Anda di halaman 1dari 24

BAGIAN ILMU KESEHATAN BEDAH LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN JULI 2018


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

NEFROLITHIASIS

OLEH :

FAHYUNI FARAWATI ABMA


10542 0379 12

PEMBIMBING :
dr. Muhammad Rizal TJ, Sp.B

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

Definisi massa leher adalah pembesaran, pembengkakan atau pertumbuhan


abnormal diantara dasar tengkorak hingga klavikula. Massa leher pada pasien
dewasa harus dianggap ganas sampai terbukti sebaliknya. Massa leher yang bersifat
metastatis cenderung asimtomatik yang membesar perlahan-lahan. Gejala yang
terkait sering berhubungan dengan massa leher termasuk odinofagia, disfagia,
disfonia, otalgia dan penurunan berat badan.

Usia dan lokasi massa leher harus diperhatikan saat evaluasi. Secara umum
massa leher dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu inflammasi, neoplasma
dan kongenital. Pada pasien dibawah usia 15 tahun dan dewasa muda, inflamasi
adalah etiologi yang paing sering diikuti etiologi kengnital dan neoplasma. Usia
diatas 40 tahun, etiologi neoplasma menjadi yang paling sering diikuti inflamasi
dan kongenital. Lokasi massa leher sangan membantu untuk meyingkirkan
diagnosis banding.

Tumor leher ditemukan sekitar 3% dari keseluruhan kasus kanker y


ang ada di Amerika Serikat (dan sekitar 6% dari semua populasi kanker dunia pada
tahun 2002), dan sekitar 45.000 kasus kanker kepala dan leher didiagnosis pada
tahun 2004 Perbandingan dalam jenis kelamin wanita lebih banyak dari laki-laki =
3 : 1 dengan umur rata-rata 40-70 tahun. 60% penderita kebanyakan datang dengan
hanya satu keluhan, yaitu benjolan di daerah leher.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. ANATOMI
Leher adalah bagian tubuh yang terletak diantara inferior mandibula dan
linea nuchae superior (diatas), dan incsura jugularis dan tepi superior clavicula
(dibawah). Jaringan leher dibungkus oleh 3 fasia, fasia colli superfisialis
membungkus m.sternokleidomastoideus dan berlanjut ke garis tengah di leher
untuk bertemu dengan fasia sisi lain. Fasia colli media membungkus otot pretrakeal
dan bertemu pula dengan fasia sisi lain di garis tengah yang juga merupakan
pertemuan dengan fasia colli superfisialis. Kedorsal fasia colli media membungkus
a.carotis communis, v.jugularis interna dan n.vagus menjadi satu. Fasia colli
profunda membungkus m.prevertebralis dan bertemu ke lateral dengan fasia colli
lateral.2

Sekitar 75 buah kelenjar limfa terdapat pada setiap sisi leher, dan
kebanyakan berada pada rangkaian jugularis interna dan spinalis asesorius.
Rangkaian jugularis interna dibagi dalam kelompok superior, media dan inferior.
Kelompok kelenjar limfe yang lain adalah submental, submandibula, servikalis
superfisial, retrofaring, paratrakeal, spinal asesorius, skalenus anterior, dan
supraklavikula.

Gambar 1. Daerah Kelenjar Limfe Leher

3
Letak kelenjar limfa leher menurut Sloan Kattering Memorial Cancer Center
Classiffication dibagi dalam lima daerah (n) penyebaran kelompok kelenjar, yaitu:2

I. : Kelenjar yang terletak di segitiga submental dan submandibula.


II. : Kelenjar yang terletak di 1/3 (sepertiga) atas dan termasuk kelenjar
limfajugularis superior, dan kelenjar servikal posterior superior.
III. : Kelenjar limfa jugularis di antara bifurkasio karotis dan persilangan
m.omohioid dengan m. sternokleidomastoid dan batas posterior
m.sternokleidomastoid.
IV. : Grup kelenjar di daerah jugularis inferior dan supraklavikula.
V. : Kelenjar yang berada di segitiga posterior servikal

Gambar 2. Sistem Limfe Leher

Region I

a. Kelenjar limfa submental

Terletak pada segitiga submental di antara platisma dan m. omohioid di dalam


jaringan lunak. Pembuluh aferen menerima aliran limfa yang berasal dari dagu,
bibir bawah bagian tengah, pipi, gusi, dasar mulut bagian depan, dan 1/3 (sepertiga)
bagian bawah lidah. Sedangkan pembuluh darah eferen mengalirkan limfa ke

