Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PERKEMBANGAN TEORI MANAJEMEN

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Seperti diketahui ilmu manajemen berkembang terus

hingga saat ini. Ilmu manajemen memberikan pemahaman kepada

kita tentang pendekatan ataupun tata cara penting dalam rneneliti,

menganalisis dan memecahkan masalah-masalah yang berkaitan

dengan manajer.

IImu manajemen merupakan salah satu disiplin ilmu sosial.

Pada tahun 1886 Frederick W. Taylor melakukan suatu percobaan

time and motion study dengan teorinya ban berjalan. Dari sini

lahirlah konsep teori efisiensi dan efektivitas.

Kemudian Taylor menulis buku berjudul The Principle of

Scientific Management (1911) yang merupakan awal dari lahirnya

manajemen sebagai ilmu.

Di samping itu ilmu manajemen sebagai ilmu penegtahuan

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Adanya kelompok manusia, yaitu kelompok yang terdiri atas dua

orang atau lebih.


2. Adanya kerjasama dari kelompok terse but.

3. Adanya kegiatan/proses/usaha.

4. Adanya tujuan

Selanjutnya ilmu manajemen merupakan kumpulan disiplin

ilmu sosial yang mempelajari dan melihat manajemen sebagai

fenomena dari masyarakat modem. Dimana fenomena masyarakat

modem itu merupakan gejala sosial yang membawa perubahan

terhadap organisasi.

Pada kenyataannya manajemen sulit dedifenisikan karena

tidak ada defenisi manajemen yang diterima secara universal.

Mary Parker Follet mendefenisikan manajemen sebagai seni

dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Defenisi ini

rnengandung arti bahwa para manajer untuk mencapai tujuan

organisasi melalui pengaturan orang lain untuk melaksanakan

berbagai tugas yang mungkin dilakukan. Manajemen memang bisa

berarti seperti itu, tetapi bisa juga mempunyai pengertian lebih dari

pada itu. Sehingga dalam kenyataannya tidak ada defenisi yang

digunakan secara konsisten oleh semua orang. Stoner

mengemukakan suatu defenisi yang lebih kompleks yaitu sebagai

berikut :

“Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan dan pengawasan, usaha-usaha para anggota


organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi

lainnya agar rnencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.

Dari defenisi di atas terlihat bahwa Stoner telah

rnenggunakan kata “proses”, bukan “seni”. Mengartikan

manajernen sebagai “seni” mengandung arti bahwa hal itu adalah

kemampuan atau ketrampilan pribadi. Sedangkan suatu “proses”

adalah cara sistematis untuk rnelakukan pekerjaan. Manajemen

didefenisikan sebagai proses karena semua manajer tanpa harus

rnemperhatikan kecakapan atau ketrampilan khusus, harus

melaksanakan kegiatan-kegiatan yang saling berkaitan dalam

pencapaian tujuan yang diinginkan.

Setiap pandangan mungkin berguna untuk berbagai

masalah yang berbeda-beda. Ada tiga aliran pemikiran

manajemen yaitu :

a. Aliran klasik

b. Aliran hubungan manusiawi

c. Aliran manajemen modern

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis

merumuskan permasalahkan sebagai berikut:


1. Bagaimana prinsip teori manajemen aliran klasik?

2. Bagaimana prinsip teori aliran hubungan manusiawi?

3. Bagaimana prinsip aliran manajemen modern?

4. Bagaimana perkembangan teori manajemen?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsip Teori Manajemen Aliran Klasik

Awal sekali ilmu manajemen timbul akibat terjadinya revolusi

industri di Inggris pada abad 18. Para pemikir tersebut rnemberikan

pematian temadap masalah-masalah manajemen yang timbul baik

itu di kalangan usahawan, industri maupun masyarakat. Para

pemikir itu yang terkenaI antara lain, Robert Owen, Henry Fayol,

Frederick W Taylor dan lainnya.

1. Robert Owen (1771 -1858)

Robert Owen adalah orang yang menentang

praktek-praktek memperkerjakan anak-anak usia 5 atau 6 tahun

dan standar kerja 13 jam per hari. Tersentuh dengan kondisi

kerja yang amat menyedihkan itu, beliau mengajukan adanya

perbaikan temadap kondisi kerja ini.


