Anda di halaman 1dari 35

Kosong

Aku berdiri dibalik pagar, di tepi sungai Mahakam melihat panorama yang
ditawarkannya pada malam hari. aliran airnya mengalir dari hulu ke hilir. Suara
air dan hembusan udara menyatu, menghasilkan alunan yang syahdu. Beberapa
buah perahu, ketinting dan kapal besar pengangkut batu bara hasil kekayaan
kalimantan lalulalang melintas menyusuri sungai turut menghiasi mata yang
memandang. lampu-lampu dari rumah penduduk di seberang sungai,
memancarkan cahayanya sejauh mata memandang. jauh dari tempat ku berdiri,
terlihat jembatan besar yang menjadi jalur penyebrangan antar ikut serta
memancarkan cahayanya di malam hari, menambah kecantikan pemandangan di
sungai Mahakam.

Sungai Mahakam mempunyai daya tarik tersendiri, banyak orang yang


pergi ke tepian ingin menikati keeksotisanya di malam hari. Sebagian pedagang,
memanfaatkan ketertarikan tersebut. Mereka menjual berbagai jenis makanan dan
minuman untuk pengunjung disana, mulai dari makanan ringan seperti kentang,
pisang goreng dan sebagianya, hingga makanan berat seperti nasi goreng, sate,
dan jagung bakar. Mereka menyediakan lapak resehan untuk pengunjung yang
ingin bersantai dan nongkrong disana. Meja-meja makan sudah mereka tata
dengan rapi dan semenarik mungkin. Tiap meja, ditaruh satu buah lampion cantik
berwarna-warni sebagai penerang bagi yang berkunjung ke lapak mereka. Cara
yang jitu untuk menarik pelanggan. Banyak sekali yang ingin menyaksikan
keindahan dari puluhan lampion di tepi sungai Mahakam.

Sehabis kuliah, Aku dan teman-temanku memang biasa hangout disini


pada malam hari. tempatnya nyaman dan harga konsumsinya sangat terjangkau.
Kami biasa bercengkrama sampai larut malam. Pembahasan kami sekitar berita
terupdate dan viral baru-baru ini, tugas-tugas kuliah, hubungan asmara, sampai
gosip tentang kejelekan teman-teman kami di kampus. Terkadang kalau ada
pengamen yang lewat, kami biasa sewa gitarnya buat nanyi bareng. Bukan kami
tidak menghargai peforma si pengamen. Tetapi, Lagu-lagu yang dinyanyikan
kebanyakan pengamen menurut kami kampungan dan jadul banget. Lagu-lagu
yang kami request mereka tidak tahu. Jadi, kami berinisiatif melakukan
penyewaan alat musiknya saja.

Dari semua keindahaan itu, hanya tatapan kosong yang kulesatkan.


Begitupula hati dan pikiranku, hanya sebatas kosong. Moodku malam ini benar-
benar tidak bagus. Entah apa yang menyebabkanku gundah gulana seperti ini.
“rita… jagung bakarmu ni” teriak siska yang membuyarkan lamunanku.
Aku melepaskan genggaman tanganku dari pagar, dan langsung menghampirinya
bergabung di lapak yang sudah di pesan temanku. Malam ini yang nongkrong
lebih banyak dari biasanya.

“rit, kamu lagi galau ya. Ada masalah apa ?” Tanya siska kepadaku.

“hah gak ada apa-apa sis. Biasa aja” jawabku sambil melahap jagung
bakar yang kupesan.

“coba ditelen dulu” protes siska.

“lah, situ yang ngajak ngobrol” belaku.

“kamu malam ini gak kayak biasanya rit”

“emang biasanya gimana ?”

“biasanya kamu ngoceh terus kayak burung kakatua” ejek siska.

“asem” umpatku sambil mencubit pipi siska.

“tapi beneran deh, kamu gak ada apa-apa kan” Tanya siska khawatir.

“hehehe gak ada say, beneran”

“kamu banyak diam malam ini ?”

“gak tau. Bad mood kayaknya aku”

“karena..?”

“gak tau. Hehehe”

“ish.. seriusan coba”

“iya say. Aku nda tau kenapa badmood”

“kamu nda lagi pms kan ?”

“hah… Enggak !!”

“ hahaha kali aja kan. kalo ada masalah apa-apa, cerita ya”

“yek, atur aja.”

Siska kawanku, memang khawatir dan peduli sekali denganku. Kami


berdua selalu berbagi cerita tentang masalah apa yang sekarang dihadapi dan
kemudian memikirkan bersama bagaimana solusinya. Dia memang sahabatku
yang paling dekat dan paham tentang sifatku. Kalo ada sesuatu yang janggal
dariku, dia langsung tahu. Yang kuberitahu ke dia sekarang benar adanya. Aku
badmood malam ini. tapi aku tak tahu apa sebabnya. Apa ujung pangkalnya. Rasa
ini timbul begitu saja.

“ehem, katanya ada yang ingin menyatakan perasaannya malam ini” teriak
salah satu temanku memecah suasana. Rendi tertunduk malu. Para laki-laki
menyenggol tubuhnya Dan mengolok-olok dia. mata para perempuan termasuk
siska, tertuju padaku. Mereka seolah-olah sudah tahu siapa yang akan menyatakan
perasaan dan siapa yang menerimanya.

Sebagai perempuan, aku peka tentang perilaku rendi terhadapku. Dari cara
dia berbicara kepadaku saat di kampus. Tatapannya, perhatiannya, semua
menunjukan ketertarikan kepadaku. Belum lagi tiap malam dia selalu kirim pesan
kepadaku. Comment status dan snap yang kubuat. Perempuan manapun tahu kalo
laki-laki yang berperilaku seperti itu ada menaruh rasa padanya. Setelah
konsultasi dan meminta saran dari teman-temannya. Rendi mungkin malam ini
ingin menyatakan persaannya kepadaku.

Dia memindahkan posisi duduknya menghadap ke arahku. Diambilnya


gitar yang kami sewa. Sambil memainkan gitar dia menyenandungkan lagu ‘just
the way you are’-nya Bruno mars. Dia tahu lagu itu kesukaanku. Cara dia
membawakan lagu tersebut tidak terlalu buruklah menurutuku. Dia sangat
menghayati lagu tersebut. Selesai bernyanyi, Dia mendekatiku. Menatapku penuh
harap. Dan menumpahkan seluruh perasaannya kepadaku.

“rita, aku sebenarnya sudah menaruh rasa kepadamu. Aku sebenarnya suka
sama kamu. Kamu mau kan jadi pacarku ?”. semuanya yang mendengar berteriak
“cie” ke rendi.

“maaf aku gak suka kamu. Aku gak ada perasaan apa-apa ke kamu”
jawabku jujur. Begitu mendengar jawabanku, yang lain berteriak “ow..” sebagian
laki-laki menahan senyum dan tawa. Beberapa dari mereka mengusap punggung
dan dada rendi. Rendi hanya tertunduk mendengar jawabanku. Dia tidak
memperdulikan ejekan dari teman-temannya. Saat ini dia sangat kecewa sekali.

“maaf ya guys, aku duluan. Yuk sis” ucapku.

“tapi rit…”

Aku langsung menarik tangan siska, mengajakanya pergi meninggalkan


tempat dan teman-temanku. Gara-gara rendi moodku jadi makin gak bagus.
perasaan gundah dan galauku yang aneh ditambah kelakuan rendi, membuatku
benar-benar frustasi malam ini.

Aku berjalan sangat cepat ke parkiran. Siska langsung mencari uang dua
ribuan untuk bayar parkir. Dia paham, kalo aku lagi panas seperti ini. siapapun
akan ku jadikan pelampiasan kekesalanku Bahkan tukang parkir sekalipun.
Setelah bayar parkir, Kami berdua masuk ke dalam mobil dan kupacu mobil
sekencang-kencangnya. Pedal gas kuinjak kuat sekali. Ingin cepat-cepat segera
aku tinggalkan tempat itu.

“waduh santai dong rit. Kita nda dikejar siapa-siapa kok” keluh siska

“si rendi tu yang seharusnya kamu salahkan. Nda tau apa, aku lagi
badmood malam ini”

“ya tenang. Jangan juga kamu bawa kita kenceng-kenceng. Bisa celaka
kita.” Aku menurunkan kecepatan dan berusaha menenangkan pikiran. Siska terus
memandangiku dan mencari cara menghiburku.

“rita… rita… padahal rendi tu manis, baik, perhatian. Malah kau tolak”

“ya namanya aku nda suka dia”

“romantis banget loh dia nembak kamu tadi”

“romantis apaan, norak tau”

“sudah banyak loh cowok yang kamu tolak rit”

“aku bingung. Kok bisa mereka suka dengan aku”

“ya jelaslah. Kamu ini cantik, imut, apalagi kalo lagi marah kayak
sekarang tambah imut loh” puji siska.

Aku hanya diam.

“beneran rit. Rambut panjangmu, pipi tirus, bibir tebal, siapa sih yang nda
kepincut denganmu, Kamu sadar nda sih ?”

Kulempar senyumanku ke siska.

“Mungkin kegalauan mu gara-gara itu. Kau belum nemukan orang yang


tepat ngasih perhatian ke kamu. Sebenarnya kamu ini kurang kasih sayang.” Ujar
siska.

“bukan masalah itu sis. Ini lain..”


“jadi apa dong ?”

