Anda di halaman 1dari 7

Nama : Afifa Chandra.

NIM : 4301416015

Prodi : Pend. Kimia / R.2

SISTEM PENDIDIKAN DI JERMAN

A. Filsafat Pendidikan dan Orientasi Pendidikan


Sejarah kehidupan agama, sosial, dan politik bangsa Jerman yang dinamik sangat
mempengaruhi penyelenggaraan pendidikan di Jerman. Pendidikan di Jerman diawali dengan
pendidikan yang berorientasi pada agama. Jenis pendidikan yang dimaksud di kendalikan oleh
gereja Katolik Roma yang bertanggung jawab sebelum abad 15 M. Kemudian muncul gerakan
reformasi yang dimonitori oleh Martin Luther pada abad 16 M yang merubah tatanan
penyelenggaraan pendidikan menjadi lebih dipengaruhi oleh humanisme dan filsafat liberal.
Negara-negara protestan mengambil alih tanah dan segenap sumberdaya milik gereja
Katholik Roma, termasuk sekolah-sekolah. Semua sekolah di rubah tujuannya menjadi kearah
protestan. Pada tahun 1787 pemerintah mulai khawatir karena gereja tidak lagi giat dalam urusan
pendidikan kemudian pemerintah mendirikan badan khusus dalam pemerintah sipil untuk
mengurusi pendidikan yaitu komisi tinggi untuk sekolah. Kemudian dengan naik tahtanya
Fredreck William II menjadi kaisar, pengawasan sekolah dikendalikan lagi oleh gereja. Namun
pada akhir abad ke-17 terdapat pengumuman resmi mengenai wajib belajar, ini bertanda bahwa
masalah pendidikan adalah tanggung jawab negara. Dengan sejarah Jerman yang panjang ini,
Jerman tergugah untuk membangun sistem pendidikan menjadi salah satu yang terbaik di dunia.
(Arif Rohman, 2010)

B. Kebijakan di Bidang Pendidikan Agama


Penyelenggaraan pendidikan di Jerman diawali dengan jenis pendidikan yang berorientasi
agama. Maka dari itu Jerman memberikan perhatian kepada agama dengan menyediakan
pendidikan agama pada setiap lembaga pendidikan dan mewajibkan kepada siswanya untuk
mengikuti pembelajaran agama. (Ibid, 2005)
Populasi muslim di Jerman tercatat sejumlah 3,2 juta jiwa pada tahun 2001, sekitar 75 %
muslim Jerman berasal dari keturunan Turki, sisanya dari belahan islam lainnya. Muslim di
jerman menganut Mazhab Sunni aliran Imam Abu Hanafiah.
Pada awal tahun 1960-an sekelompok muslin Jerman membentuk perkumpulan lokal dan
terdaftar di bawah hukum Jerman. Pertemuan warga Jerman di Hamburg, Munich, Cologne, dan
Anchen ini untuk mengatur fasilitas bagi keperluan ibadah sehari-hari. Selama tahun 1970
kelompok ini memanfaatkan keanggotaannya dalam organisasi sosial seperti parpol, persekutuan
dan sejenisnya untuk membahas perkembangan situasi yang dihadapi komunitas muslim di
Jerman. Pembahasan ini di awali dengan penyampaian Menteri Pendidikan tentang pertanyaan
seputar pendidikan agama yang sesuai dengan konstitusi negara dan federasi.
Pada tahun 1980 muncul dua organisasi muslim di Jerman. Pertama, didirikan pada tahun
1986, yang disebut Dewan Islam bagi Republik Federal Jerman ( The Islamic Council for the
Federal Republic og Germany); sedangkan yang kedua didirikan setahun kemudian berupa Pusat
Dewan Muslim Jerman (The Central Council of Muslim in Germany). Dua organisasi ini
memiliki komitmen yang menghasilkan munculnya yayasan tentang komite pendidikan agama
yang terbentuk pada tahun 2000. Sebelumnya pada tahun 1998, pengadilan Berlin memutuskan
memasukkan sejumlah federasi islam lokal kedalam sistem sekolah. Dari 71 masjid, 53 masjid
termasuk yang beraliran Syi’ah dan muslim Kurdi Mazhab Syafi’i menyatakan pengakuannya
bahwa mereka telah terwaliki oleh federasi tersebut. (Abd. Achmad Assegaf, 2003)

