SKRIPSI
MUTHMAINNA ISKANDAR
160110140002
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG
2018
JUDUL : PEMBUATAN PONTIK ANTERIOR BERDASARKAN
ESTETIKA
Menyetujui:
Pembimbing Utama,
Pembimbing Pendamping,
penulisan skripsi sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program Sarjana
Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin
1. Dr. drg. Nina Djustiana, M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Padjadjaran.
3. Deddy Firman, drg., MS., selaku pembimbing utama yang telah memberikan
iii
iv
5. Prof. Dr. drg. Hj. Yetty Herdiyati, Sp.Ped (K) selaku dosen wali yang telah
(Isma Rizky dan Nur Fitriany), adikku (Salwa Iskandar), dan papiku
seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis
dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
Penulis
“….Barang siapa bertakwa kepada Allah maka dia akan menjadikan jalan
keluar baginya, dan memberinya rizki dari jalan yang tidak ia sangka, dan
barang siapa yang bertawakal kepada Allah maka cukuplah Allah baginya,
ABSTRAK
Kata kunci : Pontik, Modified ridge lap pontic, Ovate pontic, Modified ovate
pontic, Estetika.
vi
Fabrication of Anterior Pontic Based on Esthetics – Muthmainna Iskandar –
160110140002
ABSTRACT
Key words : Pontic, Modified ridge lap pontic, Ovate pontic, Modified ovate
pontic, Esthetics.
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK vi
ABSTRACT vii
DAFTAR GAMBAR x
BAB I PENDAHULUAN 13
viii
ix
3.2.1 Makroestetik..........................................................................................44
3.2.2 Mikroestetik............................................................................................50
BAB IV PEMBAHASAN 56
4.1 Pembahasan 56
5.1 Simpulan 57
5.2 Saran 57
DAFTAR PUSTAKA 58
LAMPIRAN 1 66
RIWAYAT HIDUP 71
DAFTAR GAMBAR
x
xi
xii
BAB I
PENDAHULUAN
Selama ini, fokus praktik kedokteran gigi yaitu pada pencegahan dan
perawatan. Hal ini dinyatakan sebagai kebutuhan dasar pada kedokteran gigi
pada perbaikan estetik. Pada abad ke-20, dokter gigi melihat adanya pergeseran
mengenai kemauan mereka dalam mengatasi permasalahan pada gigi dan mulut
penduduk di Indonesia mempunyai masalah pada gigi dan mulut dengan indeks
DMF-T 4,6 yang berarti prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia
tergolong tinggi. Indeks DMF-T memiliki tiga indikator yaitu “D” adalah decay
atau gigi berlubang, “M” adalah missing atau gigi telah dicabut/kehilangan gigi
dan “F” adalah filling atau gigi yang telah ditumpat (Agtini, 2010).
13
14
Pada data yang terdapat dalam Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun
2001 dilaporkan bahwa dari ketiga indikator DMF-T, nilai “M” adalah nilai
tertinggi dengan nilai 5,3. Data yang terdapat pada Riskesdas 2007, nilai “M”
dilaporkan mendapatkan nilai tertinggi yaitu 3,86 dan pada Riskesdas 2013 nilai
“M” juga dilaporkan mendapatkan nilai tertinggi yaitu 2,9. Berdasarkan hasil riset
tersebut, disimpulkan bahwa dari 25,9% masalah kesehatan gigi dan mulut di
Kehilangan gigi dapat terjadi pada regio anterior maupun regio posterior. Jika
serta kebersihan mulut (Siagian, 2016). Sedangkan apabila terjadi kehilangan gigi
Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya karena
trauma atau kecelakaan (Mathew, et al., 2015). Kehilangan gigi anterior untuk
fungsi estetik, fungsi bicara, dan gangguan psikologis sehingga berdampak pada
kurangnya percaya diri dan keterbatasan aktifitas sosial (Kukreja, et al., 2011;
Sumartati, dkk., 2012; Siagian 2016). Banyak pasien dengan kehilangan gigi
denture, removable partial denture, dan impant dentistry (Rosenstiel, et al., 2006).
Implant dentistry adalah substansi yang diletakkan pada rahang untuk mendukung
15
dentures adalah protesa pengganti kehilangan gigi dan jaringan pendukung yang
didesain agar dapat dilepas sendiri oleh pemakai (Nallaswamy, 2003). Fixed
partial denture adalah gigi tiruan sebagian yang disemen secara tetap pada gigi
alami atau akar yang memberi dukungan utama pada prosthesis (Nallaswamy,
2003).