“aku bingung menjelaskannya. Kayak ada sesuatu yang rusak dan hilang
gitu dari aku”

“dalam banget sumpah hahahaha” ejek siska.

“kan, rese lu”

“hahaha kayaknya kamu ke psikiater deh. Ada gangguan psikis kamu


sekarang. Kalo nda segera diobati, bisa nda bahagia kamu hahahaha.”

“minta dijewer ni anak” kujewer telinga siska. Dia menggerang kesakitan.


Berkat siska yang sudah mau menghiburku, aku agak mendingan sekarang.
Sedikit.

****

Sehabis aku mengantarkan siska ke rumahnya. Aku langsung menuju ke


tempat tinggalku. Di perjalanan pulang pikiranku tetap kosong. Rasa frustasiku
sudah menurun. Tapi perasaanku yang di awal masih ada. Gundah, galau, kosong
masih melekat dalam diriku.

Sampai di rumah, pembantu membukakan pagar dan kusuruh memasukan


mobil ke dalam garasi. Aku berjalan menuju pintu rumah dan Masuk dalam.

Tubuhku lelah sekali. Kurebahkan tubuhku di kasur, tempat tidurku.


Rasanya aku ingin tidur segera. Tapi apa daya tubuhku menolak. Mataku
kupaksakan tertutup namun apadaya aku tetap tidak bisa pergi ke alam mimpi.
Aku masih merasakan pikiran kosong dan Penyakit gundah ini. Ada ketidak
tenangan dalam diriku. Ini mulai mengganggu. Dan Sialnya, aku tak tahu sampai
sekarang apa sebab dan cara mengatasinya.

Tidak bisa tidur. Aku mencoba membuka handphoneku. Mungkin


membaca komik dan cerita di internet dapat membangkitkan rasa kantukku.

Belum lagi ku buka komik online, aku teralihkan ke notif di handphoneku,


banyak chat masuk Salah satunya dari rendi. “maaf sudah buat kamu malu di
depan teman-teman”. Di bawah ada chat dari ibu “bsok jam 9 ibu sama bapak
pulang.” Mereka sekarang berada di Malaysia. Ibu mendapingi bapak yang kena
tugas dari kantor. Entah apa yang di kerjakan disana.
Kulempar handphone ke samping tubuhku. Aku benar-benar terjaga
sekarang. bingung ingin melakukan apa. Aku hanya menatap langit-langit di
kamarku. Kosong. Pikiran ku kosong. Mungkin benar apa kata siska, aku
seharusnya ke psikiater. Entah gangguan psikis atau gangguan jiwa, apapun
namanya, ini menyiksaku.

allahu akbar… allahu akbar

allahu akbar.. allahu akbar

lamunanku terhenti mendengar suara itu. Kulihat jam sudah pukul 05:00.
Lama sekali aku melamun ternyata Sampai waktu subuh datang.

Asyhadu alla ila ha illallah…

Merdu dan kuat sekali alunan kumandangya. Suaranya menggema di


telingaku. Kuhayati tiap baitnya yang kuat. Aku tahu ini suara adzan. Suara yang
dikumandang sehari lima kali. Baru kali ini aku benar-benar mendengarnya
dengan khusyuk. Nyaman dan tenang. Tubuhku terasa melayang berkat alunanya.
dan perlahan aku menutup mataku.

****

Aku di bangunkan oleh sentuhan cahaya matahari yang menembus jendela


kamarku. Kukumpulkan sedikit demi sedikit ruhku. Setengah sadar, aku melihat
waktu di handphoneku. ‘minggu, 10:30’. Harusnya ibu dan bapak sudah datang
sekarang.

Mulai dari tadi malam, aku belum berganti pakaian. Aku tidur dengan
kemeja dan jeans. Kuganti pakaianku dengan yang lebih santai nan nyaman. Dan
segera turun ke bawah menemui ibu dan bapak.

Kuturuni tangga perlahan-lahan. Dan kulihat dari kejahuan ada sosok


berkrudung duduk di sofa ruang tamu. Dari postur tubuhnya, sepertinya aku kenal.
Mendengar langkah kakiku. Ia berbalik dan menyapaku.

“rita baru bangun”

“ibu..?! udah lama datang ?”

“sudah. Kan ibu ada kirim pesan ke kamu kalo ibu pulang jam 9”
“ini beneran ibu kan ?”

“sembarangan ya bicara ke orang tua”

“habisnya ibu terlihat beda”

“kenapa ? aneh ya ibu pake hijab”

“nda. Cantik kok. Cuma rita kaget aja”

“hehe iya rit. Ibu dapat seseuatu disana. Makanya ibu memutuskan
berhijab”

“di sana ? Malaysia ?”

“iya, ibu kayak diberi hidayah. Ibu dan ayahmu ada hadir majelis ta’lim
disana. Syaikh siapa gitu ibu lupa. Ceramahnya bagus dan ngena di hati. Ibu sadar
bahwa berhijab ini kewajiban dan banyak manfaatnya bagi orang muslim”

Aku diam mendengar ibu. sembari bercerita ibu mengeluarkan barang-


barang dari koper. Ada sebuah bingkisan yang ibu keluarkan oleh-oleh dari
Negara jiran tetangga.

“nih, ibu bawa banyak oleh-oleh loh. Ada ibu belikan gantungan kunci,
baju dan ini..”

Ibu buka bungkusnya dan memperlihatnya kepadaku. Sebuah kain


berwarna krim lembut dan panjang. Hijab. Ibu memberi ku hijab.

“bagus kan, kualitas terbaik loh warnanya juga cantik.”

“iya bagus” kataku sekenanya.

“coba kamu pakai. Kamu pasti cantik pakai hijab. Ibu pengen lihat” pinta
ibu.

“nanti aja bu. Rambut rita apek, bau lagi”

“kamu belum mandi ?”

“belum hehehe”

“jorok kamu. Mandi sana gih”

“iya iya bu hehehehe”


Kupeluk ibu dan segera naik lagi ke kamar. Aku ingin menghindari
memakai itu. Bukannya aku tidak mau. Aku belum siap dan pantas memakainya.
Pikirku jika aku berhijab, aku harus mantap, Aku tidak mau lepas pasang. Aku
belum menemukan alasan kenapa aku harus berhijab. Aku yang sekarang masih
belum bisa.

Setelah mandi aku sarapan bersama ibu. Bapak masih ada urusan di
kantor. Hanya ada kami berdua di rumah. Ibu memperlihatkan foto-foto ibu di
menara kembar petronas. Dan juga kunjungan ibu masjid-masjid cantik di
Malaysia.

Ada foto ibu di Masjid Tuanku Zainal Abidin, Putra jaya. Bangunnya
berbentuk persegi dengan banyak tiang-tiang besi penompanya. Besar dan megah.
Agak mirip seperti masjid istiqlal. Kemudian ada Masjid Sulthan Salahuddin
Abdul Aziz Shah. Masjid terbesar kedua di asia tenggara setelah istiqlal. masjid
ini identik dengan bangungannya yang berwarna putih dan kubah rakasasanya
yang berwarna biru. Dan yang paling membuat ku tercengang Masjid Wilayah
Persekutuan, Kuala lumpur. Masjid ini bagaikan istana. Masjid ini dikelelingi air
biru jernih. Seolah-olah masjid ini dibangun di atas kolam. Disekitarnya
ditumbuhi pohon-pohon rindang hijau. Patut saja orang sana menjuluki masjid ini
“masjid dalam taman”. Dua menaranya yang menjulang tinggi. Kubah-kubahnya
tersebar di tiap bangunannya. Di tengah masjid diberi courtyard1 dengan halaman
dengan alas keramik yang luas. Pintu masjidnya yang megah bercorak turki
semakin menambah keagungan masjid ini. ada foto ibu dan bapak berdiri di depan
pintu masjid.

Ibu asyik bercerita tentang pengalamannya disana. Ibu ternyata di


Malaysia melakukan wisata religi. Aku menyesal sekali. Kenapa aku tidak ikut ke
sana. Mungkin jika aku kesana, kegundahan hatiku bisa sedikit teratasi.

****

Ibu sangat kelelahan dan langsung pergi tidur Meninggalkanku sendirian


duduk di sofa ruang tamu. Hari ini aku tidak ada jadwal kuliah. Jadi seharian ini
kuhabiskan waktu untuk menghibur diri di rumah. Acara di tv tidak ada yang
menghiburku. Musik yang jadi hobiku, juga gagal menghiburku. sekarang aku
bosan. Gila, badmoodku ini bermutasi menjadi perasaan yang bermacam-macam.

1
Ruang terbuka di tengah masjid
Jelas di rumah tidak ada yang dapat menghiburku sekarang. diluar
mungkin ada yang menarik. kutelfon siska.

“halo kenapa rit”

“jalan yuk”

“buset dah. Baru malam tadi ketemu”

“bosan nih aku di rumah”

“apalagi kamu ketemu aku, tambah bosan kamunya. Kan kita sering
ketemu, apa nda bosan kamu”

“hahaha gak lah. Ayolah. Sekaligus mengurangi badmoodku”

“masih badmood ?”

“iya. Combo sekarang. bosan dan badmood jadi satu”

“hahaha ya udah, mau jalan kemana nih ?”

“hmm… ke bioskop ?”

“bisa. Sekarang kah ?”