C. Kebijakan di Bidang Manajemen Pendidikan Formal


Konstitusi Federal menetapkan kewengangan Lender atas pendidikan. Beberapa Lander
(penguasa daerah) membuat berbagai ketentuan konstitusi mereka masing-masing mengenai
pengaturan masalah-masalah pendidikan, dan seluruhnya melalui proses legislative. Pengaturan
ini meliputi penetapan tujuan pendidikan, struktur, isi pengajaran, dan prosedur dalam system
daerah mereka masing-masing. Adapun yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
pendidikan di dalam Negara bagian adalah kementrian kabinet atau Kementrian Kebudayaan
(Kultusministerium). (Agustiar Syah Nur, 2010). Namun pada akhir abad ke-17 terdapat
pengumuman resmi mengenai wajib belajar, ini bertanda bahwa masalah pendidikan adalah
tanggung jawab negara. (Ibid, 2005)
 Pendidikan Prasekolah
Pendidikan prasekolah dijerman dimulai dari taman kanak-kanak (Kindergarten
Education) atau Vorschulklassen yang sifatnya sukarela. Kindergarten Education disediakan
untuk anak-anak yang berumur antara 4 sampai 6 tahun. Pendidikan ini disiapkan untuk masuk
Sekolah Dasar (Grundschule).
 Pendidikan Dasar
Pendidikan Dasar (Grundschule) diikuti anak-anak berumur 6 atau 7 sampai 11 atau 12
tahun. Anak-anak usia ini wajib bersekolah dengan status sebagai anak kewarganegaraan Jerman,
atau kewarganegaraan asing tetapi bertempat tinggal di Jerman, ataupun anak yang tidak
memiliki kewarganegaraan tetapi bertempat di Jerman. Secara umum Pendidikan Dasar
berlangsung selama 4 tahun, sedangkan di Berlin dan Brandenburg berlangsung selama 6 tahun.
(Arif Rohman, 2010)
 Pendidikan Menengah
Murid dapat masuk salah satu dari tiga jenis sekolah yaitu sekolah utama
(Hauptschulen), sekolah internediate (Realschule) dan sekolah menengah klasik (Gymnasium).
(Abd. Rachman Assegaf, 2003)
a. Hauptschule (kelas 5 – 9/10) adalah sekolah lanjutan yang paling sedikit pelajaran
akademiknya yang mirip dengan sekolah dasar yang diakhiri tanpa melalui ujian
yang disebut Mittlere Reife. Program ini memberikan pelajaran khusus untuk
mempersiapkan siswa menghadapi kariernya di masa mendatang, dan juga
mengajarkan bahasa asing (biasanya bahasa Inggris).
b. Realschule (kelas 5 – 10) adalah sekolah lanjutan sampai kelas 10 yang di akhiri
dengan ujian yang disebut Mittlere Reife. merupakan program sekolah yang
mempersiapkan siswa untuk memasuki karier sebagai pegawai atau buruh kelas
menengah.
c. Gesamtschule (kelas 5 – 13) adalah sekolah lanjutan yang bersifat komprehensif.
d. Gymnasium (kelas 5 – 13) adalah sekolah lanjutan yang mengajarkan akademik dan
tata bahasa yang bertujuan untuk mempersiapkan siswa ke pendidikan tinggi. (Arif
Rohman, 2010)
 Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan tahap tertinggi pendidikan di Jerman. Pada tingkat
pendidikan tinggi terdapat dua jenis lembaga. Pertama, akademi atau politeknik,
Fachhochschulen yang mendidik mahasiswa dalam bentuk aplikasi praktis ilmu pengetahuan
(misalnya, desain, konstruksi, dan engeenering, atau dalam administrasi pemerintahan dalam
bidang hukum, ekonomi dan sosial). Kedua, Universitas yang di desaign untuk mengintegrasikan
pengajaran dengan penelitian. (Agustiar Syah Nur, 2001)
 Pendidikan Kejuruan
Setelah menyelesaikan pendidikan lanjutan untuk semua jenis sekolah, maka mereka
dapat memulai karir profesionalnya dengan masuk ke sekolah kejuruan yang bernama
Berufsschule (vocational school). Sekolah kejuruan umumnya mewajibkan siswanya untuk hadir
magang. Sedangkan hari lainnya diperbolehkan untuk bekerja. Hal ini dilakukan untuk
mendorong siswa menguasai pengetahuan teori dan praktek.
 Pendidikan Khusus
Pendidikan ini diberikan kepada anak-anak yang mempunyai kebutuhan khusus.
Sonderschule fur Lembehinderte yaitu anak-anak yang mengalami kesulitan belajar, Schule mit
dem forderschderschwepunkt Geistige Entwicklung yaitu untuk anak-anak yang mengalami tuna
fisik, dan forderschule Schwerpunkt emotionale soziale d Entwicklung yaitu untuk anak-anak
yang tuna mental. (Arif Rohman, 2010)
 Pendidikan Orang Dewasa dan Pendidikan Nonformal
Pendidikan bagi ornag dewasa di Jerman dikelompokkan menjadi tiga kategori: umum,
vokasional (termasuk teknik dan keuangan) dan politik. Untuk mendorong pendidikan orang
dewasa memberi bantuan keuangan serta tambahan hari libur (bagi yang bekerja) asalkan mereka
mau mengikuti pelajaran vokasional. Kebijakan ini karena keadaan perubahan ekonomi, sosial
dan politik yang sangat cepat. Sehingga orang-orang harus memperbarui dan meningkatkan
kualifikasinya sesuai dengan tuntutan zaman dan perkembangan masyarakat. (Agustiar Syah
Nur, 2001)

