Anda di halaman 1dari 18

MODEL PEMBELAJARAN MENURUT JOYCE DAN WEIL

Model pembelajaran menurut Joyce dan Weil (1986) yaitu:

kelompok model pengolahan informasi

kelompok model personal

kelompok model sosial

kelompok model sistem prilaku

Kelompok Model Pengolahan Informasi (The Information Processing Family)

Ali, M. (2007) menyatakan bahwa model ini berdasarkan pada teori belajar kognitif (Piaget) dan
berorientasi pada kemampuan peserta didik dalam memproses informasi untuk memperbaiki
kemampuannya. Pemprosesan informasi mengacu kepada cara orang menangani rangsangan dari
lingkungan, mengorganisasi data, mengembangkan konsep dan memecahkan masalah, serta
menggunakan lambang verbal dan non verbal. Teori pemrosesan informasi/kognitif dipelopori oleh
Robert Gagne (1985). Asumsinya adalah pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam
perkembangan individu. Perekembangan merupakan hasil komulatif dari pembelajaran, di mana dalam
pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi yang kemudian diolah sehingga menghasilkan output
dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksi antara kondisi internal dan
kondisi eksternal individu dan interaksi antar keduanya sehingga menghasilkan hasil belajar.
Pembelajaran merupakan keluaran dari pemprosesan informasi yang berupa kecakapan manusia (human
capitalities), yakni :

informasi verbal

kecakapan intelektual

strategi kognitif

sikap

kecakapan motorik.

Model-model pembelajaran yang tergolong kepada kelompok ini ialah model Pencapaian Konsep
(Concept Attainment), model Berpikir Induktif (Inductive Thinking), model Latihan Penelitian (Inquiry
Training), model Pemandu awal (Advance Organizer), model Memorisasi (Memorization), model
Pengembangan Intelek (Developing Intellect), dan model Penelitian Ilmiah (Scientific Inquiry). Berikut
penulis berikan sebuah contoh gambaran dari model pembelajaran tersebut. Gambaran model
pembelajaran dari kelompok pengolahan informasi ini, secara garis besar tujuan dan tokohnya untuk tiap
model tergambar dalam tabel 1. berikut di bawah ini yang diadaptasi dari Moh.Surya (2004).

TABEL 1

KELOMPOK MODEL PEMROSESAN INFORMASI

MODEL TOKOH TUJUAN

(1) (2) (3)

Model Penemuan Konsep Jerome BrunnerDirancang terutama untuk mengembangkan penalaran


induktif, tetapi untuk perkembangan dan analisis konsep.

Model Berfikir Induktif Hilda Taba (1966) Dirancang untuk pengembangan proses mental induktif
dan penalaran akademik atau pembentukan teori.

Model Latihan Inquiry Richard Suchman Dirancang untuk membelajarkan murid dalam
menghadapi penalaran kausal, dan untuk lebih pasih dan tepat dalam mengajukan
pertanyaan,membentuk konsep dan hipotesis. Model ini pad mulanya digunakan dalan Sains, tetapi
kemampuan-kemampuan ini berguna untuk tujuan-tujuan pribadi dan sosial.

(1) (2) (3)

Inquiry Ilmiah Joseph J. Schwab Dirancang untuk pembelajaran sistem penelitian dari suatu
disiplin, tetapi juga diharapkan untuk memiliki efek dalam kawasan lain (metode-metode sosial mungkin
diajarkan dalam upaya meningkatkan pemahaman sosial dan pemecahan sosial).

Pengembangan Intelek Jean PiagetIrving Sigel

Edmund Sulivand,dkk

Dirancang untuk meningkatkan perkembangan intelektual, terutama penalaran logis, tetapi dapat
diterapkan pada perkembangan sosial.

