Anda di halaman 1dari 32

Tugas Kelompok Dosen Pembimbing

SejarahIslam Asia Tenggara Dr.H.Darusman,M.Ag

ISLAM DAN MASYARAKAT MUSLIM DI


SINGAPURA

DisusunOleh:
KELOMPOK 5

DISYA FATRIANA
NIM. 11743201401
DIKI RIVALDO
NIM.11740314479
FIFIA ZENI SAFIRA F
NIM.11740324165

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF
KASIM RIAU
2018-2019
KATA PENGANTAR

Segala puja hanya bagi Allah yang Maha Pengasi lagi Maha Penyayang.
Berkat limpahan karunia Nikmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang
bertajuk “Islam Dan Masyarakat Muslim Singapura” dengan lancar. Penyusunan
makalah ini dalam rangka memenuhi tugas Sejarah Islam Asia Tenggara.

Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan
dari berbagai pihak. Untuk itu saya ucapkan banyak terima kasih atas segala
partisipasinya dalam menyelesaikan makalah ini.

Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan


kekeliruan di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa
maupun isi. Sehingga penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran
positif dari pembaca.

Demikian apa yang dapat saya sampaikan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk masyarakat umumnya, dan untuk saya sendiri khususnya.

Pekanabru, 15 Oktober 2018

Author

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................... iii

1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. iii

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... iv

1.3 Tujuan ........................................................................................................................... iv

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................. 1

2.1 Masyarakat Singapura Pra Islam.................................................................................... 1

2.1.1 Komposisi Penduduk (Muslim) Singapura Sampai Tahun 1990-an ...................... 1

2.2 Islamisasi Masyarakat Singapura ................................................................................... 2

2.2.1 Proses Islamisasi dan Pembentukan Peradaban di Singapura ................................ 3

2.3 Proses islamisasi melalui pendidikan ........................................................................... 12

2.3.1 Pendidikan Islam di Singapura ............................................................................. 13

2.4 Perkembangan Islam di Singapura ............................................................................... 13

2.4.1 Singapura di Awal Sejarahnya .............................................................................. 14

2.4.2 Singapura di Masa Kolonial ................................................................................. 16

2.4.3 Singapura setelah Pemisahan dengan Malaysia ................................................... 19

2.5 Peranan Islam dalam Kehidupan Sosial Politik Masyarakat Singapura ...................... 21

2.5.1 Fase Islam di Negara Singapura Kontenporer ...................................................... 22

BAB III PENUTUP ................................................................................................................... 26

3.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 26

3.2 Saran............................................................................................................................. 26

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 27

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Singapura merupakan salah satu negara asia tenggara yang menganut agama
islam walau pun tidak secara menyeluruh. Singapura adalah negara kota yang
kecil dengan luas 620 Km. Bahasa resmi dari Singapura adalah bahasa Inggris.
Singapura berdiri pada tanggal 9 Agustus 1965 atau keluar dari Negara federasi
Malaysia. Negara ini menganut paham “Secular Moderen” dimana pemerintah
bersikap netral terhadap semua agama dan ras. Karna itulah Singapura memiliki
penduduk dari berbagai ras dan penganut berbagai agama. Singapura adalah
sebuah Negara Republik dengan system pemerintahan parlementer.Dalam UUD
Negara ini terdiri dari Eksekutuf, Legislatif dan Yudikatif.Presiden adalah sebagai
kepala Negara, tetapi tidak memiliki kekuatan politik.Sedangkan perdana Menteri
adalah pemimpin cabinet dan adminitrasi pemerintahan sehingga otomatis
kekuatan politik di pegang penuh oleh perdana Mentri.

Memiliki penduduk dari berbagai ras dan penganut berbagai


agama.Penduduknya berjumlah 4.425.720 jiwa.Hampir 77 persen warga singapura
adalah China, dengan minoritas suku Melayu, yaitu 14 persen dari seluruh
total.Berikutnya di susul oleh India, Pakistan dan Arab. Penduduk muslimnya
hanya berjumlah 15% dari jumlah seluruh penduduk, yang mana 13,9 % diantara
memeluk Islam itu adalah etnis Melayu, dan lainnya berasal dari Pakistan, India,
dan Arab. Sisanya terdiri dari 61% penganut Budha, Taoism, dan Kong Hu Cu,
14,6% Kristen, 4% Hindu, dan lain-lain sisanya. Sebagian besar etnis Melayu
menganut mazhab Sunni, muslim yang berasal dari timur tenggah dan Afrika
menganut mazhab Maliki, Muslim India dan Turki menganut mazhab Hanafi,
sementara Muslim Saudi Arabia menganut mazhab Hanbali.

Singapura dikelilingi oleh negara Muslim terbesar, Malaysia dan Indonesia,


Singapura selalu sensitif dalam mengelola hubungan etnis dan

iii
agamanya.Pemerintahan memperlihatkan reputasi yang sangat baik dalam
pemerintahan.Singapura adalah sebuah masyarakat yang kaya, dan berfungsi
sebagai tranportasi utama dan offshore-finance hub bagi Asia Tenggara.

Dalam perjalanan sejarahnya, Sejarah islam di Singapura menjadi satu


diantara pusat Islam paling penting di Asia Tenggara. Hal itu disebabkan oleh
keunggulan sebagai pintu masuk bagi perdagangan Internasional antara Eropa,
Timur Tengah, Australia dan Timur Jauh.Selain sebagai transit perdagangan,
posisinya yang strategis juga telah memungkinkannya menjadi pusat Informasi
dan komunikasi dakwah Islam, baik pada masa kesultanan Malaka, masa kolonial,
sampai pada awal abad ke 20. Dengan demikian jelas lah bahwa Singapura
memiliki peranan penting dalam penyebaran islam dalam Asia Tenggara. Peran
penting tersebut perlahan–lahan berakhir ketika kekuasaan kolonial semakin
kokoh, dan terus berlanjut, ketika pada akhirnya Singapura memisahkan diri dari
negara federasi Malaysia dan menjadi negara repoblik yang merdeka pada tahun
1965, umat islam menjadi minoritas, selanjutnya komunitas Muslim yang
sebagian besar besar adalah bangsa melayu menepati kelas dua di bawah etnis
China.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1. Bagaimana Masyarakat Singapura Pra Islam?
1.2.2. Bagaimana Islamisasi Masyarakat Singapura?
1.2.3. Bagaimana Perkembangan Islam di Singapura?
1.2.4. Apa Peranan Islam dalam Kehidupan Sosial Politik Masyarakat
Singapura?

1.3 Tujuan
1.3.1. Mengetahui Bagaimana Masyarakat Singapura Pra Islam.
1.3.2. Mengetahui Islamisasi Masyarakat Singapura.
1.3.3. Memahami Bagaimana Perkembangan Islam di Singapura.
1.3.4. Mengetahui Apa Peranan Islam dalam Kehidupan Sosial Politik
Masyarakat Singapura.

iv
1

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Masyarakat Singapura Pra Islam


2.1.1 Komposisi Penduduk (Muslim) Singapura Sampai Tahun 1990-an

Dalam pengertian persentase etnis, penduduk Singapura relatif stabil


semenjak pertengahan abad ke-19. Perubahan demografik yang mengesankan
terjadi pada awal abad ke-19, ketika penduduk Cina secara perlahan mulai
mengambil alih menjadi penduduk mayoritas yang menonjol dibanding yang
bersuku Melayu. Sejak tahun 1891 jumlah penduduk Cina Singapura adalah
67.1%, Melayu 19.7%, India 8.8% dan yang lain-lain, termasuk Eropa dan Arab,
4.3%. Sensus yang dilakukan pada tahun 1990 menunjukkan keseluruhan
penduduk Singapura berjumlah 2.7 juta orang. Komposisi penduduknya terdiri
dari mayoritas Cina dengan 77.7%, Melayu 14.1%, India 7.1 % dan warga lainnya
1.1%1 (J.L. Esposito, 1995:76). Sementara itu kalau jumlah penduduk dilihat dari
komposisi keagamaannya pada sensus yang sama tahun 1990 adalah sebagai
berikut: pengikut Budhha 31.1%; Taoisme 22.4%; Islam 15.3%;Kristen 12.5%;
Hindu 3.7% dan agama lain 0.6%. Dilihat dari komposisi keagamaan, etnis
Melayu secara mayoritas merupakan pemeluk agama Islam. Atau bahkan bisa
dikatakan bahwa etnis Melayu berarti Islam.