Pada tahun-tahun awal revolusi industri, ketika para

pekerja dianggap instrumen yang tidak berdaya, Owen melihat

rneningkatkan kondisi kerja di pabrik, rnenaikkan usia minimum

kerja bagi anak-anak, mengurangi jam kerja karyawan,

menyediakan makanan bagi karyawan pabrik, mendirikan

toko-toko untuk menjual keperluan hidup karyawan dengan

harga yang layak, dan berusaha memperbaiki lingkungan hidup

tempat karyawan tinggal, dengan membangun rumah-rumah dan

membuat jalan, sehingga lingkungan hidup dan pabrik rnenjadi

menarik. Sebab itu, beliau disebut “Bapak Personal Manajemen

Modem”. Selain itu, Owen lebih banyak memperhatikan pekerja,

karena menurutnya, investasi yang penting bagi manajer

adalah sumber daya manusia. Selain mengenai perbaikan

kondisi kerja, beliau juga membuat prosedur untuk meningkatkan

produktivitas, seperti prosedur penilaian kerja dan bersaing juga

secara terbuka.

2. Charles Babbage (1792 -1871)

Charles Babbage adalah seorang guru besar matematika

yang tertarik pada usaha penilaian efisiensi pada operasional

suatu pabrik, dengan menerapkan prinsip-prinsip ilmiah agar

terwujud peningkatan produktivitas dan penurunan biaya. Beliau

pertarna kali mengusulkan adanya pembagian kerja berdasarkan


spesialisasi pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan tertentu,

sehingga pekerjaan dibuat rutin dan lebih mudah dapat

dikendalikan dengan alat kalkulator. Babbage merupakan

penemu kalkulator mekanis pada tahun 1822, yang disebut

“rnesin penambah dan pengurang (Difference Machine)”,

Prinsip-prinsip dasamya digunakan pada mesin-mesin hitung

hampir seabad kemudian. Pada tahun 1833 beliau menyusun

sebuah Mesin analitis (Analysical Machine), yaitu sebuah

komputer otomatis dan merupakan dasar komputer modern,

sehingga beliau sering dinamakan Bapak Komputer”.

Tulisannya dituangkan dalam bukunya yang beljudul “On

the Economy Of Machinery and Manufactures” (1832). Beliau

juga tertarik pada prinsip efisiensi dalam pembagian tugas dan

perkembangan prinsip-prinsip ilmiah, untuk menentukan seorang

manajer harus memakai fasilitas, bahan, dan tenaga kerja

supaya rnendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Disamping itu

Babbage sangat memperhatikan faktor manusia, dia

menyarankan sebaiknya ada semacam sistem pembagian

keuntungan antara pekerja dan pemilik pabrik, sehingga para

pekerja memperoleh bagian keuntungan pabrik, apabila mereka

ikut menyumbang dalam peningkatan produktivitas. Beliau

menyarankan para pekerja selayaknya menerirna pembayaran

tetap atas dasar sifat pekerjaan mereka, ditambahkan dengan


pembagian keuntungan, dan bonus untuk setiap saran yang

mereka berikan dalam peningkatkan produktivitas.

3. Frederick W. Taylor (1856 -1915)

Frederick W. Taylor dikenal dengan manajemen ilmiahnya

dalam upaya meningkatkan produktivitas. Gerakannya yang

terkenal adalah gerakan efisiensi kerja. Taylor membuat

prinsip-prinsip yang menjadi intinya manajemen ilmiah yang

terkenal dengan rencana pengupahan yang menghasilkan

turunnya biaya dan meningkatkan produktivitas, mutu,

pendapatan pekerjaan dan semangat kerja karyawan. Adapun

filsafat Taylor memiliki 4 prinsip yang ditetapkan yaitu :

1. Pengembangan manajemen ilmiah secara benar.

2. Pekerjaan diseleksi secara ilmiah dengan rnenempatkan

pekerjaan yang cocok untuk satu pekerjaan.

3. Adanya pendidikan dan pengambangan ilmiah dari para

pekerja.

4. Kerjasama yang baik antara manajernen dengan pekerja.

Dalam menerapkan ke-empat prinsip ini, beliau

menganjurkan perlunya revolusi mental di kalangan manajer dan

pekerja. Adapun prinsip-prinsip dasar menurut Taylor mendekati

ilmiah adalah:
1. Adanya ilmu pengetahuan yang menggantikan cara kerja

yang asal-asalan.

2. Adanya hubungan waktu dan gerak kelompok.

3. Adanya kerja sarna sesama pekerja, dan bukan bekerja

secara individual.