Model Penata Lanjutan David Ausubel Dirancang untuk meningkatkan efisiensi kemampuan
pemrosesan informasi untuk menyerap dan mengaitkan bidang-bidang pengetahuan.
Model Memorisasi Harry LorayneJerry Lucas Dirancang untuk meningkatkan kemampuan
pengingatan peserta didik

2. Kelompok Model Personal (The Personal Family)

Model pembelajaran kelompok personal ini bertitik tolak dari teori Humanistik, yaitu berorientasi
terhadap pengembangan diri individu. Serta dapat dikatakan bahwa model ini juga beranjak dari
pandangan kedirian atau “selfhood” dari individu. Tokoh Humanistik adalah Abraham Maslow (1962),
R.Rogers, C. Buhler dan Arthur Comb. Menurut teori ini guru harus berupaya menciptakan kondisi kelas
yang kondusif, agar peserta didik merasa bebas dalam belajar dan mengembangkan dirinya baik
emosional maupun intelektual. Proses pembelajaran sengaja diupayakan untuk memungkinkan dapat
memahami diri sendiri dengan baik, memikul tanggung jawab untuk pembelajaran, dan lebih kreatif
untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Kelompok ini menekankan proses di mana individu
membentuk dan menata realitas keunikannya. Perhatian banyak diberikan kepada kehidupan emosional.
Melakukan pembelajaran ini lebih banyak memusatkan pada upaya membantu individu untuk
mengembangkan suatu hubungan yang produktif dengan lingkungannya dan memandang dirinya sebagai
pribadi yang cakap, sehinggamampu memperkayahubungan antara pribadi dan lebih mampu dalam
pemprosesan informasinya secara lebih efektif.

Model-model penbelajaran yang tergolong dalam kelompok ini beserta tokohnya dapat dilihat dalam
tabel 2 berikut ini yang diadaptasi dari Moh. Surya (2004).

TABEL 2

KELOMPOK MODEL PERSONAL

MODEL TOKOH TUJUAN

(1) (2) (3)

Model Pengajaran Non Direktif Carl Rogers Memberi tekanan pada pembentukan kemampuan
dalam perkembangan pribadi dalam arti kesadaran diri, pemahaman diri, kemandirian dan mengenai
konsep diri.

Latihan Kesadaran Fritz PerlsWilliam Scuhtz Meningkatkan kemampuan individu peserta


didik untuk mengeksplorasi diri dan kesadaran diri. Banyak menekankan pada perkembangan kesadaran
dan pemahaman antar pribadi.
Sinektik William Gordon Model ini menekankan pada perkembangan pribadi dalam kreatifitas dan
pemecahan masalah kreatif.

Sistem-sistem Konseptual David Hunt Dirancang untuk meningkatkan kekomplekskan dan


keluwesan pribadi

Pertemuan Kelas William Glasser Model ini menekankan pada perkembangan pemahaman diri
dan tanggung jawab kepada diri sendiri dan kelompok sosial.

3. Kelompok Model Sosial (The Social Family)

Kelompok model pembelajaran ini didasari oleh teori belajar Gestalt (Field-theory) yang menitik
beratkan hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat (learning to life together). Teori
ini dirintis oleh Max Wertheimer (1912) bersama dengan Kurt Koffka dan W. Kohler yang berpandangan
bahwa objek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasikan.
Sehingga implikasi dari teori ini bahwa pembelajaran akan lebih bermakna bila materi diberikan secara
utuh bukan bagian-bagian. Model ini juga berlandaskan pemikiran bahwa kerja sama merupakan salah
satu fenomena kehidupan masyarakat yang sangat penting. Kelompok model ini menekankan pada
hubungan individu dengan orang lain atau masyarakat. Kelompok ini memusatkan pada proses di mana
kenyataan ditawarkan secara sosial. Sebagai konsekuensinya, model –model yang berorientasi sosial
tersebut di atas, memberikan prioritas untuk memperbaiki kecakapan individu untuk berhubungan
dengan orang lain, untuk bertindak dalam proses yang demokratis, dan untuk bekerja secara produktif
dalam masyarakat. Meskipun kelompok model ini lebih menekankan hubungan sosial dibandingkan
dengan asfek lainnya, para tokoh dalam kelompok ini juga menekankan pada perkembangan kesadaran
study yang bersifat akademik. Model-model pembelajaran yang tergolong kelompok ini beserta tokohnya
tergambar pada tabel 3. berikut di bawah ini yang diadaptasi dari Moh Surya (2004).

TABEL 3

KELOMPOK MODEL INTERAKSI SOSIAL

MODEL TOKOH TUJUAN

(1) (2) (3)

Investigasi Kelompok Herbert TelenJohn Dewey Perkembangan keterampilan untuk partisipasi


dalam proses sosial yang demokratis melalui penekanan yang dikombinasikan pada keterampilan antar
pribadi (kelompok) dan ketrampilan-keterampilan penentuan akademik. Asfek perkembangan pribadi
merupakan suatu hal yang sangat penting dalam model ini.

