( SAP )
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan kajian & analisa dari beberapa survei yang dilakukan, angka kesakitan
diare pada semua golongan umur pada saat ini adalah 280/1000 penduduk. Pada
golongan Balita episode diare adalah 1,5 kali per tahun. Angka kematian diare yang
didapat dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT 1995) bila diproyeksikan pada
penduduk Indonesia, setiap tahunnya terdapat 112.000 kematian pada semua golongan
umur (54/100.000 pendududk) pada balita terjadi 55.000 kematian (2,5 per 1000 balita).
A. B. PENGANTAR
Bidang Studi : Blok Pendidikan dan Promosi Kesehatan
Topik : gangguan pencernaan
Subtopic : diare
Sasaran : orang tua balita
Hari/tanggal : Selasa, 20 Maret 2018
Jam : 09:40 – 11:20
Waktu : 20 menit
Tempat : Balai Desa Teratai
C. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan orang tua dapat memahami dan
mengerti tentang diare.
D. Materi
Terlampir
E. Metode
Ceramah
Diskusi
Pemutaran film
F. Media
Leaflet
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
DAFTAR PUSTAKA
A. Pengertian
Menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya
perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan
bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari.
Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinikan sebagai bertambahnya defekasi
(buang air besar) lebih dari biasanya atau lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan
perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa darah.
B. Klasifikasi
Depatemen Kesehatan RI (2000) mengklasifikasikan jenis diare manjadi empat
kelompok yaitu :
1. Diare akut
Yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
2. Disentri
Yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya.
3. Diare persisten
Yaitu diare yang berlangsung selama 14 hari secara terus menerus.
4. Diare dengan masalah lain
Yaitu : Anak yang menderita diare (diare akut dan persisten) mungkin juga disertai penyakit
lain seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.
C. Penyebab
1. Infeksi atau bakteri : Escherichia Coli, Salmonella, cacing, Entamoeba histolityca
2. Mal absorbsi : disakarida (intoleransi laktosa,maltose dan sukrosa), monosakarida
(intoleransi glukosa, fruktosa, galaktosa). Pada bayi dan anak terpenting ialah intoleransi
laktosa.
3. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan, susu.
4. Psikologis : Rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada
anaka yang lebih besar.
D. Faktor resiko
1. Tidak memberikan ASI secara penuh
2. Menggunakan botol susu yang kurang bersih
3. Menyimpan makanan masak pada suhu ruangan
4. Menggunakan air minum yang tercemar
5. Tidak mencuci tangan sebelum dan sesudan buang air besar atau kecil.
6. Tidak membuang tinja dengan benar
2. Gejala:
a. Tidak nafsu makan
b. Lemas
c. Dehidrasi
d. Gelisah
e. Cengeng
f. Oliguria
g. Anuria
h. Rasa haus
i. Penularan
G. Pencegahan
1. Mencuci tangan sebelum makan untuk mengurangi infeksi
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam
penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama
sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan,
sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian
diare (Depkes RI, 2006).
2. Mendesinfeksi permukaan peralatan rumah tangga.
3. Gunakan selalu air bersih
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal-oral
mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda yang
tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam
panik yang dicuci dengan air tercemar (Depkes RI, 2006).
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai
resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan masyarakat yang tidak mendapatkan
air bersih (Depkes RI, 2006).
4. Buang air besar pada tempatnya
5. Mencuci pakaian kotor dengan segera sampai bersih
6. Hindari makanan dan air yang terkontaminasi
7. Pemberian ASI
Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama kehidupan resiko
terkena diare adalah 30 kali lebih besar. Pemberian susu formula merupakan cara lain dari
menyusui. Penggunaan botol untuk susu formula biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena
diare sehingga oci mengakibatkan terjadinya gizi buruk (Depkes RI, 2006).
H. Penanganan diare
1. Bawa ke petugas kesehatan bila :
a. BAB encer semakin sering
b. Ada muntah berulang
c. Demam yang tinggi
d. Ada darah dalam tinja
e. Tidak mau makan atau minum