4. Bekerja untuk hasil yang maksimal.

5. Mengembangkan seluruh karyawan hingga taraf yang

setinggi-tingginya, untuk tingkat kesejahteraan maksimum

para kaayawan itu sendiri dan perusahaan.

Buku-buku Taylor yang terkenal adalah “Shop

management (1930)”, Principles Of Scientific Management

(1911)”, dan “Testimory Before Special House Comittee (1912)”.

Dan pada tahun 1947, ketiga buku tersebut digabungkan dalam

1 (satu) buku dengan judul “Scientific Management.

4. HenryL Gant (1861 -1919)

Sumbangan Henay L. Grant yang terkenal adalah sistem

bonus harian dan bonus ekstra untuk para mandor. Beliau juga

memperkenalkan sistem “Charting” yang terkenal dengan “Gant

Chart”.

Ia menekankan pentingnya mengembangkan minat

hubungan timbal balik antara manajernen dan para karyawan,


yaitu kerja sarna yang harmonis. Henry beranggapan bahwa

unsur manusia sangat penting sehingga menggarisbawahi

pentingnya mengajarkan, mengembangkan pengertian tentang

sistem pada pihak karyawan dan manajemen, serta perlunya

penghargaan dalam segala masalah manajemen.

Metodenya yang terkenal adalah rnetode grafis dalam

menggambarkan rencana-rencana dan memungkinkan adanya

pengendalian manajerial yang lebih baik. Dengan rnenekankan

pentingnya waktu maupun biaya dalam merencanakan dan

rnengendalikan pekerjaan. Hal ini yang menghasilkan

terciptanya “Gantt Chart” yang terkenal tersebut.

5. Henry Fayol (1841 -1925)

Henry Fayol mengarang buku “General and Industrial

management”. Pada tahun 1916, dengan sebutan teori

manajemen klasik yang sangat memperhatikan produktivitas

pabrik dan pekerja, disamping memperhatikan manajemen bagi

satu organisasi yang kompleks, sehingga beliau menampilkan

satu metode ajaran manajemen yang lebih utuh dalam bentuk

cetak biru. Fayol berkeyakinan keberhasilan para manajer tidak

hanya ditentukan oleh mutu pribadinya, tetapi karena adanya

penggunaan metode manajemen yang tepat.


Sumbangan terbesar dari Fayol berupa pandangannya

tentang manajemen yang bukanlah semata kecerdasan pribadi,

tetapi lebih merupakan satu keterampilan yang dapat diajarkan

dari dipahami prinsip-prinsip pokok dan teori umumnya yang

telah dirumuskan. Fayol membagi kegiatan dan operasi

perusahaan ke dalam 6 macam kegiatan :

1. Teknis (produksi) yaitu berusaha menghasilkan dan membuat

barang-barang produksi.

2. Dagang (Beli, Jual, Pertukaran) dengan tara mengadakan

pembelian bahan mentah dan menjual hasil produksi.

3. Keuangan (pencarian dan penggunaan optimum atas modal)

berusaha mendapatkan dan menggunakan modal.

4. Keamanan (perlindungan harga milik dan manusia) berupa

melindungi pekerja dan barang-barang kekayaan

perusahaan.

5. Akuntansi dengan adanya pencatatan dan pembukuan biaya,

utang, keuntungan dan neraca, serta berbagai data statistik.

6. Manajerial yang terdiri dari 5 fungsi, yaitu :

a. Perencanaan (planning) berupa penentuan

langkah-langkah yang memungkinkan organisasi

mencapai tujuan-tujuannya.
b. Pengorganisasian dan (organizing), dalam arti mobilisasi

bahan materiil dan sumber daya manusia guna

melaksanakan rencana.

c. Memerintah (Commanding) dengan memberi arahan

kepada karyawan agar dapat menunaikan tugas

pekerjaan mereka.

d. Pengkoordinasian (Coordinating) dengan memastikan

sumber-sumber daya dan kegiatan organisasi

berlangsung secara harmonis dalam mencapai

tujuannya.

e. Pengendalian (Controlling) dengan memantau rencana

untuk membuktikan apakah rencana itu sudah

dilaksanakan sebagaimana mestinya.

B. Aliran Hubungan Manusiawi

Pada tahap aliran perilaku atau hubungan manusiawi

organisasi melihat pada hakikatnya adalah sumber daya manusia.