4
kelenjar limfa submandibula sisi homolateral atau kontra lateral, kadang-kadang
dapat langsung kerangkaian kelenjar limfa jugularis interna.2

b. Kelenjar limfa submandibula

Terletak di sekitar kelenjar liur submandibula dan di dalam kelenjar ludah nya
sendiri. Pembuluh aferen menerima aliran limfa yang berasal dari kelenjar
liursubmandibula, bibir atas, bagian lateral bibir bawah, rongga hidung, bagian
anterior rongga mulut, bagian medial kelopak mata, palatum mole, dan 2/3
(duapertiga) depan lidah. Pembuluh eferen mengalirkan limfa ke kelenjar limfa
jugularis interna superior.2

Region II

a. Kelenjar limfa jugularis superior

Kelenjar limfa jugularis superior menerima aliran limfa yang berasal dari daerah
palatum mole, tonsil, bagian posterior lidah, dasar lidah, sinus piriformis,
dansupraglotik laring. Juga menerima aliran limfa yang berasal dari kelenjar limfa
retrofaring, spinalis asesorius, parotis, servikalis superfisial, dan kelenjar
submandibula.2

b. Kelenjar limfa retrofaring

Kelenjar limfa retrofaring terletak diantara faring dan fasia prevertebrata, mulai
daridasar tengkorak sampai ke perbatasan leher dan toraks. Pembuluh aferen
menerima aliran limfa dari nasofaring, hipofaring, telinga tengah, dan tuba
eustachius. Sedangkan pembuluh eferen mengalirkan limfa ke kelenjar limfa
jugularis interna dan kelenjar limfa spinal asesorius bagian superior.2

Region III

a. Kelenjar limfa jugularis media

Kelenjar limfa jugularis media menerima aliran limfa yang berasal langsung dari
subglotik laring, sinus piriformis bagian inferior, dan daerah krikoid posterior. Juga

5
menerima aliran limfa yang berasal dari kelenjar limfa jugularis interna superior
dan kelenjar retrofaring bagian bawah.2

b. Kelenjar limfa paratrakea

Kelenjar limfa paratrakea menerima aliran limfa yang berasal dari laring bagian
bawah, hipofaring, esophagus bagian servikal, trakea bagian atas, dan tiroid.
Pembuluh eferen mengalirkan limfa ke kelenjar limfa jugularis interna inferior atau
kelenjar mediastinum superior.2

Region IV

Kelenjar limfa jugularis inferior.

Kelenjar limfa jugularis inferior menerima aliran limfa yang berasal langsung dari
glandula tiroid, trakea, esofagus bagian servikal. Juga menerima aliran limfa yang
berasal dari kelenjar limfa jugularis interna superior dan media, dan kelenjar limfa
paratrakea.2

Region V

a. Kelenjar limfa servikal superfisial

Terletak di sepanjang vena jugularis eksterna, menerima aliran limfa yang berasa
ldari kulit muka, sekitar kelenjar parotis, daerah retroaurikula, kelenjar parotis, dan
kelenjar limfa oksipital. Pembuluh eferen mengalirkan limfa ke kelenjar limfa
jugularis interna superior.2

b. Kelenjar limfa spinal asesorius

Terletak di sepanjang saraf spinal asesoris, menerima aliran limfa yang berasal dari
kulit kepala bagian parietal dan bagian belakang leher.2

Pembuluh darah arteri pada leher antara lain a.carotis communis (dilindungi
oleh vagina carotica bersama dengan v.jugularis interna dan n.vagus, setinggi cornu
superior cartilago thyroidea bercabang menjadi a.carotis interna dan a.carotis
externa), a.subclavia (bercabang menjadi a.vertebralis dan a.mammaria interna).
Pembuluh darah vena antaralain v.jugularis externa dan v.jugularis interna. Vasa

6
lymphatica meliputi nnll.cervicalis superficialis (berjalan sepanjang v.jugularis
externa) dan nnll.cervicalis profundi (berjalan sepanjang v.jugularisinterna).
Inervasi oleh plexus cervicalis, n.facialis, n.glossopharyngeus, dan n.vagus.3

Sistem aliran limfe leher penting untuk dipelajari karena hampir semua
bentuk radang atau keganasan kepala dan leher akan terlihat dan bermanifestasi ke
kelenjar limfe leher.3

B. DEFINISI

Definisi massa leher adalah pembesaran, pembengkakan atau pertumbuhan


abnormal diantara dasar tengkorak hingga klavikula. Setiap massa leher pada
pasien dewasa harus dianggap ganas sampai terbukti sebaliknya. Massa leher yang
bersifat metastatis cenderung asimtomatik yang membesar perlahan-lahan. Gejala
yang terkait sering berhubungan dengan massa leher termasuk odinofagia, disfagia,
disfonia, otalgia dan penurunan berat badan.1,2

Usia dan lokasi massa leher harus diperhatikan saat evaluasi. Secara umum
massa leher dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu inflammasi, neoplasma
dan kongenital. Pada pasien dibawah usia 15 tahun dan dewasa muda, inflamasi
adalah etiologi yang paing sering diikuti etiologi kengnital dan neoplasma. Usia
diatas 40 tahun, etiologi neoplasma menjadi yang paling sering diikuti inflamasi
dan kongenital. Lokasi massa leher sangan membantu untuk meyingkirkan
diagnosis banding.3

