Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Ergonomi merupakan suatu ilmu, seni dan teknologi yang berupaya
untuk menyerasikan alat, cara dan lingkungan kerja terhadap kemampuan,
kebolehan dan segala keterbatasan manusia, sehingga manusia dapat
berkarya secara optimal tanpa pengaruh buruk dari pekerjaannya. Dari sudut
pandang ergonomic, antara tuntutan tugas dengan kapasitas kerja harus
selalu dalam garis keseimbangan sehingga dicapai performansi kerja yang
tinggi. Dalam kata lain, tuntutan tugas pekerjaan tidak boleh terlalu rendah
(underload) dan juga tidak boleh terlalu berlebihan (overload). Karena
keduanya, baik underload maupun overload akan menyebabkan stress.
Untuk mencapai tujuan ergonomi seperti yang telah dikemukakan,
maka perlu keserasian antara pekerja dan pekerjaannya, sehingga manusia
pekerja dapat bekerja sesuai dengan kemampuan, kebolehan dan
keterbatasannya. Secara umum kemampuan, kebolehan dan keterbatasan
manusia ditentukan oleh beberapa factor. Salah satunya antropometri.
Data antropometri sangat penting dalam menentukan alat dan cara
mengoperasikannya. Kesesuaian hubungan antara antropometri pekerja
dengan alat yang digunakan sangat berpengaruh pada sikap kerja, tingkat
kelelahan, kemampuan kerja dan produktivitas kerja. Antropometri juga
menentukan dalam seleksi penerimaan tenaga kerja, misalnya orang gemuk
tidak cocok untuk pekerjaan di tempat suhu tinggi, pekerjaan yang
memerlukan kelincahan,dll. Menurut Pulat (1992), data antropometri dapat
digunakan untuk mendesain pakaian, tempat kerja, lingkungan kerja, mesin,
alat dan sarana kerja serta produk-produk untuk konsumen.

2. Tujuan Praktikum
a. Mendapatkan data ukuran tubuh
b. Mendapatkan data ukuran peralatan kerja
c. Menciptakan keserasian antara peralatan kerja dan pemakaiannya

71
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Antropometri
Menurut sanders & mccormick (1988) dan Pulat (1992) bahwa
antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh atau karakteristik fisik tubuh
lainnya yang relevan dengan desain tentang sesuatu yang dipakai orang.
Selanjutnya Annis & McConville (1996) membagi aplikasi ergonomic dalam
kaitannya dengan antropometri menjadi dua devisi utama yaitu:
a. pertama, ergonomic berhadapan dengan tenaga kerja, mesin beserta
sarana pendukung lainnya dan lingkungan kerja. Tujuan ergonomic dari
devisi adalah untuk menciptakan kemungkinan kemungkinan situasi
terbaik pada pekerjaan sehingga kesehatan fisik dan mental tenaga
kerja dapat terus dipelihara serta efisiensi produktivtas dan kualitas
produk dapat dihasilkan dengan optimal.
b. kedua, ergonomic berhadapan dengan karakteristik produk pabrik yang
berhubungan dengan konsumen atau pemakai produk.
Dalam menentukan ukuran stasiun kerja, alat kerja dan produk
pendukung lainnya, data antropometri tenaga kerja memegang peranan
penting. Menurut Sutarman (1972), bahwa dengan mengetahui ukuran
antropometri tenaga kerja akan dapat dibuat suatu desain alat-alat kerja
yang sepadan bagi tenaga kerja yang akan menggunakan, dengan harapan
dapat menciptakan kenyamanan, kesehatan, keselamatan dan estetika
kerja. Lebih lanjut MacLeod (1995) menjelaskan bahwa factor manusia harus
selalu diperhitungkan dalam setiap desain produk dan stasiun kerja. Hal
tersebut didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
a. manusia adalah berbeda satu sama lainnya. Setiap manusia
mempunyai bentuk dan ukuran tubuh yang berbeda-beda seperti tinggi-
pendek, tua-muda, kurus-gemuk, normal-cacat dll. Tetapi kita sering
hanya mengatur atau mendesain stasiun kerja dengan satu ukuran
untuk semua orang. Sehingga hanya orang dengan ukuran tubuh
tertentu yang sesuai atau tepat untuk menggunakan.
b. manusia mempunyai keterbatasan. Manusia sering mempunyai
keterbatasan baik fisik maupun mental.

