Aku berdiri dibalik pagar, di tepi sungai Mahakam melihat panorama yang
ditawarkannya pada malam hari. aliran airnya mengalir dari hulu ke hilir. Suara
air dan hembusan udara menyatu, menghasilkan alunan yang syahdu. Beberapa
buah perahu, ketinting dan kapal besar pengangkut batu bara hasil kekayaan
kalimantan lalulalang melintas menyusuri sungai turut menghiasi mata yang
memandang. lampu-lampu dari rumah penduduk di seberang sungai,
memancarkan cahayanya sejauh mata memandang. jauh dari tempat ku berdiri,
terlihat jembatan besar yang menjadi jalur penyebrangan antar ikut serta
memancarkan cahayanya di malam hari, menambah kecantikan pemandangan di
sungai Mahakam.
“rit, kamu lagi galau ya. Ada masalah apa ?” Tanya siska kepadaku.
“hah gak ada apa-apa sis. Biasa aja” jawabku sambil melahap jagung
bakar yang kupesan.
“tapi beneran deh, kamu gak ada apa-apa kan” Tanya siska khawatir.
“karena..?”
“ hahaha kali aja kan. kalo ada masalah apa-apa, cerita ya”
“ehem, katanya ada yang ingin menyatakan perasaannya malam ini” teriak
salah satu temanku memecah suasana. Rendi tertunduk malu. Para laki-laki
menyenggol tubuhnya Dan mengolok-olok dia. mata para perempuan termasuk
siska, tertuju padaku. Mereka seolah-olah sudah tahu siapa yang akan menyatakan
perasaan dan siapa yang menerimanya.
Sebagai perempuan, aku peka tentang perilaku rendi terhadapku. Dari cara
dia berbicara kepadaku saat di kampus. Tatapannya, perhatiannya, semua
menunjukan ketertarikan kepadaku. Belum lagi tiap malam dia selalu kirim pesan
kepadaku. Comment status dan snap yang kubuat. Perempuan manapun tahu kalo
laki-laki yang berperilaku seperti itu ada menaruh rasa padanya. Setelah
konsultasi dan meminta saran dari teman-temannya. Rendi mungkin malam ini
ingin menyatakan persaannya kepadaku.
“rita, aku sebenarnya sudah menaruh rasa kepadamu. Aku sebenarnya suka
sama kamu. Kamu mau kan jadi pacarku ?”. semuanya yang mendengar berteriak
“cie” ke rendi.
“maaf aku gak suka kamu. Aku gak ada perasaan apa-apa ke kamu”
jawabku jujur. Begitu mendengar jawabanku, yang lain berteriak “ow..” sebagian
laki-laki menahan senyum dan tawa. Beberapa dari mereka mengusap punggung
dan dada rendi. Rendi hanya tertunduk mendengar jawabanku. Dia tidak
memperdulikan ejekan dari teman-temannya. Saat ini dia sangat kecewa sekali.
“tapi rit…”
Aku berjalan sangat cepat ke parkiran. Siska langsung mencari uang dua
ribuan untuk bayar parkir. Dia paham, kalo aku lagi panas seperti ini. siapapun
akan ku jadikan pelampiasan kekesalanku Bahkan tukang parkir sekalipun.
Setelah bayar parkir, Kami berdua masuk ke dalam mobil dan kupacu mobil
sekencang-kencangnya. Pedal gas kuinjak kuat sekali. Ingin cepat-cepat segera
aku tinggalkan tempat itu.
“waduh santai dong rit. Kita nda dikejar siapa-siapa kok” keluh siska
“si rendi tu yang seharusnya kamu salahkan. Nda tau apa, aku lagi
badmood malam ini”
“ya tenang. Jangan juga kamu bawa kita kenceng-kenceng. Bisa celaka
kita.” Aku menurunkan kecepatan dan berusaha menenangkan pikiran. Siska terus
memandangiku dan mencari cara menghiburku.
“rita… rita… padahal rendi tu manis, baik, perhatian. Malah kau tolak”
“ya jelaslah. Kamu ini cantik, imut, apalagi kalo lagi marah kayak
sekarang tambah imut loh” puji siska.