Setiap benjolan yang terdapat di leher harus dipikirkan akan kemungkinan


suatu keganasan atau metastasis dari tumor primer di tempat lain

C. EPIDEMIOLOGI

Tumor leher ditemukan sekitar 3% dari keseluruhan kasus kanker yang ada
di Amerika Serikat (dan sekitar 6% dari semua populasi kanker dunia pada tahun

7
2002), dan sekitar 45.000 kasus kanker kepala dan leher didiagnosis pada tahun
2004 Perbandingan dalam jenis kelamin wanita lebih banyak dari laki-laki = 3 : 1
dengan umur rata-rata 40-70 tahun. 60% penderita kebanyakan datang dengan
hanya satu keluhan, yaitu benjolan di daerah leher.4

Pada tahun 2003 di perkirakan bahwa kanker kepala dan leher akan terdiri
dari 2%-3% dari seluruh kanker di Amerika Serikat dan untuk 1%-2% dari semua
kematian kanker. Total ini mencakup 19.400 kasus kanker rongga mulut, 9500
kasus kanker laring dan 8300 kasus kanker faring. Kebanyakan pasien dengan
kanker kepala dan leher regional nodal kanker leher memiliki penyakit metastasis
pada saat diagnosis 43% dan metastasis dalam 10%.4

Kanker kepala dan leher mencakup berbagai kelompok tumor biasa yang
seringkali agresif dalam perilaku biologis mereka. Selain itu pasien dengan kanker
kepala dan leher sering berkembang menjadi tumor primer kedua. Tumor ini terjadi
pada tingkat tahunan sebesar 3%-7% dan 50%-75% dari kanker baru seperti terjadi
di saluran aerodigestive atas atau paru-paru.4

D. ETIOPATOLOGI

Pembengkakan pada leher dapat dibagi kedalam 3 golongan:5

1. Kelainan kongenital : kista dan fistel leher lateral dan median, seperti
hygroma collicysticum, kista dermoid
2. Inflamasi atau peradangan : limfadenitis sekunder karena inflamasi banal
(acne faciei,kelainan gigi dan tonsilitis) atau proses infamasi yang lebih
spesifik (tuberculosis, tuberculosis atipik, penyakit garukan kuku,
actinomikosis, toksoplasmosis). Disamping itu di leher dijumpai perbesaran
kelenjar limfe pada penyakit infeksi umum seperti rubella dan
mononukleosis infeksiosa.
3. Neoplasma : Lipoma, limfangioma, hemangioma dan paraganglioma
caroticum yang jarang terdapat (terutama carotid body; tumor glomus
caroticum) yang berasal dari paraganglion caroticum yang terletak di

8
bifurcatio carotis, merupakan tumor benigna. Selanjutnya tumor benigna
dari kutub bawah glandula parotidea, glandula submandibularis dan
kelenjar tiroid. Tumor maligna dapat terjadi primer di dalam kelenjar limfe
(limfoma maligna), glandula parotidea, glandula submandibularis, glandula
tiroidea atau lebih jarang timbul dari pembuluh darah, saraf, otot, jaringan
ikat, lemak dan tulang. Tumor maligna sekunder di leher pada umumnya
adalah metastasis kelenjar limfe suatu tumor epitelial primer disuatu tempat
didaerah kepaladan leher. Jika metastasis kelenjar leher hanya terdapat
didaerah supraclavikula kemungkinan lebuh besar bahwa tumor primernya
terdapat ditempat lain di dalamtubuh.

Gambar. Etiologi massa leher non-tiroid.4

E. KLASIFIKASI
Ketika memeriksa pasien dengan massa leher, pertimbangan pertama dokter
harus membedakan kelompok pasien usia anak (<15 tahun), dewasa muda (16-40
tahun), atau dewasa (<40 tahun umur). Dalam masing-masing kelompok, kejadian
penyakit bawaan, inflamasi, dan neoplastik harus diperhatikan karena sebagian besar
massa leher masuk ke dalam salah satu dari tiga kategori. Pasien anak umumnya
menunjukkan massa leher inflamasi lebih sering daripada kelainan bawaan dan
neoplasma. Insiden ini mirip dengan yang ditemukan pada orang dewasa muda.