Inquiry Sosial Byron MassialesBenjamin Cox Model ini menekankan pada pemecahan masalah sosial,
terutama melalui penemuan, sosial, dan penalaran logis.

Latihan Laboratoris Bethel Maine Model ini menekankan pada perkembangan keterampilan antar
pribadi dan kelompok melalui kesadaran dan keluwesan pribadi.

Penelitian Yurisprudensial Donald OleverJames P. Shaver Model ini dirancang untuk


pembelajaran kerangka acuan jurisprudensial sebagai cara berpikir dan penyelesaian isu-isu sosial.

Bermain Peran Fainie ShafelGeorge Fhafel Modelpembelajaran ini dirancang untukmempengaruhi


peserta didik agar menemukan nilai-nilai pribadi dan sosial. Prilaku dan nilai-nilainya diharapkan peserta
didik menjadi sumber peneluan berikutnya.

Simulasi Sosial Sarene BookockHarold Model ini dirancang untuk membantu peserta didik agar
mengalami bermacam0macam proses dan kenyataan sosial, dan untuk menguji reaksi peserta didik serta
untuk memperoleh konsep keterampilan perbuatan dan keputusan.

4. Kelompok Model Sistem Prilaku (The Behavioral System Family)

Dasar teoritik dari kelompok model pembelajaran ini ialah teori-teori belajar Behavioristik, yaitu
bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dengan cara
memanipulasi penguatan (reinforcement). Model ini dikenal juga sebagai model modifikasi prilaku atau
“Behavioral Modifications” . Semua model pembelajaran ini bersumber dari kerangka teori behavioral.
Istilah-istolah lain yang sejenis dan dipergunakan adalah teori belajar, teori belajar sosial, modifikasi
prilaku, dan terafi prilaku. Kelompok model ini lebih menekankan pada asfek perubahan prilaku
psikologis dan prilaku yang tidak ddapat diamati. Model-model prilaku mempunyai penerapan yang
cukup luas dan diarahkan kepada bermacam-macam tujuan pendidikan, latihan prilaku antar pribadi,
dan terapi. Berdasarkan pada pengendalian stimulus dan penguatan, model-model behavior (prilaku)
dan kondisi-kondisi antara, baik secara idividual maupun secara kelompok, telah banyak penelitian yang
dilakuan untuk mengkaji model-model ini.

Salah satu dari karakteristik umum pada model pembelajaran prilaku, adalah dalam prihal penjabaran
yang harus dipelajari peserta didik, yaitu penjabaran tugas-tugas yang harus dipelajari menjadi
serangkaian prilaku dalam bentuk yang lebih kecil dan berurutan. Pada umumnya, pengendalian prilaku
terletak pada pihak guru/pendidik, meskipun peserta didik mempunyai kesempatan untuk
mengendalikan prilakunya. Model-model pembelajaran beserta tokohnya tergambar pada tabel 4.
berikut di bawah ini yang diadaptasi dari Moh Surya (2004).
TABEL 4.

KELOMPOK MODEL BEHAVIORAL

MODEL TOKOH TUJUAN

(1) (2) (3)

Managemen Kontingensi B.F. Skinner (1953) Model pembelajaran ini menekankan pada
kemampuan memahami fakta-fakta, konsep, dan keterampilan.

Kontrol diri B.F. Skinner (1953) Model pembelajaran ini menekankan pada pengendalian prilaku
dan keterampilan sosial dalam mengontrol dirinya.

Relaksasi (Santai) Rimm & Masters wolfe Model pembelajaran ini menekankan pada tujuan
pribadi (mengurangi ketegangan dan kecemasan).

Pengurangan Ketegangan Rimm & Masters wolfe Model pembelajaran ini menitik beratkan pada
pengalihan pada kesantaian dari kecemasan dalam situasi sosial

Latihan Asertif Desensitas Wolfe, Lazarus, Salter Wolfe Pembelajaran ini berorientasi pada
ekspresi perasaan secara langsung dan spontan dalan situasi sosial.

Latihan Langsung Gagne,Smith dan Smith Pembelajaran ini menekankan pada pola-pola prilaku
dan keterampilan pada diri peserta didik.