“beneran rit. Rambut panjangmu, pipi tirus, bibir tebal, siapa sih yang nda
kepincut denganmu, Kamu sadar nda sih ?”
“aku bingung menjelaskannya. Kayak ada sesuatu yang rusak dan hilang
gitu dari aku”
****
lamunanku terhenti mendengar suara itu. Kulihat jam sudah pukul 05:00.
Lama sekali aku melamun ternyata Sampai waktu subuh datang.
****
Mulai dari tadi malam, aku belum berganti pakaian. Aku tidur dengan
kemeja dan jeans. Kuganti pakaianku dengan yang lebih santai nan nyaman. Dan
segera turun ke bawah menemui ibu dan bapak.
“sudah. Kan ibu ada kirim pesan ke kamu kalo ibu pulang jam 9”
“ini beneran ibu kan ?”
“hehe iya rit. Ibu dapat seseuatu disana. Makanya ibu memutuskan
berhijab”
“iya, ibu kayak diberi hidayah. Ibu dan ayahmu ada hadir majelis ta’lim
disana. Syaikh siapa gitu ibu lupa. Ceramahnya bagus dan ngena di hati. Ibu sadar
bahwa berhijab ini kewajiban dan banyak manfaatnya bagi orang muslim”
“nih, ibu bawa banyak oleh-oleh loh. Ada ibu belikan gantungan kunci,
baju dan ini..”
“coba kamu pakai. Kamu pasti cantik pakai hijab. Ibu pengen lihat” pinta
ibu.
“belum hehehe”
Setelah mandi aku sarapan bersama ibu. Bapak masih ada urusan di
kantor. Hanya ada kami berdua di rumah. Ibu memperlihatkan foto-foto ibu di
menara kembar petronas. Dan juga kunjungan ibu masjid-masjid cantik di
Malaysia.
Ada foto ibu di Masjid Tuanku Zainal Abidin, Putra jaya. Bangunnya
berbentuk persegi dengan banyak tiang-tiang besi penompanya. Besar dan megah.
Agak mirip seperti masjid istiqlal. Kemudian ada Masjid Sulthan Salahuddin
Abdul Aziz Shah. Masjid terbesar kedua di asia tenggara setelah istiqlal. masjid
ini identik dengan bangungannya yang berwarna putih dan kubah rakasasanya
yang berwarna biru. Dan yang paling membuat ku tercengang Masjid Wilayah
Persekutuan, Kuala lumpur. Masjid ini bagaikan istana. Masjid ini dikelelingi air
biru jernih. Seolah-olah masjid ini dibangun di atas kolam. Disekitarnya
ditumbuhi pohon-pohon rindang hijau. Patut saja orang sana menjuluki masjid ini
“masjid dalam taman”. Dua menaranya yang menjulang tinggi. Kubah-kubahnya
tersebar di tiap bangunannya. Di tengah masjid diberi courtyard1 dengan halaman
dengan alas keramik yang luas. Pintu masjidnya yang megah bercorak turki
semakin menambah keagungan masjid ini. ada foto ibu dan bapak berdiri di depan
pintu masjid.
****
1
Ruang terbuka di tengah masjid
Jelas di rumah tidak ada yang dapat menghiburku sekarang. diluar
mungkin ada yang menarik. kutelfon siska.
“jalan yuk”
“apalagi kamu ketemu aku, tambah bosan kamunya. Kan kita sering
ketemu, apa nda bosan kamu”
“masih badmood ?”
“hmm… ke bioskop ?”
“iya.. say”
“siap”
****
Film yang kami tonton film horor. Penonton tegang dan sebagian dibuat
merinding dengan adegan yang cukup mengagetkan dan seram. Siska beberapa
kali menutup wajah dengan jaket. Film yang cukup seram menurutku tapi fokusku
tidak tertuju pada filmya. Pikiranku masih kosong tak terangsang oleh kengerian
adegan-adegan horor tersebut. Dua jam aku duduk dengan pikiran dan perasaan
yang galau dan kosong seperti seblumnya.
“lah, kan kamu yang ngajak, aku sih ngikut aja” protes siska.
“hahaha, iri ya ?”
