Anda di halaman 1dari 41

A.

Perbedaan wanita dan pria dalam islam

Banyak wanita yang bilang bahwa susah menjadi wanita, lihat saja
aturan-aturan dibawah ini :

1. Wanita auratnya lebih susah dijaga dibanding lelaki.


2. Wanita perlu minta ijin dari suami apabila mau keluar rumah tetapi
tidak sebaliknya.
3. Wanita saksinya (apabila menjadi saksi) kurang berbanding lelaki.
4. Wanita menerima warisan lebih sedikit dari pada lelaki.
5. Wanita perlu menghadapi kesusahan mengandung dan melahirkan anak
6. Wanita wajib taat kepada suaminya, sementara suami tak perlu taat
pada istrinya.
7. Talak terletak di tangan suami dan bukan istri.
8. Wanita kurang nyaman dalam beribadat karena adanya masalah haid dan
nifas.
9. dan lain-lain.

Tetapi. PERNAHKAH KITA LIHAT KENYATAANNYA ?

1. Benda yang mahal harganya akan dijaga dan dibelai serta disimpan
ditempat yang teraman dan terbaik. Sudah pasti itulah intan permata
bandingannya dengan seorang wanita.

2. Wanita perlu taat kepada suami, tetapi tahukah lelaki wajib taat
kepada Ibunya 3 kali lebih utama daripada kepada Bapaknya ?

3. Wanita menerima warisan lebih sedikit daripada lelaki, tetapi


tahukah bahwa harta itu akan menjadi miliknya dan tidak perlu
diserahkan kepada suami? Sementara suami apabila menerima warisan ia
wajib juga menggunakan hartanya untuk istri dan anak-anaknya ?

4. Wanita perlu bersusah payah mengandung dan melahirkan anak, tetapi


tahukah bahwa setiap saat dia didoakan oleh segala mahluk, malaikat dan
seluruh mahluk Allah dimuka bumi ini, dan tahukah jika ia meninggal
karena melahirkan adalah syahid dan surga menantinya. Diakherat kelak,
seorang lelaki akan dipertanggungjawabk an terhadap 4 wanita, yaitu :
Istrinya, Ibunya, Anak Perempuannya dan Saudara Perempuannya. Artinya,
bagi seorang wanita tanggung jawab terhadapnya ditanggung oleh 4 orang
lelaki, yaitu: suaminya, ayahnya, anak lelakinya dan saudara lelakinya.
5. Seorang Wanita boleh memasuki pintu Syurga melalui pintu mana saja
yang disukainya cukup dengan 4 Syarat saja, yaitu : Sholat 5 waktu,
Puasa di bulan Ramadhan, taat kepada Suaminya dan menjaga
Kehormatannya.

6. Seorang lelaki wajib berjihad di jalan Allah, sementara bagi wanita


jika taat kepada suami serta menunaikan tanggung jawabnya kepada ALLAH
SWT, maka ia akan turut menerima pahala setara seperti pahala orang
pergi berjihad di jalan Allah tanpa perlu mengangkat senjata.

Masya ALLAH! demikian sayangnya ALLAH SWT kepada wanita…

Yakinlah bahwa sebagai Zat yang Maha Pencipta sudah pasti ALLAH Maha Tahu
akan segala yang diciptakan-Nya sehingga peraturan-Nya adalah yang terbaik bagi
manusia.

Ada perbedaan sifat alami yang mendasar, yang membedakan antara pria dan wanita.
Khususnya akan lebih jelas terlihat saat usia memasuki tahap dewasa.

Pada usia anak-anak dan remaja perbedaan ini tidak terlalu terlihat karena mereka
memang dalam masa pertumbuhan.

Perbedaan ini dikarenakan adanya perbedaan struktur otak antara pria dan wanita.
Perbedaan struktur otak ini mengakibatkan perbedaan pula cara memproses informasi
yang masuk kedalam otak, dan mengakibatkan pula perbedaan prioritas, tingkah laku,
persepsi dan pengertian pada pria dan wanita.

Berikut ini adalah beberapa perbedaan mendasar:

Jangkauan Sudut Pandang:


Jika diukur dari hidung, maka wanita mempunyai jangakauan sudut pandang yang
relatif lebih besar.Menurut penelitian, jangakauan sudut pandang wanita berkisar
antara 45 derajat sampai dengan 180 derajat, diukur dari hidung kearah kanan kiri
atas bawah.

Jadi kaum wanita, dengan jangkauan sudut pandang yang luas itu bisa melihat isi
lemari tanpa menggerakkan kepalanya, hanya dengan modal plirak-plirik saja mereka
bisa menemukan barang yang dicari.

Ini berbeda dengan kaum pria yang mempunyai sudut pandang yang relatif lebih
kecil. Pria jika memandang sesuatu maka otak akan memproses pandangannya itu
ibarat teropong bajak laut Jack Sparrow. Jauh dan lebih fokus, dan juga akan mencari
KATA yang tertulis diotak tentang benda yang dicari atau ingin dilihat.

Contohnya begini:
Seorang pria hendak mencari susu DENKO yang berbentuk kotak dalam lemari es.
Setelah dibuka pintunya, dan dilihat kedalam lemari es, ia tidak menemukan kotak
susu bertulisan DENKO di dalam lemari es tersebut.
Kemudian datang wanita melihat kedalam lemari es tersebut, dan dalam sekejap ia
menemukan kotak susu DENKO tersebut.

Hal ini bisa terjadi karena perbedaan sudut pandang tadi dan perbedaan cara otak
memproses informasi yang diteruskan oleh mata ke dalam otak.

Penelitian mengungkapkan bahwa otak pria mencari kata DENKO di dalam lemari
es. Jika posisi kotak DENKO tadi terbalik, atau arahnya tidak mengarah bagian depan
yang ada tulisannya, maka otak pria akan menyimpulkan barangnya tidak ada atau
tidak kelihatan.

Struktur Otak
Dalam struktur otak wanita, kemampuan untuk berbicara terutama ada dibagian
depan otak kiri dan sebagian kecil di otak sebelah kanan.Sementara untuk pria,
kemampuan berbicara dan bahasa itu bukan kemampuan otak yang penting.
Adanyapun cuma di bagian otak kiri dan tidak ada area yang spesifik. Otak pria itu
terkotak-kotak dan mampu memilah-milah informasi yang masuk.

Jadi jangan heran kalau wanita lebih senang berbicara dan banyak pula yang
dibicarakan, karena kedua belah otaknya mampu bekerja sekaligus.

Di malam hari, setelah seharian penuh beraktivitas, pria bisa menyimpan semuanya
diotaknya. Sementara otak wanita tidak bekerja seperti itu.

Informasi atau masalah yang diterimanya akan terus berputar-putar dalam otaknya.
Dan ini tidak akan berhenti sampai dia bisa mencurahkan habis isi otaknya alias
curhat.

Oleh sebab itu, kalo wanita bicara, tujuannya adalah untuk mengeluarkan unek-
uneknya, bukan untuk mencari kesimpulan atau solusi seperti yang dilakukan kaum
pria.

Membangun Hubungan Lewat Percakapan


Rata-rata wanita bisa bicara 20 ribu kata dalam sehari. Sementara pria hanya sekitar 7
ribu kata sehari atau bahkan lebih sedikit dari itu.
Pria jika sudah menghabiskan 7 ribu kata, maka dia tidak akan berminat untuk bicara
lebih lanjut.Persediaan si wanita tergantung dari apa yang sudah ia lakukan sepanjang
hari. Kalau dia sudah banyak berbicara dengan orang lain hari itu, dia pun akan
sedikit berbicara.
Kalau dia tinggal sendirian di rumah saja, mungkin ia sudah menggunakan 5 ribuan
kata. Jadi masih ada 15 ribu lagi!

Multitasking
Dari penelitian, pria cuma bisa melakukan satu hal pada suatu waktu. Semua
penelitian yang ada menemukan bahwa otak pria lebih terspesialiasi, terbagi-bagi.
Otak pria berkembang sedemikian sehingga mereka hanya dapat berkonsentrasi pada
satu hal yang spesifik pada suatu saat, sehingga sering mereka bilang mereka bisa
mengerjakan
semuanya tapi ‘satu-satu donk!!’.Kalo pria menepikan mobil untuk membaca peta,
biasanya dia juga akan
mengecilkan suara radio atau tape.
Banyak wanita yang bingung kenapa. Kan bisa saja baca peta sambil dengar radio
dan bicara?

Atau kadang wanita suka bingung: “Kalo dia lagi baca koran, kok dia
tidak bisa dengar tadi saya bilang apa?”

Jawabannya adalah karena sedikit sekali jaringan yang menghubungkan


otak kiri dan kanan pria, sehingga kalo pria yang lagi baca koran atau
nonton TV di-scan otaknya, kita bakal tau bahwa dia seketika itu juga jadi budeg..

