Anda di halaman 1dari 12

Materi ASKEB II (Persalinan)

1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke jalan lahir
(Sarwono, 2007; h. 100).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya servik,dan janin turun kedalam jalan
lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir
(Saifuddin, AB. 2002).
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal dalam kehidupan
(Sumarah, dkk, 2009; h. 1-2)
Beberapa istilah yang berkaitan dengan persalinan sebagai berikut :
a. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke jalan lahir.
b. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir. Dengan
demikian bisa dikatakan bahwa persalinan (labor) adalah rangkaian peristiwa mulai dari
kenceng-kenceng teratur sampai di keluarkannya produk konsepsi (janin, plasenta, ketuban, dan
cairan ketuban) dari uterus ke dunia luar melalui jalan lahir atau melalui jalan lahir, dengan
bantuan atau dengan kekuatan sendiri.
c. Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram yang pernah di lahirkan,
hidup maupun mati, bila berat badan tidak di ketahui, maka di paki umur kehamilan lebih dari 24
minggu.
d. Delivery (kelahiran) adalah peristiwa keluarnya janin termasuk plasenta.
e. Gravida (kehamilan) adalah jumlah kehamilan termasuk abortus, molahidatidosa, dan
kehamilan ektopik yang pernah di alami oleh seorang ibu.
f. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam
waktu 18-24 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin.
g. Spontan adalah persalinan terjadi karena dorongan kontraksi uterus dan kekuatan mengejan ibu.

2. Sebab-sebab Mulainya Persalinan


Menurut Sumarah, dkk, (2009; h. 2-4) menyatakan bahwa apa yang menyebabkan terjadinya
persalinan belum di ketahui benar, yang ada hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks
antara lain di kemukakan faktor-faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh
tekanan pada syaraf, dan nutrisi.
a. Teori penurunan hormone
1) Estrogen
Berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot rahim dan memudahkan penerimaan rangsangan
dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis.
2) Progesteron
Berfungsi menurunkan sensitivitas otot rahim, menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar
seperti oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis, dan menyebabkan otot rahim
dan otot polos relaksasi.
b. Teori berkurangnya nutrisi
Berkurangnya nutrisi pada janin di kemukakan oleh Hippokrater untuk pertama kalinya. Bila
nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan di keluarkan.

3. Tahapan Persalinan
Tahapan Persalinan, menurut Sarwono (2007; h. 100-101) :
1) Inpartu Kala I
Mulainya partus yang di tandai dengan keluarnya lendir bercampur darah sampai pembukaan
serviks 10 cm.
Tanda dan gejala kala I :
a) His sudah teratur, frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit
b) Penipisan dan pembukaan serviks
c) Keluar cairan dari vagina dalam bentuk lendir bercampur darah
Kala I dibagi 2 fase yaitu :
1) Fase Laten : dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan 3 cm,
berlangsung dalam 7-8 jam.
2) Fase Aktif : berlangsung selama 6 jam dan di bagi atas 3 sub fase.
a) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4cm.
b) Periode dilatasi maksimal : berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi 9 cm.
c) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam, pembukaan menjadi 10 cm atau
lengkap.
Pemantauan kala 1 fase aktif :
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan . Tujuan utama dari
penggunaan partograf adalah untuk :
a) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui
pemeriksaan dalam.
b) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal . Dengan demikian , juga dapat
melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama.
Halaman depan partograf untuk mencatat atau memantau :
a) Kesejahteraan janin
Denyut jantung janin (setiap ½ jam), warna air ketuban (setiap pemeriksaan dalam), penyusupan
sutura (setiap pemeriksaan dalam).
b) Kemajuan persalinan
Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus (setiap ½ jam), pembukaan serviks (setiap 4 jam),
penurunan kepala (setiap 4 jam).
c) Kesejahteraan ibu
Nadi (setiap ½ jam), tekanan darah dan temperatur tubuh (setiap 4 jam), prodeksi urin ,aseton dan
protein ( setiap 2 sampai 4 jam), makan dan minum.

