I. LOKASI STUDI
Rumah yang menjadi objek kajian adalah Rumah Adat Purek Lolon. Rumah
tersebut berada di Kampung Lewohola yang berada di desa Jontona kecamatan
Ile Ape Timur, Kabupaten Lembata. Kabupaten Lembata berbatasan dengan:
Sebelah timur : Selat Alor
Sebelah barat : Selat Boleng dan Lamakera
Sebelah Utara : Laut Flores
Sebelah Selatan : Laut Sawu
(Sumber: Google Map dan Google Earth)
3. UPACARA ADAT
Ritual makan kacang (utan belai) dilakukan bersama-sama di rumah
besar (uma belen) dan di panggung upacara (koke bale). Tempat ini
ditetapkan melalui musyawarah adat yang telah berlaku turun-temurun.
Upacara ini diselenggarakan untuk mensyukuri rezeki dan kegagalan
yang diterima dari Yang Maha Kuasa atau Lera Wulan Tana Ekan kepada
warga Lewohala selama setahun itu. Seremoni ini dilaksanakan sederhana,
berpedoman pada ketentuan budaya yang sudah berlaku turun- temurun
dari leluhur. Upacara ini dilaksanakan pada minggu ketiga atau minggu
keempat bulan September atau pada minggu pertama dan kedua bulan
Oktober.
Penetapan jadwal pesta kacang berdasarkan kalender musim yang
dihitung pada saat bulan kabisat atau `wulan lein tou'. Dasar penghitungan
ini menjadi kalender penanggalan pesta kacang yang berlaku terhadap
suku-suku di Lewohala.
Di dalamnya tergabung suku Wungu Belen meliputi suku Gesi
Making, Do Gesi Making, Laba Making, dan suku Beni Making. Suku Wungu
Belumer meliputi suku Hali Making, Sero Making, Lewo Kedang, Langodai,
Balawangak, Purek Lolon, Matarau, Lamablolu, dan Lamawalang.
Pemberitahuan oleh Belen Raya dipegang suku Halimaking sebagai
otoritas kekuasaan akan mengawali pesta kacang. Delapan tahapan
sebelum puncak pesta kacang dimulai dengan `sewa nuku' yakni
menaikkan daun lontar di namang/lapangan yang dilaksanakan suku Purek
Lolon.
Tahap kedua dalam upacara ini, `tuka kiwan lua watan,' yakni
perjalanan turun gunung ke pantai yang dilaksanakan suku Pureklolon dan
Lamawalang. Dalam perjalanannya, mereka melempar sebungkus kecil
daun lontar di dalamnya berisi wua malu dan wako (siri pinang dan
tembakau). Lemparan yang dilakukan suku Lamawalang harus melewati
pohon bakau disertai pukulan gong dan gendang menandai pesta kacang
sedang berlangsung.
Tahap ketiga, doro dope yakni memanah ayam dan kelope (sejenis
ikan melata yang menempel di dahan bakau). Ayam yang dipanah akan
digunakan untuk makan bersama.
Tahap keempat, pelu belai (makan nasi tumpeng adat).Makanan ini
terbuat dari kacang panjang dan nasi merah yang dilaksanakan serentak
anak-anak gadis dari suku Wungu Belumer yang dilaksanakan menjelang
fajar menyingsing. Tahap kelima, hodi elu (kesepakatan atau janji pesta).
Mereka membuat kesepakatan melaksanakan puncak pesta kacang.
Puncak pesta kacang terjadi pada tahap keenam yakni utan wungu
belen yang dilaksanakan serempak oleh suku Wungu Belen yang dihadiri
para pria. Apabila turunan dari warga Lewohala merantau keluar kampung,
maka jatah makannya diantar ke rumah besar (uma belen) suku Laba
Making Langobelen. Malam menjelang puncak pesta kacang dilaksanakan
seremoni tunu muku manu di setiap rumah adat.
Masih dalam rangkaian pesta kecang, dilaksanakan penu koke bale
yakni makan kacang di balai-balai secara serentak oleh suku Wungu Belen
dan Wungu Belumer.
Ritual di bagian ini penting karena para sesepuh Lewohala
menasihati putra-putrinya. Tahap pamungkas dari seluruh rangkaian
seremoni adat menggelar neba belen-neba uelen, yakni atrakasi budaya
atau hiburan dengan tari-tarian daerah setempat seperti soka sihkan, soka
neba dan tarian rotan melibatkan tokoh adat dan masyarakat setempat
IV. ARSITEKTUR
1. TIPOLOGI
Rumah Purek Lolon biasanya berbentuk persegi. Rumah ini
mempunyai lima balai-balai dengan balai-balai yang paling tinggi
merupakan tempat untuk laki-laki dan perempuan. Perempuan berada di
kiri dan laki-laki di kanan. Balai-balai kedua tertinggi juga dibagi
berdasarkan jenis kelamin. Balai-balai kiri diperuntukkan untuk perempuan
dan kanan untuk laki-laki. Rumah Purek Lilin berupa rumah panggung dan
tidak mempunyai dinding.
2. MATERIAL
Material rumah adat berupa kayu kelas satu, bamboo dan daun
kelapa sebagai penutup atap.
3. STRUKTUR DAN KONSTRUKSI
c) Geologi pada kampung adat tersebut memiliki tanah bebatuan dan relatife
berdebu
d) Klimatologi. Arah orientasi Kampung Adat Lewohala menghadap ke arah
selatan dengan view menghadap ke Laut. Angin berhembus dari segala arah.
Arsitektur Nusantara
DI SUSUN OLEH:
EFRAT JOICE RATA (221 16 004)
GIANTI M. A. P. MAN (221 16 005)
DERISTO NIAB (221 16 003)