Anda di halaman 1dari 14

AIR DAN KEHIDUPAN

Air adalah Sumber Kehidupan

Air adalah hal paling umum yang ditemukan di Bumi dan terdapat dalam bentuk cair,
es, atau salju dan uap. Terdapat hampir di semua tempat dalam berbagai bentuk
dan menutupi 70% permukaan Bumi. Air sama dengan kehidupan. Tanpa air, tidak
akan ada kehidupan. Air yang menopang kehidupan memainkan peran sangat
penting dalam setiap langkah hidup kita. Tiga perempat tubuh manusia terdiri dari
air. Segala bidang kehidupan manusia sangat membutuhkan air untuk pertanian,
perkebunan, Industri, Peternakan dan apapun yang ada di bumi. Sumber-sumber air
yang terjaga adalah kunci kehidupan kita. Jumlah limpahan air di Indonesia sangat
besar tetapi belum tentu menjamin jumlah ketersedian air bersih. Air merupakan
komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Air merupakan kebutuhan
utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan seandainya di
bumi tidak ada air. Namun demikian, air dapat menjadi malapetaka bilamana tidak
tersedia dalam kondisi yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya. Air yang
relatif bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-
hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk
keperluan pertanian dan lain sebagainya. Air sebagai komponen lingkungan hidup
akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh komponen lainnya. Air yang kualitasnya
buruk akan mengakibatkan lingkungan hidup menjadi buruk sehingga akan
mempengaruhi kesehatan dan keselamatan manusia serta mahluk hidup lainnya.

PENTINGNYA KUALITAS AIR

Limbah industri dan limbah rumah tangga yang tidak terkelola dengan baik membuat
sumber-sumber air tidak dapat di gunakan secara maksimal
Sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001, tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, pengendalian
pencemaran air adalah upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran air
serta pemulihan kualitas air untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku
mutu. Pengendalian pencemaran air dilakukan untuk menjamin kualitas air agar
sesuai dengan baku mutu air melalui upaya pencegahan dan penanggulangan
pencemaran air serta pemulihan kualitas air.

Dua sumber utama kontaminan air tanah adalah kebocoran bahan kimia dari
penyimpanan bahan kimia dan bunker yang disimpan dalam tanah, dan
penampungan limbah industri yang ditampung dalam kolam besar yang terletak
diatas sumber air tanah. Perembesan minyak pelumas dari perbengkelan besar,
pompa bensin larutan pembersih dari suatu pabrik, bahanbahan kimia berbahaya
yang tersimpan dalam gudang bawah tanah, sangat berperan dalam terjadinya
kontaminasi air tanah mencapai 40% dari sumber air tanah.

Syarat fisik kualitas air bersih adalah tidak terasa, tidak berbau dan jumlah zat padat
terlarut, warna, kekeruhan, serta suhu tidak melebihi batas syarat, sedangkan
kualitas kimia berarti kandungan unsur-unsur tertentu baik organik maupun
anorganik dalam air tidak kurang dari batas minimum atau tidak melebihi batas
maksimum. Syarat bakteriologis kualitas air bersih adalah jumlah perkiraan terdekat
atau Most Probable Number (MPN) bakteri per 100 ml sampel maksimal 50 untuk air
non perpipaan dan 10 untuk air perpipaan.
Penurunan kualitas air akan menurunkan daya guna, hasil guna, produktivitas, daya
dukung dan daya tampung dari sumberdaya air yang pada akhirnya akan
menurunkan kekayaan sumberdaya alam. Untuk mendapat air yang baik sesuai
dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal, karena air sudah
banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari berbagai hasil kegiatan
manusia, sehingga secara kualitas, sumberdaya air telah mengalami penurunan.

Demikian pula secara kuantitas, yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan
yang terus meningkat. Salah satu badan air yang merupakan kekayaan sumberdaya
air adalah sungai. Sungai merupakan sebuah fenomena alam yang terbentuk secara
alamiah. Fungsi sungai adalah sebagai penampung, penyimpan irigasi dan bahan
baku air minum bagi sejumlah kota disepanjang alirannya.

Sungai merupakan suatu bentuk ekositem aquatic yang mempunyai peran penting
dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air (catchment area)
bagi daerah di sekitarnya, sehingga kondisi suatu sungai sangat dipengaruhi oleh
karakteristik yang dimiliki oleh lingkungan di sekitarnya. Sungai juga merupakan
tempat yang mudah dan praktis untuk pembuangan limbah, baik padat maupun cair,
sebagai hasil dari kegiatan rumah tangga, industri rumah tangga, garmen,
peternakan, perbengkelan, dan usaha-usaha lainnya.

