Anda di halaman 1dari 13

TINJAUAN KAWASAN STUDI

I. LOKASI STUDI
Rumah yang menjadi objek kajian adalah Rumah Adat Purek Lolon. Rumah
tersebut berada di Kampung Lewohola yang berada di desa Jontona kecamatan
Ile Ape Timur, Kabupaten Lembata. Kabupaten Lembata berbatasan dengan:
 Sebelah timur : Selat Alor
 Sebelah barat : Selat Boleng dan Lamakera
 Sebelah Utara : Laut Flores
 Sebelah Selatan : Laut Sawu
(Sumber: Google Map dan Google Earth)

Wilayah administrasi Kabupaten Lembata terdiri dari; 9 kecamatan yaitu


Buyasuri, Omesuri, Lebatukan, Ile Ape, Ile Ape Timur, Nubatukan, Atadei,
Nagawutung, Wulandoni, tujuh keluarahan; Lewoleba Barat, Lewoleba,
Lewoleba Tengah, Lewoleba Utara, Lewoleba Timur, Selandorom, Lewoleba
Selatan, dan 137 desa. Letak geografis Kabupaten Lembata adalah sebagai
berikut: luas wilayah Kabupaten Lembata 1.266,39 km persegi, kira-kira
sepertiga puluh tujuh dari total luas daratan Nusa Tenggara Timur (Luas NTT
47.349,90 Km persegi). Lembata secara astronomis terletak antara 8°10′ –
8°11′ LS dan 123°12′ – 123°57′ BT.

II. FISIK DASAR


1. IKLIM
Iklim di Kabupaten Lembata adalah tropis dengan musim kemarau
yang panjang rata-rata 8 – 9 bulan dan musim hujan yang relatif singkat
rata-rata 3-4 bulan. Bulan Januari sampai April, Juni, November dan
Desember adalah bulan-bulan hujan di Kabupaten Lembata sepanjang
tahun, dengan curah hujan terbanyak pada bulan Desember (±360,00
milimeter kubik) dan hari hujan terbanyak di bulan Januari (±16 hari).
Iklim di Lembata tergolong kering dengan curah hujan rata-rata
001,95 mm pertahun atau 230 mm tertinggi pada Bulan Maret dan 14 mm
terendah pada Bulan Mei. Suhu udara rata-rata 26°C - 29°C dengan suhu
minimum dan maksimum berkisar antara 23°C - 30°C. Sedangkan
kecepatan angin tergolong rendah rata-rata hanya 8,4 knot/jam.
2. TOPOGRAFI
Wilayah Lembata terdiri dari daerah pesisir, berbukit dan bergunung-
gunung dengan 3 (tiga) puncak tertinggi yaitu Gunung Labalekang (1.613
m dpl), Gunung Uyelewun(1.513 m dpl), dan Gunung Ile Ape (1.450 m dpl).
Kemiringan lereng bervariasi antara 5 – 40%. Keseluruhan wilayah daratan
terdiri dari tanah pegunungan/bukit, sedikit dataran dan daerah pantai yang
tersebar di 9 kecamatan.
III. SOSIAL BUDAYA
1. ASAL-USUL
Asal-usul dari purek lolon sendiri berasal dari pulau seram yang
berada di sebelah pulau ambon, Maluku utara. Nenek moyang berangkat
meninggalkan tempat asalnya mencari tempat baru untuk didiami. Setelah
beberapa lama dalam pelayaran tibalah mereka di suatu tempat yang di
kenal dengan nama pulau lepan batan-keroko puken.
Nama Lewohala berasal dari nama depan seorang prajurit perang
yang bernama: “HalaTede” yang pada saat perang perebutan tanah
Lewohala dialah yang menumpas Hulubalang terkenal pihak lawan yang
bernama:“Ekan Watan Lolon”
Nama Lewohala juga berasal dari nama sebuah pohon yakni: pohon
“Hala” (generasi), pohon tersebut yang kemudian dijadikan lambang dari
Lewohala yang mencerminkan keindahan dan keteduhan serta kedamaaian.
Pada tahun 1000 masehi, Nenek Moyang berangkat meniggalkan
tempat asalnya mencari tempat baru untuk didiami. Adapun alasan
perpindahan sebagai berikut:
 Sengketa antara kakak beradik ( puke kawi lusi lei, geni kawa
magarai)
 Perang antar kampung yang tidak berkesudahan
 Terdesak oleh pendatang-pendatang baru.
2. ADAT ISTIADAT
Dalam rumah adat, terdapat lima bale-bale. Tiga di kanan dan tiga
di kiri. Bale-bale tersebut ada yang dikhususkan untuk laki-laki dan
perempuan, yaitu bale-bale yang paling tinggi di antara lima bale-bale
tersebut. Bale-bale untuk laki-laki di sebelah kanan dan untuk perempuan
di sebelah kiri. Bale-bale utama itu disebut Kenata Bele. Lalu bale-bale
tertinggi kedua juga dibagi untuk laki-laki dan perempuan. Laki-laki di
sebelah kanan (Ulione), sedangkan perempuan di kiri (Beruhae Uli). Bale-
bale yang terpendek bisa ditempati oleh anggota keluarga (Mada).