“sudah biasa orang kayak gitu rit. Kalo kamu punya pacar kamu pasti
bakalan gitu juga”
“iya, hahaha. Makanya yuk kita cari disini. Siapa tau ada laki-laki tampan
dan menawan buatmu”
“Enggak”
“aku bingung sampe sekarang. belum dapat titik temunya kenapa kamu
jadi kayak gini”
“kalo kamu sedih atau marah mungkin bisa kita cari sebab dan solusinya.
Ini tiap kali kutanya. Kamu jawab kosong aja, lagi badmood aja. Ditanya
sebabnya nda tau. Sikapmu jadi aneh gara-garanya nda kayak kamu.” Tegas siska.
Suaranya meninggi menunjukan kekhawatirannya kepadaku.
“jujur. Aku juga kesal kenapa aku kayak gini. Dan benar katamu ini
berpengaruh ke sikapku. Mungkin aku kayak gini gara-gara kurang bahagia”
“maksudmu ?”
“ya aku akhir-akhir ini kayak merasa kurang bahagia, merasa kurang
tenang. Masalah finansial, lebih dari cukup menurutku. Kebutuhanku semuanya
terpenuhi. Masalah asmara, aku nda begitu memperdulikan masalah gitu-gituan.
Paling juga ada yang cocok nanti. Kedua orang tuaku sayang kepadaku dan
Sahabat banyak dan baik-baik semua kayak kamu. Seharusnya aku bisa bahagia
semua dengan itu semua. Tapi nyatanya masih ada yang kurang. Masih ada yang
belum lengkap gitu.” Aku menjelaskan panjang lebar.
“ya memang ada yang kurang sih dari penjelasanmu tadi” komentar siska
“jadi maksdumu….”
“iya, spritualmu.”
Laki-laki itu
Mendengar jawaban siska yang terkahir kami berdua membatu. Tidak ada
komentar dan tanggapan lagi dari kami berdua. kami berdua sadar, kami jauh dari
dari nilai-nilai spiritual. Kami jauh dari agama. Pemahaman kami tentang agama
pun sangat terbatas. Kami Islam tapi, kami kurang menjalankan ajaran-ajarannya.
Kami mengasingkan diri dari Islam dan pura-pura tidak memperdulikannya.
Mungkin inilah yang disebut orang-orang Islam KTP. Ya, kami berdua Islam
KTP. Islam kami hanya tertulis di Kartu tanda Penduduk.
Mungkin anak muda seperti kami ingin bebas. Kami tidak ingin dikekang
oleh aturan-aturan yang menyulitkan, Kami ingin lari darinya. Agama seolah-
olah melarang kami menikmati kehidupan, melarang kita untuk bersenang-senang.
Apalagi agama Islam, Yang banyak sekali aturan-aturannya.
“rita, tadi danang telfon dia ada disekitar sini. Mau jemput aku, katanya
dia pengen ngajak makan gitu. Kamu mau ikut ?” ajak siska.
“nda. Sekarang lagi malas jadi obat nyamuk” candaku. Kami berdua
tertawa. Suasana jadi cair lagi sekarang. kami bercerita macam-macam sembari
menunggu danang. Kami alihkan masalahku tersebut dengan cerita ringan dan
santai. Akhirnya siska ditelfon lagi, Danang sudah menunggu di mobil. siska
memelukku sebelum pergi meninggalkanku. Dia janji malam ini dia akan
menelfonku. Dia sebenarnya tidak enak meninggalkanku dengan keadaan seperti
ini. Tapi aku meyakinkan bahwa aku baik-baik saja tidak perlu khawatir dengan
keadaanku. Dia memelukku sekali lagi dan melambai saat dia pergi
meninggalkanku.
****
Tak lama ada seorang laki-laki berbadan kurus dan tinggi datang dan
duduk dibangku yang sama kududuki. Dia duduk agak jauh disampingku. Laki-
laki itu paras wajahnya sangat tampan. Biasanya aku biasa saja bertemu dengan
para laki-laki, tapi kali ini aku dibuat terkesima oleh tampangnya. Laki-laki itu
berambut sasak dan berjambang, kulit sawo matang, berdagu dan berhidung agak
mancung. Wajahnya sekilas mirip orang turki atau Pakistan. Dia seumuran
denganku. Pakaiannya pun menarik perhatianku. Dia memakai baju koko
berlengan pendek dengan celana kain berwarna hitam. Dia memiliki aura
tersendiri saat aku melihatnya.