Fixed partial denture merupakan indikasi pada pasien yang kehilangan satu
atau lebih gigi aslinya. Kehilangan gigi aslinya tersebut akan digantikan oleh
pontik yang didesain dengan memenuhi syarat estetik dan juga fungsional
(Rosenstiel, et al., 2001). Fixed partial denture terdiri dari retainer yang berfungsi
untuk memberikan dukungan untuk gigi tiruan, pontic yang berfungsi untuk
mengganti gigi yang hilang, dan connector yang menghubungkan antara pontic
serta kenyamanan. Pada regio anterior, pontik harus beradaptasi dengan baik pada
gingiva agar pontik terlihat seakan-akan muncul dari gingiva. Desain pontik
berkontak dengan mukosa mulut (ridge lap, modified ridge lap, conical, ovate dan
modified ovate pontic) dan pontik yang tidak berkontak dengan mukosa mulut
gingiva, bibir, dan wajah pasien sedangkan mikroestetik memberi panduan dalam
Tujuan utama adanya estetik pada kedokteran gigi ialah untuk mendapatkan
yang harmonis antar gingiva, bibir, dan wajah pasien (Chice and Pinault, 1994).
Agar tujuan dari estetika pada kedokteran gigi tersebut terpenuhi, elemen
Dalam penulisan skripsi ini, metode yang penulis gunakan ialah metode studi
skripsi ini secara sistematis ke dalam beberapa bab dengan susunan sebagai
berikut :
BAB I : Pendahuluan yang menuliskan tentang alasan pemilihan masalah,
BAB III : Membahas mengenai estetika secara umum. Dalam bab ini juga
estetika.
BAB IV : Pembahasan penulis.
berdasarkan estetika.
BAB II
denture, removable partial denture, dan juga impant dentistry (Rosenstiel, et al.,
nyaman untuk digunakan, estetik, baik, dan dapat menambah rasa percaya diri
2012).
Fixed partial denture adalah gigi tiruan sebagian yang disemen secara tetap
pada gigi alami atau akar yang memberi dukungan utama pada prosthesis
(Nallaswamy, 2003). Fixed partial denture terdiri dari tiga komponen yaitu
retainer, pontik, dan konektor (Nallaswamy, 2003). Gigi yang berfungsi sebagai
penyangga pada fixed partial denture disebut sebagai gigi penyangga, dan
1997).
18
19
Pontik adalah bagian dari fixed partial denture yang menggantikan gigi asli
Pontik didefinisikan sebagai gigi artifisial pada fixed partial denture yang
menggantikan gigi asli yang hilang untuk mengembalikan fungsi serta penampilan
dan juga dapat mengisi bagian yang telah hilang sebelumnya dengan mahkota
klinis (Malone and Koth, 1989). Pontik digunakan untuk mengembalikan fungsi,
memberikan estetik dan juga kenyamanan pada individu, selain itu pontik
didesain secara efektif agar oral hygiene individu tersebut tetap terjaga.
Perawatan fixed partial denture bertujuan untuk membuat pengganti gigi asli
yang hilang agar enak dipakai (comfort), mudah dibersihkan (cleanliness), dan
yang dibuat harus pas sesuai ukuran (fit), mempunyai bentuk yang baik (form),
Tidak semua bagian dari pontik harus memiliki bentuk yang sama dengan gigi
asli yang digantikan. Pada permukaan lingual atau palatal, bentuknya tidak boleh
memberikan tekanan yang berlebih pada ridge. Berbeda dengan bentuk pontik
pada permukaan yang terlihat (labial) harus sesuai dengan bentuk aslinya karena
Hal yang diharapkan dari penggunaan pontik sebagai pengganti gigi yang
hilang ini ialah pontik dapat mengembalikan fungsi, memberikan estetika yang
Pontik ini memiliki bentuk permukaan yang cekung dan overlap terhadap
ridge. Desain pada ridge lap pontic ini harus dihindari karena pada permukaan
gingiva yang cembung, tidak akan ada akses untuk membersihkan di bagian
bawah pontik tesebut. Bentuk tersebut tidak menguntungkan bagi jaringan karena
Desain ini merupakan desain kombinasi dari tipe hygienic dan saddle pontics
yaitu memiliki keuntungan estetika dan mudah untuk dibersihkan. Pada bagian
fasial terlihat desain yang overlap terhadap ridge (agar mencapai fungsi estetik)
dan pada bagian lingual desain terlihat cembung (agar mudah dibersihkan).
Desain modified ridge lap pontic ini paling sering digunakan pada pontik yang
terlihat pada saat berfungsi yaitu pada gigi maksila dan mandibula anterior, gigi
Desain pontik ini berbentuk cembung dengan hanya satu titik yang berkontak
posterior mandibula yang hilang karena pada bagian tersebut tidak terlalu
Ovate pontic merupakan pontik yang memiliki tingkat estetik paling tinggi.
terlihat berada di dalam cekungan pada jaringan lunak residual ridge. Hal ini
akan menunjukkan pontik terlihat seperti gigi alami. Keuntungan dari ovate
pontic ialah memberi kepuasan dalam hal penampilan (Rosenstiel, et al., 2006).
Modified ovate pontic diusulkan oleh Liu pada tahun 2003. Desain modified
pontik pada permukaan jaringan dari tengah basis ke posisi yang lebih ke labial
sehingga tingkat kecembungan desain modified ovate pontic lebih rendah daripada
ovate pontic. Maka dari itu, modified ovate pontic ini lebih mudah dibersihkan
Desain yang dimiliki oleh sanitary pontic memberikan kemudahan pada saat
pembersihan agar permukaan jaringan selalu dalam keadaan bersih. Bentuk yang
diberikan memudahkan alat pembersih melewati ruang antara pontik dan jaringan
pada saat pengontrolan plak. Kerugian dari desain ini adalah makanan mudah
sekitar pontik tetap bersih. Bagian pontik yang menghadap gingiva memberikan
ruang yang terbuka (Rosenstiel, et, al., 2006). Permukaan mesio-distal gingiva
(Nallaswamy, 2017).
