan furanokumarin telah ditunjukkan dalam kejadian kanker kulit telah
menimbulkan pertanyaan mengenai kebijakan penggunaannya pada sun lotiondan produk
lainnya. Selama beberapa tahun, beberapa perusahaan membatasi kadar furanokumarin
pada produk mereka sampai 15 ppm, dan pada tahun 1995 CAPT (komite eropa untuk
penyesuaian kemajuan teknik industri ) mengajukan sebuah instruksi yang mewajibkan
bahwa produk yang berhubungan dengan Sun produk tidak boleh mengandung lebih dari
1 ppm psoralen jika tidak akan ditarik dari pasaran.
Sebuah uraian tentang 3-aril dan 4-arilkumarin. Secara biosintetik 3-arilkumarin
merupakan isoflavonoids. Biosintesis dari 4-arilkumarin ditunjukkan secara hipotesis,
taitu merupakan turunan 2’-asam sinamt terhidroksilasi, yang juga merupakan turunan

19
flavonoid. Ia dibentuk seperti neoflavans yaitu dengan kondensasi dari 1-fenilpropan
menghasilkan sebuah aren yang dicapai melalui kondensasi sebuah poliasetat.

20
TRITERPEN

Sekitar 4000 senyawa triterpen berasal dari 40 skeleton yang berbeda, senyawa C-
3O berasal dari siklisasi epoksi-3S-2,3-epoksi-2,3-dihidrosqualen atau pada temuan lain
yang sangat jarang senyawa tersebut berasal dari squalen itu sendiri. Triterpen umumnya
mengalami hidrosilasi pada C-3 ( Karena berasal dari pembukaan cincin epoksida ),
triterpen memperlihatkan homogenitas struktur yang tinggi: perbedaan umumnya pada
konfigurasinya dan pada rantai yang menghubungkan konformasi yang berasal dari
squalen epoksida ( atau dari squalen ) dengan rantai siklik: hal ini sebagai akibat dari
siklisasi yang dapat melalui perubahan pada seri 1,2 proton dan gugus metal, yang dapat
digunakan untuk rasionalisasi perbedaan karakteristik antara tetra dan pentasiklik
skeleton.
Homogenitas struktur juga diperilhatkan oleh steroid, senyawa yang
dikleompokkan berdasarkan khasiatnya, seperti fitosterol, saponin, ecdysteroid, glikosida
jantung, steroidal alkamine, yang semuanya mempunyai rantai dasar yang sama.
Gambar tetrasiklik triterpen, steroid, pentasiklik triterpen.

Jika dilihat secara sekilas , memang tidak ada perbedaan secara fundamental
antara triterpen dan steroid, pertimbangan ini didasarkan tanpa melihat adanya triterpen
tetrasiklik, atau tidak adanya gugus metal ( pada saat ini gugus metal pada C-4 dan C-14
selalu digunakan untuk membedakan steroid dan triterpen ). Hanya dengan pertimbangan
biosintesis memungkinkan untuk memisahkan dua kelompok senyawa ini : senyawa
seperti sikloartenol (C30 ) diduga sebagai 4,4-dimetilsterol ( sterol merupakan
prekursornya ), dimana euphol dan dammarans ( juga merupakan C30 merupakan triterpen

21
tetrasiklik. Memisahkan dua senyawa ini tidaklah mudah, contohnya darimana
Cucurbitasin berasal ? melalui sterol yang merupakan turunan protostan atau menurut
banyak peneliti termasuk kelompok triterpen tetrasiklik.

KEGUNAAN TRITERPEN DAN STEROID

Dilihat dari kegunaan secara industri dan kegunaan terapeutiknya, triterpen dan
steroid merupakan metabolit sekunder yang cukup penting.

- digunakan sebagai glikosida jantung, dimana belum ada produk sintetik yang
dapat menggantikannya.

- Spirostan-tipe saponin, sitosterol dan dan stigmasterol digunakan sebagai starting


material pada berbagai pendekatan boiteknologi. Mereka juga berperan dalm
memenuhi kebutuhan industri farmasi untuk pengobatan dengan steroid
( kontrasepsi, anabolic dan antiinflamasi )

- Beberapa saponin digunakan dalam campuran obat, digunakan untuk ekstraksi


senyawa aktif ( aescin, glycyrrhizin ), untuk menghasilkan galenik sederhana,
atau untuk menyiapkan produk fitoterapeutik.

- Licorice digunan sebagai pemanis rendah kalori, digunakan secara luas pada
industri makanan

- Saponin digunakan untuk menurunkan nutrisi hewan ternak (alfalfa ) atau


menanam tumbuhan yang familiar dilingkungan kita yang tidak bersifat toksik

- Mempunyai banyak potensi pada berbagi bidang , contohnya sebagai sitotoksik,


insektisida, anti-inflamasi, untuk membasmi hewan moluska, analgesic, dan
banyak lagi.

BIOSINTESIS TRITERPEN DAN STEROID

22
Walaupun steroid terdapat dalam hewan,jamur, alga, dan tumbuhan tingkat tinggi
kesemuanya dicapai dengan jalur umum yaitu dari asetat, melalui mevalonat, menjadi
squalen epoksida, pada pengujian lebih dalam hal ini menunjukkan bahwa jalur
biosintesis seperti ini sangat menyimpang. Sterol pertama kali disintesis dari hewan dan
lanosterol dari jamur. Eucaryotes dapat melakukan fotosintesis ( Alga, Bryophyta,
Pteridophyta, Spermatophyta ), semua sterol (fitosterol, cardenolida, spirostan,
solanidan ) dicapai melalui dimetilasi sikloartenol dan pembukaan cincin 9ß,19-
siklopropan. Sebagi tambahan organisme tumbuhan ini dapat mensiklisasi squalen
epoksida dalam sebuah konformasi yang akan menjadi triterpen tetrasiklik pada
tumbuhan Euphorbiaceae, saponin dengan aglikon triterpen pentasiklik atau menjadi
modifikasi triterpen dari Rutales ( quassinoid, meliacin, limonoid )

SIKLISASI PERTAMA

Pada pembukaan epoksida diawali dengan proses siklisasi. Supaya siklisasi ini
terjadi, enzim siklisasi harus menstabilkan konformasi dari polyisopren dengan cara
memenuhi electron ruang ( stereoelektronic ). Ini merupakan konformasi awal dari
squalen epoksida yang akan menentukan orientasi biosintesis kearah steroid dan
cucurbitacin, atau menjadi triterpen lain yang sesuai dengan jalur ini.

Gambar squalen-2,3-oksida

23
1. Jika squalen epoksida membentuk konformasi kursi-perahu-kursi , maka siklisasi
akan membentuk sebuah protostan yang merupakan precursor perantara sikoartan
dan cucurbitan, pada seri 1,2-prton dan gugus metal ( bagian ini kemungkinan
dibentuk dari susunan proton trans-antiparalel dan gugus metal pada C-17, C-13,
C-14, dan C-8 )

2. Jika squalen epoksida membentuk konformasi kursi-kursi-kursi, maka siklisasi


akan membentuk dammaran, yang dapat juga mengalami rearrangement :

- menjadi tirucallol dan euphol yang merupakan precursor limonoid dan quassinoid

- pada banyak kasus akan membentuk cincin tambahan yang akan menjadi triterprn
pentasiklik ( oleanan, lupan, ursan, friedelan, dan taraxastan )

- atau pada kasus yang snagt jarang akan membentuk senyawa tetrasiklik dengan
cincin D segienam.

3. sebuah kasus yang sangat special akan membentuk triterpen tanpa gugus hidroksi
pada atom C-3. mereka umumnya merupakan turunan squalen: hopan, fernan
( konformasi awalnya merupakan konformasi kursi-kursi-kursi-perahu.

4. pada beberapa kasus siklisasi hanya terjadi sebagian ( polipodatetraen,


malabarican ) atau pada kebalikannya ia akan menjadi sempurna ( boehmerol,
arborinol : konformasi kursi-perahu-kursi-kursi-perahu ) atau bahkan diawali dari
precursor ( onoceran ). Beberapa struktur yang tidak biasa juga dijelaskan
( Aldehid C-31 dari Iris ), khususnya pada kingdom Hewan ( siphonal dari
Spongia ).

Gambar triterpen

24
25
26
27
FORMASI TRITERPEN

Walaupun sejumlah tritepen menunjukkan serangkaian hipotesis tertentu, namun


demikian hal ini didukung oleh fakta yang mengemukakan reaksi yang dapat dicapai
secara in-vitro dalam medium asam, dibawah kondisi yang menyerupai biosntesis. Lebih
jauh, sejumlah percobaan yang diberi senyawa berlabel, diantaranya dengan C-13 yang
dilabel dengan asetat telah dilakukan, hal ini menunjukkan validitas beberapa mekanisme
yang telah dikemukakan.

