Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Pengolahan bahan galian (mineral beneficiation/mineral


processing/mineral dressing) adalah suatu proses pengolahan dengan
memanfaatkan perbedaan-perbedaan sifat fisik bahan galian untuk memperoleh
produk bahan galian yang bersangkutan. Khusus untuk batu bara, proses
pengolahan itu disebut pencucian batu bara (coal washing) atau preparasi batu
bara (coal preparation).

Pengolahan mineral (mineral dressing) dapat juga diartikan sebagai suatu


tahapan pengolahan mineral secara fisik. Tujuan dari pengolahan mineral adalah
meningkatkan kadar logam berharga dengan cara membuang bagian-bagian dari
bijih yang tidak diinginkan.

Pada saat ini umumnya endapan bahan galian yang ditemukan di alam
sudah jarang yang mempunyai mutu atau kadar mineral berharga yang tinggi dan
siap untuk dilebur atau dimanfaatkan. Oleh sebab itu bahan galian tersebut perlu
menjalani pengolahan bahan galian (PBG) agar mutu atau kadarnya dapat
ditingkatkan sampai memenuhi kriteria pemasaran atau peleburan. Keuntungan
yang bisa diperoleh dari proses PBG tersebut antara lain adalah :

1. Mengurangi ongkos angkut.

2. Mengurangi ongkos peleburan.

3. Mengurangi kehilangan (losses) logam berharga pada saat peleburan.

4. Proses pemisahan (pengolahan) secara fisik jauh lebih sederhana dan


menguntungkan daripada proses pemisahan secara kimia.

Tahap-tahap utama dalam proses PBG dapat skema berikut :


Bagan Alir Tahapan Pengolahan Bahan Galian

Secara umum, di dalam proses mineral dressing akan dihasilkan tiga


kategori produk.

1. Konsentrat, dimana logam-logam berharga terkumpul dan dengan demikian


kadarnya menjadi tinggi.

2. Tailing, dimana bahan-bahan tidak berharga (bahan ikutan, gangue mineral)


terkumpul.

3. Middling, yang merupakan bahan pertengahan antara konsentrat dan tailing.

Teknik pengolahan mineral bermacam-macam. Pengaplikasiannya sangat


tergantung pada jenis bijih atau mineral yang akan ditingkatkan konsentrasinya.
Pemilihan teknik didasarkan pada perbedaan sifat-sifat fisik dari mineral-mineral
yang ada dalam bijih tersebut. Teknik-teknik yang digunakan dalam proses
pengolahan mineral di antaranya adalah:

Konsentrasi gravitasi

Teknik ini memanfaatkan perbedaan berat jenis antara mineral-mineral.


Mineral-mineral dipisahkan dengan peralatan yang berprinsip pada pemisahan
berat jenis seperti jigging, rake classifier, spiral classifier, vibrating table, dll.
Flotasi

Teknik ini memanfaatkan perbedaan sifat permukaan mineral-mineral.


Dengan menambahkan reagen kimia yang bisa membuat permukaan salah satu
mineral menjadi hidrofil sementara bagian reagen itu sendiri memiliki sifat
hidrofob, maka mineral bersangkutan dapat diangkat oleh gelembung yang
ditiupkan ke permukaan untuk dipisahkan. Biasnya mineral-mineral sulfida
dipisahkan dengan cara ini.

Magnetic Separation

Cara ini memanfaatkan sifat magnet dari mineral-mineral. Mineral yang


bersifat feromagnetik dipisahkan dari mineral yang bersifat diamagnetik.

Dan teknik-teknik lainnya, seperti electric separator, dll.

1.2 Manfaat

- Agar dapat mengetahui defenisi dan tahapan-tahapan yang ada di dalam


pengolahan bahan galian secara umum.

- Dapat mendeskripsikan secara terperinci tahapan-tahapan dalam pengolahan


bahan galian khususnya pada tahapan Konsentrasi Elektrostatik (Electrostatic
Concentration) / daya hantar listrik.

- Dapat memberikan contoh peralatan / alat-alat yang berhubungan dengan


Konsentrasi Elektrostatik (Electrostatic Concentration) / daya hantar listrik dan
mendeskripsikannya dengan baik.

- Dan agar dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan dari peralatan / alat-alat
yang berhubungan dengan Konsentrasi Elektrostatik (Electrostatic
Concentration) / daya hantar listrik agar dapat mengoptimalkan pekerjaan yang
ada di lapangan dan dapat menyelesaikan masalah-masalah yang biasanya ada di
lapangan yang berhubungan dengan Konsentrasi Elektrostatik (Electrostatic
Concentration) / daya hantar listrik tersebut.

I.3 Tujuan

Diharapkan mahasiswa atau pelajar terutama mahasiswa teknik


pertambangan dapat memahami teknik-teknik dasar PENGOLAHAN MINERAL
dan dapat menerapkannya dibidang industri atau di lapangan, dan juga untuk
menambah pengetahuan pembaca terutama mahasiswa jurusan teknik
pertambangan di dalam ilmu Pengolaan Bahan Galian yang merupakan mata
kuliah wajib untuk jurusan pertambangan itu sendiri, yang juga didalam nya
terdapat praktek yang sangat berguna bagi mahasiswa teknik pertambangan
sebagai bekal dalam bekerja di lapangan nantinya.