Aliran ini mernandang aliran klasik kurang lengkap karena terlihat

kurang mampu rnewujudkan efisiensi produksi yang sempurna dengan

keharmonisan di tempat kerja. Manusia dalam sebuah organisasi tidak

selalu dapat dengan mudah diramalkan prilakunya karena sering juga

tidak rasional. Oleh sebab itu para manajer perlu dibantu dalam
menghadapi rnanusia, melalui antar lain ilmu sosiologi dan psikologi.

Ada tiga orang pelopor aliran perilaku yaitu:

1. Hugo Munsterberg (1863 -1916)

Sumbangannya yang terpenting adalah berupa

pernanfaatan psikologi dalam mewujudkan tujuan-tujuan

produktivitas sarna seperti dengan teori-teori manajemen lainnya.

Bukunya “Psychology and Indutrial Efficiency”, ia memberikan 3

cara untuk meningkatkan produktivitas:

a. Menempatkan seorang pekerja terbaik yang paling sesuai

dengan bidang pekerjaan yang akan dikerjakannya.

b. Menciptakan tata kerja yang terbaik yang memenuhi

syarat-syarat psikologis untuk memaksimalkan produktivitas.

c. Menggunakan pengaruh psikologis agar memperoleh dampak

yang paling tepat dalam mendorong karyawan.

2. William Ouchi (1981)

William Ouchi, dalam bukunya “theory Z -How America

Business Can Meet The Japanese Challen ge (1981)”,

memperkenalkan teori Z pada tahun 1981 untuk menggambarkan

adaptasi Amerika atas perilaku Organisasi Jepang. Teori beliau

didasarkan pada perbandingan manajemen dalam organisasi.

Jepang disebut tipe perusahaan Jepang dengan manajemen


dalam perusahaan Amerika -disebut perusahaan tipe Amerika.

Berikut adalah perbedaan organisasi tipe Amerika dan tipe

Jepang.

Sumbangan para ilmuan yang beraliran hubungan

manusiawi ini terlihat dalam peningkatan pemahaman terhadap

motivasi perseorangan, perlaku kelompok, ataupun hubungan

antara pribadi dalam kerja dan pentingnya kerja bagi manusia.

Para manajer diharapkan semakin peka dan terampil dalam

menangani dan berhubungan dengan bawahannya. Bahkan

muncul berbagai jenis konsep yang lebih mengaji pada

masalah-masalah kepemimpinan, penyelesaian perselisihan,

memperoleh dan memanfaatkan kekuasaan, perubahan

organisasi dan konsep komunikasi. Walaupun demikian aliran ini

tidak bebas dari kritikan, karena di samping terlalu umum, abstrak

dan kompleks, sukar sekali bagi manajer untuk menerangkan

tentang perilaku manusia yang begitu kompleks dan sukar memilih

nasehat ilmuwan yang mana yang sebaiknya harus dituruti dalam

mencapai solusi di dalam perusahaan.

C. Aliran Manajemen Modern

Muncul aliran ini lebih kepada aliran kuantitatif merupakan

gabungan dari Operation Research dan Management Science. Pada

aliran ini berkumpul para sarjana matematika, pisik, dan sarjana


eksakta lainnya dalam memecahkan masalah-masalah yang lebih

kompleks. Tim sarjana ini di Inggris, di Amerika Serikat, sesudah

perang Dunia II dikenal dengan sebutan “OR Tema” dan setelah

perang dimanfaatkan dalam bidang industri. Masalah-masalah ruwet

yang memerlukan “OR Tim” ini antara lain di bidang transportasi dan

komunikasi.

Kehadiran teknologi komputer, membuat prosedur OR lebih

diformasikan menjadi aliran IImu Manajemen Modem. Pengembangan

model-model dalam memecahkan masalah-masalah manajemen yang

kompleks. Adanya bantuan komputer, maka dapat memberi

pemecahan masalah yang lebih berdasar rasional kepada para

manajer dalam membuat putusan-putusannya. Teknik-teknik ilmu

manajemen ini membantu para manajer organisasi dalam berbagai

kegiatan penting, seperti dalam hat penganggaran modal, manajemen

cash flow, penjadwalan produksi, strategi pengembangan produksi,

perencanaan sumber daya manusia dan sebagainya.