Dia duduk tegap dan kemudian dia mengeluarkan sesuatu dari tasnya.
Sebuah buku. Dia membuka-buka dimana halaman terakhir yang dia baca. Setelah
dia temukan, dia bersandar dan mencoba santai sambil menikmati isi buku yang
dia baca. Sekilas kulihat judul buku yang dia baca “The Maze Runner”. Tanpa
sadar aku bergumam cukup keras “ohhh maze runner”. Dia terkejut dan
mengalihkan pandangannya kearahku. Aku sangat terkejut dan berusaha
mengendalikan situasi sekarang.
“aku belum pernah baca novelnya. Tapi pernah nonton filmnya. Keren loh
sudah nonton belum” tanyaku lagi.
Baru kali ini aku mencoba sok kenal, sok asik ke orang lain. Berapa kali
aku diajak kenalan dengan laki-laki lain. Tapi, kali ini aku yang merasakannya,
Sulit ternyata mengajak orang kenalan, Apalagi laki-laki seperti ini cuek sekali.
Aku berusaha mencari pembahasan lagi agar tidak canggung.
“sudah sampai mana ?”
“oh sampe situ. Nanti thomasnya dikejar-kejar sama griver, serangga gitu.
Baru dia tolongin miho ngelewati labirin yang berubah-ubah…..”
“beh, beh, jangan spoiler dong” kata laki-laki itu sambil tersenyum.
Aku mulai akrab dengan dia. jujur aku tertarik dengan laki-laki itu. Dilihat
dari aura dan perwatakannya dia ini berbeda dari yang lain. Aku dibuat penasaran
akannya. kusodorkan tanganku ke arahnya. Sambil memperkenalkan diri “rita
purnawati salam kenal”.
“ya biasanya kan. Orang kayak kamu tu bacaannya Qur’an, kitab, buku-
buku religi gitu. Dan juga tongkrongannya kan di masjid bukan di taman kayak
gini yang banyak orang buat dosa kan. Aneh aja gitu.”
“oh jadi maksudmu orang yang taat beragama tidak boleh baca novel,
tidak boleh keluar rumah. Harus terus-terusan ibadah dalam ketaatan ?” tanyanya.
“gini ya, jika kau tidak punya pengetahuan tentang sesuatu hal. Jangan kau
berkomentar yang bukan-bukan.” Potongnya sambil tersenyum meremehkan.
Aku tersinggung. “salahkah aku mengukur kebiasaan orang dari apa yang
kulihat” protesku.
“begitulah orang-orang bersikap mereka adalah alat ukur. Bebas mengukur
ini seperti ini, ini seharusnya begini. Lupa kalo alat ukur pun bisa diukur. Manusia
saling mengukur perilaku merka satu sama lain sampai lupa ada Sang pengukur
yang sesungguhnya.” Dia mengutarakan jawabannya sambil tersenyum sok. Aku
terdiam tidak bisa menjawab. Kata-katanya yang terakhir agak sulit kupahami dan
menurutku tidak nyambung dengan pembicaran sebelumnya. Kemudian dia
bangkit dari duduknya dan pergi menjauhiku.
****
“banget”
“loh, kenapa ?”
“wah keren tuh. Seharusnya kamu dekati dong siapa tau dia bisa jadi
imammu hahaha”
“iyalah secara nda langsung kamu nda memperbolehkan dia baca novel.
Membaca novel hak setiap orang rit. hahaha” Sewot siska.
“ogah”
“hahaha syukur deh. Untung aja ada laki-laki itu. Jadi teralihkan
pikiranmu ke dia. dah pikirin dia aja jangan badmood lagi.”
“iya, mata juga sudah pedes nih. Met malam ya rita sayang, jangan
badmood lagi loh.”
Kututup telfon dari siska. Diam sejenak. Betul kata siska, pikiranku
sekarang teralihkan ke laki-laki itu. Masih berbekas dipikiranku wajah tampannya.
Tapi sayang kenapa pertemuanku dengannya harus jadi pertengkaran. jika tidak,
mungkin kami bisa dekat.