9
Sebaliknya, pertimbangan pertama pada orang dewasa yang lebih tua harus selalu
neoplasia, kemudian massa inflamasi dan kelaianan bawaan.5,6

Pertimbangan berikutnya harus lokasi massa leher. Hal ini sangat penting
dalam diferensiasi kelainan bawaan karena mereka biasanya terjadi di lokasi yang khas.
Penyebaran karsinoma kepala dan leher karsinoma mirip dengan penyakit inflamasi,
umumnya mengikuti penyebaran limfatik. Penampilan dan lokasi massa leher
metastatik dapat menjadi kunci untuk mengidentifikasi tumor primer atau sumber
infeksi.6,10

10
F. JENIS TUMOR

Pada anak-anak, banyak disebabkan karena kelainan kongenital dan


peradangan antara lain hygroma kistik, tumor glomus caroticus, kista brankial, cold
abses, dan hemangioma Sehingga akan dibahas beberapa diagnosis tumor leher
yang sering mengenai anak pada bagian antero lateral.8

1) Kista Duktus Tiroglosus


Kelenjar tiroid pertama kali tampak sebagai diverticulum ventral
garis tengah dari dasar faring tepat di distal perlekatan arkus brankial
pertama dan kedua yang dikenal sebagai foramen sekum. Tiroid yang
berkembang pindah kedistal sepanjang saluran yang melewati ventral
korpus hyoid kemudian membelok dibawahnya dan turun sampai tingkat
kartilago krikoidea. Kista ductus triglosus merupakan sisa dari saluran ini
yang tertinggal. Oleh karena itu, biasanya merupakan kista yang terletak di
garis tengah yang ditemukan dimanasaja antara dasar lidah dan batas
superior kelenjar tiroid. 9
Pengobatan kista duktus triglosal terdiri dari eksisi yang sempurna
dari kista dan seluruh saluran duktus triglosus sampai foramen sekum pada
dasar lidah. Hubungan yang erat antara traktus dengan tulang hyoid
mengharuskan pengangkatan bagian tengah hyoid secara simultan untuk
meyakinkan pengangkatan saluran yang sempurna (peoedur Sistrunk).
Kegagalan untuk melakukan tindakan ini merupakan penyebab
kekambuhan yang paling sering. Lebih baik untuk mengobati kista
terinfeksi dengan antibiotic sampai peradangan berkurang sebelum eksisi.10

11
2) Kista brankial (Kista Bronkhiogenik)
Kelainan brankiogen dapat berupa fistel, kista dan tulang rawan
ektopik. Arkus brankialis ke-3 membentuk os.hioid, sedangkan arkus
brankialis ke-4 membentuk skelet laring yaitu rawan tiroid , krikoid, dan
aritenoid. Fistel cranial dari tulang hioid yang berhubungan dengan meatus
akutikus eksternus berasal dari celah brankialis pertama. Fistel antara fosa
tonsilaris ke pinggir depan m.sternokleidomastoideus berasal dari celah
brankialis kedua. Fistel yang masuk ke sinus pirifomis berasal dari celah
brankialis ketiga.2,10
Sinus dari celah brankialis keempat tiak pernah ditemukan. Sinus
atau fistel mungkin berupa saluran yang lengkap tau mungkin menutup
sebagian. Fistel brankial sisa celah brankialis ke-2 akan terdapat tepat di
depan m.sternokleidomastoideus. Bila penutupan terjadi sebagian, sisanya
dapat membentuk kista yang terletak agak tinggi di bawah sudut rahang.
Bila terbuka ke kulit akan menjadi fistel.
Pada anamnesa diketahui bahwa kista merupakan benjolan sejak
lahir. Fistel terletak di depan m.sternokleidomastoid dan mengeluarkan
cairan. Fistel yang buntu akan membengkak dan merah, atau merupakan
lekukan kecil yang dapat ditemukan unilateral atau bilateral. Pada palpasi,
sebelah kranial dari fistel teraba sebagai jaringan fibrotik bila leher
ditegangkan dengan cara menarik ke kaudal. Jaringan ini menuju ke kranio
dorsal sepanjang tepi depan m.stenokleidomastoid. Fistulografi mungkin
memperlihatkan masuknya bahan kontras ke faring. Kista dapat langsung
diekstirpasi, Fistel diisi bahan warna, kemudian dapat disi bahan pewarna.

12
3) Hygroma kistik (limfangioma)

Higroma merupakan Moist Tumor dan anomali dari sistem limfatik


yang ditandai dari single atau multiple kista pada soft tissue. Kebanyakan
(sekitar 75%) higroma kistik terdapat di daerah leher. Kelainan ini antara
lain juga dapa tditemukan di aksila, mediastinum dan region inguinalis.2,10

Higroma kistik merupakan benjolan yang berisi cairan yang jernih


atau keruh seperti cairan lympe yang diakibatkan oleh blok atau hambatan
pada system limpatik. System limpatik merupakan jaringan pembuluh yang
menyuplai cairan ke dalam pembuluh darah sebagai transport asam-asam
lemak dan sel-sel system immune. Higroma kistik dapat merupakan
kelainan congenital yang dibawa saat lahir ataupun yang terjadi pada masa
neonatus. Higroma kistik pada bayi dapat berlanjut ke keadaan hydrops
(peningkatan jumlah cairan di dalam tubuh) yang kadang-kadang dapat
menyebabkan kematian dan dapat menjadi sangat besar dibandingkan
dengan badan bayi/anak.2

Prevalensi

Belum banyak data yang menjelaskan, akan tetapi hygroma kistik


dapat terjadi antara 1,7:10000 atau sekitar 0,83 % kehamilan mempunyai
risiko terjadi anomaly. Higroma kistik ini dapat terjadi kira-kira 1 % pada
janin mulai umurkehamilan 9 minggu sampai 16 minggu. Kejadian pada
bayi sekitar 50 % - 65 %dan pada anak usia 2 tahun sekitar 80 % - 90 %.