Dengan adanya pembuangan berbagai jenis limbah dan sampah yang mengandung
beraneka ragam jenis bahan pencemar ke badan-badan perairan, baik yang dapat
terurai maupun yang tidak dapat terurai akan menyebabkan semakin berat beban
yang diterima oleh sungai tersebut. Jika beban yang diterima oleh sungai tersebut
melampaui ambang batas yang ditetapkan berdasarkan baku mutu, maka sungai
tersebut dikatakan tercemar, baik secara fisik, kimia, maupun biologi.

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting
bagi kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan
umum, sehingga merupakan modal dasar dan faktor utama pembangunan
(Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2010).

Air merupakan salah satu senyawa kimia yang terdapat di alam secara berlimpah-
limpah akan tetapi ketersediaan air yang memenuhi syarat bagi keperluan manusia
relatif sedikit karena dibatasi oleh berbagai faktor (Effendi, 2003). Dari sekitar 1.386
juta km3 air yang ada di bumi, sekitar 1.337 km3 (97,39%) berada di samudera atau
lautan dan hanya sekitar 35 juta km3(25,53%) berupa air tawar di daratan dan
sisanya dalam bentuk gas/uap. Jumlah air tawar tersebut sebagian besar (69%)
berupa gumpalan es dan glasier yang terperangkap di daerah kutub, sekitar 30%
berupa air tanah dan hanya sekitar 1% terdapat dalam sungai, danau dan waduk
(Suripin, 2002).

Kuantitas air di alam ini jumlahnya relatif tetap namun kualitasnya semakin lama
semakin menurun. Kuantitas/jumlah air umumnya dipengaruhi oleh lingkungan fisik
daerah seperti curah hujan, topografi dan jenis batuan sedangkan kualitas air sangat
dipengaruhi oleh lingkungan sosial seperti kepadatan penduduk dan kepadatan sosial
(Hadi dan Purnomo, 1996 dalam Lutfi, 2006).

Air yang memadai bagi konsumsi manusia hanya 0,003% dari seluruh air yang ada
(Effendi, 2003). Habitat air tawar menempati daerah yang relatif kecil pada
permukaan bumi dibandingkan habitat laut dan daratan namun habitat ini
mempunyai kepentingan bagi manusia yang jauh lebih berarti karena habitat air
tawar merupakan sumber air yang praktis dan murah untuk berbagai keperluan, baik
rumah tangga, domestik, maupun industri. Selain itu ekosistem air tawar
menawarkan sistem pembuangan yang memadai dan paling murah (Odum, 1996).

Daerah Aliran Sungai (DAS)

Daerah aliran sungai dapat dipandang sebagai sistem alami yang menjadi tempat
berlangsungnya proses-proses biofisik hidrologis maupun kegiatan sosial-ekonomi
dan budaya masyarakat yang kompleks.

Proses-proses biofisik hidrologis DAS merupakan proses alami sebagai bagian dari
suatu daur hidrologi atau yang dikenal sebagai siklus air. Kegiatan sosial-ekonomi
dan budaya masyarakat merupakan bentuk intervensi manusia terhadap sistem alami
DAS, seperti pengembangan lahan kawasan budidaya. Hal ini tidak lepas dari
semakin meningkatnya tuntutan atas sumberdaya alam (air, tanah, dan hutan) yang
disebabkan meningkatnya pertumbuhan penduduk yang membawa akibat pada
perubahan kondisi tata air DAS.

Perubahan kondisi hidrologi DAS sebagai dampak perluasan lahan kawasan budidaya
yang tidak terkendali tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air
seringkali mengarah pada kondisi yang kurang diinginkan, yaitu peningkatan erosi
dan sedimentasi, penurunan produktivitas lahan, dan percepatan degradasi lahan.

Hasil akhir perubahan ini tidak hanya berdampak nyata secara biofisik berupa
peningkatan luas lahan kritis dan penurunan daya dukung lahan, namun juga secara
sosial ekonomi menyebabkan masyarakat menjadi semakin kehilangan kemampuan
untuk berusaha di lahannya.

Oleh karena itu ekosistem DAS perlu ditata pemanfaatannya agar dapat digunakan
untuk berbagai keperluan antara lain pertanian, kehutanan, perkebunan, perikanan,
peternakan, industri, pertambangan, pariwisata dan pemukiman (Bappedal Jateng,
2002).