72
c. manusia selalu mempunyai harapan tertentu dan prediksi terhadap apa
yang ada disekitarnya.
Dengan demikian maka dalam setiap desain peralatan dan stasiun
kerja, keterbatasan manusia harus selalu diperhitungkan, di samping
kemampuan dan kebolehannya.
Secara umum pengukuran antropometri dapat dibedakan menjadi dua
jenis yaitu pengukuran antropometri statis dan antropometri dinamis. Dalam
tulisan ini hanya disajikan jenis pengukuran antropometri statis. Pemilihan
mata ukur antropometri baik statis maupun dinamis dapat sitentukan
berdasarkan fungsi dan kegunaannya (sebagian atau keseluruhan mata ukur
antropometri). Alat ukur yang harus digunakan untuk mengukur antropometri
adalah antropometer. Pada pengukuran posisi duduk harus disediakan
bangku atau kursi dengan ukuran 40x40x40 cm tanpa sandaran pinggang.

2. Pengukuran antropometri statis.


Jenis pengukuran ini biasanya dilakukan dalam dua posisi yaitu posisi berdiri
dan duduk di kursi. Mata ukur antropometri statis meliputi antara lain :
Posisi berdiri :
1) tinggi badan
2) tinggi mata
3) tinggi bahu
4) tinggi siku
5) tinggi pinggang
6) tinggi tulang pinggul
7) tinggi kepalan tangan posisi siap
8) tinggi jangkauan atas
9) panjang depa
10) panjang lengan
11) panjang lengan atas
12) panjang lengan bawah
13) lebar bahu
14) lebar dada

73
Posisi duduk :
a. tinggi kepala
b. tinggi mata
c. tinggi bahu
d. tinggi siku
e. tinggi pinggang
f. tinggi tulang pinggul
g. panjang butoock-lutut
h. panjang butoock-popliteal (lekuk lutut)
i. tinggi telapak kaki-lutut
j. tinggi telapak kaki- popliteal (lekuk lutut)
k. panjang kaki (tungkai-ujung jari kaki)
l. tebal paha dll.

74
BAB III
CARA KERJA PRAKTIKUM

1. Alat dan bahan


a. antropometer
b. meteran gulung
c. bangku standar
d. formulir

2. Cara kerja
a. memasang antropometer
b. mencatat identitas individu yang diukur
c. melakukan pengukuran dengan batasan-batasan sebagai berikut:
Jenis-jenis ukuran antropometri Batasan
Posisi berdiri
Tinggi badan Diukur dari bagian kepala yang paling
atas sampai alas kaki dalam keadaan
berdiri tegak dan kepala menempel di
tembok
Tinggi mata Diukur dari sudut mata sampai
kepermukaan lantai dengan posisi mata
melihat ke bawah dan sikap tegak
Tinggi bahu Diukur dari bahu yang paling tinggi
sampai batas atas kaki dalam keadaan
berdiri tegak
Tinggi pinggul Diukur dari tulang pinggul yang paling
atas sampai alas kaki dalam keadaan
berdiri tegak
Lebar bahu Diukur dari bagian bahu lengan atas kiri
sampai bagian luar lengan atas kanan
dan diambil yang paling lebar
Lebar pinggul Diukur dari bagian luar lengan atas kiri
sampai bagian luar lengan atas kanan
dan diambil yang paling lebar
Lebar siku Diukur dari pinggul kiri sampia pinggul
kanan dan diambil yang paling lebar
dalam keadaan berdiri
Panjang lengan Diukur dari siku sebelah kanan sampai

75
siku sebelah kiri dalam posisi tangan
ditekuk di dada
Panjang lengan atas Jarak vertical diukur dari bahu dan
tangan bagian lengan dalam posisi siap
Panjang lengan bawah Diukur dari siku sampai ujung jari
tengah sebagai jari yang paling panjang
Jangkauan atas Diukur dari titik tengah pegangan
teratas sampai atas kaki dalam keadaan
berdiri
Panjang depa Diukur dari ujung jari tengah kiri sampai
ujung jari yang paling panjang
Posisi duduk
Tinggi duduk Diukur dari bagian kepala yang paling
atas sampai alas duduk dalam posisi
sikap duduk tegak
Tinggi mata duduk Diukur dari alas duduk sampai sudut
mata
Tinggi bahu duduk Diukur dari alas duduk sampai bahu
Tinggi siku duduk Diukur dari siku sampai alas duduk
dalam posisi sikap duduk tegak
Tinggi pinggul duduk Diukur dari tulang pinggul yang paling
atas sampai alas duduk
Tinggi lutut duduk Diukur dari lutut sampai alas kaki dalam
posisi sikap tegak
Panjang pantat lekuk lutut Jarak horizontal diukur dari bagian
belakang pantata sampai lekuk lutut
Panjang tungkai atas Diukur dari lutut sampai garis vertical
yang melalui punggung dan pinggang
pada posisi sikap tegak
Panjang tungkai bawah Diukur dari lipat lutut belakang sampai
alas kaki dalam sikap duduk dengan
betis pada kedudukan vertikal