Komposisi penduduk Melayu yang 14.1% adalah sama dengan 380.600


orang. Dilihat dari segi tingkat pendidikannya adalah: Pendidikan Non-Formal
15.1%; Pendidikan dasar 32.7%; Pendidikan Sekolah Menengah Pertama 47.3%;
Pendidikan Sekolah Menengah Atas 3.5% dan Pendidikan Tinggi 1.4%. Sedang
apabila dilihat dari komposisi pekerjaannya adalah: Bidang Teknik dan
Professional 9.7%; Bidang Administrasi dan Managerial 1.1%; Ulama dan Guru
Agama/Profesi Keagamaan 15.4%; Sales dan Servis 14.0%: Pertanian dan

1
Esposito, John L. The Oxford Encyclopedi of the Modern Islamic World. New York: Oxford
University Press, 1995.
2

Nelayan 0.3%; Produksi dan Relasi 57% dan lain-lain 2.5%. Mengenai partisipasi
kerja antara laki-laki dan perempuan adalah: laki-laki pekerja 78.3% dan wanita
pekerja 47.3%.

Dalam dua puluh tahun, antara tahun 1970 sampai tahun 1990, menurut
Sharon Siddique, telah terjadi perubahan yang dramatis atas Muslim-Melayu
Singapura. Telah terjadi peningkatan, misalnya dalam bidang pendidikan: untuk
pendidikan tingkat menengah pertama dari 36.4% menjadi 47.3%; pada tingkat
menengah atas dari 1.0% menjadi 3.5% dan pada pendidikan tinggi dari 0.2%
menjadi 1.4%. Dalam bidang pekerjaan, yang paling menarik adalah menurunnya
prosentase dalam bidang pertanian (dari 5.3% menjadi 0.3%); sales dan pelayan
(dari 27% menjadi14.%), dan menaiknya secara tajam pada bidang produksi (43%
menjadi 57%). Pergeseran juga terjadi pada kemampuan keahlian etnis Melayu
untuk mengikuti perkembangan teknologi tinggi. Karena upah yang lebih tinggi
hanya mungkin diperoleh dengan tingkat keahlian dan produktifitas yang tingi.
Rata-rata pendapatan keluarga perbulan adalah S$ 2,246 %.

2.2 Islamisasi Masyarakat Singapura

Perkembangan Islam di Singapura tidak bisa dilepaskan dari proses Islamisasi


yang terjadi di Nusantara dan Semenanjung Malaysia. Proses awal Islamisasi ini
terjadi sekitar abad 15, ketika Malaka menjadi pusat penting kekuatan Islam.
Intensitas Islamisasi di Singapura juga terjadi setelah ia berada di bawah koloni
Inggris. Penduduk Muslim Singapura terbagi kepada dua golongan, yaitu Muslim-
pribumi dan Muslim-migran. Pribumi adalah orang Melayu, sedang migran adalah
orang-orang Jawa, Bugis, Sumatera, Riau, Arab dan India.

Dalam perkembangan selanjutnya, peran yang menonjol dipegang oleh para


Muslim-migran. Untuk pembangunan masjid-masjid banyak dipelopori oleh
migran- Arab. Mereke juga punya peran penting dalam penerbitan buku-buku
Islam, terutama sekali buku-buku keagamaan yang bercirikan pemikiran reformis.
Peran-peran politik umat Islam di Singapura ternyata juga banyak dipelopori oleh
kaum migran ini. Mengingat keberadaannya sebagai kaum minoritas, umat
3

IslamSingapura lebih bersikap adaptasionis, melakukan kerjasama yang


menguntungkan dengan pemerintah Singapura.

2.2.1 Proses Islamisasi dan Pembentukan Peradaban di Singapura

Proses Islamisasi yang terjadi di Singapura tidak bisa dilepaskan dari

keberadaan etnis Melayu yang mendiami pulau itu. Seperti disebutkan di atas,

identifikasi Islam tidak bisa dilepaskan dari etnis Melayu. Namun persoalan

yangsejak permulaan dirasakan dalam perkembangan komunitas Muslim

Singapura adalah kurangnya pemimpin tradisional pribumi. Hal ini kemudian

berpengaruh terhadap kepentingan-kepentingan mereka ketika berhadapan dengan

pemerintah, kolonial Inggris, yang memiliki prioritas tersendiri.

Pada abad ke-19 komunitas Muslim Singapura terbagi atas dua kategori: Muslim-

pribumi dan Muslim-migran. Muslim pribumi adalah yang sejak awal

sudahbertempat tingal di sana. Muslim pribumi ini adalah orang-orang Melayu.

Kelompok ini merupakan Muslim-mayoritas. Sedang Muslim-migran antara lain

adalah berasal dari migran Bugis, Jawa, Sumatera, Riau, Arab dan Muslim-India.

Sementara itu Sharon Siddique membedakan antara kelompok migran yang

berasal dari dalam wilayah, yaitu Jawa, Sumatera, Sulawesi, Riau dan Bawean;

dan kelompok yang bermigrasi dari luar wilayah, yaitu Arab dan India (Mona

Abaza, 1997:63).

Sekalipun Muslim Arab dan India ini merupakan minoritas, tetapi mereka

ini adalah termasuk pada golongan kaya dan lebih terdidik. Mereka yang

keturunan Arab telah membentuk suatu jaringan elit komersial, pemilik-pemilik

tanah dan perumahan, menamamkan modalnya dalam bidang perkebunan dan


4

perdagangan, serta mengendalikan perdagangan batik, tembakau dan rempah-

rempah.

Kelompok Jawi Peranakan, yang merupakan keturunan perkawinan antara

orang-orang Malabar-India dengan Wanita Melayu, adalah merupakan pemimpin-

pemimpin tradisional Melayu yang berjasa dalam melestarikan bahasa dan

nasionalisme Melayu. Mereka kebanyakan bekerja sebagai da’i, penterjemah,

guru- guru madrasah dan sebagai pedagang. Kedudukan mereka menempati

ranking kedua setelah orang-orang Arab. Sehingga dengan demikian tergolong

sebagai golongan elit, baik dalam strata sosial maupunekonomi.

Mereka inilah, terutama migran-Arab, sebagai penyandang dana utama

dalam pembangunan masjid-masjid, lembaga-lembaga pendidikan dan organisasi-

organisasi Islam (Ira M. Lapidus, 1991:761). Sejak pertengahan abad ke-19,

ketika Belanda melakukan tindakan represif dan pembatasan atas calon haji

Indonesia, Singapura menjadi alternatif mereka sebagai tempat pemberangkatan.

Broker-broker perjalan ibadah haji ini adalah kalangan migran-Arab.

Tercatat pada tahun 1824, orang Arab pertama yang masuk ke Singapura

adalah Sayyid Abdul Rahman Al-Sagoff, beserta puteranya yang bernama

Ahmed. Pada tahun 1848 ia mendirikan firma Al-Sagoff and Company.

Puteranya, Sayyid Ahmed menikah dengan Raja Siti, saudara dari Hj. Fatimah,

Sultanah Gowa di Sulawesi. Dalam perkembangan yang kemudian, banyak

keluarga Arab yang menjadi elit ekonomi di Singapura, semisal keluarga Al-

Kaff, Al-Sagoff dan keluarga Al- Jaffri. Dalam pada itu, orang-orang Arab

memainkan peran yang penting dalam penerbitan dan distribusi kitab-kitab


5

keagamaan dan penyebaran pemikiran Islam ortodok dan reformis dari Timur

Tengah di Asia Tenggara. Meraka juga memainkan peran yang penting dalam

bidang pendidikan. Diantara madrasah yang terpenting adalah Madrasah Al-

Junied al-Islamiya, Madrasah Wak Tanjong, Madrasah Al- Sagoff dan madrasah

Al-Ma’arif al-Islamiah (Mona Abaza, 1997:64-67).