Kupilih salah satu artikel dan kubaca sekilas. Nama Ibnu rusyd adalah
nama dari seorang tokoh ilmuwan Islam yang berasal dari spanyol. Ia adalah
seorang ilmuwan yang multitalenta. Dia ahli dalam berbagai bidang ilmu. Dalam
keilmuan agama, Ibnu Rusyd menguasai ilmu Al-Qur’an, hadis, dan fiqih. berkat
kecerdasannya yang luas dan dalam terhadap hukum Islam, Ia bahkan diangkat
menjadi qadi2. Banyak kitab-kitab fiqih yang ia tulis
2
Hakim
gagasannya, meski berulang kali mencoba tetap gagal. Pemikirannya dipengeruhi
oleh aristoteles.
****
Jam di handphoneku menunjukan pukul 08:30. hari ini aku ada jam kuliah
pagi. Aku segera bangun, mandi dan bersiap-siap ke kampus.
Baru beberapa langkah aku menuruni tangga, ibu sudah memanggil dari
dapur menyuruh untuk sarapan. Ada bapak juga disana yang sedang menikmati
nasi kuning buatan ibu.
“nda usah pa. rita nanti kmungkinan ada kerja kelompok tugas kampus.
Bapak jadi repot-repot jemput rita.” Kataku.
“yasudah” kata bapak.
Aku mencium tangan mereka berdua dan pamit berangkat. Hari ni cerah
sekali, seseaat kurasakan saat keluar dari rumah. Semoga moodku sekarang
secerah hari ini.
****
Teringat lagi aku dengan laki-laki itu. Aku salah telah berkomentar
kepadanya. Karena dia taat beragama, bukan berarti dia tidak boleh melakukan
sesuatu yang lain. Tidak patut seseorang harus terus-terusa beribadahkan ?.
Teringat juga aku akan singgungannya kepadaku. “jika kau tidak punya
pengetahuan tentang sesuatu hal. Jangan kau berkomentar yang bukan-bukan”.
Aku sudah paham sekarang. aku sudah tahu sekarang. mulai sekarang aku harus
banyak mencari tahu dahulu baru kemudian berpendapat.
Laki-laki itu bernama Ibnu Rusyd, bisa jadi dia sebijak dan secerdas Ibnu
Rusyd yang sungguhan. Kenapa sekarang aku mikirkan sia dia sih!.
“nyenyak banget. Kepalaku berasap-asap sudah rit. Nda tahan aku” keluh
siska.
Buuuk !!. suara hantaman keras ke meja, membuat seisi kelas terdiam.
Dua orang perempuan terlihat sedang beradu mulut.
“ini yang kamu kerjakan salah ! siang ini makalah kita sudah dikumpul,
kamu ini bagaimana sih, bukannya sudah kubagi tugas masing-masing punya
trelinga nda ?” teriak ayu.
Aku geram melihat perlakuan ayu terhadap desi. Ayu tidak habis-habisnya
meneriaki desi. Bahkan tak segan menggunakan tangannya untuk menyakiti desi.
Akhirnya lepas sudah amarahku. “ayu, stop!” teriakku.
“awalnya aku biasa aja. Sekarang Kamu sudah main tangan ke desi”
“Cuma salah paham. Sekarang biar kamu teriak sampai mulutmu berbuih-
buih. Nda bakalan terubah juga makalahmu”
“diam kamu ! jangan sok jadi pahlawan, Intinya ini salahnya desi”
“oh ya lupa aku, Cuma sang putri ayu saja yang tidak melakukan
kesalahan di muka bumi ini.”
Ayu maju kedepaan ingin menyerangku. Segera siska dan yang lain
mencegahnya. Kosma akhirnya angkat bicara. “hari ini pak yanto nda masuk,
makalah di kumpul minggu depan”. Setelah mendengar kabar itu, kuambil tas dan
menuju keluar kelas. Bisa aku yang balik menyerang ayu jika terlalu lama di
kelas. Belum jauh aku meninggalkan kelas, Desi mengejarku.
“rita !”
“aku muak aja ngeliat dia. seolah-olah dia aja yang paling hebat.