Sementara otak wanita punya konstruksi yang memungkinkan wanita melakukan


banyak hal sekaligus atau kerennya multitasking job.
Wanita bisa melakukan banyak hal yang sama sekali tidak berhubungan pada waktu
bersamaan, dan otaknya tidak pernah putus, selalu aktif.

Wanita bisa bicara di telpon, pada saat yang sama masak di dapur dan nonton TV.
Atau dia bisa nyetir, dandan, mendengarkan radio dan bicara lewat hands-free, juga
sambil nge-blog

Tapi karena wanita bisa pakai 2 sisi otaknya secara bersamaan, banyak
yang bingung membedakan kanan dari kiri pada saat tertentu. Sekitar 50% wanita
tidak bisa secara langsung nunjuk mana kanan dan mana kiri kalau ditanya. Tapi pria
bisa secara langsung mengidentifikasi kanan dari kiri.

Coba saja sewaktu ikut wanita yang menyetir mobil terus kita bilang “belok kanan”
atau “belok kiri” TANPA menunjuk arah pakai tangan atau menggerakkan tubuh
yang lain, kemungkinan besar wanita akan bertanya lagi nunjuk kiri kanan tanpa
seketika tahu mana kanan atau kiri.

Indirect Speech
Wanita kalau berbicara biasanya menggunakan indirect speech alias memberikan
isyarat tentang apa yang sebenarnya dia inginkan.
Tujuannya adalah untuk menghindari konflik atau konfrontasi sehingga bisa terjalin
hubungan yang harmonis satu sama lain.
Indirect speech biasanya menggunakan kata-kata seperti: ‘kayaknya’, ‘sepertinya’dan
sebagainya.Ketika wanita bicara menggunakan indirect speech ke wanita lain, tidak
pernah ada masalah.
Wanita lain cukup sensitif untuk mengerti maksud sebenarnya.
Tapi, bila dipakai untuk bicara dengan pria, bisa berakibat fatal!

Kebanyakan pria menggunakan bahasa langsung atau direct speech dan mereka
mengambil makna sebenarnya dari apa yang orang lain katakan.

Contohnya:
Pada suatu hari pasangan Budi dan Wati akan pergi menghadiri undangan perkawinan
tetangganya. Wati baru beli baju baru untuk kondangan. Ditangannya ada 2 pasang
baju, satu berwarna putih dan satu lagi berwarna hijau. Lalu Wati bertanya kepada
Budi.

“Mas, yang mana yang mesti Wati pakai untuk kondangan nanti?” Tanya Wati.
Mencoba jawaban diplomatis si Budi menjawab: ” Yang mana saja deh, semua sama
bagusnya..”
Wati: ” Ayo dong mas, yang mana yang kelihatan lebih bagus, yang putih apa yang
ijo?”
Budi: “Yang warna putih..”
Wati: “Memangnya yang ijo kenapa? Kamu memang dari dulu gak suka sama yang
ijo, padahal aku beli mahal-mahal dan kamu gak suka kan..!”
Budi (dalam hatinya): “Kalau tidak mau dengar pendapatku kok tadi maksa nanya!!

Dari contoh diatas, Budi pikir dia tadi disuruh memecahkan atau mencari solusi dari
masalah pemilihan baju. Tapi ketika masalahnya sudah dia pecahkan si Wati malah
kesal. Wati sebenarnya sedang menggunakan bahasa tipe cewek banget atau
istilahnya tadi itu indirect speech.
Wati sebenarnya sudah memutuskan untuk memakai baju yang warna apa dan
TIDAK sedang meminta pendapat atau mencari solusi, yang Wati inginkan adalah
konfirmasi bahwa ia terlihat menarik atau cantik dengan memakai baju warna hijau
tadi.
Demikianlah Rasulullah pernah mengatakan:
“Wanita itu bengkok seperti tulang rusuk, apabila kamu berusaha meluruskannya
maka ia akan patah. Namun bila kamu membiarkannya tetap bengkok maka kamu
hanya ingin bersenang-senang dalam kebengkokannya”

Kesimpulannya

“Memperlakukan perempuan itu seperti saat kita bernafas, saat kitamenghirup udara
tulang rusuk akan meregang sempit, bila kita menghembuskan napas maka ia akan
mengembang mengikuti bentuk aslinya dan memberikan kelegaan.

Ada kalanya kita harus membimbing perempuan yang kita sayangi sesuai pada
norma-norma yang ada agar hidup kita dan dia kelak dapat menghirup keselamatan
tapi kadang perlu juga kita memberikan kelapangan jalan agar ia mengikuti kodrat
dan nalurinya sebagai perempuan yang ingin dicintai dan disayang
(https://jejakjejakjejak.wordpress.com/2012/08/24/seputar-perbedaan-antara-wanita-
dan-laki-laki-dalam-perempuan/)Allan & Barbara Pease

B.Perbedaan wanita dan pria secara Biologis


. Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi kemampuan alami tubuh Anda
untuk membangun massa otot, tapi ada satu elemen yang biasanya tidak terkendali
untuk menjaga Anda tetap bugar. Variasi biologis dalam komposisi tubuh secara
signifikan relatif tergantung pada jenis kelamin. Perbedaan wanita dan pria secara
Biologis

Variasi biologis inilah yang mempengaruhi massa total lemak di tubuh Anda, dan di
mana jaringan lemak secara alami akan disimpan. Meskipun perbedaan independen
ada dalam semua individu, memahami bagaimana gender mempengaruhi hasil latihan
dapat membantu Anda menyusun strategi untuk kesuksesan di masa depan.

perbedaan wanita dan pria secara biologis

Perbedaan Lemak

Hal ini mungkin tidak mudah dilihat dan dikenali saat Anda sedang berlatih di gym,
akan tetapi wanita biasanya memiliki lemak tubuh lebih tinggi dalam persentase
dibandingkan pria. Menurut MedicineNet.com, kadar normal kandungan lemak tubuh
normal pada wanita adalah 25 persen, akan tetapi pada pria hanyalah 15 persen. Hal
ini sebagian besar terjadi karena proses hormon alami. Misalnya, hormon seks wanita
(estrogen) meskipun dapat membantu proses alami tubuh dalam mengonversi lemak
menjadi energi, tapi hormon tersebut juga dapat meningkatkan kapasitas tubuh untuk
menyimpan lemak. Studi ilmiah telah mempromosikan metode yang paling efektif
untuk mengurangi penumpukan lemak adalah hanya dengan berolahraga atau
berlatih.

Distribusi Lemak Tubuh

Sepintas, mungkin seolah-olah pria lebih rentan terhadap kenaikan lemak daripada
wanita, khususnya karena beberapa area yang secara alami menyimpan jaringan
lemak di sebagian besar pria. Menurut Marc Perry, seorang ahli kebugaran dan
pendiri Built Lean, wanita dapat menyimpan sedikit lemak di daerah perut, tetapi
mereka dapat menyimpan lebih pada paha dan otot trisep. Hal ini sangat berbeda pada
pria yang memiliki kecenderungan genetik yang lebih tinggi untuk menyimpan lemak
di perut mereka. Sangat penting untuk menyadari bahwa lemak tidak dapat dibakar
dalam area tertentu di tubuh. Jika tujuan Anda adalah untuk menghilangkan lemak
pada perut, Anda perlu menurunkan kadar lemak tubuh secara keseluruhan. Hal ini
biasanya dapat dicapai dengan meningkatkan aktivitas jantung dan mengurangi
konsumsi kalori. Konsultasikan dengan pelatih atau ahli kebugaran jika Anda
memerlukan bantuan untuk membangun program latihan mengurangi lemak yang
efektif.

Perbedaan Iklim

Faktanya, komposisi tubuh pria dan wanita dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan
tertentu, seperti iklim. Menurut Human Kinetics, wanita yang tinggal di iklim hangat
alami, seperti Afrika, sentralisasi kandungan lemak dalam tubuh berada di bagian
bokong, sedangkan penduduk asli Mediterania biasanya menumpuk jaringan lemak di
pinggul, dan bagi wanita Asia tertentu sentralisasi kandungan lemak dalam tubuh
berada di bagian pusar. Metode tubuh mendistribusikan lemak lebih seimbang bagi
orang yang berada di daerah beriklim dingin, yang dapat membantu mempertahankan
suhu tubuh internal yang diatur selama cuaca musim dingin yang keras.

Perbedaan Fungsi Lemak

Sangat penting untuk diingat bahwa berlatih atau berolahraga lebih penting untuk
Anda secara keseluruhan daripada komposisi tubuh Anda. Sangat penting pula untuk
menyadari bahwa lemak melaksanakan tugas dan fungsi dasar manusia. Menurut
sejarah kesehatan, lemak memberikan jaring pengaman internal tubuh mendapat
kelangkaan pangan, dan juga berfungsi untuk membantu wanita pada saat kelahiran.
Semua orang yang sehat secara alami menyimpan lemak untuk membantu membantu
proses normal tubuh. Lemak sebenarnya hal yang baik. Olahraga atau latihan adalah
alat yang bisa Anda gunakan untuk mencegah terlalu banyaknya lemak yang
terakumulasi dari seluruh tubuh.