Pada tahun 1876 orang-orang Jawi Peranakan mulai menerbitkan surat

kabar dan majalah Melayu yang digunakan sebagai pengajaran di sekolah-

sekolah Melayu. Mereka mensponsori penerbitan roman-roman dan puisi

Melayu dan menterjemahkan teks-teks keagamaan Arab. Mereka berusaha untuk

mensejajarkan bahasa Melayu dengan bahasa Inggris dan menyerap bahasa Arab

ke dalam bahasa Melayu. Syekh Muhammad Tahir (1867-1957), yang telah

belajar di Mekkah dan menyerap pemikiran-pemikiran Abduh, menerbitkan

majalah Al-Imam di Singapura. Al-Imam mencoba membangkitkan umat Islam

akan pentingnya pendidikan. Al-Imam menekankan pentingnya pemakaian akal

dalam persoalan-persoalan keagamaan dan menantang keyakinan dan praktek-

praktek adat. Orang-orang Arab, Jawi Peranakan dan orang-orang Melayu, juga

telah mensponsori rekonsiliasi reformisme Islam dan orde-orde Naqsyabandiyah

dan Qadiriyah dari Mekkah dan Kairo. Dari Singapura

pembaharuan Islam menyebar ke bagian-bagian lain Asia Tenggara melalui

perdagangan, haji dan gerakan para mahasiswa, para guru agama dan sufi. Peran

terkemuka Singapura dan Penang dengan demikian adalah sebagai perantara-

perantara budaya; menerjemahkan kemurnian baru, rasionalisme dan vitalitas

Islam ke dalam bahasa Melayu dan juga ke dalam istilah-istilah yang relevan
6

dengan kerangka lokal, Nusantara-Melayu (Ira M. Lapidus,1991:764).

Adapun salah satu masjid terbersih dan terindah di Singapura yang

dibangun oleh migran Arab, Masjid Ba’alawi, yang terletak di Jalan Lewis,

Bukit Timah, mereka dirikan pada tahun 1947. Masjid ini telah memainkan

peran yang luas bagi komunitas Muslim. Masjid ini telah memperkuat perannya

dalam proses pembangunan komunitas Muslim dan tuntutan bagi perluasan

masyarakat sipil di Singapura. Organisasi yang bernaung di masjid ini antara lain

Association for Muslim Professionals (AMP) dan Association of Women for

Action and Research (AWARE) (Mona Abaza, 1997:68).

Sampai tahun 1990-an, jumlah migran-Arab di Singapura tidak diketahui

secara pasti. Menurut laporan Asiaweek jumlah penduduk Arab di Singapura ada

5.923 atau kira-kira 0.2% dari penduduk Singapura. Sementara itu menurut

Presiden Asosiasi Orang-Orang Arab, Abdullah Al-Junied, jumlah mereka kira-

kiramendekati

10.000 orang (Mona Abaza, 1997:68).

Berbeda dengan Muslim imigran, masyarakat Melayu merupakan

mayoritas. Mengikuti pembagian Sharon Siddique, mungkin karena mayoritas

migran yang berasal dari dalam wilayah (Jawa, Sumatera, Riau dan Sulawesi),

cenderung membawa isteri dan anak mereka. Dengan demikian rasio-seks

(khususnya pada komponen mayoritas yang berbahasa Melayu) lebih seimbang

dibanding komunitas-

komunitas lain. Kenyataan yang demikian berakibat pada kelambatan terjadinya

asimilasi kemelayuan. Kelompok migran biasanya mendiami kampung-kampung


7

yang ditata berdasarkan tempat asal. Dan ini berakibat pada menguatnya bahasa-

bahasa etnis dan adat istiadat. Dengan demikian, karena heteroginitas penduduk

Muslim Singapura, orang bukan mendapatkan “suatu” komunitas Muslim,

namum sejumlah komunitas Muslim. Hal ini diperkuat dari dalam dengan

pelestarian batas- batas linguistik, tempat tinggal yang berorientasi tempat asal,

spesialisasi pekerjaan, status ekonomi dan berbagai tingkat pendidikan

(TaufikAbdullah,1989:391)

Bersamaan dengan itu, gejala yang terjadi pada migran luar wilayah

(Arab dan India) memiliki kecenderungan terbalik. Migrasi yang mereka lakukan

hampir secara eksklusif hanya dilakukan oleh kaum pria. Dengan mengawini

wanita Muslim Melayu, berarti mereka membangun keluarga-keluarga baru di

Singapura.

Hal ini selanjutnya memberikan definisi komunitas baru Arab dan

Muslim India yang, melalui garis patrilineal memberi identitas pada diri mereka

sendiri, namun menurut garis matrilineal adalah keturunan pribumi. Proses ini

melahirkan suatu komunitas Arab-Melayu dan Jawi Peranakan yang mulai

mengidentifikasi diri dengan bahasa Melayu dan dengan adat istiadat serta

kebiasaan lokal (Taufik Abdullah,1989:390).

Seperti disebutkan di atas, Keturunan Arab adalah para pedagang,

pengusaha dan tuan tanah. Meskipun dari sudut jumlah tidak besar, namun

kekayaan dan status tinggi memasukkan mereka dalam elit sosial komunitas

Muslim. Begitu juga dengan Jawi-Peranakan, mereka menikmati status tinggi

dalam komunitas yang lebih luas. Namun juga penting ditekankan, komunitas
8

Jawi Peranakan mementingkan pendidikan, tidak hanya dalam bahasa Melayu

tetapi juga Inggris. Seperti juga

disebutkan di atas, sejak pertengahan abad ke-19, golongan Jawi Peranakan

secara aktif terlibat dalam penerbitan, jurnalisme dan mempromosikan bahasa

Melayu.

Dibandingkan dengan dua saudaranya (Arab dan Jawi Peranakan)

kebanyakan orang Melayu hidup dengan standar ekonomi yang lebih rendah.

Kalau distratakan secara sosial dan ekonomi, dan barangkali politik, strata

pertama dan kedua adalah migran Arab dan Jawi Peranakan (migran India), dan

strata ketiga adalah orang Melayu. Terlebih jika dibandingkan dengan penduduk

Singapura lainnya (Cina). Begitu juga di bidang pendidikan. Di bawah sistem

pendidikan yang pesat di Singapura, pada tahun 1980, hanya sekitar 679 orang

Melayu yang merupakan lulusan pendidikan tinggi. Penekanan pada kebijakan

sekolah dwi-bahasa oleh pemerintah Singapura dan terutama penggunaan bahasa

Inggris sebagai bahasa wajib di sekolah- sekolah, telah menurunkan kualitas

sekolah-sekolah dasar Melayu (Omar Faraouk, 1993:45).

Seiring dengan membanjirnya arus urbanisasi ke Singapura dan tidak

memadainya kebutuhan akan papan dalam dua dekade terakhir, pemerintah telah

membangun rumah-rumah rakyat, yang mewajibkan penduduknya, termasuk

orang Melayu, untuk tinggal di perumahan-perumahan. Mereka pun segera

pindah dari kampung tradisional yang terdiri dari satu etnis saja ke sebuah

tempat tinggal modern yang terdiri dari campuran berbagai etnik. Keadaan yang

demikian memberikan pengaruh terhadap kehidupan orang-orang Melayu, dan


9

tampaknya masih kesulitan untuk beradaptasi (Omar Faraouk, 1993:45).

Memperhatikan adanya persoalan-persoalan yang berkaitan dengan

kepentingan pelaksanaan ajaran di kalangan komunitas umat Islam, pemerintah

Inggris perlu melakukan campur tangan. Pada tahun 1887 suatu kelompok

yangterdiri

dari 143 warga Muslim Singapura mengirim sebuah petisi kepada Gubernur

yang meminta diangkatnya seorang kadhi sebagai pejabat untuk mengurusi

masalah perkawinan. Pada tiga tahun kemudian, tahun 1880, pemerintah Inggris

menetapkan Ordonansi Perkawinan Umat Islam (Mahomedan Marriage

Ordinance). Wewenang legal lembaga ini hanya semata pada soal-soal

perkawinan dan perceraian. Adanya atau ditetapkannya ordonansi ini berarti

adanya pengakuan resmi dari pemerintah kolonial Inggris akan perdata Muslim

(Taufik Abdullah,1989:395).