Standar
Norma-norma ergonomic yang disepakati berdasarkan hasil lokakarya
ergonomic di Cibogo, Bogor tahun 1978. criteria tentang tempat duduk dan
meja kerja adalah sebagai berikut :
a. Tempat duduk
Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa sehingga orang yang bekerja
dengansikap duduk mendapatkan kedudukan yang mantap dan

76
emberikan relaksasi otot-otot yang tidak sedang dipakai untuk bekerja
dan tidak mengalami penekanan-penekanan pada bagian tubuh yang
dapat menganggu sirkulasi darah dan sensibilitas bagian-bagian tersebut.
1) Tinggi tempat duduk
diukur dari lantai sampai pada permukaan atas bagian depan atas
duduk.
kriteria : tinggi alas duduk harus sedikit lebih pendek dari panjang
lekuk lutut sampai ke telapak kaki.
2) Panjang alas duduk
diukur dari pertemuan garis proyeksi permukaan depan sandaran
duduk dengan permukaan atas alas duduk.
kriteria : harus sedikit lebih pendek dari jarak lekuk lutut sampai garis
punggung.
3) Lebar tempat duduk
diukur pada garis tengah alas duduk melintang.
kriteria : harus lebih besar dari lebar pinggul.
4) Sandaran pinggang
kriteria : bagian atas sandaran pinggang tidak melebihi tepi bawah
ujung tulang belikat dan bagian bawahnya setinggi garis pinggul.
5) Sandaran tangan
kriteria :
 jarak antara tepi dalam kedua sandaran tangan lebih lebar dari
lebar pinggul dan tidak melebihi lebar bahu.
 tinggi sandaran tangan adalah setinggi siku.
 panjang sandaran tangan adalah sepanjang lengan bawah.

6) Sudut alas duduk


kriteria : alas duduk harus sedimikian rupa hingga memberikan
kemudahan pada pekerja untuk melaksanakan pemilihan gerakan
dan posisi.
7) Bila keadaan memungkinkan, dianjurkan penyediaan tempat
duduk yang ukuran-ukurannya dapat diatur.
b. Meja kerja
1) Tinggi meja kerja

77
kriteria : tinggi permukaan atas meja kerja dibuat setinggi siku dan
disesuaikan dengan sikap tubuh pada waktu bekerja.
Untuk sikap berdiri :
Pada pekerjaan-pekerjaan yang lebih membutuhkan ketelitian tinggi
meja adalah 10-20 cm lebih tinggi dari tinggi siku.
Pada pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan penekanan dengan
tangan, tinggi meja adalah 10-20 cm lebih rendah dari tinggi siku.
Tinggi meja adalah 68-74 cmdiukur dari permukaan daun meja
sampai ke lantai.
2) Tebal daun meja
kriteria : tebal daun meja dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
memberikan kebebasan bergerak pada kaki.
3) Permukaan meja
kriteria : rata dan tidak menyilaukan
4) Tinggi tempat duduk
diukur dari pemakai kea rah depan. Kriteria : tidak melebihi jarak
jangkauan tangan

78
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil
a. Hasil pengukuran antropometri posisi berdiri :
No. Nama Umur L/P BB BERDIRI
TB TBh TS TPg LB LPg PL PLa PLb JA PD
(kg)
1. Devi 23 th P 50 161 133 100 96 36 26 67 31 45 183 153
2. Andri 24 th L 56 175 145 108,3 101,4 42 28 71 33 51 198 175
3. Ika 23 th P 46 157 134 99 93 35 29 69,5 29,7 45,9 178 160
4. Rimba 22 th L 57 165 138 104 95 41,8 28,4 69,5 28,4 47,5 190 167
Rata-rata 164,5 136,7 102,8 96,35 38,7 28,82 69,25 30,52 47,3 187,2 163,7
Sumber Data : pengukuran dilaksanakan pada Tgl. 13 November 2008

b. Hasil pengukuran antropometri posisi duduk :


No. Nama Umur L/P BB (kg) DUDUK
TD TSd TPd TLd PTa PTb TMd TBd TM
1. Devi 23 th P 50 84,3 28,4 24,5 52,9 50 44 73,8 57,5 150

2. Andri 24 th L 56 95,5 30 20 58,4 49,1 48,4 83,5 67,7 163,4

3. Ika 23 th P 46 85 28 23 52 46,7 43,4 73 59,6 146


4. Rimba 22 th L 57 90 29,5 22 54 49,3 44,6 78 62,5 153
Rata-rata 88,7 28,97 22,3 54,3 48,7 45,1 77 61,8 153,1
Sumber Data : pengukuran dilaksanakan pada Tgl. 13 November 2008

