Definisi Atlet
• Menurut Peraturan Organisasi Aeromodelling Indonesia (2010), atlet adalah
olahragawan baik laki-laki maupun perempuan yang melatih kemampuan
secara khusus untuk bersaing dalam pertandingan yang melibatkan
kemampuan fisik, kecepatan atau daya tahan.
• Kemudian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) pengertian atlet
(at.let) adalah olahragawan, terutama yang mengikuti perlombaan atau
pertandingan (kekuatan, ketangkasan, dan kecepatan).
8
II.1.b Karakter Wisma
Dalam penentuan karakternya wisma mempunyai ciri atau karakter ruang
yang hampir sama dengan apartment, jadi penulis dsini menjelaskan karakter
ruang atau program ruang berdasarkan buku John macsai: Housing. Pembagian
ruang atau karakter ruang dan yang berkaitan dengan gedung dan keadaan sekitar
gedung berdasarkan buku tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
Building program
1. Pengguna (user)
• Umur (age)
• Gaya hidup (life style)
• Kependudukan/jumlah (occupation)
2. Kepunyaan/pasar (market)
• Sponsor/pendukung (sponsorship)
• Kepunyaan (ownership)
• Cara penjualan (rent or sales structures)
• Keuangan (financing)
3. Jenis unit hunian (dweliing unit)
9
6. Commercial space
7. Keamanan (security)
10
Sustainable Design
“ Creating buildings which are energy efficient,healthy, comfortable, flexible,
in use and designed for long life. “
(Foster and Partners, 1999)
Environmental friendly development adalah pembangunan yang
ramah lingkungan. Melihat isu-isu tersebut yang sedang marak-maraknya,
sebuah bangunan kini haruslah earth-friendly dan cukup indah agar dapat
dihargai untuk dipreservasi. Tujuannya untuk memunculkan sifat sustainable
architecture pada bangunan tersebut yang merupakan jawaban dari
environmenal friendly development tersebut. walau keberlanjutan suatu
bangunan tidak bisa dilihat dari sudut ketahanan fisik bangunan saja.Prinsip-
prinsip dari sustainable architecture, antara lain seperti :
9 Perhatian pada iklim setempat
9 Substitusi sumber energi yang tidak dapat diperbaharui (menghemat
sumber energi yang tidak dapat diperbaharui)
9 Penggunaan bahan bangunan yang dapat dibudidayakan dan yang
hemat energi
9 Pembentukan peredaran yang utuh antara penyedia dan pembuangan
bahan bangunan energi dan air
9 Hemat energi secara menyeluruh
Selain itu, ada berbagai konsep dalam arsitektur yang mendukung
sustainable architecture terutama di Indonesia, antara lain seperti :
9 Efisiensi lahan
Lahan yang semakin sempit, mahal dan berharga tidak harus digunakan
seluruhnya untuk bangunan, karena sebaiknya selalu ada lahan hijau
dan penunjang keberlanjutan potensi lahan.
• Menggunakan seperlunya lahan yang ada, tidak semua lahan harus
dijadikan bangunan, atau ditutupi dengan bangunan . Menggunakan
lahan secara efisien, kompak dan terpadu.
• Potensi hijau tumbuhan dalam lahan dapat digantikan atau
dimaksimalkan dengan berbagai inovasi, misalnya pembuatan roof
11
garden ( taman atap ), taman gantung ( dengan menggantung pot-
pot tanaman pada sekitar bangunan ), pagar tanaman.
• Menghargai kehadiran tanaman yang ada di lahan, dengan tidak
mudah menebang pohon-pohon.
• Desain terbuka dengan ruang-ruang yang terbuka ke taman ( sesuai
dengan fleksibilitas buka-tutup yang direncanakan sebelumnya ) .
• Dalam perencanaan desain, pertimbangkan berbagai hal yang dapat
menjadi tolak ukur dalam menggunakan berbagai potensi lahan,
misalnya; berapa luas dan banyak ruang yang diperlukan? Dimana
letak lahan ( dikota atau didesa ) dan bagaimana konsekuensinya
terhadap desain? Bagaimana bentuk site dan pengaruhnya terhadap
desain ruang-ruang? Berapa banyak potensi cahaya dan
penghawaan alami yang dapat digunakan?