Pada pertengahan abad ke-19, ketika pemerintah Hindia-Belanda

membatasi dan melakukan represi terhadap calon jemaah haji, banyak di antara

mereka yangmenggunakan Singapura sebagai pilihannya. Karena perlunya

pengaturan bagi perjalanan haji, pada tahun 1905 Dewan Legislatif

mengeluarkan sebuah ordonansi sebagai landasan pengaturan dan pengawasan

agen perantara perjalanan haji. Dan mengharuskan para agen perjalanan haji

untuk memiliki surat izin (Taufik Abdullah,1989:396).

Sejak awal abad ke-20, warga Muslim, khususnya keturunan Arab dan

India, mulai dilibatkan dalam berbagai dewan pekerja Inggris. Karena banyaknya

keluhan yang berkaitan dengan tindakan salah urus di dalam badan-badan


10

keagamaan, maka pada tahun 1905 ditetapkan Mahomedan and Hindu

Endowment Board (Dewan Penyokong Bagi Pemeluk Islam dan Hindu), yang

dimaksudkan untuk mengatur masalah wakaf. Dewan ini berjalan sampai tahun

1941 dan diaktifkan kembali tahun 1946. Setelah tahun 1948 diangkat dua orang

dari wakil komunitas Muslim. Pada tahun 1952 Dewan ini diubah namanya

menjadi Muslim and Hindu Endowment Board. Dan berlangsung sampai

pembubarannya pada tahun 1968. Tonggak berikutnya pada tahun 1951 dibentuk

Mohamedan Advisory Board (Dewan Penasehat

Urusan Muslim), yang dimaksudkan sebagai badan yang memberikan nasehat-

nasehat kepada pemerintah mengenai persoalan-persoalan komunitas Muslim

izin (Taufik Abdullah,1989:397-8).

Setelah Singapura merdeka, tahun 1965, lembaga-lembaga Muslim

bentukan kolonial Inggris diadaptasikan dengan kondisi Singapura merdeka. Di

antaralembaga- lembaga baru itu adalah AMLA (The Administration of Muslim

Law Act). Lembaga ini dimasukkan ke parlemen pada tanggal 13 Desember

1965, dan menjadi undang- undang pada tanggal 25 Agustus 1966. Akta ini

memberikan ruang yang fleksibel bagi Dewan Agama Islam, Pengadilan Agama

dan Pencatat Perkawinan Islam dalam menetapkan hukum Syari’at (Abu Bakar

bin Hasim,1993:113).

Pada tahun 1966 AMLA menyerukan pembentukan MUIS (Majlis

Ugama Islam Singapura-Islamic Religious Council of Singapore) sebagai suatu

badan hukum untuk menjadi penasihat Presiden Singapura dalam hal berkaitan

dengan agama Islam di Singapura. Pelantikan pertama anggota MUIS dilakukan


11

pada tahun 1968. Bersama dengan Peradilan Syariah dan Pencatat Perkawinan,

MUIS merupakan pusat pengaturan kehidupan komunitas Muslim di Singapura.

Semua lembaga ini secara administratif berada di bawah Kementerian

Pembangunan Masyarakat (the Ministry of Community Development)

(SharonSiddique,1995:7)

Tugas yang sangat penting dari MUIS adalah pengumpulan zakat harta

dari kaum Muslimin Singapaura dan administrasi wakaf. MUIS juga memiliki

Komisi Fatwa mengenai persoalan-persoalan yang dihadapi umat Islam. Setelah

tahun 1974 dibentuk departemen dakwah; dan sejak tahun 1981 dibentuk

komite-komite dakwah di setiap kawasan perumahan. Sejak tahun 1975 MUIS

juga bertanggung jawab atas penyelenggaraan ibadah haji. Dan pada tahun yang

sama, MUIS punya prakarsa untuk

mengumpulkan dana bagi pembangunan masjid, di bawah lembaga MBF

(Mosque Building Fund) (Sharon Siddique,1995:7) Kira-kira sampai tahun 1980,

tercatat ada 155 masjid di Singapura. Masjid yang paling tua adalah masjid

Molaka yang didirikan pada tahun 1820. Dan masjid yang terbesar adalah adalah

Masjid Sultan dan Masjid Chulia (M. Ali Kettani, 1986:152-3).

Sebagai Muslim minoritas, Muslim Singapura menghadapi pilihan-

piliham ketika berhadapan dengan pemerintahan Singapura atau penduduk

mayoritas. Pilihan- pilihan nyata bagi komunitas minoritas adalah melakukan

berbagai sikap yang adaptasionis, melakukan kerjasama yang menguntungkan

dan berjuang untuk mempertahankan identitasnya yang spesifik atau melepaskan

diri dari ikatan nasional. Pengalaman sejumlah negara memperlihatkan adanya


12

keinginan yang kuat bagi kelompok minoritas dengan identitas tertentu untuk

melepaskan dari ikatan nasionalitasnya (J.O. Voll, 1997:332-5).

Tetapi pengalaman Muslim Singapura menunjukkan adanya gejala yang

cenderung adaptasionis dan bekerjasama dalam satu ikatan nasional Singapura,

dengan tetap mempertahankan identitas kulturalnya sendiri, agama Islam dan

kebudayaan Melayu.

2.3 Proses islamisasi melalui pendidikan

Pada dasamya kebangkitan Islam di Asia Tenggata pada abad ke-19


hingga abad ke-21 adalah sebuah fenomcna global, bukan mcrupakan suatu reaksi
terhadap moderenitas barat, mclainkan sebagai bagian yang tidak tcrpisahkan dari
proscs pembaharuan yang selalu muncul dan menunjukkan keberlangsungan
tradisi Islam dalam sciarah. Substansi di atas menjelaskan bahwa kebangkitan
Islam adalah sebuah dorongan dan dinamika internal. Kebangkitan Islam di Asia
Tcnggara dapat dilihat sebagai sebuah wacana altematif dunia islam, bukan
sebagai ancaman bagi bangsa barat dan bukan pula sebagai ancman bagi umat
islam sendiri, sebab kebangkitan itu berlandas pada tradisi islam.

Melalui pendidjkan, Islamisasi berkembang dengan pesat, baik melalui


kiai-kiai dan ulama-ulama maupun guru-guru. Hal ini terbukti dengan munculnya
berbagai bentuk kumpulan-kumpulan Warga muslim, baik berupa lembaga,
perkumpulan, pergerakan, institusi maupun pesantren-pesantren. Seiring dengan
fenomcna perkumpulan ataupun lembaga tersebut mendorong berkembangnya
pcmikir-pemikir muslim, seperti pengajar-pengajar tasawuf, atau pm 31111 yang
mengajarkan teosofi yang sudah dikenal luas olch masyarakat. Dalam bentuk
tasawuf, para pcmikir mengajarkan Islam rpada penduduk pribumi setempat
memiliki pcrsamaan dengan 313m pikiran yang sebclumnya menganut agama
Hindu. Hal ini memudahkan penduduk untuk mudah memahaminva.
13

2.3.1 Pendidikan Islam di Singapura

Singapura yang memiliki luas wilayah 220 m2, dan sebelah timur berbatas
dengan laut cina selatan meliputi kawasan seluas 80.00m2, scdangkan bagian
Timur Laut berbatas dengan Borneo.

