NEFROLITHIASIS
OLEH :
PEMBIMBING :
dr. Muhammad Rizal TJ, Sp.B
1
BAB I
PENDAHULUAN
Usia dan lokasi massa leher harus diperhatikan saat evaluasi. Secara umum
massa leher dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu inflammasi, neoplasma
dan kongenital. Pada pasien dibawah usia 15 tahun dan dewasa muda, inflamasi
adalah etiologi yang paing sering diikuti etiologi kengnital dan neoplasma. Usia
diatas 40 tahun, etiologi neoplasma menjadi yang paling sering diikuti inflamasi
dan kongenital. Lokasi massa leher sangan membantu untuk meyingkirkan
diagnosis banding.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. ANATOMI
Leher adalah bagian tubuh yang terletak diantara inferior mandibula dan
linea nuchae superior (diatas), dan incsura jugularis dan tepi superior clavicula
(dibawah). Jaringan leher dibungkus oleh 3 fasia, fasia colli superfisialis
membungkus m.sternokleidomastoideus dan berlanjut ke garis tengah di leher
untuk bertemu dengan fasia sisi lain. Fasia colli media membungkus otot pretrakeal
dan bertemu pula dengan fasia sisi lain di garis tengah yang juga merupakan
pertemuan dengan fasia colli superfisialis. Kedorsal fasia colli media membungkus
a.carotis communis, v.jugularis interna dan n.vagus menjadi satu. Fasia colli
profunda membungkus m.prevertebralis dan bertemu ke lateral dengan fasia colli
lateral.2
Sekitar 75 buah kelenjar limfa terdapat pada setiap sisi leher, dan
kebanyakan berada pada rangkaian jugularis interna dan spinalis asesorius.
Rangkaian jugularis interna dibagi dalam kelompok superior, media dan inferior.
Kelompok kelenjar limfe yang lain adalah submental, submandibula, servikalis
superfisial, retrofaring, paratrakeal, spinal asesorius, skalenus anterior, dan
supraklavikula.
3
Letak kelenjar limfa leher menurut Sloan Kattering Memorial Cancer Center
Classiffication dibagi dalam lima daerah (n) penyebaran kelompok kelenjar, yaitu:2
Region I
4
kelenjar limfa submandibula sisi homolateral atau kontra lateral, kadang-kadang
dapat langsung kerangkaian kelenjar limfa jugularis interna.2
Terletak di sekitar kelenjar liur submandibula dan di dalam kelenjar ludah nya
sendiri. Pembuluh aferen menerima aliran limfa yang berasal dari kelenjar
liursubmandibula, bibir atas, bagian lateral bibir bawah, rongga hidung, bagian
anterior rongga mulut, bagian medial kelopak mata, palatum mole, dan 2/3
(duapertiga) depan lidah. Pembuluh eferen mengalirkan limfa ke kelenjar limfa
jugularis interna superior.2
Region II
Kelenjar limfa jugularis superior menerima aliran limfa yang berasal dari daerah
palatum mole, tonsil, bagian posterior lidah, dasar lidah, sinus piriformis,
dansupraglotik laring. Juga menerima aliran limfa yang berasal dari kelenjar limfa
retrofaring, spinalis asesorius, parotis, servikalis superfisial, dan kelenjar
submandibula.2
Kelenjar limfa retrofaring terletak diantara faring dan fasia prevertebrata, mulai
daridasar tengkorak sampai ke perbatasan leher dan toraks. Pembuluh aferen
menerima aliran limfa dari nasofaring, hipofaring, telinga tengah, dan tuba
eustachius. Sedangkan pembuluh eferen mengalirkan limfa ke kelenjar limfa
jugularis interna dan kelenjar limfa spinal asesorius bagian superior.2
Region III
Kelenjar limfa jugularis media menerima aliran limfa yang berasal langsung dari
subglotik laring, sinus piriformis bagian inferior, dan daerah krikoid posterior. Juga
5
menerima aliran limfa yang berasal dari kelenjar limfa jugularis interna superior
dan kelenjar retrofaring bagian bawah.2
Kelenjar limfa paratrakea menerima aliran limfa yang berasal dari laring bagian
bawah, hipofaring, esophagus bagian servikal, trakea bagian atas, dan tiroid.