1.4 Rumusan Masalah

- Apa yang dimaksud dengan pengolahan mineral?

- Tahapan-tahapan pengolahan mineral secara umum ?

- Tahapan-tahapan pengolahan mineral bagian konsentrasi khususnya pada bagian


Konsentrasi Elektrostatik (Electrostatic Concentration) / daya hantar listrik ?

- Alat-alat yang berhubungan dengan tahapan Konsentrasi Elektrostatik


(Electrostatic Concentration) / daya hantar listrik ?

- Teori-teori yang berkaitan dengan tahapan Konsentrasi Elektrostatik


(Electrostatic Concentration) / daya hantar listrik dan juga yang berkaitan
dengan alat-alat yang bersangkutan ?

- Studi kasus yang berhubunga dengan tahapan Konsentrasi Elektrostatik


(Electrostatic Concentration) / daya hantar listik ?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGOAHAN BIJIH

Pengolahan Bijih atau dalam pengertian yang lebih luas lagi biasa disebut
dengan pengolahan bahan galian (Mineral dressing, Mineral beneficiation) adalah
proses pemisahan mineral berharga (mineral bijih/ore mineral) dari mineral tak
berharga (pengotor/gangue mineral) yang dilakukan secara mekanis, untuk
menghasilkan produk yang kaya dengan mineral berharga (biasa disebut
konsentrat) dan tailing yaitu produk yang pada dasarnya terdiri dari mineral tak
berharga.

Skematik pengolahan mineral bijih secara umum dapat ditunjukan seperti


pada gambar.

Gambar 1. Flow Sheet Pengolahan

Sumber : http://ardra.biz/sain-teknologi/mineral/pengolahan-mineral/

Proses pemisahan dilakukan secara mekanis dengan memanfaatkan


perbedaan sifat-sifat fisik mineral yang akan dipisah. Adapun sifat-sifat fisik yang
dimiliki oleh mineral adalah sifat kemagnetan, kelistrikan/konduktivitas, density,
sifat permukaan, tekstur, dan warna.

Beberapa bahan galian dalam pemanfaatanya tidak selalu memerlukan


pemisahan. Bahan galian industri dalam pemanfaatannya hanya melalui proses
pengecilan ukuran dan pengayakan. Namun untuk bijih-bijih yang berkadar
rendah, misal bijih besi berkadar Fe 45%. Bijih besi tersebut harus melalui proses
pemisahan untuk meningkatkan kadar Fe, agar sesuai dengan persyaratan proses
ekstraksi.

Berdasarkan aplikasi di industri dan pemanfaatanya, bahan galian dapat


dibedakan menjadi tiga kelompok.

a) Bijih (ore) yaitu bahan galian yang mengandung mineral tertentu dengan kadar
yang cukup untuk ditambang dan diolah atau diekstrak metalnya sehingga
memberikan keuntungan. Mineral yang logamnya diekstrak disebut sebagai
mineral bijih (ore mineral) sedangkan mineral lainnya disebut sebagai mineral
gangue (mineral tak berharga).

b) Bahan Bakar (fuel) yaitu bahan galian yang dimanfaatkan sebagai energi
seperti batu bara dan minyak bumi.

c) Bahan galian industri (non metalic mineral), yaitu bahan galian yang
dimanfaatkan karena memiliki sifat-sifat fisik/mekanik tertentu seperti
kekuatan, kehalusan, keindahan.

Jenis/tipe mineral berdasarkan komposoisi alamiah

a) Native, metal dalam bijih berbentuk unsur, Au, Cu.

b) Sulfida, mineral bijih berkomposisi sulfida. Chacopyrite (CuFeS2), Galena


(PbS), Sfalerit (ZnS)

c) Oksida, Mineral bijih berkomposisi oksida, karbonat, sulfat, silikat. Hematite


(Fe2O3), Garnirit (H2(NiMg)SiO4, Azurit (2CuCO3.Cu(OH)2.
d) Komplek , bijih lebih dari satu mineral berharga. Bijih sulfida, galena,
chalcopyrite, sfalerit. Bijih kompleks sulfida Pb, Cu, Zn.

2.1.1Tujuan Pengolahan.

Pada dasarnya setiap usaha pengolahan selalu memiliki tujuan yang harus
dicapai, begitu juga dengan pengolahan bahan galian/bijih/mineral. Ada dua
tujuan yang ingin dicapai pada pengolahan ini, yaitu tujuan teknis dan tujuan
ekonomis. Tujuan teknis lebih mengedepankan bagaimana memperoleh produk
(konsentrat) yang memenuhi syarat yang diinginkan, baik untuk proses
selanjutnya, atau untuk konsumen. Secara teknis persyaratan yang diperlukan
untuk konsentrat adalah:

a) Kandungan mineral berharga harus lebih besar dari nilai minimum yang
ditentukan.

b) Kandungan gangue mineral harus lebih kecil dari nilai maksimum yang
ditentukan.

c) Kandungan air harus lebih rendah dari nilai maksimum yang ditentukan.

d) Ukuran partikel harus lebih besar dari nilai minimum yang ditentukan.