Untuk menjadi umat yang terbaik yang Allah lahirkan bagi manusia
sejagat, Majelis Ulama Islam Singapura (MUIS) harus berjaya dalam setiap
lapangan kehidupan modern ini, terutama di bidang sosio keagamaan. Sejarah
telah membuktikan bahwa Islam adalah agama yang dinamik dan umat Islam
mampu mengamalkan Islam dengan berbagai konteks yang berbeda. Bagi muslim
Islam Singapura, Islam tidak hanya merupakan ibadah ritual saja, melainkan juga
mampu memahami dan mengatasi permasalahan secara objektif dan rasional.
Syariat yang dijalani bersifat dinamik dan memiliki dua cirri unik yakni tetap dan
abadi. Syariat ini didasari oleh ilmu dan rasional yang bersifat-terbuka dan
senantiasa mementingkan maslahat manusia dan jagat raya. Melalui kekuatan
inilah Islam di Singapura terus bernterksi dengan masyarakat lain, bahkan hampir
kebanyakan Negara Islam adalah negara berbangsa dan beragama. Hal ini
tergambar dalam Piagam Madinah yang dipimpin oleh Baginda Rasulillah S.A.W.

Di Singapura ada stigma yang cukup menarik, bahwa Melayu (Malay)


adalah Islam. Tidak ada permasalahan untuk stigma tersebut. Bahkan berdampak
positif, karena setiap orang melayu akan merasa dirinya muslim sehingga tidak
bisa dibedakan lagi antara melayu dan yang muslim, itulah yang terjadi di
Singapura. Stigma tersebut diperkuat lagi menjadi sebuah defenisi yang illegal
oleh konstitusi. Konstitusi federal tersebut mendefenisikan melayu sebagai orang
yang menganut agama Islam, berbahasa melayu dan mematuhi adat istiadat
melayu2.

2.4 Perkembangan Islam di Singapura

Dalam perjalanan sejarahnya, dahulu singapura mempunyai peranan penting


dalam penyebaran Islam di Asia Tenggara… Pom.strategis yang merupakan nilai

2
Suhaimi.H,Sejarah Islam Asia Tenggara.Pekanbaru,UNRI Press 2010 hlm 32
14

lebih Singapura menjadikannya sebagai transit bagi perdagangan dari berbagai


kawasan. Pad; Sisi lain, selain sebagai transit perdagangan letaknya yang strategis
ini juga telah memungkinkannya menjadi pusat informasi dan komunikasi dakwah
islam, baik pada masa kesultanan Malaka (sebelum kedatangan kolonial Eropa),
masa kolonial, sampai Pad: awal abad ke-20. Peran penting tersebut segera
berakhir tatkala Singapura memisahkan diri dari Negara federasi Malaysia; umat
Islam menjadi minoritas, selanjutnya komunitas muslim yyang sebagian besar
adalah bangsa melayu menempati posisi kelas dua dibawah etnis cina.

Singapura menjadi sebuah Negara Republik yang merdeka setelah


melepaskan diri dari Negara Malaysia pada tanggal 17 Agustus 1965. Saat ini,
singapura merupakan Negara paling maju diantara Negara-negara tetangganya di
kawasan Asia Tenggara, Namun demikian, islam relative tidak berkembang di
Negara ini, baik bila dibandingkan dengan sejarah massa lalunya (perkembangan
Islam di Singapura sebelum abad ke-20), maupun bila dibandingkan dengan
perkembangan Islam di Negara-negra lainnya di kawasan Asia Tenggara. Umat
Islam di Singapura seakan tidak terdengat suaranya dan relatif tidak terlihat
kifrahnya dalma wacana keislaman Asia Tenggara.

Saat ini, Singapura adalah negara kota. Penduduknya terdiri dari berbagai ras
dan penganut berbagai macam agama. Jumlah penduduknya 2,6 juta jiwa, dan dari
seluruh jumlah tersebut hanya 16% diantaranya memeluk agamam Islam, berasal
dari Pakistan, India, dan arah. Masyarakat Melayu muslim kebanyakan hidup
dengan standar ekonomi yang lebih rendah dibandingkan dengan saudara mereka
yang non-Muslim, apalagi jika dibandingkan dengan penduduk Singapura lainnya.
Di bawah sistem pendidikannya yang telah maju, kaum Melayu Muslim tetap saja
tertinggal dibidang pendidikan.Sehingga wajar saja kiprah mereka nyaris tak
terdengar dalam konstalasi pemerintahan negeri itu. Berikut ini akan diuraikan
Perkembangan Islam dalam berbagai fase sejarah Singapura(Suhaimi, 2010)

2.4.1 Singapura di Awal Sejarahnya

Sejauh informasi yang didapat, Singapura telah dihuni pada masa pra sejarah.
Pada tahun 1100-an. Singapura telah dijadikan kota pelabuhan, dan pada tahun
15

1200-1300 pelabuhan Singapura telah menjadi pusat perdagangan. (Ensiklopedia


Indonesia Seri GeograE Asia, 1990, 210). Sebelum benama Singapura, Wilayah
tersebut lebih dikenal dengan nama “Tumasik” atau “Temasek” yang berarti “kota
pantai”. (kata tumasik sendiri dimungkinkan berasal dari nama Cbiamam'e yang
disebut Marcopolo pada akhir abad ke-13. Boleh jadi istilah Tumasik berasal dari
Tan-mashi, seperti diungkapkan, dipertengagar cina, Wang Tan Yuan,
dipertengahan pertama abad ke-14.

Menurut sejarahnya, nama Singapura baru diperkenalkan oleh sang Nila


Utama yang bergelar Sri Tan Duana yang sedang berlayar dan terdampar di
Tumasik. Ditempat baru tersebut, Sri Tan Buana melihat seekor binatang aneh
yang mirip dengan singa. Hal ini diyakinkan sebgai tanda baik, sehingga Sri Tan
Buana serta rombongannya menetap dan membangun Wilayah tersebut diambil
dari bahasa Sansakerta: Singa, berarti singa binatang buas, dan pura berarti kota
Singa.

Pada akhir abad ke 14 Wilayah Singapura menjadi Wilayah bagian kekuasaan


Malaka. Hal ini berawal ketika Singapura dikuasai oleh .Raja
Parameswara.Penguasa baru Tumasik ini kemudian hari ' diserang oleh armada
Majapahit, dan terdesak ke Malaka. Di wilayah ' yang disebut terakhir inilah
Parameswara menbangun kerajaan Malaka, dan banyak berhubungan dan bergaul
dengan para pedagang kerajaan Malaka, dan banyak berhuungan dan bergaul
dengan para pedagang Muslim, khususnya yang datang dari Bandar-bandar di *

Sumatera yang beragama Islam. Hal ini pada gilirannya mem… Parameswara
memeluk agama Islam, dan bergelar Sultan Isimu!”Shah.Demikian juga dengan
para penggantinya, juga memeluk agama Islam.Pada saat itu Malaka berkembang
menjadi pun.perdagangan yang penting dikawasan ini, bahkan dapat disebu,
sebagai pusat perdagangan di Asia. Di kota ini bertemu par. pedagang dari tanah
Arab, Gujarat, Parsi, Benggali, Pegu, Sian“ negri Cina pada satu pihak, dan
pedagang Sumatra, jawa, Maluku dan kepulauan kecil lainnya pada pihak lain.
(Sartono Kartodh'djq= 1999, 4-5).Oleh karenanya,--Malaka saat itu-saling
berfungsi sebagai pusat perdagangan, juga berfungsi sebagai pusat penyebaran
16

Islam di Asia Tenggara mengalami kemajuan yang sangat berarti. Sejak abad ke-
15, pedagang Muslim menjadi unsur penting dalam perniagaan wilayah Timur,
tidak terkecuali Singapura Beberapa diantara para pedagang ada yang menetap,
dan menjalin hubungan perkawinan dengan penduduk setempat. Lama kelamaan
mereka membentuk suatu komunitas tersendiri. Para pedagang tersebut tidak
jarang merangkap menjadi guru agama dan iman.Dalam komunitas Muslim ini
juga sudah terdapat system pendidikan agama yang bersifat tradisional.Pada
umumnya mereka belajar agama dirumah-rumah, yang kemudian dilanjutkan di
surau-sumu dan mesjid.Pada tahun 1800 di kampong Glam dan kawasan Racer
menjadi pusat pendidikan tradisional.Dalam hal ini; guru-guru dan imam sangat
penting peranannya dalam memupuk penghayatan keagamaan pada Masyarakat
Muslim Singapura.Sama dengan Muslim di kawasan Asia Tenggara lainnya,
Muslim di Singapura pada masa awal menganut mazhab Syafi'i dan berpaham
teologi Asy'ariyah.