13
Etiologi

Anyaman pembuluh limfe yang pertama kali terbentuk di


sekitarpembuluh vena mengalami dilatasi dan bergabung membentuk jala
yang di daerah tertentu akan berkembang menjadi sakus limfatikus. Pada
embrio usia 2 bulan, pembentukan sakus primitive telah sempurna. Bila
hubungan saluran kearahsentral tidak terbentuk maka timbullah
penimbunan cairan yang akhirnya membentuk kista berisi cairan. Hal ini
paling sering terjadi di daerah leher (higroma kistik koli). Kelainan ini dapat
meluas ke segala arah seperti ke jaringan sublingualis di mulut. Higroma
kistik dapat terjadi akibat beberapa factor antara lain:

1. Dapat disebabkan oleh infeksi karena virus selama masa kehamilan dan
penyalahgunaan zat, obat-obatan dan alkohol. Infeksi pavovirus merupakan
yang paling sering terjadi. Ketika virus menginfeksi ibu, maka virus akan
masuk ke dalam tubuh dan menyerang ke plasenta dan dapat menyebabkan
higroma pada janin.
2. Faktor genetik. Mayoritas higroma kistik yang ditemukan pada masa
prenatal banyak dihubungkan dengan Syndrom Turner, dimana terjadi
abnormalitas pada wanita yang mempunyai satu kromosom X dibanding
yang mempunyai dua kromosom X. abnormalitas kromosom termasuk
trisome 13, 18, 21 dan 47XXY juga dapat menyebabkan higroma kistik.

Patologi dan gambaran klinik

Pada mulanya bagian dalam kista dilapisi oleh selapis sel endotel dan berisi
cairan jernih kekuningan yang sesuai dengan cairan limfe. Pada permukaan
ditemukan kista besar yang makin ke dalam menjadi makin kecil seperti buih sabun.
Higroma kistik dapat mencapai ukuran yang besar dan menyusup ke otot leher dan
daerah sekitarnya seperti faring, laring, mulut dan lidah. Yang terakhir dapat
menyebabkan makroglosia. Keluhan adalah adanya benjolan di leher yang telah
lama atau sejak lahir tanpa nyeri atau keluhan lain. Benjolan ini berbentuk kistik,

14
berbenjol-benjol dan lunak. Permukaannya halus, lepas dari kulit dan sedikit
melekat pada jaringan dasar. Kebanyakan terletak di regio trigonum posterior
koli.2,7

Sebagai tanda khas, pada pemeriksaan transiluminasi positif tampak terang


sebagai jaringan diafan (tembus cahaya). Benjolan ini jarang menimbulkan gejala
akut, tetapi suatu saat dapat cepat membesar karena radang dan menimbulkan gejala
gangguan pernafasan akibat pendesakan saluran nafas seperti trakea, orofaring
maupun laring. Bila terjadi perluasan ke arah mulut dapat timbul gangguan
menelan. Perluasan ke aksila dapat menyebabkan penekanan pleksus brakialis
dengan berbagai gejala neurologik. Stadium tumor dapat di bedakan menjadi 5
stage menurut De Serres, yaitu:2,7

 Stage I : Unilateral infrahyoid (17 % complication rate)


 Stage II : Unilateral suprahyoid (41 % complication rate)
 Stage III :Unilateral and both infrahyoid and suprahyoid (67 %
complicationrate)
 Stage IV : Bilateral suprahyoid (80 % complication rate)
 Stage V : Bilateral infrahyoid and suprahyoid (100 % complication rate)

Penunjang diagnostik dan penatalaksanaan

 CT Scan leher untuk melihat batas area tumor


 MRI dapat dilakukan dan lebih detail disbanding CT Scan
 Foto leher untuk melihat deviasi tulang servikal akibat desakan tumor
 Penatalaksanaan berupa eksisi total merupakan pilihan utama. Pembedahan
dimaksudkan untuk mengambil keseluruhan massa kista. Tetapi bila
tumorbesar dan telah menyusup ke organ penting seperti trakea, esofagus
atau pembuluh darah, ekstirpasi total sulit dikerjakan. Maka penanganannya
cukup dengan pengambilan sebanyak-banyaknya kista. Kemudian pasca
bedah dilakukan infiltrasi bleomisin subkutan untuk mencegah kambuhan.
Pembedahan sebaiknya dilakukan setelah proide neonatus karena mortalitas
akibat pembedahan pada periode neonatus cukup tinggi.