9 Efisiensi energi
Arsitektur dapat menjadi media yang paling berpengaruh dengan
implementasi arsitektur berkelanjutan, karena dampaknya secara
langsung terhadap lahan. Konsep desain yang dapat meminimalkan
penggunaan energi listrik, misalnya, dapat digolongkan sebagai konsep
sustainable dalam energi, yang dapat diintegrasikan dengan konsep
penggunaan sumber cahaya matahari secara maksimal untuk
penerangan, penghawaan alami, pemanasan air untuk kebutuhan
domestik, dan sebagainya.
• Memanfaatkan sinar matahari untuk pencahayaan alami secara
maksimal pada siang hari, untuk mengurangi penggunaan energi
listrik.
• Konsep efisiensi penggunaan energi seperti pencahayaan dan
penghawaan alami merupakan konsep spesifik untuk wilayah
dengan iklim tropis.
9 Efisiensi material
• Memanfaatkan material sisa untuk digunakan juga dalam
pembangunan, sehingga tidak membuang material, misalnya kayu
sisa bekisting dapat digunakan untuk bagian lain bangunan.
12
• Memanfaatkan material bekas untuk bangunan, komponen lama
yang masih bisa digunakan, misalnya sisa bongkaran bangunan
lama.
• Menggunakan material yang masih berlimpah maupun yang jarang
ditemui dengan sebaik-baiknya, terutama untuk material yang
semakin jarang seperti kayu.
9 Penggunaan teknologi dan material baru
• Memanfaatkan potensi energi terbarukan seperti energi angin,
cahaya matahari dan air untuk menghasilkan energi listrik domestik
untuk rumah tangga dan bangunan lain secara independen.
9 Manajemen limbah
• Membuat sistem pengolahan limbah domestik seperti air kotor
( black water, grey water ) yang mandiri dan tidak membebani
sistem aliran air kota.
(Sumber: Tri Harso Karyono, Arsitektur Masa Kini) Sementara pendapat lain
yang sama seperti Tri Harso yaitu Heinz Frick, menurutnya dalam membangun
itu harus secara ekologis (basic eco-design standard), pegangan untuk
pembangunan secara berkelanjutan didasarkan pada teknologi bangunan lokal
dan tuntutan ekologis alam. Ketentuan cara membangun merupakan fungsi
perencanaan. Kebiasaan cara membangun berasal dari cara bagaimana
pengamat memperhatikan sesuatu dan apa yang
dianggapnya penting.
Desain gedung dapat diubah sesuai keinginan dengan catatan
meminimalkan pengaruhnya terhadap lingkungan karena desain pada
prinsipnya tidak bisa dipaksakan oleh apa saja dari alam. Cara bagaimana suatu
gedung berfungsi dalam keseimbangan dengan alam mencerminkan
kemampuan para perencana untuk mengerti cara membangun dan prosesnya,
menyatakan impian penghuni, memperhatikan segala peredaran alam.
Asas-sas pembangunan secara berkelanjutan yang ekologis dapat dibagi
menjadi dua: asas yang menciptakan keadaan yang ekologis berkelanjutan dan
asas yang menjawab tantangan oleh keadaan yang ekologis tidak berkelanjutan.
13
Berdasarkan dua hal tersebut, maka empat asas yang pembangunan
berkelanjutan yang ekologis dapat disusun sebagai berikut:
1. Menggunakan bahan baku alam tidak lebih cepat dari pada alam mampu
membentuk penggantinya
Prinsip : meminimalkan penggunaan bahan baku, utamakan bahan baru yg
renewable, meningkatkan efisiensi.
2. Menciptakan system yang menggunakan sebanyak mungkin energi
terbarukan.
Prinsip : menggunakan energy matahari,meminimalkan pembororsan
3. Mengizinkan hasl sambilan (potongan, sampah, dsb) saja yang dapat
dimakan atau merupakan bahan mentah untuk produksi bahan lain.
Prinsip : meniadakan pencemaran, menggunakan bahan organik, reuse.
4. Meningkatkan penyesuaian fungsional dan keanekaragaman biologis.
Prinsip : melestarikan dan meningkatkan keanekaragaman biologis.