B. TAHAPAN INOVASI KURIKULUM

Inovasi dilakukan apabila guru benar-benar menyakini bahwa pembaharuan itu memang harus dilakukan
dan diperlukan. Berbicara mengenai inovasi (pembaharuan) mengingatkan kita pada istilah invention
dan discovery. Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru artinya hasil karya manuasia.
Discovery adalah penemuan sesuatu (benda yang sebenarnya telah ada sebelumnya).

Dengan demikian, inovasi dapat diartikan usaha menemukan benda yang baru dengan jalan melakukan
kegiatan (usaha) invention dan discovery. Dalam kaitan ini Ibrahim (1989) mengatakan bahwa inovasi
adalah penemuan yang dapat berupa sesuatu ide, barang, kejadian, metode yang diamati sebagai
sesuatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Inovasi adalah an idea,
practice or object thatperceived as new by an individual or other unit of adoption. Menurut Prof. Azis
Inovasi berarti mengintrodusir suatu gagasan maupun teknologi baru, inovasi merupakan genus dari
change yang berarti perubahan. Inovasi dapat berupa ide, proses dan produk dalam berbagai bidang.

Inovasi sendiri terkait dengan pengambilan keputusan yang diambil, baik menerima bahkan menolak
hasil dari inovasi. Ibrahim (1988: 71-73) menyebutkan bahwa tipe keputusan inovasi pendidikan
termasuk didalamnya inovasi kurikulum dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:

1. Keputusan inovasi pendidikan opsional, yang mana pemilihan menerima atau menolak inovasi
berdasarkan keputusan yang ditentukan oleh individu secara mandiri tanpa tergantung atau terpengaruh
dorongan anggota sosial lain;

2. Keputusan inovasi pendidikan kolektif, yang mana pemilihan menerima dan menolak inovasi
berdasarkan keputusan yang dibuat secara bersama atas kesepakatan antar anggota sistem sosial;

3. Keputusan inovasi pendidikan otoritas, yang mana pemilihan untuk menerima dan menolak inovasi
yang dibuat oleh seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai kedudukan, status, wewenang dan
kemapuan yang lebih tinggi daripada anggota lain dalam sistem sosial;

4. Keputusan inovasi pendidikan kontingen, yang mana pemilihan untuk menerima atau menolak
keputusan inovasi pendidikan baru dapat dilakukan setelah ada keputusan yang mendahuluinya.

– Pengertian Inovasi Kurikulum Berbasis Kompetensi

Kurikulum berbasis kompetensi merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi
dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan
sumber daya pendidikan dan mengembangkan sekolah (Depdiknas, 2002).

Rumusan lain tentang kompetensi menurut McAshan (1981) adalah suatu pengetahuan, keterampilan,
dan kemampuan atau kapabilitas yang dimiliki seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga
mewarnai perilaku kognitif, afektif, dan psikomotornya. Ini berarti bahwa kompetensi bukan hanya ada
dalam tataran pengetahuan akan tetapi sebuah kompetensi harus tergambar dalam tataran
pengetahuan akan tetapi sebuah kompetensi harus tergambarkan dalam pola perilaku, artinya
bagaimana implementasi pengetahuan itu diwujudkan dalam pola tindakan yang siswa lakuakn sehari-
hari. Sehingga kompetensi itu pada hakekatnya merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan,
nilai, sikap yang direfleksikan dalam bentuk kebiasaan berfikir dan bertindak.

KBK berorientasi bahwa siswa bukan hanya memahami materi pelajarn untuk mengembangkan
kemampuan intelektual saja, melainkan bagaimana pengetahuan itu dipahaminya dapat mewarnai
perilaku yang ditampilkan dalam kehidupan nyata. Gordon (1988) menyarankan beberapa aspek yang
harus terkandung dalam kompetensi adalah: pengetahuan (knowledge), yaitu pengetahuan untuk
melakukan proses berfikir. Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang
dimiliki individu. Keterampilan (skill), yaitu sesuatu yang dimiliki individu untuk melakukan tugas yang
dibebankan. Nilai (value), yaitu suatu standar perilaku yang telah diyakini sehingga akan mewarnai dalam
segala tindakannya. Sikap ( attitude), yaitu perasan atau reaksi terhadap suatu rangsang yang datang dari
luar, perasaan senang atau tidak senang terhadap sesuatu masalah. Minat (interest), yaitu
kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu tindakan atau perbuatan untuk mempelajari materi
pelajaran.

Karakteristik Utama KBK sebagai sebuah Kurikulum:

KBK memuat sejumlah kompetensi dasar sebagai kemampuan standar minimal yang harus dikuasai dan
dicapai siswa.