Peneliti dari Rutgers University, New Jersey, Amerika Serikat melakukan penelitian untuk
mengetahui bagaimana hubungan seksual memberikan dampak yang berbeda pada pria dan
wanita. Penelitian ini dilakukan melalui pemindaian otak (PET Scan) pada pria dan wanita
saat mereka sedang mengalami puncak kepuasan seksual (orgasme).

Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa orgasme ternyata membawa dampak yang lebih
masif pada wanita. Setidaknya ada 30 bagian otak wanita yang bekerja dengan aktif saat ia
mencapai puncak kekuasan seksual. Bagian otak yang aktif tersebut adalah bagian yang
mengatur emosi, sensitivitas terhadap sentuhan, bagian yang mengatur rasa bahagia, juga
bagian otak yang mengatur kepuasan dan rasa kebal terhadap sakit.

Hingga saat ini tim peneliti Rutgers University masih melanjutkan studinya untuk
mengetahui dampak orgasme terhadap respon otak pria. Namun, temuan tentang dampak
orgasme terhadap otak wanita di atas sudah cukup dapat menjelaskan mengapa wanita
akan lebih terikat secara emosional setelah melakukan hubungan seksual. Perbedaan wanita
dan pria secara Biologis

Perbedaan ukuran otak pria dan wanita

Secara fisik otak pria lebih besar dari otak wanita. Oleh sebab itu pria kurang mampu
memindahkan fungsi dari satu area otak ke area lain, tetapi mudah memindahkan
informasi ke sisi lain otak.
Pria mudah menangkap pokok masalah dan lebih fokus pada solusi.
Secara fisik otak tampak seperti sebuah kembang kol yang beratnya rata-rata 1,2 kg
pada laki-laki dan 1 kg pada perempuan.

Otak wanita memang lebih kecil dari pada otak pria, tetapi lebih banyak memiliki
bagian yang bertanggungjawab untuk berkomunikasi antara bagian.
Perbedaan ukuran otak pria dan wanita

Inilah yang menyebabkan wanita bisa melakukan berbagai macam tugas dalam satau
waktu sekaligus.

Dari sebuah studi yang dipublikasikan pada tahun 1992 di Universitas Ontario oleh
C. Davison Ankney dan Rushton, diketahui bahwa pria memiliki atak 100 gram lebih
berat dari wanita.

Pada sebuah studi di Denmark tahun 1997, juga mendokumentasikan bahwa pria
memiliki neuron 15 % lebih banyak dari wanita ( pria memiliki 22,8 miliar neuron
sementara wanita 19,3 miliar neuron).

Lebih besarnya otak pria dibandingkan otak wanita sebanding dengan ukuran tubuh
pria yang juga lebih besar.

Ukuran otak biasanya dikaitkan dengan kecerdasan, namun tentu saja hal ini tidak
selalu menjadi patokan atau mutlak.

Para peneliti di Harvard menemukan bahwa bagian-bagian tertentu dalam otak


memiliki ukuran yang berbeda antara pria dan wanita, yang membantu
menyeimbangkan perbedaan ukuran otak secara keseluruhan.

Perbedaan ukuran pada bagian-bagian tertentu dalam otak inilah yang pada akhirnya
memiliki spesifikasi kemampuan yang berbeda.
(http://www.asalasah.com/2015/05/perbedaan-wanita-dan-pria-secara-biologis.html)

PEREMPUAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM: HAKIKAT


PENCIPTAAN PEREMPUAN DAN KEDUDUKAN PEREMPUAN
DALAM ISLAM
Manusia, baik itu laki-laki maupun perempuan adalah ciptaan Allah yang
menduduki kemuliaan tertinggi di muka bumi ini yang dibekali dengan akal dan
intuisi pada segala macam keadaan. Kehadiran manusia merupakan puncak ciptaan
Tuhan. Dia adalah wakil Tuhan atau khalifah di muka bumi ini. Menurut fitrah
kejadiannya, manusia diciptakan bebas dan merdeka, dalam pengertian bahwa kerja
sukarela tanpa paksaan yang didorong oleh kemauan yang murni untuk mencapai
keridlaan Allah SWT sebagai Sang Pencipta dan supaya bagaimana mereka dapat
berperan dalam masyarakat.
Kedudukan laki-laki dan perempuan pada dasarnya adalah sama dalam Al-
Quran sebagai rujukan prinsip dasar masyarakat Islam. Keduanya diciptakan dengan
tidak memiliki keunggulan satu terhadap yang lain. Atas dasar itu, prinsip Al-Quran
terhadap hak kaum laki-laki dan perempuan adalah sama, dimana hak istri adalah
diakui secara adil dengan hak suami. Laki-laki memiliki hak dan kewajiban atas
perempuan, dan kaum perempuan juga memiliki hak dan kewajiban terhadap laki-
laki.
Ajaran Al-Quran tentang perempuan merupakan bagian dari usaha untuk
menguatkan dan juga memperbaiki posisi lemah perempuan dalam kehidupan
masyarakat Arab pra-Islam. Ajaran Islam memberikan porsi perhatian yang
besar dan kedudukan yang terhormat kepada perempuan, dapat dilihat dari segi asal
penciptaannya dan bisa juga dilihat dari segi hak-hak atau peran sertanya dalam
berbagai bidang.

A. Hakikat Penciptaan Perempuan


Prinsip pokok dalam ajaran agama Islam adalah persamaan antara manusia.
Perbedaan yang patut digarisbawahi dan yang kemudian meninggikan atau
merendahkan seseorang di mata Tuhannnya hanyalah nilai pengabdian dan
ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam firmanNya disebutkan, “Wahai
seluruh manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (terdiri) dari lelaki
dan perempuan dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kamu saling mengenal, sesungguhnya yang termulia di antara kamu adalah yang
paling bertakwa” (QS Al-Hujuraat : 13).
Konsep penciptaan perempuan merupakan hal yang sangat mendasar untuk
dibahas. Berangkat dari hal ini, maka dapat ditarik benang merah konsep kesetaraan
antara laki-laki dan perempuan. Al-Quran tidak menyebutkan secara rinci tentang
asal-usul penciptaan perempuan, tetapi Al-Quran menolak berbagai persepsi yang
membedakan diantaranya. Al-Quran surat An-Nisa’ ayat pertama menyebutkan :
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu
dari jenis yang sama dan darinya Allah menciptakan pasangannya dan dari
keduanya Allah memperkembangbiakkan laki dan perempuan yang banyak.”
Ada hadits shahih nabi yang menyebutkan bahwa “Saling pesan-memesanlah
untuk berbuat baik kepada perempuan, karena mereka diciptakan dari tulang rusuk
yang bengkok”(Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Tirmidzi dari sahabat Abu
Hurairah). Melalui hadits tersebut, banyak yang memahami bahwa perempuan
dipandang rendah derajat kemanusiaannya dibandingkan dengan laki-laki. Namun
cukup banyak ulama yang menjelaskan pemaknaan dari hadits tersebut.
Tulang rusuk yang bengkok harus dipahami dalam pengertian kiasan, dalam
arti bahwa hadis tersebut memperingatkan para lelaki agar menghadapi perempuan
dengan bijaksana. Karena ada sifat, karakter, dan kecenderungan mereka yang tidak
sama dengan lelaki, hal mana bila tidak disadari akan dapat mengantar kaum lelaki
untuk bersikap tidak wajar. Mereka tidak akan mampu mengubah karakter dan sifat
bawaan perempuan. Kalaupun mereka berusaha akibatnya akan fatal, sebagaimana
fatalnya meluruskan tulang rusuk yang bengkok. Dari hadits tersebut, justru terdapat
pengakuan tentang kepribadian perempuan yang telah menjadi kodrat sejak
dilahirkan.
Pemahaman tentang kesamaan antara laki-laki dan perempuan dapat
dipertegas dalam surat Ali ‘Imron ayat 195 yang menyebutkan bahwa, “Sebagian
kamu adalah bagian dari sebagian yang lain”. Maksudnya, bahwa sebagaimana laki-
laki berasal dari laki-laki dan perempuan, maka demikian pula halnya perempuan
berasal dari laki-laki dan perempuan. Kedua-duanya sama-sama manusia, tidak ada
kelebihan yang satu dari yang lain tentang penilaian iman dan amalnya. Dipertegas
pula dalam ayat “Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang
beramal, baik lelaki maupun perempuan”(QS. Ali-Imron : 195).
Melalui ayat tersebut di atas, Al-Quran telah mengikis pandangan masyarakat
yang membedakan antara lelaki dan perempuan, terutama dalam bidang kemanusiaan.
Terdapat ayat-ayat dalam Al-Quran yang juga menerangkan bahwa baik lelaki
maupun perempuan dapat tergoda oleh bujuk rayu Iblis seperti yang telah tersebut
pada kisah kebersamaan antara Adam dan Hawa. Artinya, baik laki-laki maupun
perempuan, sama-sama mendapat kesempatan untuk menentukan nasib mereka
sendiri. Laki-laki bertindak sebagai pemimpin ada pada hubungannya pada isterinya,
yang berarti ia bertanggung jawab untuk melindungi dan mengayomi pasangannya
dan menghormati apa yang menjadi fitrahnya. Demikian terlihat bahwa Al-Quran
mendudukkan perempuan pada tempat yang sewajarnya dan meluruskan pandangan
yang salah terkait dengan posisi ataupun asal kejadiannya.