Seharusnya kamu tadi lawan balik dong”
****
Perutku dari tadi berbunyi tidak karuan, ingin minta segera diisi. Aku tidak
terlalu suka makanan di kantin kampus. Jadi, aku cari makan di luar, sekaligus
refreshing menangkan pikirian.
Beberapa buah bola bakso yang kumakan ternyata cukup membuat perutku
kembung dan sesak. Tenaga dalam tubuhku sudah terisi dan siap untuk dibawa
bekerja kembali.
****
Yang lain sudah mengerjakan tugasnya ditempat. aku izin pamit. Aku
memilih menyendiri mengerjakan tugasku di taman.
lagi seru-serunya jariku menari diatas keyboard, suara yang tak asing
menyapaku.
Rupanya ibnu rusyd. Agak terkejut, aku tak menyangka akan bertemu dia
lagi. Jengkel bercampur senang aku bertemu dia.
“oh”
Kemudian dia duduk ditempat saat awal dia bertemu denganku. Bangku
yang sama, namun agak jauh dariku. Dia asyik sendiri dengan bukunya dan aku
asyik dengan tugas makalahku. Aku teringat kembali kejadian tadi. Tak tahan
bibirku ingin bertanya kepadanya. Aku berusaha mencari-cari kata yang pas agar
tidak menyinggungnya.
“hahahaha”
“sekilas tadi siang aku lihat orang mirip kau di gereja” kataku dengan
sangat hati-hati.
“astaghfirullah. Yang benar aja lah. Kau kan tadi dengar aku ucap
ssalamualaikum”
“ok maaf. Aku ingin dengar ceritamu terlebih dahulu baru aku
berkomentar”
“cepet cerita !”
“ok, sabar dong. Tadi di jalan aku kebetulan ketemu perempuan tua. dari
jauh kulihat dia kelelahan sekali berjalan. Aku iba terhadapnya Dan kutanyakan
dia ingin kemana. Katanya dia ingin ke greja. jadi kuantar perempuan tua itu. Dan
kutuntun sampai masuk ke greja” jelas ibnu .
“jadi kau mau membantu orang yang ingin beribadah yang tidak sepaham
denganmu ?”
Aku terdiam
3
Q.S. : At-Taubah 9:6
“maaf, aku sudah berprasangka buruk ke kamu”
“aku tidak seharusnya menentukan orang bagaimana dan seperti apa. Aku
manusia tidak berhak menentukan apa-apa” kataku.
“ibnu”
“apa ?”
“Tanya apa ?”
“akhir-akhir ini moodku jelek. Entah karena apa aku tidak tahu. Kosong
dalam pikiranku, ada tidak ketenangan dalam hatiku. Kata temanku aku terganggu
dalam masalah spiritual. bagaimana pendapatmu ?” kataku. Aku baru sadar aku
curhat tentang masalah pribadiku ke orang yang baru saja ku kenal.
“sebenarnya aku tidak ingin menggurui. Tapi karena kau bertanya dan ini
untuk kebaikanmu. Maaf Aku balik bertanya. Kau itu lupa atau sengaja lupa ?”
“aku yakin kau tahu setidaknya sedikit dengan Islam. Allah mengatur
tuntunan dan aturan kepada manusia dalam agama Islam. Mulai dari yang besar
sampai kecil sekalipun seperti masuk keluar wc, Ada aturan dan tuntunannya.
4
Q.S. Ar-Ra’d 13:28
Itu semua diatur untuk manusia, agar sukses hidup bahagia di dunia dan di
akhirat. Kadang beberapa manusia menghiraukan aturan-aturan itu. Dianggap
terlalu susah, berat dan sebagainya. Aturan dan tuntunan itu untuk manusia
sendiri, bukan untuk allah. jika seluruh manusia tidak mengerjakan perintah Allah,
pun Allah tetap mulia. Jika seluruh manusia tidak mengingat Allah, pun Allah
tetap mulia.” Jelas ibnu.
Seperti biasa, Rasulullah menyuguhkan susu kepadanya. Tapi kali ini dia
minum sedikit demi sedikit hingga percakapan selesai. Hanya segelas susu yang
diminumnya.