Secara ekonomis pengolahan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan


sebesar-besarnya. Untuk itu ada beberapa persyaratan yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan ekonomisnya;

a) Mengambil semua jenis mineral berharga, jika bijih mengandung lebih dari
satu mineral berharga.

b) Kehilangan mineral berharga dalam tailing harus sekecil mungkin, recovery


harus besar.

c) Mengolah bijih dengan ongkos yang rendah, dengan mengolah bijih bertonase
besar.
2.2. PENGOLAHAN BAHAN GALIAN (PBG)

Tahap-tahap utama dalam proses PBG terdiri dari :

Bagan Alir Tahapan Pengolahan Bahan Galian

2.2.1. KOMINUSI ATAU REDUKSI UKURAN (COMMINUTION)

Kominusi atau pengecilan ukuran merupakan tahap awal dalam proses


PBG yang bertujuan untuk :

1. Membebaskan / meliberasi (to liberate) mineral berharga dari material


pengotornya.

2. Menghasilkan ukuran dan bentuk partikel yang sesuai dengan kebutuhan pada
proses berikutnya.

3. Memperluas permukaan partikel agar dapat mempercepat kontak dengan zat


lain, misalnya reagen flotasi.

Kominusi ada 2 (dua) macam, yaitu :

1. Peremukan / pemecahan (crushing)

2. Penggerusan / penghalusan (grinding)


Disamping itu kominusi, baik peremukan maupun penggerusan, bisa
terdiri dari beberapa tahap, yaitu :

– Tahap pertama / primer (primary stage)

– Tahap kedua / sekunder (secondary stage)

– Tahap ketiga / tersier (tertiary stage)

– Kadang-kadang ada tahap keempat / kwarter (quaternary stage)

2.2.1.1. Peremukan / Pemecahan (Crushing)

Peremukan adalah proses reduksi ukuran dari bahan galian / bijih yang
langsung dari tambang (ROM = run of mine) dan berukuran besar-besar (diameter
sekitar 100 cm) menjadi ukuran 20-25 cm bahkan bisa sampai ukuran 2,5 cm.

2.2.1.2. Penggerusan / Penghalusan (Grinding)

Penggerusan adalah proses lanjutan pengecilan ukuran dari yang sudah


berukuran 2,5 cm menjadi ukuran yang lebih halus. Pada proses penggerusan
dibutuhkan media penggerusan yang antara lain terdiri dari :

1. Bola-bola baja atau keramik (steel or ceramic balls).

2. Campuran bola-bola baja dan bahan galian atau bijihnya sendiri yang disebut
semi autagenous mill (SAG).

3. Tanpa media penggerus, hanya bahan galian atau bijihnya yang saling
menggerus dan disebut autogenous mill.

2.3. PEMISAHAN BERDASARKAN UKURAN (SIZING)


Setelah bahan galian atau bijih diremuk dan digerus, maka akan diperoleh
bermacam-macam ukuran partikel. Oleh sebab itu harus dilakukan pemisahan
berdasarkan ukuran partikel agar sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan pada
proses pengolahan yang berikutnya.

2.3.1. Pengayakan / Penyaringan (Screening / Sieving)

Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara mekanik


berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Pengayakan (screening) dipakai dalam
skala industri, sedangkan penyaringan (sieving) dipakai untuk skala laboratorium.

Produk dari proses pengayakan/penyaringan ada 2 (dua), yaitu :

– Ukuran lebih besar daripada ukuran lubang-lubang ayakan (oversize).

– Ukuran yang lebih kecil daripada ukuran lubang-lubang ayakan (undersize).

2.3.2. Klasifikasi (Classification)

Klasifikasi adalah proses pemisahan partikel berdasarkan kecepatan


pengendapannya dalam suatu media (udara atau air). Klasifikasi dilakukan dalam
suatu alat yang disebut classifier.

Produk dari proses klasifikasi ada 2 (dua), yaitu :

– Produk yang berukuran kecil/halus (slimes) mengalir di bagian atas disebut


overflow.

– Produk yang berukuran lebih besar/kasar (sand) mengendap di bagian bawah


(dasar) disebut underflow.

Proses pemisahan dalam classifier dapat terjadi dalam tiga cara (concept), yaitu :

1. Partition concept
2. Tapping concept

3. Rein concept

Hal ini dapat berlangsung apabila sejumlah partikel dengan bermacam-


macam ukuran jatuh bebas di dalam suatu media atau fluida (udara atau air), maka
setiap partikel akan menerima gaya berat dan gaya gesek dari media. Pada saat
kecepatan gerak partikel menjadi rendah (tenang/laminer), ukuran partikel yang
besar-besar mengendap lebih dahulu, kemudian diikuti oleh ukuran-ukuran yang
lebih kecil, sedang yang terhalus (antara lain slimes) akan tidak sempat
mengendap.

2.4. PENINGKATAN KADAR ATAU KONSENTRASI ( CONCENTRATION )

Agar bahan galian yang mutu atau kadarnya rendah (marginal) dapat
diolah lebih lanjut, yaitu diambil (di-ekstrak) logamnya, maka kadar bahan galian
itu harus ditingkatkan dengan proses konsentrasi. Sifat-sifat fisik mineral yang
dapat dimanfaatkan dalam proses konsentrasi adalah :

– Perbedaan berat jenis atau kerapatan untuk proses konsentrasi gravitasi dan
media berat.