15
4) Cold abses
Merupakan suatu abses yang umumnya berhubungan dengan
tuberculosis. Perkembangannya sangat lambat dimana terjadi inflamasi
ringan, dan berubah menjadi nyeri hanya ketika terjadi tekanan pada daerah
sekitar. Tipe abses ini mungkin dapat muncul dimanapun bagian tubuh
tetapi terutama ditemukan pada tulang belakang, panggul, nodus limfatik,
atau daerah genital.
Pada gambaran radiology mungkin memberikan gambaran adanya
erosi tulang lokal pada abses atau adanya perluasan kompresi pada organ.
Alat sinogram akan didemonstrasikan pada abses. Ultrasonografi sangat
berguna untuk menunjukkan adanya pembesaran musculus psoas
ditunjukkkan dengan gambaran hypoechogenic, tapi ini bukan hasil yang
akurat dibandingkan hasil yang ditunjukkan oleh CT-scan, sementara itu
MRI dapat, menunjukkan proses multiple lebih lanjut dan dapat di evaluasi.
Meskipun abses primer pada psoas jarang dijumpai pada anak-anak di
Negara berkembang akan tetapi tidak jarang kita menemukan di negara
tropis dan subtropis dengan kondisi sosial-ekonomi yang lemah.
Staphylococcus aureus adalah jenis bakteri di lingkungan yang sering
menimbulkan adanya infeksi.
Dimana pada anak-anak dijumpai keluhan pireksia, nyeri pada
region flank serta keluhan lain pada panggul. Abses pada psoas dapat joga
merupakan masalah sekunder yang berhubungan dengan spondylitis
tuberculosa atau berhubungan dengan penyakit infeksi pada usus.
Sedangkan abses primer biasa ditemukan pada pasien dengan penyakit
sickle cell,drug user, immunocompromised individuals dan penyandang
HIV positif.

16
5) Hemangioma
Hemangioma adalah suatu tumor jaringan lunak / tumor vaskuler
jinak akibat proliferasi (pertumbuhan yang berlebih) dari pembuluh darah
yang tidak normal dan dapat terjadi pada setiap jaringan pembuluh darah.
Hemangioma muncul di setiap tempat seperti kepala, leher, muka, kaki atau
dada. Seringkali hemangioma bisa berada di superfisial dan di dalam kulit.
10

Hemangioma memiliki diameter beberapa milimeter sampai


beberapa sentimeter. Hemangioma bersifat solid, tapi sekitar 20%
mempunyai pengaruh pada bayi dengan lesi yang multiple. Jarang sekali
hemangioma menunjukkan pertumbuhan tumor pada saat lahir. Walaupun
perjalanan penyakit dari hemangioma sudah diketahui, sangat sulit untuk
memprediksi durasi dari pertumbuhan dan fase involusi untuk setiap
individu. Superfisial hemangioma biasanya mencapai ukuran yang
maksimal sekitar 6-8 bulan, tapi hemangioma yang lebih dalam mungkin
berproliferasi untuk 12-14 bulan.
Gambaran klinis umum ialah adanya bercak merah yang timbul
sejak lahir atau beberapa saat setelah lahir, pertumbuhannya relatif cepat
dalam beberapa minggu atau beberapa bulan; warnanya merah terang bila
jenis strawberry atau biru bila jenis kavernosa. Bila besar maksimum sudah
tercapai, biasanya pada umur 9-12 bulan, warnanya menjadi merah gelap.

17
6) Limfoma Malignum
Limfoma adalah keganasan jaringan limfoid yang ditandai oleh proliferasi
sel limfoid atau precursornya dan merupakan keganansan nonephitelial
yang paling sering terjadi. Ada dua jenis utama dari limfoma : Limfoma
Hodgkin dan Non Hodgkin. Kelenjar getah bening sendiri cenderung lebih
lunak, licin, lebih elastic, dan lebih mudah digerakkan dari pada kelenjar
pada karsinoma metastatic. Pertumbuhan yang cepat biasanya terjadipada
limfoma non Hodgkin. Daerah diluar kelenjar getah bening, khususnya
cincin Weldeyer, seringkali terkena pada limfoma non-Hodgkin, dan
pembesaran pada daerah ini merupakan petunjuk pada diagnosis penyakit
ini.10
Diagnosis yang sempurna membutuhkan biopsy eksisi kelenjar
getah bening yang utuh. Aspirasi jarum halus saja tidak cukup. Pengobatan
yang menggunakan terapi radiasi dan/kemoterapi tergantung pada jenis
patologik dan stadium klinik penyakit.