24
Kehilangan gigi anterior dapat mengganggu fungsi estetik, fungsi bicara, dan
keterbatasan aktifitas sosial Kukreja, et al., 2011; Sumartati, dkk., 2012; Siagian
2016). Penggantian gigi pada kehilangan gigi anterior sangat diperlukan karena
kehilangan gigi anterior dapat menggunakan fixed partial denture dengan pontik
Dalam pemilihan gigi anterior rahang atas, terdapat beberapa hal yang harus
dengan pontik harus cembung agar mudah dalam pembersihan plak pada
25
penggunaan dental floss. Dilihat dari proksimal, kontak antara pontik dan jaringan
diminimalkan.
1. Insisif sentral atas kanan dan kiri merupakan gigi yang paling jelas nampak,
mudah apabila terdapat model dari rahang atau gigi sebelum dilakukan
pencabutan.
Agar pada saat pembukaan mulut pontik insisif sentral rahang atas terlihat
seperti gigi asli, maka hal-hal yang harus diperhatikan pada pembuatan pontik
A B C
26
Gambar 2.9 B, Garis median. A dan C, Sumbu panjang gigi (Levine, 2016).
Seluruh sumbu panjang gigi anterior inklinasinya ke arah distal (Levine, 2016).
Posisi sumbu panjang gigi terhadap garis median gigi dapat mempengaruhi
estetika. Sudut yang dibuat oleh sumbu panjang pontik (Gambar 2.9 C) dengan
garis median (2.9 B), sebaiknya sama dengan sumbu panjang insisif sentral
lebih sempit atau lebih lebar dari ruang semula. Jika perubahan ruang yang terjadi
tidak banyak maka pontik yang sempit diberi kesan lebar dengan cara
mendatarkan permukaan labial pontik (Gambar 2.11), dan apabila ruang yang
tersisa lebih lebar maka permukaan labial pontik dicembungkan (Gambar 2.10),
Gambar 2.10 Ruangan yang tersisa lebih besar, permukaan labial pontik
dicembungkan (Rosenstiel, et al., 2006).
Gambar 2.11 Ruangan yang tersisa lebih kecil, permukaan labial pontik
didatarkan (Rosenstiel, et al., 2006).
estetik tersebut dapat tercapai jika detail permukaan labial gigi asli diduplikasikan
pada pontik anterior yang akan diaplikasikan karena akan membuat pontik terlihat
sedangkan garis insisal insisif lateral berada 1 mm di atas garis kurva insisif
sentral dan kaninus (Shillinburg, 1997). Garis insisal pontik berada dalam garis
yang sama dengan gigi sebelahnya, dan lengkung gigi maksila mengikuti kurva
bibir bawah agar mencapai keadaan yang ideal (Jenghu, et al., 2015).
Saat terjadi kehilangan gigi dan lama tidak diganti dengan protesa, akan terjadi
penciutan pada gusi. Pada saat pontik insisif lateral digunakan untuk mengganti
kehilangan gigi tersebut, leher gigi insisif lateral akan terlihat sempit dan terlalu
kecil sehingga terkesan tidak estetik apabila pontik yang digunakan ukurannya
sesuai dengan gigi asli (Gambar 2.14 a). Untuk menghindari hal tersebut, leher
pontik insisif lateral dibuat lebih lebar dari gigi aslinya agar penciutan gusi yang
1987).
29
(a) (b)
Gambar 2.14 Pontik insisif lateral dengan leher sempit (a), pontik insisif lateral
dengan leher diperlebar (b) (Shillingburg, 1997; Rosenstiel, et al., 2006).
Sumbu panjang gigi insisif lateral kemiringannya sama dengan insisif sentral
sesuai dengan yang telah dijelaskan pada sub bab di atas. Perbedaan pontik insisif
lateral dengan insisif sentral lainnya ialah sudut distalnya lebih tumpul dan sudut
mesial lebih membulat. Selain itu, garis insisal berada 1 mm di atas garis incisal
Garis insisal insisif sentral dan kaninus berada pada garis kurva yang sama
(Levine, 2016). Sumbu panjang kaninus membentuk sudut dengan garis median
gigi (seperti yang dijelaskan pada sub bab di atas), tapi ada juga kaninus yang
melainkan di mesial dari garis tengah gigi. Ketinggian ini membagi permukaan
labial menjadi bagian mesial yang sempit dan bagian distal yang lebih lebar. Oleh
karena gigi kaninus terletak pada sudut rahang maka bagian distalnya tidak
Bentuk pontik untuk keempat insisif rahang bawah memiliki bentuk yang
sama. Sudut mesial dan distal insisif sentral rahang bawah sama tajamnya,
sedangkan insisif lateral rahang bawah memiliki sudut mesial yang tajam dan
sudut distal yang lebih tumpul. Sumbu panjang pontik gigi anterior rahang bawah
ini sejajar dengan garis median gigi, walaunpun terkadang sumbu panjang
Sumbu panjang gigi kaninus sejajar dengan garis median dan sumbu panjangnya
harus sama dengan sumbu panjang kaninus di regio sebelahnya yang merupakan
gigi asli. Selain itu, bentuk dari pontik kaninus juga harus mengikuti bentuk gigi
kebersihan mulut (Siagian, 2016). Berbeda dengan regio anterior, pada regio
Howard dan Pruitt mengemukakan bahwa desain standar pontik ialah sebagai
Untuk mendapatkan bentuk pontik yang sesuai dengan gigi yang diganti,
desain pontik harus dibuat sesuai dengan syarat di bawah ini, diantaranya adalah
(Nallaswamy, 2003) :
pada mukosa.