– Perbedaan sifat kelistrikan untuk proses konsentrasi elektrostatik.

– Perbedaan sifat kemagnetan untuk proses konsentrasi magnetik.

– Perbedaan sifat permukaan partikel untuk proses flotasi.

Proses peningkatan kadar itu ada bermacam-macam, antara lain :

2.4.1. Pemilahan (Sorting)

Bila ukuran bongkahnya cukup besar, maka pemisahan dilakukan dengan


tangan (manual), artinya yang terlihat bukan mineral berharga dipisahkan untuk
dibuang.
2.4.2. Konsentrasi Gravitasi (Gravity Concentration)

Yaitu pemisahan mineral berdasarkan perbedaan berat jenis dalam suatu


media fluida, jadi sebenarnya juga memanfaatkan perbedaan kecepatan
pengendapan mineral-mineral yang ada.

Ada 3 (tiga) cara pemisahan secara gravitasi bila dilihat dari segi gerakan
fluidanya, yaitu :

– Fluida tenang, contoh dense medium separation (DMS) atau heavy medium
separation (HMS).

– Aliran fluida horisontal, contoh sluice box, shaking table dan spiral
concentration.

– Aliran fluida vertikal, contoh jengkek (jig).

Bila jumlah partikel (mineral) di dalam fluida relatif sedikit, maka akan
terjadi pengendapan bebas (free settling). Tetapi bila jumlah partikel banyak
gerakannya akan terhambat sehingga terbentuk stratifikasi yang terdiri dari 3
(tiga) tahap sebagai berikut :

1. Hindered settling classification ; klasifikasi pengendapannya terhalang.

2. Differential acceleration pada awal pengendapan ; artinya partikel yang berat


mengendap lebih dahulu.

1. Consolidation trickling pada akhir pengendapan ; partikel-partikel kecil


berusaha mengatur diri di antara partikel-partikel besar sesuai dengan berat
jenisnya.

Produk dari proses konsentrasi gravitasi ada 3 (tiga), yaitu :

– Konsentrat (concentrate) yang terdiri dari kumpulan mineral berharga dengan


kadar tinggi.

– Amang (middling) yaitu konsentrat yang masih kotor.


– Ampas (tailing) yang terdiri dari mineral-mineral pengotor yang harus dibuang.

2.4.3. Konsentrasi dengan Media Berat (Dense/Heavy Medium Separation)

Merupakan proses konsentrasi yang bertujuan untuk memisahkan mineral-


mineral berharga yang lebih berat dari pengotornya yang terdiri dari mineral-
mineral ringan dengan menggunakan medium pemisah yang berat jenisnya lebih
besar dari air (berat jenisnya > 1).

Produk dari proses konsentrasi ini adalah :

– Endapan (sink) yang terdiri dari mineral-mineral berharga yang berat.

– Apungan (float) yang terdiri dari mineral-mineral pengotor yang ringan.

2.4.4. Konsentrasi Elektrostatik (Electrostatic Concentration)

Merupakan proses konsentrasi dengan memanfaatkan perbedaan sifat


konduktor (mudah menghantarkan arus listrik) dan non-konduktor (nir konduktor)
dari mineral.

Kendala proses konsentrasi ini adalah :

– Hanya sesuai untuk proses konsentrasi dengan jumlah umpan yang tidak terlalu
besar.

– Karena prosesnya harus kering, maka timbul masalah dengan debu yang
berterbangan.

Mineral-mineral yang bersifat konduktor antara lain adalah :

– Magnetit (Fe3 O4)

– Kasiterit (Sn O2)


– Ilmenit (Fe Ti O3)

– Molibdenit (Mo S2)

– Wolframit [(Fe, M) WO4]

– Galena (Pb S)

– Pirit (Fe S2)

Produk dari proses konsentrasi ini adalah :

– Mineral-mineral konduktor sebagai konsentrat.

– Mineral-mineral non-konduktor sebagai ampas (tailing).

Peralatan yang biasa dipakai adalah :

1. Electrodynamic separator (high tension separator).

2. Electrostatic separator yang terdiri dari :

– plate electrostatic separator

– screen electrostatic separator

2.4.5. Konsentrasi Magnetik (Magnetic Concentration)

Adalah proses konsentrasi yang memanfaatkan perbedaan sifat


kemagnetan (magnetic susceptibility) yang dimiliki mineral. Sifat kemagnetan
bahan galian ada 3 (tiga) macam, yaitu :

– Ferromagnetic, yaitu bahan galian (mineral) yang sangat kuat untuk ditarik oleh
medan magnet. Misalnya magnetit (Fe3 O4).

– Paramagnetic, yaitu bahan galian yang dapat tertarik oleh medan magnet.
Contohnya hematit (Fe2 O3), ilmenit (Se Ti O3) dan pyrhotit (Fe S).
– Diamagnetic, yaitu bahan galian yang tak tertarik oleh medan magnet. Misalnya
: kwarsa (Si O2) dan feldspar [(Na, K, Al) Si3 O8].