Aliran ini juga memiliki kelemahan karena kurang memberi

perhatian kepada hubungan manusia. Oleh karena itu sangat cocok

untuk bidang perencanaan dan pengendalian, tetapi tidak dapat

menjawab masalah-masalah sosial individu seperti motivasi,

organisasi dan kepegawaian. Konsep dari aliran ini sebenarnya sukar

dipahami oleh para manajer karena dapat menyangkut kuantitatif


sehingga para manajer itu merasa jauh dan tidak terlibat dengan

penggunaan teknik-teknik ilmu manajemen yang sangat ilmiah dan

kompleks

Komponen yang harus dimiliki seorang pemimpin yang efektif

dan efisien. Menurut Ruth M. Tappen dalam buku “Nursing

Leadership and Management : Concepts and Practice” (1995) syarat

pemimpian yang demikian adalah Knowledge, Self Awareness,

Communication, Energy, Goals dan Action.

1. Knowledge/Pengetahuan

Seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan yang baik

tentang kepemimpinan dan ilmu tentang ruang lingkup kerja

profesinya yang terdiri dari pengetahuan kognitif maupun

skill/keterampilan. Seorang pemimpin akan dihadapkan pada

situasi tertentu dimana dia harus mengambil keputusan yang tepat

dalam menyelasaikan masalah. Dasar untuk pengambilan

keputusan yang tepat adalah pengetahuan dan kemampuan

berpikir kritis yang dimiliki. Oleh karena itu untuk menjadi seorang

pemimpin yang efektif yang mampumengambil keputusan yang

tepat dalam suatu situasi tertentu maka harus memiliki

pengetahuan tentang hal-hal berikut :

a. Leadership. Seorang pemimpin harus mengetahui tentang

konsep kebutuhan dasar manusia, teori motivasi, teori bekerja


dalam kelompok dan ilmu perilaku. Dengan pengetahuan

tersebut maka ia akan lebih bisa memahami karakter anak

buah/bawahannya dan hal ini bisa membantu leader dalam

menentukan tindakan apa yang harus dilakukan pada

bawahan agar dapat mempengaruhi motivasi dan perilakunya

agar dapa bekerja sama dalam mencapai tujuan.

Seorang pemimpin juga harus mengetahui gaya-gaya

kepemimpinan yang sesuai untuk situasi-situasi tertentu

sehingga dapat mengambil sikap yang tepat dalam situasi

tertentu. Leader juga harus memiliki visi yang jelas dan harus

mensosialissikan dan mengkomunikasikan visi tersebut

kepada bawahan sehingga bawahan bekerja bukan karena

terpaksa tapi karena mereka juga menginginkan hal tersebut.

Beberapa orang memang terlahir dengan bakat dan karakter

seorang pemimpin tapi sifat dan karakter kepemimpinan bisa

dipelajari dan dilatih agar dapat menjadi pemimpin yang efekif

dan efisien.

b. Pengetahuan tentang lingkup profesi. Seorang pemimpin harus

memiliki pengetahuan yang baik tentang lingkup kerja

profesinya baik pengetahuan kognitif maupun skill atau

keterampilan sehingga dia bisa menjadi role model dan

panutan bagi bawahan, dapa menambah dn memberikan

energi positif pada bawahan dalam melaksanakan tugas.


c. Critical thinking/berpikir kritis. Seorang pemimpin harus

mempunyai kemampuan berpikir kritis dalam hal pengambilan

keputusan yang tepat untuk kepentingan klien maupun dalam

memberikan arahan kepada bawahan. Hasil dari berpikir kritis

akan ditemukan metoda baru yang lebih efekif sehingga

bawahan bekerja bkan hanya sekedar mlakukan hal yang telah

menjadi rutinitas tapi bisa mencoba hal baru yang lebih positif.

2. Self Awareness/Kesadaran Diri

Pemimpin yang baik harus mengenal dirinya dengan baik,

diawali dengan mengevaluasi kekurangan dan kelebihan yang

dimiliki sehingga kekurangan tersebut dapat ditingkatkan. Perlu

juga evaluasi tentang perasaan dan situasi yang berhubungan

serta mekanisme koping yang dilakukan. Identifikasi koping yang

dilakukan serta perbaiki koping yang destruktif atau maladaptive

kearah koping yang konstruktif atau tidak merugikan dan menyakiti

diri sendiri dan orang lain.

Dengan kesadaran diri yang baik kita akan menyadari

bahwa tak ada manusia yang sempurna, setiap orang berhak

untuk mengalami dan mengekspresikan rasa senang, sedih,

kecewa, bahagia, cemas dn sebagainya. Seorang pemimpin yang

baik harus bisa mengenali tanda-tanda ini pada bawahannya dan


selalu berusaha belajar cara mengahadapi kondisi yang ada

dengan cara yang baik.