Modifikasi kedua dari triterpen adalah agak terbatas : hidroksilasi tambahan,


dehidrogenasi, gugus metal angular, dan laktonisasi adalh reaksi yang paling umum
terjadi. Sebuah pengecualian ditunjukkan oleh beberapa family Rutales ( Rutaceae,
Meliaceae, Simaroubaceae, dan Cneoraceae ) dimana skeleton tetrasiklik awal dapat
mengalami modifikasi besar : oksidasi, pembukaan dan penutupan cincin, eliminasi rantai
samping, dan lainnya.

Gambar

28
29
30
31
TRITERPEN LAINNYA

A. Cucurbitacin

Cucurbitacin merupakan triterpen tetrasiklik yang dicapai melalui rearrangement dari


protastan. Mereka bersifat tidak jenuh dan mempunyai banyak fungsi, mereka terdiri dari
sembilan atom oksigen, umumnya berada dalam bentuk glikosidanya, dan khususnya
terdapat dalam famili Cucurbitaceae. Senyawa ini bersifat toksik ( LD50 pada mencit
mendekati 1mg/kg dengan pemberian secara IP ), berasa pahit, bersifat sitotoksik, dan
ditambahkan pada obat karena mempunyai efek purgative : biji Colocynth ( Citrullus
colocynthis [L] Schard ), jus buah mentimun liar ( Ecballium elaterium [L] A. Rich ) dan
akar Bryony ( Bryonia cretica dan spesies lainnya ) juga berkhasiat sebagai
pencahar/purgative. Walaupun obat ini telah lama ditinggalkan sebagai allopati dan
fitoterapi seperti byony tetapi masih digunakan sebagai homeopati.

Cucurbitacin juga telah diisolasi dari tumbuhan lain seperti Gratiola ( Gratiola
officinalis L., Scrophulariaceae ); mereka dijelaskan mempunyai efek sebagi pencahar
dan emetic tetapi pada saat sekarang ini tidak dipakai lagi.

BRYONY

Bryonia cretica L. subsp.dioica (Jacq) Tutin, Cucurbitaceae

Tanaman toksik ini merupakan tumbuhan perennial yang memiliki panjang dahan
5 m dengan daun yang lebar yang dipenuhi oleh rambut kasar, dan sulut\r yang
memudahkan untuk memanjat pohon tersebut. Akarnya, dahulu digunakan sebagai
purgative, yang mengandung cucurbitasin glkioksida, termasuk bryodulcosida, bryosida,
bryonosida, cucurbitasin L, bryoamaride, dan bryodiosida A-C. semua bagian tumbuhan
ini toksik, namun demikian kandungan kimianya tidak diketahui seperti pada akar. Jika
terkena kulit, akar segar akan menyebabkan kulit kemerahan, iritasi dan bengkak pada
kulit. Keracunan oleh buah ( < 10 untuk anak-anak ) akan menyebabkan mual, sakit
perut, diare, dan pada kasus lain daapt menyebabkan agitasi. Bryony diterangkan dalm
farmakope Prancis ( edisi X,. IV.7.b ), merupakan spesies yang setelah dievaluasi rasio

32
manfaat dan kerugiannya menunjukkan hasil yang negative. Pada saat sekarang ini
penggunaan satu-satunya dari zat ini adalh sebagai Homeopati. Di Armenia, akar dari
spesies yang mirip yaitu Bryony putih ( Bryony alba L. ) digunakan sebagai tonik dan
adaptogen.

Gambar struktur Asam betulinat dan cucurbitacin C.

33
34
B. JENIS TRITERPEN

BIRCH

Betula spp., Betulaceae

Simplisia ini terdiri dari daun kering ( Farmakope Eropa,Ed III,.1998 ), baik
seluruh bagian atau daun yang telah dipotong dari Betula pendula Roth, atau B.
pubescent, atau keduanya, atau hibrida dari dua spesies tersenut. Daun B. pendula
ujungnya berbentuk acuminate panjang, sedangkan B.pubescent ujung daun berbentuk
elongate dan berambut. Tumbuhan ini mengandung 1,5 % flavonoid, berupa Hyperin
( yang ditunjukkan dari Colorimetri setelah reaksi dengan AlCl3 )

Daunnya mengandung banyak flevonoid ( 2-3 % ): rutin, quersetin, hyperin, dan


glikosida lain dari quersetin ( 3-O-glucoronyl, 3-O-arabinosil ), glikosida kaempferol dan
myricetin, flavon termetilasi, dan banyak lagi termasuk asam fenolat dan turunan
triterpen dari lupan dan dammaran ( dalam bentuk bebas maupun teresterifikasi oleh
asam malonat ).

Tidak data mengenai efek farmakologis aatau data klinis, di Prancis obat ini
digunakan secara tradisional secara oral ( Dalam Farmakope Prancis. 1998 ) : 1.
digunakan untuk meningkatkan urinasi dan fungsi eliminasi digestif, dan 2. untuk
meningkatkan eliminasi air di ginjal. Oleh pemerintah Jerman daun tumbuhan ini
dijelaskan mempunyai efek diuretic: dalam monografi tumbuhan ini digunakan untuk

35
inflamasi dan infeksi saluran kemih dan untuk lithiasis urinasi. Ini juga digunakan untuk
pengobatan penyakit reumatik, walaupun tidak dicantumkan dalam etiket.

Ranting tumbuhan ini mengandung turunan Lupan dalm jumlah besar ( lupeol dan
turunan terhidroksilasi, betulinol, asam betulinat ) termasuk dammaran, yang
teresterifikasi pada gugus hidroksi pada C-3 oleh asam malonat ( asam papyriferat ).
rantingnya juga mengandung arylbutanoid, dan glikosidik diarylheptanoid. Seperi daun
ia juga bermanfaat sebagai diuretic.

Asam betulinat bersifat toksik baik secara in-vitro maupun in-vivo: ia dapat
menghambat pertumbuhan melanoma manusia pada mencit secara selektif, dengan
induksi apoptosis. Amida tertentu dari asam betulinat ( amida dari asam 11-amino-
undecanoat dan RPR 103611 ) bersifat poten dan selektif inhibitor terhadap replikasi
HIV-1. IC50 dari beberapa strain adalah sekitar 10 nM. Mereka tidak aktif terhadap enzim
virus (protease, reverse transcriptase ), tetapi ia dapt mencegah pembentukan syncytium
dan menghalangi masuknya virus kedalam sel. ( tercatat bahwa penelitian tertentu yang
menjelaskan kegunaan seperti ini menggunakan asam betulinat yang diisolasi dari ranting
tumbuhan “ Platanus hybrida Brot. “ Platanaceae ).

BLACK COSOSH

Cimifuga racemosa (L) Nutt, (=Actea racemosa L ), Ranunculaceae

Merupakan tumbuhan herba Amerika utara, dikenal juga sebagai snakeroot hitam
atau rattleroot, yang diketahui penggunaanya sebagai anti-inflamasi, diuretic, sedative,
dan antitusif. Rizom dan akarnya (BHP 1990) mempunyai aktifitas estrogenic, dan secara
tradisional digunakan untuk meringankan berbagai penyakit gynecological minor. Secara
kimia, bagian subterranean mengandung formononetin, yang merupakan dasar aktifitas
estrogenic, karena isoflavon mengikat reseptor estrogen secara kompetitif ( ovarioktomi
pada uterus tikus ). Ia juga mengadung turunan triterpen tetrasiklik dari sikloartenol,
dimana rantai samping dioksidasi dan disklisasi oleh ketalisasi ( actein, cimifugosida ).
Pada hewan, ektrak tumbuhan ini merupakan hypotensiof agent, sebagai vasodilator,
spasmolitik dan anti-inflamasi. Di Prancis, obat ini sesungguhnya tidak digunakan

36
( kecuali sebagai homeopati ), ia masih digunakan di Jerman ( untuk masalah
neurovegatatif pada saat menopause, syndrome premenstrual ).

Gambar cimicfugosuda, asam 3-O-Asetil-11-ketoboswillat.

Salai guggal – Boswellic acids

Asam boswellat ( 3α-hydroksy-urs-12-en-23-oic acid ), 3-O-acetyl-11-asam keto


boswellat (=AKBA ), dan meupakan turunan yang aktif bilologis dari salai-guggal,
dengan kata lain oleo-gum-resin dihasilkan oleh Boswellia serrata Roxb. Ex Colebr.
(=B.glabra Roxb., Burseraceae ). Pengobatan tradisional dalam pengobatan ayurveda,
tumbuhan ini digunakan di India untuk mengobati bermacam-macam penyakit radang
kulit, khususnya ekstark alkoholnya ( Sallaki )®. Asam boswellat ini juga ditemukan
dalam olibanum (frankincense ), oleo-gum-resin dihasilkan oleh Boswellia carteri Birdw.

Aktivitas antiinflamasi dari asam boswellat ini telah dipelajari dam berbagai jenis
hewan berbeda ( yang diinduksi dengan arthritis dan edema ). Dibuktikan bahwa AKBA
dan asam boswellat merupakan inhibitor 5-lipoxygenase secara in-vitro, sehingga mereka
juga merupakan inhibitor sintesis leuotrien.