Jadi produk dari proses konsentrasi yang berlangsung basah ini adalah :

– Mineral-mineral magnetik sebagai konsentrat.

– Mineral-mineral non-magnetik sebagai ampas (tailing).

2.4.6. Konsentrasi Secara Flotasi (Flotation Concentration)

Merupakan proses konsentrasi berdasarkan sifat “senang terhadap udara”


atau “takut terhadap air” (hydrophobic). Pada umumnya mineral-mineral oksida
dan sulfida akan tenggelam bila dicelupkan ke dalam air, karena permukaan
mineral-mineral itu bersifat “suka akan air” (hydrophilic). Tetapi beberapa
mineral sulfida, antara lain kalkopirit (Cu Fe S2), galena (Pb S), dan sfalerit (Zn
S) mudah diubah sifat permukaannya dari suka air menjadi suka udara dengan
menambahkan reagen yang terdiri dari senyawa hidrokarbon. Sejumlah reagen
kimia yang sering digunakan dalam proses flotasi adalah :

1. Pembuih (frother) yang berfungsi sebagai pen-stabil gelembung-gelembung


udara. Misalnya : methyl isobuthyl carbinol (MIBC), minyak pinus, dan
terpentin.

2. Kolektor / pengumpul (collector) yang bisa mengubah sifat permukaan mineral


yang semula suka air menjadi suka udara. Contohnya : xanthate, thiocarbonilid,
asam oleik, dll.

3. Penekan / pencegah (depresant) yang berguna untuk mencegah agar mineral


pengotor tidak ikut menempel pada udara dan ikut terapung. Misalnya : Zn
SO4 untuk menekan Zn S.

4. Pengatur keasaman (pH regulator) yang berfungsi untuk mengatur tingkat


keasaman proses flotasi. Misalnya : HCl, HNO3, Ca (OH)3, NH4 OH, dll.
Produk flotasi ada 3 (tiga) macam, yaitu :

– Konsentrat (concentrate) yang berupa mineral-mineral yang ikut terapung


(mineral-mineral apungan) dengan gelembung-gelembung udara.

– Amang (middling) yang merupakan mineral-mineral apungan yang masih


mengandung banyak mineral-mineral pengotor.

– Ampas (tailing) yang tenggelam terdiri dari mineral-mineral pengotor.

2.5. PENGURANGAN KADAR AIR / PENGAWA-AIRAN (DEWATERING)

Kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air yang ada pada
konsentrat yang diperoleh dengan proses basah, misalnya proses konsentrasi
gravitasi dan flotasi.

Cara-cara pengawa-airan ini ada 3 (tiga), yaitu :

2.5.1. Cara Pengentalan / Pemekatan (Thickening)

Konsentrat yang berupa lumpur dimasukkan ke dalam bejana bulat.


Bagian yang pekat mengendap ke bawah disebut underflow, sedangkan bagian
yang encer atau airnya mengalir di bagian atas disebut overflow. Kedua produk
itu dikeluarkan secara terus menerus (continuous).

2.5.2. Cara Penapisan / Pengawa-airan (Filtration)

Dengan cara pengentalan kadar airnya masih cukup tinggi, maka bagian
yang pekat dari pengentalan dimasukkan ke penapis yang disertai dengan
pengisapan, sehingga jumlah air yang terisap akan banyak. Dengan demikian akan
dapat dipisahkan padatan dari airnya.
2.5.3. Pengeringan (Drying)

Yaitu proses untuk membuang seluruh kandung air dari padatan yang
berasal dari konsentrat dengan cara penguapan (evaporization/evaporation).

2.6. PENANGANAN MATERIAL (MATERIAL HANDLING)

Bahan galian (mineral/bijih) yang mengalami PBG harus ditangani dengan


cepat dan seksama, baik yang berupa konsentrat basah dan kering maupun yang
berbentuk ampas (tailing).

2.6.1. Penanganan Material Padat Kering (Dry Solid Handling)

Bila masih berupa bahan galian hasil penambangan (ROM), maka harus
ditumpuk di tempat yang sudah ditentukan yang di sekelilingnya telah dilengkapi
dengan saluran penyaliran (drainage system). Tetapi jika sudah berupa konsentrat,
maka harus disimpan di dalam gudang yang tertutup sebelum sempat diproses
lebih lanjut.

2.6.2. Penanganan Lumpur (Slurry Handling)

Bila lumpur itu sudah mengandung mineral berharga yang kadarnya


tinggi, maka dapat segera dimasukkan ke pemekat (thickener) atau penapis
(filter). Jika masih agak kotor (middling), maka harus diproses dengan alat khusus
yang sesuai.

2.6.3. Penanganan / Pembuangan Ampas (Tailing Disposal)


Kegiatan ini yang paling sulit penanganannya karena :

1. Jumlahnya (volumenya) sangat banyak, antara 70% – 90% dari material yang
ditambang.

2. Kadang-kadang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B-3).

3. Sulit mencarikan lahan yang cocok untuk menimbun ampas bila metode
penambangan timbun-balik (back fill mining method) tak dapat segera
dilakukan, sehingga kadang-kadang harus dibuatkan kolam pengendap. Oleh
sebab itu pembuangan ampas ini seringkali menjadi komponen kegiatan
penambangan yang meminta pemikiran khusus sepanjang umur tambang.