B. Kedudukan dan Peran Perempuan Dalam Islam


Perempuan muslimah sesungguhnya memiliki kedudukan yang tinggi dalam
Islam dan sangat berpengaruh pada kehidupan setiap manusia. Diantara kedudukan
tertinggi tersebut adalah :

1. Perempuan Sebagai Hamba Allah


Seorang perempuan mempunyai tanggung jawab yang sama dengan laki-laki
delam kedudukannya sebgai hamba Allah, yakni sama-sama mempunyai kewajiban
untuk mengabdikan diri kepada Allah SWT. Dalam firmanNya dikatakan, “Dan
tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah” (QS Adz Dzariat
: 56). Hakikat hidup manusia, termasuk di dalamnya adalah seorang perempuan
adalah untuk beribadah dan mencari keridlaan Allah SWT. Ibadah dapat meliputi
ritual-ritual khusus seperti salat, puasa, zakat, dan haji, namun juga ibadah yang yang
sifatnya mencakup seluruh aktivitas kebaikan hidup di seluruh aspek. Hal tersebut
dapat terlaksana melalui adanya keterikatan pribadinya sendiri dengan peraturan-
peraturan dari yang telah Allah tetapkan.
2. Perempuan Sebagai Istri
Kedudukan posisi seorang istri dan pengaruhnya terhadap ketenangan jiwa
seorang suami. Allah berfirman, "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan menjadikan rasa kasih dan sayang
di antara kalian." (QS. Ar- Rum: 21).
Laki-laki menjadikan seorang permpuan sebagia istrinya dapat karena
memang cintanya kepada perempuan tersebut, yang selanjutnya cinta dan kasih
sayangnya tersebut membuahkan putera dan puteri yang salih. Khadijah istri
Rasululllah SAW pernah suatu kali menenangkan rasa takut Rasulullah ketika beliau
didatangi malaikat Jibril yang membawa wahyu pertama kalinya di Gua Hira. Nabi
pulang ke rumah dengan gemetar dan hamper pingsan, lalu berkata pada Khadijah,
" Selimuti aku, selimuti aku! Sungguh aku khawatir dengan diriku. "Demi melihat
Nabi yang demikian itu, Khadijah berkata kepada beliau," Tenanglah. Sungguh, demi
Allah, sekali-kali Dia tidak akan menghinakan dirimu. Engkau adalah orang yang
senantiasa menyambung tali silaturahim, senantiasa berkata jujur, tahan dengan
penderitaan, mengerjakan apa yang belum pernah dilakukan orang lain, menolong
yang lemah dan membela kebenaran. " (HR. Bukhari-Muslim).
Seorang istri adalah sahabat bagi suaminya. Di dalamnya melekat segala
kewajiban yang harus dilaksanakan kepada suaminya. Seorang istri harus mampu
menjaga rahasia dan harta benda suaminya sebagai amanah yang kelak akan dimintai
pertanggungjawaban di hadapan Allah. Seorang istri seyogyanya harus mempunyai
keahlian dan ketrampilan, seperti memasak, penataan rumah, menata penampilan, dan
cerdas dalam ilmu pengetahuan masalah kesehatan dan pengaturan keuangan. Istri
adalah menteri keuangan terbaik dalam rumah tangga.
3. Perempuan Sebagai Ibu
Dijelaskan dalam Al-Quran betapa pentingnya peran perempuan sebagai ibu,
istri, saudara perempuan, maupun sebagai anak yang berbakti. Demikian juga dengan
hak-hak dan kewajibannya. Peran permpuan adakalnya sangat berat, bahkan bisa
sampai semisal harus menanggung beban-beban yang semestinya dipikul oleh laki-
laki. Oleh karena itu, menjadi suatu keharusan bagi kita untuk selalu berterimasih
kepada ibu, berbakti, dan bersikap baik padanya. Posisi ibu terhadap anak-anaknya
ebih didahulukan dari ayah. Disebutkan dalam firman Allah, "Dan Kami perintahkan
kepada manusia (agar berbuat baik) kepada ibu-bapaknya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu. Hanya kepada-Ku lah kamu akan kembali. " (QS. Luqman: 14).
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa pernah ada seorang laki-laki datang
kepada Rasulullah dan berkata, "Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling berhak
untuk aku untuk berlaku bajik kepadanya?" Nabi menjawab, "Ibumu." Orang itu
bertanya lagi, "Kemudian setelah dia siapa? "Nabi menjawab," Ibumu. "Orang itu
bertanya lagi," Kemudian setelah dia siapa? "Nabi menjawab," Ibumu. "Orang itu
bertanya lagi," Kemudian setelah dia siapa? "Nabi menjawab," Ayahmu. " (HR.
Bukhari-Muslim). Besarnya bakti seorang anak kepada ibunya dianjurkan untuk tiga
kali lebih hormat dari bakti kepada ayahnya.
“Al-ummu madrosatul uulaa”, ibu adalah madrasah pertama. Peran tersebut
adalah dalam kapasitasnya membangun keluarga dan masyarakat yang shalih selama
dia berada pada jalan Al-Quran dan sunnah Nabi yang akan menjauhkan setiap
muslim dan muslimah dari kesesatan segala hal. Ibu adalah pembuka ilmu pertama
bagi anaknya. Darinya, anak pertama kali belajar, sehingga dia mempunyai pengaruh
yang besar dalam tumbuh kembang dan pola pikir anak-anaknya dalam memnina
generasi masa depan yang baik. Perempuan adalah tiang negara.
4. Perempuan Sebagai Anggota Masyarakat
Perempuan menjadi bagian dari sebuah masyarakat. Dia memiliki tanggung
jawab terhadap lingkungan serta kondisi sosialnya. Posisi tersebut menuntut peranan
seorang perempuan tidak hanya dalam keadaan privat, tetapi juga kehidupan politik.
Hal tersebut saling mengakomodasi dalam menjalankan tanggung jawab amar ma’ruf
nahi munkar. Perempuan harus cakap dalam mengambil langkah-langkah praktis
yang dibutuhkan dalam menghadapi perubahan di tengah-tengah masyarakatnya.
Perempuan juga dibutuhkan dalam kiprahnya untk berdakwah di tengah masyarakat,
agar kaum perempuan memiliki pengetahuan Islam dan umum yang mumpuni.