“iya.. say”

“ok. Jemput ya”

“siap”

****

Film yang kami tonton film horor. Penonton tegang dan sebagian dibuat
merinding dengan adegan yang cukup mengagetkan dan seram. Siska beberapa
kali menutup wajah dengan jaket. Film yang cukup seram menurutku tapi fokusku
tidak tertuju pada filmya. Pikiranku masih kosong tak terangsang oleh kengerian
adegan-adegan horor tersebut. Dua jam aku duduk dengan pikiran dan perasaan
yang galau dan kosong seperti seblumnya.

Selepas nonton kami berdua ke taman ditengah kota samarinda. Banyak


orang-orang menghabiskan sore disini. Biasanya taman ini dijadikan tempat bagi
komunitas dan perkumpulan para remaja. Disediakan juga tempat bermain bagi
anak-anak. Berjejer pula romobong-rombong para pedagang di sekitar taman.
Tapi lebih sering taman ini digunakan sebagai lahan orang pacaran dan. Banyak
pasangan muda-mudi yang kencan di taman ini. bangku-bangku diatur dan
ditempatkan sedemikian rupa teruntuk para pasangan. Para jomblo pun
bertebaran di tempat ini, berharap menemukan jodohnya.

Kesalahan besar kami datang kemari. kami dipaksa menyaksikan


pasangan-pasangan yang dimabuk cinta. Jalan pegangan tangan, peluk-pelukan,
senggol-senggolan Hal itu memang sudah biasa dilakukan orang pacaran sih, tapi
menurutku itu sangat menjijikan.

“sis, ngapai sih kita kesini ?” Tanyaku kesal.

“lah, kan kamu yang ngajak, aku sih ngikut aja” protes siska.

“aku kesini pengen minum es cendol. Nda taunya ada pemandangan


menjijikan disini”

“hahaha, iri ya ?”

“ngapain aku iri”

“sudah biasa orang kayak gitu rit. Kalo kamu punya pacar kamu pasti
bakalan gitu juga”

“emang kamu gitu sama putra”

“iya, hahaha. Makanya yuk kita cari disini. Siapa tau ada laki-laki tampan
dan menawan buatmu”

“Enggak”

Kami berdua duduk dibangku yang berada ditengah taman sambil


meminum es cendol yang kupesan. Cocok sekali di minum sore-sore seperti ini.
tepung beras bercampur pandan yang telah diolah menjadi lembut dan kenyal,
dicampurkan dengan saus gula merah, santan, dan es batu terlihat segar
kelihatannya. rasa manis gula merah dan asin santan bercampur menjadi satu
didalam lidah, mendukung satu sama lain. Sensi nikmat dan kesegaran yang tiada
duanya.

Sembari menikmati es condol, Siska menanyakan keadaanku sekarang.


kujawab masih sama seperti sebelumnya, Tidak ada perubahan. Dia tertunduk
menyerah tak bisa berbuat apa-apa.
“rita, kayaknya emang benar kamu harus pergi ke psikiater gitu”

“mungkin. Nanti lah”

“aku bingung sampe sekarang. belum dapat titik temunya kenapa kamu
jadi kayak gini”

“sama. Aku juga”

“kalo kamu sedih atau marah mungkin bisa kita cari sebab dan solusinya.
Ini tiap kali kutanya. Kamu jawab kosong aja, lagi badmood aja. Ditanya
sebabnya nda tau. Sikapmu jadi aneh gara-garanya nda kayak kamu.” Tegas siska.
Suaranya meninggi menunjukan kekhawatirannya kepadaku.

“jujur. Aku juga kesal kenapa aku kayak gini. Dan benar katamu ini
berpengaruh ke sikapku. Mungkin aku kayak gini gara-gara kurang bahagia”

“maksudmu ?”

“ya aku akhir-akhir ini kayak merasa kurang bahagia, merasa kurang
tenang. Masalah finansial, lebih dari cukup menurutku. Kebutuhanku semuanya
terpenuhi. Masalah asmara, aku nda begitu memperdulikan masalah gitu-gituan.
Paling juga ada yang cocok nanti. Kedua orang tuaku sayang kepadaku dan
Sahabat banyak dan baik-baik semua kayak kamu. Seharusnya aku bisa bahagia
semua dengan itu semua. Tapi nyatanya masih ada yang kurang. Masih ada yang
belum lengkap gitu.” Aku menjelaskan panjang lebar.

“ya memang ada yang kurang sih dari penjelasanmu tadi” komentar siska

“apa yang kurang ?”

“yang kamu sebutkan semua itu kebahagiaan jasmanimu”

“jadi maksdumu….”

“iya, spritualmu.”
Laki-laki itu

Mendengar jawaban siska yang terkahir kami berdua membatu. Tidak ada
komentar dan tanggapan lagi dari kami berdua. kami berdua sadar, kami jauh dari
dari nilai-nilai spiritual. Kami jauh dari agama. Pemahaman kami tentang agama
pun sangat terbatas. Kami Islam tapi, kami kurang menjalankan ajaran-ajarannya.
Kami mengasingkan diri dari Islam dan pura-pura tidak memperdulikannya.
Mungkin inilah yang disebut orang-orang Islam KTP. Ya, kami berdua Islam
KTP. Islam kami hanya tertulis di Kartu tanda Penduduk.

Mungkin anak muda seperti kami ingin bebas. Kami tidak ingin dikekang
oleh aturan-aturan yang menyulitkan, Kami ingin lari darinya. Agama seolah-
olah melarang kami menikmati kehidupan, melarang kita untuk bersenang-senang.
Apalagi agama Islam, Yang banyak sekali aturan-aturannya.

Dalam hati kecilku, aku membenarkan dan sekaligus terkejut mendengar


jawaban siska. Tak kusangka, hal seperti itulah yang membuat keadaanku kosong
gunda, galau, dan gelisah seperti sekarang. aku tersadar, nilai spiritualah yang
memberikan ketenangan dalam kehidupan. Teringat aku dengan hijab yang
dibelikan ibu dirumah. Pertanyaannya demi ketenangan jiwaku sekarang apakah
sekarang aku harus membuang kesenangan masa mudaku ? haruskah aku
mengenakan hijab ? haruskah aku beribadah terus-terusan ?. pertanyaan-
pertanyaan itu mengiang-ngiang di kepalaku. Semua terjadi begitu cepat.

Bunyi handphone memecah lamunan kami berdua. handphone siska yang


berdering ternyata. Dia permisi kepadaku menjawab panggilan telfon. Sepertinya
dari danang pacarnya.

“rita, tadi danang telfon dia ada disekitar sini. Mau jemput aku, katanya
dia pengen ngajak makan gitu. Kamu mau ikut ?” ajak siska.

“nda. Sekarang lagi malas jadi obat nyamuk” candaku. Kami berdua
tertawa. Suasana jadi cair lagi sekarang. kami bercerita macam-macam sembari
menunggu danang. Kami alihkan masalahku tersebut dengan cerita ringan dan
santai. Akhirnya siska ditelfon lagi, Danang sudah menunggu di mobil. siska
memelukku sebelum pergi meninggalkanku. Dia janji malam ini dia akan
menelfonku. Dia sebenarnya tidak enak meninggalkanku dengan keadaan seperti
ini. Tapi aku meyakinkan bahwa aku baik-baik saja tidak perlu khawatir dengan
keadaanku. Dia memelukku sekali lagi dan melambai saat dia pergi
meninggalkanku.
****

Siska sudah jauh meninggalkanku. Aku masih duduk melamun ditengah


taman. Aku sudah muak, kenapa aku jadinya harus begini. Ingin rasanya kutampar
diriku sekeras-kerasnya, mencoba sadar kembali seperti semula. Aku berusaha
menepis percakapan-percakapanku sebelumnya. Tapi memori itu terus terputar
kembali kedalam pikiranku. semakin Aku mencoba bersikap masa bodo seolah-
olah tidak terjadi apa-apa. Semakin pikiran dan pertanyaan itu menghantuiku.

Tak lama ada seorang laki-laki berbadan kurus dan tinggi datang dan
duduk dibangku yang sama kududuki. Dia duduk agak jauh disampingku. Laki-
laki itu paras wajahnya sangat tampan. Biasanya aku biasa saja bertemu dengan
para laki-laki, tapi kali ini aku dibuat terkesima oleh tampangnya. Laki-laki itu
berambut sasak dan berjambang, kulit sawo matang, berdagu dan berhidung agak
mancung. Wajahnya sekilas mirip orang turki atau Pakistan. Dia seumuran
denganku. Pakaiannya pun menarik perhatianku. Dia memakai baju koko
berlengan pendek dengan celana kain berwarna hitam. Dia memiliki aura
tersendiri saat aku melihatnya.

Dia duduk tegap dan kemudian dia mengeluarkan sesuatu dari tasnya.
Sebuah buku. Dia membuka-buka dimana halaman terakhir yang dia baca. Setelah
dia temukan, dia bersandar dan mencoba santai sambil menikmati isi buku yang
dia baca. Sekilas kulihat judul buku yang dia baca “The Maze Runner”. Tanpa
sadar aku bergumam cukup keras “ohhh maze runner”. Dia terkejut dan
mengalihkan pandangannya kearahku. Aku sangat terkejut dan berusaha
mengendalikan situasi sekarang.

“suka baca novel ya” tanyaku.

“iya” jawabnya singkat.

“aku belum pernah baca novelnya. Tapi pernah nonton filmnya. Keren loh
sudah nonton belum” tanyaku lagi.

“belum” jawabnya singkat lagi.