Kali ini dia tersenyum. Di ambilnya dua wafer coklat dari tasnya. “aku ada
lihat ini di internet” ujarnya. Kemudian dia membuka salah satu bungkus wafer,
dan yang satu lagi tetap terbungkus. Dijatuhkannya kedua wafer tadi ke tanah.
Wafer yang berbungkus dan wafer yang tak berbungkus tergeletak di tanah.
“seperti itu lah, perumpamaan orang yang berhijab dan tidak. Hijab itulah
yang melindungi perempuan dari keburukan, kotoran, dan kejahatan disekitarnya.
Islam mengatur sedemikian rupa bukan untuk memberatkan perempuan, tapi
menjaga kehormatan perempuan. Coba kau lihat itu !” dia menunjuk ke dua orang
perempuan yang berada di jalan setapak taman, tak jauh dari kami.
Yang satu, berpakaian terbuka, seksi, dan ketat sekali sampai terbentuk
bagian dadanya, celana jeansnya hanya sampai bahagian atas paha, bisa dilihat
dengan jelas kedua pahanya yang putih dan seksi. Dan yang satu lagi. Berpakaian
sangat tertutup. Dengan hijab panjang terurai kebawah sampai menutupi bagian
dadanya. Hanya wajah dan telapak tangannya saja yang terlihat.
“dua-duanya” ujarku.
“maksudmu”
Aku diam membisu, Tak menjawab. Dalam hatiku yang paling dalam. aku
memilih wanita yang berhijab. Dia cantik dan anggun sekali. Wajahnya seakan-
akan bersinar. Dan jujur aku tenang melihatnya. Tapi tidak kuutarakan jawabnku
ke ibnu.
“nah, disana ada gerombolan cowok-cowok tuh. Coba lihat apa yang
terjadi selanjutnya.” Kata ibnu.
Perempuan seksi berjalan menyusuri jalan setapak melewati segerombolan
laki-laki. Walhasil, gerombolan itu menggoda dan bersiul-siul kepadanya, sampai
ada yang nekat meminta nomor perempuan itu. Mereka bernafsu sekali melihat
perempuan seksi itu. Si perempuan cuek saja berjalan sambil lalu.
Giliran perempuan berhijab panjang yang lalu. Anehnya, tak ada satupun
dari gerombolan laki-laki itu yang menggoda dan mengganggu perempuan itu.
Mereka seolah-olah tidak sadar ada perempuan cantik lewat hadapan mereka.
Perempuan itu jalan dengan tenang melewati mereka tanpa ada gangguan apapun.
“rita. Berhijab itu bukan pilihan, tapi kewajiban. Tidak ada kata menunggu
akhlak dulu baik baru berhijab. Apa akhlak kita juga harus baik baru bisa salat ?”
“aku tidak ingin saat aku berhijab akhlaku masih belum baik. Nanti aku
lepas pasang saat berhijab”
“baik buruknya akhlak seseorang tidak bisa dinilai dari hijabnya. Berhijab
mungkin belum bisa dibilang sepenuhnya baik. Tapi dengan berhijab, bisa
menjauhkan kita dari hal buruk. saat ingin melangkah ke tempat maksiat, ia ingat
akan hijabnya. Saat ingin berbuat maksiat, ia ingat akan hijabnya. Jadi hijab ini
yang menstop dan mencegah dari akhlak buruk.”
Aku membisu. Tidak tahu lagi ingin berkata apa setelah Mendengar
penjelasan ibnu. ada guncangan di hatiku. mungkin ini sebabnya kegundahan di
diriku selama ini. aku lari dari Allah. aku tidak tahu-menahu terhadap Islam.
Kami berdua tertawa. Diskusi kami yang sesaat tadi membuat waktu
seakan-akan berjalan cepat. Hari sudah mulai senja. Ibnu berdiri dan pamit
kepadaku.
“ibnu, kau sudah kuberi tahu masalahku tadi. Jadi menurutmu apakah aku
harus hidup sekarang dengan tuntunan Islam ? termasuk berhijab ?”
“hah buat apa. kamu mau nembak aku kah. Maaf ya, aku nda pacaran.
Kalo mau datangi orang tuaku, lamar aku.”
ibu terlihat sibuk dengan pisau dapurnya mengupas bawang putih dan
bawang merah. Malam ini ibu ingin menghidangkan soto banjar sebagai makan
malam keluarga.