Sungai merupakan perairan mengalir (lotik) yang dicirikan oleh arus yang searah dan
relatif kencang, dengan kecepatan berkisar 0,1 1,0 m/detik, serta sangat dipengaruhi
oleh waktu, iklim, bentang alam (topografi dan kemiringan), jenis batuan dasar dan
curah hujan. Semakin tinggi tingkat kemiringan, semakin besar ukuran batuan dasar
dan semakin banyak curah hujan, pergerakan air semakin kuat dan kecepatan arus
semakin cepat.

Sungai bagian hulu dicirikan dengan badan sungai yang dangkal dan sempit, tebing
curam dan tinggi, berair jernih dan mengalir cepat. Badan sungai bagian hilir
umumnya lebih lebar, tebingnya curam atau landai badan air dalam, keruh dan aliran
air lambat (Mulyanto, 2007). Menurut Newson (1997) sungai merupakan bagian
lingkungan yang paling cepat mengalami perubahan jika terdapat aktifitas manusia
di sekitarnya.

Sungai sebagai penampung dan penyalur air yang datang dari daerah hulu atas,
akan sangat terpengaruh oleh tata guna lahan dan luasnya daerah aliran sungai,
sehingga pengaruhnya akan terlihat pada kualitas air sungai (Odum, 1996).
Sungai yang menerima bahan pencemar mampu memulihkan diri (self purification)
dengan cepat, terutama terhadap limbah penyebab penurunan kadaroksigen (oxygen
demanding wastes) dan limbah panas.

Kemampuan sungai dalam memulihkan diri dari pencemaran tergantung pada ukuran
sungai dan laju aliran air sungai dan volume serta frekuensi limbah yang masuk
(Lehler dalam Miller, 1975). Kemampuan sungai untuk memulihkan diri sendiri dari
pencemaran dipengaruhi oleh (1) laju aliran air sungai, (2) berkaitan dengan jenis
bahan pencemar yang masuk ke dalam badan air.

Senyawa nonbiodegradable yang dapat merusak kehidupan di dasar sungai,


menyebabkan kematian ikan-ikan secara masif, atau terjadi magnifikasi biologis pada
rantai makanan (Lehler dalam Miller, 1975).

Pencemaran

Pencemaran lingkungan adalah perubahan lingkungan yang tidak menguntungkan,


sebagian karena tindakan-tindakan manusia yang disebabkan oleh perubahan pola
pembentukan energi dan materi, tingkatan radiasi, bahan-bahan fisika, kimia dan
jumlah organisme.

Perubahan ini dapat mempengaruhi manusia secara langsung atau tidak langsung
melalui hasil pertanian, peternakan, benda-benda, perilaku dalam apresiasi dan
rekreasi di alam bebas (Fardiaz. 1992) Menurut Hidayat (1981), pada dasarnya
pencemaran lingkungan dapat dibagi dalam tiga tingkatan yaitu : (1) gangguan,
merupakan bentuk pencemaran yang paling ringan, (2) pencemaran temporer,
berjangka pendek karena alam mampu mencernakannya sehingga lingkungan dapat
kembali seperti semula, dan (3) pencemaran permanen, bersifat tetap karena alam
tidak mampu kembali mencernakannya (dikenal sebagai perubahan sumberdaya
alam).

Pencemaran lingkungan hidup menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009


(Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2009) adalah masuk atau dimasukkannya
mahluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh
kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah
ditetapkan.

Pencemaran Air

Pencemaran adalah suatu penyimpangan dari keadaan normalnya. Jadi pencemaran


air adalah suatu keadaan air tersebut telah mengalami penyimpangan dari keadaan
normalnya. Keadaan normal air masih tergantung pada faktor penentu, yaitu
kegunaan air itu sendiri dan asal sumber air (Wardhana, 2004).

Cottam (1969) mengemukakan bahwa pencemaran air adalah bertambahnya suatu


material atau bahan dan setiap tindakan manusia yang mempengaruhi kondisi
perairan sehingga mengurangi atau merusak daya guna perairan.

Industri pertambangan dan energi mempunyai pengaruh besar terhadap perubahan


lingkungan karena mengubah sumber daya alam menjadi produk baru dan
menghasilkan limbah yang mencemari lingkungan (Darsono, 1992).
Kumar (1977) berpendapat bahwa air dapat tercemar jika kualitas atau komposisinya
baik secara langsung atau tidak langsung berubah oleh aktivitas manusia sehingga
tidak lagi berfungsi sebagai air minum, keperluan rumah tangga, pertanian, rekreasi
atau maksud lain seperti sebelum terkena pencemaran.