2) Inpartu Kala II
Pada kala II his terkoodinir, kuat, cepat, dan lebih lama. Kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala
janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan otot-otot dasar panggul yang
secara reflektoris menimbulkan rasa mengejan. Karena tekanan pada rectum. Ibu merasa seperti
mau buang air besar, dengan tanda anus membuka.
Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka, perineum meregang. Dengan
his mengejan yang terpimpin, akan lahir kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada
primi : 1 ½ jam-2 jam, pada multi ½ jam – 1 jam.

Tanda dan gejala kala II :


a) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
b) Perineum terlihat menonjol.
c) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum dan atau vaginanya.
d) Ibu meraakan makin meningkatnya tekanan pada rectum dan atau vaginanya.
e) Vulva-vagina dan sfingkter ani terlihat membuka.
f) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.

3) Inpartu Kala III


Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus
uteri setinggi pusat, berisi placenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat
kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit seluruh placenta
terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas
symphisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir,
pengeluaran placenta di sertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
8. Kala III atau Pengeluaran Uri
Kala III diawali dengan keluarnya bayi dari uterus dan diakhiri dengan keluarnya plasenta.
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uterus
setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal dua kali sebelumnya. Beberapa saat
kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5 – 10 menit seluruh plasenta
terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas
simphisis/ fundus uteri. Kadang – kadang ada sebagian uri yang melekat pada dinding rahim.
Seluruh proses biasanya berlangsung 5 – 30’ setelah bayi lahir (dapat ditunggu sampai 1 jam,
tetapi tidak boleh ditunggu bila terjadi banyak pendarahan atau bila ada riwayat perdarahan post
partum, dan sebaiknya plasenta langsung dikeluarkan secara manual dan diberikan uterus tonika.
Hal ini jugak dilakukan bila perdarahan sudah > 500cc). Kala uri merupakan waktu yang paling
kritis untuk mencegah perdarahan post partum.
Kala III terdiri dari 2 fase :
a. Fase Pelepasan Uri
Proses pelepasan ini biasanya setahap demi setahap dan pengumpulan darah di belakang uri
adalah membantu pelepasan uri ini. Plasenta biasanya terlepas dalam 4 – 5 menit setelah anak,
malahan mungkin pelepasan sudah mulai sewaktu anak lahir. Di tempat – tempat yang lepas
terjadi perdarahan yaitu antara plasenta dan desidua basalis, dan karena hematoma ini membesar,
maka seolah – olah plasenta terangkat dari dasarnya oleh karena hematoma tersebut sehingga
daerah pelepasan meluas. Perdarahan ini disebut “retroplasental hematoma”.
Cara lepasnya plasenta ada 2 macam :
1) Secara Schultzse
Cara ini yang paling sering terjadi (80%) dimana lepasnya seperti kita menutup
payung. Yang lepas terlebih dahulu adalah bagian tengah, lalu terjadi retroplasental hematoma
yang menolak uri mula – mula bagian tengah, kemudian seluruhnya sehingga menurut cara ini,
perdarahan biasanya tidak ada sebelum plasenta lahir dan banyak setelah plasenta lahir.
2) Secara Duncan
Pelepasan mulai dari pinggir plasenta, sehingga bagian pinggir plasenta yang lahir
terlebih dahulu. Darah akan mengalir keluar antara selaput ketuban dengan dinding rahim. Jadi
perdarahan sudah ada sejak sebagian dari plasenta terlepas dan terus berlangsung sampai seluruh
plasenta lepas. Pelepasan DUNCAN terutama terjadi pada plasenta letak rendah.
b. Fase Pengeluaran Uri
Uri yang sudah lepas akan terdorong oleh kontraksi rahim ke SBR (segmen bawah rahim).
Hal ini di bantu pula oleh tekanan abdominal (mengejan, sehingga uri dapat dilahirkan, 20%

secara spontan dan selebihnya memerlukan pertolangan.