Uji pendahuluan pada tikus menunjukkan asam triterpenat tidak bersifat toksik,
akut atau kronis ( 1 g/kg/hari x 6 bulan ). Observasi klinis pada pasien arthritis membuat
para ahli berpendapat bahwa senyawa ini dapat digunakan untuk terapi tambahan.
Percobaan lebih jauh masih diperlukan untuk menentukan manfaat dari senyawa ini.

C.TRITERPEN TERMODIFIKASI

Banyak famili dari Rutales ( Rutaceae, Meliaceae, Simaroubaceae, Cneoreaceae)


dapat mengalami degradasi pada rangka triterpenoid. Modifikasi utama yaitu siklisasi
( limonoid ), atau eliminasi rantai samping C-17 ( hampir pada quassinoids ), serta
pembukaan cincin D melalui oksidasi ( quassinoid ), cincin A (limonoid), atau keduanya (

37
limonoid ). Pada beberapa kasus modifikasinya lebih dalam : pembukaan cincin B atau C,
dan diikuti dengan resiklisasi atau reaksi lainnya.

Limonoids

Lebih dari 300 limonoid dicapai melalui metabolisme dari 4,4,8-trimetil-17-


furanilsteroid. Precursor ini terbentuk dari ∆7 –tirucallol ( atau dari ∆7 –euphol ):
pembukaan 7,8-epoksida melalui migrasi gugus metal dari C-14 ke C-8, sehingga
menghasilkan C-14 yang tidak jenuh dan selalu menempatkan gugus hidroksi pada C-7.
oksidasi dari cicncin A atau cincin D, atau keduanya terjadi dengan mekanisme yang
serupa, contohnya oksidasi pada posisi α yang menyebabkan terjadinya reaksi Baeyer-
Villiger dan ketidakjenuhan. Rearrangement dan oksidasi yang mungkin seperti yang
terlihat dibawah ini.

Gambar

Ruataceae. Limonoid citrus yang tidak digunakan dalam dunia farmasi,


merupakan penyebab rasa pahit pada penyiapan jus buah . rasa pahit ini umumnya terjadi

38
pada semua citrus, tidak seperti rasa pahit pada buah anggur-angguran yang disebabkan
oleh adanya flavanon glikosida. Pada buah segar yang utuh , asam limonoid
monokarboksilat berada dalm bentuk garam yang tidak menimbulkan rasa pahit. Setelah
jus diperas, pengasaman menyebabakan laktonisasi menjadi limonin yang berasa pahit.
Dalam perdagangan, rasa pahit ini dapat menimbulkan berbagai masalah dan diperlukan
bioteknologi untuk menghilangkan rasa tersebut.

Melaiceae. Secara ekonomis famili ini menghasilkan kayu terbaik, African


mahoganies (Khaya garndifolia DC., K.ivorensis A.Chev., K.anthotheca (Welw) DC dan
banyak lagi ), handuran mahogany ( Switenia macrophylla King ), Africa barat mahogany
(Entadophragma utile [Dawe & Sprague] Sparague) dan berbagai spesies Turraeanthus,
Guarea, dan cedrelus.

Kontak dengan tanaman ini dapat menyebabkan reaksi alergi, dermatitis atau
gangguan pernapasan. Pada banyak kasus efek ini ditimbulkan oleh adanya triterpen
(contohnya anthothecol ).

NEEM

Azadirachta indica A.Juss ,. Meliaceaea

A.indica merupakan tanaman di India dan teraklimatisasi pada Africa Tropical.


Ranting, daun, dan oil dari biji digunakan secara luas sebagai obat. Rantingnya
digunakan sebagai tonik, daun dan minyak bijinya digunakan sebagai antihelmintik,
antiseptic, dan anti-parasit. Banyak terpenoid yang diisolasi dari berbagai tanaman
mengandung : diterpen ( turunan abietan ), dan banyak lagi diantaranya tetranorterpenoid
teroksidasi, temasuk azadirachtin, nimbolida, asam nimbidinat, azadirone, dan nimbin.
Beberapa aktivitas dari obat ini telah banyak diuji ( anti-malarial, anti-inflamasi, aktivitas
CNS ), tetapi hampir semua aktivitas tersebut ditimbulkan oleh azadiachtin. Senyawa ini
bereaksi dengan serangga sebagai antifedant. Sebagai tambahan, azadirachtin pada dosis
rendah mempengaruhi pengaturan neuro-hormonal pada serangga melalui mekanisme
yang kompleks, sehingga menganggu pertumbuhan larva dan perkembangan serangga;

39
menghambat pertumbuhan, menghambat icdysis, dan menyebabkan malformasi, semua
ini dapat digunakan sebagai insektisida yang lebih aman dan bermanfaat karena dampak
lingkungannya lebih kecil daripada pestisida sintetik. Beberapa produknya sekarang
beredar di amerika serikat ( e.x margosan-O, Azatin ); mereka mengandung azadirachtin
dan beberapa mengandung minyak biji Azadirachta, yang potensial untuk aktivitas
tersebut.

Quassinoids

Hampir semua senyawa pahit dari famili Simaroubaceae mempunyai rangka C 20


( atau C19 ); beberapa bagian dari rantai samping berasal dari precursor yang umum dan
ada yang mempunyai rangka C25 . Semua kelompok senyawa ini umumnya teroksidasi
dan termasuk lakton dalam bagian stuktur senyawa ini.

Berbagai quasinoid mengandung obat yang biasa digunakan sebagai tonik atau
sebagai insektisida, contonya quassias. Surinam quassia ( Quassia amara L ), Dan
Jmaican Quassia , dua pohon tinggi Carabbean yang digunakan sebagai kayu, kayak akan
quassin, mempunyai rasa pahit dan bersifat aperitif. Aplikasi potensial dari famili
simaroubaceae ini berhubungan dengan aktiviats biologis dari beberapa quassinoid.
Sebagai contoh quasinoid dengan ato C20 telah diisolasi dari Brucea, Ailanthus,
Simarouba, Castela, dan Simaba, yang mempunyai aktivitas citotoksik. Aktivitas ini
disebabkan oleh adanya jembatan ( 8,11 atau 8,13 ) teresterifikasi ( pada C-15 atau C-6 )
dan mempunyai cincin A yang tidak jenuh dan gugus hoidroksi pada C-11 Dan C-12,
contohnya bruceantin. Beberapa quassinoid mempunyai atom C20 dan sebuah jembatan,
mempunyai aktivitas sebagai antimalarial secara in-vitro dan pada dosis yang sangat
rendah ( IC 50 < 0.02 Μg/Ml ). Beberapa juga merupakan amebicida.

Gambar

40
41
KUINON

1.Pendahuluan

Quinon merupakan senyawa yang mengandung oksigen yang khususnya berasal


dari turunan Homolog aromatic teroksidasi dan dikarakterisasi dengan adanya bentuk
1,4-diketo-sikloheksa-2,5-dien ( para-quinon ) atau mungkin dalam bentuk 1,2-diketo-
sikloheksa-3,5-dien ( ortho-quinon ). Secara alamiah quinon terbentuk melalui ; dione
yang tekonjugasi menjadi inti aromatic ( benzoquinon ), terkonjugasi menjadi sebuah
sistem aromatik polisiklik terkondensasi,: naftalen ( naftoquinon ), antracen ( antraquinon
), 1,2- benzantren ( antrasiklinon ), naftodiantren ( naftodianthron ), perylen, fenantren
dan lain-lain.

Karena quinon diperoleh dari oksidasi fenol, timbul sebuah pendapat untuk
memasukkan pola quinon dalam kelas yang berbeda dari metabolit sekunder. Kemudian
beberpa jenis flavanoid quinon ditemukan ( dari oksidasi cincin B ), dan diikuti dengan
penemuan sejumlah quinon yang mempunyai rangka terpenoid. Pada penemuan terakhir
didapat quinon diterpenoid dengan rangka abietan, yang merupakan karakteristik
Lamiaceae. Pada kasus yang sangat jarang terjadi, bentuk quinon mungkin
dikombinasikan dengan sebuah nitrogen heterosiklik ( carbazolequinon )

Gambar struktur hal 410.

Benzoquinon dan naftoquinon dengan rantai poliisopren yang panjang, lipoquinon


atau bioquinon ; tidak dapat ditemukan disini. Sebagai tambahan, ubiquinon ( secara
umum ), plastoquinon, dan tokoferil-quinon ( pada tumbuhan tingkat tinggi dan alga )
termasuk pembawa electron pada respirasi sel dan fotosintesis, dan dengan demikian
tidak dianggap sebagai metabolit sekunder. Ada beberapa pemanfaatan phyllo dan
menaquinon ( Vitamin K )

42
2. DISTRIBUSI QUINON

Lebih dari 1200 quinon telah diterangkan, terutama dari kingdom tumbuh-
tumbuhan; pada angiospermae, Gymnospermae, Fungi, Lumut, dan sangat jarang pada
Filices. Kelompok ini jarang ditemukan pada kingdom hewan, khussunya pada
echinodermata dan Arthopoda.