3. UPACARA ADAT
Ritual makan kacang (utan belai) dilakukan bersama-sama di rumah
besar (uma belen) dan di panggung upacara (koke bale). Tempat ini
ditetapkan melalui musyawarah adat yang telah berlaku turun-temurun.
Upacara ini diselenggarakan untuk mensyukuri rezeki dan kegagalan
yang diterima dari Yang Maha Kuasa atau Lera Wulan Tana Ekan kepada
warga Lewohala selama setahun itu. Seremoni ini dilaksanakan sederhana,
berpedoman pada ketentuan budaya yang sudah berlaku turun- temurun
dari leluhur. Upacara ini dilaksanakan pada minggu ketiga atau minggu
keempat bulan September atau pada minggu pertama dan kedua bulan
Oktober.
Penetapan jadwal pesta kacang berdasarkan kalender musim yang
dihitung pada saat bulan kabisat atau `wulan lein tou'. Dasar penghitungan
ini menjadi kalender penanggalan pesta kacang yang berlaku terhadap
suku-suku di Lewohala.
Di dalamnya tergabung suku Wungu Belen meliputi suku Gesi
Making, Do Gesi Making, Laba Making, dan suku Beni Making. Suku Wungu
Belumer meliputi suku Hali Making, Sero Making, Lewo Kedang, Langodai,
Balawangak, Purek Lolon, Matarau, Lamablolu, dan Lamawalang.
Pemberitahuan oleh Belen Raya dipegang suku Halimaking sebagai
otoritas kekuasaan akan mengawali pesta kacang. Delapan tahapan
sebelum puncak pesta kacang dimulai dengan `sewa nuku' yakni
menaikkan daun lontar di namang/lapangan yang dilaksanakan suku Purek
Lolon.
Tahap kedua dalam upacara ini, `tuka kiwan lua watan,' yakni
perjalanan turun gunung ke pantai yang dilaksanakan suku Pureklolon dan
Lamawalang. Dalam perjalanannya, mereka melempar sebungkus kecil
daun lontar di dalamnya berisi wua malu dan wako (siri pinang dan
tembakau). Lemparan yang dilakukan suku Lamawalang harus melewati
pohon bakau disertai pukulan gong dan gendang menandai pesta kacang
sedang berlangsung.
Tahap ketiga, doro dope yakni memanah ayam dan kelope (sejenis
ikan melata yang menempel di dahan bakau). Ayam yang dipanah akan
digunakan untuk makan bersama.
Tahap keempat, pelu belai (makan nasi tumpeng adat).Makanan ini
terbuat dari kacang panjang dan nasi merah yang dilaksanakan serentak
anak-anak gadis dari suku Wungu Belumer yang dilaksanakan menjelang
fajar menyingsing. Tahap kelima, hodi elu (kesepakatan atau janji pesta).
Mereka membuat kesepakatan melaksanakan puncak pesta kacang.
Puncak pesta kacang terjadi pada tahap keenam yakni utan wungu
belen yang dilaksanakan serempak oleh suku Wungu Belen yang dihadiri
para pria. Apabila turunan dari warga Lewohala merantau keluar kampung,
maka jatah makannya diantar ke rumah besar (uma belen) suku Laba
Making Langobelen. Malam menjelang puncak pesta kacang dilaksanakan
seremoni tunu muku manu di setiap rumah adat.
Masih dalam rangkaian pesta kecang, dilaksanakan penu koke bale
yakni makan kacang di balai-balai secara serentak oleh suku Wungu Belen
dan Wungu Belumer.
Ritual di bagian ini penting karena para sesepuh Lewohala
menasihati putra-putrinya. Tahap pamungkas dari seluruh rangkaian
seremoni adat menggelar neba belen-neba uelen, yakni atrakasi budaya
atau hiburan dengan tari-tarian daerah setempat seperti soka sihkan, soka
neba dan tarian rotan melibatkan tokoh adat dan masyarakat setempat
IV. ARSITEKTUR
1. TIPOLOGI
Rumah Purek Lolon biasanya berbentuk persegi. Rumah ini
mempunyai lima balai-balai dengan balai-balai yang paling tinggi
merupakan tempat untuk laki-laki dan perempuan. Perempuan berada di
kiri dan laki-laki di kanan. Balai-balai kedua tertinggi juga dibagi
berdasarkan jenis kelamin. Balai-balai kiri diperuntukkan untuk perempuan
dan kanan untuk laki-laki. Rumah Purek Lilin berupa rumah panggung dan
tidak mempunyai dinding.