4) Inpartu Kala IV
Adalah kala pengawasan selama 1-2 jam setelah bayi dan uri lahir. Untuk mengamati
keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum.
Setelah plasenta lahir, kontraksi rahim tetap kuat dengan amplitudo 60 sampai 80 mmHg,
kekuatan kontraksi ini tidak diikuti oleh interval pembuluh darah tertutup rapat dan terjadi
kesempatan membentuk trombus. Melalui kontraksi yang kuat dan pembentukan trombus terjadi
penghentian pengeluaran darah post partum. Kekuatan his dapat dirasakan ibu saat menyusui
bayinya karena pengeluaran oksitosin oleh kelenjar hipofise posterior .
Tanda dan gejala kala IV : bayi dan plasenta telah lahir, tinggi fundus uteri 2 jari bawah
pusat.

Selama 2 jam pertama pascapersalinan :


Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan perdarahan yang terjadi setiap 15
menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua kala IV. Jika ada temua
yang tidak normal, lakukan observasi dan penilaian secara lebih sering.
Lamanya persalinan pada primigravida dan multigravida :
Primigravida Multigravida
Kala I 10 – 12 jam 6-8 jam
Kala II 1-1,5 jam 0,5-1 jam
Kala III 10 menit 10 menit
Kala IV 2 jam 2 jam
Jumlah (tanpa memasukkan kala IV 12-14 jam 8-10 jam
yang bersifat observasi)

4. Tujuan Asuhan Persalinan


Tujuan asuhan persalinan normal yaitu mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai
derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan
lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga
pada tingkat optimal. Dengan pendekatan pendekatan seperti ini berarti bahwa setiap intervensi
yang akan diaplikasikan dalam asuhan persalinan normal harus mempunyai alasan dan bukti
ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi tersebut bagi kemjuan dan keberhasilan proses
persalinan.
Praktek-praktek pencegahan yang akan dijelaskan pada asuhan persalinan normal
meliputi:
a. Mencegah infeksi secara konsisten dan sistematis
b. Memberikan asuhan rutin dan pemantauan selama persalinan dan setelah bayi lahir, termasuk
penggunaan partograf
c. Memberikan asuhan sayang ibu secara rutin selama persalinan, pasca persalinan dan nifas
d. Menyiapkan rujukan ibu bersalin atau bayinya
e. Menghindari tindakan-tindakan berlebihan atau berbahaya
f. Penatalaksanaan aktif kala III secara rutin
g. Mengasuh bayi baru lahir
h. Memberikan asuhan dan pemantauan ibu dan bayinya
i. Mengajarkan ibu dan keluarganya untuk mengenali secara dini bahaya yang mungkin terjadi
selama masa nifas pada ibu dan bayinya.
j. Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan.