C. Hak-hak Perempuan dalam Berbagai Bidang


Al-Quran yang menerangkan perempuan dalam berbagai ayatnya. Keterangan
tersebut meliputi berbagai sisi kehidupan, seperti tentang kisah penokohan
perempuan muslim, akhlak, keistimewaannya dalam agama, fiqh kewanitaan,
warisan, kewajibannya pada Allah, suami, dan sekitarnya, sampai pada hak-hak
perempuan yang dapat ia perjuangkan. Secara umum surat Al-Nisa 'ayat 32
menerangkan, “Untuk lelaki hak (bagian) dari apa yang dianugerahkan kepadanya
dan bagi perempuan hak (bagian) dari apa yang dianugerahkan kepadanya”. Ayat
inilah yang menjadi simbol bahwa dipersilahkan bagi perempuan mendapatkan hak-
haknya di hadapan manusia lain. Berikut ini akan dikemukakan beberapa hak yang
dimiliki oleh kaum perempuan menurut pandangan ajaran Islam.
1. Hak-hak Kemanusiaan
Diantara hak-hak kemanusiaan antara lain;
- hak hidup,
- hak mendapat kemuliaan,
- hak kesetaraan dengan laki-laki, dan
- hak mengemukakan pendapat dan musyawarah.
Sejak awal, Islam telah memberikan hak kepada perempuan untuk
berpendapat dan disertakan dalam musyawarah. Hak itu sebelumnya dibelenggu di
era jahiliyah.
2. Hak-hak Ekonomi
Hak-hak ekonomi perempuan meliputi hak kepemilikan dan pengelolaan.
Islam memberikan kebebasan terhadap perempuan dalam hal pengelolaan dan
urusannya dalam harta, perdagangan, akad jual beli, persewaan, perserikatan, dan
sebagainya. Perempuan juga diperbolehkan untuk menetapkan mahar yang akan
diterima dari calon suaminya.
3. Hak-hak Sosial
Diantara hak-hak tersebut antara lain:
a. Mendapatkan perlakuan baik
Perempuan dalam suatu lingkaran tertentu berhak mendapatkan perlakuan
baik dari manusia lain, baik posisinya dia sebagai saudari, anak, ibu, istri, atau nenek.
b. Memilih suami
Dalam menerima pinangan seorang laki-laki, maka perempuan memiliki hak
untuk menerima dan menolak khitbah tersebut.
c. Mendapatkan nafkah
Merupakan kewajiban dan tanggung jawab bagi para suami dan seorang ayah
untuk menafkahi keluarganya, bagi istrinya, bagi anak laki-laki dan perempuannya.
Nafkah tersebut harus bersumber dari segala pekerjaan dan usaha yang halal.
d. Mendapatkan warisan
Secara garis besar, teori hukum warisan untuk wanita separuh dari lelaki
bukan merupakan suatu bentuk diskriminasi Islam terhadap perempuan, sudah sangat
adil jika dalam konteks arab pra-Islam yang mana wanita sama sekali tidak
mendapatkan warisan, bahkan wanita menjadi barang yang diwariskan kepada
anaknya. hukum warisan adalah salah satu hukum yang diturunkan secara detail
langsung dari Allah. Jika perintah shalat, zakat, puasa dan naik haji hanya dijelaskan
secara global, peraturan pembagian warisan telah terperinci langsung dari sumbernya.
Memang, dalam Al-Qur’an terdapat ayat yang menerangkan bahwa hak wanita adalah
separuh dari hak lelaki, “Allah mewasiatkan kepadamu tentang anak-anakmu, yang
lelaki hendaklah mendapatkan dua kali dari hak wanita” (QS. An-Nisa : 11), namun
itu bukanlah sebuah patokan utama dalam warisan. Konsep ini bukanlah konsep
umum dalam warisan. Konsep ini hanya berlaku ketika ada ahli waris lelaki dan
perempuan yang memiliki derajat (generasi) yang sama, seperti anak pewaris
lelaki dan perempuan, atau saudara kandung pewaris yang lelaki dan wanita.
Perbedaan hak pembagian warisan dalam islam tidak berpatok pada perbedaan
jenis kelamin. Perbedaan itu dipengaruhi oleh tiga hal; Pertama, derajat kedekatan
antara ahli waris dan pewaris. Semakin dekat ahli waris dengan pewaris, maka
semakin besar hak yang ia dapatkan. Kedua, perbedaan generasi antara para ahli
waris. Generasi yang muda yang memiliki kemungkinan hidup lebih besar biasanya
akan mendapatkan hak lebih dari generasi yang telah hidup lebih dulu. Hal ini
dikarenakan generasi yang lebih muda akan lebih membutuhkan sokongan keuangan
dari pada generasi yang lama, karena ia dibebani untuk membiayai generasi
setelahnya yang belum mampu untuk mandiri. Contoh, seorang anak wanita akan
mendapatkan hak lebih besar (1/2) dibanding suami dari pewaris (1/4).
Ketiga, perbedaan beban kehidupan antara para ahli waris. Inilah satu hal yang
membedakan antara lelaki dan wanita. Dalam islam, seorang lelaki diwajibkan untuk
menafkahi istri dan keturunannya, sedangkan wanita tidak dibebankan dengan hal itu.
e. Mendapatkan mahar
Mahar merupakan harta yang diberikan pihak calon suami kepada calon
istrinya untuk dimiliki sebagai penghalal hubungan mereka. Calon suami boleh
memberikan mahar berapapun asal pihak calon istri setuju. Mahar ini menjadi hak
calon istri sepenuhnya, sehingga bentuk dan nilai mahar ini pun sangat dapat
ditentukan oleh kehendak calon istri. Mahar dapat berbentuk uang, benda atau pun
jasa, tergantung kesesuaian pihak calon istri.
f. Meminta cerai
Hak untuk istri meminta cerai dibenarkan jika ada alasan yang diizinkan
syariat. Perceraian adalah hal halal yang paling dibenci oleh Allah. Perceraian dipilih
ketika dibutuhkan saja. Bila mempertahankan pernikahan akan mengakibatkan
mudharat yang lebih besar.
g. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran
Berbicara tentang kewajiban belajar atau menuntut ilmu bagi laki-laki dan
perempuan, telah banyak ayat Al-Quran yang membeberkan tentang hal tersebut.
Salah satunya adalah wahyu pertama Al-Quran surat Al’Alaq ayat 1 sampai 5 yang
berisi perintah untuk membaca atau belajar. “Bacalah demi nama Tuhanmu yang
telah menciptakan ...”. Dalam surat Al-Baqarah ayat 31-34 diterangkan pula bahwa
keistimewaan manusialah yang menjadikan para malaikat diperintahkan oleh Allah
sujud kepadanya karena manusia memiliki pengetahuan.
Baik laki-laki maupun perempuan diperintahkan untuk mencari ilmu
sebanyak mungkin demi kemaslahatan hidupnya. “Menuntut ilmu adalah wajib bagi
setiap muslim laki-laki dan muslim perempuan”. Pendidikanlah yang berperan
sebagai katalis untuk perubahan. "Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sebenarnya hanya orang
yang mempergunakan akal sehat yang dapat menerima pelajaran "(QS. Az-Zumar :
9).
Allah SWT berfirman dalam ayat yang lain, "Sesungguhnya Aku tidak
menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik lelaki maupun
perempuan ..." (QS Ali-Imron:195). Hal ini berarti bahwa kaum perempuan mampu
untuk berpikir, mempelajari, untuk kemudian mengamalkan apa yang mereka
dapatkan dalam proses pembelajaran dan dari apa yang mereka peroleh dari alam
raya ini. Pengetahuan lam raya meliputi berbagai disiplin ilmu, sehingga dari ayat
tersebut perempuan bebas untuk belajar bapa saja sesuai dengan minat dan
kecenderungan mereka.
h. Beraktifitas
Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Islam membenarkan perempuan aktif
dalam beraktivitas. Perempuan dapat bekerja di berbagai bidang, baik secara mandiri
atau relasi, di dalam atau di luar rumah, milik pemerintah atau sasta, asalkan masih
dalam koridor yang sopan, terhormat, tidak menimbulkan fitnah, dan dapat
memelihara agamanya. Perempuan-perempuan zaman Nabi pun ada yang sampai
terlibat langsung dengan aktivitas peperangan, seperti Ummu Salamah(istri Nabi),
Shafiyah, Laila Al-Ghaffariyah, dan Ummu Sinam Al-Aslamiyah. Mereka bahu-
membahu dengan kaum pria dalam bekerja sama. Istri Nabi Muhammad SAW yang
pertama, Khadijah binti Khuwailid sendiri tercatat sebagai saudagar atau pedagang
yang sangat sukses.
Perempuan dapat melakukan pekerjaan apapun selama dia membutuhkannya
atau pekerjaan itu membutuhkannya, seperti bidan yang dapat membantu proses
kelahiran bayi, asalkan sesuai dengan norma agama dan asusila. Melalui pengetahuan
dan ketrampilannya, perempuan juga berhak menempati jabatan tertentu dalam
pekerjaannya.
4. Hak-hak Konstitusi
a. Bidang Politik
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka
adalah awliya' bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh untuk mengerjakan yang
ma'ruf, mencegah yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka
taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”(At-Taubah:71).
Ayat tersebut merupakan ayat yang seringkali dikaitkan dengan hak-hak politik kaum
perempuan sebagai gambaran tentang kewajiban melakukan kerjasama antar lelaki
dan perempuan dalam berbagai bidang kehidupan yang dilikiskan dengan kalimat
peintah menyuruh untuk mengerjakan perkara ma’ruf dan mencegah kemunkaran.
Kata auliya’ dalam pengertiannya mencakup makna kerja sama dalam bantuan
dan penguasaan. Pengertian dari menyuruh untuk mengerjakan yang ma’ruf
mencakup seluruh sendi kebaikan, termasuk nasihat atau kritik terhadap penguasa.
Berdasar hal tersebut, diharapkan perempuan dapat mengikuti perkembangan
masyarakat sekitar agar mampu melihat dan berbagi kebaikan dan nasehat dalam
berbagai segi kehidupan. Keikutsertaan perempuan dan laki-laki dalam konten di atas
jelas tidak dapat disangkal.
Sealin dalam urusan nasehat, perempuan juga berhak mengeluarkan pendapat
melalui musyawarah. “Sedang urusan mereka diputuskan dengan musyawarah antar
mereka”(As-syuuraa:38). Ayat ini menjadi dasar bahwa perempuan memiliki hak
untuk berpolitik bagi laki-laki dan perempuan. Musyawarah sendiri merupakan slah
satu prinsip pengelolaan bidang-bidang kehidupan bersama, termasuk kehidupan
berpolitik, dalam arti setiap warga masyarakat diharapkan untuk memutuskan segala
sesuatu dengan jalan musyawarah untuk kepentingan bersama atau golongan.
Kesetaraan hak tersebut menunjukkan bahwa Allah tidak melarang
keterlibatan perempuan dalam bermasyarakat. Tidak dipungkuri bahwa Al-Quran
dalam ayat 34 surat An-Nisa’ memang menyebutkan “Lelaki-lelaki adalah pemimpin
perempuan-perempuan”. Sebagian orang menjadikan dasar tersebut sebagai larangan
bagi perempuan untuk berpolitik. Ayat tersebut berbicara tentang kepemimpinan laki-
laki(suami) terhadap seluruh keluarganya dalam bidang rumah tangga.
Kepemimpinan itupun tidak lantas mencabut hak-hak perempuan(istri) dalam
berbagai segi, seperti dalam harta kepemilikan pribadi meski tanpa ada persetujuan
suami.
Yang dimaksud dengan hak-hak politik adalah yang ditetapkan dan diakui
oleh undang-undang berdasarkan keanggotaan sebagai warga negara. Biasanya ada
korelasi antara hak hukum dan politik dengan masalah kewarganegaraan. Artinya
hak politik itu hanya dimiliki oleh orang yang berada di wilayah hukum negara
tertentu dan tidak berlaku untuk orang asing
b. Bidang hukum
Islam memberikan perempuan hak sebagai saksi dalam proses penyelesaian
suatu masalah hukum.