Baru kali ini aku mencoba sok kenal, sok asik ke orang lain. Berapa kali
aku diajak kenalan dengan laki-laki lain. Tapi, kali ini aku yang merasakannya,
Sulit ternyata mengajak orang kenalan, Apalagi laki-laki seperti ini cuek sekali.
Aku berusaha mencari pembahasan lagi agar tidak canggung.
“sudah sampai mana ?”

“emm ini si thomasnya terkurung di labirin malam-malam habis nolongin


si alby”

“oh sampe situ. Nanti thomasnya dikejar-kejar sama griver, serangga gitu.
Baru dia tolongin miho ngelewati labirin yang berubah-ubah…..”

“beh, beh, jangan spoiler dong” kata laki-laki itu sambil tersenyum.

“ups, sorry hahaha.”

Aku mulai akrab dengan dia. jujur aku tertarik dengan laki-laki itu. Dilihat
dari aura dan perwatakannya dia ini berbeda dari yang lain. Aku dibuat penasaran
akannya. kusodorkan tanganku ke arahnya. Sambil memperkenalkan diri “rita
purnawati salam kenal”.

“ibnu rusyd” jawabnya. Responnya tak terduga. Dia tidak menyambut


jabat tanganku, Dia mengatupkan tangannya seperti seorang biksu, juga seperti
orang-orang di iklan hari raya yang mengucap “Minal Aidzin Wal Faidzin” pose
tangannya sama persis seperti itu. Dari sikapnya seperti itu aku bisa menilai, kalo
orang ini taat dalam beragama. Seharunya aku sudah menyadari dari melihat
pakaiannya. Agak canggung juga saat dia berkenalan seperti itu. Aku berusah
akrab lagi kepadanya.

“oh anak alim ternyata. Tapi tumben baca novel” kataku.

“seharusnya bagaimana ?” tanyanya dengan ekspresi yang sangat dingin.


Raut wajahnya berbeda dari sebelumnya.

“ya biasanya kan. Orang kayak kamu tu bacaannya Qur’an, kitab, buku-
buku religi gitu. Dan juga tongkrongannya kan di masjid bukan di taman kayak
gini yang banyak orang buat dosa kan. Aneh aja gitu.”

“oh jadi maksudmu orang yang taat beragama tidak boleh baca novel,
tidak boleh keluar rumah. Harus terus-terusan ibadah dalam ketaatan ?” tanyanya.

Aku terkejut mendengar pertanyaannya. “bukan seperti itu. Hanya saja


aku melihat biasanya orang alim…….”

“gini ya, jika kau tidak punya pengetahuan tentang sesuatu hal. Jangan kau
berkomentar yang bukan-bukan.” Potongnya sambil tersenyum meremehkan.

Aku tersinggung. “salahkah aku mengukur kebiasaan orang dari apa yang
kulihat” protesku.
“begitulah orang-orang bersikap mereka adalah alat ukur. Bebas mengukur
ini seperti ini, ini seharusnya begini. Lupa kalo alat ukur pun bisa diukur. Manusia
saling mengukur perilaku merka satu sama lain sampai lupa ada Sang pengukur
yang sesungguhnya.” Dia mengutarakan jawabannya sambil tersenyum sok. Aku
terdiam tidak bisa menjawab. Kata-katanya yang terakhir agak sulit kupahami dan
menurutku tidak nyambung dengan pembicaran sebelumnya. Kemudian dia
bangkit dari duduknya dan pergi menjauhiku.

****

Sesaat aku dibuat gugup oleh karismanya. Hatiku berdebar-debar saat


dekat dengannya. Tapi semua itu sirna dalam sekejap setelah mendengar
singgungannya. Ketertarikanku diawal tadi berubah menjadi benci kepada laki-
laki itu.

Memang aku tidak mempunyai pengetahuan apa tentang agamaku, tentang


Islam. Mungkin kata-katanya ada benarnya. Aku tak bisa berkomentar tentang
sesuatu yang aku tidak pahami. Yang ada nanti hanya prasangka saja yang timbul.
Akan timbul salahpaham. Aku juga tidak berhak menentukan seseorang harus jadi
seperti apa, harus bertingkah laku seperti apa karena aku juga manusia sama
seperti mereka. Yang berhak menilai diri seseorang hanya ‘ia’.

Laki-laki itu memberikanku pelajaran tanpa kusadari. Memang dari


senyumnya yang sok dan kata-katanya yang pedas membuatku tersinggung. Tapi
terselip disana nasehatnya kepadaku.

Malamnya aku bertelfonan dengan siska. Sambil berbaring di kasurku, aku


curhat kepadanya tentang laki-laki itu.

“sis, tadi aku kenalan sama cowok loh” curhatku.

“hah, beneran, siapa namanya ?” Tanya sisika.

“ibnu rusyd seingatku”

“cie, ganteng nda ?”

“banget”

“asik, dapat nomornya kan kamu ?”


“nda. Aku juga nda jadi suka”

“loh, kenapa ?”

“dia cowok alim gitu sis. Tampangnya aja tampang-tampang ustad”

“wah keren tuh. Seharusnya kamu dekati dong siapa tau dia bisa jadi
imammu hahaha”

“dia ada buat aku tersinggung sis”

“hah kok bisa ?”

Kuceritakan kejadian tadi sore ke siska.

“kamu yang nyinggung duluan rit”

“aku kan cuma berpendapat aja. Tau-taunya dia tanggapi serius”

“iyalah secara nda langsung kamu nda memperbolehkan dia baca novel.
Membaca novel hak setiap orang rit. hahaha” Sewot siska.

“iya aku salah !” Jawabku dengan kesal.

“nanti kalo ketemu minta maaf gih”

“ogah”

“sombong banget hahaha”

“biarin” jawabku cuek.

“eh tapi kamu jadi nda badmood lagi kan ?”

“badmood sama si dia”

“hahaha syukur deh. Untung aja ada laki-laki itu. Jadi teralihkan
pikiranmu ke dia. dah pikirin dia aja jangan badmood lagi.”

“udah ah. Sudah larut nih”

“iya, mata juga sudah pedes nih. Met malam ya rita sayang, jangan
badmood lagi loh.”

“iya met malam juga.”

Kututup telfon dari siska. Diam sejenak. Betul kata siska, pikiranku
sekarang teralihkan ke laki-laki itu. Masih berbekas dipikiranku wajah tampannya.
Tapi sayang kenapa pertemuanku dengannya harus jadi pertengkaran. jika tidak,
mungkin kami bisa dekat.

Kucoba googling. Mungkin dengan berselancar di dunia maya aku bisa


dapat kontak sosial medianya. Entah kenapa aku jadi kurang kerjaan seperti ini.
tapi aku benar-benar berhasrat ingin menemukan kontaknya. Ingin tahu lebih
banyak tentangnya. banyak yang bernama ibnu rusyd, setidaknya jika dia
memasang foto profil aku bisa tahu. Kuketik di pencarian “ibnu rusyd”, dan yang
muncul malahan artikel-artikel.

Kupilih salah satu artikel dan kubaca sekilas. Nama Ibnu rusyd adalah
nama dari seorang tokoh ilmuwan Islam yang berasal dari spanyol. Ia adalah
seorang ilmuwan yang multitalenta. Dia ahli dalam berbagai bidang ilmu. Dalam
keilmuan agama, Ibnu Rusyd menguasai ilmu Al-Qur’an, hadis, dan fiqih. berkat
kecerdasannya yang luas dan dalam terhadap hukum Islam, Ia bahkan diangkat
menjadi qadi2. Banyak kitab-kitab fiqih yang ia tulis

Dalam bidang ilmu pengetahuan, Ibnu Rusyd memberikan kontribusi dan


pengaruh bagi perkembangan ilmu pengetahuan di dunia. Ia seorang ahli filsafat,
astronomi, matematika, dan kedokteran. Ibnu Rusyd pernah dijadikan dokter
pribadi oleh Khalifah Islam di spanyol. Khalifah yakin Ibnu Rusyd memiliki
keterampilan dan kemampuan sebagai praktisi kedokteran. Ibnu Rusyd menulis
lebih dari duapuluh dan risalah mengenai semua aspek kedokteran. atas
permintaan khalifah dia menulis sebuah ensiklopedia al Kulliyyati fi al-Tibb (buku
kaidah-kaidah pokok kedokteran). Dalam buku itu dia menjelaskan prinsip dasar
dan praktik pengobatan dari sudut pandang yang rasional. Pendekatan Ibnu Rusyd
terhadap ilmu kedokteran tidak hanya canggih, tetapi juga menyuluruh dan
menyegarkan.