(Sumber: Heinz Frick, Dasar-dasar Arsitektur Ekologis)
Dari beberapa pemaparan diatas kita dapat melihat atau sedikit
mengambil kesimpulan kecil, bahwa di era saat ini sustainable architecture
atau arsitektur berkelanjutan mempunyai konsep-konsep sebagai dasar konsep
utama dari keberlanjutan dari konsep itu. Pada kali ini yang ingin diangkat
yaitu tetntang penghematan energi atau energy efficiency pada sebuah
bangunan. Penghematan energi sangatlah erat kaitanya dengan arsitektur
berkelanjutan ini, baik penghematan dari sumber daya alam sampai sumber
daya buatanya. Di dalam konsep sustainable architecture itu sendiri tentu tidak
bisa kita hanya berargumen bahwa setiap bangunan sudah sustainable atau
belum, karena hampir disemua negara mempunyai standar atau kriterianya
masing-masing untuk menilai sudah memenuhi atau belum bangunan kita
untuk konsep arsitektur berkelanjutan ini.
14
atau belum. Maksud dari hal ini tentu ingin mengembangakan setiap
konsep bangunan agar mempunyai kriteria standar pada saat
perancanganya sampai pada saat bangunan itu selesai dibangun dan siap
guna. Pada kali ini saya mencoba melihat standar yang ditetapkan di
Negara Amerika dan sudah menjadi acuan bagi seluruh Negara di
dunia, termasuk Indonesia yaitu LEED (Leadership in Energy and
Environmental Design). Tetapi tidak hanya menggunakan itu saja, karena
pada kumpulan atau praktisi di Indonesia yang tergabung di GBCI (Green
Building Council Indonesia) membuat suatu standar pembangunan juga
berkaitan dengan situasi dan klim yang berada di Indonesia sendiri.
LEED (Leadership in Energy and Environmental Design)
Dicetuskan oleh United States Green Building Council (USGBC) pada
1998 ini adalah sistem bangunan sertifikasi yang diakui secara
internasional, memberikan verifikasi pihak ketiga bahwa suatu
bangunan atau komunitas yang dirancang dan dibangun menggunakan
strategi ditujukan untuk meningkatkan kinerja dalam metrik seperti
penghematan energi, efisiensi air, emisi CO2 penurunan, peningkatan
kualitas lingkungan dalam ruangan, dan pengelolaan sumber daya dan
kepekaan terhadap dampaknya. Setiap jenis bangunan LEED diatur oleh
beberapa parameter atau kategori. Dalam setiap kategori ada daftar
strategi kredit yang menguraikan tujuan kinerja untuk kredit yang harus
dicapai. Kategori-kategori atau parameter dari LEED adalah :
1. Keberanjutan Tapak (Sustainable Site)
2. Penghematan Air (Water Efficiency)
3. Energi dan Atmosfer (Energy and Atmosphere)
4. Material dan Sumber Daya (Material and Resource)
5. Kualitas Lingkungan Ruang Dalam (Indoor Environmental Quality)
6. Inovasi dan Proses Desain (Innovation and Design Procces)
(Sumber : Tri Harso Karyono .Green Architecture :
Pengantar Pemahaman Arsitektur Hijau di Indonesia)
Berdasarkan parameter LEED permasalahan yang ingin dibuat
solusisnya dapat menggunakan parameter no.5 yaitu kualitas lingkungan
ruang dalam, dalam hal ini daylighting atau pencahayaan alami.
15
Sementara GREENSHIP digagas olehl embaga KONSIL
BANGUNAN HIJAU INDONESIA atau GREEN BUILDING
COUNCIL INDONESIA. GBCI adalah lembaga mandiri (non
government) dan nirlaba (non-for profit) yang berkomitmen penuh
terhadap pendidikan masyarakat dalam mengaplikasikan praktik-praktik
terbaik lingkungan dan memfasilitasi transformasi industri bangunan
global yang berkelanjutan. GBC INDONESIA merupakan Emerging
Member dari World Green Building Council (WGBC) yang berpusat di
Toronto, Kanada. WGBC saat ini beranggotakan 73 negara dan hanya
memiliki satu GBC di setiap negara.
GBC INDONESIA didirikan pada tahun 2009 dan diselenggarakan oleh
sinergi di antara para pemangku kepentingannya, meliputi :
Profesional bidang jasa konstruksi,
Kalangan industri sektor bangunan dan properti,
Pemerintah,
Institusi pendidikan dan penelitian
Asosiasi profesi dan masyarakat peduli lingkungan.
Salah satu program GBC INDONESIA adalah menyelenggarakan
kegiatan Sertifikasi Bangunan Hijau di Indonesia berdasarkan
perangkat penilaian khas Indonesia yang disebut GREENSHIP.
GREENSHIP ini juga mempunya sistim rating atau parameter seperti
LEED juga. Apabila suatu bangunan berhasil melaksanakan butir rating,
maka bangunan itu akan mendapatkan poin nilai dari butir tersebut.Bila
jumlah semua point nilai yang berhasil dikumpulkan mencapai suatu
jumlah yang ditentukan, maka bangunan tersebut dapat disertifikasi
untuk tingkat sertifikasi tententu. Namun sebelum mencapai tahap
penilaian rating terlebih dahulu dilakukan pengkajian bangunan untuk
pemenuhan persyaratan awal penilaian (eligibilitas)
Sistim Rating GREENSHIP dipersiapkan dan disusun oleh
Green Building Council yang ada di negara-negara tertentu yang sudah
mengikuti gerakan bangunan hijau. Setiap negara tersebut mempunyai
Sistem rating masing-masing, sebagai contoh Amerika Serikat - LEED,
16
Singapura - Green Mark, Australia - Green Star dsb. Konsil Bangunan
Hijau Indonesia saat ini dalam tahap penyusunan draft Sistem rating.
Untuk itu telah dipilih nama yang akan digunakan bagi Sistem Rating
Indonesia yaitu GREENSHIP, sebuah perangkat penilaian yang disusun
oleh Green Building Council Indonesia (GBCI) untuk menentukan
apakah suatu bangunan dapat dinyatakan layak bersertifikat "bangunan
hijau" atau belum. GREENSHIP bersifat khas Indonesia seperti halnya
perangkat penilaian di setiap negara yang selalu mengakomodasi
kepentingan lokal setempat. Program sertifikasi GREENSHIP
diselenggarakan oleh Komisi Rating GBCI secara kredibel, akuntabel
dan penuh integritas
Penyusunan GREENSHIP ini didukung oleh World Green
Building Council, dan dilaksanakan oleh Komisi Rating dari GBCI.
Saat ini GREENSHIP berada dalam tahap penyusunan GREENSHIP
untuk Bangunan Baru (New Building) yang kemudiannya akan disusun
lagi GREENSHIP untuk kategori-kategori bangunan lainnya. Greenship
sebagai sebuah sistem rating terbagi atas enam aspek yang terdiri dari :
17
kategori sebagai acuan yaitu no.2 efisiensi energy dan refrigerant, dan
melihat parameternya cahaya pada siang hari atau daylighting.
(Sumber : www.gbcindonesia.org)
18
Perancangan aktif bersifat tambahan. Pengertian perancangan
aktif adalah salah cara penghematan energi dengan bantuan alat-alat
teknolgi yang dapat mengontrol, mengurangi pemakaian, atau
menghasilkan energi baru. Dalam perancangan secara aktif, secara
simultan arsitek juga harus menerapkan strategi perancangan secara
pasif. Tanpa penerapan strategi perancangan pasif, penggunaan energi
dalam bangunan akan tetap tinggi apabila tingkat kenyamanan termal
dan visual harus dicapai.
9 Prinsip perancangan arsitektur hemat energi dilihat dari parameter disain
arsitektural adalah sebagai berikut:
• Konfigurasi bangunan dipengaruhi oleh iklim
• Orientasi bangunan merupakan hal yang krusial
• Fasade bangunan yang responsif terhadap iklim
• Sumer energy berasal dari pembangkit yang terbarukan
• Penggunaan system operasional aktif dan kombinasi
• Konsumsi energi yang rendah
• Tingkat kenyamanan yang konsisten
• Pertimbangan terhadap ekologi tapak
Perbandingan dengan parinsip arsitektur lainnya dapat terlihat pada
table berikut ini :
Tabel II.2.1 Table Perbandingan Prinsip Perancangan Arsitektur
Parameter
Disain Prinsip Perancangan Arsitektur
Arsitektural
Bioklimatik Hemat Surya Hijau Murni
Energi
19
Sumber Energi Natural non- Pembangkit Pembangkit Natural dan Pembangkit
renewable non- renewable pembangkit non-
renewable renewable renewable
dan non-
renewable
20
energi. Konsep bangunan dengan efisiensi energi sangat penting karena
jika melihat pada penggunaan energi secara global, sektor bangunan
sendiri menyerap 45 % dari kebutuhan energi keseluruhan. Pemanfaatan
energi dalam bangunan ini khususnya untuk pemanasan, pendinginan
dan pencahayaan bangunan.