memberikan kenyamanan pada individu, selain itu pontik didesain secara efektif
tepat diperlukan agar dapat menentukan rencana perawatan yang akan dilakukan.
32
beberapa pertanyaan kepada pasien dan juga menggali informasi dari pasien. Pada
pemeriksaan ini harus dilakukan secara detail karena berisi informasi personal
pasien termasuk riwayat penyakit sistemik serta riwayat penyakit gigi. Informasi
lainnya yang penting diketahui ialah apa keluhan dari pasien (Rosenstiel, et al.,
2006).
mendapatkan perawatan perbaikan estetika, informasi yang digali dari pasien ialah
bagaimana harapan dari hasil perawatan yang diinginkan pasien. Maka dari itu,
pada pemeriksaan subjektif ini juga menanyakan apa motivasi pasien dan
perspektif estetika seperti apa yang diinginkan oleh pasien (Levine, 2016).
harus sesuai dengan harapan dari pasien dan prinsip estetika (Levine, 2016;
Greissberger, 2010).
1. Makroestetik
Komponen makroestetik merupakan komponen yang membantu untuk
dilakukan ialah menentukan garis median gigi, hubungan antar gigi geligi
terhadap bibir, penilaian terhadap struktur gingiva, serta fonetik dari pasien
(Greissberger, 2010).
2. Mikroestetik
Elemen mikroestetik membantu agar proporsi dan posisi gigi sesuai.
Pemeriksaan yang dilakukan dengan mengevaluasi rasio panjang dan lebar gigi,
bentuk gigi, karakteristik gigi, dan penentuan warna gigi yang sesuai.
Rencana perawatan yang dianjurkan ialah sesuai dengan hasil dari pemeriksaan
Rencana perawatan harus berdasar pada desain pontik yang telah ditentukan
(Nallaswamy, 2003). Rencana perawatan dimulai dari penentuan warna gigi lalu
34
pembuatan model dari hasil pencetakan yang disebut sebagai diagnostic casts.
Diagnostic casts yang telah dibuat selanjutnya dilakukan wax up dengan cara
estetika. Setelah wax diaplikasikan pada diagnostic casts maka disebut dengan
morfologi gigi, serta posisi gigi. Selain itu, diagnostic wax up digunakan untuk
memberikan gambaran terlebih dahulu kepada pasien estimasi hasil restorasi yang
Pontik merupakan bagian dari fixed partial denture yang menggantikan gigi
asli yang hilang, memperbaiki fungsi, dan penampilan. Pontik dan retainer
dihubungkan oleh konektor dan ketiga komponen tersebut akan disemen secara
tetap pada gigi asli sebagai penyangga (Nallaswamy, 2003). Maka dari itu, dalam
35
konektor.
lama, maka dari itu pontik pada jembatan sementara harus dibuat terlebih dahulu.
wajah, dan kepribadian pasien sehingga kesesuaian hasil restorasi dengan prinsip
estetika dapat dievaluasi. Selain itu, apabila setelah try in tidak sesuai dengan
karena merupakan gambaran dari pontik pada jembatan tetap yang dapat
mengembalikan kepercayaan diri pasien secara cepat (Desyanti dan Gita, 2014).
36
yaitu pembuatan tidak langsung (indirect), langsung (direct), dan tidak langsung-
pembuatan jembatan sementara (Christensen, 2004). Selain itu, dari ketiga teknik
pembuatan jembatan sementara tersebut tidak ada yang dianggap sebagai teknik
(Schwedhelm, 2006) :
1. Pembuatan cetakan pada pasien, lalu membuat diagnostic casts.
2. Pembuatan wax up pada diagnostic casts.
3. Duplikasi hasil wax up menggunakan bahan cetak silikon (Gambar 2.16).
4. Hasil duplikasi dibuat model menggunakan gips (Gambar 2.17).
5. Buat cetakan vacuum-formed matrix dengan mencetaknya pada model gips
tungsten carbide burs, abrasive disk, dan silicon rubber points (Gambar
2.22).
37
9. Setelah jembatan sementara telah dibentuk dan dipoles, cobakan pada mulut
pasien dan evaluasi hasil akhirnya. Hasil akhir harus sesuai dengan prinsip
estetika.