Kesadaran diri yang baik akan membangun rasa empati

yang akan membentuk rasa kedekatan, kepercayaan dengan

bawahan sehingga akan membangun suasana kerja yang

harmonis, saling menghargai dengan bawahan sehingga

memudahkan dalam kerja sama dalam mencapai tujuan. Seorang

pemimpin yang baik tidak ragu untuk meminta evaluasi dari

bawahan tentang gaya kepemmpinannya dan begitu pula

sebaliknya. Masukan-masukan tersebut dijadikan motivasi untuk

merubah diri kearah yang lebih baik.

3. Komunikasi

Komunikasi adalah jantungnya kepemimpinan. Seorang

pemimpin harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik

terhadap teman maupun bawahan karena komunikasi yang baik

adalah merupakan satu strategi dalam mempengaruhi orang lain.

Teknik komunikasi yang harus dimilki diantaranya :

a. Mendengar aktif (active listening). Pemimpin yang baik akan

memahami bahwa mendengarkan bawahan akan membuat

mereka merasa dihargai dan merupakan sarana untuk

mendapatkan feed back dari mereka. Lakukan klarifikasi dengan

pertanyaan yang tepat dan tidak menyakiti untuk mendapatkan


infomasi yang akurat dalam mengambil keputusan. Mendengar

aktif akan membuat bawahan dapat mengungkapkan perasaan

sehingga kebutuhan psikologisnya dapat terpenuhi dan sekaligus

mengurangi rasa cemas yang dirasakannya.

b. Menyusun arah/arus informasi. Pemimpin harus membentuk

alur komunikasi yang efektif sehingga dapat menghindari

terjadinya miskomunikasi yang baik antara leader dengan

bawahan, bawahan dengan rekan kerja maupun dengan pasien.

Oleh karena itu pemimpin yang baik harus membangun suasana

atau alur komunikasi yang baik pada saat bertemu maupun tidak

bertatap muka.

c. Asertif. Pemimpin yang baik harus mempunyai sifat asertif

terhadap bawahan. Leader harus menyediakan waktu untuk

menerima masukan baik dari pasien maupun dari bawahan dan

begitu pula sebaliknya. Masukan disampaikan dengan cara yang

membangun, jelas, konstruktif dan tidak menyakiti.

d. Seorang pemimpin yang baik apabila menemukan kesalahan

yang dilakukan oleh bawahan tidak mengeluarkan kata-kata yang

membuat bawahan tersebut merasa sangat bersalah dan

menyakiti hatinya. Feedback yang baik adalah memberikan kata

yang bijak tanpa menyakiti diikuti dengan pemberian informasi

tentang apa yang seharusnya dilakukan

e. Saling memberi umpan balik. Anggota tim atau bawahan


membutuhkan evaluasi atau feedback seperti halnya pemimpin.

Feedback berfungsi untuk meningkatkan self

awareness/kesadaran diri mencegah asumsi negatif terhadap

perilaku seseorang dan untuk menjadi petunjuk dan motivasi

dalam proses perubahan kearah yang lebih baik.

f. Linking dan networking. Seorang pemimpin harus memiliki jalur

dan akses yang jelas dan mudah baik dalam memperoleh

informasi terbaru maupun dalam melakukan komunikasi dengan

profesi atau instansi lain yang dapat dijadikan tim dalam

bekerjasama dalam menyelesikan suatu masalah yang ada.

Pemimpin harus mempunyai pergaulan yang luas dengan profesi

lain sehingga memudahkan dalam menjalin kerjasama

g. Mengkomunikasikan visi. Seorang pemimpin harus mempunyai

visi yang jelas dan harus mengkomnikasikan dengan baik kepada

bawahannya. Kemampuan mengkomunikasikan visi dengan baik

akan dapat membangun motivasi, kerjasama dan memberikan

energi yang baik bagi bawahan dalam bekerja ntuk mencapai

tujuan. Visi yang jelas dan menarik akan membuat bawahan

termotivasi untuk bekerja bukan karena keterpaksaan tapi karena

merteka juga menginginkan hal itu.

4. Energi

Seorang pemimpin harus terus menerus tampil dengan

energi yang baik dalam penampilan dan pekerjaannya. Untuk


memiliki energi yang baik dan semangat yang baik maka seorang

pemimpin harus memiliki rasa percaya diri dan memiliki hidup yang

seimbang sehingga energi dapat terus menerus terjaga.