Pembuluh eferen mengalirkan limfa ke kelenjar limfa jugularis interna inferior atau
kelenjar mediastinum superior.2
Region IV
Kelenjar limfa jugularis inferior menerima aliran limfa yang berasal langsung dari
glandula tiroid, trakea, esofagus bagian servikal. Juga menerima aliran limfa yang
berasal dari kelenjar limfa jugularis interna superior dan media, dan kelenjar limfa
paratrakea.2
Region V
Terletak di sepanjang vena jugularis eksterna, menerima aliran limfa yang berasa
ldari kulit muka, sekitar kelenjar parotis, daerah retroaurikula, kelenjar parotis, dan
kelenjar limfa oksipital. Pembuluh eferen mengalirkan limfa ke kelenjar limfa
jugularis interna superior.2
Terletak di sepanjang saraf spinal asesoris, menerima aliran limfa yang berasal dari
kulit kepala bagian parietal dan bagian belakang leher.2
Pembuluh darah arteri pada leher antara lain a.carotis communis (dilindungi
oleh vagina carotica bersama dengan v.jugularis interna dan n.vagus, setinggi cornu
superior cartilago thyroidea bercabang menjadi a.carotis interna dan a.carotis
externa), a.subclavia (bercabang menjadi a.vertebralis dan a.mammaria interna).
Pembuluh darah vena antaralain v.jugularis externa dan v.jugularis interna. Vasa
6
lymphatica meliputi nnll.cervicalis superficialis (berjalan sepanjang v.jugularis
externa) dan nnll.cervicalis profundi (berjalan sepanjang v.jugularisinterna).
Inervasi oleh plexus cervicalis, n.facialis, n.glossopharyngeus, dan n.vagus.3
Sistem aliran limfe leher penting untuk dipelajari karena hampir semua
bentuk radang atau keganasan kepala dan leher akan terlihat dan bermanifestasi ke
kelenjar limfe leher.3
B. DEFINISI
Usia dan lokasi massa leher harus diperhatikan saat evaluasi. Secara umum
massa leher dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu inflammasi, neoplasma
dan kongenital. Pada pasien dibawah usia 15 tahun dan dewasa muda, inflamasi
adalah etiologi yang paing sering diikuti etiologi kengnital dan neoplasma. Usia
diatas 40 tahun, etiologi neoplasma menjadi yang paling sering diikuti inflamasi
dan kongenital. Lokasi massa leher sangan membantu untuk meyingkirkan
diagnosis banding.3
C. EPIDEMIOLOGI
Tumor leher ditemukan sekitar 3% dari keseluruhan kasus kanker yang ada
di Amerika Serikat (dan sekitar 6% dari semua populasi kanker dunia pada tahun
7
2002), dan sekitar 45.000 kasus kanker kepala dan leher didiagnosis pada tahun
2004 Perbandingan dalam jenis kelamin wanita lebih banyak dari laki-laki = 3 : 1
dengan umur rata-rata 40-70 tahun. 60% penderita kebanyakan datang dengan
hanya satu keluhan, yaitu benjolan di daerah leher.4
Pada tahun 2003 di perkirakan bahwa kanker kepala dan leher akan terdiri
dari 2%-3% dari seluruh kanker di Amerika Serikat dan untuk 1%-2% dari semua
kematian kanker. Total ini mencakup 19.400 kasus kanker rongga mulut, 9500
kasus kanker laring dan 8300 kasus kanker faring. Kebanyakan pasien dengan
kanker kepala dan leher regional nodal kanker leher memiliki penyakit metastasis
pada saat diagnosis 43% dan metastasis dalam 10%.4
Kanker kepala dan leher mencakup berbagai kelompok tumor biasa yang
seringkali agresif dalam perilaku biologis mereka. Selain itu pasien dengan kanker
kepala dan leher sering berkembang menjadi tumor primer kedua. Tumor ini terjadi
pada tingkat tahunan sebesar 3%-7% dan 50%-75% dari kanker baru seperti terjadi
di saluran aerodigestive atas atau paru-paru.4
D. ETIOPATOLOGI
1. Kelainan kongenital : kista dan fistel leher lateral dan median, seperti
hygroma collicysticum, kista dermoid
2. Inflamasi atau peradangan : limfadenitis sekunder karena inflamasi banal
(acne faciei,kelainan gigi dan tonsilitis) atau proses infamasi yang lebih
spesifik (tuberculosis, tuberculosis atipik, penyakit garukan kuku,
actinomikosis, toksoplasmosis). Disamping itu di leher dijumpai perbesaran
kelenjar limfe pada penyakit infeksi umum seperti rubella dan
mononukleosis infeksiosa.