2. MATERIAL

Material rumah adat berupa kayu kelas satu, bamboo dan daun
kelapa sebagai penutup atap.
3. STRUKTUR DAN KONSTRUKSI

Rangka atap harus berjumlah ganjil, tergantung dari besarnya


rumah.. Bubungan pinang horizontal yang berada di tengah rangka
atap disebut dari wua. Kuda-kuda pada rumah adat Puruk Lolon
disebut nu dan terbuat dari bambu.
Rumah adat Puruk Lolon mempunyai empat tiang utama. Tiang
pertama dan kedua disebut Rili Wanna dan tiang utama ketiga dan
keempat disebut Lera Lodo.
4. FILOSOFI BENTUK
Rumah adat tradisional Lewohala memilki bentuk rumah serta atap
yang hampir sama rata seperti rumah adat Lamaholot pda umumnya.
Dilihat dari bentukk atap yang berbentuk limas/empat air.
V. TAPAK
1. ANALISA TATA TAPAK
Lokasi studi terletak pada Kampung Adat Lewohala, Desa Jontona, Kecamatan
Ile Ape Timur, Kabupaten Lembata, NTT.

Sumber: Google Earth 2018


Sumber: Google Earth 2018
2. FISIK DASAR (IKLIM, TOPOGRAFI)
a) Iklim Kabupaten Lembata adalah iklim tropis dengan musim kemarau yang
panjang rata-rata 8-9 bulan dan musim hujan yang relatif singkat rata-rata
3-4 bulan.
b) Kondisi kontur di Kampung Adat Lewohala memiliki kemiringan yang cukup
curam dengan bermacam jarak elevasi antar kontur.

Sumber: Google earth 2018

c) Geologi pada kampung adat tersebut memiliki tanah bebatuan dan relatife
berdebu
d) Klimatologi. Arah orientasi Kampung Adat Lewohala menghadap ke arah
selatan dengan view menghadap ke Laut. Angin berhembus dari segala arah.
Arsitektur Nusantara

DI SUSUN OLEH:
EFRAT JOICE RATA (221 16 004)
GIANTI M. A. P. MAN (221 16 005)
DERISTO NIAB (221 16 003)

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR – FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA
KUPANG

Anda mungkin juga menyukai