A. DEFINISI
Batu buli-buli sering juga disebut batu saluran kencing adalah batu
yang terbentuk dari berbagai macam proses kimia di dalam tubuh manusia dan
terletak di dalam ginjal serta saluran kemih pada mnanusia seperti ureter
(Pharos, 2012).
kencing yang terbentuk karena factor presipitasi endapa dan senyawa tertentu
misalnya: kalsium oksalat, asam urat, dan sistin ( Prabowo & Pranata, 2014).
B. ANATOMI FISIOLOGI
1. Anatomi
dinding torakalis. Darah yang mengalir ke ginjal akan melalui arteri renalis
dan keluar dalam ginjal melalui vena renalis. Ureter adalah pipa panjang
dengan dinding yang sebagian besar terdiri atas otot polos. Kandung kemih
Fungsi ginjal:
muara: dua dariureter dan satu menuju uretra. Dua fungsi vesica
(dibantu uretra)
c. Uretra adalah saluran kecil yanng dapat mengembang, berjalan dari
C. ETIOLOGI
lain yang belum jelas (idiopatik) akan tetapi ada beberpa factor pembentukan
D. MANIFESTASI KLINIS
a. Nyeri di daerah pinggang, atau kolik renal yang dirasakan terus menerus
dan hebat. Disebabkan karena batu melewati saluran kencing yang sempit
(Stoller, 2010).
b. Hematuria terutama pada obstruksi ureter.
c. Demam yang disebabkan karena adanya infeksi pada saluran kencing
d. Batu pernah keluar saat kencing/berkemih
E. PATOFISIOLOGI
urine), yaitu sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada
Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan bahan organik
Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan belum
cukup mampu membuntu saluran kemih. Untuk itu agregat kristal menempel
pada epitel saluran kemih, dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada
agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat
saluran kemih.
dalam urine, kosentrasi solute di dalam urine, laju aliran di dalam saluran
kemih, atau adanya koloid di dalam urine, kosentrasi solute di dalam saluran
kemih, atau adanya korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak
Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang
oksalat dan kalsium fosfat, sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat,
batu magnesium ammonium fosfat, batu xanthyn, batu sistein, dan batu jenis
fungsi ginjal
b. Pielografi intravena: dapat dilihat besarnya batu, letaknya dan
tembus sinar.
c. Sistokopi: dapat membantu melihat keadaan di dalam buli-buli
d. USG: melihat bayangan batu baik di ginjal ataupun di dalam buli-
G. PENATALAKSANAAN
besarnya batu.
b. Menentukan akibat-akibat adanya batu buli-buli seperti: rasa nyeri
sering kali terjadi pada laki-laki dan pada masa usia dewasa. Hal ini
saluran kemih yang menjalar, berat ringannya tergantung pada lokasi dan
besarnya batu, dapat terjadi nyeri/kolik renal klien dapat juga mengalami
hipertensi, gout, ISK kronis, riwayat penyakit, usus halus, bedah abdomen
tidak.
b. Nutrisi dan metabolik
Kaji adanya mual, muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin,
kalsium oksalat atau fosfat, atau ketidakcukupan pemasukan cairan,
e. Eliminasi
Tidak mengalami perubahan fungsi maupun pola, kecuali diikuti oleh
menular
g. Manajemen koping
Klien yang menderita batu ginjal cenderung stres, karena cemas
kebutuhan seksualnya
j. Nilai dan kepercayaan
Klien agak susah melakukan aktivitas ibadah nya, karena dirumah sakit
kelainan fisik sampai tanda-tanda sakit berat tergantung pada letak batu
dan penyulit yang ditimbulkan. Terjadi nyeri/kolik renal klien dapat juga
nafas. Atau tidak mengeluh batuk atau sesak. Tidak ada riwayat
pendengaran.
4) Sistem pencernaan, Mulut dan tenggorokan: Fungsi mengunyah dan
reproduksi.
7) Sistem kardiovaskuler, tidak ditemukan gangguan pada sistem
kardiovaskular.
8) Sistem integumen, hangat, kemerahan, pucat.