Sebagai seorang ensiklopedis genius, Ibnu Rusyd tidak mempercayai


pemisahan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, ia tidak membatasi dirinya hanya
menjadi ahli dalam satu bidang keilmuan saja. Disamping ahli hukum islam dan
dokter terkemuka. Ia juga salah satu filsuf muslim terbesar sepanjang masa.
Diberkahi pemikiran yang sangat tajam dan mendalam, Ibnu Rusyd memiliki
kepakaran dan tak tertandingi dalam hal pemikiran dan pandangan dunia yang
islami. Kemampuannya untuk menyelidiki seluk-beluk teologi, filsafat, dan
hukum Islam baik untuk membuktikan, melontarkan, membantah suatu pemikiran
sangat luar biasa. Karena cakupan pengetahuannya yang begitu luas, serta
pendekatannya terhadap teologi dan filsafat yang canggih dan sistematis, filsuf-
filsuf lain gagal dalam memahami kerumitan dari semua ide, pemikiran dan

2
Hakim
gagasannya, meski berulang kali mencoba tetap gagal. Pemikirannya dipengeruhi
oleh aristoteles.

Di dunia barat Ibnu Rusyd dijuluki Averroes. Ia memberikan pengaruh


yang luar biasa terhadap para cendikiawan dan pemikir Eropa abad pertengahan
dan modern. Sebut saja seperti St. Thomas Aquinas, Albertus Magnus, Micheal
Scot, Roger Bacon, John locke, Blasie Pascal dan Immanuel Kant. Setelah
menghabiskan seluruh hidupnya untuk mencari ilmu pengetahuan dan
kebijaksanaan, Ibnu Rusyd meninggal di Maroko di usia yang ke tujuh puluh dua
tahun. Kemudian jenazahnya dipindahkan di Kordoba, Spanyol.

****

Aku terbangun di pagi hari dengan handphone masih berada dalam


genggamanku. artikel yang kubaca masih belum kukeluarkan. sangking asyiknya
malam tadi aku membaca artikel, sampai tertidur-tidur.

Jam di handphoneku menunjukan pukul 08:30. hari ini aku ada jam kuliah
pagi. Aku segera bangun, mandi dan bersiap-siap ke kampus.

Sebelum berangkat, sebagaimana perempuan kebanyakan, Terlebih dahulu


aku melakukan ritual di depan cermin. Lipstik ku goreskan ke bibir. Bedak dan
pelembab kusebarkan ke wajah. Sisir dan minyak tumpahkan ke rambut.
Semprotkan parfum keseluruh badan. Ritual selesai, saatnya go !.

Baru beberapa langkah aku menuruni tangga, ibu sudah memanggil dari
dapur menyuruh untuk sarapan. Ada bapak juga disana yang sedang menikmati
nasi kuning buatan ibu.

“rita, sarapan dulu” perintah ibu.

“nda bu. Rita minum aja. Sudah telat nih” kataku.

“nanti nda fokus kuliahnya” kata ibu khawatir.

“nda. Nanti rita makan juga kok dikampus”

“mau berangkat bareng ?” Tanya bapak.

“nda usah pa. rita nanti kmungkinan ada kerja kelompok tugas kampus.
Bapak jadi repot-repot jemput rita.” Kataku.
“yasudah” kata bapak.

Aku mencium tangan mereka berdua dan pamit berangkat. Hari ni cerah
sekali, seseaat kurasakan saat keluar dari rumah. Semoga moodku sekarang
secerah hari ini.

****

Salah besar. Moodku hari ini tidak secerah yang kubanyangkan.


Kebosanan lagi-lagi menyerangku. Aku terpaksa mendengarkan kicauan dosen
tentang materi Ekonomi pertanian. Kata-kata yang keluar dari mulut dosen,
berusaha kujejalkan ke dalam kepalaku. Tapi otakku menolak. Kapasitas
penyimpanan otakku tidak sanggup menaruh semua materi kedalamnya.

Aku duduk sambil ternganga-nganga. Siska yang duduk di belakangku


sudah terbang ke dunia fantasinya sendiri. Kadang aku berfikir, kesalahan besar
aku masuk jurusan ekonomi. Tapi yah, jalani sajalah.

Pikiranku melayang ke Ibnu Rusyd. Ia seseorang yang haus akan ilmu


pengetahuan tidak sepertiku. Jenius sepertinya akan melahap segala macam ilmu
pengetahuan. Aku berharap otakku seencer dan setajam Ibnu Rusyd. Dengan
punya otak sebrilian itu, dengan mudah kukuasai ilmu ekonomi.

Berdasarkan yang kubaca tadi malam, Ibnu Rusyd seperti


menggambungkan antar ilmu agama islam dan pengetahuan. Dia menjadi ulama
yang paham tentang peribadahan Islam. Dan dia juga ahli dalam berbagai ilmu
pengetahuan umum. Mungkin aku salah. Aku mengira selama ini orang yang
belajar ilmu agama harus mesti menjadi kyai atau ustad yang urusannya terhadap
permasalahan agama saja. Tapi Ibnu Rusyd membuktikan dia bisa menjadi ulama
sekaligus ilmuwan di waktu bersamaan.

Teringat lagi aku dengan laki-laki itu. Aku salah telah berkomentar
kepadanya. Karena dia taat beragama, bukan berarti dia tidak boleh melakukan
sesuatu yang lain. Tidak patut seseorang harus terus-terusa beribadahkan ?.

Teringat juga aku akan singgungannya kepadaku. “jika kau tidak punya
pengetahuan tentang sesuatu hal. Jangan kau berkomentar yang bukan-bukan”.
Aku sudah paham sekarang. aku sudah tahu sekarang. mulai sekarang aku harus
banyak mencari tahu dahulu baru kemudian berpendapat.
Laki-laki itu bernama Ibnu Rusyd, bisa jadi dia sebijak dan secerdas Ibnu
Rusyd yang sungguhan. Kenapa sekarang aku mikirkan sia dia sih!.

Asyik aku tenggelam dalam pikiranku. Telingaku yang semula nonaktif,


berfungsi kembali ketika mendengar “baikalah, kuliah hari ini cukup sampai
disini”. Aku menghembuskan nafas dengan lega. Setelah bersabar menunggu,
akkhirnya, penderitaanku berakhir juga.

“uy” kataku membangunkan siska.

“hah, sudah selesai kuliahnya ?” Tanya siska setengah sadar.

“udah. Nyenyak tidur ?”

“nyenyak banget. Kepalaku berasap-asap sudah rit. Nda tahan aku” keluh
siska.

“hahaha sama aku juga.”

Buuuk !!. suara hantaman keras ke meja, membuat seisi kelas terdiam.
Dua orang perempuan terlihat sedang beradu mulut.

“ini yang kamu kerjakan salah ! siang ini makalah kita sudah dikumpul,
kamu ini bagaimana sih, bukannya sudah kubagi tugas masing-masing punya
trelinga nda ?” teriak ayu.

“maaf yu, aku tidak tahu kukira…”

“makanya kalo orang ngomong di dengerin” kesal ayu. Di jambaknya


rambut desi. Air matanya mengalir. Dia hanya bisa pasrah diperlakukan seperti
itu. Dia sadar, memang itu kesalahannya. Apapun yang dibuat teman
sekelompoknya dia terima.

Aku geram melihat perlakuan ayu terhadap desi. Ayu tidak habis-habisnya
meneriaki desi. Bahkan tak segan menggunakan tangannya untuk menyakiti desi.
Akhirnya lepas sudah amarahku. “ayu, stop!” teriakku.

Ayu yang sedari tadi dihadapan desi, mendengar teriakanku langsung


menatap tajam kepadaku. “kamu diam rit, ini bukan urusanmu”.

“awalnya aku biasa aja. Sekarang Kamu sudah main tangan ke desi”

“biarin, salah dia sendiri”

“Cuma salah paham. Sekarang biar kamu teriak sampai mulutmu berbuih-
buih. Nda bakalan terubah juga makalahmu”
“diam kamu ! jangan sok jadi pahlawan, Intinya ini salahnya desi”

“oh ya lupa aku, Cuma sang putri ayu saja yang tidak melakukan
kesalahan di muka bumi ini.”

Ayu maju kedepaan ingin menyerangku. Segera siska dan yang lain
mencegahnya. Kosma akhirnya angkat bicara. “hari ini pak yanto nda masuk,
makalah di kumpul minggu depan”. Setelah mendengar kabar itu, kuambil tas dan
menuju keluar kelas. Bisa aku yang balik menyerang ayu jika terlalu lama di
kelas. Belum jauh aku meninggalkan kelas, Desi mengejarku.

“rita !”

“kenapa des” tanyaku.

“aku Cuma mau bilang makasih sudah bela aku tadi”

“aku muak aja ngeliat dia. seolah-olah dia aja yang paling hebat.
Seharusnya kamu tadi lawan balik dong”

Dia tersenyum mendengarku

“sekarang perbaiki gih makalahnya. Untung aja minggu depan dikumpul”

“iya. Makasih ya rit” kata desi. Kemudian dia memelukku.

****

Perutku dari tadi berbunyi tidak karuan, ingin minta segera diisi. Aku tidak
terlalu suka makanan di kantin kampus. Jadi, aku cari makan di luar, sekaligus
refreshing menangkan pikirian.

Kukendarai mobilku melihat-lihat dimana rumah makan yang enak, murah


meriah. Kuihat kiri kanan dari balik jendela mobilku. Ketika aku melewati gereja.
Aku melihat laki-laki itu!. Tidak salah lagi dia memang laki-laki itu. Ibnu rusyd.
Dia membonceng perempuan tua. dan dia menuntun perempuan tua itu masuk ke
gereja. Itu dia kan ? apa aku tidak salah lihat ?.
Bukti

Beberapa buah bola bakso yang kumakan ternyata cukup membuat perutku
kembung dan sesak. Tenaga dalam tubuhku sudah terisi dan siap untuk dibawa
bekerja kembali.