Benzoquinon sederhana merupakan karakteristik dari Arthopoda dan agak jarang


pada tumbuhan tingkat tinggi, dimana mereka tampaknya spesifik pada familiy tertentu :
Myrsinaceae, Primulaceae, dan Boraginacea. Yang paling banyak tersebar adalah 2,6-
dimetoksi-1,4-benzoquinon yang mungkin merupakan produk degradasi dari lignin.

Distribusi naftoquinon terbatas pada Fungi dan tersebar luas pada Angiospermae.
Dan naftaquinon juga terdapat dalm bebrapa family dalam jumlah terbatas :
Bignoniaceae, Ebebaceae, Droseraceae, Juglandaceae, Plumbaginaceae, Boraginaceae,
Lythraceae, Proteaceae, Verbenaceae dan laninnya.

Anthraquinon tersebar secara luas : Fungi, Lumut, dan sedikit Spermatophyta.


Mereka ditemukan melimpah pada sekelompok anggota Family Angiospermae :
Rubiacea, Fbaceae, Ploygonaceae, Rhamnaceae, Liliaceae, Schophulariaceae, dan
lainnya, dan sering ditemukan dalm bnetuk glikosida.

3. BIOSINTESIS

Biosntesis quinon dikarakterisasi pada berbagai jalur metabolik yang terjadi pada
berbagai organisme untuk memperjelas jumlah beberapa prekursor mereka yang terbatas:
asetat dan malonat, mevalonat, dan fenilalanin.

Jalur Polyketida

Pada beberapa kasus, struktur quinon ditunjukkan dari biosintesanya yang melalui
siklisasi dari sebuah poli-β-ketoester : yang dapat berupa chrysophanol dan secara umum
membentuk 1,8-dihidroksianthraquinon; dapat juga dapat merupakan aleosaponarin I dan
senyawa yang berhubungan lainnya. Beberapa naftaquinon ( contohnya pada
plumbiginaceae )mempunyai ciri tertentu.

43
Jalur Mevalonat dan Asam Chorismat

Jalur lain yang banyak terjadi pada tumbuhan tingkat tinggi yaitu melalui sam o-
suksinilbenzoat (=OSB= asam 4-(2’-carboksifenil)-4-oxobutanoat).asam ini dicapai
melalui reaksi asam chorismat dengan asam α-ketoglutarat yang mebentuk thiamin
pirofosfat. Kemudian ini diasilasi oleh koenzim A dan mengalami siklisasi menjadi asam
1,4-dihidroksi-2- naftaoat (=DHNA), yang merupakan prekursor awal dari naftoqinon.
Pada kassu lain, khusunya pada Rubiaceae, jalur ini juga dapat menghasilkan
anthraquinon : dengan Isoprenilasi pada posisi 3-DHNA oleh dimetiallil pirofosfat
(=DMAPP), siklisasi, dan aromatisasi. Pada famili lain DMAPP mengalmi alkilasi pada
C-2.

Gambar biosintesis Quinon sederhana (hal 412)

Jalur Asam 4-hydoksibenzoat

Jalur Asam p-hydoksibenzoat terjadi pada Boraginaceae membnetuk naftoquinon


berupa shikonin dan isomernya alkannin. Asam 4-hydoksibenzoat dicapai melalui
metabolisme fenilalanin, yang bertindak sebagai penerima alkilasi oleh molekul genayl
pirofosfat (=GPP).

4.KHASIAT, EKSTRAKSI, PEMISAHAN DAN KARAKTERISASI

Dasar khasiat/efek dari quinon adalah sifatnya yang dapat membentuk


hydroquinon ( yang membuat mereka berperan sebagi reagent oksidasi ) dan
kecenderungannya untuk menambah nukleofilik.

Quinon bebas praktis ridak larut dalam air, dan dapat diekstraksi dengan pelarut
oraganik umum, dsan pemisahannya dilakukan dnegan teknik kromatografi umum.
Benzoquinon dan naftoquinon dapat dilakuakn dengan distilasi uap. Mereka cukup stabil
terhadap panas, tetapi masih ada kemungkinan pembentukan artefak, contohnya oksidasi
oleh silika gel pada 7-metiljuglone memnetuk metilnaftarizin dan dimernya, atau
metoksilasi naftoqunon oleh metanol.

44
Ekstraksi glikosida daapt dialkukan dengan air atau larutan hydroalkohol.
Penemuan bentuk tereduksi ( quinol, anthron ) sangat sulit dilakukan: harus dilakukan
pada temperatur rewndah, jauh dari cahaya dan di bawah nitrogen untuk mencegah
oksidasinya secara spontan selama proses ekstraksi.

Berbagai reaksi warna dapat digunakan untuk karakterisasi quinon. Yang paling
utama adalah reaksi Brontager’s, yang dilakukan dengan cara melarutkan quinon dalm
medium larutan alkali: larutan menampakkan warna dalam range tertentu, tergantung
pada struktur dan subsituen dari quinon itu sendiri, dari orange-merah menjadi
keunguan-violet. Reaksi ini juga dapat dilakuakn pada plat KLT. Pada kasus yang spesifik
dari 1,8-dihidroksianthraquinon denagn magnesium asetat sering terjadi membentuk
waran yang mantap.

Kuantitasi quinon dapat dilakukan dengan spektrofotometri, dan berdasarkan


reaksi warna diatas. Sekarang ini qualiti kontrol dari obat ini dalam perdagangan
dilakukan dengan HPLC ( pada fasa Normal, kondisi isokratik, dan deteksi UV).

5.EFEK BIOLOGIS DAB PENGGUNAAN OBAT YANG MENGANDUNG


QUINON

Benzoquinon yang alami tidak mempunyai efek terapeutik. Namun demikian


bentuk tereduksi dari 1,4-benzoquinon (e.x hydroquinon) yang terdapat dalam bentuk
glikosida, yang disebut Arbutin, molekul ini mmepunyai aktifitas seabagi antiseptik pada
proses urinasi. Pada sisi lain hidroquinon sintetik digunakan pada dermatological dan
industrial ( fotografi)

Banyak naftaquinon merupakan antibakteri dan fungisidal ( keberadaan mereka


menjelaskan resistensi beberapa hutan kayu tropis seperti kayu jati terhadap jamur,
serangga dan organisme xylophagous. Sifat nukleofilik dari molekul ini menjelaskan sifat
toksisitasnya. Aktivitas antiprotozoal dan antiviral telah banyak dijelaskan dan beberapa
molekul pada kelompok mempunyai toksisitas yang tidak dapat disepelekan. Sekarang
ini tidak ada naftaquinon dari alam yang dipasarkan untuk tujuan terapi, dan hanya

45
sejumlah obat dalam jumlah terbatas yang mengandung senyawa ini yang dipergunakan
untuk menghasilkan galenical ( contohnya Drosera sp )

Obat yang mengandung turunan 1,8-dihidroksianthraquinon mempunyai khasiat


sebagai laxatif, dan aktivitas ini telah diakui selama berabad-abad ( Cassia, Rhamnus ),
atau bahkan sejak ribuan tahun lalu ( Rheum ). Mereka terus digunakan secara luas.

Dalam waktu yang cukup lama, beberapa quinon yang berkhasiat obat digunakan
sebagai bahan celup. Dan juga termasuk tanaman yang mengandung nthraquinon, seperti
madder root ( Rubia tinctorium L., Rubiaceae ) atau yang mengandung naftaquinon
seperti alkanna root (=alkanet= Anchusae radix ) ( Alkanna tinctoria Tausch.,
Boraginaceae ) : dalam bentuk yang banyak mengandung alizarin ( aglikon dari asam
ruberythrtat ) dan yang banyak mengandung Alkannin. Mereka juga termasuk produk dari
hewan , contohnya pencelup kermes dari kermococcus vermilio, digunakan seabagia
bahan pencelup pada tekstil. Cochineal, pewarna yang sekarang ini banyak dipakai
( Eur.id.code E120 ), secara tradisional di ekstrak dari hewan betina yang dikeringakn dari
hemipter amerika tengah, Dactylopius coccus = Coccus cacti L., yang menagndung kira-
kira 10 % anthraquinon terhidroksilasi, asam karminat.

(R)-Shikonin ( sebuah isomer dari (S)-alkannin ) yang ditemukan pada


Boraginaceae oriental ( Lithospermum erythrorhizon Sieb & Zucc. ) yang diproduksi
dengan kultur jaringan dan dipasarkan sebagai pewarna pada kosmetik.