Ada lima aspek dasar atau LIMA BENANG MERAH, yang penting dan saling terkait dalam
asuhan persalinan yang bersih dan aman. Berbagai aspek tersebut melekat pada setiap persalinan,
baik normal maupun patologis. LIMA BENANG MERAH tersebut adalah:
a. Membuat keputusan klinik
Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan digunakan untuk
merencanakan arahan bagi ibu dan bayi baru lahir. Tujuh langkah dalam dalam membuat
keputusan klinik:
1) Pengumpulan data utama dan relevan untuk membuat keputusan
2) Menginterpretasikan data dan mengidentifikasi masalah
3) Membuat diagnosis atau menentukan masalah yang terjadi
4) Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk mengatasi masalah
5) Menyusun rencana pemberian asuhan atau intervensiuntuk solusi masalah
6) Memantau dan mengevaluasi efektifitas asuhan atau intervensi
b. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan
keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasarnya adalah mengikutsertakan suami dan keluarga
selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Perhatian dan dukungan kepada ibu selama proses
persalinan akan mendapatkan rasa aman dan keluaran yang lebih baik. Juga mengurangi jumlah
persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum, cunam dan seksio sesar) dan persalinan akan
berlangsung lebih cepat Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan :
1) Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan memperlakukannya sesuai martabatnya
2) Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum memulai asuhan
tersebut
3) Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya
4) Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau khawatir
5) Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu
6) Memberikan dukungan, membesarkan hatinya dan menenteramkan perasaan ibu eserta anggota
keluarga yang lain
7) Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau anggota keluarga yang lain selama
persalinan dan kelahiran bayinya
8) Mengajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara memperhatikan dan mendukung ibu
selama persalinan dan kelahiran bayinya
9) Melakukan pencegahan infeksi yang baik secara konsisten
10) Menghargai privasi ibu
11) Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan kelahiran bayi
12) Menganjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila ia menginginkannya
13) Menghargai dan membolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak member pengaruh yang
merugikan
14) Menghindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan (episiotomi, pencukuran, dan
klisma)
15) Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera mungkin
16) Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah kelahiran bayi
17) Menyiapkan rencana rujukan (bila perlu)
18) Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik, bahan-bahan, perlengkapan dan
obat-obatan yang diperlukan. Siap melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran
bayi
c. Pencegahan infeksi Prinsip –prinsip pencegahan infeksi:
1) Setiap orang harus dianggap dapat menularkan penyakit
2) Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi
3) Permukaan benda di sekitar kita, peralatan atau benda-benda lainnya yang akan dan telah
bersentuhan dengan permukaan kulit yang tak utuh, lecet selaput mukosa atau darah harus
dianggap terkontaminasi , sehingga harus diproses secara benar
4) Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatanatau benda lainnya telah diproses maka semua
itu harus dianggaap masih terkontaminasi
5) Resiko infeksi tidak tidak bias dihilangkan secara total, tapi dapat dikurangi hingga sekecil
mungkin dengan mnerapkan tindakan-tindakan pencegahan infeksi secara benar dan konsisten.
d. Pencatatan (rekam medis) Aspek-aspek penting dalam pencatatan :
1) Tanggal dan waktu asuhan tersebut diberikan
2) Identifikasi penolong persalinan
3) Paraf atau tandatangan (dari penolong persalinan) pada semua catatan
4) Mencakup informasi yang berkaitan secara tepat,dicatat dengan jelas dan dapat dibaca
5) Ketersediaan sistem penyimpanan catatan atau data pasien
6) Kerahasiaan dokumen-dokumen medis
e. Rujukan Meskipun sebagian besar ibu menjalani persalinan normal namun sekitar 10-15 %
diantaranya akan mengalami masalah selama proses persalinan dan kelahiran sehingga perlu
dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan. Sangatlah sulit menduga kapan penyulit akan terjadi
sehingga kesiapan merujuk ibu dan/atau bayinya ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal
dan tepat waktu jika penyulit terjadi. Setiap tenaga penolong / fasilitas pelayanan harus
mengetahui lokasi fasilitas tujukan terdekat yang mampu melayani kegawatdaruratan obstetri
dan bayi baru lahir. Hal-hal yang penting dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu :
1) Bidan
2) Alat
3) Keluarga
4) Surat
5) Obat
6) Kendaraan
7) Uang
8) Darah

