Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI

II.1. Pengertian Wisma

II.1.a Definisi Wisma


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) pengertian wisma
(wis.ma) adalah bangunan untuk tempat tinggal, kantor, gerha atau kumpulan
rumah, kompleks perumahan, permukiman.
Peruntukan Wisma adalah jenis peruntukan lokasi tanah atau lahan
yang dapat didirikan bangunan untuk penggunaan rumah atau tempat tinggal.
Jenis peruntukan Wisma dapat berupa jenis peruntukan :
• WBS (Wisma Besar)
• WSD (Wisma Sedang)
• WKC (Wisma Kecil)
• WTm (Wisma Taman)
• WFL (Wisma Flat)
• WSN (Wisma Susun), yang dapat didirikan menjadi Rumah Susun Murah, atau
Apartemen, Condominium dengan ketinggian 4 lantai atau lebih sesuai batasan
yang ditetapkan dan rencana kota.

Definisi Atlet
• Menurut Peraturan Organisasi Aeromodelling Indonesia (2010), atlet adalah
olahragawan baik laki-laki maupun perempuan yang melatih kemampuan
secara khusus untuk bersaing dalam pertandingan yang melibatkan
kemampuan fisik, kecepatan atau daya tahan.
• Kemudian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) pengertian atlet
(at.let) adalah olahragawan, terutama yang mengikuti perlombaan atau
pertandingan (kekuatan, ketangkasan, dan kecepatan).

8
II.1.b Karakter Wisma
Dalam penentuan karakternya wisma mempunyai ciri atau karakter ruang
yang hampir sama dengan apartment, jadi penulis dsini menjelaskan karakter
ruang atau program ruang berdasarkan buku John macsai: Housing. Pembagian
ruang atau karakter ruang dan yang berkaitan dengan gedung dan keadaan sekitar
gedung berdasarkan buku tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
Building program
1. Pengguna (user)

• Umur (age)
• Gaya hidup (life style)
• Kependudukan/jumlah (occupation)
2. Kepunyaan/pasar (market)

• Sponsor/pendukung (sponsorship)
• Kepunyaan (ownership)
• Cara penjualan (rent or sales structures)
• Keuangan (financing)
3. Jenis unit hunian (dweliing unit)

• Campuran unit (mix) Jalan masuk (entry)


• Ukuran unit (unit size) Gudang (storage)
• Ukuran ruang (room size) Kamar mandi (bathroom)
• Ruang makan (dining) Dapur (kitchen)

• Exterior luar (exterior space)


4. Gedung (building)

• Tipe privasi dengan umum


• Orientasi
5. Servis
• Parkir
• Tempat cuci (laundry)
• Area loading (delivery and pick up)
• Mail
• Pencuci kaca (window washing)

9
6. Commercial space
7. Keamanan (security)

• kebutuhan (needs) dan control


8. Sponsor
• Skill pembangun
• Pengalaman dan Marketing
Mechanical
1. Pemanasan, penghawaan, dan fentilasi
2. Plumbing
3. Electrical
Lokasi
1. Keadaan tapak (surface)
2. Keadaan bawah tapak (subsurface)
3. Iklim (climate)
4. Bahaya (hazards)
5. Traffic
6. Keindahan tapak (visual conditions)
7. Services
Zoning
Building code
Light and air, etc
Dari hal-hal yang dipaparkan diatas dapat disimpulkan konsep wisma
atlet ini yaitu hampir sama dengan hotel, yaitu dengan lobby yang didukung
oleh front office dan back office juga ruang-ruang servis yang lain. Hanya
konsep yang dibawa bukan seperti hotel bintang 5-7, bila melihat susunan
kamar dan program ruangnya nanti yaitu seperti hotel bintang 3.

II.2. Pengertian Arsitektur Berkelanjutan


Sustainable development
“ Development that meets the needs of the present without
compromising the ability of future generations to meet their own needs. “
(Brundtland, 1987)

10
Sustainable Design
“ Creating buildings which are energy efficient,healthy, comfortable, flexible,
in use and designed for long life. “
(Foster and Partners, 1999)
Environmental friendly development adalah pembangunan yang
ramah lingkungan. Melihat isu-isu tersebut yang sedang marak-maraknya,
sebuah bangunan kini haruslah earth-friendly dan cukup indah agar dapat
dihargai untuk dipreservasi. Tujuannya untuk memunculkan sifat sustainable
architecture pada bangunan tersebut yang merupakan jawaban dari
environmenal friendly development tersebut. walau keberlanjutan suatu
bangunan tidak bisa dilihat dari sudut ketahanan fisik bangunan saja.Prinsip-
prinsip dari sustainable architecture, antara lain seperti :
9 Perhatian pada iklim setempat
9 Substitusi sumber energi yang tidak dapat diperbaharui (menghemat
sumber energi yang tidak dapat diperbaharui)
9 Penggunaan bahan bangunan yang dapat dibudidayakan dan yang
hemat energi
9 Pembentukan peredaran yang utuh antara penyedia dan pembuangan
bahan bangunan energi dan air
9 Hemat energi secara menyeluruh
Selain itu, ada berbagai konsep dalam arsitektur yang mendukung
sustainable architecture terutama di Indonesia, antara lain seperti :
9 Efisiensi lahan
Lahan yang semakin sempit, mahal dan berharga tidak harus digunakan
seluruhnya untuk bangunan, karena sebaiknya selalu ada lahan hijau
dan penunjang keberlanjutan potensi lahan.
• Menggunakan seperlunya lahan yang ada, tidak semua lahan harus
dijadikan bangunan, atau ditutupi dengan bangunan . Menggunakan
lahan secara efisien, kompak dan terpadu.
• Potensi hijau tumbuhan dalam lahan dapat digantikan atau
dimaksimalkan dengan berbagai inovasi, misalnya pembuatan roof

11
garden ( taman atap ), taman gantung ( dengan menggantung pot-
pot tanaman pada sekitar bangunan ), pagar tanaman.
• Menghargai kehadiran tanaman yang ada di lahan, dengan tidak
mudah menebang pohon-pohon.
• Desain terbuka dengan ruang-ruang yang terbuka ke taman ( sesuai
dengan fleksibilitas buka-tutup yang direncanakan sebelumnya ) .
• Dalam perencanaan desain, pertimbangkan berbagai hal yang dapat
menjadi tolak ukur dalam menggunakan berbagai potensi lahan,
misalnya; berapa luas dan banyak ruang yang diperlukan? Dimana
letak lahan ( dikota atau didesa ) dan bagaimana konsekuensinya
terhadap desain? Bagaimana bentuk site dan pengaruhnya terhadap
desain ruang-ruang? Berapa banyak potensi cahaya dan
penghawaan alami yang dapat digunakan?
9 Efisiensi energi
Arsitektur dapat menjadi media yang paling berpengaruh dengan
implementasi arsitektur berkelanjutan, karena dampaknya secara
langsung terhadap lahan. Konsep desain yang dapat meminimalkan
penggunaan energi listrik, misalnya, dapat digolongkan sebagai konsep
sustainable dalam energi, yang dapat diintegrasikan dengan konsep
penggunaan sumber cahaya matahari secara maksimal untuk
penerangan, penghawaan alami, pemanasan air untuk kebutuhan
domestik, dan sebagainya.
• Memanfaatkan sinar matahari untuk pencahayaan alami secara
maksimal pada siang hari, untuk mengurangi penggunaan energi
listrik.
• Konsep efisiensi penggunaan energi seperti pencahayaan dan
penghawaan alami merupakan konsep spesifik untuk wilayah
dengan iklim tropis.
9 Efisiensi material
• Memanfaatkan material sisa untuk digunakan juga dalam
pembangunan, sehingga tidak membuang material, misalnya kayu
sisa bekisting dapat digunakan untuk bagian lain bangunan.

12
• Memanfaatkan material bekas untuk bangunan, komponen lama
yang masih bisa digunakan, misalnya sisa bongkaran bangunan
lama.
• Menggunakan material yang masih berlimpah maupun yang jarang
ditemui dengan sebaik-baiknya, terutama untuk material yang
semakin jarang seperti kayu.
9 Penggunaan teknologi dan material baru
• Memanfaatkan potensi energi terbarukan seperti energi angin,
cahaya matahari dan air untuk menghasilkan energi listrik domestik
untuk rumah tangga dan bangunan lain secara independen.
9 Manajemen limbah
• Membuat sistem pengolahan limbah domestik seperti air kotor
( black water, grey water ) yang mandiri dan tidak membebani
sistem aliran air kota.
(Sumber: Tri Harso Karyono, Arsitektur Masa Kini) Sementara pendapat lain
yang sama seperti Tri Harso yaitu Heinz Frick, menurutnya dalam membangun
itu harus secara ekologis (basic eco-design standard), pegangan untuk
pembangunan secara berkelanjutan didasarkan pada teknologi bangunan lokal
dan tuntutan ekologis alam. Ketentuan cara membangun merupakan fungsi
perencanaan. Kebiasaan cara membangun berasal dari cara bagaimana
pengamat memperhatikan sesuatu dan apa yang
dianggapnya penting.
Desain gedung dapat diubah sesuai keinginan dengan catatan
meminimalkan pengaruhnya terhadap lingkungan karena desain pada
prinsipnya tidak bisa dipaksakan oleh apa saja dari alam. Cara bagaimana suatu
gedung berfungsi dalam keseimbangan dengan alam mencerminkan
kemampuan para perencana untuk mengerti cara membangun dan prosesnya,
menyatakan impian penghuni, memperhatikan segala peredaran alam.
Asas-sas pembangunan secara berkelanjutan yang ekologis dapat dibagi
menjadi dua: asas yang menciptakan keadaan yang ekologis berkelanjutan dan
asas yang menjawab tantangan oleh keadaan yang ekologis tidak berkelanjutan.

13
Berdasarkan dua hal tersebut, maka empat asas yang pembangunan
berkelanjutan yang ekologis dapat disusun sebagai berikut:
1. Menggunakan bahan baku alam tidak lebih cepat dari pada alam mampu
membentuk penggantinya
Prinsip : meminimalkan penggunaan bahan baku, utamakan bahan baru yg
renewable, meningkatkan efisiensi.
2. Menciptakan system yang menggunakan sebanyak mungkin energi
terbarukan.
Prinsip : menggunakan energy matahari,meminimalkan pembororsan
3. Mengizinkan hasl sambilan (potongan, sampah, dsb) saja yang dapat
dimakan atau merupakan bahan mentah untuk produksi bahan lain.
Prinsip : meniadakan pencemaran, menggunakan bahan organik, reuse.
4. Meningkatkan penyesuaian fungsional dan keanekaragaman biologis.
Prinsip : melestarikan dan meningkatkan keanekaragaman biologis.
(Sumber: Heinz Frick, Dasar-dasar Arsitektur Ekologis)
Dari beberapa pemaparan diatas kita dapat melihat atau sedikit
mengambil kesimpulan kecil, bahwa di era saat ini sustainable architecture
atau arsitektur berkelanjutan mempunyai konsep-konsep sebagai dasar konsep
utama dari keberlanjutan dari konsep itu. Pada kali ini yang ingin diangkat
yaitu tetntang penghematan energi atau energy efficiency pada sebuah
bangunan. Penghematan energi sangatlah erat kaitanya dengan arsitektur
berkelanjutan ini, baik penghematan dari sumber daya alam sampai sumber
daya buatanya. Di dalam konsep sustainable architecture itu sendiri tentu tidak
bisa kita hanya berargumen bahwa setiap bangunan sudah sustainable atau
belum, karena hampir disemua negara mempunyai standar atau kriterianya
masing-masing untuk menilai sudah memenuhi atau belum bangunan kita
untuk konsep arsitektur berkelanjutan ini.

II.2.a LEED dan GREENSHIP Indonesia


Pada era saat ini hampir disetiap Negara mempunyai dasar atau
acuan untuk penilaian standar-standar yang berlaku untuk bangunan
yang baik atau dalam hal ini sudah menjadi bangunan yang sustainable

14
atau belum. Maksud dari hal ini tentu ingin mengembangakan setiap
konsep bangunan agar mempunyai kriteria standar pada saat
perancanganya sampai pada saat bangunan itu selesai dibangun dan siap
guna. Pada kali ini saya mencoba melihat standar yang ditetapkan di
Negara Amerika dan sudah menjadi acuan bagi seluruh Negara di
dunia, termasuk Indonesia yaitu LEED (Leadership in Energy and
Environmental Design). Tetapi tidak hanya menggunakan itu saja, karena
pada kumpulan atau praktisi di Indonesia yang tergabung di GBCI (Green
Building Council Indonesia) membuat suatu standar pembangunan juga
berkaitan dengan situasi dan klim yang berada di Indonesia sendiri.
LEED (Leadership in Energy and Environmental Design)
Dicetuskan oleh United States Green Building Council (USGBC) pada
1998 ini adalah sistem bangunan sertifikasi yang diakui secara
internasional, memberikan verifikasi pihak ketiga bahwa suatu
bangunan atau komunitas yang dirancang dan dibangun menggunakan
strategi ditujukan untuk meningkatkan kinerja dalam metrik seperti
penghematan energi, efisiensi air, emisi CO2 penurunan, peningkatan
kualitas lingkungan dalam ruangan, dan pengelolaan sumber daya dan
kepekaan terhadap dampaknya. Setiap jenis bangunan LEED diatur oleh
beberapa parameter atau kategori. Dalam setiap kategori ada daftar
strategi kredit yang menguraikan tujuan kinerja untuk kredit yang harus
dicapai. Kategori-kategori atau parameter dari LEED adalah :
1. Keberanjutan Tapak (Sustainable Site)
2. Penghematan Air (Water Efficiency)
3. Energi dan Atmosfer (Energy and Atmosphere)
4. Material dan Sumber Daya (Material and Resource)
5. Kualitas Lingkungan Ruang Dalam (Indoor Environmental Quality)
6. Inovasi dan Proses Desain (Innovation and Design Procces)
(Sumber : Tri Harso Karyono .Green Architecture :
Pengantar Pemahaman Arsitektur Hijau di Indonesia)
Berdasarkan parameter LEED permasalahan yang ingin dibuat
solusisnya dapat menggunakan parameter no.5 yaitu kualitas lingkungan
ruang dalam, dalam hal ini daylighting atau pencahayaan alami.

15
Sementara GREENSHIP digagas olehl embaga KONSIL
BANGUNAN HIJAU INDONESIA atau GREEN BUILDING
COUNCIL INDONESIA. GBCI adalah lembaga mandiri (non
government) dan nirlaba (non-for profit) yang berkomitmen penuh
terhadap pendidikan masyarakat dalam mengaplikasikan praktik-praktik
terbaik lingkungan dan memfasilitasi transformasi industri bangunan
global yang berkelanjutan. GBC INDONESIA merupakan Emerging
Member dari World Green Building Council (WGBC) yang berpusat di
Toronto, Kanada. WGBC saat ini beranggotakan 73 negara dan hanya
memiliki satu GBC di setiap negara.
GBC INDONESIA didirikan pada tahun 2009 dan diselenggarakan oleh
sinergi di antara para pemangku kepentingannya, meliputi :
ƒ Profesional bidang jasa konstruksi,
ƒ Kalangan industri sektor bangunan dan properti,
ƒ Pemerintah,
ƒ Institusi pendidikan dan penelitian
ƒ Asosiasi profesi dan masyarakat peduli lingkungan.
Salah satu program GBC INDONESIA adalah menyelenggarakan
kegiatan Sertifikasi Bangunan Hijau di Indonesia berdasarkan
perangkat penilaian khas Indonesia yang disebut GREENSHIP.
GREENSHIP ini juga mempunya sistim rating atau parameter seperti
LEED juga. Apabila suatu bangunan berhasil melaksanakan butir rating,
maka bangunan itu akan mendapatkan poin nilai dari butir tersebut.Bila
jumlah semua point nilai yang berhasil dikumpulkan mencapai suatu
jumlah yang ditentukan, maka bangunan tersebut dapat disertifikasi
untuk tingkat sertifikasi tententu. Namun sebelum mencapai tahap
penilaian rating terlebih dahulu dilakukan pengkajian bangunan untuk
pemenuhan persyaratan awal penilaian (eligibilitas)
Sistim Rating GREENSHIP dipersiapkan dan disusun oleh
Green Building Council yang ada di negara-negara tertentu yang sudah
mengikuti gerakan bangunan hijau. Setiap negara tersebut mempunyai
Sistem rating masing-masing, sebagai contoh Amerika Serikat - LEED,

16
Singapura - Green Mark, Australia - Green Star dsb. Konsil Bangunan
Hijau Indonesia saat ini dalam tahap penyusunan draft Sistem rating.
Untuk itu telah dipilih nama yang akan digunakan bagi Sistem Rating
Indonesia yaitu GREENSHIP, sebuah perangkat penilaian yang disusun
oleh Green Building Council Indonesia (GBCI) untuk menentukan
apakah suatu bangunan dapat dinyatakan layak bersertifikat "bangunan
hijau" atau belum. GREENSHIP bersifat khas Indonesia seperti halnya
perangkat penilaian di setiap negara yang selalu mengakomodasi
kepentingan lokal setempat. Program sertifikasi GREENSHIP
diselenggarakan oleh Komisi Rating GBCI secara kredibel, akuntabel
dan penuh integritas
Penyusunan GREENSHIP ini didukung oleh World Green
Building Council, dan dilaksanakan oleh Komisi Rating dari GBCI.
Saat ini GREENSHIP berada dalam tahap penyusunan GREENSHIP
untuk Bangunan Baru (New Building) yang kemudiannya akan disusun
lagi GREENSHIP untuk kategori-kategori bangunan lainnya. Greenship
sebagai sebuah sistem rating terbagi atas enam aspek yang terdiri dari :

1. Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development/ASD)


2. Efisiensi Energi & Refrigeran (Energy Efficiency &
Refrigerant/EER)
3. Konservasi Air (Water Conservation/WAC)
4. Sumber & Siklus Material (Material Resources & Cycle/MRC)
5. Kualitas Udara & Kenyamanan Udara (Indoor Air Health &
Comfort/IHC)
6. Manajemen Lingkungan Bangunan (Building & Enviroment
Management)
Masing-masing aspek terdiri atas beberapa Rating yang
mengandung kredit yang masing-masing memiliki muatan nilai tertentu
dan akan diolah untuk menentukan penilaian. Poin Nilai memuat
standar-standar baku dan rekomendasi untuk pencapaian standar
tersebut. Bila melihat standar GREEBSHIP ini yang dapat menjadi

17
kategori sebagai acuan yaitu no.2 efisiensi energy dan refrigerant, dan
melihat parameternya cahaya pada siang hari atau daylighting.
(Sumber : www.gbcindonesia.org)

II.2.b Pengertian Hemat Energi


Arsitektur hemat energi adalah arsitektur yang berlandaskan
pada pemikiran meminimalkn penggunaan energi tanpa membatasi atau
merubah fungsi bangunan, kenyamanan maupun produktivitas
penghuni. Arsitektur hemat energi berdasarkan pada prinsip konservasi
energi(sumber energi yang tidak terbaharui) yang menciptakan istilah
forms follows energi.
Konsep hemat energi masih menjadi hal yang penting untuk
digunakan saat ini dalam berbagai bidang. Para ahli dan praktisi masih
mencari cara untuk menerapkan konsep ini dengan baik. Perkembangan
dalam dunia arstitektur juga mengalami kemajuan, terutama dalam
perancangan aktif, sehingga menghasilkan suatu konsep baru seperti
zero-energy building, sustainable architecture, intelegent building, dan
sebagainya.
Pendekatan perancangan hemat energi dapat dibagi dua, yaitu:
• Perancangan Pasif
Perancangan pasif merupakan cara penghematan energi melalui
pemanfaatan energi matahari secara pasif, yaitu tanpa mengonversikan
energi matahari menjadi energi listrik. Rancangan pasif lebih
mengandalkan kemampuan arsitek bagaimana rancangan bangunan dengan
sendirinya mampu dan dapat mengantisipasi iklim luar. Perancangan pasif
di wilayah tropis basah seperti Indonesia umumnya dilakukan untuk
mengupayakan bagaimana pemanasan bangunan karena radiasi matahari
dapat dicegah, tanpa harus mengorbankan kebutuhan penerangan alami.
Sinar matahari yang terdiri atas cahaya dan panas hanya akan dimanfaatkan
komponen cahayanya dan menepis panasnya.
• Perancangan Aktif.

18
Perancangan aktif bersifat tambahan. Pengertian perancangan
aktif adalah salah cara penghematan energi dengan bantuan alat-alat
teknolgi yang dapat mengontrol, mengurangi pemakaian, atau
menghasilkan energi baru. Dalam perancangan secara aktif, secara
simultan arsitek juga harus menerapkan strategi perancangan secara
pasif. Tanpa penerapan strategi perancangan pasif, penggunaan energi
dalam bangunan akan tetap tinggi apabila tingkat kenyamanan termal
dan visual harus dicapai.
9 Prinsip perancangan arsitektur hemat energi dilihat dari parameter disain
arsitektural adalah sebagai berikut:
• Konfigurasi bangunan dipengaruhi oleh iklim
• Orientasi bangunan merupakan hal yang krusial
• Fasade bangunan yang responsif terhadap iklim
• Sumer energy berasal dari pembangkit yang terbarukan
• Penggunaan system operasional aktif dan kombinasi
• Konsumsi energi yang rendah
• Tingkat kenyamanan yang konsisten
• Pertimbangan terhadap ekologi tapak
Perbandingan dengan parinsip arsitektur lainnya dapat terlihat pada
table berikut ini :
Tabel II.2.1 Table Perbandingan Prinsip Perancangan Arsitektur
Parameter
Disain Prinsip Perancangan Arsitektur
Arsitektural
Bioklimatik Hemat Surya Hijau Murni
Energi

Konfigurasi Diperngaruhi Diperngaruh Diperngaruhi Diperngaruhi Diperngaruhi


Bangunan Iklim i Iklim Matahari Lingkungan Lainnya

Orientasi Krusial Krusial Sangat Krusial Relatif tidak


Bangunan Krusial penting

Fasade Responsif Responsif Responsif Responsif Responsif


Bangunan terhadap terhadap terhadap terhadap terhadap
iklim iklim matahari lingkungan lainnya

19
Sumber Energi Natural non- Pembangkit Pembangkit Natural dan Pembangkit
renewable non- renewable pembangkit non-
renewable renewable renewable
dan non-
renewable

Energi lost Krusial Krusial Krusial Krusial Tidak


penting

System Passive- Active- Produktive Passive- Passive +


Operasional Mixed Mixed Active- Active
Produktive-
Mixed

Tingkat Variable Konsisten Konsisten Variabel Konsisten


Kenyamanan Konsisten

Konsumsi Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi


Energi

Sumber Tidak Tidak Tidak Minimum Tidak


Material Penting Penting Penting Dampak Penting
Lingkungan

Material Tidak Tidak Tidak Reuse- Tidak


Output Penting Penting Penting Recycle- Penting
Reconfigure

Ekologi Tapak Penting Penting Penting Krusial Tidak


Penting

Sumber : Pengembangan dari The Green Skyscraper, Ken Yeang


(Sumber: Energy-efficient Architectute, Paradigma dan Manifestasi
Arsitektur Hijau, Jimmy Priatman, 2002) Arsitektur hemat energi
(energy efficient architecture) adalah arsitektur dengan kebutuhan
energi serendah mungkin yang bisa dicapai dengan mengurangi jumlah
sumber daya yang masuk akal (Enno, 1994). Dengan demikian,
arsitektur hemat energi ini berlandaskan pada pemikiran
meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi atau merubah
fungsi bangunan, kenyamanan, maupun produktifitas penggunanya.
Konsep Arsitektur Hemat Energi ini mengoptimasikan sistem tata
cahaya dan tata udara, integrasi antara sistem tata udara buatan–alamiah
dan sistem tata cahaya buatan–alamiah serta sinergi antara metode pasif
dan aktif dengan material dan instrumen hemat

20
energi. Konsep bangunan dengan efisiensi energi sangat penting karena
jika melihat pada penggunaan energi secara global, sektor bangunan
sendiri menyerap 45 % dari kebutuhan energi keseluruhan. Pemanfaatan
energi dalam bangunan ini khususnya untuk pemanasan, pendinginan
dan pencahayaan bangunan.
(Sumber : Enno, Abel. (1994). “Low-energy Building”. Energy
and Building Science Journal)
Hemat nergi merupakan salah satu issu yang sedang hangat
diperbincangkan, karena mempunyai efek yang baik untuk bangunan
juga untuk lingkungan sekitar bangunan bila dapat dijalankan konsep
tersebut dengan tepat. Di dalam konsep hemat energy secara pasif ini
ada beberapa issu yang terkait dengan desain sebuah gedung atau
bangunan, salah satunya yaitu passive solar design. Didalam issu
tersebut dipecah lagi menjadi tiga yaitu:
1. Daylighting (cahaya siang hari)
2. Building envelope (pengolahan bangunan)
3. Renewable energy (energy terbarukan)
Ketiga hal tersebut sangatlah terkait satu sama lain sehingga dapat
menghasilkan suatu konsep perancangan yang hemat energy, dalam
hal ini pencahayaan alami pada siang hari atau daylighting.
(sumber : Charles j.kibert, Sustainable construction green
building designand delivery)

II.2.c Pencahayaan alami (Daylighting)


Cahaya merupakan bagian penting dari kehidupan manusia,
terutama untuk mengenali lingkungan dan menjalankan aktivitasnya.
Tanpa cahaya dunia menjadi gelap, menakutkan, tidak ada yang bisa
dikenali, dan tidak ada keindahan visual. Dengan cahaya manusia dapat
melihat lingkungan dan warma; dapat beraktivitas dengan nyaman serta
dapat menikmati interior bangunan dan keindahan arsitektur.

21
Gambar II.2.1Jangkauan Pencahayaan Dalam Ruang

Sumber : Ilmu Fisika Bangunan ,Heinz Frick, Ant.ardianto.

Cahaya dapat diartikan sebagai sebuah gua yang gelap dengan


lubang kecil untuk masuknya cahaya. Makin gelap permukaan gua,
makin kecil lubang cahayanya. Namun, lubang cahaya yang makin
besar akan memberikan efek silau. Untuk menghindari masalah silau
tersebut lubang cahaya dapat diperbesar atau dinding gua dapat dicat
dengan warna terang.
1.Cahaya dari Pembukaan Atap dan Dinding
Pencahayaan pada ruang dalam bangunan biasanya diperoleh dari
atas (atap) atau dari samping (lubang dinding). Dalam pelaksanaanya
pelubangan cahaya dari atap sangat bervariasi tergantung dari fungsi
bangunan yang ada. Demikian pula pada pelubangan dinding/jendela
bervariasi dipengaruhi oleh bentuk bangunan yang ada. Untuk
menanggulangi masalah silau dapat digunakan bahan kaca atau lain pada
jendela untuk mereduksi kesilauan tersebut.
Gambar II.2.2 Konsep Penyaluran Cahaya

Sumber : Ilmu Fisika Bangunan ,Heinz Frick, Ant.ardianto.

22
2.Perlindungan Terhadap Silau Matahari dan Langit
Intensitas cahaya matahari umumnya memberikan cahaya
berlebih dan berakibat silau, hal tersebut menyebabkan ketidak
nyamanan secara visual dan menyebabkan mata menjadi lelah. Untuk
menghindarinya bisa menggunakan penghalang sinar matahari
langsung, dengan penyediaan selasar bangunan, atap tritian atau sisrip
pada jendela. Prinsip perlindungan terhadap cahaya matahari
langsung adalah penyaringan cahaya atau penciptaan bayangan.
Selain itu bisa dengan cara penggunaan kaca berwarna atau berlapis
yang memiliki kemampuan menyerap/memantulkan cahaya matahari.
Gambar II.2.3 Perlindungan dari Radiasi Matahari

Sumber : Ilmu Fisika Bangunan ,Heinz Frick, Ant.ardianto


(sumber: Ant.Ardiyanto;H.Frick,Ilmu Fisika Bangunan)
Menurut Heinz frick, pencahayaan alami mempunyai pengaruh
kepada kesehatan manusia. Menurutnya, peletakan lubang jendela
harus diusahakan pada sisi utara dan selatan lebih banyak dan sisi lain
dihindari. Pada sisi barat dihindari karena panas yang panas dan
menyengat. Salah satu pengaruh cahaya alami pada bangunan adalah
suhu dari intensitas matahari yang langsung dapat meningkatkan suhu
dinding akibat konduksi dan suhu ruangan bila sinar mathari langsung
masuk pada ruangan.

23
Gambar II.2.4 Pemantulan Cahaya untuk Mengurangi
Radiasi Matahari

Sumber : Dasar-dasar Arsitektur Ekologis, Heinz Frick


Karena pencahayaan buatan dengan lampu dan sebagainya
mempengaruhi kesehatan manusia, maka dibutuhkan pencahayaan
alami yang terang, bebas kesilauan, dan tanpa sinar panas. Untuk
memenuhi tuntutan berlawanan ini, maka sebaiknya sinar matahari
tidak diterima secara langsung, melainkan sinarnya
dicerminkan/dipantulkan misalnya dalam air kolam (menghilangkan
panasnya) dan lewat plafond putih untuk menghindari silau bagi
orang yang bekerja didalam ruang. Peningkatan dalam penggunaan
cahaya alami sekaligus dapat menghemat energy listrik. Pencahayaan
alami mengandung efek penyembuhan dan meniingkatkan kreatifitas
manusia.
(Sumber: H.Frick, Dasar-dasar arsitektur ekologis) Penggunaan
pencahayaan alami sangatlah penting didalam suatu bangunan, karena
tidak hanya dapat mengurangi pemakaian listrik atau energy tetapi juga
mengurang pengeluaran biaya. Selain itu pemanfaatn pencahayaan alami
dalam bangunan sangatlah berkaitan dengan kesehatan pengguna
bangunan yang berada didalamnya, karena cahaya yang masuk akan
memberikan pengaruh pada kondisi fisik bangunan. Pemaanfaatan
cahaya alami ini juga biasanya menjadi maslah yang cukup kompleks
karena selain ingin memasuka cahaya yang efektif, bangunan juga harus
bisa mendinginkan ruang dalamnya. Semua factor

24
pencahayaan alami ada pada seperti kaca jendela, atap skylight, dan
pencahayaan lainya merupakan hal yang sangat penting dalam
perancangan bangunan. Berikut merupakan parameter penilaian
kemungkina pencahayaan alami yang dibuat oleh Lawrence Berkeley
National Laboratory :
1. Kaca atau jendela harus melihat atau mendapatkan cahaya pagi.
2. Kaca harus bisa mentransmisikan cahaya
3. Memasang alat control untuk system aktif pencahayaan alami
4. Melakukan tes desain untuk pencahayaan pada siang hari atau alami
5. Peniliaian kemungkinan pencahayaan alami pada setiap bagian
bangunan.
Setelah melihat parameter penilaian pertama, ada penilaian untuk
pencahayaan alami yang lebih lengkap, yaitu :
1. Penerangan alami secara umum
2. Penerangan alami melalui dinding
3. Penerangan alami melaui atap
4. Penerangan alami pada core atau pusat bangunan
Untuk lebih detailnya dapat dilihat digambar berikut :
(sumber : Charles j.kibert, Sustainable construction green building
designand delivery)

II.2.d Orientasi Bangunan Terhadap Matahari


Dalam pemanfaatan cahaya alami ke dalam bangunan, orientasi dan
bentuk bangunan terhadap garis edar matahari tentu juga mempunyai
pengaruh. Orientasi bangunan juga mempunyai peran penting dalam
menangkap cahaya dan mengurangi radiasi yang ditimbulkan oleh cahaya
matahari yang didapatkan. Menurut Setyo Soetiadji (Soetiadji S, 1986)
orientasi adalah “suatu posisi relatif suatu bentuk terhadap bidang dasar,
arah mata angin, atau terhadap pandangan seseorang yang melihatnya.
Dengan berorientasi dan kemudian mengadaptasikan situasi dan kondisi
setempat, bangunan kita akan menjadi milik lingkungan. Jenis orientasi
menurut Setyo Soetiadji adalah :

25
ƒ Orientasi terhadap garis edar matahari yang merupakan suatu bagian
yang elemen penerangan alami. Namun pada daerah beriklim tropis
penyinaran dalam jumlah yang berlebihan akan menimbulkan suatu
masalah, sehingga diusahakan adanya elemen-elemen yang dapat
mengurangi efek terik matahari.
ƒ Orientasi pada potensi-potensi terdekat, merupakan suatu orientasi
yang lebih bernilai pada sesuatu, bangunan dapat mengarah pada
suatu tempat atau bangunan tertentu atau cukup dengan suatu nilai
orientasi positif yang cukup membuat hubungan filosofisnya saja.
Matahari menimbulkan gangguan dari panas dan silau
cahayanya (Wijaya, 1988). Perlindungan yang dapat dilakukan untuk
mengantisipasi masalah tersebut dapat digunakan beberapa cara,
adapun cara yang dapat dilakukan antara lain dengan cara prinsip-
prinsip pembayangan dan filterasi/penyaringan cahaya. Cara
pematahan sinar matahari dengan sistem pembayangan dipengaruhi
oleh beberapa hal yaitu :
• Garis edar matahari
• Kondisi lingkungan setempat
• Bentuk bangunan
• Fungsi bangunan.
(sumber : A. Bamban Yuuwono, 2007)

II.3. StudiTapak dan Literatur

II.3.a Tinjauan Terhadap Tapak


Lokasi : Jalan Pintu 1 Senayan, Tanah Abang, Jakarta Pusat 10270
Peraturan tapak :
Luas Lahan 2
: 10.891 m
KDB 2 2
: 20% x 10.891 m = 2.178,2 m
KLB 2,5 2
: 27.227,5 m
Ketinggian Max. : 24 lapis
Peruntukan : Kut (umum taman)

26
Gambar II.3.1 Letak Wisma Atlet Senayan

Sumber: www.tatakota-jakartaku.net
Gambar II.3.2 Keadaan Wisma Atlet Senayan

Sumber : Pribadi
Kekuatan :
• Letak site dan bangunan yang dekat dengan pusat fasilitas olah raga di
Jakarta.

27
• Sinar matahari yang banyak di Indonesia yang berlimpah.

• Pencahayaan alami yang dirasa kurang di dalam bangunan baik yang


bersifat umum atau privat.
• Maintenance terhadap fisik dan fasilitas bangunan yang sangat kurang.
• Kondisi lingkungan atau tapak yang dirasa diurus dengan baik.
• Program ruang yang kurang cocok untuk atlet.

• Dapat menjadi bangunan dengan letak yang strategis untuk fungsi


sebagai wisma atlet
• Orientasi tapak menghadap utara sangat cocok dengan konsep orientasi
untuk pencahayaan alami.
Ancaman :
• Letak kantin yang tidak sesuai dengan program ruang wisma.
• Persaingan dengan hotel atlet century.

II.3.b Tinjauan Literatur


1. Sekolah dan asrama atlet ragunan
Sekolah Atlit Ragunan diresmikan pda tanggal 15 Januari 1977 di daerah
Pasar Minggu,Jakarta Selatan.Sekolah Ragunan mempunyai visi yaitu
mengahasilkan anak bangsa yang unggul dalam prestasi olahraga dan
akademik berdasarkan iman dan taqwa melalui bimbingan dan pelayanan yang
prima.Bangunan Sekolah SMP/SMA Atlit Ragunan beberapa kali dibangun
dan dipugar,yang terakhir adalah pemugaran kembali Asrama Pria.Sekolah
Atlit Ragunan telah melahirkan atlit-atlit andalan Indonesia yang mampu
mengharumkan nama bangsa Indonesia dikancah internasional.
Fasilitas
Untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di Sekolah Atlit Ragunan
pemerintah sudah menyiapkan asrama khusus untuk meringankan proses
belajar mengajar siswa/siswi Sekolah Atlit Ragunan juga lapangan olahraga
sesuai cabang olahraga mereka masing-masing diantaranya;
- 1 lapangan sepakbola - Tempat untuk Tenis Meja

28
- Lintasan atletik atau track & field - Lapangan Volly Indoor
- 2 buah lapangan Tenis Outdoor - Lapangan Bulutangkis
- 1 buah lapangan untuk olahraga Panahan
- 3 buah lapangan Basket(1 outdoor)
- Tempat cabor. Taekwondo dan senam
ASRAMA
Di Sekolah Atlit Ragunan terdapat asrama dimana asrama tersebut
digunakan untuk tempat tinggal sementara para atlit belia yang sedang
menempuh pendidikan di Sekolah Atlit Ragunan.
Gambar II.3.3 Wisma Atlet di Ragunan

Sumber: Pribadi
Asrama tersebut adalah;
- 1 gedung bertingkat yang digunakan oleh atlit laki-laki
- 5 rumah (paviliun) yang didalamya berjumlah kurang lebih 20 atlit
perempuan
- 1 gedung untuk para calon atlit yang sedang diaudisi (150
orang) Gedung asrama ini terpisah dan berjauhan.
Gambar II.3.4 Letak Wisma Atlet di Ragunan

29
Sumber: www.tatakota-jakartaku.net
Fasilitas di dalam asrama ini adalah :
• Kamar tidur untuk 4 orang (kenyataannya kasur yang disediakan
tidak untuk 4 orang, sisanya memakai kasur tambahan)
Gambar II.3.5 Ruang Tidur Wisma Atlet di Ragunan

• Ruang makan (terpisah dari gedung)


Gambar II.3.6 Ruang Makan Wisma Atlet di Ragunan

• Lobby untuk santai


• Ruang laundry
• Fitnes (terpisah dari gedung)

30
Gambar II.3.7 Ruang Fitness Wisma Atlet di Ragunan

• Klinik (terpisah dari gedung)


Gambar II.3.8 Ruang Kesehatan Wisma Atlet di Ragunan

Sumber : Pribadi
Analisis terhadap asrama :
Tabel II.3.1 Analisis Wisma Ragunan
Arsitektur Landscape
Arsitektur : Landscape :
‐ Bangunan bermassa tunggal. ‐ Dua bulatan pada bagian
‐ Bentuk massa U dengan total 3 taman dengan pohon besar di
lantai. tengah, selain berfungsi
‐ Bentuk bangunan sangatlah sebagai tempat duduk dan
fungsional dan sesuai dengan santai, juga berfungsi sebagai
konsep wisma. taman dan penanda kawasan
‐ Terdapat beberapa ruang yang khas.
terbuang dan desain yang tidak ‐ Walaupun lebih banyak
sesuai. perkerasan daripada taman,
‐ Bergaya arsitektural klasik namun landscape didesain
dengan pilar-pilar romawi. cukup baik dan berkonsep.
‐ Kondisi fasade cukup terawat. ‐ Tangga sebagai
Interior : penerima/entrance ke dalam
dua bulatan taman tersebut.
‐ Interior bangunan cukup terawat. ‐ Pada sore hari bagian depan
‐ Pencahayaan dan penghawaan atau taman ini juga digunakan
alami cukup. sebagai area untuk pemanasan
‐ Tidak ada yang istimewa dalam atau olah raga kecil bagi para
interior ruangannya. atlet.

31
Kesimpulan
Kelebihan Kekurangan
Kelebihan : Kekurangan :
‐ Kondisi bangunan baik eksterior ‐ Banyak ruang terbuang atau
maupun interior yang cukup baik. tidak terpakai.
‐ FasilitasGelanggang Olahraga ‐ Beberapa ruang tidak
Ragunan yang cukup lengkap dan fungsional, seperti ruang
memadai. serbaguna (ada kolom di
‐ Penataan landscape yang cukup tengah yang menghalangi
baik. pandangan dan ruang duduk
yang pada bagaian tengah
bangunan
‐ Penempatan tangga kurang
tepat pada kedua sisi sayap
bangunan.

2. Beijing athletes villages

Gambar II.3.9 Beijing Athletes Villages

Sumber: Google

Luas area total : 66 hektar


Fungsi : Penginapan atlet saat Olimpiade Beijing 2008 Perkampungan
2
atlet Beijing menempati area sebesar 370.000 m
dimana penginapan memiliki 2 tema yaitu “six-story” dengan 22 bangunan
dan “nine-story” dengan 20 bangunan. Keseluruhan bangunan dapat
menampung 16.800 atlet beserta pelatih dan official tiap tim dari berbagai
negara. Selain penginapan atlet, disana juga terdapat fasilitas antara lain
klinik, restauran, perpustakaan, pusat hiburan dan juga

32
fasilitas penunjang atlet seperti fitnes, kolam renang, lapangan tenis,
lapangan basket dan area joging.
Untuk memenuhi kebutuhan akan istirahat (tidur) atlet, tiap
kasurnya di desain sepanjang 2,2 m dan spesial tambahan panjang kasur
bagi atlet dengan postur tinggi seperti Yao Ming; 2,26 m. Di tiap
kamarnya terdapat wi-fi, telepon, TV, pengamanan sidik jari dan sensor
maling.
Gambar II.3.10 Fasilitas Beijing Athletes Villages

Sumber: Google

Analisis terhadap asrama :


Tabel II.3.2 Analisis Beijing Athletes Villages
Arsitektur Landscape

33
Arsitektur : Landscape :
‐ Pedestrian yang sangat besar.
‐ Bangunan bermassa tunggal.
Sangat baik mengingat para
‐ Bentuk bangunan masih cukup
atlet yang menginap semua
fungsional tetapi di tambah
adalah pejalan kaki dan tidak
dengan permainan pada facade.
membawa kendaraan pribadi.
‐ Bentuk ruang serbaguna yang
‐ Konsep taman dan penghijauan
menjadi landmark
yang cukup baik.
‐ Bergaya arsitektural modern
‐ Pada beberapa mai entrance
dengan konsep keberlanjutan.
ingin menunjukan kebudayaan
‐ Fasilitas sangat lengkap dan
cina.
terawat.
‐ Mempunyai dua konsep khusus
pada dua zona.

Interior :
‐ Interior kamar sangat simple.
‐ Interior pada bangunan masih sangat
terawat dengan baik.
‐ Pada lantai hunian semuanya
menggunakan parquet.

Kesimpulan
Kelebihan Kekurangan
‐ Fasilitas sangat lengkap ‐ Interior kamar sangat simple.
‐ Landscape sangat baik dengan ‐ Massa bangunan yang sangat
landmark-landmark atau penanda banyak dan jarak-jaraknya yang
yang ada di dalamnya. cukup jauh.
‐ Keadaan dan konsep bangunan yang
sangat terawat

3. Wisma Atlet Olimpiade London 2012


Perencanaan fasilitas perkampungan atlet yang dilengkapi dengan pusat
kesehatan masyarakat dan atlet telahdiresmikan oleh Olimpiade Delivery
Authority (ODA) sebagai panitia pengelola kegiatan Olympiade London
2012. Perkampungan atlet ini lokasinya berdekatan dengan taman olimpiade

34
dan akan menghasilkan 2.818 unit rumah baru untuk London. 1.380
diantaranya diperuntukan untuk masyarakat umum. Fasilitas awalnya akan
digunakan untuk memenuhi kebutuhan atlet olimpiade dan praolimpiade
pada Olimpiade London 2012. Selanjutnya fasilitas ini dapat menjadi rumah
masyarakat yang baru di London. Pengembangan dan perencanaanya
difokuskan di tepi timur pemukiman kota di London. Fasilitas :
• Komunitas sarana dan pra-sarana kesehatan (poliklinik) terletak
disebuah bangunan seluas 5.000m2.
• Berbagai layanan kesehatan primer seperti rawat jalan, pelayanan
fisioterapi, klinik anak-anak, dan fasilitas diagnostic termasuk X-ray
dan USG.
• Fasilitas masyarakat seperti gymnasium, kantor organisasi olah raga,
kafe, ruang pertemuan ,dll.
• Gambar II.3.11 Fasilitas London Athletes Villages

Sumber: Google

Tabel II.3.3 Analisis London Athletes Villages


Arsitektur Landscape

35
‐ Konsep berkelanjutan dengan ‐ Konsep New Parks, New
pendekatan berbasis kesehatan. Wetland Areas, New Play
‐ Bentuk bangunan fungsional dan Areas, & Cycle Facilities.
sesuai dengan konsep wisma. ‐ Serangkaian area taman
‐ Bergaya arsitektural modern. saling berhubungan di
‐ Konstruksi utama beton. seluruh tapak. landscape
‐ Penataan
mencakup taman, lahan
basah, tempat bermain,
tempat latihan, kebun, dan
rekreasi.
‐ Lahan basah akan berisi 3
kolam & 2 bidang tanah
rawa.
‐ 700 pohon asli akan
menciptakan 'kanopi hijau' di
seluruh lahan basah.
‐ Lebih dari 70.000 bunga-
bunga dan tanaman air akan
diperkenalkan ke tapak

Kesimpulan
Kelebihan Kekurangan
‐ Kondisi bangunan yang baik baik ‐ Massa bangunan terlihat
eksterior maupun interior. terlalu padat dan banyak di
‐ Fasilitas yang lengkap dan antara massa-massa bangunan
memadai. landscape lainnya.
‐ Penataan dengan
konsep yang sangat baik dan
jelas.
‐ Gaya arsitektural yang modern.

Kesimpulan yang didapat dari studi literatur dan bangunan yang ada di
tapak ini yaitu, konsep wisma dapat di buat sama seperti hotel, baik dar
program ruang sampai fasilitasnya, hanya tinggal menyesuaikan skala atau
level dari jenis hotelnya. Selain itu, dari hasil studi ini dapat dikeatahui
ruang-ruang apa saja yang memang benar diperlukan oleh atlet di dalam
wisma dan fasilitas penunjangnya.

36

Anda mungkin juga menyukai