79

79
c. Hasil pengukuran meja kerja :
JENIS TINGGI MEJA LEBAR PANJANG TEBAL TINGGI KESELURUHAN
(computer-alas meja)
Meja a 75 63 120 3
Meja b 74 48 110 1,3 110
Sumber Data : pengukuran dilaksanakan pada Tgl. 13 November 2008

d. Hasil pengukuran tempat duduk :


JENIS TINGGI LEBAR PANJANG TINGGI ALAS TINGGI PANJANG TINGGI
KURSI DUDUK SANDARAN SANDARAN SANDARAN
TANGAN
Kursi dengan 85 43 49 43 24 48 20
sandaran
Kursi tanpa 87 36 37 46 37
sandaran
Sumber Data : pengukuran dilaksanakan pada Tgl. 13 November 2008

80

80
2. Pembahasan
a. Tempat Duduk
1) Tinggi alas duduk pada kursi dengan sandaran (43 cm) sedikit lebih
pendek dari PTb rata-rata (45 cm).
Sedangkan tinggi alas duduk pada kursi tanpa sandaran (46 cm) sedikit
lebih panjang dari PTb rata-rata (45 cm).
2) Panjang alas duduk pada kursi dengan sandaran (49 cm) sedikit lebih
panjang dati Pta rata-rata (48,775 cm).
Sedangkan panjang alas duduk pada kursi tanpa sandaran (37 cm)
sedikit lebih panjang dati Pta rata-rata (48,775 cm).
3) Lebar tempat duduk pada kursi tanpa sandaran (36 cm)dan dengan
sandaran (43 cm) lebih besar dari lebar pinggul rata-rata (28,825 cm).
4) Sandaran tangan
a) tinggi sandaran tangan (20 cm)lebih pendek dari TSd rata-rata
(28,975 cm).
b) Panjang sandaran tangan (48 cm) hamper sama dengan PLb (47,35
cm)
b. Meja Kerja
1) Untuk sikap berdiri, tinggi meja kerja jenis a dan b (75 cm dan 74 cm)
hampir sama dengan tinggi siku (102,825 cm)
2) Untuk sikap duduk, tinggi meja a (75 cm) dan b(74 cm).
3) Meja kerja jenis a mempunyai tebal daun meja yaitu 3, sedangkan b yaitu
1,3 cm.
4) Permukaan meja rata dan tidak menyilaukan.

81
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Dari norma-norma ergonomic yang disepakati berdasarkan hail lokarkarya
ergonomic di Cobogo, Bogor tahun 1978 :
a. tinggi tempat duduk pada kursi dengan sandaran sudah sesuai,
sedangkan untuk kursi tanpa sandaran belum sesuai dengan norma-norma
ergonomic.
b. panjang alas duduk pada kursi dengan sandaran belum sesuai,
sedangkan untuk kursi tanpa sandaran sudah sesuai dengan norma-norma
ergonomic.
c. lebar tempat duduk pada kedua jenis kursi sudah sesuai dengan norma-
norma ergonomic.
d. sandaran tangan sudah sesuai dengan norma-norma ergonomic.
e. tinggi meja kerja untuk sikap berdiri pada kedua jenis meja sudah sesuai
dengan norma-norma ergonomic.
f. tinggi meja kerja untuk sikap duduk pada jenis meja b sudah sesuai
dengan norma-norma ergonomic, yaitu 74 cm (masuk didalam kriteria : 68-74
cm). Sedangkan untuk jenis meja b (75 cm) belum memenuhi kriteria.
g. daun meja tidak terlalu tebal.
h. permukaan meja rata dan tidak menyilaukan.

2. Saran
a. tinggi meja duduk pada kursi tanpa sandaran dibuat lebih pendek dari
PTb rata-rata.
b. Panjang alas duduk paad kursi dengan sandaran dibuat sedikit lebih
pendek pada Pta rata-rata.
c. Tinggi jenis meja b dibuat lebih memenuhi kriteria 68-74 cm.

82
DAFTAR PUSTAKA

1. Kurniawan, Bina. dkk. Panduan Praktikum Laboratorium Keselamatan dan


Kesehatan Kerja. Semarang : Bagian K3 FKM UNDIP. 2008.

2. Suma’mur P.K. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT


Gunung Agung. 1996.

3. Tarwaka, dkk. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan dan Produktivitas.


Surakarta : Uniba Press. 2004.

83

Anda mungkin juga menyukai