5. Tanda-tanda Persalinan
Ada sejumlah tanda dan gejala peringatan yang akan meningkatkan kesiagaan bahwa
seorang wanita sedang mendekati waktu bersalin. Wanita tersebut akan mengalami berbagai
kondisi berikut, mungkin semua atau malah tidak sama sekali. Dengan meningat tanda dan gejala
tersebut, akan terbantu ketika menangani wanita yang sedang hamil tua sehingga dapat
memberikan konseling dan bimbingan antisipasi yang tepat. Tanda dan gejala menjelang
persalinan antara lain:
a. Lightening
Lightening, yang dimulai dirasa kira-kira dua minggu sebelum persalinan, adalah penurunan
bagian presentasi bayi ke dalam pelvis minor. Pada presentasi sefalik, kepala bayi bisanya
menancap (engaged) setelah lightening, yang bisanya oleh wanita awam disebut “kepala bayi
sudah turun”. Sesak napas yang dirasakan sebelumnya selama trimester III akan berkurang,
penurunan kepala menciptakan ruang yang lebih besar di dalam abdomen atas untuk ekspansi
paru.
Lightening menimbulkan perasaan tidak nyaman yang lain akibat tekanan pada bagian
presentasi pada struktur di area pelvis minor. Hal-hal spesifik berikut akan dialami ibu:
1) Ibu jadi sering berkemih
2) Persaan tidak nyaman akibat tekanan panggul yang menyeluruh, yang membuat ibu merasa
tidak enak dan timbul sensasi terus menerus bahwa sesuatu perlu dikeluarkan atau perlu defekasi
3) Kram pada tungkai yang disebabkan oleh tekanan bagian presentasi pada saraf yang menjalar
melalui foramina iskiadika mayor dan menuju tungkai
4) Peningkatan statis vena yang menghasilkan edema dependen akibat tekanan bagian presentasi
pada pelvis minor menghambat aliran balik darah dari ektremitas bawah. Lightening
menyebabab kan tinggu fundus menurun ke posisi yang sama dengan posisi fundus pada usia
kehamilan 8 bulan. Pada kondisi ini Bidan tidak dapat lagi melakukan pemeriksaan ballotte pada
kepala janin yang mengalami yang sebelumnya dapat digerakkan di atas simpisis pada palpasi
abdomen. Pada Leopold IV jari jari Bidan yang sebelumnya merapat sekarang akan memisah
lebar. Pada primigravida bisanya lightening terjadi sebelum persalian. Hali ini kemungkina
disebabkan peningktan peningkatan intensitas kontraksi Braxton hicks dan tonus otot abdomen
yang baik, yang memang lebih sering ditemukan pada primigravida
b. Pollisakauria
Pada aksir bulan ke 9 hasil pemeriksaan didapatkan epigastrium kendor, fundus uteri lebih
rendah dari pada kedudukannya dan kepala janin sudah mulai masuk ke dalam pintu atas
panggul. Keadaan ini meyebabkan kandung kencing tertekan sehingga merangsang ibu untuk
sering kencing
c. False labor
Persalinan palsu Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri, yang
member pengaruh signifikan terhadap serviks. Kontraksi pada persalinan palsu sebenarnya
timbul akibat kontraksi bracston hicks yang tidak nyeri , yang telah terjadi sejak sekitar enam
minggu kehamilan. Persalinan palsu dapat terjadi selama berhari-hari atau secara inrermiten
bahkan tiga atau empat minggu sebelum awitan persalinan sejati. Persalinan palsu sangat nyeri
dan wanita dapat mengalami kurang tidur dan kehilangan energy dalam menghadapinya.
Bagaimanapun persalian palsu juga mengindikasikan bahwa persalinan sudah dekat
d. Perubahan cervix
Perubahan serviks Mendekati persalinan, serviks semakin “matang”. Kalau tadinya selama
hamil, serviks masih lunak, dengan konsistensi seperti pudding dan mengalami sedikit penipisan
(effacement) dan kemungkinan sedikut dilatasi. Perubahan serviks diduga terjadi akibat
peningkatan intensitas kontraksi Braxton hicks. Serviks menjadi matang selama periode yang
berbeda-beda sebelum persalinan. Kematangan serviks mengindikasikan kesiapan untuk
persalinan
e. Bloody show
Plak lendir disekresi sebagai hasil proliferasi kelenjar lender serviks pada awal kehamilan.
plak ini menjadi sawar pelindung dan menutup jalan lahir selama kehamilan. pengeluaran plak
lender inilah yang dimaksud dengan bloody show
f. Energy Spurt
Lonjakan energy Banyak wanita mengalami lonjakan energy kurang lebih 24 jam sampai 48
jam sebelum awitan persalinan. Ummunya para wanita ini merasa enerjik selama beberapa jam
sehingga bersemangat melakukan berbagai aktifitas diantaranya pekerjaan rumah tangga dan
berbagai tugas lain yang sebelumnya tidak mampu mereka alaksanakan. Akibatnya mereka
memasauki persalinan dalam keadaan letih dan sering sekali persalinan menjadi sulit dan lama.
Terjadinya lonjakan ebergy ini belum dapat dijelaskan selain bahwa hal tersebut terjadi secara
alamiah, yang memungkinkan wanita memperoleh energy yang diperlukan untuk menjalani
persalinan. Wanita harus diinformasikan tentang kemungkinan lonjakan energy ini dan diarahkan
untuk menahan diri dan menggunakannya untuk persalinan
g. Gangguan saluran cerna
Ketika tidak ada penjelasan yang tepat untuk diare, kesulitan mencerna, mual dan muntah.
Diduga hal-hal tersebut merupakan gejala menjelang persalinan walaupun belum ada penjelasan
untuk hal ini. Beberapa wanita mengalami satu atau beberapa gejala tersebut.

Anda mungkin juga menyukai