Semen yang digunakan pada sementasi jembatan sementara ini ialah reinforced
zinc oxide eugenol cement (Smith, 1986). Semen ini dapat bertahan lebih dari 3
minggu, dan penggunaan jembatan sementara ini cukup selama 2-3 minggu.
semen yang berada pada akhiran restorasi, maka selanjutnya ialah melakukan
evaluasi. Evaluasi yang dilakukan sesuai dengan prinsip estetika yang ingin
1. Kepuasan pasien.
2. Keharmonisasian antara restorasi, wajah, dan senyum pasien.
3. Penilaian senyum. Lengkung gigi maksila mengikuti kurva bibir bawah.
4. Bentuk dan kontur gigi.
5. Kondisi gingiva.
6. Adaptasi jembatan sementara.
7. Oklusi.
Setelah dilakukan evaluasi dan telah sesuai dengan prinsip estetika, lakukan
pengambilan foto dengan teknik fotografi yang benar agar dapat mengevaluasi
hubungan restorasi dengan gigi, gingiva, bibir, dan wajah pasien. Hasil foto yang
diambil, akan diberikan ke dental lab agar jembatan tetap yang dikerjakan sesuai
Setelah diaplikasikan pada pasien, pasien diminta untuk datang kembali 2-3
sama dengan evaluasi sebelumnya dan juga melihat adaptasi gingiva dengan
jembatan sementara, jika tidak ada yang harus diperbaiki maka jembatan tetap
harus sesuai dengan jembatan sementara yang telah dibuat (Massironi, 2007).
Setelah pembuatan pontik pada jembatan sementara selesai dan evaluasi telah
Pembuatan pontik pada jembatan dapat dilanjutkan apabila jaringan sekitar sudah
dalam keadaan normal. Pada saat pasien datang, jembatan sementara dilepas
kemudian gigi penyagga, jaringan, dan jembatan sementara yang telah dilepas
dibersihkan.
Setelah itu, dilakukan pencetakan kembali karena jaringan lunak dapat cepat
melanjutkan pembuatan pontik pada jembatan tetap (Firman D., dkk, 2009). Bila
diujicobakan pada pasien. Apabila ukuran, kontur, warna, dan oklusi telah sesuai
dengan yang diinginkan, maka lakukan sementasi secara permanen (Smith, 1981;
Pada pemeriksaan akhir, dilakukan evaluasi secara teliti pada desain pontik
anterior. Pontik anterior yang telah dibuat herus dapat beradaptasi dengan baik
serta bentuknya berdasarkan desain standar pontik anterior dan prinsip estetika.
Desain pontik yang telah dibuat harus memiliki hubungan yang harmonis dengan
bibir, gingiva, gigi, dan wajah pasien agar tujuan estetika yang diinginkan tercapai
ESTETIKA
Estetika merupakan subdisiplin dari teori nilai yang merupakan cabang dari
ilmu filosofi yang mempelajari tentang nilai sensori yang disebut juga dengan
bahwa Esthetics Dentistry merupakan disiplin ilmu yang berfokus pada modifikasi
merupakan bagian dari kecantikan fisik dan merupakan kunci dari penilaian
Tujuan utama adanya estetik pada kedokteran gigi ialah untuk mendapatkan
proporsi penampilan yang maksimal antar gigi serta untuk mendapatkan susunan
yang harmonis antar gingiva, bibir, dan wajah pasien (Chice and Pinault, 1994).
Agar tujuan dari estetika pada kedokteran gigi tersebut terpenuhi, elemen
42
I.2 Prinsip Estetika
keberhasilan pada perawatan estetika. Ada beberapa panduan atau prinsip yang
I.2.1 Makroestetik
komponen terpenting dalam persepsi estetik seseorang (Omar and Tai., 2014).
Komponen makroestetik terdiri dari garis median gigi, hubungan antar gigi geligi,
pola senyum, penilaian terhadap bibir, penilaian terhadap struktur gingiva, dan
Hal pertama yang harus dilakukan untuk mencapai keadaan estetik yaitu
menentukan garis median gigi. Garis median gigi seharusnya bertepatan dengan
garis median wajah, walaupun hanya ada 70% populasi yang mengalami keadaan
Pada pasien yang memiliki wajah simetris, patokan garis median wajahnya ialah
harus bertepatan, tetapi keadaan tersebut hanya terjadi pada 25% populasi
43
(Wilson, 2015). Maka dari itu, penentuan garis median gigi berpatok pada gigi
insisif maksila. Penentuan garis median gigi maksila dilakukan dengan prinsip
(Geissberger, 2010) :
1. Garis median gigi maksila harus sejajar dengan garis median wajah.
2. Garis median gigi maksila harus berada di pusat, sedekat mungkin dengan
Penilaian garis median gigi dilakukan dengan mengambil foto pasien terlebih
dahulu lalu menilainya dari hasil foto tersebut (Geissberger, 2010). Pada beberapa
kasus memperlihatkan garis median wajah dan garis median gigi tidak bertepatan.