Energi atau semangat yang dimiliki oleh seseorang akan

dapat ditularkan keorang lain. Seperti halnya kita bisa sedih dengan

kesedihan orang lain, kita bisa bahagian dengan kebahagiaan orang

lain dan kita juga bisa semangan dan penuh energi karena teman

dilingkungan kita juga penuh semangat.

Pemimpin yang selalu terlihat semangat dalam penampilan

dan bekerja akan memotivasi bawahan untuk meningkatkan motivasi

dan produktivitas kerjanya. Energi yang dimiliki seorang pemimpin

akan mempengaruhi respon bawahan terhadap dirinya maupun

terhadap pekerjaan yang dilakukan.

5. Goals/Tujuan

Tujuan adalah apa yang akan diralisasikan atau arah yang akan

dicapai, alasan seseorang dan merupakan motivasi untuk berbuat

sesuatu/ melakukan pekejaan tertentu. Seorang pemimpin harus

mempunyai tujuan yang jelas yang meliputi Apa. Siapa, Kenapa dan

Bagaimana. Tujuan ini kemudian harus dikomunikasikan dengan

bawahan agar mereka bisa menerima, memahami dan menyetujui

tujuan tersebut sehingga dapat didiskusikan bersama cara

pencapaiannya.
6. Action/Tindakan

Seorang pemimpin yang baik adalah pandai dalam mengambil

keputusan yang tepat dan berorientasi pada tindakan/action. Untuk

dapat mengambil keputusan dan bertindak dengan baik maka seorang

pemimpin harus memiliki pengetahuan, kesadaran diri, kemampuan

berkomunikasi dengan baik, energi, dan tujuan yang jelas. Seorang

pemimpin harus menjadi role model yang baik dalam cara

kepemimpinannya, dalam pelaksanaan tugas maupun dalam

membangun kerja sama dan bekerja sama dengan orang lain

termasuk dengan bawahannya.

Seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan dan

keterampilan profesionalisme yang tinggi yang dikarakteristikkan

dengan pengetahuan dan keterampilan yang baik. Mempunyai

kemampuan perencanaan yang baik, koordinasi, evaluasi dan

organisasi bawahan dengan baik sekaligus juga sebagai support

sistem dan role model yang baik bagi bawahannya.

Seorang pemimpin harus selalu penuh semangat dan

memiliki energi yang besar sehingga dapat mempengaruhi bawahan

untuk meningkatkan produktivitas dalam bekerja. Pemimpin yang baik

selalu penuh inisiatif dan berani mengambil resiko dalam menerapkan

hal baru yang berguna dalam mempermudah dan mempercepat

proses pencapaian tujuan dan berani menghadapi pihak lain yang


tidak sejalan dengannya dan teguh memperjuangkan kebenaran yang

diyakininya.

Dari keenam komponen yang harus dimiliki seorang

pemimpin yang efektif diatas kemudian disempurnakan oleh Ruth M.

Tappen dalam buku Essential of Nursing Leadership and

Management.3th ed. (2004), bahwa seorang pemimpin yang efektif

harus memiliki kualitas diri dan kualitas perilaku sebagai berikut :

Kualitas diri : integritas, Berani mengambil resiko, inisiatif, energy,

optimis, pantang menyerah (perseverance), seimbang, Kemampuan

menghadapi stress, dan Kesadaran diri serta memiliki Kualitas

perilaku seperti: Berpikir kritis, Menyelesaikan masalah (problem

solving), Menghormati/menghargai orang lain, Kemampuan

berkomunikasi yang baik, Punya tujuan dan mengkomunikasikan visi

dan meningkatkan kemampuan diri dan orang lain

D. Perkembangan Teori Manajemen

Ketiga aliran manajemen yang telah diuraikan di atas ternyata

sampai sekarang berkembang terus. Aliran hubungan manusiawi dan

ilmu manajemen memberikan pendekatan yang penting dalam meneliti,

menganalisis dan memecahkan masalah-masalah manajemen.

Demikian pula aliran klasik yang telah berkembang ke arah

pemanfaatan hasil-hasil penelitian dari aliran lain dan terus tumbuh


menjadi pendekatan baru yang disebut pendekatan sistem dan

kontingensi.

Aliran klasik dikenal dengan pendekatan proses dan operasi

manajemen. Dengan terjadinya proses perkembangan yang saling

berkaitan di antara berbagai aliran ini, maka kemudian sudah sulit

untuk terlalu membedakan dan memisahkan antara aliran-aliran ini.