Implementasi pembelajaran dalam KBK menekankan pada proses pengalaman dengan memperhatikan
keberagaman setiap individu.

Evaluasi dalam KBK menekankan pada evaluasi dan proses belajar.

Depdiknas (2002) mengemukakan karakteristik KBK secara lebih rinci, yaitu:

Menekankan pada ketercapaian kompetensi baik secara individual maupun klasikal, artinya isi KBK
intinyasejumlah kompetensi yang harus dicapai siswa, dan kompetensi inilah sebagai standar minimal
atau kemampuan dasar.

Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman, artinya keberhasilan pencapaian kompetensi adasar
diukur oleh indikator hasil belajar. Indikator inilah yang dijadikan acuan kompetensi yang diharapkan.
Proses pencapaian tentu saja bergantung pada kemampuan dan kecepatan yang berbeda setiap siswa.
Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi sesuai dengan
keberagaman siswa.

Sumber belajar bukan hanya untuk guru, tetapi sumber belajar lain yang memenuhi unsur edukatif,
artinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi. Guru berperan sebagai
fasilitator untuk mempermudah siswa belajar dari berbagai macam sumber belajar.

Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu
kompetensi. KBK menempatkan hasil dan proses belajar sebagai dua sisi yang sama pentingnya.

– Pengertian Kurikulum Berbasis Masyarakat

Kurikulum berbasis masyarakat yang bahan dan objek kajiannya kebijakan dan ketetapan yang dilakukan
di daerah, disesuaikan dengan kondisi lingkungan alam, sosial, ekonomi, budaya dan disesuaikan dengan
kebutuhan pembangunan daerah yang perlu dipelajari oleh siswa di daerah tersebut. Bagi siswa berguna
untuk memberikan kemungkinan dan kebiasaan untuk akrab dengan lingkungan dimana mereka tinggal.
Kemungkinan lain mencegah dari keterasingan lingkungan, terbiasa dengan budaya dan adat istiadat
setempat dan berusaha mencintai lingkungan hidup, sehingga sebutan kurikulum ini disebut kurikulum
berbasis wilayah.

Tujuan:

Memperkenalkan siswa terhadap lingkungannya, ikut melestarikan budaya termasuk kerajinan,


keterampilan yang nilai ekonominya tinggi di daerah tersebut.

Membekali siswa kemampuan dan keterampilan yang dapat menjadi bekal hidup mereka di masyarakat,
seandainya mereka tidak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Membekali siswa agar bisa hidup mandiri, serta dapat membantu orang tua dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.

Kurikulum berbasis masyarakat memiliki beberapa keuntungan antara lain: pertama, kurikulum sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat setempat. Kedua, kurikulum sesuai dengan tingkat
dan kemampuan sekolah, baik kemampuan finansial, profesional maupun manajerial. Ketiga, disusun
oleh guru-guru sendiri dengan demikian sangat memudahkan dalam pelaksanaannya. Keempat, ada
motivasi kepada sekolah khusus kepala sekolah dan guru kelas untuk mengembangkan diri, mencari dan
menciptakan kurikulum yang sebaik-baiknya, dengan demikian akan terjadi semacam kompetisi dalam
pengembangan kurikulum.
Secara filosofis, pendidikan merupakan kebutuhan dan hak setiap manusia dalam mempersiapkan
kehidupannya yang lebih baik di masa mendatang. Dengan demikian pendidikan bertujuan untuk
mengembangkan kepribadian, sikap dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dan
pendidikan lebih lanjut.

Karakteristik pembelajaran pada kurikulum berbasis masyarakat:

– Pembelajaran berorientasi pada masyarakat, di masyarakat dengan kegiatan belajar bersumber


pada buku teks.

– Disiplin kelas berdasarkan tanggungjawab bersama bukan berdasarkan paksaan atau kebebasan.

– Metode mengajar terutama dititikberatkan pada pemecahan masalah untuk memenuhi kebutuhan
perorangan dan kebutuhan sosial atau kelompok.

– Bentuk hubungan atau kerjasama sekolah dan masyarakat adalah mempelajari sumber-sumber
masyarakat, menggunakan sumber-sumber tersebut, dan memperbaiki masyarakat tersebut.