Polusi air merupakan penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal. Ciri-ciri yang
mengalami polusi sangat bervariasi tergantung dari jenis dan polutannya atau
komponen yang mengakibatkan polusi (Sumengen, 1987).

SUMBER PENCEMARAN AIR

Banyak penyebab sumber pencemaran air, tetapi secara umum dapat dikategorikan
menjadi 2 (dua) yaitu sumber kontaminan langsung dan tidak langsung. Sumber
langsung meliputi efluen yang keluar dari industri, TPA sampah, rumah tangga dan
sebagainya. Sumber tak langsung adalah kontaminan yang memasuki badan air dari
tanah, air tanah atau atmosfir berupa hujan (Pencemaran Ling. Online, 2003).

Pada dasarnya sumber pencemaran air berasal dari industri, rumah tangga dan
pertanian. Tanah dan air tanah mengandung sisa dari aktivitas pertanian misalnya
pupuk dan pestisida. Kontaminan dari atmosfir juga berasal dari aktifitas manusia
yaitu pencemaran udara yang menghasilkan hujan asam.

Komponen Pencemaran Air

Saat ini hampir 10 juta zat kimia telah dikenal manusia, dan hampir 100.000 zat
kimia telah digunakan secara komersial. Kebanyakan sisa zat kimia tersebut dibuang
ke badan air atau air tanah. Sebagai contoh adalah pestisida yang biasa digunakan di
pertanian, industri atau rumah tangga, detergen yang biasa digunakan di rumah
tangga atau PCBs yang biasa digunakan pada alat-alat elektronik.

Erat kaitannya dengan masalah indikator pencemaran air, ternyata komponen


pencemaran air turut menentukan bagaimana indikator tersebut terjadi. Menurut
Wardhana (1995), komponen pencemaran air dapat dikelompokkan sebagai bahan
buangan

DAMPAK PENCEMARAN AIR

Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air minum,
meracuni makanan hewan, menjadi penyebab ketidak seimbangan ekosistem sungai
dan danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam dsb.

Di badan air, sungai dan danau, nitrogen dan fosfat dari kegiatan pertanian telah
menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang di luar kendali yang disebut eutrofikasi
(eutrofication). Ledakan pertumbuhan tersebut menyebabkan oksigen yang
seharusnya digunakan bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi
berkurang. Ketika tanaman air tersebut mati, dekomposisinya menyedot lebih banyak
oksigen. Akibatnya ikan akan mati dan aktivitas bakteri akan menurun.
Dampak terhadap kehidupan biota air

Banyaknya zat pencemar pada air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar
oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga akan mengakibatkan kehidupan dalam
air yang membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi perkembangannya.
Selain itu kematian dapat pula disebabkan adanya zat beracun yang juga
menyebabkan kerusakan pada tanaman dan tumbuhan air.

Akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses penjernihan air secara alamiah yang
seharusnya terjadi pada air limbah juga terhambat. Dengan air limbah menjadi sulit
terurai. Panas dari industri juaga akan membawa dampak bagi kematian organisme,
apabila air limbah tidak didinginkan dahulu.

Dampak terhadap kualitas air tanah

Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal coliform telah
terjadi dalam skala yang luas, hal ini telah dibuktikan oleh suatu survey sumur
dangkal di Jakarta. Banyak penelitian yang mengindikasikan terjadinya pencemaran
tersebut.
Dampak terhadap kesehatan

Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam antara lain :


air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen
air sebagai sarang insekta penyebar penyakit
jumlah air yang tersedia tak cukup, sehingga manusia bersangkutan tak dapat
membersihkan diri
air sebagai media untuk hidup vector penyakit
Ada beberapa penyakit yang masuk dalam katagori water-borne diseases, atau
penyakit-penyakit yang dibawa oleh air, yang masih banyak terdapat di daerah-
daerah.

Penyakit-penyakit ini dapat menyebar bila mikroba penyebabnya dapat masuk ke


dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Sedangkan jenis mikroba yang dapat menyebar lewat air antara lain, bakteri,
protozoa dan metazoa.

Dampak terhadap estetika lingkungan

Dengan semakin banyaknya zat organic yang dibuang ke lingkungan perairan, maka
perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan bau yang
menyengat disamping tumpukan yang dapat mengurangi estetika lingkungan.
Masalah limbah minyak atau lemak juga dapat mengurangi estetika. Selain bau,
limbah tersebut juga menyebabkan tempat sekitarnya menjadi licin.