(Sumber : Enno, Abel. (1994). “Low-energy Building”. Energy
and Building Science Journal)
Hemat nergi merupakan salah satu issu yang sedang hangat
diperbincangkan, karena mempunyai efek yang baik untuk bangunan
juga untuk lingkungan sekitar bangunan bila dapat dijalankan konsep
tersebut dengan tepat. Di dalam konsep hemat energy secara pasif ini
ada beberapa issu yang terkait dengan desain sebuah gedung atau
bangunan, salah satunya yaitu passive solar design. Didalam issu
tersebut dipecah lagi menjadi tiga yaitu:
1. Daylighting (cahaya siang hari)
2. Building envelope (pengolahan bangunan)
3. Renewable energy (energy terbarukan)
Ketiga hal tersebut sangatlah terkait satu sama lain sehingga dapat
menghasilkan suatu konsep perancangan yang hemat energy, dalam
hal ini pencahayaan alami pada siang hari atau daylighting.
(sumber : Charles j.kibert, Sustainable construction green
building designand delivery)
21
Gambar II.2.1Jangkauan Pencahayaan Dalam Ruang
22
2.Perlindungan Terhadap Silau Matahari dan Langit
Intensitas cahaya matahari umumnya memberikan cahaya
berlebih dan berakibat silau, hal tersebut menyebabkan ketidak
nyamanan secara visual dan menyebabkan mata menjadi lelah. Untuk
menghindarinya bisa menggunakan penghalang sinar matahari
langsung, dengan penyediaan selasar bangunan, atap tritian atau sisrip
pada jendela. Prinsip perlindungan terhadap cahaya matahari
langsung adalah penyaringan cahaya atau penciptaan bayangan.
Selain itu bisa dengan cara penggunaan kaca berwarna atau berlapis
yang memiliki kemampuan menyerap/memantulkan cahaya matahari.
Gambar II.2.3 Perlindungan dari Radiasi Matahari
23
Gambar II.2.4 Pemantulan Cahaya untuk Mengurangi
Radiasi Matahari
24
pencahayaan alami ada pada seperti kaca jendela, atap skylight, dan
pencahayaan lainya merupakan hal yang sangat penting dalam
perancangan bangunan. Berikut merupakan parameter penilaian
kemungkina pencahayaan alami yang dibuat oleh Lawrence Berkeley
National Laboratory :
1. Kaca atau jendela harus melihat atau mendapatkan cahaya pagi.
2. Kaca harus bisa mentransmisikan cahaya
3. Memasang alat control untuk system aktif pencahayaan alami
4. Melakukan tes desain untuk pencahayaan pada siang hari atau alami
5. Peniliaian kemungkinan pencahayaan alami pada setiap bagian
bangunan.
Setelah melihat parameter penilaian pertama, ada penilaian untuk
pencahayaan alami yang lebih lengkap, yaitu :
1. Penerangan alami secara umum
2. Penerangan alami melalui dinding
3. Penerangan alami melaui atap
4. Penerangan alami pada core atau pusat bangunan
Untuk lebih detailnya dapat dilihat digambar berikut :
(sumber : Charles j.kibert, Sustainable construction green building
designand delivery)
25
Orientasi terhadap garis edar matahari yang merupakan suatu bagian
yang elemen penerangan alami. Namun pada daerah beriklim tropis
penyinaran dalam jumlah yang berlebihan akan menimbulkan suatu
masalah, sehingga diusahakan adanya elemen-elemen yang dapat
mengurangi efek terik matahari.
Orientasi pada potensi-potensi terdekat, merupakan suatu orientasi
yang lebih bernilai pada sesuatu, bangunan dapat mengarah pada
suatu tempat atau bangunan tertentu atau cukup dengan suatu nilai
orientasi positif yang cukup membuat hubungan filosofisnya saja.
Matahari menimbulkan gangguan dari panas dan silau
cahayanya (Wijaya, 1988). Perlindungan yang dapat dilakukan untuk
mengantisipasi masalah tersebut dapat digunakan beberapa cara,
adapun cara yang dapat dilakukan antara lain dengan cara prinsip-
prinsip pembayangan dan filterasi/penyaringan cahaya. Cara
pematahan sinar matahari dengan sistem pembayangan dipengaruhi
oleh beberapa hal yaitu :
• Garis edar matahari
• Kondisi lingkungan setempat
• Bentuk bangunan
• Fungsi bangunan.
(sumber : A. Bamban Yuuwono, 2007)
26
Gambar II.3.1 Letak Wisma Atlet Senayan
Sumber: www.tatakota-jakartaku.net
Gambar II.3.2 Keadaan Wisma Atlet Senayan
Sumber : Pribadi
Kekuatan :
• Letak site dan bangunan yang dekat dengan pusat fasilitas olah raga di
Jakarta.
27
• Sinar matahari yang banyak di Indonesia yang berlimpah.
28
- Lintasan atletik atau track & field - Lapangan Volly Indoor
- 2 buah lapangan Tenis Outdoor - Lapangan Bulutangkis
- 1 buah lapangan untuk olahraga Panahan
- 3 buah lapangan Basket(1 outdoor)
- Tempat cabor. Taekwondo dan senam
ASRAMA
Di Sekolah Atlit Ragunan terdapat asrama dimana asrama tersebut
digunakan untuk tempat tinggal sementara para atlit belia yang sedang
menempuh pendidikan di Sekolah Atlit Ragunan.
Gambar II.3.3 Wisma Atlet di Ragunan
Sumber: Pribadi
Asrama tersebut adalah;
- 1 gedung bertingkat yang digunakan oleh atlit laki-laki
- 5 rumah (paviliun) yang didalamya berjumlah kurang lebih 20 atlit
perempuan
- 1 gedung untuk para calon atlit yang sedang diaudisi (150
orang) Gedung asrama ini terpisah dan berjauhan.
Gambar II.3.4 Letak Wisma Atlet di Ragunan
29
Sumber: www.tatakota-jakartaku.net
Fasilitas di dalam asrama ini adalah :
• Kamar tidur untuk 4 orang (kenyataannya kasur yang disediakan
tidak untuk 4 orang, sisanya memakai kasur tambahan)
Gambar II.3.5 Ruang Tidur Wisma Atlet di Ragunan
30
Gambar II.3.7 Ruang Fitness Wisma Atlet di Ragunan
Sumber : Pribadi
Analisis terhadap asrama :
Tabel II.3.1 Analisis Wisma Ragunan
Arsitektur Landscape
Arsitektur : Landscape :
‐ Bangunan bermassa tunggal. ‐ Dua bulatan pada bagian
‐ Bentuk massa U dengan total 3 taman dengan pohon besar di
lantai. tengah, selain berfungsi
‐ Bentuk bangunan sangatlah sebagai tempat duduk dan
fungsional dan sesuai dengan santai, juga berfungsi sebagai
konsep wisma. taman dan penanda kawasan
‐ Terdapat beberapa ruang yang khas.
terbuang dan desain yang tidak ‐ Walaupun lebih banyak
sesuai. perkerasan daripada taman,
‐ Bergaya arsitektural klasik namun landscape didesain
dengan pilar-pilar romawi. cukup baik dan berkonsep.
‐ Kondisi fasade cukup terawat. ‐ Tangga sebagai
Interior : penerima/entrance ke dalam
dua bulatan taman tersebut.
‐ Interior bangunan cukup terawat. ‐ Pada sore hari bagian depan
‐ Pencahayaan dan penghawaan atau taman ini juga digunakan
alami cukup. sebagai area untuk pemanasan
‐ Tidak ada yang istimewa dalam atau olah raga kecil bagi para
interior ruangannya. atlet.
31
Kesimpulan
Kelebihan Kekurangan
Kelebihan : Kekurangan :
‐ Kondisi bangunan baik eksterior ‐ Banyak ruang terbuang atau
maupun interior yang cukup baik. tidak terpakai.
‐ FasilitasGelanggang Olahraga ‐ Beberapa ruang tidak
Ragunan yang cukup lengkap dan fungsional, seperti ruang
memadai. serbaguna (ada kolom di
‐ Penataan landscape yang cukup tengah yang menghalangi
baik. pandangan dan ruang duduk
yang pada bagaian tengah
bangunan
‐ Penempatan tangga kurang
tepat pada kedua sisi sayap
bangunan.
Sumber: Google
32
fasilitas penunjang atlet seperti fitnes, kolam renang, lapangan tenis,
lapangan basket dan area joging.
Untuk memenuhi kebutuhan akan istirahat (tidur) atlet, tiap
kasurnya di desain sepanjang 2,2 m dan spesial tambahan panjang kasur
bagi atlet dengan postur tinggi seperti Yao Ming; 2,26 m. Di tiap
kamarnya terdapat wi-fi, telepon, TV, pengamanan sidik jari dan sensor
maling.