Selepas makan, aku duduk bersantai di restoran bakso tempatku makan


siang. Sambil Menurunkan makanan kedalam perutku, aku mengingat-ngingat
lagi apa yang barusan kulihat. Jambangnya yang khas, postur tubuhnya yang
jangkung, dan juga senyumannya masih terekam dikepalaku. Itu Ibnu rusyd, tidak
salah lagi. Tak kusangka dia tempat itu. Apakah dia..? tidak mungkin! Namanya
saja diambil dari ulama dan ilmuwan orang Islam, tidak mungkin dia non muslim.
Ah, aku jangan berfikiran yang macam-macam. Aku harus mencari tahu terlebih
dahulu baru bisa menyimpulkan.

Handphone ku bergetar, ada pesan masuk. “rita, ngml skrng di gazebo”.


chat dari teman sekolompokku. Aku langsung berdiri menuju kasir dan membayar
pesananku. Sebenarnya aku agak malas ngumpul cuma sekedar membahas tugas
saja. Tapi, jika tidak ingin berakhir seperti kasus desi, mau tidak mau harus
kesana.

Segera aku menuju ke gazebo kampus. Teman-teman kelompokku sudah


duduk bersila menunggu kedatanganku. Kemudian aku duduk bergabung bersama
mereka, dan ketua kelompok mulai membagi-bagi tugas yang harus dikerjakan.
Aku sebenarnya tidak masalah makalahnya jadi seperti apa. tapi, aku masuk di
kelompok yang perfectsionis. Orang-orang yang mengejar kesempurnaan. Tidak
ingin salah sedikit saja dari pekerjaan mereka. Aku tidak mungkin malas-malasan
sendiri dikelompok ini. mereka tidak akan segan mencoret namaku dari
kelompok. Jelas aku tidak ingin bermasalah dalam mata kuliah apapun. Jadi, aku
cari aman saja menyesuaikan diri. Sesuai pribahasa masuk ke kandang kambing
mengembik, masuk kandang kerbau menguak.

Ada untung-ruginya aku bergabung di kelompok ini. aku jadi rajin.


Ruginya aku harus tepat waktu. Setelah diskusi bersama, sudah diputuskan
pekerjaan masing-masing harus dikumpul tiga hari dari sekarang. gilanya, semua
sepakat kecuali aku. Tidak ada toleran dari kelompokku. Ada yang mengetik
materi dan ada yang membuat power point. Kami menghindari alangkabut saat di
hari H. makanya kelompokku membuat jadwal deadline kapan semua harus
selesai dan harus sempurna demi nilai yang sempurna. Dengan terpaksa kuiyakan,
tidak mungkin aku protes sendirian. Entah harus bersyukur atau menyesal aku
tergabung dengan kelompok ini.

****

Yang lain sudah mengerjakan tugasnya ditempat. aku izin pamit. Aku
memilih menyendiri mengerjakan tugasku di taman.

Sesampainya di sana, aku duduk di tempat sama seperti kemarin. Sambil


ditemani es cendol favoritku, kubuka laptop miniku.

Untung saja ketua kelompokku sudah memberikanku bahan refrensi


makalah, Jadi aku tak perlu susah payah lagi mencari. Aku hanya tinggal
mengetik apa-apa yang penting dari buku refrensi sebagai isi makalah.

lagi seru-serunya jariku menari diatas keyboard, suara yang tak asing
menyapaku.

“assalamualaikum. Rina purmalasari ya ?”

“wa’alaikumsallam. Rita purnawati” jawabku jengkel.

Rupanya ibnu rusyd. Agak terkejut, aku tak menyangka akan bertemu dia
lagi. Jengkel bercampur senang aku bertemu dia.

“hahaha maaf aku agak lupa namamu” katanya.

“serah. Ngapain kamu disini ?”

“ini memang stanku baca buku. Kamu juga ngapain disini ?”

“ngerjakan tugas” jawabku jutek.

“oh”

Kemudian dia duduk ditempat saat awal dia bertemu denganku. Bangku
yang sama, namun agak jauh dariku. Dia asyik sendiri dengan bukunya dan aku
asyik dengan tugas makalahku. Aku teringat kembali kejadian tadi. Tak tahan
bibirku ingin bertanya kepadanya. Aku berusaha mencari-cari kata yang pas agar
tidak menyinggungnya.

“namamu kemarin ibnu rusyd ya ?”

“iya. Panggil aja ibnu. Alhamdulillah masih ingat namaku”


“mirip nama ilmuwan”

“masya allah, tau ya kamu” ejeknya.

“kau kira aku orang bodoh”

“hahahaha”

“sekilas tadi siang aku lihat orang mirip kau di gereja” kataku dengan
sangat hati-hati.

“ohh itu memang aku”

“hah, jadi kau non muslim”

“astaghfirullah. Yang benar aja lah. Kau kan tadi dengar aku ucap
ssalamualaikum”

“ok maaf. Aku ingin dengar ceritamu terlebih dahulu baru aku
berkomentar”

“wow. Takjub aku. Sudah paham ternyata nasehatku yang kemarin”

“cepet cerita !”

“ok, sabar dong. Tadi di jalan aku kebetulan ketemu perempuan tua. dari
jauh kulihat dia kelelahan sekali berjalan. Aku iba terhadapnya Dan kutanyakan
dia ingin kemana. Katanya dia ingin ke greja. jadi kuantar perempuan tua itu. Dan
kutuntun sampai masuk ke greja” jelas ibnu .

“jadi kau mau membantu orang yang ingin beribadah yang tidak sepaham
denganmu ?”

“jadi aku harus bagaimana. Kubom gitu tempat ibadahnya” jawabnya


dengan pedas.

Aku terdiam

“sebagai sesama manusia, kita diajarkan saling tolong-menolong. Bahkan


Islam-pun mengajarkan kepada kita untuk melindungi orang non muslim yang
minta perlindungan3. Islam menjadikan segala perbuatan baik kita ke semua
makhluk hidup adalah sedekah, termasuk kepada non muslim.”

Aku lagi-lagi terdiam. Aku sudah berpikir yang bukan-bukan ke dia

3
Q.S. : At-Taubah 9:6
“maaf, aku sudah berprasangka buruk ke kamu”

“hahaha nda apa”

“maaf juga soal kemarin”

“soal apa ?” tanyanya bingung.

“aku tidak seharusnya menentukan orang bagaimana dan seperti apa. Aku
manusia tidak berhak menentukan apa-apa” kataku.

Dia tersenyum melihatku. Aku salah tingkah melihat wajahnya. Segera


kualihkan pandanganku darinya. Orang ini ngeselin tapi sangat tampan jika
tersenyum. Aku merasa dia orang yang expert dengan agama islam. Tanpa basa-
basi aku bertanya ke dia.

“ibnu”

“apa ?”

“aku boleh tanya nda ?”

“Tanya apa ?”

“akhir-akhir ini moodku jelek. Entah karena apa aku tidak tahu. Kosong
dalam pikiranku, ada tidak ketenangan dalam hatiku. Kata temanku aku terganggu
dalam masalah spiritual. bagaimana pendapatmu ?” kataku. Aku baru sadar aku
curhat tentang masalah pribadiku ke orang yang baru saja ku kenal.

“bisa jadi. Al-ladzina aamanu watathma-innu quluubuhum bidzikrillahi


alaaa bidzikrillahi tathma-innul quluub. Orang-orang yang beriman dan hati
mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. ingatlah, hanya dengan
mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.4” Jawabnya.

“maksudmu, aku lupa akan Allah ?”

“sebenarnya aku tidak ingin menggurui. Tapi karena kau bertanya dan ini
untuk kebaikanmu. Maaf Aku balik bertanya. Kau itu lupa atau sengaja lupa ?”

Aku terdiam membisu.

“aku yakin kau tahu setidaknya sedikit dengan Islam. Allah mengatur
tuntunan dan aturan kepada manusia dalam agama Islam. Mulai dari yang besar
sampai kecil sekalipun seperti masuk keluar wc, Ada aturan dan tuntunannya.

4
Q.S. Ar-Ra’d 13:28
Itu semua diatur untuk manusia, agar sukses hidup bahagia di dunia dan di
akhirat. Kadang beberapa manusia menghiraukan aturan-aturan itu. Dianggap
terlalu susah, berat dan sebagainya. Aturan dan tuntunan itu untuk manusia
sendiri, bukan untuk allah. jika seluruh manusia tidak mengerjakan perintah Allah,
pun Allah tetap mulia. Jika seluruh manusia tidak mengingat Allah, pun Allah
tetap mulia.” Jelas ibnu.

Aku khusyuk mendengarkan. “ok, jadi maksudmu dengan mengingat


allah, hati menjadi tenang. kita wujudkan dengan mengerjakan aturan dan
tuntunannya dan menjahui larangannya, aku paham. Sekarang adakah bukti
perbedaan orang yang mengikuti aturan dan tuntunan Allah dalam agama Islam
dengan orang yang tidak mengikuti sama sekali” tanyaku kembali.

Dia terdiam sejenak, sambil berfikir.

“dulu di zaman Rasulullah, ada seorang musyrik berbincang-bincang


dengan Rasulullah. Saat berbincang-bincang itu Rasulullah menuangkan segelas
susu kepada orang musyrik tadi. Habis segelas susu Rasulullah menuangkan kali
kedua, dan habis diminum musyrik tadi. Walhasil, 3 gelas susu habis diminum
barulah tamat perkara yang dicakapkan dan musyrikin kembali pulang.

Setelah beberapa hari, si musyrik itu akhirnya memeluk Islam karena


takjub terhadap ajaran dan pribadi Rasulullah yang sangat luar biasa.