2.7 Konsentrasi Elektrostatik (Electrostatic Concentration)

A. Prinsip Pemisahan

Konsentrasi elektrostatik merupakan proses konsentrasi dengan memanfaatkan


perbedaan sifat mudah dan sukarnya mineral untuk menghantarkan arus listrik
(sifat konduktor dan non-konduktor). Konsentrasi elektrostatik adalah salah satu
tahap operasi dalam pengolahan bahan galian yang operasinya mempergunakan
sifat perbedaan kemampuan untuk menghantarkan arus listrik dari mineral-
mineral yang akan dipisahkan.

Konduktor adalah bahan yang dapat dengan mudah menghantarkan arus listrik
(elektron), sedangkan non-konduktor bersifat sebaliknya. Hambatan pemakaian
proses ini antara lain:

1. Hanya untuk proses konsentrasi dengan jumlah umpan yang tidak terlalu besar

2. Proses harus kering sehingga timbul masalah dengan debu yang berterbangan.

Mineral-mineral yang bersifat konduktor antara lain:

1. Magnetite (Fe3O4)
2. Galena (PbS)

3. Kasiterit (SnO2)

4. Pyrite (FeS2)

5. Molybdenite (MoS2)

6. Ilmenite (FeTiO3)

7. Wolframite [(Fe,M) WO4]

Pemisahan berdasarkan sifat konduktivitas bahan ini dibagi dua:

a. Electrodynamic separation (high tension separation)

b. Electrostatic separation

- Plate electrostatic separator

- Screen electrostatic separator

Adapun tingkat konduktivitas mineral secara lebih terinci dapat dilihat


pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Karakteristik beberapa mineral yang berkaitan dengan respon magnetis
dan elektrostatisnya
Sumber : http://lovelypidh.blogspot.co.id/2012/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Secara skematik perbedaan antara electro dynamic separation (high


tension separation) dan electrostatic separation dapat dilihat pada Gambar 2.2 dan
Gambar 2.3

Gambar 2.2 Prinsip pemisahan mineral menggunakan elektrostatik separator

Sumber : http://lovelypidh.blogspot.co.id/2012/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html
a b

Gambar 2.3 a. Electrodynamic Separator (High Tension Separator)

b. Electrostatic Separator

Sumber : http://lovelypidh.blogspot.co.id/2012/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html

B. Konfigurasi

Beberapa kemungkinan konfigurasi dari pemasangan electrostatic


separator dalam proses konsentrasi dapat dilihat pada Gambar 2.4

Gambar 2.4 Skema Kemungkinan Konfigurasi elektrostatik separator

Sumber : http://lovelypidh.blogspot.co.id/2012/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html
2.8 Pengertian HTS (high tension separator)

HTS adalah alat pemisahan mineral berdasarkan sifat listrik


(konduktifitas) yang dimiliki mineral-mineral, hasil yang didapat dari mineral-
mineral ini adalah konduktor, middling dan non konduktor.

Gambar : High Tension Separator (HTS)


Sumber : http://kehidupannasution.blogspot.co.id/2013/05/pengertian-hts-high-tension-
separator.html

2.8.1. Bagian-bagian HTS

a. “Ionizer Electroda” adalah elektrode yang berbentuk kawat halus. Fungsinya


menimbulkan ‘corona’ adalah pelepasan muatan listrik yang dapat memberikan
muatan listrik yang dikehendaki pada mineral yang akan dipisahkan. ‘Corona’
ini spesifik pada medan listrik yang sangat homogen. Untuk menimbulkan
medan listrik yang non homogen ini maka dibuat diameter “Ionizer Electrode”
jauh lebih kecil dari rotor.
b. “Deviason Electroda”, berbentuk silinder yang fungsinya untuk menimbulkan
medan listrik statis. Jarak antara “Deviason Electroda” dan “Ionizer Electroda”
adalah tetap, dihubungkan dengan suatu sambungan konduktor.
c. Rotor, berbentuk silinder yang berdiameter lebih besar dari “Deviason
Electroda” dan dapat berputar. Panjang dan diameter menentukan kapasitasnya.
Rotor merupakan electrode positif karena dalam operasinya dihubungkan
dengan tanah.
d. Splitter, untuk memotong lintasan butiran mineral yang keluar dari medan
listrik statis, sehingga diperoleh hasil konduktor, middling dan non konduktor,
pengukuran jarak splitter dilakukan terhadap garis tengah yang dilalui rotor.

