Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan zat penting yang sangat dibutuhkan mahluk hidup, terutama
manusia. Air memegang peranan penting dalam proses metabolisme tubuh,
dimana air merupakan pelarut universal dan hampir semua jenis zat dapat larut
dalam air. Air dalam tubuh manusia berkisar antara 50 – 70% dari seluruh berat
badan. Kelangsungan hidup manusia sebagian besar membutuhkan air : mandi,
mencuci, minum dan lain-lain. Air juga memegang peranan dalam berbagai aspek
kehidupan dimana air juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian,
pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi dan lain-lain.

Kebutuhan akan air semakin lama semakin meningkat sesuai dengan


keperluan dan taraf kehidupan penduduk. Masalah yang banyak dihadapi terkait
dengan air adalah berkurangnya air bersih yang dapat digunakan untuk konsumsi
air minum sehari-hari. Berkurangnya air bersih dapat disebabkan karena sistem
drainase dan sanitasi, serta kurang memadainya pengelolaan sumber daya air dan
lingkungan.

Kebutuhan air bagi manusia diantaranya adalah kebutuhan untuk air


minum. Air yang bersih dan sehat merupakan kualifikasi yang sangat diperlukan
untuk pemenuhan kebutuhan tersebut. Hal ini dikarenakan pemanfaatan air
sebagai air minum secara langsung berkaitan dengan tubuh manusia, sehingga
perlu dijaga kualitasnya agar tidak membahayakan tubuh manusia itu sendiri. Air
dan kesehatan merupakan dua hal yang saling berhubungan. Kualitas air yang
dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut,
khususnya air untuk minum dan makan.

Secara umum sebagian kebutuhan air minum masyarakat dapat


bersumber dari air sumur dan air yang sudah diolah oleh Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM). Namun demikian peningkatan kebutuhan air minum kadang
tidak dapat terpenuhi oleh sumber air sumur maupun air yang sudah diolah oleh
PDAM. Seiring dengan makin majunya teknologi diiringi dengan semakin

1
sibuknya aktivitas manusia maka masyarakat cenderung memilih cara yang lebih
praktis dengan biaya yang relatif murah dalam memenuhi kebutuhan air minum.
Salah satu pemenuhan kebutuhan air minum yang menjadi alternatif adalah
dengan menggunakan air minum isi ulang.

Air Minum Isi Ulang (AMIU) merupakan salah satu alternatif bagi
masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan air minum sehari-hari. Keberadaan
depot air minum isi ulang terus meningkat sejalan dengan dinamika keperluan
masyarakat terhadap air minum yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi. Meski
lebih murah, tidak semua depot air minum isi ulang terjamin keamanan
produknya.

Sebagai air minum, air minum isi ulang harus memenuhi persyaratan
kualitas yang telah ditetapkan. Namun kualitas air minum isi ulang masih
diragukan karena diduga dapat terkontaminasi oleh berbagai cemaran yang dapat
membahayakan kesehatan manusia jika penanganan dan pengolahannya kurang
baik. Pemeriksaan kualitas bakteriologis air minum dalam kemasan termasuk air
minum isi ulang harus dilakukan pemeriksaan cemaran bakterinya secara berkala.
Dalam lampiran Kepmenkes No. 907 tahun 2002 ditetapkan bahwa pemeriksaan
kualitas bakteriologi air minum dalam kemasan dan air minum isi ulang
disebutkan bahwa pemeriksaan bakteriologis air baku untuk air minum harus
dilakukan setiap 3 bulan sekali sedangkan untuk air minum yang siap dimasukkan
ke dalam kemasan minimal 1 kali setiap bulan (Radji dkk., 2008).

Peryaratan bakteriologis untuk air ditentukan oleh kehadiran


mikroorganisme yang patogen, maupun yang nonpatogen. Untuk persyaratan fisik
ditentukan oleh faktor-faktor kekeruhan, warna, bau, maupun rasa. Sedangkan
untuk persyaratan kimia air minum, perhatian diarahkan pada toksisitas bahan-
bahan kimia tersebut (Riyadi, 1984).

Salah satu parameter dalam air adalah jumlah bakteri yang terdapat
dalam air tersebut, karena apabila bakteri-bakteri tersebut tumbuh dan
berkembang dalam tubuh manusia dapat bersifat patogen. Dari sekian banyak
jenis bakteri yang terdapat dalam air, bakteri Escherichia coli atau yang lebih
sering disebut dengan E.Coli adalah salah satu indikator terhadap air. Dalam

2
Permenkes No. 492/MENKES/PER/IV/2010, persyaratan kualitas air minum
untuk kandungan maksimum bakteri Escherichia coli yang diperbolehkan adalah
0 / ml sampel. Air minum yang aman dikonsumsi harus bebas dari kontaminan
bakteri Escherichia coli.

Organisme yang paling umum digunakan untuk petunjuk adanya


kontaminasi mikroorganisme pada air minum adalah keberadaaan Escherichia
coli. Mengkonsumsi air minum yang mengandung bakteri tersebut daoat berakibat
timbulnya penyakit. Menurut Widiyanti dan Ristanti (2004) bahwa Escherichia
coli adalah salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif. Pada umumnya
bakteri-bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherichia ini, dapat menyebabkan
masalah bagi kesehatan bagi manusia seperti diare, muntaber dan masalah
pencernaan lainnya.

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), kurang lebih sepertiga


penduduk dunia menderita berbagai penyakit yang ditularkan melalui air minum
yang terkontaminasi oleh mikroorganisme. Setiap tahun sekitar 13 juta orang
meninggal akibat infeksi yang berasal dari air minum, 2 juta diantaranya adalah
bayi dan anak-anak. Mengkonsumsi air yang terkontaminasi oleh mikroorganisme
patogen, baik air minum atau air yang ditambahkan ke dalam makanan, dapat
menimbulkan berbagai penyakit gastrointestinal.

Beberapa tahun terakhir ini usaha air minum isi ulang telah
berkembang pesat. Selain mudah diperoleh, praktis dan harga air minum isi ulang
relatif lebih murah. Dengan alasan tersebut masyartakat Kleak memilih
mengkonsumsi air isi ulang (air gallon) untuk pemenuhan konsumsi air minum
sehari-hari.

Usaha air minum isi ulang umumnya dijalankan dalam usaha berskala
kecil yang kadang-kadang dari segi pengetahuan dan sarana-prasarana masih
kurang jika dibandingkan dengan standar kesehatan sehingga dapat
mempengaruhi kualitas air yang dihasilkan. Dengan demikian kualitasnya masih
perlu diuji untuk pengamanan kualitas airnya.

3
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
No.492/MENKES/PER/IV/2010, persyaratan kualitas air minum untuk seluruh
penyelenggara air minum wajib memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis,
kimia dan radioaktif. Diduga Sejauh ini pengusaha depot air minum isi ulang
masih ada yang masih belum memenuhi kualitas air minum khususnya kualitas
secara mikrobiologis, hal ini kemungkinan disebabkan karena kurangnya
pengusaha dalam memelihara alat produksi air minum secara rutin.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka penulis tertarik


untuk menganalisis keberadaan cemaran mikrobiologis berupa bakteri Escherichia
coli dengan judul “Analisis Kualitas Mikrobiologi Escherichia coli pada Air
Minum Isi Ulang SKARET KLEAK ”.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam pemeriksaan mikrobiologi
air minum Depot Skarlet.
2. Untuk mengetahui keberadaan cemaran bakteri pada air minum Depot Skarlet.
3. Untuk membandingkan jumlah cemaran bakteri pada air minum Depot Skarlet
berdasarkan Baku Mutu pada Kepmenkes RI N0. 492/MENKES/Per/IV/2010
jika ada.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air Minum
Manusia membutuhkan air untuk berbagai macam keperluan, seperti mandi,
memasak dan yang paling penting untuk konsumsi sehari-hari(Pradana dan Bowo,
2013). Air merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan untuk
ekhidupan manusia. Bukan hanya jumlahnya yang penting, tetapi juga mutu air
diperlukan untuk penggunaan tertentu. Air yang dapat diminum dapat diartikan
sebagai air yang bebas dari bakteri yang berbahaya dan ketidakmurnian secara
kimiawi. Air minum harus bersih dan jernih, tidak berwarna dan tidak berbau, dan
tidak mengandung bahan tersuspensi atau kekeruhan (Buckle et all., 2009)

Menurut Sandra dan Lilis (2007) menyatakan bahwa air minum


merupakan air yang dapat diminum langsung tanpa dimasak terlebih dahulu.
Sedangkan air bersih merupakan air yang digunakan keperluan sehari-hari,
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak terlebih dahulu.

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup
orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya
air harus dilindungi agar tetap dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta
makhluk hidup yang lain. Pengamatan dan pelestarian sumber daya air harus terus
diperhatikan semua pengguna air, termasuk juga oleh pemerintah baik pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan
harus dilakukan dengan cara yang bijaksana, dengan memperhitungkan
kepentingan generasi sekarang maupun generasi yang akan datang (Efendy,
2003).

Penyediaan air bersih, selain kuantitasnya, kualitasnya pun harus


memenuhi standar yang berlaku. Untuk itu perusahaan air minum selalu
memeriksa kualitas airnya sebelum didistribusikan pada pelanggan, karena air
baku belum tentu memenuhi standar, maka perlu dilakukan pengolahan agar
memenuhi standar air minum. Air minum yang ideal harus jernih, tidak berwarna,
tidak berasa dan tidak berbau dan tidak mengandung kuman patogen. Air
seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan

5
distribusinya. Pada hakekatnya persyaratan ini dibuat untuk mencegah terjadinya
serta meluasnya penyakit bawaan air atau water borne diseases (Kharismajaya,
2013).

Air adalah salah satu dari materi yang dibutuhkan untuk menjaga
kelangsungan hidup mahluk hidup dan juga menjadi salah satu sumber penyebab
dari penyakit yang menyerang manusia. Hal utama yang perlu diperhatikan dalam
mengolah air yang akan dikonsumsi adalah menyediakan air yang aman
dikonsumsi dari segi kesehatan. Sumber air, baik air permukaan maupun air tanah,
akan terus mengalami peningkatan kontaminasi pencemar disebabkan
meningkatnya aktivitas pertanian dan industri. Air hasil produksi yang diharapkan
konsumen adalah air yang bebas dari warna, kekeruhan, rasa, bau, nitrat, ion
logam berbahaya dan berbagai macam senyawa kimia organik seperti pestisida
dan senyawa terhalogenasi. Permasalahan kesehatan yang berkaitan dengan
kontaminan tersebut diatas meliputi kangker, gangguan pada bayi yang lahir,
kerusakan jaringan saraf pusat, dan penyakit jantung (Sawyer, 1994).

Menurut Soetomo (2003) bahwa sekarang ini kebutuhan air bagi


amsyarakat dipasok oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) yang
merupakan Badan Usaha Milik Daerah. Selain itu, air minum masyarakat juga
berasal dari perusahaan swasta yaitu air minum dalam kemasan (AMDK), yang
tergabung dalam Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia
(Aspadin), dan air minum yang diproduksi oleh depot-depot yang tergabung
dalam asosiasi Pengusaha depot air (Aspada)
2.2 Air Minum Isi Ulang
Kebutuhan air minum dari waktu ke waktu meningkat terus seiring dengan
pesatnya pertumbuhan penduduk. Selama ini sebagian besar kebutuhan air minum
dipenuhi dari sumber air tanah atau air bersih yang berasal dari air permukaan
yang diolah oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Karena semakin
rendahnya kualitas air sumur, sementara PDAM juga belum mampu memasok air
bersih dengan jumlah dan kualitas cukup, pemakaian air minum dalam kemasan
(AMDK) dewasa ini meningkat tajam terutama di kalangan masyarakat menengah
ke atas. Hal ini karena air minum ini dianggap lebih praktis oleh sebagian
masyarakat lebih praktis dan higienis. Akan tetapi harga AMDK oleh sebagian

6
masyarakat dianggap terlalu mahal sehingga mereka beralih iar minum yang
berasal dari depot atau yang lebih dikenal dengan nama Air Minum Isi Ulang
(AMIU) (Athena dkk., 2005).

Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan air minum adalah produksi air
minum isi ulang yang pada saat ini telah berkembang pesat di seluruh daerah di
Indonesia, utamanya di perkotaan seiring dengan pertumbuhan industri air dalam
kemasan. Usaha ini ditempuh untuk memberikan pilihan bagi masyarakat untuk
mendapatkan air minum yang baik ditengah-tengah semakin mahalnya harga air
minum dalam kemasan (Radji dkk., 2008).

Menurut Hudson (1981) pengolahan air memiliki tiga tujuan yaitu untuk
meningkatkan estetika dari air agar dapat diterima oleh konsumen, untuk
menghilangkan senyawa toksik dan berbahaya dan untuk menghilangkan atau
menon-aktifkan organisme yang menyebabkan penyakit yang ada di dalam air.

Depot Air Minum adalah usaha industri yang melakukan proses pengolahan
air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen. Air baku
yang digunakan Depot Air Minum harus memenuhi standar mutu dan persyaratan
kualitas air minum sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
(Pandiangan, 2012).

Kebutuhan masyarakat akan air minum terus meningkat seiring dengan


cepatnya pertumbuhan jumlah penduduk, sehingga masyarakat terdorong untuk
mencari alternatif lain guna memenuhi kebutuhan akan air minum salah satunya
dengan air minum isi ulang. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kualitas air
minum isi ulang yaitu hygiene dan sanitasi depot, sarana pengolahan, dan proses
pengolahan air minum isi ulang. Proses pengolahan air minum isi ulang yang saat
ini dilakukan diberbagai depot yang ada di masyarakat yaitu proses ozonisasi,
ultraviolet (UV), dan reversed osmosis (RO) (Latief, 2012).

Proses pengolahan air pada depot air minum pada prinsipnya adalah filtrasi
(penyaringan) dan desinfeksi. Proses filtrasi dimaksudkan selain untuk
memisahkan kontaminan tersuspensi juga memisahkan campuran yang berbentuk
koloid termasuk mikroorganisme dari dalam air, sedangkan desinfeksi

7
dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme yang tidak tersaring pada proses
sebelumnya (Athena, 2004 dalam Pradana dan Bowo, 2013).
2.3 Standar Kualitas Air Minum
Pengertian standar kualitas air minum adalah batas operasional dari kriteria
kualitas air dengan memasukkan pertimbangan non teknis,misalnya kondisi
sosial-ekonomi, target atau tingkat kualitas produksi, tingkat kesehatan yang
ada, dan teknologi yang tersedia. Pengertian air minum sendiri adalah air
yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan yang dapat diminum.

2.3.1 Standar Baku Air Minum

Standar mutu air minum atau air untuk kebutuhan rumah tangga
ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor : 01 / birhukmas / I / 1975 Tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum. Standar baku air minum tersebut
disesuaikan dengan standar internasional yang ditetapkan WHO.
Standarisasi kualitas air tersebut bertujuan untuk memelihara,
melindungi, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, terutama
dalam pengolahan air atau kegiatan usaha mengolah dan
mendistribusikan air minum untuk masyarakat umum. Dengan adanya
standarisasi tersebut dapat dinilai kelayakan pendistribusian sumber air
untuk keperluan rumah tangga. Kualitas air yang digunakan sebagai air
minum sebaiknya memenuhi persyaratan secara fisik, kimia, dan
mikrobiologis.

a. Persyaratan Fisik
Air yang berkualitas baik harus memenuhi persyaratan berikut :
1. Jernih atau tidak keruh.
2. Tidak berwarna.
3. Rasanya tawar.
4. Tidak berbau
5. Temperaturnya normal.
6. Tidak mengandung zat padatan.

8
b. Persyaratan Kimia
Kualitas air tergolong baik bila memenuhi persyaratan kimia
sebagai berikut :
1. pH normal.
2. Tidak mengandung bahan kimia beracun.
3. Tidak mengandung garam atau ion-ion logam.
4. Kesadahan rendah.
5. Tidak mengandung bahan organik.
c. Persayaratan Mikrobiologis
Persyaratan mikrobiologis yang harus dipenuhi oleh air adalah
sebagai berikut:
1. Tidak mengandung bakteri patogen, misalnya bakteri golongan
coli, salmonellatyphi, vibrio cholera, dan lain-lain. Kuman-
kuman ini mudah tersebar melalui air (transmitted by water).
2. Tidak mengandung bakteri nonpatogen, seperti actinomycetes,
phytoplankton coliform,cladocera, dan lain-lain.
2.3.2 Baku Mutu Kualitas Air Minum
Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika,
mirobiologis, kimiawi dan radioaktif yang dimuat dalam parameter
wajib dan parameter tambahan. Parameter wajib yang dimaksud
merupakan persyaratan kualitas air minum yang wajibb diikuti dan
ditaati oleh seluruh penyelenggara air minum.
Untuk menjaga kualitas air minum yang dikonsumsi masarakat
dilakukan pengawasan kualitas air minum secara eksternal dan secara
internal. Pengawasan kualitas air minum secara eksternal merupakan
pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Kegiatan pengawasn kualitas air minum meliputi inspeksi sanitasi,
pengambilan sampel air, pengujian kualitas air, analisis hasil
pemeriksaan laboratorium, rekomendasi dan tindak lanjut.

9
Persyaratan Kualitas Air Minum
1. Parameter Wajib
Kadar max yang
No Jenis Parameter Satuan
diperbolehkan

1 Parameter yang berhubungan


langsung dengan kesehatan
a. Parameter
mikrobiologi
1. E.Coli Jumlah per
100ml 0
sampel
2. Total Bakteri Jumlah per
koliform 100ml 0
sampel
b. Kimia an-organik
1. Arsen mg/l 0,01
2. Fluoride mg/l 1,5
3. Total Kromium mg/l 0,05
4. Kadmium mg/l 0,003
5. Nitrit, (sebagai
mg/l 3
NO2)
6. Nitrat, (Sebagai
mg/l 50
NO3)
7. Sianida mg/l 0,07
8. Selenium mg/l 0,01
Parameter yang tidak
2 langsung berhubungan
dengan kesehatan
a. Parameter fisik
1. Bau Tidak berbau
2. Warna TCU 15
3. Total zat padat
mg/l 500
terlarut (TDS)
4. Kekeruhan NTU 5
5. Rasa Tidak berasa
o
6. Suhu C Suhu udara ±3
b. Parameter kimiawi
1. Aluminium mg/l 0,2

10
2. Besi mg/l 0,3
3. Kesadahan mg/l 500
4. Khlorida mg/l 250
5. Mangan mg/l 0,4
6. pH 6,5-8,5
7. Seng mg/l 3
8. Sulfat mg/l 250
9. Tembaga mg/l 2
10. Amonia mg/l 1,5

2. Parameter Tambahan
Kadar max
No Jenis Parameter Satuan yang
diperbolehkan
1 Kimiawi
A Bahan Anorganik
Air raksa mg/l 0,001
Antimon mg/l 0,02
Barium mg/l 0,7
Boron mg/l 0,5
Molybdenum mg/l 0,07
Nikel mg/l 0,07
Sodium mg/l 200
Timbal mg/l 0,01
Uranium mg/l 0,015
B Bahan Organik
Zat Organik (KMnO4) mg/l 10
Deterjen mg/l 0,05
Chlorinated alkanes
Carbon tetrachloride mg/l 0,004
Dichloromethane mg/l 0,02
1,2-Dichloroethane mg/l 0,05
Chlorinated ethenes
1,2-Dechlroethene mg/l 0,05
Trichloroethene mg/l 0,0,2
Tetrachloroethene mg/l 0,04
Aromaitic Hydrocarbons
Benzene mg/l 0,01
Toluene mg/l 0,7
Xylenes mg/l 0,5
Ethylbenzene mg/l 0,3

11
Styrene mg/l 0,02
Chlorinated benzenes
1,2-Dichlorobenzene (1,2-DCB) mg/l 1
1,4-Dichlorobenzene (1,4-DCB) mg/l 0,3
Lain – lain
Di(2-ethylhexyl)phthalatc mg/l 0,008
Acrylamide mg/l 0,0005
Epchlorohydrin mg/l 0,0004
Hexachlorobutadiene mg/l 0,0006
Ethylenediaminetetraacetic mg/l 0,6
acid (EDTA)
Nitrilotriacetic mg/l 0,2
Tabel 1. Peraturan Menteri Kesehatan
2.4 Pemeriksaan Kualitas Air Minum (Mikrobiologi)
Pemeriksaan bakteriologis merupakan pemeriksaan yang paling baik dan
sensitive untuk mendeteksi kontaminasi air oleh kotoran manusia.
Mikroorganisme yang sering diperiksa sebagai indicator pencemaran oleh
feses, antara lain

1. Organisme koliform
Organisme kolifrom merupakan organism no spora yang motil, berbentuk
batang, dan mampu memfermentasi laktosa untuk menghasilkan asam dan
gas pada temperature 370C dalam waktu 48 jam. Contoh tipikal kolifrom
tinja adalah E.coli dalam sumber air merupakan indikasi pasti terjadinya
kontaminasi tinja manusia. Ada beberapa alasan mengapa organism
kolifrom dipilih sebagai indicator terjadinya kontaminasi tinja
dibandingkan kuman pathogen lain yang terdaat disaluran pencernaan
manusia antara lain:
a. Jumlah rganisme kolifrom cukup banyak dalam usus manusia. Sekitar
200-400 miliar organism ini dikeluarkan melalui tinja setiap harinya.
Karena jarang sekali ditemukan dalam air, keberadaan kuman ini
dalam air member bukti kuat adanya kontaminasi tinja manusia.
b. Organisme ini lebih mudah didekteksi mellaui metode kultur ( walu
hanya terdapat 1 kuman dalam 100 cc air ) dibandng tipe kuman
pathogen lainnya.
c. Organism ini lebih tahan hidup dibandingkan dengan kuman usus
pathogen lainnya.

12
d. Organism ini lebih resisten terhadap proses purifikasi air secara
alamiah. Bila kolifrom organism ini ditemukan didalam sampel air
maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kuman usus pathogen
yang lain dapat juga ditemukan dalam sampel air tersebut diatas
walaupun dalam jumlah yang kecil.
2. Streptokokus tinja
Organism ini biasanya ditemukan didalam tinja bersama dengan E coli
pada kasus-kasus yang tidak jelas strepkokus tinja ini dapat digunakan
sebagai indicator untuk uji pembuktian kontaminasi tinja manusia.

Berikut standar bakteriologis air minum yang tercantum dalam international


standard for drinking water ( 1971) dari WHO.

a. Kapan saja sepanjang tahun , 95% dari smapel air yang diperiksa tidak
boleh mengandung organism kolifrom per 100 ml.
b. Tidak satupun sampel air yang mengandung E coli per 100 ml.
c. Tidak ada dari sampel air yang boleh mengandung lebih 10 organisme
kolifrom per 100 ml.

Dalam setiap 2 sampel air yang diambil berturut-turut tidak boleh ditemukan
organism kolifrom per 100 ml.

2.5 Bakteri Coliform dan Escherichia coli


2.5.1 Bakteri Coliform
Jenis bakteri yang umum digunakan sebagai indikator penentuan
kualitas sanitasi makanan dan air. Coliform sendiri sebenarnya bukan
penyebab dari penyakit-penyakit bawaan air, namun bakteri jenis ini
mudah untuk dikultur dan keberadaannya dapat digunakan sebagai
indikator keberadaan organisme patoghen seperti bakteri lain, virus
atau protozoa yang banyak merupakan parasit yang hidup dalam
sistem pencernaan manusia serta terkandung dalam feses. Organisme
indikator digunakan karena ketika seseorang terinfeksi oleh bakteri
patogen, orang tersebut akan mengekskresi organisme indikator jutaan
kali lebih banyak dari pada organisme patogen. Hal inilah yang

13
menjadi alasan untuk menyimpulkan bila tingkat keberadaan
organisme indikator rendah maka organisme patogen akan jauh lebih
rendah atau bahkan tidak ada sama sekali Jenis bakteri ini berbentuk
bulat, gram negatif, tidak berspora serta memfermentasi laktosa
dengan menghasilkan asam dan gas apabila di inkubasi pada 35-37°C.
Bakteri ini terdapat sangat banyak pada feses organisme berdarah
panas, dapat juga ditemukan di lingkungan perairan, di tanah dan pada
vegetasi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa apabila terdapat
bakteri Coliform pada badan air maka badan air tersebut sudah
tercemar oleh feses. Genus yang termasuk dalam kelompok bakteri
Coliform antara lain Citrobacter, Enterobacter, Escherichia, Hafnia,
Klebsiella, Bakteri Coliform dijadikan sebagai bakteri indikator
karena tidak pathogen, mudah serta cepat dikenal dalam tes
laboratorium serta dapat dikuantifikasikan, tidak berkembang biak
saat bakteri pathogen tidak berkembang biak, jumlahnya dapat
dikorelasikan dengan probabilitas adanya bakteri pathogen, serta
dapat bertahan lebih lama daripada bakteri pathogen dalam
lingkungan yang tidak menguntungkan.
2.5.2 Bakteri Escherichia coli
Bakteri Escherichia coli berbentuk batang, Gram negatif, fakultatif
aerob tumbuh baik pada media sederhana. Dapat melakukan fermentsi
laktosa dan fermentasi glukosa serta menghasilkan gas. Escherichia
coli merupakan flora normal, hidup komensal di dalam colon manusia
dan diduga membantu pembuatan vitamin K yang penting untuk
pembekuan darah. Escherichia coli digunakan untuk menilai tentang
baik tidaknya persediaan air untuk keperluan rumah tangga. Hal ini
penting karena air keperluan rumah tangga seringkali menyebabkan
terjadinya epidemic penyakit-penyakit saluran pencernaan makanan,
seperti kolera, thypus, disentri dan penyakit cacing. Bibit penyakit ini
berasal dari feses manusia yang menderita penyakit-penyakit tersebut.
Karena itu diusahakan agar air rumah tangga dijaga sampai tidak

14
dikotori feses manusia karena mungkin dalam feses manusia itu
terdapat bibit-bibit penyakit tersebut.
Keberadaan E. coli dalam air dapat menjadi indikator adanya
pencemaran oleh air tinja. Bakteri-bakteri ini apabila ditemukan di
dalam sampel air maka air tersebut mengandung bakteri patogen,
sebaliknya bila sampel air tidak mengandung bakteri-bakteri ini
berarti tidak ada pencemaran oleh tinja manusia dan hewan,
menunjukkan bahwa ia bebas dari bakteri pathogen. Indikator yang
paling baik untuk menunjukkan bahwa air rumah tangga sudah dikotori
feses adalah dengan adanya Escherichia coli dalam air tersebut, karena
dalam feses manusia, baik sakit maupuun sehat terdapat bakteri ini.
Dalam satu (1) gram feses terdapat sekitar 100 juta Escherichia coli
Pengidentifikasian adanya kandungan bakteri Escherichia coli dapat
dilihat dari pertumbuhan dan reaksi yang memberikan warna berbeda
pada media, dan terdapat gas saat di kultur pada media EMB-A, hasil
positif Escherichia coli adalah koloni berwarna hijau metalik.

2.6 Metode Pengujian

Metode MPN (Most Probable Number) umumnya digunakan untuk


menghitung jumlah bakteri khususnya untuk mendeteksi adanya bakteri
Coliform yang merupakan kontaminan. Ciri-ciri utamanya yaitu bakteri gram
negatif, batang pendek, tidak membentuk spora, memfermentasi laktosa
menjadi asam dan gas yang dideteksi dalam waktu 24 jam inkubasi pada 37º
C. Penentuan Coliform Fecal menjadi indikator pencemaran dikarenakan
jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen.
Selain itu, mendeteksi Coliform jauh lebih murah, cepat, dan sederhana dari
pada mendeteksi bakteri patogenik lain. Contoh bakteri Coliform Fecal
adalah, Esherichia Coli (Arthur dalam Isti, 2010).

Uji Coliform fecal secara lengkap meliputi uji penduga, uji penguat, dan
uji lengkap. Ada dua cara yang dapat digunakan untuk menghitung MPN
(Most Probable Number) Coliform secara sensitif didalam minuman yaitu
metode 7 tabung dan 15 tabung (Imam et all, 1999). Dalam uji Coliform

15
Fecal menggunakan media LBDS (Laktosa Broth Dauble Strecht), LBSS
(Laktosa Broth Single Strecht) dan BGLB (Bile Green Laktosa Broth). Media
adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat – zat makanan /nutrisi yang
diperlukan untuk menumbuhkan suatu mikroorganisme dengan syarat-syarat
tertentu.

Metode MPN pada dasarnya sama dengan metode perhitungan cawan,


tetapi menggunakan medium cair dalam tabung reaksi. Perhitungan
didasarkan pada tabung yang positif, yaitu tabung menunjukkan pertumbuhan
mikroba setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu dan dapat diketahui
dari gelembung gas yang dihasilkan pada tabung Durham (Waluyo 2009).

Pendekatan untuk enumerasi bakteri hidup adalah dengan metode MPN


didasarkan pada metode teori kemungkinan. Sampel ditumbuhkan pada seri
tabung sebanyak 3 atau 5 buah tabung untuk setiap kelompok. Apabila
dipakai 3 tabung maka disebut seri 3, yaitu uji yang biasa digunakan pada air
bersih, dan jika dipakai 5 tabung maka disebut seri 5, yaitu biasa digunakan
untuk uji air minum. Media pada tabung adalah Lactose Broth (LB) yang
diberi indikator perubahan pH dan ditambah tabung durham. Media LB ini
digunakan untuk mengetahui ada tidaknya bakteri coliform berdasarkan
terbentuknya asam dan gas, karena fermentasi laktosa oleh bakteri golongan
coliform (Santoso et al 2012).

Terbentuknya asam dilihat dari kekeruhan pada media laktosa dan gas
yang dihasilkan dapat dilihat dalam tabung Durham berupa gelembung udara.
Pemberian sampel pada tiap seri tabung berbeda-beda, untuk sampel
sebanyak 10 ml ditumbuhkan pada media LBDS (Lactose Broth Double
Stegth) yang memiliki komposisi Beef extract (3 gr), peptone (5 gr), lactose
(10 gr) dan Bromthymol Blue (0,2 %) per liternya. Untuk sampel 1 ml dan
0,1 ml dimasukkan pada media LBSS (Lactose Broth Single Stegth) yang
berkomposisi sama tapi hanya kadar laktosa setengah dari LBDS yaitu 5 gr
(Nuria et al 2009). Nilai MPN ditentukan dengan kombinasi jumlah tabung
positif (asam dan gas) tiap serinya setelah diinkubasi (Rahmawati et al 2005)
Metode MPNterdiri dari 3 tahapan, yaitu uji pendugaan(Presumtive Tes) , uji

16
penguat (Confirmed Tes), dan uji kelengkapan (Completed tes). Khusus
untuk uji air minum isi ulang, metode MPN dilakukan sampai pada metode
uji penguat, dikarenakan metode ini sudah cukup kuat digunakan sebagai
pengujian ada tidaknya bakteri coliform dalam sampel air minum isi ulang.

Uji pendugaandan uji korfirmasi ini menggunakan LB, yaitu merupakan


media khusus untuk mengetahui ada tidaknya bakteri coliform, jadi tidak
perlu lagi dilakukan sampai pada uji kelengkapan (Shodikin 2007). Output
metode MPN adalah nilai MPN. Nilai MPN adalah pendugaan jumlah unit
tumbuh (Growth unit) atau unit pembentukan koloni dalam sampel, pada
umumnya nilai MPNjuga diartikan sebagai pendugaanjumlah individu
bakteri, satuan yang digunakan, umumnya per 100 mL. Makin kecil nilai
MPN, maka air tersebut makin tinggi kualitasnya dan makin layak di
konsumsi. Metode MPN memiliki limit kepercayaan 95 % sehingga pada
setiap nilai MPN, terdapat jangkauan nilai MPN terendah dan nilai MPN
tertinggi (Fardiaz 1993).

a. Uji pendugaan(Presumtive Tes)


Uji tahap pertama, keberadaan coliform masih dalam tingkat
probabilitas rendah yaitu masih dalam dugaan. Uji penduga ini
mendeteksi sifat fermentasi coliform dalam sampel, karena beberapa
jenis bakteri selain coliform juga memiliki sifat fermentatif. Uji
penduga merupakan uji pendahuluan tentang ada tidaknya kehadiran
bakteri coliform berdasarkan terbentuknya asam dan gas disebabkan
karena fermentasi laktosa oleh bakteri golongan coliform.
Terbentuknya asam dilihat dari kekeruhan pada media laktosa dan gas
yang dihasilkan, dapat dilihat dalam tabung durham berupa
gelembung udara (Tururaja et al 2010). Tabung dinyatakan positif jika
terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari volume di dalam tabung
durham. Banyaknya kandungan bakteri coliform dapat dilihat dengan
menghitung tabung yang menunjukan reaksi positif terbentuk asam
dan gas, kemudian dibandingkan dengan tabel MPN. Metode MPN
dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam sampel yang
berbentuk cair. Jika setelah inkubasi 1x 24 jam menunjukkan hasil

17
negatif, maka di lanjutkan dengan inkubasi 2x24 jam pada suhu 350C.
Jika dalam waktu 2x24 jam tidak terbentuk gas dalam tabung durham,
di hitung sebagai hasil negatife. Jumlah tabung yang positif di hitung
pada masing-masing seri. MPN penduga dapat dihitung dengan
melihat tabel MPN (Wandrivel et al 2012).

b. Uji penguat (Confirmed Tes)

Uji penguat ini bertujuan untuk menguji kembali kebenaran adanya


coliform dengan bantuan media selektif, yang menegaskan hasil
positif dari uji pendugaan, media yang digunakan adalah Brillian
Green Laktosa Bile Broth (BGLBB), yang nantinya akan membentuk
asam dan gas dalam waktu 24-48 jam (Boekoesoe 2010). BGLB ini
merupakan media pertumbuhan untuk bakteri coliform, dan dapat
menghambat pertumbuhan bakteri gram positif (Fardiaz 1996).

18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Pengambilan sampel air minum dilakukan pada tanggal 17 April 2017 pukul
13.00 di Depot Skarlet di Kelurahan Kleak. Sampel air minum selanjutnya
dianalisis di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit
Kelas I Manado untuk dilakukan pemeriksaan mikrobiologi.
B. Objek yang Diteliti
Objek yang diteliti pada penelitian ini adalah sampel air minum yang terdapat
di Depot Skarlet di Kelurahan Kleak.
C. Alat dan Bahan Penelitian
1. Botol steril
2. Sarung tangan steril
3. Alkohol
4. Es batu
5. Cool box
6. Ember
7. Korek api gas
8. Sampel air minum
9. Media Lauryl Tryptose Broth (LTB)
10. Media Briliant Green Lactose Bile Broth (BGLB)
11. Media Escherichia Coli Broth (EC Broth)
12. Media Eosin Methelin Blue Agar (EMBA)
D. Cara Kerja
1. Pengambilan dan penanganan sampel
Sampel diambil dari keran air siap minum dengan menggunakan botol
steril secara aseptis.
2. Pengujian bakteri koliform dan kolitinja
Pengujian koli dengan Metode JPT/MPN (Jumlah Perkiraan
Terdekat/Mos Probable Number). JPT/MPN merupakan perhitungan
kelompok bakteri koli tanpa memperhatikan jenis-jenis di dalam

19
kelompok tersebut termasuk bakteri fekal atau bakteri non fekal. Dalam
perhitungan nilai JPT/MPN koli dilakukan dalam beberapa tingkatan,
yakni:
i. Pengujian perkiraan
Merupakan uji pendahuluan untuk memperkirakan ada atau
tidaknya bakteri koli dalam sampel air minum. Pengenceran
sampel ditumbuhkan dalam media Lauryl Tryptose Broth (LTB)
pada 35oC. Uji dinyatakan positif apabila terbentuk gas hasil
hidrolisa laktosa oleh enzim bakteri dari kelompok koli. Media
LTB ini menghambat pertumbuhan mikroba non koli.
ii. Pengujian penegasan
Tahap kedua memastikan koloni yang tumbuh murni bakteri koli.
Kultur positif dipindahkan ke media Briliant Green Lactose Bile
Broth (BGLB), inkubasi untuk koli total pada 35oC dan untuk
kolitinja dipindahkan ke media Eschericia Coli Broth (EC Broth)
pada 44,5oC. Uji dinyatakan positif bila terbentuk gas dalam
tabung uji.
iii. Pengujian lengkap
Kultur dari tabung positif dipindahkan ke media EMB Agar
inkubasi pada 35oC. Untuk memastikan kemurniannya koloni
dipindah ke lactose broth untuk mengamati adanya pembentukan
gas, dan ke nutrien untuk mengamati adanya bakteri berbentuk
batang, Gram negatif, dan tidak membentuk spora yang
merupakan ciri-ciri spesifik kelompok bakteri koli.

20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 Hasil penelitian
Dari penelitian yang telah dilakukan di DAMIU Skarlet, Kleak, diperoleh
hasil sebagai berikut
Table 2. data hasil pemeriksaan Mikrobiologi Pada Air Minum Isi Ulang
Perkiraan Penegasan Colitinja MPN/100ml
LTB- BGLB- EC. Broth Tot.
No Lokasi Ket.
350C 350C – 44,50C Coliform Colitinja
10 ml 10 ml 10 ml
Damiu
1. 10/10 10/10 10/10 >23 >23 Postif
Skarlet

Hasil yang ditunjukkan dari uji perkiraan (LTB- 350C), penegasan (BGLB-
350C), Cotinja (EC. Broth – 44,50C), dan hasil MPN (>23/100 ml)
menunjukkan hasil yang positif atau ada kontaminasi bakteri coliform dan
colitinja
1.2 Pembahasan
Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan air minum yang bertujuan untuk
mengetahui kualitas air tersebut. Penentuan kualitas air minum secara
mikrobiologi dapat dilakukan berdasarkan analisis kehadiran bakteri e. coli.
Dalam pemeriksaan ini dilakukan pemeriksaan air minum dengan
menggunakan air minum isi ulang, air minum isi ulang yaitu air yang melalui
pengelolaan terlebih dahulu atau tanpa pengelolahan sebelum dikonsumsi
langsung oleh manusia.
Sebelum dilakukan penelitian ini proses pertama kali yang harus
dilakukan peneliti adalah melakukan sterilisasi pada alat-alat dan media yang
akan digunakan. Penelitian pemeriksaan terhadap jamu gendong ini dilakukan
uji mikroba dengan metode MPN, metode MPN umumnya digunakan untuk
menghitung jumlah bakteri khususnya untuk bakteri Coliform dan Coli tinja.
Bakteri Coliform merupakan indikator alami baik didalam air yang tampak
jernih maupun air kotor yang berasal dari tanah dan air itu sendiri, sedangkan
bakteri Coli tinja merupakan bakteri yang berasal dari saluran pencernaan
manusia.

21
Dalam metode MPN ini digunakan pemeriksaan dengan dua tahap tes
yaitu tes praduga/ perkiraan dan tes penegasan. Sampel yang digunakan yaitu
air meninum isi ulang dari salah satu depot air minum di Kleak.
Dari hasil yang didapatkan yaitu sampel yang digunakan pada tes
perkiraan menggunakan media LTB pada suhu 350C didapatkan hasil yaitu
adanya bakteri yang mengkontaminasi. Sampel tersebut Positif yang dapat
dilihat dari adanya kekeruan dan gelembung gas pada tabung durham. Setelah
dilkukan tes perkiraan, selanjutnya dilakukan dengan tes penegasan dengan
menggunakan media BGLB pada suhu 350C. Dari tes tersebut, didapatkan
bahwa adanya kontaminasi bateri coliform pada air.
Hasil tersebut juga dibuktikan dengan hasil MPN pada 100 ml
menunjukkan hasil >23/100 ml. jika mengacu pada Standar baku mutu
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492 Tahun 2010 Tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum, bahwa air untuk minum seharusnya tidak
mengandung bakteri patogen dan kadar maksimum E. coli pada air minum
adalah 0/100 mL sampel. Maka sampel air minum yang dilakukan pengujian
membuktikan bahwa menunjukkan hasil yang positif dan tidak layak untuk
dikonsumsi masyarakat.

22
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penentuan kualitas air minum secara mikrobiologi dapat dilakukan berdasarkan
analisis kehadiran bakteri e. Coli
Dalam pemeriksaan ini dilakukan pemeriksaan air minum dengan
menggunakan air minum isi ulang, air minum isi ulang yaitu air yang melalui
pengelolaan terlebih dahulu atau tanpa pengelolahan sebelum dikonsumsi
langsung oleh manusia.
5.2 Saran
Masyarakat harus lebih pintar lagi memilih depot air minum yang hygienes dan
perlunya kesadaran dari pemilik depot untuk kebersihan airnya

23
LAMPIRAN

Gambar 1. Mensterilkan tangan dengan alcohol

Gambar 2. Mensterilkan botol

24
Gambar 3. Mengambil sampel air

Gambar 4. Proses Pemeriksaan laboratorium

25
Gambar 5. Hasil laboratorim

26
Daftar Pustaka

Anonym, 2012, Air Minum. (online)


http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/34245/Chapter%2
0II.pdf;jsessionid=A6032629FF96ED750B4E67A569ACC265?sequence
=4. Diakses pada tanggal 12 Mei 2017
Anonym . (online).http://eprints.ung.ac.id/1849/6/2012-2-13201-811408060-
bab2-30012013111915.pdf. diakses tanggal 12 mei 2017

Chandra Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC


Natalia, Lidya Ayu. 2014, KAJIAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS
AIR MINUM ISI ULANG DI KABUPATEN BLORA MELALUI
METODE MOST PROBABLE NUMBER. Dikutip dari
http://lib.unnes.ac.id/20190/1/4450408002.pdf, diakses pada 10 mei
2017
Permenkes, RI. 2010. Persyaratan Kualitas Air Minum. (online)
http://jdih.pom.go.id/showpdf.php?u=R9vxhoRBxgsoPFkrhfxbkIzG%2F
dAaVxpnuXLllTHo%2Fcg%3D. Diakses pada tanggal 12 Mei 2017
Prihatini, R. 2011. Kualitas Air Minum Isi Ulang Pada Depoot Air Minum.
(online) http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20313685-
S_Rohmania%20Prihatini.pdf. Diakses pada tanggal 12 Mei 2017
Sunardi, 2014. PEMERIKSAAN MOST PROBABLE NUMBER (MPN)
BAKTERI Coliform DAN Coli Tinja PADA JAMU GENDONG YANG
DIJUAL DI PASAR BESAR KOTA PALANGKARAYA dikutip dari
http://www.umpalangkaraya.ac.id/perpustakaan/digilib/files/disk1/7/123-
dfadf-sunardinpm-328-1-ktisuna-1.pdf . diakses pada 10 mei 2017
.

27

Anda mungkin juga menyukai