6. QUINON DAN ALERGI

Potensi allergenik dari beberapa quinon ( benzo dan naftaquinon) disebabkan oleh
fakta mereka nekerja sebagai hapten : dengan kombinasi mereka sendiri, melaui pusat
nukleofiliknya, dengan gugus amin dan gugus thiol pada makromolekul, mereka
menginduksi dermatitis dengan sensititasi. Salah saru contoh yan paling terkenal adalah
varietas hortikultura dari bunga mawar asal Asia, bunga mawar yang paling terkenal
Primula obconica Hance dan bunga mawar lainnya ( e.x P malacoides Franchet ).
Spesies ini dapat menyebabkan reaksi alergi lokal dan urtikarioa atau kemerahan pada

46
kelopak mata, pipi, dagu, leher, jari, tanagn dan lutut, pada tukang bunga dan tukang
kebun.

Gambar struktur primin,dll hal 414

Hal ini dapat menyebabkan oleh erythema dan juga edema, umunya dalam bentuk
gelembung. Molekul yang mnempunyai aktivitas sebagai allergenik adalah
alkilbenzoquinon, primin atau 2-metoksi-6-pentilbenzoquinon.

Masalah yang sama terjadi pada industri kayu. Pekerja yang berkontak dengan
serbuk gergaji kayu menderita konjungtivitas dan senagu. Erithema dan dermatitis yang
melepuh sering terjadi pada bagian belakang tangan, bagian bawah lengan, kelopak mata,
muka dan leher. Pada kasus yang jarang terjadi sebuah alergi dengan tipe yang sama
dapat disebabkan oleh adanya kontak yang lama dengan alat musik tertentu. Banyak
molekul diduga sebagai penyebabnya, diantaranya :

- Naftaquinon seperti lapachol, deoksilapachol dan senyawa yang berkaiatn erat dengan
senyawa yang terdapat pada kayu jati ( Tectona grandis L., Verbebaceae ), Tabebuia,
dan Tecoma ( iperpoxo, pau de a’arco, Bignoniaceae ), atau naftoquinon dari eboni ( dari
Madagascar, Afrika, atau pulau celebes, Diospyros sp., Ebenaceae ).

- dalberdiones atau puple wood dari Asia ( Dalbergia latifolia Roxb ), Africa (
D.melanoxylon Guill. Et Perr) atau Africa selatan ( D nigra Allem. [ Vell. Conc.] Benth.,
D. Retusa Hemsley [cocolobo].

7. NAFTAQUINON YANG MENGANDUNG OBAT

Naftaquinon merupakan pigmen kuning atau orange yang berasal dari tumbuhan
dan karakteristik pada beberapa famili Angiosperm, termasuk Ebenaceae, Droseraceae,

47
dan Bignoniaceae. Mereka umumnya selalu dalm bentuk 1,4-naftaquinon dan pada kasus
yang sangat jarang dalam bentuk 1,2-naftaquinon. Substituen yang paling utama adalah
gugus hidroksil dan metil, pada C-2 pada cincin aromatik atau lainnya. Prenilasi jarang
terjadi, dan pada Ebenaceae, tidak terdapat struktur dimerik. Penggunaan farmsetik dari
senyawa ini sanagt terbatas.

Gambar struktur hal 415.

SUNDEW

Drosera rotundifolia L., D. Angelica Huds. (= D.longifolia L.), D. Intermedia Hayne (=


D.longifolia auct.non L.), Droseraceae

Tanaman, obat. Sundew terdapat dalam Farmakope Prancis edisi 10, dinyatakan
bahwa speies ini berasal dari eropa dan sangat langka dan sekarang dilindungi.

D.rotundifolia adalah tanaman kecil ( tinggi 5 cm ) dengan daun roset dan petiloa
panjang. Belahan daun orbicular, dan ditutpi oleh trikom merah panjang dengan apex
globulus, dengan sekret kental, cairan dengan indek bias tinggi ( oleh sebab itu
dinamakan sundew ). Satu atau dua tangkai tipis, tanpa daun, bunga rasemik dengan petal
putih. Spesies Eropa lain berbeda pada bentuk belahn daun: lanseolat dan attenuatus
samapi petiola contohnya pada D. Angelica, obovate pada D.intermedia. simplisianya
terdiri dari seluruh bagian tanaman, ia sering dipalsukan dengan spesies dari Africa atau
Madagascar.

Komposisi kimia. Pada Tanaman segar ditemukan glikosida yang disebut


rossolisida, 4-glukosida dalam bnetuk tereduksi dari plumbagin (=2-metil-5-hidroksi-1,4-
naftaquinon). Plumbagin mewakili 0,7 sampai 1 % obat kering. Spesies eropa lainnya
mempunyai komposisi yang mirip: pada D. Intermedia, plumabgin terbentuk pada sisi 2-
metil-5,8-hiroksi – adn 2-metil-3-kloro-5-hidroksi-1,4-naftaquinon ( 1-2 % total quinon).

Test. Quinon dapat dikarakterisasi pada sundew dengan analisa KLT dari
tincturnya. Untuk quantiatatif , cara yang mungkin digunakan adalah dengan destilasi
uap: adanya quinon daalm distilat dapat diekstraksi dengan kloroform, dan absorban dari

48
pelarut organik dapat diukur. Uji yang paling penting untuk identifikasi obat adalah
pemeriksaan mikrokopis pada morfologi tikom galndular- khususnya pada non-Eropa
Drosera ( ramantaceae, peltata, dan lainnya ).

Khasiat dan Kegunaan. Percobaan pada hewan menunjukkan bahwa tinktur


sunsew merupakan antispasmodik: penghamabt asetilkolin- menginduksi bronchospasme,
menurunkan peristaltik pada isoalt usus babi guinea.

Plumabagin mempunyai efek sebagai antibakteri: pada konsentarsi rendah


(1/50.000), ia aktif terhadap bakteri gram positif ( Stapylococcus, streptococcus,
pneumococcus), dan juga terhadap bakteri garm negatif ( salmonella). Ia juga aktif
terhadap jamur patogenik tertentu dan beberapa protozoa parasitik ( leishmania). Pada
dosis tinggi plumbagin bersifat sebagai sitotoksik.

Bentuk umum penggunaan sundew adalah dalam bentuk tinktur (1-3 g/hari0.
eksrak juga sering digunakan. Tinktur dan ekstrak adalah kandungan utama dalam obat
yang digunakan untuk pengobatan batuk spasmodik ( khususnya dalm bentuk sirup ).
Sundew tidak terdaftar dalm Annex sampai French Explanatory Note tahun 1998.
monogarfi pada pemerintah jerman menaytakan bahwa sundew digunakan secara oral
untuk batuk biasa dan batuk iritasi.

Speies Drosera lainnya

Drosera peltata Sm. Spesies ini berasal dari asia timur (Jepang, China, Malaysia,
Filipina, dan India )mengandung plumbagian pada bagian atas tanaman, dan plumbagin
dan doseron (2-metil-3,5-dihidroksi-1,4-naftaquinon pada bagian subterranean. Speies ini
dikarakterisasi dengan tuberkelnya, daun non-stipula nya ( daun basilar dengan helai
tajam disekelilingya, daun caulin dengan helai peltate asimetris) dan bunga denngan petal
putih.

Drosera ramantaceae Burch. Ex Harv. & Sond. Berasal dari Madagascar dan
Afrika timur. Ia dikarakterisasi melalui bunganya dengan petal ungu, daun caulin dengan
helai lanceolat ( tetapi tidak rostte basilar ), dan tidak mmepunyai tuberkel. Walaupun ia
mengandung quinon, tetapi konsentrasinya sangat rendah ( kira-kira 10x lebih rendah dari

49
spesies Drosera biasa ), dan kandungan utamanya adalah 5-hydroksi-7-metil-1,4-
naftaquinon atau ramantaceon, yang ditemukan dalam bentuk glikosida pada tanaman
segar. Obat ini berkhasiat sebagai spasmolilik lemah.

WALNUT TREE

Juglans regia L., Juglandaceae

Bagian dari tumbuhan ini yang digunakan adalah anak daun (foliole) kering,
yang mengandung tidak kurang 2% dari flavonoid total.

Walnut tree, aslinya berasal dari Timur, ia dibudidayakan di Prancis ( didaerah


Perigord dan Dauphine 0 untuk menghasilkan walnut. Daunnya berbentuk imparipinnate,
mmepunyai lima sampai 9 anak daun, ovate-lanceolat, acuminatus, dan coriaceous
rendah. Simplisia yang diperdagangkan biasanya terdiri dari anak daun, yang telah
dibersihkan dan dipisahkan dari rachisnya ( yangmengandung tidak lebih 18% rachis dari
dahan muda ). buahnya berbentuk drupa dengan eksocarp hijau, yang berubah menjadi
kehitaman bila masak karena teroksidasi ( yang akan mewarnai walnut ); endokarp
berkelopak dua disekeliling dua “cerebriform” dan kotiledon volimineus.