2.4.2 Singapura di Masa Kolonial

Kejatuhan Malaka oleh serbuan Portugis pada tahun 1511 yang disertai oleh
mundurnya para sultan Malaka ke Selatan'Johof' merupakan awal kemunduran
dan kehancuran wilayah Singapura Selama 130 tahun kolonialisasi portugis di
Malaka yang tercatat 5ejak tahun 1511, kebijakan colonial tampak cenderung
mencegah Penyebaran Islam dan menghambat perkembangan dagang Muslim.
Meskipun demikian, portugis gagal dalam masalah ini, terutama karena Melayu
Muslim menerus berupaya melawan penduduk Portugis. Agaknya, perlawanan
yang gencar inilah yang menyebabkan Belanda ketika mengalahkan Portugis pada
tahun 1641 mentolerir para pengasa Melayu tradisional yang pada saat itu
terpecah belah akibat persaingan antar negeri.

Selanjutnya, Singapura berada dibawah kekuasaan Inggris.Pendudukan


Inggris di Singapura tidak terlepas dari usaha Stamford Raffles, yang kemudian
diangkat sebagai bapak pendiri Singapura.Rafles berhasil menjadikan Singapura
sebagai pelabuhan bebas dan pasar Internasional di Asia Tenggara.Dalam merebut
Singapura dan merawat daerah jajahan yang masih muda ini Rafles banyak di
17

Bantu oleh Kolonel William Farquhar, yang menjabat residen Malaka sejak 1803-
1818.Pada tanggal 29 Januari 1819, misalnya Rafles dan Farquhar mendarat di
Mauara Sungai Singapura dan bertemu dengan Tumenggung Abdurrahman,
pemimpin Melayu saat itu, untuk menandatangani sebuah perundingan. Pada
tanggal 6 februari 1819, Tumenggung dan Sultan Husein dari Johor telah pula
menandatangani sebuah persetujuan pendirian basis dagang bagi East India
Comma Perjanjian berikutnya ditandatangani pada tahun 1824, yang berisi
pernyataan bahwa East India Company dan pewarisnya memiliki hak yang kekal
atas Singapura dan semua pulau-pulau dalam jarak 10 mil dari pantai Singapura.

Demikianlah pendudukan Inggris dimulai, suatu pendudukan yang


berdampak sangat besar bagi perkembangan Singapura selanjutnya, terutama bagi
perjalanan sejarah Islam dalam masyrakat Melayu. Apa yang dimulai tidak hanya
dengan campur tangan tak langsung, akan tetapi juga mengarah pada bentuk
intervensi lebih langsung di wilayah-Wilayah yang secara tradisional merupakan
domain (wilayah kekuasaan) sultan-sultan Melayu, temasuk Islam, Kendatipun
kebijakan Inggris lebih simpstik-bils dibandingkan dengan kebijakan Portugis dan
Belanda-namun peranan mereka tidak hanya sekedar memberi nasehat, akan tetapi
nasehat tersebut harux dilaksanakan.

Sejauh menyangkut perkembangan I slam di Singapura, beberapa kebijakan


Inggris berdampak cukup besar terhadap Islam_ Diantaranya adalah kebijakan
Inggris tentang masyarakat plurarlis (majemuk). Karena kepentingan-kepentingan
Inggris terhadap Wilyah jajahan baru tersebut, khususunya dalam pengadaan
tenaga kerja, maka dikeluarkan kebijakan <pintu terbuka”.Artinya demi
kelancaran'ekonomi Singapura, kolonial mendatangkan sejumlah tenaga kerja dari
cina dan India.Kebijakan tersebut menyebabkan pluralitas masyarakat yang terdiri
dari bukan saja etnis Melayu, tetapi juga etnis Cina dan India yang tidak
terintegrasi ke dalam maimtmm (arus utama) lingkungan pribumi.Sebagai
akibatnya, orang Cina, India dan Melayu membiarkan diri mereka berada
dikantongkantong etnis mereka sendiri, seperti tempat tinggal, jenis pekerjaan,
jenis pendidikan maupun agama.Imigrasi besar-besaran terutama keturunan Cina
18

yang didukung oleh Inggris telah membantu eksploitasi ekonomi di negeri


itu.Satu hal yang perlu dicatat disini adalah bahwa selain imigrasi dari etnis Cina
dan India, pihak colonial juga membawa para misionaris Kristen dari Inggris yang
berupaya untuk menarik minat kaum ptibumi masuk kedalam agama Kristen.

Imigrasi yang tidak di batasi ini selain membawa dampak pada aspek
ekonomi juga membawa dampak pada aspek politik. Bangsa Melayu muslim yang
semula menjadi mayoritas di Singapura sekitar tahun 1830-an akibat imigrasi
besar-besaran telah menjadi minoritas Dampak lebih jauh adalah semakin
minimnya elit muslim yang berkuasa. Ini menyebabkan posisi tawar-menawar
kaum muslim terhadap pemerintah menjadi lemah.

Pada abad-19 di kalangan komunitas muslim Singapura juga terdapat


kelompok pendatang yang berasal dari jawa, Sumatera, Sulawesi, Riau, dan
Bawean serta kelompok Imigran yang berasal dari luar seperti muslim India, dan
keturunan Arab khususnya Hadramaut (Sharon Shiddiq, 1988: 389 ).

Kedatangan imigran secara besar-besaran ini secara tidak langsung telah


membuat pelabuhan Singapura berkembang menjadi gerbang ekonomi yang
penting di Selat Malaka.Mudahnya terjadi Imigrasi besar-besaran seperti ini bisa
di fahami.Karena sebelum kemerdekaan hubungan antar masyarakat dari berbagai
belahan dunia sangat cair (fluid).Secara demografis sangat mudah sekali terjadi
perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah lainnya, atau sekedar
berkunjung dari satu kesultanan ke kesultanan lainnya.Hal ini mudah terjadi
karena seseorang tidak mesti di repotkan oleh aturan-aturan kewarganegaraan
seperti urusan Visa atau Paspor. Untuk konteks Singapura pada abad ke 19 hal ini
telah menjadikan kota Singapura selain sebagai sentra ekonomi juga menjadikan
Singapura punya peranan penting selain sebagai pusat perdagangan juga sebagai
pusat informasi dan dakwah islam.

Komunikasi yang terjalin antar tokoh Islam yang tersebar di berbagai


Wilayah seperti tokoh tarekat, tokoh reformis/modernis, menggunakan Singapura
sebagai kota penghubung (transit) atau jembatan untuk menuju beberapa daerah
yang hendak di kunjungi. Fungsi Singapura sebagai kota transit ini menemukan
19

momentumnya tatkala jumlah jamaah haji semakin meningkat. Karena jumlah


jamaah haji Khususnya berasal dari kawasan Asia Tenggara pergi ked an kembali
dari sana melalui Singapura. Itulah sebabnya mengapa kota pelabuhan ini menjadi
pusat Informasi bagi Syiar Islam. Kota ini misalnya, memegang peranan penting
dalam penyebaran tarekat Naqsabandiyah di Sumatera.Bukan tanpa alasan, jika
Ismail Minangkabawi salah seorang tokoh Tarekat Naqsabandiyah setelah
kembali dari mekkah memilih Singapura sebagai pangkalan aktivitasnya bukan
tempat asalnya Simabur di daratan tinggi Minangkabau (Martin Van Bruinessen,
1998: 134). Dengan demikian dapat di ambil pengertian bahwa pada abad ke19
Tarekat Naqsabandiyah telah berkembang di Singapura dan bahkan menjadikan
kota ini sebagai pusat komunikasi dan kegiatannya.