– Strategi pembelajaran meliputi karyawisata, manusia(nara sumber), survei masyarakat, berkemah,


kerja lapangan, pengabdian masyarakat, KKN, proyek perbaikan masyarakat dan sekolah pusat
masyarakat.

Karakteristik materi pembelajaran

Agar penjabaran dan penyesuaian dengan tuntutan kewilayahan tidak meluas dan melebar, maka perlu
diperhatikan kriteria untuk menyeleksi materi yang perlu diajarkan, kriteria tersebut antara lain:
validitas, tingkat kepentingan yang benar-benar diperlukan oleh siswa, kebermanfaatan, layak dipelajari,
menarik minat, alokasi waktu, dan sarana serta sumber belajar.

Kegiatan siswa dan guru


Kegiatan siswa, mustinya mempertimbangkan pemberian peluang bagi siswa untuk mencari, mengolah
dan menemukan sendiri pengetahuan, di bawah bimbingan guru. Dan materi pembelajarnnya pun harus
dapat memberikan pembekalan kemampuan atau kecakapan kepada peserta didik dan mempunyai serta
dapat hidup mandiri dengan menggunakan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang telah dipelajari.

Guru dalam kurikulum berbasis masyarakat berperans sebagai fasilitator, sumber belajar, pembina,
konsultan, sebagai mitra kerja yang memfasilitasi siswa dalam pembelajaran. Sehingga menghasilkan
lulusan yang memiliki karakter, kecakapan, dan keterampilan yang kuat untuk dignakan dalam
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial budaya dan alam sekitar.

– Pengertian Kurikulum Berhubungan dan Berisi Keterpaduan

Pendekatan keterpaduan merupakan suatu sistem totalitas yang terdiri dari komponen yang saling
berhubungan dan berinteraksi baik antar komponen dengan komponen maupun antar komponen
dengan keseluruhan, dalam rangka mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. Dengan demikian,
pendekatan sistem menitikberatkan pada keseluruhan, lalu bagian-bagian dan unsur-unsur dan interaksi
antara bagian-bagian dengan keseluruhan. Konsep keterpaduan pada hakekatnya menunjuk pada
keseluruhan, kesatuan, kebulatan, kelngkapan, kompleks, yang ditandai oleh interaksi dan interpendensi
anatar komponen-komponennya. Ini berarti organisasi kurikulum secara terpadu, suatu bentuk
kurikulum yang meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan
pelajaran dalam bentuk unit atau keseluruhan.

Kurikulum terpadu menyediakan kesempatan dan kemungkinan belajar bagi para siswa. Kurikulum
dirancang berdasarkan sistem keterpaduan yang mempertimbangkan komponen masukan, proses dan
produk secara seimbang dan setaraf. Ketiga komponen tersebut berinteraksi dalam kurikulum secara
terpadu, sehingga tujuan kurikulum terpadu untuk mengembnagkan kemampuan yang merupakan
gejala tingkah laku berkat pengalaman belajar.

– Komponen Kurikulum Berbasis Keterpaduan

Komponen kurikulum berbasis keterpaduan saling berkaitan yaitu sub sistem masukan yakni siswa, sub
sistem proses yakni metode, materi dan masyarakat, sub sistem produk yakni lulusan yang dikaitkan
komponen evaluasi dan umpan balik. Masing-masing komponen saling berkaitan, pengaruh
mempengaruhi satu sama lain dalam rangka untuk mencapai tujuan.
Komponen lulusan adalah produk sistem kurikulum yang memenuhi harapan kuantitas yakni jumlah
lulusan sesuai dengan kebutuhan dan harapan kualitas yakni mutu lulusan ditinjau dari segi tujuan
intrinsik dan ekstrinsik.

Komponen metode terdiri dari program pembelajarn, metode penyajian, bahan dan media pendidikan.
Sedangkan komponen materi terdiri dari fasilitas, sarana dan prasarana, perlengkapan dan biaya.
Komponen evaluasi untuk menilai keberhasilan proses kurikulum dan ketercapaian tujuan kurikulum.
Evaluasi dilaksanakan dalam bentuk evaluasi formatif dan summatif. Komponen balikan berguna untuk
memberikan informasi dalam rangka umpan balik demi perbaikan sistem kurikulum. Komponen
masyarakat merupakan masukan eksternal dalam bidang sosial dan budaya, yang berfungsi sebagai
faktor penunjang dan turut mewarnai pelaksanaan kurikulum secara keseluruhan.