3. Neoplasma : Lipoma, limfangioma, hemangioma dan paraganglioma
caroticum yang jarang terdapat (terutama carotid body; tumor glomus
caroticum) yang berasal dari paraganglion caroticum yang terletak di
8
bifurcatio carotis, merupakan tumor benigna. Selanjutnya tumor benigna
dari kutub bawah glandula parotidea, glandula submandibularis dan
kelenjar tiroid. Tumor maligna dapat terjadi primer di dalam kelenjar limfe
(limfoma maligna), glandula parotidea, glandula submandibularis, glandula
tiroidea atau lebih jarang timbul dari pembuluh darah, saraf, otot, jaringan
ikat, lemak dan tulang. Tumor maligna sekunder di leher pada umumnya
adalah metastasis kelenjar limfe suatu tumor epitelial primer disuatu tempat
didaerah kepaladan leher. Jika metastasis kelenjar leher hanya terdapat
didaerah supraclavikula kemungkinan lebuh besar bahwa tumor primernya
terdapat ditempat lain di dalamtubuh.
E. KLASIFIKASI
Ketika memeriksa pasien dengan massa leher, pertimbangan pertama dokter
harus membedakan kelompok pasien usia anak (<15 tahun), dewasa muda (16-40
tahun), atau dewasa (<40 tahun umur). Dalam masing-masing kelompok, kejadian
penyakit bawaan, inflamasi, dan neoplastik harus diperhatikan karena sebagian besar
massa leher masuk ke dalam salah satu dari tiga kategori. Pasien anak umumnya
menunjukkan massa leher inflamasi lebih sering daripada kelainan bawaan dan
neoplasma. Insiden ini mirip dengan yang ditemukan pada orang dewasa muda.
9
Sebaliknya, pertimbangan pertama pada orang dewasa yang lebih tua harus selalu
neoplasia, kemudian massa inflamasi dan kelaianan bawaan.5,6
Pertimbangan berikutnya harus lokasi massa leher. Hal ini sangat penting
dalam diferensiasi kelainan bawaan karena mereka biasanya terjadi di lokasi yang khas.
Penyebaran karsinoma kepala dan leher karsinoma mirip dengan penyakit inflamasi,
umumnya mengikuti penyebaran limfatik. Penampilan dan lokasi massa leher
metastatik dapat menjadi kunci untuk mengidentifikasi tumor primer atau sumber
infeksi.6,10
10
F. JENIS TUMOR
11
2) Kista brankial (Kista Bronkhiogenik)
Kelainan brankiogen dapat berupa fistel, kista dan tulang rawan
ektopik. Arkus brankialis ke-3 membentuk os.hioid, sedangkan arkus
brankialis ke-4 membentuk skelet laring yaitu rawan tiroid , krikoid, dan
aritenoid. Fistel cranial dari tulang hioid yang berhubungan dengan meatus
akutikus eksternus berasal dari celah brankialis pertama. Fistel antara fosa
tonsilaris ke pinggir depan m.sternokleidomastoideus berasal dari celah
brankialis kedua. Fistel yang masuk ke sinus pirifomis berasal dari celah
brankialis ketiga.2,10
Sinus dari celah brankialis keempat tiak pernah ditemukan. Sinus
atau fistel mungkin berupa saluran yang lengkap tau mungkin menutup
sebagian. Fistel brankial sisa celah brankialis ke-2 akan terdapat tepat di
depan m.sternokleidomastoideus. Bila penutupan terjadi sebagian, sisanya
dapat membentuk kista yang terletak agak tinggi di bawah sudut rahang.
Bila terbuka ke kulit akan menjadi fistel.
Pada anamnesa diketahui bahwa kista merupakan benjolan sejak
lahir. Fistel terletak di depan m.sternokleidomastoid dan mengeluarkan
cairan. Fistel yang buntu akan membengkak dan merah, atau merupakan
lekukan kecil yang dapat ditemukan unilateral atau bilateral. Pada palpasi,
sebelah kranial dari fistel teraba sebagai jaringan fibrotik bila leher
ditegangkan dengan cara menarik ke kaudal. Jaringan ini menuju ke kranio
dorsal sepanjang tepi depan m.stenokleidomastoid. Fistulografi mungkin
memperlihatkan masuknya bahan kontras ke faring. Kista dapat langsung
diekstirpasi, Fistel diisi bahan warna, kemudian dapat disi bahan pewarna.