Gambar II.3.10 Fasilitas Beijing Athletes Villages
Sumber: Google
33
Arsitektur : Landscape :
‐ Pedestrian yang sangat besar.
‐ Bangunan bermassa tunggal.
Sangat baik mengingat para
‐ Bentuk bangunan masih cukup
atlet yang menginap semua
fungsional tetapi di tambah
adalah pejalan kaki dan tidak
dengan permainan pada facade.
membawa kendaraan pribadi.
‐ Bentuk ruang serbaguna yang
‐ Konsep taman dan penghijauan
menjadi landmark
yang cukup baik.
‐ Bergaya arsitektural modern
‐ Pada beberapa mai entrance
dengan konsep keberlanjutan.
ingin menunjukan kebudayaan
‐ Fasilitas sangat lengkap dan
cina.
terawat.
‐ Mempunyai dua konsep khusus
pada dua zona.
Interior :
‐ Interior kamar sangat simple.
‐ Interior pada bangunan masih sangat
terawat dengan baik.
‐ Pada lantai hunian semuanya
menggunakan parquet.
Kesimpulan
Kelebihan Kekurangan
‐ Fasilitas sangat lengkap ‐ Interior kamar sangat simple.
‐ Landscape sangat baik dengan ‐ Massa bangunan yang sangat
landmark-landmark atau penanda banyak dan jarak-jaraknya yang
yang ada di dalamnya. cukup jauh.
‐ Keadaan dan konsep bangunan yang
sangat terawat
34
dan akan menghasilkan 2.818 unit rumah baru untuk London. 1.380
diantaranya diperuntukan untuk masyarakat umum. Fasilitas awalnya akan
digunakan untuk memenuhi kebutuhan atlet olimpiade dan praolimpiade
pada Olimpiade London 2012. Selanjutnya fasilitas ini dapat menjadi rumah
masyarakat yang baru di London. Pengembangan dan perencanaanya
difokuskan di tepi timur pemukiman kota di London. Fasilitas :
• Komunitas sarana dan pra-sarana kesehatan (poliklinik) terletak
disebuah bangunan seluas 5.000m2.
• Berbagai layanan kesehatan primer seperti rawat jalan, pelayanan
fisioterapi, klinik anak-anak, dan fasilitas diagnostic termasuk X-ray
dan USG.
• Fasilitas masyarakat seperti gymnasium, kantor organisasi olah raga,
kafe, ruang pertemuan ,dll.
• Gambar II.3.11 Fasilitas London Athletes Villages
Sumber: Google
35
‐ Konsep berkelanjutan dengan ‐ Konsep New Parks, New
pendekatan berbasis kesehatan. Wetland Areas, New Play
‐ Bentuk bangunan fungsional dan Areas, & Cycle Facilities.
sesuai dengan konsep wisma. ‐ Serangkaian area taman
‐ Bergaya arsitektural modern. saling berhubungan di
‐ Konstruksi utama beton. seluruh tapak. landscape
‐ Penataan
mencakup taman, lahan
basah, tempat bermain,
tempat latihan, kebun, dan
rekreasi.
‐ Lahan basah akan berisi 3
kolam & 2 bidang tanah
rawa.
‐ 700 pohon asli akan
menciptakan 'kanopi hijau' di
seluruh lahan basah.
‐ Lebih dari 70.000 bunga-
bunga dan tanaman air akan
diperkenalkan ke tapak
Kesimpulan
Kelebihan Kekurangan
‐ Kondisi bangunan yang baik baik ‐ Massa bangunan terlihat
eksterior maupun interior. terlalu padat dan banyak di
‐ Fasilitas yang lengkap dan antara massa-massa bangunan
memadai. landscape lainnya.
‐ Penataan dengan
konsep yang sangat baik dan
jelas.
‐ Gaya arsitektural yang modern.
Kesimpulan yang didapat dari studi literatur dan bangunan yang ada di
tapak ini yaitu, konsep wisma dapat di buat sama seperti hotel, baik dar
program ruang sampai fasilitasnya, hanya tinggal menyesuaikan skala atau
level dari jenis hotelnya. Selain itu, dari hasil studi ini dapat dikeatahui
ruang-ruang apa saja yang memang benar diperlukan oleh atlet di dalam
wisma dan fasilitas penunjangnya.
36