Perbedaan yang ada antara laki-laki dan perempuan akibat fungsi dan tugas-
tugas utama yang dibebankan oleh Allah kepada masing-masing jenis kelamin, tetapi
perbedaan tersebut tidak menjadikan yang satu mempunyai kelebihan atas yang lain.
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain, karena bagi lelaki ada bagian
dari apa yang mereka peroleh (usahakan) dan bagi perempuan juga ada bagian dari
apa yang mereka peroleh (usahakan) dan bermohonlah kepada Allah dari karunia-
Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”(QS An-Nisa’ : 32).

by. Ana Diana Solich

DAFTAR REFERENSI
Al-Hikmah, Departemen Agama RI. 2007. Al-Quran dan Terjemahnya. Diponegoro,
Bandung.
Assyafi’i, Muhammad bin Idris. Al-Umm. Daarul Ma’rifah, Beirut-Libanon.
Al-Qardhawi, Yusuf. 1996. Fatawa Qardhawi: Permasalahan, Pemecahan dan Hikmah.
Risalah Gusti, Surabaya.
Haidir, Abdullah. 2005. Kisah Wanita-Wanita Teladan. Al-Sulay, Riyadh.
Muhammad, Musthofa. Jawaahirul Bukhoori. Toha Putra, Semarang.
Sabiq, Ahmad. 2011. Wanita-Wanita Pengukir Sejarah Islam. Ibnumajjah, Gresik.
Thoifur. 2007. Miftaahul ‘Ghowaamidl. Maktabah Al-Rifa’ie, Malang.

GENDER DALAM PERSPEKTIF ISLAM


Nurhaj Syarifah, S.Ag.
PENGERTIAN GENDER
Secara umum gender dimaknai sebagai perbedaan yang bersifat social budaya
yang merupakan nilai yang mengacu pada sistem hubungan sosial yang membedakan
fungsi serta peran perempuan dan laki-laki dikarenakan perbedaan biologis atau
kodrat yang oleh masyarakat kemudian dibakukan menjadi ‘budaya’ dan seakan tidak
lagi bisa ditawar. Apalagi kemudian dikuatkan oleh nilai ideologi, hukum, politik,
ekonomi dsb. Atau dengan kata lain gender adalah nilai yang dikonstruksi oleh
masyarakat setempat yang telah mengakar dalam bawah sadar kita seakan mutlak dan
tidak bisa diganti lagi.
Gender adalah pandangan atau keyakinan yang yang dibentuk masyarakat
tentang bagaimana seharusnya seorang perempuan atau laki-laki bertingkahlaku
maupun berpikir. Misalnya pandangan bahwa seorang perempuan ideal harus pandai
memasak, pandai merawat diri, lemah lembut atau keyakinan bahwa perempuan
adalah makhluk yang sensitif, emosional selalu memakai perasaan. Sebaliknya
seorang laki-laki sering dilukiskan berjiwa pemimpin, pelindung, kepala
rumahtangga, rasional dan tegas.

Islam telah memberi aturan yang rinci berkenaan dengan peran dan fungsi
masing-masing dalam menjalani kehidupan ini. Terdapat perbedaan dan persamaan
yang tidak bisa dipandang sebagai adanya kesetaraan atau ketidaksetaraan gender.
Pembagian tersebut semata-mata merupakan pembagian tugas yang dipandang sama-
sama pentingnya dalam upaya tercapainya kebahagiaan yang hakiki di bawah
keridloan Allah semata. Islam telah memberikan hak-hak kaum perempuan secara
adil, kaum perempuan tidak perlu meminta apalagi menuntut atau
memperjuangkannya, sebagaimana dalam surat Al Ahzab : 35
Artinya : “Sungguh, Laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan perempuan
mukmin, laki-laki dan perempuan yang dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan
yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang
khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang
berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki yang
menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala
yang besar.”1[1]
Maksud dari ayat di atas, sebagai manusia kedua pihak mempunyai hak dan
kewajiban yang sama, pahala dan kebaikan di hari akhir pun juga demikian. Setiap
individu akan dihisab berdasarkan perbuatan yang mereka lakukan di dunia.
Pada dasarnya gender dalam perspektif Islam menganggap kaum perempuan
mempunyai kedudukan yang sama dengan laki-laki yaitu sebagai hamba Allah.
Sebagaimana dalam Surat An Nahl : 97)

1[1]__________,, Qur’an Tajwid dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, Maghfirah


Pustaka, Jakarta, hlm.22
Artinya : “ Dan Sungguh, Kami mengetahui bahwa dadamu menjadi sempit
disebabkan apa yang mereka kerjakan.”2[2]

Jadi kesetaraan gender adalah suatu keadaan di mana perempuan dan laki-laki sama-
sama menikmati status, kondisi atau kedudukan yang setara sehingga terwujud secara
penuh hak-hak dan potensinya bagi pembangunan di segala aspek kehidupan
berkeluarga, berbangsa dan bernegara. Islam mengamanahkan manusia untuk
memperhatikan konsep keseimbangan, keserasian, keselarasan, keutuhan baik sesama
umat manusia maupun dengan lingkungan alamnya.
Konsep relasi gender dalam Islam lebih dari sekedar mengatur keadilan
gender dalam masyarakat, tetapi secara teologis mengatur pola relasi mikrokosmos
(manusia), makrokosmos (alam) dan Tuhan. Hanya dengan demikian manusia dapat
menjalankan fungsinya sebagai khalifah dan hanya khalifah yang sukses yang dapat
mencapai derajat abdi sesungguhnya.
Islam mengenalkan konsep relasi gender yang mengacu pada ayat-ayat (Al
Qur an) substantif yang sekaligus menjadi tujuan umum syariah antara lain
mewujudkan keadilan dan kebajikan. (An Nahl {16} : 90)

Artinya : “ Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat


kebajikan, member kepada kaum kerabat dan Allah melarang dari perbuatan keji,

2[2] Ibid, hlm 267


kemungkaran dan permusuhan. Dia member pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran.”3[3]

KONSEP GENDER
Laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam
menjalankan peran khalifah dan hamba. Soal peran sosial dalam masyarakat tidak
ditemukan ayat Al Qur an dan hadits yang melarang perempuan aktif di dalamnya.
Sebaiknya Al Qur an dan hadits banyak mengisyaratkan kebolehan perempuan aktif
menekuni berbagai profesi.
Dengan demikian keadilan gender adalah suatu kondisi adil bagi perempuan
dan laki-laki untuk dapat mengaktualisasikan dan mendedikasikan diri bagi
pembangunan bangsa dan negara. Keadilan dan kesetaraan gender berlandaskan pada
prinsip-prinsip yang memposisikan laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai
hamba Tuhan yakni :
- Laki-laki dan perempuan akan mendapatkan penghargaan dari Tuhan sesuai dengan
pengabdiannya (An Nahl : 97)
- Sebagai khalifah di bumi ( Al A Raaf :165)
- Penerima perjanjian promordial (perjanjian dengan Tuhannya) (Al Araaf : 172)
- Adam dan hawa dalam cerita terdahulunya ( Al A raaf : 22)
Ayat-ayat tersebut mengisyaratkan konsep kesetaraan dan keadilan gender serta
memberikan ketegasan bahwa prestasi individual baik dalam bidang spiritual maupun
karir profesional. Laki-laki dan perempuan memperoleh kesempatan yang sama
dalam meraih prestasi yang optimal. Namun dalam realitas masyarakat, konsep ideal
ini membutuhkan tahapan dan sosialisasi karena masih terdapat sejumlah kendala,
terutama kendala budaya.
Tujuan Al Qur an adalah terwujudnya keadilan bagi masyarakat. Keadilan
dalam masyarakat mencakup segala segi kehidupan umat manusia baik sebagai
individu maupun sebagai anggota masyarakat. Al Qur an tidak mentolerir segala

3[3] Ibid, hlm.415


bentuk penindasan baik berdasarkan kelompok etnis, warna kulit, suku bangsa,
kepercayaan maupun jenis kelamin. Dengan demikian terdapat suatu hasil
pemahaman atau penafsiran yang bersifat menindas atau menyalahi nilai-nilai luhur
kemanusiaan.