Kandungan utamanya diektahui berupa Juglone (5-hidroksi-1,4-naftaquinon),


yang terdapat pada tanaman segar (daun, stain) sebagai glikosida 1,4,5-
trihidroksinafatlen ( 2% dalam stainnya, 0,6 % di daun), tetapi juga berada dalam bentuk
bebas, khusunya pada lilin epicuticular. Selain juglone juga terdapat naftaquinon ( dapat
dideteksid engan GC) dan turunan tereduksi. Daun dan pericarp kaya akan tanin yang
dapat terhidrolisis. Daunnya juga mengandung sejumlah essensial oil, asam ascorbat, dan
flavonoid. Juglone memounyai khasiats sebagai antibakterial dan fungisidal.

Kotiledon biji digunakan sebagai makanan dan sumber minyakl, yang mengadung
50 % atau lebih Asam linoleat dan α-asam linolenat, dan komsumsinya di Prancis sangat
jauh terbatas. Walnut stain juga digunakan sebagai pewarna kayu.

Foliole walnut mungkin meruapakna komposisi pada pengobatan herbal, dan


diakui mempunyai kativitas sebagai berikut ( French Expl. Note 1998 ): 1. secara oral

50
digunakan untuk mengobati gejala gangguan vena, seperti memar pada lenagn, gejala
wasir, dan gejala diare. 2. secara lokal digunakan untuk mengatasi gatal pada kulit kepala,
kulit mengelupas dan ketombe. Dan sebagai emmolien tambahan dan untuk
menghilangkan gatal pada penyakit kulit: sebagai tropik protektif agent untuk kulit
pecah-pecah, lecet, radang dingin, merekah. Dan gigitan serangga.; untuk mengatasi kulit
terbakar; kemerahan karena popok; dan sebagai antalgik pada penyakit rongga mulut,
faring, atau lainnya ( penyegar atau colutoria )

Di Jerman, obat ini digunakan sebagi adstringen untuk penggunaan luar, untuk
inflamasi pada kulit, dan pelembaba kaki dan tangan. Sejak bungkus buah tidak
menunjukkan aktivitas apa-apa , tumbuhan ini tidak lagi digunakan ( juglon bersifat
mutagenik atau bahkan karsinogenik ).

HENNA

Lawsonia inermis L., Lythraceae

Sebuah tumbuhan semak yang berduri, dibudidayakan di Afrika utarai Timur


tengah dan India ( ia mengikuti penyebaraN Isalm ), henna digunakan bagian daunnya,
yang berbentuk ovate-acuminatus, mucronat, dan revolutus pada ujungnya. Henna segar
mengandung glikosida. , yang melepaskan lawsone (2-hydroksi-1,4-nafatquinon) melalui
hidrolisis. Quinon ini larut dalam plearut alkali yang akan memberikan waran range-
merah. Ia tidak bersifat toksik dan merupakan fungicida kuat. Kadar lawsone dalam
simplisia kering sekitar 1 %. Daun henna juga mengandung falvonoid, kumarin dan
xanthon. Bunganya yang beraroma mengandung essensial oil berupa ionon. Ekatrak
etanol daun bersifats sebagai analgesik, antipiretik, dan anti-inflamasi pada tikus ( 0.25-2
g/kg, per os ).

Henna digunakan dalam pengobatan Ayurweda, untuk pengobatan penyakit kulit,


terbakar, luka, dan diare, juga sebagai taenasida, antiepilepsi dan abortifacient agen.
Digunakan sebagi pewaran dalam kosmetik, yang telah digunakan hampir selama toga
ribu tahun, sebagai pewarana rambut, cat kuku, dan pada masyarakat muslim tradisional
digunakan untuk menghiasi telapak kaki dan telapak tangan. Obat ini digunkans secara

51
luas dalam bidang kosmetologi untuk bahan pencelup., disebabakan ikatannya yang kuat
anatara lawsone dan rambut, mungkin melalui reaksi gugus thiol dengan keratin ( shampo
dan lotion rambut ). Walaupun digunakan pada bagian luar untuk produk-produk rambut,
ia sering menimbulkan reaksi alergi serius, yang telah terjadi dan berakibat fatal, setelah
pemberian atau pengguanaan tincture henna dan p-phenylenediamin. Sekarang ini diduga
bahwa lawsone pada henna menyebabakan anemia hemolitik kaut yang diteliti pada bayi
baru lahir yang kekurangan kongital G6PD. Hasil dari studi in vitro mendukung
hipotesis ini karena Naftaquinon mempunyai daya oksidasi yang cukup kuat.

8. ANTRAQUINON YANG MENGANDUNG OBAT

LAKSATIF GLIKOSIDA HIDROKSIANTRAQUINON

Senyawa obat yang berbeda dari kelompok ini dikarakterisasi dengan adanya
senyawanfenolik dan glikosida, turunna dari anthracene dan mempunyai berbagai macam
tingkat oksidasi( anthron, anthranols, anthraquinon ): mereka adalah glikosida
anthraquinon. Tidak masalah dnegan derajat oksidasi mereka , molekul ini umumnya
mempunyai hidroksilasi dobel pada .C-1 dan C-8.

Distribusi dari spesies tumbuhan ini mengandung glikosida 1,8-


dihidroksiantharquinon yang sangat terbatas: Liliaceae ( aloe), Polygonaceae (rhubarb),
Rhamnaceae (buckthorn, cascara), dan Caesalpiniaceae (sennas ).

A. SRTUKTUR GLIKOSIDA ANTHRAQUINON

- Aglikon . berbagai macam derajat oksidasi. Pada Antihron ( e.x 10-H-anthracen-


9-ones ), carbon 10 adalah karbon metilen. Tergantung pada pH, anthron ini dapat
terbentuk melalui bentuk tautomeriknya. Yaitu anthranol. Secara praktek, anthron dan
anthranol sering dicirikan dengan bentuk tereduksinya dan anthraquinon dari bentuk
teroksidasi.

Pada beberapa kondisi ( contohnya selama pengeringan senna ), anthron mungkin


tergabung dengan dianthron. Ini mengacu pada pembentukan homo atau heterodianthron,

52
yang tergantung pada suasana lingkungan senyawa anthron dalam dimer yang identik
atau berbeda secara respektif.

Variasi srtuktur yang ditemui untuk aglikon ini sangat terbatas. Disamping adanya
fakta bahwa dua gugus fenolik selalu ditemukan pada posisi 1 dan 8, hanya karbon 3 dan
6 yang mungkin dapat disubstitusi : bentuknya selalu karbon tersubstitusi dalam berbagai
tingkat oksidasi ( metil, hidroksimetil, karboksil ), dan akhir-akhir ini beberapa
disubstitusi oleh gugus hidroksi, dimana dalam bentuk bebas atau teresterifikasi dengan
metanol. Skema substitusi umum menunjukkan bahwa senyawa ini dicaapai melalui
kondensasi pada octa-asetat secara biogenetik.

Gambar hal 420

- Glikosida . karena anthron tidak stabil, aglikon bebas yang terbentuk pada
senyawa adalah selalu anthraquinon. Bentuk tereduksi, pada sisi lain, terdapat
hanya dalam keadaan terkombinasi, dengan kata lain dalam bentuk glikosida.

sakarida yang umum dijumpai dalam glikosida adalah : glukosa, rhmanosa, dan
pada kasus yang jarang apiosa. Ikatan dengan aglikon normalnya pada gugus hidrosksi
pada C-8 ( dengan glukosa), atau pada C-6 ( dengan rhamnosa atau apiosa). Aglikon
mungkin juga daalm bentuk rantai dua , contohnya glukofrangulin A adalah emodin 6-O-
α- rhamnosyl-8-O-β-D-glikosida.

Tidak jarang 1,8-dihidroksianthron terdapat dalam bentuk C-glikosida, dengan


ikatan yang terbentuk antara C-1 Glukosa dengan C-10 dari aglikon, yang dikenalai
dengan sebuah pusat khiral dalam molekul ( liahat pada aloin A [10R] dan B[10S]. Lebih
lanjut C-glikosida mungkin seperti O-glikosida. Untuk memisahkannya salam smapel,
aloinasiada adalah 11-O-α-L-Rhamnosida ( atom karbon pada gugus hidroksimetil pada
posisi 3 dinomori 11 pada kasus ini ).

Komentar. Ada Perbedaan komposisi yang substansial antara tanaman segar dan
simplisia kering. Dalam tanaman segar , senyawa tipe anthracen merupakan komponen
utama sebagai glikosida dari nathron monomerik. Selam proses pengeringan, dua proses
transformasi berlangsung : oksidasi, yang membentuk anthraquionon glikosida (e.x

53
oksidasi pada buckthorn, bentuk anthron menjadi frangulin dan glukofrangulin ) dan
dimerisasi oleh reaksi enzimatk yang terjadi jika pengeringan dilakukan pada suhu 40oC.
Para ahli lain berpendapat bahwa dimer ini tidak hanya artefak yang terbentuk selama
proses pengeringan tetapi mereka mungkin bagian yang mungkin akan muncul dan
menjadi bagian oksidoreduksi dengan potensi fisiologi yang signifikan.