“tunggu bapak dulu !” kata ibu sambil memukul tanganku yang ingin
menguahkan soto.
“aduh, bapak masih lama bu. Kita makan duluan aja ya. Sudah ngiler ni
rita” kataku.
“loh itu bapak sudah datang bu. sudah boleh dikuahkan dong” kataku.
Aku khusyuk menikmati soto banjarku, rasa dari kaldu ayamnya terasa
kuat dan nikmat. Apalagi di temani dengan sejumput sirup atau teh hangat,
semakin menambah kenikmatannya.
“dimana pak ?”
“ada di masjid dekat kantor bapak, sehabis maghrib tiap malam rabu dan
malam jum’at”
“tadi membahas tentang najis dan hadas bu. Penjelasannya bagus dan jelas
sekali dari ustadnya. Beliau memberikan ayat dan hadisnya secara terperinci. Juga
ada praktiknya tadi, bagaimana cara menghilangkan najis dan hadas” jawab bapak
semangat.
Aku diam tak menjawab. Aku masih sibuk menikmati soto banjarku.
“bu. Rita masih muda tak bisa terlalu dipaksakan” kata bapak menegur
ibuku.
“ibu nda mau rita nanti kayak ibu sama bapak, Terlambat berhijrah.
Karena mumpung masih muda ibu pengen rita berhijarh.”
****
Tubuh manusia bukan yang lahiriyah dan jasmaniyahnya saja yang harus
dijaga dan dirawat. Manusia juga harus memperhatikan kondisi batiniyah dan
rohaniyahnya.
Kucoba tidur saja. Tidak ingin rasanya memikirkan hal berat seperti itu.
Tapi apa daya, aku tetap terjaga.
Aku baru ingat, aku menyimpan nomor ibnu. Chat dia? apa nda
mengganggu dia ya. Chat dia saja lah. Daripada harus chat rendi.
“enggak”
“iya” jawabku.
“banyak sih adab tidur diatur dalam Islam. Tapi kusarankan kau ambil air
wudhu saja”
“wudhu ?”
“iya…, masa nda bisa. Yakin aku kamu bisa. Fokus dan dihayati nanti pas
wudhunya ya. Dah dulu, assalamualaikum .
“wa’alaikumsalam” jawabku.
Ini Chatku tersingkat semasa aku bernafas. Orang ini jujur dan jutek
banget. Apaboleh buat, tidur sajalah aku.
Ibnu menyarankan untuk berwudhu. Aku jadi ingat samar-samar, saat aku
di TPA dulu. saat duduk di bangku sekolah dasar, Setiap sore selepas sholat ashar
aku dan teman-teman pergi ke Masjid. Ini sekolah keduaku. Di SD aku belajar
pelajaran umum, dan di TPA aku belajar baca tulis Al-Qur’an. Orang-orang tua
biasa menyebut TPA ini sekolah Arab. Bukan hanya belajar baca tulis Al-Qur’an
saja. Salah satunya hukum tajwid, juga dipelajari disini. Paling ingat dulu aku
menghafalkan ‘nun’ mati bertemu ini apa hukumnya, yang mana izhar, idgham,
iqlab dan ikhfa. Semua itu dihafalkan dan disetor ke ustad dan ustadzah. Ada juga
hafalan juz ‘amma, doa-doa, niat-niat dan sebagainya. Dulu sempat juga aku dan
teman-teman ujian praktek wudhu dan sholat. Nilai prakteku sempurna saat itu.
Ok, tidak ada salahnya mencoba. Masih utuh ingatanku tentang bagaimana
tata cara berwudhu. Aku bangkit dari kasurku menuju kamar mandi. Kuputar
tutup keran, air pun keluar.
Aku merasa lebih segar dan hidup. Aku seperti orang yang dibilas setelah
kena lumpur. Badanku terasa ringan, langkahku nyaman, dan pikiraanku jernih.
Ini kah keajaiban wudhu yang baru saja kurasakan.
Seketika aku sudah dikasur. Kutarik selimut. Aku dalam keadaan nyaman
luar biasa. Kututup mataku perlahan dan segera tertidur.
****