Hal tersebut dapat ditoleransi apabila garis median wajah dan garis median gigi
masih dalam keadaan sejajar dan perbedaan jaraknya tidak lebih dari 4 mm. Orang
awam menilai jarak tersebut masih terlihat estetik, walaupun profesional menilai
perbedaan jarak maksimal garis median gigi dan garis median wajah ialah 2 mm
44
3.2.1.2 Hubungan Antar Gigi Geligi
ukuran antar gigi harus sesuai. Penentuan ukuran gigi dapat dilakukan pada gigi
yang akan menentukan kesimetrisan, seberapa besar ruang yang digunakan, dan
proporsi dari regio anterior (Geissberger, 2010). Proporsi gigi yang terlihat
harmonis dengan wajah dan senyum dinilai memberikan estetik yang baik
(Wilson, 2015).
bagaimana pola senyum dari pasien, akan membantu untuk menentukan seberapa
45
rumit kasus estetika yang harus dipecahkan pada pasien tersebut (Geissberger,
2010).
1. Gaya Senyum
Rubin mengklasifikasikan gaya senyum seseorang yang terdiri dari commisure
smile, canine atau cuspid smile, full denture or complex smile (Geissberger, 2010;
yaitu sudut bibir tertarik ke arah luar atas, mengikuti arah otot zigomatikus
major.
b. Canine or cuspid smile, terdapat pada 31% orang di dunia. Gaya senyum ini
didominasi oleh levator labii superioris. Pada saat senyum, bibir atas dalam
bibir atas dan sudut bibir terangkat ke atas serta bibir bawah bergerak ke
Gambar 3.3 Commisure (a), cuspid (b), complex smile (c) (Geissberger,
2010).
2. Tingkat Senyum
Terdapat 4 tingkat senyum pada seseorang, dimulai dari bibir tertutup (tingkat
1), bibir dalam keadaan istirahat (tingkat 2), senyum alami (tingkat 3), dan
senyum meluas (tingkat 4). Apabila pada saat perubahan senyum alami menjadi
senyum yang meluas tidak mengalami banyak perubahan, maka harus dilakukan
46
Gambar (a)
3.4 Bibir tertutup (b)
(a), keadaan istirahat(c)
(b), senyum alami (c),
(d)
senyum meluas (d) (Levine, 2016).
perawatan estetika yaitu memperlihatkan lebih banyak gigi pada saat senyum
3. Tipe Senyum
Terdapat 5 tipe senyum seseorang berdasarkan gigi apa yang terlihat dan
mengetahui gaya senyum, tingkat senyum, dan tipe senyum. Dengan mengetahui
pola senyum individu tersebut maka dapat mengetahui perawatan yang akan
Struktur gigi yang terlihat saat keadaan istirahat (rest position), berbicara,
tersenyum dan tertawa mempengaruhi estetika. Pada saat keadaan istirahat (rest
position) keadaan gigi insisif maksila yang terlihat untuk pria rata-rata 1,91 mm
dan 3,40 mm untuk wanita. Keadaan yang dinilai paling estetik lainnya ketika
senyum adalah lengkung gigi maksila mengikuti kurva bibir bawah (Jenghu, et
al., 2015).
Banyaknya gigi insisif maksila yang terlihat pada saat tersenyum sangat
47
Semakin meningkatnya usia seseorang, maka gigi insisif maksila yang terlihat
gingiva yang terlihat dari arah lateral ke sentral maksila harus semakin menurun
0,5-1 mm. Jaringan yang sehat juga merupakan keadaan estetika yang paling baik
(Geissberger, 2010).
3.2.1.6 Fonetik
Fonetik dan estetik yang benar terbentuk dari posisi gigi insisif sentral maksila
yang telah sesuai. Hal ini dapat diketahui dengan menginstruksikan pasien
menyebut huruf “F” dan “V” (Geissberger, 2010). Apabila pada saat penyebutan
gigi insisif sentral maksila menyentuh bibir bawah, maka keadaan tersebut
48
3.2.2 Mikroestetik
Mikroestetik membantu agar proporsi dan posisi gigi sesuai. Aspek gigi yang
terdiri dari rasio panjang-lebar gigi, bentuk, karakteristik, dan shade dari gigi
membantu untuk menghasilkan gigi palsu akan terlihat seperti gigi aslinya
(Geissberger, 2010).
Pada umumnya, gigi terdiri dari 3 bentuk. Bentuk gigi yang dijadikan sebagai
patokan adalah gigi sentral maksila karena memiliki peran terbanyak saat senyum.
1. Ovoid
2. Square
3. Triangular
seseorang. Bentuk gigi dapat berubah seiring dengan bertambahnya usia (Wilson ,
2015).
49
3.2.2.2 Warna Gigi
tingkat persepsi pasien terhadap warna gigi yang akan diaplikasikan pada gigi
pasien tersebut. Selain itu, warna gigi yang diaplikasikan harus sesuai dengan
Agar teori dasar warna dan penentuan warna gigi terpenuhi, mekanisme kerja
mata perlu diketahui. Mekanisme kerja mata dimulai pada saat suatu objek
memantulkan panjang gelombang cahaya pada mata tersebut. Diameter pupil mata
(Geissberger, 2010).