Seperti biasa, Rasulullah menyuguhkan susu kepadanya. Tapi kali ini dia
minum sedikit demi sedikit hingga percakapan selesai. Hanya segelas susu yang
diminumnya.

Terlihat sekali perbedaan kelakuan orang itu sebelum dan sesudah


memeluk agama Islam. Sebelum memeluk Islam, orang itu rakus sekali, tapi
setelah masuk Islam, dia minum dengan perlahan dan Cuma segelas saja susu
yang diminumnya. Sesuai dengan tuntunan Islam, orang Islam menyedikitkan
makan dan minum, Tidak berlebihan. Islam mengatur yang masuk ke dalam tubuh
kita sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk
udara. Islam mengatur itu semua agar tubuh kita seimbang. Jika berlebihan akan
membuat kita malas beraktivitas dan beribadah.” Jelas ibnu.

aku masih belum puas akan jawabannya.

“aku ingin bukti yang lain” pintaku.

“bukti yang seperti apa lagi ?”


“hijab. Kenapa Allah memerintahkan berhijab. Menurutuku, Itu
memberatkan perempuan. apa pengaruh dan perbedaan antar orang yang berhijab
dan tidak ?” tanyaku kembali.

Kali ini dia tersenyum. Di ambilnya dua wafer coklat dari tasnya. “aku ada
lihat ini di internet” ujarnya. Kemudian dia membuka salah satu bungkus wafer,
dan yang satu lagi tetap terbungkus. Dijatuhkannya kedua wafer tadi ke tanah.
Wafer yang berbungkus dan wafer yang tak berbungkus tergeletak di tanah.

“kau ingin mengambil yang mana ?” tanyanya sambil tersenyum.

Aku terkejut mendengar pertaanyaanya. Dia menunggu jawabanku. “yang


berbungkus” jawabku pelan.

“seperti itu lah, perumpamaan orang yang berhijab dan tidak. Hijab itulah
yang melindungi perempuan dari keburukan, kotoran, dan kejahatan disekitarnya.
Islam mengatur sedemikian rupa bukan untuk memberatkan perempuan, tapi
menjaga kehormatan perempuan. Coba kau lihat itu !” dia menunjuk ke dua orang
perempuan yang berada di jalan setapak taman, tak jauh dari kami.

Yang satu, berpakaian terbuka, seksi, dan ketat sekali sampai terbentuk
bagian dadanya, celana jeansnya hanya sampai bahagian atas paha, bisa dilihat
dengan jelas kedua pahanya yang putih dan seksi. Dan yang satu lagi. Berpakaian
sangat tertutup. Dengan hijab panjang terurai kebawah sampai menutupi bagian
dadanya. Hanya wajah dan telapak tangannya saja yang terlihat.

“mana yang cantik di antara mereka ?” Tanya ibnu lagi.

“dua-duanya” ujarku.

“ok, ganti pertanyaanya, mana di antara mereka yang teduh ?”

“maksudmu”

“yang mana di antara mereka yang membuatmu tenang dan sejuk


melihatnya.”

Aku diam membisu, Tak menjawab. Dalam hatiku yang paling dalam. aku
memilih wanita yang berhijab. Dia cantik dan anggun sekali. Wajahnya seakan-
akan bersinar. Dan jujur aku tenang melihatnya. Tapi tidak kuutarakan jawabnku
ke ibnu.

“nah, disana ada gerombolan cowok-cowok tuh. Coba lihat apa yang
terjadi selanjutnya.” Kata ibnu.
Perempuan seksi berjalan menyusuri jalan setapak melewati segerombolan
laki-laki. Walhasil, gerombolan itu menggoda dan bersiul-siul kepadanya, sampai
ada yang nekat meminta nomor perempuan itu. Mereka bernafsu sekali melihat
perempuan seksi itu. Si perempuan cuek saja berjalan sambil lalu.

Giliran perempuan berhijab panjang yang lalu. Anehnya, tak ada satupun
dari gerombolan laki-laki itu yang menggoda dan mengganggu perempuan itu.
Mereka seolah-olah tidak sadar ada perempuan cantik lewat hadapan mereka.
Perempuan itu jalan dengan tenang melewati mereka tanpa ada gangguan apapun.

“kau lihat perbedaan di antara mereka. Jelas sekali orang yang


menggunakan hijab kehormatannya lebih dijaga. Tidak ada yang berani
mengganggunya.

Islam bukan memberatkan perempuan dengan hijab. Justru Islam


menjujung tinggi kehormatan perempuan. Islam mengatur sedemikian rupa
bagaimana kaum perempuan tidak dilecehkan. Kau tahu zaman dahulu perempuan
seperti tiada harganya. Mereka dijadikan benda pemuas nafsu. memiliki anak
perempuan merupakan aib. Banyak orang tua yang mengubur anaknya apabila
yang lahir anak perempuan.

Tapi, setelah Islam datang, Islam menghapus semua itu. Kita


diperintahkan santun terhadap perempuan, tidak kasar terhadapnya. Diatur
bagaimana cara berpakaian bagi perempuan. Pakaian mana yang tidak
mengundang syahwat dan hawa nafsu. Bagian mana saja yang ditutup. Harus
longgar, tidak ketat. Intinya perintah hijab bukan memberatkan, justru
memuliakan perempuan.” Jawab ibnu panjang lebar.

Sudah jelas pembuktian dan penjelasannya kepadaku. Aku merasa masih


bisa menghindar. “aku belum siap berhijab. Akhlakku belum baik” ujarku.

“rita. Berhijab itu bukan pilihan, tapi kewajiban. Tidak ada kata menunggu
akhlak dulu baik baru berhijab. Apa akhlak kita juga harus baik baru bisa salat ?”

“aku tidak ingin saat aku berhijab akhlaku masih belum baik. Nanti aku
lepas pasang saat berhijab”

“baik buruknya akhlak seseorang tidak bisa dinilai dari hijabnya. Berhijab
mungkin belum bisa dibilang sepenuhnya baik. Tapi dengan berhijab, bisa
menjauhkan kita dari hal buruk. saat ingin melangkah ke tempat maksiat, ia ingat
akan hijabnya. Saat ingin berbuat maksiat, ia ingat akan hijabnya. Jadi hijab ini
yang menstop dan mencegah dari akhlak buruk.”
Aku membisu. Tidak tahu lagi ingin berkata apa setelah Mendengar
penjelasan ibnu. ada guncangan di hatiku. mungkin ini sebabnya kegundahan di
diriku selama ini. aku lari dari Allah. aku tidak tahu-menahu terhadap Islam.

“maaf aku sok menggurui” kata ibnu.

“tidak apa. kan tadi aku yang nanya” jawabku

“beneraan dah. Minta maaf aku.”

“ya udah bayarin cendolnya baru kumaafin” candaku.

Kami berdua tertawa. Diskusi kami yang sesaat tadi membuat waktu
seakan-akan berjalan cepat. Hari sudah mulai senja. Ibnu berdiri dan pamit
kepadaku.

“ibnu, kau sudah kuberi tahu masalahku tadi. Jadi menurutmu apakah aku
harus hidup sekarang dengan tuntunan Islam ? termasuk berhijab ?”

“kamu yang memutuskan bagaimana. Aku tak berhak memaksamu” jawab


ibnu.

“ibnu..em, boleh minta nomor hp nda ?”

“hah buat apa. kamu mau nembak aku kah. Maaf ya, aku nda pacaran.
Kalo mau datangi orang tuaku, lamar aku.”

“ihh jijay. Lagian kan laki-laki yang lamar perempuan”

“hahaha mana handphonemu, sini kumasukan nomorku”

Kuberikan handphoneku kepadanya. dia ketikan nomor handphonenya.


Senang akhirnya aku dapat menyimpan kontak ibnu. Setelah itu, dia mengucapkan
salam dan pamit kepadaku.
Pertanda

ibu terlihat sibuk dengan pisau dapurnya mengupas bawang putih dan
bawang merah. Malam ini ibu ingin menghidangkan soto banjar sebagai makan
malam keluarga.

Tahap awal membuat soto banjar, terlebih dahulu mempersiapkan


bumbunya. Bawang merah dan bawang putih yang sudah dikupas tadi dihaluskan
bersama kunyit, jahe, dan pala, kemudian tumis campuran bumbu tadi sampai
harum. Siapkan ayam yang sudah dibersihkan. Oleskan dengan asam, taburi
garam, gula, petsin, sedikit kayu manis, sedikit cengkeh dan kapulaga. Rebus
ayam yang sudah bercampur dengan rempah-rempah tadi di air mendidh. Jika
daging ayam sudah lemah dan empuk, angkat ayam dari rebusan. Kaldu ayam
sudah jadi. Tambahi air sedikit, dan masukan tumisan bumbu tadi sebagai perasa.
Ibu biasanya menambahkan daun sop dan bawang perai, agar kaya akan rasa.
Sembari menunggu kuah soto masak. Suir ayam menjadi tipis-tipis. Siapkan
dalam mangkuk irisan ketupat. Tapi bapak biasanya suka pakai nasi. Masukan
suiran ayam tadi kedalam mangkuk. Masukan telur yang sudah di rebus. Kentang
dan wortel. Siram yang ada di mangkuk tadi dengan kuah sop yang sudah masak.

Baunya benar-benar membuat liur menetes. Aku mendekati ibu sambil


mencicipi rasanya. Maknyos ! numer uno ! ingin sudah kuselesaikan secara adat
soto itu. Tapi ibu menegurku.