Ciri-ciri bentuk organisasi kurikulum terpadu: berdasarkan filsafat pendidikan demokrasi pancasila,
berdasarkan psikologi belajar Gestalt, berdasarkan landasan sosiologis dan sosio kultural, berdasarkan
kebutuhan, minat dan tingkat perkembangan pertumbuhan peserta didik, ditunjang oleh semua mata
pelajaran atau bidang studi yang ada, sistem penyampainnya dengan menggunakan sistem pengajaran
unit yakni unit pengalaman dan unit mata pelajaran dan peran guru sama aktifnya dengan peran peserta
didik, bahkan peran siswa lebih menonjol dan guru cenderung berperan sebagai pembimbing atau
fasilitator.

C. CARA MENGEMBANGKAN KTSP

KTSP merupakan penyempurnaan sistem Pendidikan Nasional Indonesia yang telah ada yaitu Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK), karena dianggap bahwa kurikulum KBK memiliki kekurangan yang menonjol.

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar
nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional
pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional
tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi
satuan pendidikan dalam mengembangakan kurikulum.
Panduan pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat memberi kesempatan peserta didik
untuk:

Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

Belajar untuk memahami dan menghayati

Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif

Belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan

Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan.

KTSP dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan di bawah
koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk
pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah. Pengembangan KTSP mengacu pada SI dan
SKL dan berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP, serta
memperhatikan pertimbangan komite sekolah/madrasah. penyusunan KTSP untuk pendidikan harus
dikoordinasi dan disupervisi oleh dinas pendidikan provinsi, dan berpedoman pada SI dan SKL serta
panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP.

Wina Sanjaya (2008:130-131) menjelaskan bahwa diantara karakteristik KTSP yaitu:

Dilihat dari desainnya KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu. Hal ini dapat dilihat
dari; pertama struktur program KTSP yang memuat sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh
peserta didik. Setiap mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik. Setiap mata pelajaran yang
harus dipelajari itu selain sesuai dengan nama-nama disiplin ilmu juga ditentukan jumlah jam pelajaran
secara ketat, kedua kriteria keberhasilan KTSP lebih banyak diukur dari kemampuan siswa menguasai
materi pelajaran. Hal ini dapat dilihat dari sistem kelulusan yang ditentukan oleh standar minimal
penguuasaan isi pelajaran seperti yang diukur dari hasil ujian nasional. Soal-soal dalam UN itu lebih
banyak bahkan seluruhnya menguji kemampuan kognitif siswa dalam setiap mata pelajaran. Walaupun
dianjurkan kepada setiap guru menggunakan sistem penelitian proses misalnya dengan portofolio,
namun pada akhirnya kelulusan siswa ditentukan oleh sejauh mana siswa mwnguasai materi pelajaran.

KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada pengembangan individu. Hal ini dapat dilihat dari prinsip-
prinsip pembelajaran dalam KTSP yang menekankan pada aktivitas siswa untuk mencari dan
menumbuhkan sendiri materi pelajaran melalui berbagai pendekatan dan strategi pembelajaran yang
disarankan misalnya melalui CTL, inkuiri, pembelajaran ffortofolio, dan lain sebagainya. Demikian juga
secara tegas dalam struktur kurikulum terdapat komponen pengembangan diri yakni komponen
kurikulum yang menekankan kepada aspek pengembangan minat dan bakat siswa.

KTSP adalh kurikulum yang menakses kepentingan daerah. Hal ini tampak pada salah satu prinsip KTSP,
yakni berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya. Maka KTSP adalh kurikulum yang dikembangkan oleh daerah. Bahkan, dengan program
muatan lokalnya, KTSP didasarkan kepada keberagaman kondisi, social, budaya yang berbeda masing-
masing daerahnya.

KTSP ,merupakan kurikulum teknologi,. Hal ini dapat dilihat dari adanya standar kompetensi, kompetensi
dasar yang kemudian dijabarkan pada indikator hasil belajar, yakni sejumlah perilaku yang terukur
sebagai bahan penelitian.

Dilihat dari karakteristik di atas, maka KTSP adalah kurikulum yang memuat semua unsur desain
kurikulum. namun demikian, walaulpun desain kurikulum semua unsur desain mewarmai KTSP, akan
tetapi desain KTSP sebagai desain kurikulum berorentasi pada pengembangan disiplin ilmu ataau desain
kurikulum subjek akademis tampak lebih dominan. hal ini tampak jelas dari pengaturan secara ketat
nama- nama disiplin ilmu serta kriteria keberhasilan setiap siswa dalam mempelajari kurikulum.