2.8.2 Hal-hal yang berpengaruh pada bagian-bagian HTS

a. Kecepatan putaran Rotor


Mempengaruhi gerakan mineral melalui gaya centrifugal yang dihasilkan
pada putarannya, dimana mineral dengan berat jenis lebih besar akan terlempar
lebih jauh dari posisi rotor.

b. Ukuran diameter Elektrode


Ukuran diameter "ionizer electrode" terhadap "deviation electrode"
berpengaruh pada intensitas medan listrik. Medan listrik yang menimbulkan
"lifting effect" dan "pinning effect", yang berpengaruh pada perolehan mineral
non konduktor, midling dan konduktor.

c. Kedudukan Splitter
Kedudukan splitter pertama dan kedua berpengaruh pada perolehan feed
berkadar non konduktor, middling, dan konduktor. Untuk mendapatkan kasiterit
dan mineral konduktor berharga lainnya dengan kadar tinggi, maka kedudukan
splitter kedua harus dibuat lebih jauh dari splitter pertama.

3. Mekanisme Pemisahan
Feed yang masih panas jatuh merata pada rotor yang berputar, lalu mineral
memasuki ‘corona’ antara elektrode dan rotor dimana terjadi pemberian muatan
listrik. Untuk mineral yang bersifat konduktor muatan yang menempel pada
permukaannya diteruskan pada rotor yang ditanahkan, lalu cenderung jatuhnya
menjauhi rotor (hasil konduktor). Sedangkan untuk mineral yang bersifat non
konduktor muatan yang diterimanya tidak diteruskan dan tetap melakat pada
rotor, jatuh ke hasil non konduktor. Hasil middling adalah mineral yang jatuhnya
antara hasil konduktor dan hasil non konduktor. Mekanisme pemisahan HTS pada
gambar 2.

GAMBAR : MEKANISME PEMISAHAN PADA HTS


Sumber : http://kehidupannasution.blogspot.co.id/2013/05/pengertian-hts-high-tension-
separator.html

B. Perilaku butiran mineral di dalam medan listrik akibat keadaan electrode yang
berbeda

1. Lifting Effect.
Keadaan ini terjadi akibat ukuran dari diameter "Ionizer Electrode" besar.
"Lifting effect" merupakan perbandingan gaya listrik dan gaya
sentrifugal.
Sifat-sifat "lifting effect" adalah :
a. Tergantung dari mineral untuk menerima muatan listrik pada permukaannya.
b. Untuk mineral yang konduktifitasnya sama tetapi "afinitet" terthadap muatan
listrik pada permukaan berbeda.
c. Tingkat pemisahan rendah, 10%-20%.
d. Terpengaruh oleh temperature.
e. Interval voltase yang digunakan, 0-20000 volt.

GAMBAR : PERISTIWA LIFTING EFFECT PADA ALAT PEMISAHAN


LISTRIK
Sumber : http://kehidupannasution.blogspot.co.id/2013/05/pengertian-hts-high-tension-
separator.html

2. Pinning effect
Keadaan ini terjadi akibat dari ukuran diameter "Ionizer Electroda" yang
kecil. "Pinning Effect" merupakan perbandingan gaya image dan gaya sentrifugal.
Sifat-sifat "pinning effect" adalah :
a. Muatan permukan dari konduktor yang lemah.
b. Pemisahan mineral berdasrkan perbedaan hantaran listrik.
c. Tingkat pemisahan tinggi, 80% - 95%. Banyaknya pengulangan proses 20%-
40%.
d. Tidak dipengaruhi oleh temperature.
e. Interval voltase yang digunakan, 0 - 30000 volt.
GAMBAR :PERISTIWA PINNING EFECT PADA ALAT PEMISAHAN
LISTRIK
Sumber : http://kehidupannasution.blogspot.co.id/2013/05/pengertian-hts-high-tension-
separator.html

3. Pengaruh "Pinning effect" yang sangat kuat pada HTS


Keadaan ini terjadi akibat dari "deviation elektrode " dan "Ionier Electroda"
merupakan garis lurus dengan titik tengah dari rotor. Maka pengaruh listrik sangat
kuat.
Sifat-sifat "pinning effect" yang sangat kuat adalah :
a. Pengaruh listrik sangat kuat, bahkan akan menarik mineral konduktor dengan
kuat bila tidak ada pengontrolan.
b. Pemisahan hanya berdasarkan perbedaan hantaran listrik.
c. Tingkat pemisahan tinggi, 85% - 98%, pengulangan proses adalah 20 % - 40%.
d.Tidak dipengaruhi temperature.
e. Interval voltase yang digunakan, 0 - 50000 volt
a. Kecepatan putaran rotor
Kecepatan putaran rotor akan menimbulkan gaya centrifugal pada butiran
mineral, untuk butiran mineral yang sama ukurannya apabila tidak ada gaya listrik
akan jatuh menurut susunan berat jenisnya. Yang mempunyai berat jenis paling
besar akan terlempar paling jauh dari rotor dan mineral yang mempunyai berat
jenis paling ringan akan terlempar paling dekat dari rotor. Maka dengan demikian
untuk mengolah butiran mineral yang mempunyai butiran kasar putaran rotornya
sebaiknya harus lebih lambat dibandingkan dengan ukuran butiran yang lebih
halus.
b. Kuat tegangan listrik
Untuk melihat pengaruh kuat tegangan listrik dilakukan dengan cara,
variabel lain yang tetap dan jarak elektrode terhadap rotor juga tetap. Apabila
dilakukan putaran rotor tanpa diberi tegangan maka sebagain besar butiran
mineral akan masuk ke dalam konsentrat (konduktor). Pada pemberian arus listrik
yang semakin tinggi maka akan terlihat pengaruh "pinning effect" yang lebih
dominan, akibatnya kadar konduktor akan naik.
c. Kedudukan splitter
Untuk mendapatkan konduktor dengan kadar tinggi maka splitter kedua
harus dibuat lebih jauh, sedangkan untuk mendapatkan non konduktor yang lebih
bersih jarak splitter pertama lebih dekat dari rotor. Pengaturan jarak splitter
dibatasi hasil middling yang diusahakan serendah mungkin.
d. Kedudukan Elektrode
Posisi elektrode relatif terhadap permukaan rotor, posisi ini merupakan
faktor yang sangat penting di dalam mengontrol intensitas medan listrik. Antara
elektrode kawat dengan rotor terdapat suatu jarak kritis, yaitu jarak terdekat. Di
bawah jarak ini percobaaan tidak boleh dilakukan karena timbul bunga api listrik,
clan kawat dapat putus.