Proses perkembangan teori manajemen terus berkembang

hingga saat ini yang dilihat dari lima sisi yaitu:

1. Dominan, yaitu aliran yang muncul karena adanya aliran lain.

Pengkajian dari masing-masing aliran masih dirasakan bermanfaat

bagi pengembangan teori manajemen.

2. Divergensi, yaitu dimana ketiga aliran masing-masing berkemabng

sendiri-sendiri tanpa memanfaatkan pandangan aliran-aliran

lainnya.

3. Konvergensi, yang menampilkan aliran dalam satu bentuk yang

sarna sehingga batas antara aliran nlenjadi kabur. Perkembangan

seperti inilah yang sudah terjadi sekalipun bentuk

pengembangannya tidak seimbang karena masih terlihat bentuk

dominan dari satu rnazhab terhadap yang lain.

4. Sintesis, berupa pengembangan menyeluruh yang lebih bersitat

integrasi dari aliran-aliran seperti yang kemudian tampil dalam

pendekatan sistem dan kontingensi.


5. Proliferasi, merupakan bentuk perkembangan teori manajemen

dengan munculnya teori-teori manajenlen yang baru yang

memusatkan perhatian kepada satu permasalahan manajenlen

tertentu.

Seperti kita ketahui hingga saat organisasi bisnis merupakan

penciptaan pengetahuan dan menjadi sumber inovasi yang penting

bagi manajemen. Hal ini dapat dilihat bagaimana

perusahaan-perusahaan Jepang dan perusahaan besar lain di

belahan dunia ini berhasil dan berkembang karena keahlian

danpengalaman dari para manajer dan perusahaan secara

keseluruhan menciptakan pengetahuan baru, service, system, produk.

Adanya inovasi yang terus menerus sebenamya rnerupakan inisiatif dari

individual dan interaksi dalam kelompok sehingga perubahan terns teljadi

merupakan hasil dari pengalaman, penyatuan, diskusi, dialog yang

menciptakan pengetahuan baru.

BAB III

PENUTUP

A. Keimpulan

Perkembangan teori manajemen dimulai dari teori

manajemen klasik dengan pemikiran manajemen ilmiah dari Taylor

dan teori organisasi klasik dari Mayo. Manajemen ilmiah


menekankan pada upaya menemukan metode terbaik untuk

melakukan tugas manajemen secara ilmiah. Sedangkan teori

organisasi klasik menekankan pada kebutuhan mengelola

organisasi yang kompleks yang mefokuskan pada upaya

menetapkan dan menerapkan prinsip dan ketrampilan yang

mendasari manajemen yang efektif.

Perkembangan yang memberik fokus yang sangat berbeda

dari teori manajemen klasik disebut teori manajemen neoklasik yang

ditandai dengan perubahan fokus manajemen yang lebih

menekankan pada perilaku baik pada perilaku manusia maupun

perilaku organisasi. Manajemen yang baik menurut teori neo klasik

ini adalah manajemen yang mefokuskan diri pada pengelolaan staf

secara efektif yang didasari akan pemahaman yang mendalam dari

segi sosiologis maupun psikologis.

Perkembangan selanjutnya yaitu dengan menekankan

pendekatan sistem yang dipersatukan dan diarahkan dari

bagian-bagian atau komponen-komponen yang saling berkaitan.

Namun saat ini penerapan manajemen didasarkan pada pendekatan

kontingensi yang memadukan antara aliran ilmiah dengan perilaku

dalam suatu sistem yang diterapkan menurut situasi dan lingkungan

yang dihadapai.
B. Saran

Berdasarkan materi makalah pengantar Manajemen di atas,

maka ada empat unsur pokok yang kami sarankan agar pembaca

memeperhatikan, pembahasan tersebut. Karena keempat unsur

inilah, merupakan induk sejarah sehingga terbentuklah ilmu tentang

manajemen.

DAFTAR PUSTAKA

Amirullah, Haris Budoyono 2004. Pengantar Manajemen.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sule, Ernie Trisnawati, Kurniawan Saefulloh. 2005. Pengantar

Manajemen. Jakarta: Prenada Media Group.

Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan

Indonesia. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Pidarta Made DR. 1988. Manajemen Pendidikan Indonesia.

Jakarta: PT. Bina Aksara.

Anda mungkin juga menyukai