12
3) Hygroma kistik (limfangioma)
Prevalensi
13
Etiologi
1. Dapat disebabkan oleh infeksi karena virus selama masa kehamilan dan
penyalahgunaan zat, obat-obatan dan alkohol. Infeksi pavovirus merupakan
yang paling sering terjadi. Ketika virus menginfeksi ibu, maka virus akan
masuk ke dalam tubuh dan menyerang ke plasenta dan dapat menyebabkan
higroma pada janin.
2. Faktor genetik. Mayoritas higroma kistik yang ditemukan pada masa
prenatal banyak dihubungkan dengan Syndrom Turner, dimana terjadi
abnormalitas pada wanita yang mempunyai satu kromosom X dibanding
yang mempunyai dua kromosom X. abnormalitas kromosom termasuk
trisome 13, 18, 21 dan 47XXY juga dapat menyebabkan higroma kistik.
Pada mulanya bagian dalam kista dilapisi oleh selapis sel endotel dan berisi
cairan jernih kekuningan yang sesuai dengan cairan limfe. Pada permukaan
ditemukan kista besar yang makin ke dalam menjadi makin kecil seperti buih sabun.
Higroma kistik dapat mencapai ukuran yang besar dan menyusup ke otot leher dan
daerah sekitarnya seperti faring, laring, mulut dan lidah. Yang terakhir dapat
menyebabkan makroglosia. Keluhan adalah adanya benjolan di leher yang telah
lama atau sejak lahir tanpa nyeri atau keluhan lain. Benjolan ini berbentuk kistik,
14
berbenjol-benjol dan lunak. Permukaannya halus, lepas dari kulit dan sedikit
melekat pada jaringan dasar. Kebanyakan terletak di regio trigonum posterior
koli.2,7
15
4) Cold abses
Merupakan suatu abses yang umumnya berhubungan dengan
tuberculosis. Perkembangannya sangat lambat dimana terjadi inflamasi
ringan, dan berubah menjadi nyeri hanya ketika terjadi tekanan pada daerah
sekitar. Tipe abses ini mungkin dapat muncul dimanapun bagian tubuh
tetapi terutama ditemukan pada tulang belakang, panggul, nodus limfatik,
atau daerah genital.
Pada gambaran radiology mungkin memberikan gambaran adanya
erosi tulang lokal pada abses atau adanya perluasan kompresi pada organ.
Alat sinogram akan didemonstrasikan pada abses. Ultrasonografi sangat
berguna untuk menunjukkan adanya pembesaran musculus psoas
ditunjukkkan dengan gambaran hypoechogenic, tapi ini bukan hasil yang
akurat dibandingkan hasil yang ditunjukkan oleh CT-scan, sementara itu
MRI dapat, menunjukkan proses multiple lebih lanjut dan dapat di evaluasi.
Meskipun abses primer pada psoas jarang dijumpai pada anak-anak di
Negara berkembang akan tetapi tidak jarang kita menemukan di negara
tropis dan subtropis dengan kondisi sosial-ekonomi yang lemah.
Staphylococcus aureus adalah jenis bakteri di lingkungan yang sering
menimbulkan adanya infeksi.
Dimana pada anak-anak dijumpai keluhan pireksia, nyeri pada
region flank serta keluhan lain pada panggul. Abses pada psoas dapat joga
merupakan masalah sekunder yang berhubungan dengan spondylitis
tuberculosa atau berhubungan dengan penyakit infeksi pada usus.
Sedangkan abses primer biasa ditemukan pada pasien dengan penyakit
sickle cell,drug user, immunocompromised individuals dan penyandang
HIV positif.
16
5) Hemangioma
Hemangioma adalah suatu tumor jaringan lunak / tumor vaskuler
jinak akibat proliferasi (pertumbuhan yang berlebih) dari pembuluh darah
yang tidak normal dan dapat terjadi pada setiap jaringan pembuluh darah.
Hemangioma muncul di setiap tempat seperti kepala, leher, muka, kaki atau
dada. Seringkali hemangioma bisa berada di superfisial dan di dalam kulit.