D. Dinamaika Dalam Pengembangan Kurikulum


Para Menteri Pendidikan mendirikan kurikulum (lehr palne), tetapi seringkali hanya
sebatas pada kerangka kerja semata. Para menteri-menteri menerbitkan dafatr buku teks yang
sesuai dan sekolah dapat memilih judul buku yang mereka kehendaki. Masing-masing komunitas
(Gemeinde) mempunyai panitia sekolah (Schulausschuss) yang mengurusi pengangkatan para
guru dan kepala sekolah. Panitia bertanggung jawab bagi upaya perawatan gedung dan peralatan
sekolah. (Abd. Rachman Assegaf, 2003)
Secara umum sekolah di Jerman melaksanakan pendidikan selama 5 hari perminggu yaitu
dari hari senin sampai jum’at, sedangkan hari sabtu dan minggu adalah waktu mereka belajar di
rumah bersama orang tua dan teman sebaya. Khusus sekolah-sekolah lanjutan mengajarkan
banyak mata pelajaran. Mata pelajaran yang di ajarkan di sekolah lanjutan adalah mata pelajara
budaya (etika, seni musik, bahasa nasional dan bahasa asing), ilmu alam (astronomi, kimia,
fisika, dan biologi), ilmu sosial (sejarah, ekonomi, geografi), matematika, pendidikan jasmani
dan juga agama. (Ibid, 2005)
Pendidikan negara bagian menentukan kurikulum mereka sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dan mereka melakukan itu melalui tiga jenis instrumen,
yaitu:
1) Tabel yang menguraikan jumlah jam belajar per minggu, serta mata pelajaran sesuai dengan
“grade” dan jenis sekolah
2) Pedoman kurikulum
3) Pemberian wewenang penulisan dan pengadaan buku teks (H. Mohle, 1992: 82). (Agustiar
Syah Nur, 2001)
Secara umum kurikulum pendidikan Jerman dapat diformulasikan sebagai berikut:
1) Tujuan umum kurikulum ditentukan oleh peraturan sekolah/sering dinyatakan pada
mukadimah suatu keputusan, sedangkan tujuan khusus diterbitkan dalam kaitannya dengan
pedoman kurikulum.
2) Silabus, rekomendasi metode mengajar dan model rencana pelajaran diputuskan oleh
kementrian negara.
3) Mengenai buku teks, tidak ada yang dapat dipakai tanpa ada persetujuan dari Kementerian
negara bagian dan guru boleh menggunakannya sejauh terdapat dalam daftar rekomendasi buku
yang sah.
4) Metode mengajar, bukan “teacher centered” tetapi “student centered” yang sifatnya “open
instruction” (murid belajar atas dorongan sendiri). (Ibid, 2005)

E. Pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Semua guru sekolah dasar berbahasa daerah diwajibkan memiliki ijazah dan
diperkenalkan sebuah ujian kualifikasi negara untuk mengevaluasi kecakapan akademik dan
kecapakan pedagogis. Untuk menjamin pasokan guru, jumlah seminari ditingkatkan secara tetap
sampai mencapai empat puluh seminari pada tahun 1840. Harapannya guru tidak hanya
bertindak sebagai pengawas bagi anak tetapi juga sebagai pengaruh penatar (up-grading
influences) dalam komunitas. (I.N. Thut dan Don Adams, 2005)
Hanya guru-guru Gymnasium dan sebagian guru-guru specialis untuk bidang keuangan
yang dididik di tingkat Universitas (S1), dengan tekanan utama bidang keahlian daripada bidang
keguruan. Namun, sejak tahun 1960, telah mulai dicanangkan persyaratan kualifikasi yang sama
untuk semua guru, minimal telah di duduk di Universitas. Staf pengajar untuk jenis sekolah lain,
termasuk berbagai bentuk sekolah vokasional dan teknik memperoleh pendidikan di perguruan
tinggi dan menuntut persyaratan masuk yang lebih rendah. (Agustiar Syah Nur, 2001)
F. Pembiayaan Pendidikan
Diseluruh sekolah negeri, sekolah di selenggarakan secara gratis dengan menyediakan
pendidikan umum dan kejuruan. Sekolah swasta bisa menerima bantuan dari Land jika upaya
yang dilakukan memenuhi minat masyarakat dan jika mereka berubah menjadi sekolah negeri.
Sebagai aturannya, gaji guru dibayar oleh Lender. Biaya konstruksi sekolah dan transportasi
pelajar disubsidi oleh Lender. (Abd. Rachman Assegaf, 2003)
Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan mencapai 3,7% (Jerman Barat) dan GNP dalam
tahun 1990 dan ditambah 1,7% untuk penelitian, investasi swasta untuk penelitian dan
pembangunan berjumlah 3,9%. Sehingga total pengeluaran tahun 1990 mencapai 9,3% dari GNP.
Pada tahun 1989 biaya pendidikan persiswa untuk sekolah-sekolah adalah DM 6,2000
(US$3,650) dan DM 17,100 (US$10,060) permahasiswa pada pendidikan tinggi. (Agustiar
Syah Nur, 2001)

DAFTAR PUSTAKA

Assegaf, Abd. Rachman. 2003. Internasionalisasi Pendidikan. Yogyakarta: Gama Media

Matthias Bischoff, Dr. Eric Chauvistré, Constanze Kleis dan Joachim Wille. 2015. Fakta
Mengenai Jerma, alih bahasa Elisabeth Soeprapto-Hastrich. Jerman: Frankfurter Societäts-
Medien GmbH
Nur, Agustiar Syah. 2001. Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara. Bandung: Lubuk Agung

Rohman, Arif. Yogyakarta. 2010. Pendidikan Komparatif. Yogyakarta: Laksbang Grafika

Thut, I.N. dan Don Adams. 2005. Pola-pola Pendidikan dalam Masyarakat Kontemporer.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai