Disusun Oleh :
1. Adie Setiawan
2. Dian Ayu Lestari
3. Dwi Laraswati
4. Ika Setyaningsih
5. Imam Mustakim
6. Lilin Dewi Musripah
7. Bagus Edi Malikin
8. Nana Lustiana
9. Nikmatun Faizah
10. Siswanto
11. Meysary Dwi Irmawati
12. Ririn Windiyah Sari
13. Sunarlin
14. Tri Maryanto
AKADEMI KEPERAWATAN KRIDA HUSADA KUDUS
Jl. Lambao No. 1 Singocandi Kec. Kota Kab. Kudus
2006 / 2007
TINJAUAN TEORI
I PENGERTIAN
Hemofilia adalah penyakit pembekuan darah kongenital yang disebabkan
karena kekurangan faktor pembekuan darah, yakni faktor VII dan
faktor IX. Faktor tersebut merupakan protein plasma yang
merupakan komponen yang sangat dibutuhkan oleh pembekuan
darah khususnya dalam pembentukan fibrin pada daerah trauma.
(Aziz Alimul Hidayat, 2006 : 47)
Hemofilia adalah istilah yang mengacu pada defisiensi beberapa faktor
pembekuan, berbeda yang krediter, yang paling sering adalah
defisiensi faktor VIII (83-85% kasus). Defisiensi ini diturunkan
melalui gen secara sex-linked. (Tambayong, 2000 : 82).
Pembekuan adalah kemampuan darah untuk berubah dari cair menjadi massa
semi padat. Pembekuan ini melibatkan perubahan febrinogen,
makrafag yang dapat larut yang terdiri dari rantai-rantai
polipeptida, menjadi monomer fibrin dengan kerja trombin enzim
proteolitik. (Tambayong, 2000 : 82).
Hemofilia merupakan gangguan koagulasi herediter atau didapat yang paling
sering dijumpai, bermanifestasi sebagai episode perdarahan
intermiten. Hemofilia disebabkan oleh mutasi gen faktor VIII (FV
III) atau faktor IX (FIX). (Syilvia A. Price, 2005 : 300).
II ETIOLOGI
1. Kekurangan faktor VIII (Hemofilia A)
Penyakit ini bersifat herediter, biasanya hanya terdapat pada anak
laki-laki, tetapi dapat diturunkan oleh wanita (bersifat sex-linked recessive)
4. Faktor Kongenital.
Bersifat resesif autosomal herediter, ini timbul sebagai akibat sintesis
faktor pembekuan tersebut menurun. Gejalanya berupa kebiruan pada kulit
atau perdarahan spontan atau perdarahan yang bertujuan setelah suatu
trauma.
6. Kekurang fibrinogen
Yaitu dengan trombin time. Jika thrombin time memanjang ( N :
kurang dari 15-20 detik). Berarti terdapat hipofibrinogenemia (secara
kualitatif), secara kuantitatif dengan mengukur kadar fibrinogen dalam
plasma ( N : 250-350 mg%).
IV PATOFISIOLOGI
Hemofilia merupakan kondisi yang ditentukan secara genetik, terangkai
seks, resesif dimana terdapat defisiensi faktor VII, yaitu globulin anti hemofilik,
secara. Klinik hanya mengenai laki-laki, tetapi wanita dapat bertindak sebagai
karier. Walaupun demikian, secara teoritis memungkinkan bahwa perkawinan
dari laki-laki yang hemofilik dan wanita yang karier dapat memberikan anak,
dimana satu dalam adalah wanita hemofilik. Sebelumnya di duga bahwa
kombinasi gen ini letal, tetapi beberapa kasus hemofilia wanita sebenarnya telah
dikenali dewasa ini. Pada umumnya, anak dari seorang laki-laki normal dan
wanita karier secara rata-rata 50% normal, 55% wanita karier dan 25% laki-laki
hemofilik. Anak dari seorang laki-laki hemofilik dan seorang wanita normal
adalah 50% laki-laki normal dan 50% wanita karier (Sacharin M, Rosa, 1996 :
418)
V PEMERIKSAAN
1. Waktu pembekuan akan memanjang (waktu pembekuan normal adalah 5-10
menit)
2. Uji pembangkitan tromboplastin dapat menentukan pembentukan yang tidak
efisien dari trombo plastin akibat kekurangan glubulin anti hemofilik)
VI PATHWAY
Perdarahan Cedera
IX PENGKAJIAN
Riwayat Kesehatan
1. Prenatal : Kesulitan yang dialami
Natal : Perdarahan pada pemotongan tali pusat
Post Natal : Perdarahan saat sirkumsisi
2. Nutrisi : Nafsu makan
3. Cidera dan operasi serta pembedahan
4. Riwayat alergi dan pemakaian obat
5. Imunisasi
Genogram : adakah yang menderita hemofili
Pemeriksaan Fisik
Kepala : Nyeri tekan, ada lesi cidera
Mata : Pupil isokor, konjungtiva anemis
Leher : Tekanan vena jugulans
Ekstrimitas : Sendi (batas pergerakan, nyeri, kemerahan, panasa,
pembengkakan)
X DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERUENSI
1. DP I : Nyeri b/d perdarahan, cedera pada jaringan dan sendi
Tujuan : - Meminimalkan/ mengurangi perdarahan
- Menurunkan ambang nyeri
Intervensi :
a. Bantu anak untuk mengatasi nyeri dengan teknik seperti
relaksasi, pernapasan, berirama, distraksi.
Tehnik Distraksi :
- Libatkan orang tua
- Libatkan anak untuk bermain, radio atau pemutar kaset
(tape)
- Gunakan humoi, atau melihat film kartun, ermain atau
mengunjungi temannya.
Tehnik Relaksasi :
- Pada bayi, gendong dalam posisi yang nyaman
- Bila anak sudah besar anjurkan ambil nafas dalam dan
menghembuskan nafas dengan perlahan.
- Bantu dengan posisi yang nyaman dengan bantal di
bawah lutut atau leher
- Anjurkan untuk memulai relaksasi dari jari kaki, anjurkan
untuk melemaskan semua anggota bagian tubuh,
merelaksasikannya.
Bimbingan imajinasi
- Anjurkan untuk mengidentifikasikan beberapa kenyataan
yang menyenangkan
- Mintalah anak untuk menjelaskan detail tentang kejadian
nyeri atau sakit yang dirasakan.
- Anjurkan untuk menulis dan mencatat cerita
Stimulasi kulit
- Usaplah dengan tekanan, masase dengan bedak atau
lotion.
- Berikan tegangan listrik yang beraliran rendah atau
metode TENS (penggunaan listrik voltase rendah)
b. Gunakan strategi untuk mengatasi nyeri antara lain :
Melibatkan orang tua dalam mengatasi nyeri, jalin hubungan
saling percaya, mengajari upaya mengatasi nyeri dan nyeri
hilang setelah tindakan.
Intervensi :
a. Atur tirah baring dan hindari penekanan pada daerah lokal
b. Elevasikan dan imbolisasi sendi selama perdarahan
c. Adakan latihan ROM aktif setelah terjadi fase akut
d. Lakukan latihan otot dan sendi yang sakit dalam
mempertahankan mobilitas
e. Dukung dengan alat penahan sendi
f. Kolaborasi dengan fisioterapis dalam latihan program fisik
untuk meningkatkan fungsi sendi
g. Rujuk pada perawat Puskesmas dan fisio terapi untuk
kunjungan
Intervensi :
a. Lakukan konseling tentang identifikasi keturunan, genetik
dan alternatif pemecahannya.
b. Berikan dukungan adekuat pada keluarga yang memiliki
anak dengan hemofilia.
c. Anjurkan keluarga untuk menggunakan cara-cara menangani
stres.
- Melibatkan keluarga dalam merawat pasien
- Rujuk untuk konseling genetik
4. DP IV : Resiko gangguan tumbang b/d kurang stimulan
Tujuan : Tumbang dapat berlangsung normal
Intervensi :
a. Ajarkan kepada orangtua untuk mengetahui BB dan TB
seimbang
b. Beri stimulasi sesuai usia dari kondisi pasien
c. Ajak pasien untuk mendiskusikan aktivitasnya
Intervensi :
a. Berikan tekanan pada area selama 10 – 15 menit untuk
memungkinkan pembentukan bekuan
b. Lakukan imobilisasi dan tinggikan area atau tempat cedera di
atas jantung untuk menurunkan aliran darahnya.
c. Beri kompres dingin untuk vasokontriksi
d. Siapkan dan berikan faktor pembekuan
e. Ajari personal higiene gigi dalam meminimalkan trauma
pada gusi dan gunakan sikat gigi yang kecil dan lembut
f. Hindari latihan rentang gerak pasif
g. Anjurka agar anak tidak meminum aspirin
h. Anjurkan olahraga tanpa adanya kontak dan gunakan otot
pelindung
i. Apabila terjadi masalah lain seperti perdarahan intra
muskular maka dapat dianjurkan untuk tirah baring kemudian
apabila terjadi laserasi pada lidah dan mulut berikan anti
fibrinolitik (asam amino kaproat), sedasi, puasa dan tutup
dengan kasa bagian perdarahan gusi. Apabila terjadi ekstraksi
gigi permanen dapat diberikan anti fibrinolitik satu hari
sebelum pembedahan kemudian dilanjutkan 7 – 10 hari dan
apabila terjadi hematulia berat berikan cairan peroral dan
kortiko steroid atau faktor pembekuan.
(Aziz Alimul Hidayat, 2006 : 48 – 50)
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Aziz Alimul, 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Salemba Medika.
Jakarta