10
17
6) Limfoma Malignum
Limfoma adalah keganasan jaringan limfoid yang ditandai oleh proliferasi
sel limfoid atau precursornya dan merupakan keganansan nonephitelial
yang paling sering terjadi. Ada dua jenis utama dari limfoma : Limfoma
Hodgkin dan Non Hodgkin. Kelenjar getah bening sendiri cenderung lebih
lunak, licin, lebih elastic, dan lebih mudah digerakkan dari pada kelenjar
pada karsinoma metastatic. Pertumbuhan yang cepat biasanya terjadipada
limfoma non Hodgkin. Daerah diluar kelenjar getah bening, khususnya
cincin Weldeyer, seringkali terkena pada limfoma non-Hodgkin, dan
pembesaran pada daerah ini merupakan petunjuk pada diagnosis penyakit
ini.10
Diagnosis yang sempurna membutuhkan biopsy eksisi kelenjar
getah bening yang utuh. Aspirasi jarum halus saja tidak cukup. Pengobatan
yang menggunakan terapi radiasi dan/kemoterapi tergantung pada jenis
patologik dan stadium klinik penyakit.
18
7) Tumor Badan Karotis
Tumor ini merupakan salah satu dari kelompok tumor yang dikenal
sebagai kemodektoma yang berasal dari jaringan kemoreseptif kepala dan
leher. Tumor ini tampak sebagai massa yang keras, bulat, tumbuhnya lambat
pada bifukartio karotis.9,10
Diagnosis dapat dibuat berdasarkan CT Scan/arteriografi, yang akan
memberikan gambaran massa yang kaya dengan pembuluh darah yang khas
pada bifukarsio karotis. Biopsy sebaiknya dihindari. Tumor ini jarang
menjadi ganas tetapi sebaiknya diangkat pada individu yang masih muda
dan sehat untuk menghindari pertumbuhan selanjutnya.
8) Tumor Tiroid
Neoplasma tiroid, baik jinak maupun ganas, adalah penyebab utama
massa leher kompartemen anterior di semua kelompok usia dan bersama
dengan metastasis kelenjar getah bening. Metastasis kelenjar getah bening
adalah gejala awal pada sekitar 15% kasus karsinoma papilar.10
19
Nodul tiroid yang jinak paling sering terjadi pada umur 30 ¬-50
tahun. Apabila nodul dijumpai pada umur < 20 tahun, 20-70% adalah ganas,
demikian juga kalau umur > 50 tahun. Adanya gejala lokal suara parau dan
disfagi biasanya dapat merupakan petunjuk adanya sifat invasif suatu
keganasan tiroid. Suatu nodul tiroid yang sudah bertahun-tahun besarnya
tetap biasanya jinak, akan tetapi apabila berubah menjadi membesar dalam
waktu yang singkat (bulan/minggu) maka perlu diwaspadai berubah
menjadi ganas. Lakukan pemeriksaan sistematis (urut dari atas ke bawah),
simetris (bandingkan kanan dan kiri), simultan (kanan dan kiri bersamaan ),
seksama dan jangan lupa melihat kepala bagian belakang. Secara rutin harus
dievalusi juga keadaan kelenjar getah bening lehernya, adakah pembesaran,
lakukan evaluasi tersebut secara sistematis pula.
Pada penyakit ini dapat disertai pembesaran tiroid dengan fungsi
normal (eutiroid), berkurang (hipotiroid) atau meningkat (hipertiroid). Bila
disertai dengan fungsi berkurang atau meningkat biasanya gambaran
klinisnya jelas, sehingga diagnosis agak mudah ditegakkan.