Retina mempunyai fungsi untuk menangkap cahaya yang masuk ke mata dan
akan diteruskan ke otak, lalu otak akan memberikan respon atas cahaya yang telah
masuk. Retina memiliki dua reseptor cahaya, yaitu sel batang dan sel kerucut
(Garrity J., et al., 2016). Sel kerucut digunakan untuk pengelihatan yang lebih
tajam pada pada siang hari dan akan mempersepsikan warna merah, hijau, dan
biru.
Sumber cahaya merupakan faktor yang dominan dalam penentuan warna gigi.
Sumber cahaya yang paling baik ialah cahaya matahari pada tengah hari antar
50
pukul 12.00 siang sampai 13.00. Namun sumber cahaya tersebut tidak selamanya
dapat digunakan karena jam praktek lebih sering berada pada malam hari
(Thambas dan Dewi, 2012). Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dapat
menggunakan bola lampu yang memiliki karakteristik cahaya seperti pada siang
(Wilson, 2015). Lampu dengan temperatur cahaya ini dapat ditemukan pada
berbagai jenis merek dagang lampu yang berada di pasar bebas. Untuk
mengetahui temperatur cahaya pada lampu, dapat dilihat dari kemasan lampu
tersebut. Berikut berbagai bentuk contoh bola lampu dengan temperatur cahaya
5.500K.
2. Pasien
Selain pencahayaan, warna pakaian dan warna lipstik pasien juga berpengaruh.
Maka langkah selanjutnya ialah memastikan seluruh permukaan gigi pasien dalam
keadaan bersih, segala make up pada wajah pasien harus dibersihkan, dan warna
51
pakaian pasien yang tidak berwarna netral ditutup dengan bib (Thambas dan
3. Penentuan value
Penentuan value pada gigi sangat penting untuk mendapatkan estetika yang
optimal. Value pada shade guide dimulai dari yang paling cerah (value tertinggi)
ke yang paling gelap (value terendah). Pada saat penentuan value, cocokkan
shade tabs pada bagian gingival, body, dan incisal dari gigi asli serta cocokkan
Gambar 3.9 Gingival (G), body (B), incisal (I) (Geissberger, 2010)
dentin dan ditemukan pada bagian tengah permukaan fasial. Setelah penentuan
52
Gambar 3.11 Pencocokan hue shade tabs dengan gigi asli (Geissberger, 2010).
Setelah melakukan penentuan warna gigi, hal selanjutnya yang dilakukan ialah
komunikasi dengan pasien dan dental lab. Setelah pasien setuju dengan warna
ekspektasi warna yang ditentukan oleh operator dapat diterima secara jelas oleh
53
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Berdasarkan teori yang dibahas pada bab tinjauan umum pontik dan bab
estetika, kehilangan gigi anterior harus segera diganti karena akan dapat
estetik, baik, dan dapat menambah rasa percaya diri pemakainya jika
Beberapa kasus kehilangan gigi yang terjadi pada waktu yang lama akan
tersebut. Apabila hal tersebut terjadi, maka perawatan orthodonti harus dilakukan
terlebih dahulu untuk merawat migrasi dan rotasi gigi-gigi sebelahnya agar pontik
yang nantinya akan digunakan ukurannya sesuai dengan gigi asli yang digantikan.
Pontik adalah bagian dari fixed partial denture yang menggantikan gigi asli
Klasifikasi desain pontik anterior yang paling sesuai yaitu modified ridge lap,
ovate, dan modified ovate pontic. Hal tersebut disebabkan karena ketiga desain
54
55
pontik tersebut memiliki keuntungan estetika yang baik sehingga baik untuk
digunakan pada regio anterior, walaupun dari ketiga klasifikasi pontik tersebut
tersebut. Contohnya pada pemilihan ovate pontic, individu yang memiliki linggir
yang runcing dan tajam tidak dapat menggunakan desain ovate pontic karena
apikokoronal. Contoh lainnya ialah pada individu yang memiliki gaya senyum
dengan memperlihatkan gigi hingga premolar maka desain modified ridge lap
merupakan indikasi pontik anterior yang paling sesuai untuk individu tersebut
karena pada desain tersebut memiliki keuntungan estetika yang baik dan
berdasarkan klasifikasi desain pontik anterior yang sesuai dengan keadaan pasien,
susunan yang harmonis antar gingiva, bibir, dan wajah pasien. Tahap pertama
56
yang dilakukan pada penerapan prinsip estetika ialah menentukan garis median
wajah dan garis median gigi. Garis median wajah dan garis median gigi idealnya
bertepatan, tetapi pada beberapa kasus hal tersebut tida terjadi. Hal tersebut dapat
ditoleransi apabila garis median wajah dan garis median gigi masih dalam
rencana perawatan merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. Rencana
perawatan yang dilakukan ialah dengan pembuatan diagnostic wax up. Pembuatan
dahulu kepada pasien estimasi hasil restorasi yang akan diaplikasikan sebelum
pembuatan pontik pada jembatan sementara harus dibuat terlebih dahulu. Teknik
pembuatan jembatan sementara (Christensen, 2004). Selain itu, dari ketiga teknik
pembuatan jembatan sementara tersebut tidak ada yang dianggap sebagai teknik
Setelah semua tahap telah dilakukan, evaluasi akhir secara teliti pada desain
keadaan biologis untuk mendapatkan keadaan ideal pada bentuk, fungsi, dan
penampilan seseorang. Maka dari itu, desain pontik yang telah dibuat harus
memiliki hubungan yang harmonis dengan bibir, gingiva, gigi, senyum, dan wajah
pasien agar tujuan estetika yang diinginkan tercapai (Chice and Pinault, 1994).