Gambar hal 421

B. SIFAT FISIKO KIMIA DAN KARAKTERISASI


Anthraquinon memiliki warna, senyawa orange-kemerahan, sedikit larut dalam air
dingin, dan larut dalam pelarut oraganik dan alkohol. Aglikon karbosiklik dapat
diekstraksi dengan larutan sodium bikarbonat dalm air. Glikosidanya larut dalam air dan
pelarut hidroalkohol. Perlakuan O-glikosida dalam medium asam akan mengakibatkan
terjadinya hidrolisis, tetapi pemecahan ikatan karbon-karbon pada C-glikosida hanya
dapat terjadi karena adanya Ferri klorida, yang diasamkan dengan asam klorida dan
direfluks kembali.
Karakterisasi . karakterisasi dari turunan hidroksi anthraquinon dilakukan
dengan reaksi Borntager : dengan melarutkan quinon dalam larutan alkalis (KOH), akan
membentuk warna merah atau keunguan. Reaksi ini hanya positif untuk anthraquinon
dalam bentuk bebas : untuk mengkarakterisasi glikosidanya dengan reaksi ini maka harus
dilakukan hidrolisis terlebih dahulu, dan jika aglikonnya adalah anthron maka senyawa
tersebut harus dioksidasi terlebih dahulu mnejadi anthraquinon. Reaksi warna lain,
spesifik untuk 1,8-dihidroksianthraquinon, menggunakan magnesium asetat dalam
metanol. Hasil warna merahnya harus lebih tajam dan lebih stabil daripada warna dari
hasil reaksi sederhana dengan KOH. Sebagai akibatnya data ini juga daapt digunakan
sebagai data quantitatif. Seperti reaksi Borntrager, reaksi ini hanya positif untuk bentuk
bebas dan bnetuk teroksidasi.
Ada reaksi spesifik untuk anthron, reaksi ini berdasarkan kemampuan senyawa
untuk bereaksi dengan nitrotetrazolium biru atau p-nitrosodimetilalanin yang akan
membentuk azomethin yang bewarna. Bentuk tereduksi dari C-glikosida dapat

54
dikarakterisasi dengan fluoresensi dari bentuk anthranol dengan adanya sodium borak
( reaksi Schouteten ).
Identifikasi glikosida dan aglikon dilakukan dengan KLT: dan dilihat dibawah
sinar UV dan dengan reaksi Borntrager, secara langsung atau setelah oksidasi, pada plat
KLT, untuk melihat anthron mnejadi anthraquinon.
Penetapan kadar. Penetapan kadar dengan spektrofotometer dapat dilakukan
dengan adanya reaksi dengan magnesium asetat atau mungkih dengan KOH. Karena
bentuk anthraquinon bebas tidak mempunyai aktivitas farmakologi, maka senyawa ini
tidak termasuk dalam penetapan kadar ( sebagai pedoman, Farmakope hanya mewajibkan
menghitung bentuk campurannya ).
Penetaapn kadar dari bentuk campuran remasuk dalam ekstraksi,bentuk oksidasi
hidrolisis, reaksi warna dan penentuan secara spektrofotometrik. Simplisia berupa serbuk
yang dapat diekstraksi dengan pelarut organik apolar, yang menghialngkan bentuk bebas
dari anthraquinon yang mungkin ada. Selanjutnya larutan daalm air dioksidasi ( dengan
Ferri klorida ) dan dihidrolisis ( asam hidroklorida ). Pelarutnya diuapkan dan residunya
dialrutkan kembali dengan magnesium asetat dalam metanol, dan absorbannya diukur
pada 515 nm ( untuk variasi daapt diliaht dalm Monografi dalm Farmakope Prancis ).

B.EFEK FARMAKOLOGIS
Beradsarkan dosis yang tercatat, turunan 1,8-antharquinon memberiakn aktivitas
sebagai laksatif atau purgatif. Pada dosis teurapetik mereka digunakan sebagai stimulan
laksatif, dan dahulu digunakan untuk mengatasi iritasi pada mukosa, dan meskipun
sekarang ini hal tersebut tidak diakui lagi tetapi iatu tanpaknya tidak disalahkan.
.aktivitasnya berhubungan dengan struktur senyawanya, yang paling menarik
adalah turunan O-glikosida dari dianthron dan anthraquinon seperti halnya juga C-
glikosida dari anthron, kelompok senyawa ini tidak mempunyai CH2 pada posisi 10-nya.
Aktivitas dari glikosida monomerik anthron sangat berlebihan, yang menjelaskan
mengapa simplisia yang mengandung senyawa ini ( contohnya bucktorn bark ) hanay
digunakan dalam waktu yang tidak terlalu lama dari penyimpanan atau setelah
pengambilan tanaman karena selama proses tersebut ia teroksidasi menjadi anthraquinon
glikosida. Bentuk aglikon bebas ( anthraquinon ) bersifat inaktif.

55
Bentuk aglikon dapat ditemukan dalam simplisia atau terbentuk melalui
hidrolisiis pada saluran cerna, selama mencapai usus halus, ia diabsorbsi dalam usus
halus dan teglukokonjugasi di hati, dan hampir seluruhnya dieksresikan melalui urin.
Siklus enterohepatiknya diperlukan. Glikosida dari anthraquinon dan dianthron adalah
molekul polar yang larut dalam air, dan mempunyai berat molekul yang tinggi, sehingga
mereka tidak diresorbsi maupun terhidrolis dalam usus halus. Pada usus besar, mereka
terhirolisis oleh beta-glukosidase dari flora usus dan dibebaskan anthraquinon tereduksi,
bentuk aktif dari dianthron dibentuk secara in situ, yang menjelaskan hubungan antara
senyawa yang diserap dan efef laksatif. Pada beberapa pengarang lain, anthraquinon
glikosida digolongkan sebagai prodrug : molekul gula akan berperan sebagai transporter
dengan mencegah perubahan menjadi bnetuk aktif selama proses absorpsi samapi
dibebaskannya pada kolon dibawah pengaruh enzim bakterial.
Turunan hidroksianthraquinon mmepengaruhi motilitas saluran cerna, yang telah
dibuktikan secara in vivo , bahwa anthron berkontak langsung dengan sel epitel pada
mukosa dalam saluran cerna. Senyawa ini juga diketahui bersifat sitotoksik dan
kemampuannya dalam meninduksi alterasi seluler seperti formasi deposit yang tidak
larut daalm sel. Fragmen atau deposit ini diabsorpsi oleh makrofag ( secara klinis,
manifestasi ini sendiri oleh pigmentasi melanotik pada mukosa kolon [= melanosis coli ]
karakteristik dari penyalahgunaan laksatif anthraquinon ). Senyawa ini dapat
menyebaabkan ulcer pada kolon.
Glikosoda Anthraquinon diperkirakan mempengaruhi absorbsi air dan elektrolit.
Dengan cara menghambat aktivitas Na-K ATPase pada enterosite, ia menyebabkan
penghambatan resorbsi air, natrium dan klorida, dan meningkatkan sekresi kalium pada
mukosa saluran cerna. Mekanisme lain juga diperkirakan untuk menjelaskan aktivitas
dari derivatnya : aktivitas pada sintesis prostaglandin ( ia diperlukan dalam transport air
dan elektrolit ), atau mekanisme yang melibatkan kalsium.
Glikosida anthraquinon dieksresikan melalui air susu, tetapi resiko diare pada
bayi tampaknya dapat diabaikan. Pemberian sennosida pda tikus ( 25 mg/kg/hr ) selama
lebih dari dua tahun tidak menunjukkan efek karsinogenik dan penelitian pada kerlinci
menunjukkan tidak adanya efek pada keturunannya. Observasi pada manusia belum dapat
dijelaskan, yang menyebabkan beberapa pengarang mengira adanya hubungan antara

56
penyalahgunaan anhtraquinon sebagai laksatif dengan meningkatnya resiko kanker usus.
Teratogenitas dari anthraqunon telah banyak diteliti tetapi hasilnya masih diperdebatkan.

D. Penggunaan anthraquinon yang mengandung senyawa obat


Berbagai macam obat dari kelompok ini, seperti laksatif sangat banyak beredar di
pasaran. Mereka digunakan dalam bentuk kasar ( sebagai the herbal ), atau sebagai
sediaan galenika ( serbuk, ekstrak, dan ekstrak tertitrasi ) dengan berbagai komponne lain
yang mempunyai efek sinergis.
Penggunaan simplisia ini dan preparatnya dapat diyakini mempunyai dasar
kebenaran yang adekuat ( penyaiapan untuk radilogi dan coloscopy, alat-alat yang lembut
untuk prosedur pembedahan anorektal, pengobatan konstipasi yang disebabkan oleh
penggunaan obat atau perubahan gaya hidup ) tetapi itu harus selalu termasuk penyebab,
dan itu harus dibatasi pada periode waktu yang pendek.
Penggunaan setiap hari dan berkepanjangan dari stimulant laksatif ini dapat
menyebabakb masalh yang cukup berarti: ketergantungan dan pada beberapa kasus dapat
menimbulakan “ catartik usus “ ( colitis spastis disertai diare dan sakit perut, nausea,
mual, dan pigmentasi melanotik pada mukosa usus [=melanosis coli ], dan penyakit
lainnya pada mukosa usus, ketidakseimbangan aircdan elektrolit disertai hipokalemia
yang dapat menyebabakn gangguan kesehatan secara menyeluruh, dan resiko interaksi
obat dengan glikosida jantung, diuretic yang menyebabkan hipokalemia dan sebagainya )
Konsumsi obat ini sering menjadi resep yang tidak sesuai pada individu, seperti
tidak adanya efek, kadang-kadang menjadi berbahaya dan sering menyebaabkan
perubahan tingkah laku yang bersumber dari sebuah miskonsepsi bahwa sering buang air
adalah pola yang sehat. Depresi dan anoreksia juga sering menjadi dampak akibat
penyalahgunaan obat ini.
Kekurangan yang ada pada tipe senyawa ini menyebabkan dikeluarkannya
pernyataan yang menjadi peraturan khusus untuk penggunaan obat ini oleh pemerintah
dalm pemasaran obat-obatan yang berasal dari tumbuhan. Pernyataan utama dari
peraturan tersebut adalah sebagai berikut :
1. pengemasan anthraquinon sebagai laksatif dalam bentuk sernuk teh herbal
adalah dilarang

57
2. jumlah maksimun dari obat laksatif dalam bentuk kombinasi dibatasi sampai
lima dengan jumlah maksimum anthraquinon yang ada hanya dua jenis.
3. konbinasi obat yang mengandung anthraquinon yang hanya diizinkan dengan
gum, mucilago, pektin, dan serat. Namun demikian informasi untuk dokter, farmasis dan
konsumen harus difokuskan hanya kepada anthraquinon saja. Mekanisme aksi dari obat
yang berbeda atau penyaiapannya dalam bentuk kombinasi harus sesuai.
4. penggunaan anthraquinon sebagai obat harus dibatasi hanya untuk penggunaan
dalam waktu yang singkat, tidak boleh lebih dari 8 sampai 9 hari, ukuran kemasan hanya
untuk penggunaan dalm waktu yang singkat.
5. dosis untuk orang dewasa yang diperbolehkan untuk penggunaan anhtraquinon
glikosida adalah 25 mg ( barabaloin, glukofrangulin A, cascaroside A, sennosida B ) atau
50 mg ( rhein ), posologi tipa hari untuk orang dewasa dihitung dalam bentuk tingkatan
glikosida anthraquinon maksimum sebagai obat tertera dalam farmakope Prancis dan
Eropa. Untuk penyesuaian posologi individual harian, setiap unit dosis tidak boleh
mengandung lebih dari setengah dosis harian biasa. Jika dalam bentuk kombinasi, efek
kumulatif harus ditentukan dan kuantitas dari setiap obat harus diturunkan.
6. penyuntikan anthraquinon sebagai laksatif untuk anak dibawah 10 tahun adalah
kontraindikasi. Dan harus dipertimbangkan untuk anak umur antara 10-15 tahun, atau
untuk wanita yang sedang hamil atau menyusui ( penyuntikan senna pada wanita hamil
harus dengan pengawasan dokter )
7. informasi yang disediakan untuk dokter dan farmasis harus diertai
kontraindikasi ( colopathi inflamasi [ rectocolitis ulcerative, penyakit Crohn’s], efek
fecal, gangguan saluran cerna yang tidak terdiagnosa ). Pengobatan dengan obat ini hanya
boleh selama 8 sampai 10 hari dan dengan resep dokter dan pengucualian untuk anak-
anak. Inforamsi juga harus menyatakan bahwa penggunaan dalam waktu lama dapat
menyebabkan gangguan ( catartik usus, ketergantungan ). Seperti laksatif lain, informasi
harus meliputi penegasan bahwa oabt ini untuk pengobatan konstipasi dan hanya
digunakan sebagai tambahan dalam pola hidup yang sehat ( meningkatakan konsumsi
sayuran bersserat dan minuman [air], olah raga, dan melatih untuk buang air besat secara
teratur ). Penggunaan obai secara simultan yang dapat menyebabkan aritmia yang tidak
beraturan ( amiodarone, astemizole, bepridil, bretylium, disopyramide, erithroimycin IV,

58
halofantrine, pentadimidin, quinin tipe antiaritmik, sparfloxacin, satalol, sultopride,
terfenadine, vincamine ) harus dikurangi. Penggunaan secara simultan dari glikosida
jantung, diuretik, dapat menyebabkan hipokalemia, atau kortikosteroid dapat
menyebabkan gangguan khusus ( seperti kalemia ). Potensi efek samping lainnya adalah
diare, sakit perut, hipokalemia dan warna urin yang tidak normal.
8. inforamsi untuk konsumen harus seperti diatas tetai dam bahasa yang halus,
dan harus disarankan untuk disertai dengan pola hidup yang sehat dan pola makan yang
mencegah konstipasi kronik.
Komisi E jerman tealh membuat daftar anthraquinon yang umum digunakan
sebagai laksatif: untuk pasien dengan defekasi yang lebih mudah ( luka pada dubur,
hemoroid, setelah pembedahan dubur atau rektal ) dan untuk konstipasi. Khusus untuk
senna berikut ini adalah tambahannya : untuk pengosongan saluran cerna sebelum
penyinaran dengan sinar X, sebelum dan sesudah pembedahan perut. Rhubarb pada dosisi
rendah digunakan sebagai adsrtingan dan obat sakit perut. Semua obat daalm grup ini
kontraindikasi dengan kasus pada gangguan saluran cerna. Kecuali untuk aloe, simplisia
ini dapat digunakan pada wanita hamil dibawah pengawasan dokter ( aloe juga
sebenarnya kontaindikasi dengan wanita hamil ). Pertimbangan pengobatan juga hrus
dilakukan pada wanita menyusui. Monografi komisi E menetrangkan efek sampingnya.
Mereka menekan potensi resiko dari glikosida jantung (hipokalemia ) dan dan
kebutuhan untuk mmebatasi pengobatan menjadi periode yangs singkat. Mereka
menimbulkan potensi kasus urin berwarna merah pada penggunaan aloe, buckthorn dan
cascara, resiko langsung timbulnya mual jika dalm penggunaan batang segar.
Pengemasan harus menyebutkan bahwa untuk mengembalikan fungsi saluran cerna harus
disertai dengan konsumsi serat, minum yang banyak dan olah raga yang cukup.

E. GLIKOSIDA HIDROKSI ANTHARQUINON UTAMA YANG MENGANDUNG


OBAT

SENNA
Cassia angustifolia VAHL. AND Cassia senna L., Caesalpiniaceae

59
Daun senna yang terdaftar dalm farmakope eropa edisi tiga terdiri dari anak daun dari
C.senna L ( =C angustifolia Del.) dikenal saebagai alexandria senna , atau Cassia
angustifolia Vahl., dikenal sebagai Tinnevelly senna, atau capuran dari dua spesies
tersebut. Buah dari kedua spesies diatas juga menjadi subjek dalm monografi. Daun dan
buahnya mempunyai khasiat sebagai laksatif, yang disebabkan adanya glikosida
hidroksianthraquinon. Pada tahun 1986 produksi polong senna dunia melebihi 5 juta ton.
Tumbuhan. Simplisia. Senna merupakan semak rendah dengan daun compositae
paripinnate. Bunganya, tetrasiklik, pentamorous, dan zygomorp dengan cuinqucial calix,
sebuah corola dengan petal kuning dengan gurat coklat, dan sebuah bagian staminodial
androceium. Buahnya rata seperti kertas, polong yang berisi enam sampai delapam biji.
Kedua spesies mempunyai daerah asal masing-masing. Tinnevelly senna, aslinya
berasal dari Arabia yang tumbuh liar di Afrika barat ( somalia ) dan di asia sampai
punjab. Sekarang ini dibudidayakan di pakistan dan india, dan di selatan provinsi Madras.
Alexandria senna tumbuh secara alamiah di timur laut afrika. Ia dibuddayakan di Sudan.
Simplisianya mempunyai morfologi yang sangat mirip. Anak daun tinnevelly
senna berbentuk lanseolat, acute ( 20-50 mm x 7-20 mm) dan asimetris pada bagian
bawahnya : daua sisi yang halus, dan sedikit rambut yang halus. Anak daun alexandria
senna berbentuk lanceolat ( 15-=40 mm x 5-15 mm), asimetris pada bagian bawah dan
mucronat ( pada bagian ujung mmenbentuk sebuah titik ). Kedua sisinya fubescent.

60

Anda mungkin juga menyukai