Pemeriksaan hormon tiroid dan TSH paling sering menggunakan
radioimmuno-assay (RIA) dan cara enzyme-linked immunoassay (ELISA)
dalam serum atau plasma darah. Pemeriksaan T4 total ( TT4) dikerjakan
pada semua penderita dengan penyakit tiroid. T3 total ( TT3 ) sangat
membantu untuk hipertiroid dan TSH sangat diperlukan untuk mengetahui
hipotiroid. Dengan foto rontgen dapat memperjelas adanya deviasi trakea,
atau pembesaran struma retrosternal yang pada umumnya secara klinis
sudah bisa kita duga, foto rontgen leher posisi antero posterior dan posisi
lateral diperlukan untuk evaluasi kondisi jalan nafas. Adanya kalsifikasi
halus pada struma menunjukkan karsinoma papiler sedang kalsifikasi yang
kasar bisa terdapat pada endemik goiter yang lanjut atau juga bisa pada
karsinoma meduler.10
Prinsip sidik tiroid adalah daerah dengan fungsi yang lebih aktif
akan menangkap radioaktivitas yang lebih tinggi. Radioisotop yang umum
digunakan dalam bidang tiroidologi adalah I131, I123, I125, Tc99m
20
pertechnetate. Radiasi gamma digunakan untuk diagnostik, sedangkan
radiasi beta hanya penting untuk terapi. USG, scan tiroid, dan tes fungsi
tiroid harus dilakukan untuk pasien yang memiliki massa leher
kompartemen anterior yang bergerak saat menelan. Massa tiroid ditemukan
kistik dengan USG harus diaspirasi. Lesi padat harus dilakukan tes nuklir
(T3,fT4, TSH). Sekitar 20-25% dari nodul dingin soliter akan terbukti
kistik, dan sekitar 20-25% adalah kanker. FNAB awal massa tiroid dapa
dilakukan tanpa tes nuklir dan USG, dan hal ini telah menjadi standar
diagnosis karena menghasilkan diagnosis yang lebih cepat, ekonomis, dan
definitif untuk sifat massa tiroid.10
G. DIAGNOSIS
Langkah diagnostik yang paling penting adalah pemeriksaan fisik kepala
dan leher. Inspeksi dan palpasi adalah komponen yang paling penting dari
pemeriksaan fisik. Hal ini membantu menentukan lokasi massa sesuai dengan
daerah limfatik, ukuran lesi dan hubungannya dengan struktur sekitarnya (terfiksasi
atau tidak terfiksasi), konsistensi massa, dan berdenyutan atau bruit.10
Massa leher berdenyut, bruit atau thrill, ultrasonografi dapat dilakukan
untuk membedakan masalah vaskular degeneratif (misalnya aneurisma) dari
kondisi neoplastik (misalnya, glomus dan tumor karotis). Ultrasonografi juga dapat
membantu untuk membedakan massa yang solid dan kistik, atau kista brankialis
bawaan dan kista tiroglosus dari kelenjar getah bening yang solid, tumor
neurogenik, dan ektopik.10
Pada pasien yang memiliki massa leher yang membingungkan namun
diduga memiliki proses inflamasi, terapi antibiotik dan observasi, tidak lebih dari 2
minggu, dapat diterima sebagai uji klinis. Jika massa tersebut terus-menerus atau
meningkat dalam ukuran setelah pemberian antibiotik, pemeriksaan tambahan lain
diperlukan. Biopsi dengan pemeriksaan patologi adalah tes diagnostik definitif.
Biopsi terbuka harus dilakukan, namun hanya setelah dokter telah melakukan
pemeriksaan kepala dan leher lengkap dengan menggunakan metode langsung dan
21
tidak langsung dan telah melakukan awal biopsi aspirasi jarum halus (FNAB), yang
merupakan standar perawatan untuk biopsi awal.10
22
Pemeriksaan diagnostik dan tes untuk massa pada kepala dan leher :10
1. Pemeriksaan fisik: Diulang; yang paling penting
4. Arteriografi: Untuk lesi vaskular dan tumor yang menmpel pada arteri
karotis Sialografi: Untuk mendiagnosa sialadenopati atau untuk mencari
massa dalam atau di luar kelenjar ludah.
5. CTscan dan MRI: membedakan kista dari lesi padat, mengetahui lokasi
massa dalam atau di luar kelenjar, menjelaskan hubungan anatomi
10. Jarum biopsi: standar emas dalam diagnosis massa leher; menggunakan
jarum kecil halus; mendapatkan jaringan limfoid.
12. Biopsi terbuka: Gunakan hanya setelah semua pemeriksaan dilakukan dan
jika diagnosis tidak jelas, spesimen untuk pemeriksaan patologi.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Roseman B, Clark O. Neck Mass. Dalam: Souba WW, Fink MP, Kaiser LR,
Surgeons ACo, Pearce WH, penyunting. ACS surgery: principles &
practice.Edisi ke Chicago: WebMD Professional Pub.; 2007.
2. Adam,Boies, Higler. Boies Buku Ajar Penyakit THT edisi 6.1997. Jakarta :
EGC.
3. Soepardi, Efiaty Arsyad dkk, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher edisi 5. 2006. FK UI.
4. De jong, Sjamsuhidajat. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 3. 2002. Jakarta: EGC.
9. Fowler JC, Marovich R, Johnson JT. Evaluating a neck mass: narrowing the
differential diagnosis. Jaapa. 2012;25(3):30-5.
10. Popescu B, Ene P, Bertesteanu SV, Ene R, Cirstoiu C, Popescu CR. Methods
of investigating metastatic lymph nodes in head and neck cancer. Maedica.
2013;8(4):384-7.
24