Selain terekat Naqsabandiyah di Singapura juga berkembang tarekat


Muhammadiyah. Pendirinya Syekh Muhammad Suhaimj bin Abdullah memilih
Singapura sebagai tempat tinggalnya selama 40 tahun. Setelah beliau meninggal
tarekat ini disebarluaskan oleh anak cucunya dan para khalifah yang telah dilantik
oleh Syeh Suhaimi sendiri. Tarekat ini kemudian menjadi terkenal di tangan Ustad
Ashari bin Muhammad pendiri dan pemimpin Darul Arqam. Sejauh menyangkut
penyebaran syiar Islam, Singapura juga berperan sebagai pusat informasi bagi
kaum reformis. '

2.4.3 Singapura setelah Pemisahan dengan Malaysia

Salah satu persoalan yang dialami muslim singapura terkait dengan upaya
pengembangan islam di dalam komunitasnya adahh kebijakan pemerintah yang
bermaksud mengadakan penataan tempat tinggal. Disebabkan oleh banjirnya arus
urbanisasi dan tidak memadainya kebutuhan akan papan, "pemerintah telah
membangun rumah-rumah rakyat. Dan mewajibkan seluruh rakyat termasuk orang
melayu untuk tinggal di perumahan yang disediakan oleh pemerintah. Orang-
orang Melayu pun segera pindah dari kampong mereka yang terdiri dari: satu etnis
saja atau tempat tinggal modern yang terdiri dari berbagai etnis. Ini punya dampak
yang besar khususnya bagi orang-orang melayu, tampaknya mereka masih sulit
untuk beradaptasi. Disamping itu, posisi minoritas kaum muslim di apartemen-
20

apartemen yang disediakan pemerintah tersebut tidak mendorong terjadinya


perhimpunan-perhimpunan keagamaan seperti dulu lagi. Mereka yang terbiasa
tinggal dalam satu komunitas muslim dan terbiasa melaksanakan ajaran agama
secara berjamaah, saling tolong menolong dan dapat saling mempererat
silaturahmi, sekarang dengan kebijakan itu menjadi terpencar dan terpecah dari
jamaah yang dulu secara alami terbentuk.

Seperti di negata-negara minoritas muslim lainnya, di singapura eraclilan


islam hanjza menangani perkara-perkara kekeluargaan. .etahun setelah singapura
melepaskan diri dari federasi Malaysia mat islam negeri itu berhasil mendekati
pemerintah agar mensahkan satu undang-undang yang mengatur hokum personal
dan keluarga Islam (1966: 113). Tepatnya pada Agustus 1966 parlemen singapura
mengeluarkan pengaturan pelaksanaan hukum islam (Adminiytration of Muslim
Low Act/AMLA). Untuk mengatur Administrasi hukum islam itu dibentuk pula
sebuah badan yang dikenal dengan Majelis Ulama Islam Singapura pada Tahun
1968. MUIS didirikan dibawah ketentuan AMLA antara lain berwenang untuk
mengatur administrasi hukum Islam di Singapura seperti mengumpulkan zakat
maal dan fltrah, pengaturan perjalanan ibadah haji mengorganisir sekolah-sekolah
agama, mengelola mesjid serta memfungsikannya sebagai tempat untuk dakwah
dan kegiatan masyarakat muslim lainnya serta pemberian beasiswa bagi pelajar
muslim. Disamping itu, majelis ulama ini juga berwenang untuk megeluarkan
fatwa. Dan dibidang pendidikan dibentuk pula satu lembaga yang dikenal dengan
sebutan Mendaki (Majelis Pendidikan Untuk Anak-Anak Muslim) yang bertujuan
untuk memperbaiki anakanak muslim. Dengan demikian, meskipun muslim
Singapura hanya berjumlah kurang lebih 16% dari keseluruhan jumlah penduduk,
mereka relative diberi kebebasan oleh pemerintah untuk mengamalkan ajaran
agama mereka3.

3
Suhaimi.H,Sejarah Islam Asia Tenggara.Pekanbaru,UNRI Press 2010 hlm 54
21

2.5 Peranan Islam dalam Kehidupan Sosial Politik Masyarakat Singapura

Kedatang imigran secara besar-besaran ini secara tidak langsung telah


membuat pelabuhan Singapura berkembang menjadi gerbang ekonomi yang
penting di selat Malaka. Mudahnya terjadi imigrasi besar-besaran seperti ini bisa
di fahami. Karena sebelum kemerdekaan hubungan antara masyarakat dari
berbagai belahan dunia sangat cair (fluid). Secara demografis sangat mudah sekali
terjadi perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lainya, atau sekedar
berkunjung dari satu kesultanan ke kesultanan lainya. Hal ini mudah terjadi
karena seseorang tidak harus direpotkan oleh aturan-aturan kewarganegaraan.
Untuks konteks Singapura abad ke-19 hal ini telah menjadikan Singapura selain
sebagai sentra ekonomi juga menjadikan Singapura punya peranan penting selain
sebagai pusat perdagangan juga sebagai pusat informasi dakwah islam.

Komonikasi yang terjalin antar tokoh Islam tersebar diberbagai wilayah


seperti tokoh tarekat, tokoh reformis atau modernis, menggunakan Singgapura
sebagai kota penghubung atau jembatan menuju beberapa daerah yang hendak
dikunjungi. Fungsi Singapura ini sebagai kota transit ini menemukan
momentumnya takkala jumlah haji semakin meningkat. Karena jumlah haji
khususnya berasal dari kawasan Asia Tenggara pergi dan kembali dari mekkah
melalui Sinapura. Itulah sebabnya kota mengapakota pelabukan ini menjadi pusat
informasi bagi Syiar Islam. Kota ini misalnya, memegang peran penting dalam
penyebaran Tatekat Naqsabandiyah di Sumatera.bukan tampa alasan jika Ismail
Minangkabawi salah seorang tokoh Tarekat Naqsabandiyah setelah kemnali dari
Mekkah memilih Singapura sebagai pangkalan aktivitasnya bukan tempat asalnya
Simabur. Dengan demikian dapat diambil pengertian bahwapada abad ke-19
Tareqat Naqsabandiyah telah berkembang di Singapura dan bahkan menjadikan
kota ini sebagai pusat komonikasi dan kegiatannya.

Selain Tarekat Naqsabandiah di Singapura juga berkembang Tarekat


Muhammadiyah. Pendidikan Shyeih Muhammad Suhaimi bin Abdullah memilih
Singapura sebagai tempat tinggalnya selama 40 tahun. Setelah beliau meninggal
tarekat ini di sebarkan oleh anak cucunya dan para hkhalifah yang telah dilantik
22

oleh syeih Suhaimi sendiri. Tarekat ini kemudian menjadi terkenal di tangan
Ustad Ashari bin Muhammad pendiri dan pemimpin darul Arqam. Sejauh
menyangkut penyebaran syiar islam, singapura juga berperan sebagai pusat
informasi bagi kaum reformis.

Islam di Singapura juga disyarkan oleh para ulama dari berbagai bangsa
belahan Asia Tenggara dan benua kecil India yang berdagang ke sana. Seperti
Syaikh Ahmad Haminuddun (Minamgkabau), Syaikh Tuanku Mudo (Aceh),
syaikh Ahmad Hminudin, Syaikh Syed Usman bin Yahya bin Akil (mufti
Betawi), Syaikh HabibAli Habsi (Kwitang, Jakarta), Syaikh Anwar Sribandung
(Palembang), syaikh Muhammad Jamil Jaho (Padang Panjang) dan lain-lain.

2.5.1 Fase Islam di Negara Singapura Kontenporer

Karena kuatnya perbedaan politik, tahun 1965 Singgapura memisahkan


diri dari Malaysia dan menjadi negara repoblik yang merdeka dengan
pemerintahan parlementer seperti negara itu berhasil mendekati pemerintah agar
mengesahkan suatu Undang-Undang yang mengatur hukum peersonal dan
keluarga Islam. Tepatnya pada Agustus 1966, parlemen Singapura mengeluarkan
pengaturan pelaksanaan hukum Islam (Administrationof Muslim Law Act) atau
AMLA merupakan penggunaan hukum Islam. Namun demikian, administrasi ini
bukanlah hukum islam itu sendiri. Akta ini memberikan uang Fleksible bagi
Dewan Agama Islam, Pengadilan Agam, dan pencatatan Perkawinan Islam dalam
menerapkan hukum Syari’at.