18
7) Tumor Badan Karotis
Tumor ini merupakan salah satu dari kelompok tumor yang dikenal
sebagai kemodektoma yang berasal dari jaringan kemoreseptif kepala dan
leher. Tumor ini tampak sebagai massa yang keras, bulat, tumbuhnya lambat
pada bifukartio karotis.9,10
Diagnosis dapat dibuat berdasarkan CT Scan/arteriografi, yang akan
memberikan gambaran massa yang kaya dengan pembuluh darah yang khas
pada bifukarsio karotis. Biopsy sebaiknya dihindari. Tumor ini jarang
menjadi ganas tetapi sebaiknya diangkat pada individu yang masih muda
dan sehat untuk menghindari pertumbuhan selanjutnya.

8) Tumor Tiroid
Neoplasma tiroid, baik jinak maupun ganas, adalah penyebab utama
massa leher kompartemen anterior di semua kelompok usia dan bersama
dengan metastasis kelenjar getah bening. Metastasis kelenjar getah bening
adalah gejala awal pada sekitar 15% kasus karsinoma papilar.10

19
Nodul tiroid yang jinak paling sering terjadi pada umur 30 ¬-50
tahun. Apabila nodul dijumpai pada umur < 20 tahun, 20-70% adalah ganas,
demikian juga kalau umur > 50 tahun. Adanya gejala lokal suara parau dan
disfagi biasanya dapat merupakan petunjuk adanya sifat invasif suatu
keganasan tiroid. Suatu nodul tiroid yang sudah bertahun-tahun besarnya
tetap biasanya jinak, akan tetapi apabila berubah menjadi membesar dalam
waktu yang singkat (bulan/minggu) maka perlu diwaspadai berubah
menjadi ganas. Lakukan pemeriksaan sistematis (urut dari atas ke bawah),
simetris (bandingkan kanan dan kiri), simultan (kanan dan kiri bersamaan ),
seksama dan jangan lupa melihat kepala bagian belakang. Secara rutin harus
dievalusi juga keadaan kelenjar getah bening lehernya, adakah pembesaran,
lakukan evaluasi tersebut secara sistematis pula.
Pada penyakit ini dapat disertai pembesaran tiroid dengan fungsi
normal (eutiroid), berkurang (hipotiroid) atau meningkat (hipertiroid). Bila
disertai dengan fungsi berkurang atau meningkat biasanya gambaran
klinisnya jelas, sehingga diagnosis agak mudah ditegakkan.
Pemeriksaan hormon tiroid dan TSH paling sering menggunakan
radioimmuno-assay (RIA) dan cara enzyme-linked immunoassay (ELISA)
dalam serum atau plasma darah. Pemeriksaan T4 total ( TT4) dikerjakan
pada semua penderita dengan penyakit tiroid. T3 total ( TT3 ) sangat
membantu untuk hipertiroid dan TSH sangat diperlukan untuk mengetahui
hipotiroid. Dengan foto rontgen dapat memperjelas adanya deviasi trakea,
atau pembesaran struma retrosternal yang pada umumnya secara klinis
sudah bisa kita duga, foto rontgen leher posisi antero posterior dan posisi
lateral diperlukan untuk evaluasi kondisi jalan nafas. Adanya kalsifikasi
halus pada struma menunjukkan karsinoma papiler sedang kalsifikasi yang
kasar bisa terdapat pada endemik goiter yang lanjut atau juga bisa pada
karsinoma meduler.10
Prinsip sidik tiroid adalah daerah dengan fungsi yang lebih aktif
akan menangkap radioaktivitas yang lebih tinggi. Radioisotop yang umum
digunakan dalam bidang tiroidologi adalah I131, I123, I125, Tc99m

20
pertechnetate. Radiasi gamma digunakan untuk diagnostik, sedangkan
radiasi beta hanya penting untuk terapi. USG, scan tiroid, dan tes fungsi
tiroid harus dilakukan untuk pasien yang memiliki massa leher
kompartemen anterior yang bergerak saat menelan. Massa tiroid ditemukan
kistik dengan USG harus diaspirasi. Lesi padat harus dilakukan tes nuklir
(T3,fT4, TSH). Sekitar 20-25% dari nodul dingin soliter akan terbukti
kistik, dan sekitar 20-25% adalah kanker. FNAB awal massa tiroid dapa
dilakukan tanpa tes nuklir dan USG, dan hal ini telah menjadi standar
diagnosis karena menghasilkan diagnosis yang lebih cepat, ekonomis, dan
definitif untuk sifat massa tiroid.10