Selain itu, adaptasi pontik dengan jaringan sekitar harus diperhatikan dan jaringan
III.1 Simpulan
yang buruk dan dapat mengganggu fungsi estetik, fungsi bicara, dan
serta untuk mendapatkan susunan yang harmonis antar gingiva, bibir, dan
III.2 Saran
mendapatkan susunan yang harmonis antar gigi, pontik, gingiva, bibir, dan
wajah pasien.
2. Mahasiswa kedokteran gigi program S1 sebaiknya diberikan pengetahuan
58
59
agar memperoleh wawasan yang lebih dan dapat diaplikasikan pada kasus-
Chice GJ, Pinault A. 1994. Esthetics of Anterior Fixed Prosthodontics. 1st ed.
Chicago: Quintessence.
Desyanti, Anggia dan Gita, Farisza. 2014. Pencapaian estetika optimal pada gigi
tiruan jembatan imidiat anterior atas dengan modifikasi ovate pontik.
Garrity James, MD, Whitney, and Betty MacMillian. 2017. Structure and function
of the eyes. [Online]. Available online at:
http://www.merckmanuals.com/home/eye-disorders/biology-of-the-eyes/
(diakses 18 Oktober 2017).
Greissberger, Marc. 2010. Esthetics Dentistry in Clinical Practice. 1st ed. Wiley-
Blackwell. 3, 4-8, 9-16, 209, 214-215 pp.
60
61
Jenghu, D., Dua, VS., Mangla, R., Khanna, M. 2015. Smile esthetics. Indian J
Oral 6: 101-7.
Kai, Risako; D. Umeki; T. Sekiya; and Y. Nakamura. 2016. Defining the location
of the dental midline is critical for oral esthetics in camouflage orthodontic
treatment of facial asymmetry. Ajo-Do Japan.
Malone WF, Koth DL. 1989. Tylmans Theory and Practice of Fixed
Prosthodontics. 8th ed. Tokyo: lshiyaku Euro America.
Massironi D., Pascetta R., Romeo G. 2007. Precision in Dental Esthetics: Clinical
and laboratory procedures. Milan : Quintessenza Edizioni Srl. Pp 10-22, 258.
Mathew, BN., Senthil Kumar KP., Tamizharasi, S. 2015. “Riding pontics”: A tool
behind a confident smile: A case report. J Indian Acad Dent Spec Res; 2:90-3.
Meshramkar, Roseline., Anehosur, Gouri V., Pillai, Lekha K., Nadiger, Ramesh K.
2013. Complete denture esthetics revisited. Indian Journal Oral Science 4(1):
8-10.
Omar, Hanan., Tai, Yun Teng. 2014. Perception of smile esthetics among dental
and non dental students. Journal of Education and Ethics in Dentistry 4(2):
54-55.
Oswal MM, Oswal MS. 2016. Unconventional pontics in fixed partial dentures. J
Dent Allied Sci. 5:84-8.
Phark, Ji-Hoon, DDS; Y.Keun, DDS, PhD; and BS.Lim, PhD. 2016. Influence of
illuminants of the color distribution of shade guides. The journal of prosthetic
dentistry.
62
Prasad, Khrisna D., Shetty Manoj., Alva, Harshitha., Prasad Anupama D. 2012.
Provisional restorations in prosthodontics rehabilitations-concepts, materials
and technique. Nitte University Journal of Health Science.
Schwedhelm ER. 2006. Direct technique for the fabrication of acrylic provisional
restorations. J Contemp Dent; (7)1:157-173.
Shillingburg HT, Hobo S, Whitsell LD, Jacobi R, Bracket S. 1997. Fundamentals
of Fixed Prosthodontics. 3rd ed. Chicago: Quintessence Books. Pp 1, 2, 423.
Siagian, Krista V. 2016. Kehilangan sebagian gigi pada rongga mulut. Jurnal e-
Clinic (eCI) 1: 1.
Smith, B. G. N. 1986. Dental Crowns and Bridges: Design and Preparation. 1st ed.
Year Book Medical Publisher: Chicago. Pp 113, 122-128, 157.
Vig RG, Brundo GC. 1978. The Kinetics of Anterior Tooth Display. J Prosthet
Dent 39(5):502-4. In Esthetics Dentistry in Clinical Practice. (Greissberger,
Marc). Wiley-Blackwell.
Wilson, Nairn H.F. 2015. Essentials of Esthetic Dentistry. 1st ed. Elsevier. 11, 75-
82 pp.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
63
64
RIWAYAT HIDUP
Pendidikan pada:
Bandung.
65