Untuk mengatus administrasi hukum Islam itu, pada tahun 1968 dibentuk
pula sebuah badan yang dikenal dengan nama Majelis Ugama Islam Singapura
(MUIS), sebagai sebuah badan hukum untuk menjadi penasehat presiden
singapura dalam hal-hal yang berkaitan dengan agama Islam. MUIS yang
didirikan dibawah ketentuan AMLA antra lain berwenang untuk mengatur
administrasi hukum Islam di Singapura, seperti mengumpulkan zakat maal dan
zakat fitrah, pengaturan perjalanan ibadah haji, mengorganisir sekolah-sekolah
agama, mengelola masjid serta memfungsikan sebagai tempat untuk dakwah dan
kegiatan masyarakatmuslim lainya, serta memfungsikannya sebagai tempat untuk
23

dakwah dan kegiatan masyarakat muslim lainya, serta pemberian beasiswa bagi
pelajar Muslim. Di samping itu Majelis Ugama ini juga berwenang untuk
mengeluarkan fatwa.

Di negara Singapura yang maju, masyarakat Muslim kebnyakan hidup


dengan standar ekonomi yang lebih rendah dibandingkan dengan saudara
senegaranya yang non-Muslim. Pada tahun 1980 tercatat hanya 679 orang Melayu
yang berprediket sarjana.

Menyadari kelemahan dan kekurangan pada bidang pendidikan formal


agama Islam di satu sisi, dan kebutuhan Muslim Singapura untuk meningkatkan
standar hidup melalui pendidikan di sisi lain, maka pada bulan agustus 1981,
dibentuklah sebuah Majelis Pendidikan Anak-Anak Islam (MENDAKI).
MENDAKImenerima dukungan dan bantuan keuangan dari pemerintah. Badan
ini di tumbuhkan pada tahun 1981 atas usaha ahli-ahli parlemen Melayu-islam
untuk mengatasi kemerosotan orang Melayu, seperti yang di perliatkan pada tahun
1980. dalam tujuh tahun pertama, mendaki sangat perhatian terhadap soal
pendidikan. Ia mengadakan kelas bimbingan setiap menggu dan nasehat kepada
pelajar dan kkeluaga mereka. MENDAKI tidak perlu berjaya, kelembapannya
kaadang-kadang mejadi kritikan.

Pada tahun 1989, satu seminar diadakan di dewan persidangan singapura,


untuk memutar haluan baru bagi MENDAKI. Perlu ada komitmen sepenuhnya
dan usaha. Dengan komitmen sepenuhnya orang melayu yang kaya atau yang
punya kekayaan untuk membantu saudaranya yang kurang mampu,komitmen
dukungan masyarakat terhadap rancangan MENDAKI, komitmen pemerintah
sebagai bukti anda mau bekerja sama mencapai aspirasi masyarakat anda.” Para
peserta seminar dari berbagai masyarakat islam setuju dengan beliau. Mereka
menyokong MENDAKI agar meluaskan kegiatan serta menyususn semula
rancangan-rancangannya dengaan menawarkan lebih banyak program pedidikan.
Di sampang mengajukan kegiatan sosial dan ekonomi. “ sebagian keberhasilan
orang melayu-islam dalam pendidikan adalah di sebabkan oleh Mendaki. Program
terkemuka adalah bimbingan pada akhir minggu. Kelas-kelas utamanya semula
24

pada Februari 1980 degnan 60 orang pelajar kelas “A”, menghadiri kelas setiap
hari Ahad di mesjid AL-Anshar di Chai Chee dan mesjid Al-muttaqin di Ang Mo
Kio.

MENDAKI mengendalikan lebih dari 10.000 orang pelajar di 14 pusat.


Rata-rata berumaur sekitar sembilan hingga delapan belas tahun. Para pelajar
manghabiskan petang sabtu atau pagi ahad mendalami pelajaran yang di peroleh
dari sekolah. Ada juga program-program khusus, seperti kelas matematik lanjutan
dan kelas bahasa inggrais yang intensif untuk pelajar yang sederhana
kebolehannya. Dua lagi projek utama merupakan bagian dari strategi pengayaan
untuk semua MENDAKI, yaitu untuk pelajar pandai dan untuk pelajar yang
pencapaiannya di bawah standar.

Kegiatan lain MENDAKI adalahn kelas-kelas computer, ceramah tentang


orang tua yang baik, bengkel membaca, kemah-kemah cuti sekolah, anugrah dan
beayasiswa. Dia juga memberi pinjaman tampa angsuran. Bagi pihak pemerintah,
MENDAKI menguruskan subsidi iyuran pendidikan tinggi bagi orang melayu,
satu proyek yang membolehkan orang melayu yang membolehkan pendidikan
gratis di peringkat perguruan tinggi.

Proyek utama MENDAKI dalam bidang sosial dan kebajikan adalah


mendirikan pusat pelayanan keluaga dengan kerjasama persatuan pemudi islam
singapura (PPIS). Dalam bidang ekonomi, MENDAKI mencatat perkembangan
besar mmelalui amanah salam mendaki (ASM), sebuah tabung bagi masayarakat
islam. MENDAKI juga telah memasuki bidang memberi latihan kepada pekerja
islam dan kepada pekerja sama denga Lembaga Penghasil Negara (NPB) Untuk
tujuan ini. Para penyokong MENDAKI sadar bahwa banyak keberhasilan yang
telah di capai. Yang lain juga merasa banyak lagi yang boleh di lakukan. berawal
perdebatan ini, lahir sebuah badan yang hampirsama tujuannya yaitu angkatan
kariawan islam (AMP). Parapenggerak utamanya ialah sekumpualan kariawan
islam yang muda bekas pemimpin pelajar yang aktif takkala di universitas dulu.
Setelah memantapkan kerja dan keluarga masing-masing, mereka merasa
masyarakat memerlukan komitmen mereka.
25

Kerap di anggap pesaing MENDAKI, AMP dengan segera menyiapkan


pelbagai rancangan dari pada bersifat pendidikan kepada konseling untuk keluarga
serta individu dan program-program latihan bagi para pekerja. Pada awal tahun
1994, AMP mendirikan pusat latihan untuk meningkatkan kemahiran pekerja
melayu islam. Dan kemajuan kemahiran pemerintah telah menyumbang lebih $2
juta dalam usia ini. Dalam masa tiga tahun akan datang kira-kira 6,600 orang
pekerja islam akan menjalani latihan. AMP juga giat dalam usaha niaga, ia
mendirikan sarikat pemegangan untuk kegiatan perdagangan dan pembangunan di
rantau ini.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Singapura adalah negara kota kecil dengan banyak etnis, dimana etnis
paling besar adalah etnis cina yang mendominasi semua kawasan singapura.
Islam awal sejarah Singapura sangatlah berkembang, dimana Singapura
menjadi tempat bertemunya para pedagang dari berbagai wilayah. Dengan
demikian islam sangat mudah di sebarkan di Singapura. Islam menjadi mayoritas
saat itu di semenajung melayu.
Pada fase pertengahan atau fase kolonialisme, Islam di Singapura menjadi
minoritas, karna saat itu Inggris membebaskan masyarakat dunia untuk
berimigrasi di sana. Tidak hanya itu Inggris juga membawa misioner khusus
untuk pengkristenan di Singapura.
Walaupun Muslim masa kolonialisme menjadi minoritas, tapi pada masa
sekarang islma sudah mulai membaur lagi dengan kegiatan-kegiatan yang ada di
Singapura

3.2 Saran

Penulis menyarankan agar pembaca dapat menyadari bahwa sangat


penting untuk mempelajari sejarah serta pembaca disarankan memahami dan
meyakinkan hati untuk dapat mengembangkan Islam.

26
DAFTAR PUSTAKA

Esposito, John L. The Oxford Encyclopedi of the Modern Islamic World. New

York: Oxford University Press, 1995.

Nach, James. Malaysia dan Singapura dalam Lukisan. Terj. R. Soeparmo.

Jakarta: Mutiara, 1976.

Suhaimi, H. (2010). Sejjarah Islam Asia Tenggara. Pekanbaru: UNRI Press 2010.

27

Anda mungkin juga menyukai