Sedangkan limbah detergen atau sabun akan menyebabkan penumpukan busa yang
sangat banyak. Inipun dapat mengurangi estetika.

Pencemaran sungai

Pencemaran sungai adalah tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh limbah
industri, limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsur hara yang
terdapat dalam air serta gangguan kimia dan fisika yang dapat mengganggu
kesehatan manusia.

Pencemar sungai dapat diklasifikasikan sebagai organik, anorganik, radioaktif, dan


asam/basa. Saat ini hampir 10 juta zat kimia telah dikenal manusia, dan hampir
100.000 zat kimia telah digunakan secara komersial. Kebanyakan sisa zat kimia
tersebut dibuang ke badan air atau air tanah. Pestisida, deterjen, PCBs, dan PCPs
(polychlorinated phenols), adalah salah satu contohnya. Pestisida dgunakan di
pertanian, kehutanan dan rumah tangga.

PCB, walaupun telah jarang digunakan di alat-alat baru, masih terdapat di alat-alat
elektronik lama sebagai insulator, PCP dapat ditemukan sebagai pengawet kayu, dan
deterjen digunakan secara luas sebagai zat pembersih di rumah tangga.

Penyebab pencemaran sungai

Sumber polusi air sungai antara lain limbah industri, pertanian dan rumah tangga.
Ada beberapa tipe polutan yang dapat masuk perairan yaitu : bahan-bahan yang
mengandung bibit penyakit, bahan-bahan yang banyak membutuhkan oksigen untuk
pengurainya, bahan-bahan kimia organic dari industri atau limbah pupuk pertanian,
bahan-bahan yang tidak sedimen (endapan), dan bahan-bahan yang mengandung
radioaktif dan panas.

Penggunaan insektisida seperti DDT (Dichloro Diphenil Trichonethan) oleh para


petani, untuk memberantas hama tanaman dan serangga penyebar penyakit lain
secara berlabihan dapat mengakibatkan pencemaran air. Terjadinya pembusukan
yang berlebihan diperairan dapat pula menyebabkan pencemeran. Pembuangan
sampah dapat mengakibatkan kadar O2 terlarut dalam air semakin berkurang karena
sebagian besar dipergunakan oleh bakteri pembusuk.

Pembuangan sampah organic maupun yang anorganic yang dibuang kesungai terus-
menerus, selain mencemari air, terutama dimusim hujan ini akan menimbulkan
banjir. Belakangan ini musibah karena polusi air datang seakan tidak terbendung lagi
disetip musim hujan. Sebenarnya air hujan adalah rahmat. Akan tetapi rahmat dapat
menjadi ujian apabila kita tidak mengelolanyadengan benar.

Dampak dari pencemaran air sungai

Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air minum,
meracuni makanan hewan, menjadi penyebab ketidak seimbangan ekosistem sungai
dan danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam dsb.

D. Cara Mengatasi / Upaya Pelestarian Daerah Aliran Sungai

1. Melestarikan hutan di hulu sungai

Agar tidak menimbulkan erosi tanah disekitar hulu sungai sebaiknya pepohonan tidak
digunduli atau ditebang atau merubahnya menjadi areal pemukiman penduduk.
Dengan adanya erosi otomatis akan membawa tanah, pasir, dan sebagainya ke
aliran sungai dari hulu ke hilir sehingga menyebabkan pwendangkalan sungai.
2. Tidak buang air di sungai

Buang air kecil dan air besar sembarangan adalahperbuatan yang salah. Kesan
pertama dari tinja atau urin yang dibuan sembarangan adalah bau dan menjijikan.
Tinja juga merupakan medium yang paliang baik untuk perekembangan bibit
penyakit dari yang ringan sampai yang berat, oleh karena itu janganlah buang air
besar sembarangan khususnya di sungai.

3. Tidak membuang sampah di sungai

Sampah yabng dibuang sembarangan di sungaiakan menyababkan aliran air di


sungai terhambat. Selain itu juga sampah akan menyebabkan sungai cepaa dangkal
dan akhirnya memicu terjadinya banjir di musim penghujan sampah juga membuat
sungai tampak kotor menjijnikan dan terkontaminasi

4. Tidak membuang limbah rumah tangga dan industri

Tempat yang paling mudah untuk membuang limbah industri atau limbah rumah
tangga berupa cairan adalah dengan mambuangnya kesungai namun apakah limbah
itu aman? Limbah yang dibuang secara asal-asalan tentu saja dapat menimbulkan
pencemaran mulai dari bau yang tidak sedap, oencemaran air gangguan penyakit
kulit serta masih banyak lagi.