9) Sistem muskuluskletal, mengalami intoleransi aktivitas karena nyeri
ciri khas dari urolithiasis, nyeri yang hebat, nyeri ketok pada
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut
Berhubungan dengan:
Agen cedera (mis., biologis, zat kimia, fisik, psikolois)
Ditandai dengan:
Ditandai dengan:
Disuria
Sering berkemih
Anyang-anyangan
Inkontinensia
Nokturia
Retensi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Berhubungan dengan:
Faktor biologis
Faktor ekonomi
Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrient
Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
Ketidakmampuan menelan makanan
Faktor psikologis
Ditandai dengan:
Kram abdomen
Nyeri abdomen
Menghindari makanan
Berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal
Kerapuhan kapiler
Diare
Kehilangan rambut berlebihan
Bising usus hiperaktif
Kurang makanan
Kurang informasi
Kurang minat pada makanan
Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
Membran mukosa pucat
Tonus otot menurun
Mengeluh gangguan sensasi rasa
Sariawan rongga mulut
Kelemahan otot pengunyah
Kelemahan otot untuk menelan
4. Resiko infeksi
Berhubungan dengan:
Penyebab kronis
- diabetes militus
- obesitas
Pengetahuan yang tidak cukup untuk menghindari pemanjanan
pathogen
Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
- Gangguan peritaltis
- Kerusakan integritas kulit (pemasangan katerter intravena,
prosedur invasive)
- Perubahan sekresi pH
- Penurunan kerja siliarsis
- Merokok
- Stasis cairan tubuh
- Trauma jaringan (trauma destruksi jaringan)
Ketidak adekuatan pertahanan skunder
- Penurunan hemoglobin
- Supresi respon inflamasi
Vaksinasi tidak adekuat
Pemajanan terhadap pathogen
Lingkungan meningkat
- Wabah
Prosedur invasif
Malnutrisi
5. Resiko kekurangan volume cairan
Berhubungan dengan:
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Hari
Diagnosa Kep. Tujuan Intervensi Rasional
/Tgl
Nyeri akut Setelah diberikan 1. Lakukan 1. Untuk mengetahui
asuhan keperawatan pengkajian nyeri lokasi, karakteristik,
selama … x 24 jam secara awitan dan durasi,
diharapkan nyeri komprehensif frekuensi, kualitas,
klien terkontrol termasuk lokasi, intensitas atau
dengan kriteria : karakteristik, keparahan nyeri,
1. Skala nyeri klien durasi, faktor presipitasi
berkurang atau frekuensi,kualitas,d nyeri.
terkontrol an faktor presipitasi
2. Klien
nyeri.
melaporkan 2. Observasi isyarat
2. Untuk mengetahui
bahwa nyeri nonverbal
isyarat nonverbal
berkurang
ketidaknyamanan
dengan 3. Berikan informasi
klien
menggunakan tentang nyeri, 3. Agar klien
manajemen penyebab nyeri, mengetahui
nyeri berapa lama akan informasi tentang
3. Mampu
berlangsung dan nyeri, penyebab
mengenali nyeri
antisipasi nyeri, berapa lama
4. Menyatakan rasa
ketidaknyamanan akan berlangsung,
nyaman setelah
akibat prosedur dan antisipasi
nyeri berkurang
ketidaknyamanan
4. Ajarkan klien
akibat prosedur
penggunakan
4. Agar klien mampu
teknik terapi
melakukan teknik
nonfarmakologis
terapi
nonfarmakologis
untuk mengatasi
5. Anjurkan untuk
nyeri secara mandiri
memberikan 5. Keadaan hangat
kompres hangat dapat mengurangi
pada area nyeri impuls nyeri
6. Kolaborasi dalam
6. Analgetik dapat
pemberian
mengurangi
analgetik
peningkatan
mediator kimiawi
nyeri pada reseptor
nyeri sehingga dapat
mengurangi rasa
nyeri
Dwisang. 2014. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat dan Bidan. Tangerang:
Binarupa Aksara
Prabowo & Pranata. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan.
Yogyakarta:Nuha Medika.
Purnomo, B. B. (2011). Pedoman diagnosis & terapi smf urologi LAB ilmu bedah.
Malang: Universitas Kedokteran Brawijaya
Wijaya, A. S., & Putri, Y. M.. ( 2013). Keperawatan Medikal Bedah. Bengkulu:Nuha
Medika.