Pengaruh keadaan Feed


a. Pengaruh temperature
Temperatur ini berhubungan dengan kelembaban udara, mineral non
konduktor dapat bersifat konduktor karena dilapisi uap air. Dalam keadaan
lembab butiran mineral akan bersifat konduktor iebih besar. Pemanasan dilakukan
terhadap butiran mineral dengan temperature ± 150°C.
b. Ukuran butir
Butiran mineral kasar pengaruh gaya gravitasi dan gaya sentrifugal lebih
dominan, butiran mineral halus gaya listrik yang lebih dominan.
c. Kecepatan feed
Apabila variabel-variabel tetap, dengan kecepatan feed yang makin besar
akan diperoleh konduktor dengan recovery dan kadar yang rendah.
d. Kadar feed
Apabila variabel-variabel lain tetap, dengan kadar feed yang makin besar
akan dihasilkan kadar dan recovery yang besar pula.

Karakteristik Butiran Mineral


Untuk melihat bagaimana karakteristik dari butiran mineral terutama sifat
listriknya pada alat HTS, maka di sini diambil contoh butiran mineral yang
mempunyai muatan negative (-q), dalam kondisi di antara dua kutub.
Butiran mineral akan jatuh menurut lintasan y' yang menyimpang dari
lintasan gravitasi y, oleh karena adanya gaya tarik listrik. Jika butiran mineral
tersebut adalah sebuah konduktor, akan mengalami induksi listrik. Muatan -q akan
bertambah, tetapi bersamaan dengan itu di ujung lainnya dari butiran mineral akan
timbul muatan positif (+q) sebesar pertambahan muatan negative y'. Jadi dalam
hal ini, konduktor atau non konduktor dengan muatan yang sama akan melalui
lintasan yang sama dengan penyimpangan sebesar ∆x.
Keberhasilan pemisahan menggunakan HTS ini harus memperhatikan
beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu :
1. Gaya-gaya yang bekerja dan berpengaruh
a. Gaya Listrik
Mempengaruhi gerakan mineral bermuatan menuju electrode.
b. Gaya Image
Mempengaruhi gerakan mineral bermuatan menuju rotor.
c. Gaya Centrifugal
Mempengaruhi gerakan mineral berukuran tertentu (20-40 mesh) mendekati
atau menjauhi rotor.
d. Gaya Gravitasi
Mempengaruhi gerakan mineral dengan berat jenis tertentu menuju media
penampung.
2. Keadaan Feed
a. Pengaruh Temperatur
Berhubungan dengan kelembapan udara, jika butiran mineral dalam keadaan
lembab, maka mineral tersebut akan cenderung bersifat konduktor dan akan
mempengaruhi kualitas perolehan mineral yang dinginkan.
b. Ukuran Butir
Ukuran butiran mineral berpengaruh pada efek gaya yang terj adi, butiran
kasar gaya gravitasi dan centrifugalnya lebih dominant sedangkan butiran lebih
halus gaya listrik lebih dominan mempengaruhinya.
c. Kadar Feed
Pengaruhnya jika variable yang lainnya tetap, dengan masukan kadar feed
yang makin besar, maka akan dihasilkan kadasr dan recovery yang besar.
Dengan mengetahui karakteristik dari butiran mineral dan karakteristik
peralatan yang mempengaruhi pemisahan pada HTS, maka hal ini akan sangat
membantu dalam keberhasilan proses pemisahan menggunakan HTS. Dalam
keadaan pengaturan vartiabel yang tepat seperti diuraikan sebelumnya, mineral
bersifat konduktor akan terpisah dengan baik dengan mineral yang bersifat non
konduktor. Pada praktek penggunaan HTS akan dihasilkan middling. Midling
merupakan hasil dari HTS yang jatuh antara hasil konduktor dan hasil non
konduktor, middling dibagi atas :
1. "Gravitational Midling", terdiri dari butiran mineral yang belum sempat
dipengaruhi "corona" atau dipengaruhi medan listrik static.
2. "Ionicall Charge Midling", terdiri dari butiran mineral yang sudah dipengaruhi
"corona", tetapi belurn sempat dipengaruhi oleh medan listrik static dengan
sempurna.

Anda mungkin juga menyukai