Maka oleh karena itu Dalam keseharian kita, kita dapat mengurangi pencemaran air,
dengan cara mengurangi jumlah sampah yang kita produksi setiap hari (minimize),
mendaur ulang (recycle), mendaur pakai (reuse).

Kita pun perlu memperhatikan bahan kimia yang kita buang dari rumah kita. Karena
saat ini kita telah menjadi masyarakat kimia, yang menggunakan ratusan jenis zat
kimia dalam keseharian kita, seperti mencuci, memasak, membersihkan rumah,
memupuk tanaman, dan sebagainya.

Menjadi konsumen yang bertanggung jawab merupakan tindakan yang bijaksana.


Sebagai contoh, kritis terhadap barang yang dikonsumsi, apakah nantinya akan
menjadi sumber pencemar yang persisten, eksplosif, korosif dan beracun, atau
degradable (dapat didegradasi) alam ? Apakah barang yang kita konsumsi nantinya
dapat meracuni manusia, hewan, dan tumbuhan, aman bagi mahluk hidup dan
lingkungan ?

Teknologi dapat kita gunakan untuk mengatasi pencemaran air. Instalasi pengolahan
air bersih, instalasi pengolahan air limbah, yang dioperasikan dan dipelihara baik,
mampu menghilangkan substansi beracun dari air yang tercemar. Walaupun
demikian, langkah pencegahan tentunya lebih efektif dan bijaksana.

Perlindungan dan Pelestarian Sumber Air

Perlindungan dan pelestarian sumber air dilakukan melalui:

 pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air;


 pengendalian pemanfaatan sumber air;
 pengisian air pada sumber air;
 pengaturan prasarana dan sarana sanitasi;
 perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan pembangunan dan
pemanfaatan lahan pada sumber air;
 pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu;
 pengaturan daerah sempadan sumber air;
 rehabilitasi hutan dan lahan; dan/atau
 pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam, dan kawasan pelestarian alam.

Perlindungan dan pelestarian sumber air dilakukan dengan kegiatan fisik dan/atau
nonfisik.

Kegiatan perlindungan dan pelestarian sumber air dilakukan dengan mengutamakan


kegiatan yang lebih bersifat nonfisik.

Perlindungan dan pelestarian sumber air sebagaimana dimaksud di atas dilakukan


oleh Menteri atau menteri yang terkait dengan bidang sumber daya air dan/atau
pemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya.

Dalam melaksanakan perlindungan dan pelestarian sumber air sebagaimana


dimaksud pada ayat (4), Menteri atau menteri yang terkait dengan bidang sumber
daya air dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawabnya, memperhatikan kearifan lokal dan dapat melibatkan peran masyarakat.

Pemeliharaan Kelangsungan Fungsi Resapan Air dan Daerah Tangkapan


Air

Pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air dilakukan
pada kawasan yang ditetapkan berdasarkan rencana pengelolaan sumber daya air
yang bersangkutan.

Kawasan yang berfungsi sebagai resapan air dan daerah tangkapan air sebagaimana
dimaksud di atas menjadi salah satu acuan dalam penyusunan dan pelaksanaan
rencana tata ruang wilayah.

Menteri yang terkait dengan bidang sumber daya air dan/atau pemerintah daerah
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya:
menunjuk dan/atau menetapkan kawasan yang berfungsi sebagai daerah resapan air
dan daerah tangkapan air pada kawasan sebagaimana dimaksud;
menetapkan peraturan untuk melestarikan fungsi resapan air dan daerah tangkapan
air pada kawasan sebagaimana dimaksud;
mengelola kawasan yang berfungsi sebagai daerah resapan air dan daerah
tangkapan air;
menyelenggarakan program pelestarian fungsi resapan air dan daerah tangkapan air
pada kawasan sebagaimana dimaksud di atas; dan
melaksanakan pemberdayaan masyarakat dalam pelestarian fungsi resapan air dan
daerah tangkapan air pada kawasan sebagaimana dimaksud di atas.

Menteri atau menteri yang terkait dengan bidang sumber daya air dan/atau
pemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya melaksanakan
pemantauan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan sebagaimana
dimaksud di atas.
Pengendalian Pemanfaatan Sumber Air

Pengendalian pemanfaatan sumber air dilakukan sesuai dengan ketentuan


pemanfaatan zona pada sumber air yang bersangkutan.