“tunggu bapak dulu !” kata ibu sambil memukul tanganku yang ingin
menguahkan soto.

“aduh, bapak masih lama bu. Kita makan duluan aja ya. Sudah ngiler ni
rita” kataku.

“sabar. Bapak bentar lagi pulang.” Kata ibu jengkel.

Terdengar dari dapur suara pintu terbuka.

“Assalamualaikum” kata bapak.

“wa’alaikumsalam. Rita !” kata ibu. Sambil memukul tanganku kembali.

“loh itu bapak sudah datang bu. sudah boleh dikuahkan dong” kataku.

Bapak segera bergabung dengan kami di meja makan. Di lepasnya dasi


yang tergantung di lehernya. Terlihat bapak sangat kelelahan.
“bapak mau pake lontong atau pake nasi ?” Tanya ibu.

“pake nasi kayak biasa. Banyakin kuahnya ya” jawab bapak.

Aku khusyuk menikmati soto banjarku, rasa dari kaldu ayamnya terasa
kuat dan nikmat. Apalagi di temani dengan sejumput sirup atau teh hangat,
semakin menambah kenikmatannya.

“bapak kenapa telat pulang. Lembur ya ?” Tanya ibu.

“nda. Tadi di ajak teman bapak ikut ta’lim”

“dimana pak ?”

“ada di masjid dekat kantor bapak, sehabis maghrib tiap malam rabu dan
malam jum’at”

“ta’limnya tentang apa ?”

“tadi membahas tentang najis dan hadas bu. Penjelasannya bagus dan jelas
sekali dari ustadnya. Beliau memberikan ayat dan hadisnya secara terperinci. Juga
ada praktiknya tadi, bagaimana cara menghilangkan najis dan hadas” jawab bapak
semangat.

“wah rame ya, nanti ajak-ajak ibu dong”

“hahaha iya bu”

“rita mau ikut juga kan ?” Tanya ibu kepadaku.

Aku diam tak menjawab. Aku masih sibuk menikmati soto banjarku.

“bu. Rita masih muda tak bisa terlalu dipaksakan” kata bapak menegur
ibuku.

“ibu nda mau rita nanti kayak ibu sama bapak, Terlambat berhijrah.
Karena mumpung masih muda ibu pengen rita berhijarh.”

“hijrah ?” tanyaku bingung.

“tausyiah yang ibu dengar, hijrah tu berpindah atau meninggalkan. Kita


tinggalkan kelakuan kita yang buruk, maksiat, yang tak berguna, negative,
membuang waktu dan membuat murka Allah. kita pindahkan ke kegiatan yang
positif, bermanfaat, berpahala, dan akhlak perbuaatan yang baik” jelas ibu.

Aku tertunduk diam.


“ibu ingin rita itu tidak mencari kebahagiaan dunia saja. Ibu juga ingin rita
bahagia di akhirat. Ibu pengen rita paham agama. kalo rita paham agama saat ibu
tiada nanti, rita bisa doain ibu”

“ibu.., hidayah datang ke orang bermacam-macam. Rita masih belum


dapat sesuatu yang buat dia hijrah. Bapak yakin nanti rita bakalan nemu
hidayahnya” kata bapak dengan bijak.

“udah ya rita duluan tidur.” Kataku menutup pembicaraan. Aku


meninggalkan dapur dan langsung naik ke kamar.

****

Pembicaraan tadi membuat pikiranku kemana-mana. hijrah? Pindah?


Berubah? Memang selama ini aku salah ? aku tidak baik ? “argghhhh !!!!”
teriakku di dalam bantal.

Teringat kata-kata ibnu kepadaku. “dengan mengingat Allah hati menjadi


tenang”.

Bagaimanapun juga manusia pasti bertuhan dan butuh kepada tuhan.

Tubuh manusia bukan yang lahiriyah dan jasmaniyahnya saja yang harus
dijaga dan dirawat. Manusia juga harus memperhatikan kondisi batiniyah dan
rohaniyahnya.

Jadi haruskah aku berhijrah ? siapkah aku berhijrah ?

Kucoba tidur saja. Tidak ingin rasanya memikirkan hal berat seperti itu.
Tapi apa daya, aku tetap terjaga.

Ku ambil handphoneKu, ku chat siska. Tak ada balasan. Mungkin dia


sibuk mengerjaakan tugas makalahnya.

Aku baru ingat, aku menyimpan nomor ibnu. Chat dia? apa nda
mengganggu dia ya. Chat dia saja lah. Daripada harus chat rendi.

“assalamualaikum” tulisku. Agak aneh rasanya. jarang aku menggunakan


salam saat chatting dengan orang. Dengan dosenku sendiri aku biasa
menggunakan “selamat siang”, “selamat malam”.

“wa’alaikumussalam. Ini siapa ya ?” jawabnya.


“rita. Ganggu kah aku ?”

“oh, ada apa ?”

“nda apa, pengen chat aja”

“maaf ya, aku ngantuk mau tidur”

“aduh, maaf ganggu” tulisku dengan kecewa.

“nda bisa tidur kah ?” tanyanya lagi.

“enggak”

“masih nda tenang, masih galau, nda mood ?”

“ndak tau. Kasih saran dong biar aku bisa tidur”

“saran sesuai tuntunan Islam ?”

“iya” jawabku.

“banyak sih adab tidur diatur dalam Islam. Tapi kusarankan kau ambil air
wudhu saja”

“wudhu ?”

“iya…, masa nda bisa. Yakin aku kamu bisa. Fokus dan dihayati nanti pas
wudhunya ya. Dah dulu, assalamualaikum .

“wa’alaikumsalam” jawabku.

Ini Chatku tersingkat semasa aku bernafas. Orang ini jujur dan jutek
banget. Apaboleh buat, tidur sajalah aku.

Aku tetap terjaga. Diskusiku bersama ibnu dan penjelasan ibuku,


terkatalog menjadi satu di dalam kepalaku. Mungkin hari-hari sebelumnya aku
mengidap tidak ketenangan,badmood dan kekosongan. Tapi sekarang aku
mengidap kebimbangan. Aku ingin berhijrah seperti yang ibu katakan. Namun,
ada pikiran-pikiran lain yang membuatku ragu-ragu dalam bertindak.

Aku terus merenung sambil memperhatikan langit-langit di atas kamarku.


Suara cicak seolah-olah menyuruhku untuk tidur.

Ibnu menyarankan untuk berwudhu. Aku jadi ingat samar-samar, saat aku
di TPA dulu. saat duduk di bangku sekolah dasar, Setiap sore selepas sholat ashar
aku dan teman-teman pergi ke Masjid. Ini sekolah keduaku. Di SD aku belajar
pelajaran umum, dan di TPA aku belajar baca tulis Al-Qur’an. Orang-orang tua
biasa menyebut TPA ini sekolah Arab. Bukan hanya belajar baca tulis Al-Qur’an
saja. Salah satunya hukum tajwid, juga dipelajari disini. Paling ingat dulu aku
menghafalkan ‘nun’ mati bertemu ini apa hukumnya, yang mana izhar, idgham,
iqlab dan ikhfa. Semua itu dihafalkan dan disetor ke ustad dan ustadzah. Ada juga
hafalan juz ‘amma, doa-doa, niat-niat dan sebagainya. Dulu sempat juga aku dan
teman-teman ujian praktek wudhu dan sholat. Nilai prakteku sempurna saat itu.

Ok, tidak ada salahnya mencoba. Masih utuh ingatanku tentang bagaimana
tata cara berwudhu. Aku bangkit dari kasurku menuju kamar mandi. Kuputar
tutup keran, air pun keluar.

Sambil mengingat-ngingat kembali, kuambil air dan kugosokan ke sela-


sela jariku, kemudian aku berkumur-kumur sambil memasukan air kedalam
hidung. Terlesat dalam pikiranku, sudah berapa banyak kata-kata yang tak pantas
kukeluarkan, sudah berapa banyak lisan ini berbohong, adakah lisan ini memuji-
Nya, dan mengaku pada-Nya.

Kulanjutkan dengan mambasuh wajah. Terlintas lagi dalam pikiranku,


mataku sudah banyak dipakai yang melihat yang bukan-bukan. Adakah mata ini
digunakan untuk melihat ciptaan dan kekuasaan-Nya.

Kemudian kubasuh kedua tanganku, mengusap ubu-ubun, membersihkan


kedua telinga dan kedua kakiku. Entah apa, tapi aku merasa wudhuku sekarang
seakan-akan membersihkan kotoran batin dari setiap anggota tubuhku. Tanganku
mungkin sudah berapa banyak melakukan dosa, kakiku sudah berapa banyak
langkahnya ketempat-tempat yang kurang baik, kapan terakhir kali kaki ini
kulangkahkan ke masjid. Semua begitu saja terlintas dipikiranku saat memmbasuh
tiap anggota tubuhku.

Aku merasa lebih segar dan hidup. Aku seperti orang yang dibilas setelah
kena lumpur. Badanku terasa ringan, langkahku nyaman, dan pikiraanku jernih.
Ini kah keajaiban wudhu yang baru saja kurasakan.

Seketika aku sudah dikasur. Kutarik selimut. Aku dalam keadaan nyaman
luar biasa. Kututup mataku perlahan dan segera tertidur.

****

Anda mungkin juga menyukai