KESETARAAN GENDER DALAM AL QUR’AN


Di dalam ayat-ayat Al Qur an maupun hadits nabi yang merupakan sumber ajaran
Islam terkandung nilai-nilai universal yang menjadi petunjuk bagi kehidupan manusia
dulu, kini dan yang akan datang. Nilai-nilai tersebut antara lain nilai kemanusiaan,
keadilan, kemerdekaan, kesetaraan dsb. Berkaitan dengan nilai keadilan dan
kesetaraan, Islam tidak pernah mentolerir adanya perbedaan dan perlakuan
diskriminasi di antara umat manusia. Berikut ini yang diketahui mengenai kesetaraan
gender dalam Al Qur an.
Gender adalah pandangan atau keyakinan yang yang dibentuk masyarakat tentang
bagaimana seharusnya seorang perempuan atau laki-laki bertingkahlaku maupun
berpikir. Misalnya pandangan bahwa seorang perempuan ideal harus pandai
memasak, pandai merawat diri, lemah lembut atau keyakinan bahwa perempuan
adalah makhluk yang sensitif, emosional selalu memakai perasaan. Sebaliknya
seorang laki-laki sering dilukiskan berjiwa pemimpin, pelindung, kepala
rumahtangga, rasional dan tegas.
Al Qur an mengatur tentang kesetaraan Gender
Dalam Surat Al Isra ayat 70 yakni bahwa Allah swt telah menciptakan
manusia yaitu laki-laki dan perempuan dalam bentuk yang terbaik dalam kedudukan
yang paling terhormat. Manusia juga diciptakan mulia dengan memilki akal, perasaan
dan menerima petunjuk.
Artinya : “Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkat
mereka di daratan dan lautan, Kami beri mereka rizki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dari kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah
Kami ciptakan.4[4]

Oleh karena itu Al Qur an tidak mengenal perbedaan antara laki-laki dan perempuan
karena di hadapan Allah Swt, laki-laki dan perempuan mempunyai derajat dan
kedudukan yang sama dan yang membedakan antara laki-laki dan perempuan
hanyalah dari segi biologisnya.
Adapun dalil-dalil dalam Al Qur an yang mengatur dalam kesetaraan gender adalah:

1. Tentang hakikat penciptaan laki-laki dan perempuan

Surat Ar Ruum:21, surat An Nisaa:1, surat hujurat:13 yang intinya berisi bahwa Allah
Swt telah menciptakan manusia berpasang-pasangan yaitu laki-laki dan perempuan
supaya mereka hidup tenang dan tentram agar saling mencintai dan menyayangi serta
kasih mengasihi. Menunjukkan hubungan yang saling timbal balik antara laki-laki
dan perempuan dan tak ada satupun yang superioritas.

2. Tentang kedudukan dan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan

Surat Al Imran :195, An Nisaa: 124, surat An Nahl : 97, Surat At taubah : 71-72, Al
Ahzab : 35. Ayat-ayat tersebut menunjukkan kepada laki-laki dan perempuan untuk
menegakkan nilai-nilai Islam dengan beriman, bertaqwa dan beramal. Allah juga
memberikan peran dan tanggungjawab yang sama antara laki-laki dan perempuan

4[4] Ibid, hlm 435


dalam menjalankan kehidupan spiritualnya. Dan Allah memberikan sanksi yang sama
terhadap perempuan dan laki-laki untuk semua kesalahan yang dilakukannya.
Kedudukan dan derajat antara laki-laki dan perempuan di mata Allah Swt adalah
sama yang membuatnya tidak sama hanyalah keimanan dan ketaqwaannya.
Prinsip-prinsip Kesetaraan Gender
Adapun prinsip-prinsip kesetaraan gender ada di dalam Al Qur an yakni:

a. Perempuan dan laki-laki sama sebagai hamba

Surat Adz Dzariat:56, Laki-laki dan perempuan mempunyai potensi dan peluang yang
sama untuk menjadi hamba yang ideal yakni sebagai orang yang bertaqwa
(mutaqqun).

b. Perempuan dan laki-laki sama-sama sebagai khalifah di bumi

Dalam surat Al An am:165 dan Al Baqarah:30 artinya perempuan dan laki-laki


mempunyai fungsi yang sama sebagai khalifah yang akan mempertanggungjawabkan
tugas-tusgas kekhalifahannya di bumi.

c. Perempuan dan laki-laki sama-sama menerima perjanjian awal dengan Tuhan

Surat Al A raaf : 172 yakni laki-laki dan perempuan menyatakan ikrar yang sama
akan keberadaan Tuhan, tidak ada diskriminasi jenis kelamin.

d. Hawa dan adam terlibat secara aktif dalam drama kosmis

- Keduanya diciptakan di syurga dan memanfaatkan fasilitas syurga (Al Baqarah: 35)
- Keduanya mendapat kualitas godaan yang sama dari setan (Al A raaf : 20)
- Sama-sama memohon ampun dan diampuni Tuhan (Al A raaf : 23)
Setelah di bumi keduanya mengembangkan keturunan dan saling melengkapi dan
saling membutuhkan (Al Baqarah: 187)
e. Perempuan dan laki-laki sama-sama berpotensi meraih prestasi

Surat Al Imran :195, An Nissa: 124, An Nahl : 97, merupakan konsep kesetaraan
gender yang ideal dan memberikan ketegasan prestasi individual dalam bidang
spiritual maupun karier profesional yang tidak didominasi satu jenis kelamin saja.

Ketidakadilan terhadap perempuan dengan Dalil Agama


Karena adanya implementasi yang salah dari ajaran agama yang disebakan
oleh faktor sejarah, lingkungan budaya dan tradisi yang patriarki di dalam
masyarakat, sehingga menimbulkan sikap dan perilaku individual yang secara turun
temurun menentukan status kaum perempuan dan ketimpangan gender tersebut. Hal
inilah yang kemudian menimbulkan mitos-mitos melalui nilai-nilai dan tafsir ajaran
agama mengenai keunggulan kaum lelaki dan lemahnya kaum perempuan.
Al Qur an tidak mengajarkan diskriminasi antara laki-laki dan perempuan
sebagai manusia. Di hadapan Allah Swt, laki-laki dan perempuan mempunyai derajat
dan kedudukan yang sama. Oleh karena itu pandangan-pandangan yang banyak
menyudutkan kaum perempuan sudah selayaknya diubah, karena Al Qur an selalu
menyerukan keadilan, keamanan dan ketentraman, mengutamakan kebaikan dan
mencegah kejahatan.
Islam menegaskan bahwa diskriminasi peran dan relasi gender adalah salah satu
pelanggaran hak asasi manusia yang harus dieliminir (An Nisaa:75)

KONSEP GENDER DALAM KEHIDUPAN


Perbedaan perempuan dan laki-laki mempengaruhi kehidupannya baik secara
langsung maupun tidak langsung di masyarakat, yakni dapat dilihat dalam:

1. Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah tempat terpenting bagi perempuan dalam keluarga yakni sebagai istri
dan ibu yang mengtur jalannya rumahtangga serta memelihara anak. Tapi dalam
kondisi masyarakat pada saai ini sudah mulai bergeser, banyak perempuan yang
mencari nafkah di luar rumah. Meskipun demikian tetap sering timbul dilema bagi
dirinya untuk memilih antara karier dan keluarga.

2. Lingkungan Pendidikan

Sejak kaum perempuan dapat memperoleh pendidikan dengan baik jumlah yang
mempunyai karier atau bekerja di luar rumah menjadi lebih banyak.