Pengendalian pemanfaatan sumber air sebagaimana dimaksud di atas dilakukan


melalui pemantauan dan pengawasan berdasarkan ketentuan pemanfaatan zona
pada sumber air yang bersangkutan.

Menteri atau menteri yang terkait dengan bidang sumber daya air dan/atau
pemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya
menyelenggarakan program pengendalian pemanfaatan sumber air.

Pengisian Air Pada Sumber Air

Pengisian air pada sumber air dapat dilaksanakan, antara lain, dalam bentuk:
pengisian air dari suatu sumber air ke sumber air yang lain dalam satu wilayah
sungai atau dari wilayah sungai yang lain;
pengimbuhan air ke lapisan air tanah (akuifer);
peningkatan daya resap lahan terhadap air hujan di daerah aliran sungai melalui
penatagunaan lahan; atau
pemanfaatan teknologi modifikasi cuaca untuk meningkatkan curah hujan dalam
kurun waktu tertentu.

Bentuk lain dalam pelaksanaan pengisian air pada sumber air diatur dengan
peraturan Menteri. Menteri atau menteri yang terkait dengan bidang sumber daya air
dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya
menyelenggarakan pengawasan dan pemantauan pelaksanaan pengisian air pada
sumber air sebagaimana dimaksud di atas.
Pengaturan Prasarana dan Sarana Sanitasi

Pengaturan prasarana dan sarana sanitasi dilakukan melalui:


penetapan pedoman pembangunan prasarana dan sarana sanitasi;
pemisahan antara jaringan drainase dan jaringan pengumpul air limbah pada
kawasan perkotaan;
pembuangan air limbah melalui jaringan pengumpul air limbah pada kawasan
perkotaan ke dalam sistem instalasi pengolah air limbah terpusat;
pembangunan sistem instalasi pengolah air limbah terpusat pada setiap lingkungan;
dan/atau
penerapan teknologi pengolahan air limbah yang ramah lingkungan.

Pelaksanaan sebagaimana dimaksud di atas diatur dengan mekanisme perizinan oleh


pemerintah daerah yang bersangkutan.

Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud di atas diatur lebih lanjut oleh


menteri yang membidangi prasarana dan sarana sanitasi setelah berkoordinasi
dengan menteri terkait.

Menteri atau menteri yang terkait dengan bidang sumber daya air dan/atau
pemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya
menyelenggarakan pengawasan dan pemantauan pelaksanaan pengaturan prasarana
dan sarana sanitasi sebagaimana dimaksud di atas.

Perlindungan Sumber Air dalam Hubungannya dengan Kegiatan


Pembangunan dan Pemanfaatan Lahan pada Sumber Air

Perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan pembangunan dan


pemanfaatan lahan pada sumber air dilakukan melalui pengaturan terhadap kegiatan
pembangunan dan/atau pemanfaatan lahan pada sumber air.

Perlindungan sumber air dilakukan sesuai dengan ketetapan pemanfaatan zona pada
sumber air yang bersangkutan.

Penyelenggaraan perlindungan sumber air sebagaimana dimaksud di atas dilakukan


oleh Menteri atau menteri yang terkait dengan bidang sumber daya air dan/atau
pemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya.

Menteri atau menteri yang terkait dengan bidang sumber daya air dan/atau
pemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya
menyelenggarakan pengawasan dan pemantauan pelaksanaan perlindungan sumber
air sebagaimana dimaksud di atas.

Pengendalian Pengolahan Tanah di Daerah Hulu

Pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu dilakukan untuk:

 mencegah longsor;
 mengurangi laju erosi tanah;
 mengurangi tingkat sedimentasi pada sumber air dan prasarana sumber daya air;
dan/atau
 meningkatkan peresapan air ke dalam tanah.Pengendalian pengolahan tanah
sebagaimana dimaksud di atas memperhatikan kaidah konservasi dan tetap
mempertahankan fungsi lindung sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Menteri atau menteri yang terkait dengan bidang sumber daya air dan/atau
pemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya
menyelenggarakan pengawasan dan pemantauan pelaksanaan pengendalian
pengolahan tanah di daerah hulu sebagaimana dimaksud di atas.

Pengaturan Daerah Sempadan Sumber Air

Pengaturan daerah sempadan sumber air dilakukan untuk mengamankan dan


mempertahankan fungsi sumber air serta prasarana sumber daya air.