Nana Syaodih (1997:155) menjelaskan bahwa dalam mengembangkan suatu kurikulum banyak pihak
yang turut berpartisipasi, yaitu: administrator pendidikan, ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang
ilmu pengetahuan, guru-guru, dan orang tua murid serta tokoh-tokoh masyarakat. Dari pihak-pihak
tersebut yang secara terus menerus terlibat dalam pengembangan kurikulum adalah administrator, guru
dan orang tua.

Wina Sanjaya (2008:139) mengemukakan bahwa KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip


sebagai berikut:

Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya

Kurikulum dikembangakna berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk
menemmbangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan
kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik serta tuntutan lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembeljaaran berpusat
pada peserta didik.

Beragam dan terpadu

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah,
jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak dikriminatif terhadap perbedaan agama, suku,
budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan
wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan
dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antara substansi.

Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahun, teknologi dan seni

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang
berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat, dan isi kurikulum memberikan pengalaman
belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni.

Relevan dengan kebutuhan kehidupan

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk


menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehiduapan
kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi,
keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional
merupakan keniscayaan.

Menyeluruh dan berkesinambungan

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata
pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.
Belajar sepanjang hayat

Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik
yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan
formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu
berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

Seimabang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk
membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan
daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam
kerangka Negara Kesatuan Republi Indonesia (NKRI).

– Kelebihan KTSP

Dalam buku Mata Kuliah Tela’ah Kurikulum dan Teks (2009:5-6) dijelaskan bahwa Pada tahun 2006 yang
lalu, ditegaskan adanya penyempurnaan kurikulum baru yang merupakan ramuan dan kreasi dari guru-
guru berdasarkan standar isi dan standar kompetensi oleh BSNP. Kurikulum baru ini dikukuhkan melalui
Peraturan Menteri (permen) no 22 Tahun 2006 tentang Standar Kelulusan (SKL), dengan nama KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), yang isinya tetap mengacu pada Kurikulum Berbasi Kompeten
(KBK).

Menurut Hanafie Mh,A,MA,:

“KTSP yang hendak diberlakukan Departemen Pendidikan Nasional melalui Badan Standar Nasional
Pendidikan (BNSP) sesungguhnya dimaksudkan untuk mempertegas pelaksanaan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK). Artinya, kurikulum baru yang ini tetap memberikan tekanan pada pengembangan
kompetensi siswa. Menurut Fasli Jalal, pemberlakuan KTSP tidak akan melalui uji public maupun uji coba,
karena kurikulum ini telah diujicobakan melalui KBK yang diterapkan ke beberapa sekolah yang menjadi
pilot project.”
Sesuai dengan penuturan diatas, dijelaskan bahwa KTSP bukan sesuatu yang pantas dianggap sebagai hal
yang baru, karena KTSP merupakan penyempurnaan pelaksanaan kurikulum KBK yang sebelumnya
sempat tersendat karena adanya berbagai kendala yang ditemui ketika pelasanaannya.

KTSP sendiri memiliki beberapa kelebihan yang diantaranya:

Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan.

Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk semakin meningkatkan
kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program pendidikan.

KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah untuk menitikberatkan dan mengembangkan mata
pelajaran tertentu yang akseptabel bagi kebutuhan siswa,

KTSP akan mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan memberatkan kurang lebih 20 %.

KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk mengembangkan
kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan

Disamping itu, terdapat juga kelemahan yang timbul ketika KTSP diterapkan, yaitu:

Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan pendidikan yang
ada

Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari pelaksanaan KTSP

Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif bai konsepnya, penyusunannya
maupun prakteknya di lapangan.

Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan berdampak berkurang
pendapatan para guru

Banyaknya kesulitan dan ketidaksiapan tiap satuan pendidikan dalam menerima hal yang baru.

DAFTAR PUSTAKA

– http://srihendrawati.blogspot.com/2012/02/model-pembelajaran.html

– http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/06/urgensi-kepala-sekolah-dalam-ktsp.html
– http://suryantara.wordpress.com/tag/cara-menyusun-ktsp/

– http://www.scribd.com/doc/46943395/Inovasi-Kurikulum-Full

Anda mungkin juga menyukai