G. DIAGNOSIS
Langkah diagnostik yang paling penting adalah pemeriksaan fisik kepala
dan leher. Inspeksi dan palpasi adalah komponen yang paling penting dari
pemeriksaan fisik. Hal ini membantu menentukan lokasi massa sesuai dengan
daerah limfatik, ukuran lesi dan hubungannya dengan struktur sekitarnya (terfiksasi
atau tidak terfiksasi), konsistensi massa, dan berdenyutan atau bruit.10
Massa leher berdenyut, bruit atau thrill, ultrasonografi dapat dilakukan
untuk membedakan masalah vaskular degeneratif (misalnya aneurisma) dari
kondisi neoplastik (misalnya, glomus dan tumor karotis). Ultrasonografi juga dapat
membantu untuk membedakan massa yang solid dan kistik, atau kista brankialis
bawaan dan kista tiroglosus dari kelenjar getah bening yang solid, tumor
neurogenik, dan ektopik.10
Pada pasien yang memiliki massa leher yang membingungkan namun
diduga memiliki proses inflamasi, terapi antibiotik dan observasi, tidak lebih dari 2
minggu, dapat diterima sebagai uji klinis. Jika massa tersebut terus-menerus atau
meningkat dalam ukuran setelah pemberian antibiotik, pemeriksaan tambahan lain
diperlukan. Biopsi dengan pemeriksaan patologi adalah tes diagnostik definitif.
Biopsi terbuka harus dilakukan, namun hanya setelah dokter telah melakukan
pemeriksaan kepala dan leher lengkap dengan menggunakan metode langsung dan

21
tidak langsung dan telah melakukan awal biopsi aspirasi jarum halus (FNAB), yang
merupakan standar perawatan untuk biopsi awal.10

Gambar. Evaluasi dan manajemen massa leher pada pasien dewasa.2

22
Pemeriksaan diagnostik dan tes untuk massa pada kepala dan leher :10
1. Pemeriksaan fisik: Diulang; yang paling penting

2. Radionucleotide scanning: pada lesi kompartemen leher anterior;


membantu dalam lesi tiroid dan melokalisasi lesi berada dalam kelenjar
ludah. PET scan dapat membantu mengidentifikasi metastasis jauh.

3. Ultrasonografi: Untuk membedakan solid dari massa kistik; sangat


berguna dalam kista kongenita, dapat juga berguna untuk lesi vaskular

4. Arteriografi: Untuk lesi vaskular dan tumor yang menmpel pada arteri
karotis Sialografi: Untuk mendiagnosa sialadenopati atau untuk mencari
massa dalam atau di luar kelenjar ludah.

5. CTscan dan MRI: membedakan kista dari lesi padat, mengetahui lokasi
massa dalam atau di luar kelenjar, menjelaskan hubungan anatomi

6. X-ray: Jarang membantu dalam membedakan massa leher

7. Antibiotik: uji klinis untuk kecurigaan inflamasi, pemeriksaan lanjutan


jika massa masih ada.

8. Kultur dan sensitivitas: jaringan inflamasi pada biopsi terbuka

9. Tes kulit: Digunakan bila lesi inflamasi kronis atau granulomatosa

10. Jarum biopsi: standar emas dalam diagnosis massa leher; menggunakan
jarum kecil halus; mendapatkan jaringan limfoid.

11. Endoskopi dan biopsi: Untuk mengidentifikasi tumor primer sebagai


sumber metastasis; digunakan dalam semua pasien yang diduga menderita
neoplasia

12. Biopsi terbuka: Gunakan hanya setelah semua pemeriksaan dilakukan dan
jika diagnosis tidak jelas, spesimen untuk pemeriksaan patologi.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Roseman B, Clark O. Neck Mass. Dalam: Souba WW, Fink MP, Kaiser LR,
Surgeons ACo, Pearce WH, penyunting. ACS surgery: principles &
practice.Edisi ke Chicago: WebMD Professional Pub.; 2007.

2. Adam,Boies, Higler. Boies Buku Ajar Penyakit THT edisi 6.1997. Jakarta :
EGC.

3. Soepardi, Efiaty Arsyad dkk, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher edisi 5. 2006. FK UI.

4. De jong, Sjamsuhidajat. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 3. 2002. Jakarta: EGC.

5. Sherwood,Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistim. 2001. Jakarta :


EGC.

6. Lalwani A. CURRENT Diagnosis & Treatment Otolaryngology--Head and


Neck Surgery, Third Edition.Edisi.: Mcgraw-hill; 2011.

7. Stewart MG, Selesnick SH. Differential Diagnosis in Otolaryngology: Head


and Neck Surgery.Edisi.: Thieme; 2011.

8. Doherty G. CURRENT Diagnosis and Treatment Surgery: Thirteenth


Edition.Edisi ke 13. Michigan: McGraw-Hill Education; 2009.

9. Fowler JC, Marovich R, Johnson JT. Evaluating a neck mass: narrowing the
differential diagnosis. Jaapa. 2012;25(3):30-5.

10. Popescu B, Ene P, Bertesteanu SV, Ene R, Cirstoiu C, Popescu CR. Methods
of investigating metastatic lymph nodes in head and neck cancer. Maedica.
2013;8(4):384-7.

24

Anda mungkin juga menyukai