Pengaturan daerah sempadan sumber air sebagaimana dimaksud di atas berupa


penetapan batas sempadan sumber air dan penetapan pemanfaatan daerah
sempadan sumber air.

Daerah sempadan sebagaimana dimaksud di atas ditetapkan oleh Menteri atau


menteri yang terkait dengan bidang sumber daya air atau pemerintah daerah sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawabnya setelah berkonsultasi dengan dewan
atau wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air provinsi atau kabupaten/kota
yang bersangkutan.

Pedoman penetapan dan pemanfaatan daerah sempadan sumber air ditetapkan oleh
Menteri setelah berkoordinasi dengan menteri yang terkait dengan bidang sumber
daya air.

Wewenang dan tanggung jawab mempertahankan fungsi daerah sempadan sumber


air

Menteri atau menteri yang terkait dengan bidang sumber daya air atau pemerintah
daerah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya mempertahankan fungsi
daerah sempadan sumber air.

Untuk mempertahankan fungsi daerah sempadan sumber air, Menteri atau menteri
yang terkait dengan bidang sumber daya air atau pemerintah daerah sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawabnya:
mencegah pembuangan air limbah yang tidak memenuhi baku mutu, limbah padat,
dan/atau limbah cair;
mencegah pendirian bangunan dan pemanfaatan lahan yang dapat mengganggu
aliran air, mengurangi kapasitas tampung sumber air atau tidak sesuai dengan
peruntukannya; dan
melakukan revitalisasi daerah sempadan sumber air.

Menteri atau menteri yang terkait dengan bidang sumber daya air dan/atau
pemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya
menyelenggarakan pengawasan dan pemantauan pelaksanaan pengaturan daerah
sempadan sumber air.

Rehabilitasi Hutan dan Lahan

Rehabilitasi hutan dan lahan dilakukan pada hutan rusak dan lahan kritis, baik di
dalam maupun di luar kawasan hutan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

Menteri atau menteri yang terkait dengan bidang sumber daya air dan/atau
pemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya melaksanakan
rehabilitasi hutan dan lahan sebagaimana dimaksud di atas.

Rehabilitasi hutan rusak dapat dilakukan dengan kegiatan yang menyeluruh dan
terpadu, melalui upaya vegetatif, dan/atau manajemen budi daya hutan.

Rehabilitasi lahan kritis dapat dilakukan dengan kegiatan yang menyeluruh dan
terpadu, melalui upaya vegetatif, sipil teknis dan/atau agronomis.

Kegiatan rehabilitasi sebagaimana dimaksud di atas dilakukan melalui pendekatan


sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat.

Menteri atau menteri yang terkait dengan bidang sumber daya air dan/atau
pemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya
menyelenggarakan pengawasan dan pemantauan pelaksanaan rehabilitasi hutan dan
lahan sebagaimana dimaksud di atas.

Pelestarian Hutan Lindung, Kawasan Suaka Alam, dan Kawasan


Pelestarian Alam

Pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam, dan kawasan pelestarian alam
dilakukan untuk memberikan perlindungan terhadap kawasan di bawahnya dalam
rangka menjamin ketersediaan air tanah, air permukaan, dan unsur hara tanah.

Pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam, dan kawasan pelestarian alam
sebagaimana dimaksud di atas dilakukan oleh menteri yang bertanggung jawab
dibidang kehutanan atau pemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawabnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Menteri yang bertanggung jawab dibidang kehutanan atau pemerintah daerah


mengupayakan pemberdayaan masyarakat dalam menjaga pelestarian hutan
lindung, kawasan suaka alam, dan kawasan pelestarian alam.

Menteri atau menteri yang terkait dengan bidang sumber daya air dan/atau
pemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya
menyelenggarakan pengawasan dan pemantauan pelaksanaan pelestarian hutan
lindung, kawasan suaka alam, dan kawasan pelestarian alam sebagaimana dimaksud
di atas.
Referensi:

http://www.sanitasi.org/perlindungan-dan-pelestarian-sumber-air.html

http://hend-learning.blogspot.com/2009/04/pencemaran-air-1.html

http://ekosistembiologi.blogspot.com/2013/02/gambar-ekosistem.html

http://www.bangazul.com/?q=http://bangazul.blogspot.com/2013/02/pelestarian-
dan-konservasi-sumber-daya.html

http://choirunnisacf.wordpress.com /2012/11/20/pelestarian-air/

http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuKesmas/BAB1.pdf

Anda mungkin juga menyukai