3. Lingkungan Pekerjaan

Peningkatan peranan wanita sebagai mitra sejajar dengan pria dalam pembangunan
berarti meningkatkan tanggungjawab wanita sebagai pribadi yang mandiri dalam
lingkungan keluarga dan masyarakat. Bersama pria, wanita bertanggungjawab atas
kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga. Agar dapat mewujudkannya diperlukan
kerja keras disertai peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja wanita
sebagai insan pembangunan yang tangguh di berbagai sektor.
Dari segi upah banyak dijumpai bahwa kaum perempuan menerima upah lebih rendah
dari laki-laki. Perbedaan tingkat upah antara perempuan dan laki-laki disebabkan olah
peran ganda yang dapat menimbulkan masalah ketidakadilan yang ditimbulkan
dengan adanya asumsi gender, seperti :
a. Terjadinya marginalisasi (pemikiran ekonomi terhadap kaum wanita)
b. Terjadinya subordinasi yang umumnya pada perempuan.
Perempuan hanya mengandalkan ketrampilan alami (sifat alamiah wanita: kepatuhan,
kesetiaan, ketelitian dan ketekunan serta tangan yang trampil)
c. Pe-lebelan negative (stereotype) terutama terhadap kaum perempuan.
d. Terjadinya kekerasan (violence)
Sejak kaum perempuan dapat memperoleh pendidikan dengan baik jumlah yang
mempunyai karier atau bekerja di luar rumah menjadi lebih banyak.

4. Lingkungan Politik

Peran wanita dalam pembangunan adalah hak dan kewajiban di bidang politik,
ekonomi, sosial budaya maupun di bidang pertahanan dan keamanan baik di dalam
keluarga maupun masyarakat yang mencakup peran produktif, reproduktif dan peran
sosial yang bersifat dinamis yang berwawasan gender.
Dalam proses pembangunan, perempuan sebagai sumber daya insani masih
mendapatkan perlakuan diskriminasi. Terutama perempuan yang bergerak di sektor
publik dirasakan banyak ketimpangan. Untuk mewujudkan kemitrasejajaran antara
laki-laki dan perempuan perlu didukung oleh perilaku saling menghormati atau saling
menghargai, saling membutuhkan, saling membantu, saling peduli dan pengertian
antara laki-laki dan perempuan sehingga pembangunan akan lebih sukses.
Partisipasi politik perempuan rendah dibanding dengan partisipasi politik laki-
laki. Ada 4 faktor yaitu:
1. Soal kultur =Bahwa perempuan itu kodrat dan kulturnya adalah dipimpin laki-laki
(politik patriarkhi).
2. Soal struktur = Posisi perempuan tetap subordinat di bawah superioritas kaum laki-
laki.
3. Soal agama dan tafsir agama = Adanya pemikiran mis oginis, bukan menempatkan
perempuan setara dengan laki-laki. Jika pemimpin seorang pemimpin perempuan,
Negara akan hancur.
Perempuan Indonesia sejatinya masih kurang mendapatkan ruang untuk
mengekspresikan partisipasinya dalam ruang public politik, sekalipun jika
dibandingkan dengan Negara-negara Islam, perempuan Indonesia lebbih
mendapatkan tempat. Para feminis dan kaum perempuan yang sadar gender melihat
bahwa masalah mendasar yang dihadapi kaum perempuan adalah patriarkhi dalam
kehidupan social, bermasyarakat dan bernegara. Menurut Anne E. Patrick
menggunakan kata feminis mempunyai arti luas sebagai suatu sikap dengan :
1) Keyakinan kukuh mengenai kesetaraan antara perempuan dan laki-laki
2) Komitmen untuk masyarakat agar kesetaraan penuh antara perempuan dan laiki-laki
dihormati 5[5]
Terdapat gejala-gejala kongkrit yang terjadi dalam proses perubahan social
menuju keadilan gender yakni gejala-gejala negative sebagai berikut :
1. Tidak adanya dominasi atau marginalisasi
2. Tidak adanya subordinasi atau diskriminasi
3. Tidak adanya pembakuan ciri gender (strereotyping)
4. Tidak membebani satu pihak secara tidak adil (unjust burden)
5. Tidak adanya pelecehan dan kekerasan.6[6]
Dalam pemikir Robert Dahl tentang Poliarkhi mengandung dua dimensi
yakni : oposisi (Persaingan yang terorganisir melalui pemilu yang teratur, bebas dan
adil) dan partisipasi (Hak untuk memilih dan berkompetisi memperebutkan jabatan
publik). Demokrasi mendorong kebebasan melalui tiga cara : pertama, pemilihan
umum yang bebas dan adil untuk mengekspresikan pendapat, berorganisasi, oposisi

5[5] Perempuan, Agama dan Demokrasi, editor: M. Subkhi Ridlo, LSIP (Lembaga Studi Islam
dan Politik), Cordaid, Cet.I, Yogyakarta Oktober 2007, hlm. 6.

6[6] Ibid
seta hak-hak politik. Kedua, Memaksimalkan peluang bagi penentuan nasib sendiri
(self determination). Ketiga, Mendorong otonomi moral tau memerintah sendiri (self
governing). 7[7]

KESIMPULAN
Gender tidak bersifat biologis melainkan dikonstruksikan secara sosial.
Karena gender tidak dibawa secara lahir melainkan dipelajari melalui sosialisasi.
Oleh sebab itu gender dapat berubah. Dalam berbagai masyarakat atau kalangan
tertentu dapat kita jumpai nilai dan aturan agama maupun adat kebiasaan yang dapat
mendukung atau melarang keikutsertaan perempuan dalam pendidikan formal sebagai
akibat ketidaksamaan kesempatan, maka dalam banyak masyarakat dapat dijumpai
ketimpangan partisipasi dalam pendidikan formal.
Pada dasarnya secara fungsional dan tugasnya setiap wanita memiliki
kewajiban yang mulia yang tidak bisa tergantikan, demikian pula dengan laki-laki,
namun pada harkat dan martabat baik laki-laki maupun perempuan adalah sama.
Referensi :
_____________, Qur’an Tajwid dan Terjemahnya, Departemen Agama RI,
Maghfirah Pustaka, Jakarta

M.Subkhi Ridlo (editor),Perempuan, Agama dan Demokrasi, Lembaga Studi Islam


dan Politik (LSIP), Yogyakarta, Cetakan I, 2007

Nasarudin Umar, ”Qur an untuk perempuan, Jaringan Islam Liberal (JIL) dan Teater
Utan Kayu, 2002

Nasarudin Umar, Muhammad Syibli, Alimin Mesra, Muhammad Taufik Hidayat,


Didi Supandi, Titi Farhanah, Hamdani, Abad Badruzzaman, Membangun Kultur
ramah Perempuan (Reinterpretasi dan Aktualisasi Pesan Kitab Suci), Restu Ilahi,
Jakarta, 2004

By : Nurhajs (KUA Wonosari Gunungkidul Yogyakarta)

Imam Ali As tidak berkata demikian bahwa kaum lelaki lebih tinggi dan lebih unggul
dari kaum perempuan baik dari sisi akal juga dari sisi perasaan. Apa yang disebutkan
oleh Imam Ali As tentang kurangnya akal perempuan. Apabila penyandaran tuturan
Baginda Ali As ini ada benarnya, maka hal itu terkait dengan salah satu peristiwa
khusus (perang Jamal) dan bukan merupakan satu hukum universal ihwal seluruh
kaum perempuan. Sebagaimana pada sebagian perkara, sekelompok orang dari kaum
lelaki juga mendapatkan kritikan. Adanya orang-orang jenius dari kalangan
perempuan atau lebih berakal daripada lelaki pada masanya; seperti Hadhrat Khadijah
Khubra Sa, Hadhrat Fatimah Sa dan lain sebagianya merupakan bukti yang baik bagi
klaim ini.

Namun terdapat beberapa kemungkinan lainnya sehubungan dengan ucapan Baginda


Ali As ini. Misalnya bahwa yang dimaksud Imam Ali As di sini adalah akal kalkulatif
atau akal sosial, bukan akal valuatif yang mendekatkan manusia kepada Allah Swt
dan meraih pelbagai makam spiritual. Dalam akal valuatif ini, tidak terdapat
perbedaan antara perempuan dan lelaki. Atau kemungkinan lainnya adalah bahwa
Imam Ali As ingin menyatakan bahwa dari sisi tipologi kejiwaan, perasaan-perasaan
perempuan lebih mendominasi atas akalnya sehingga apabila tidak demikian adanya
maka perempuan tidak dapat menunaikan tugas-tugas materialnya dan karena itulah
kaum lelaki berada pada sisi berlawanan di hadapan kaum perempuan. Artinya akal
lelaki lebih mendominasi daripada perasaannya. Dan hal ini merupakan perbedaan-
perbedaan pada sistem penciptaan (takwini) yang sesuai dengan hikmah dan
kebijaksanaan Ilahi. Adanya perbedaan-perbeaan ini merupakan suatu hal yang mesti
ada. Karena itu, Baginda Ali As tidak berada pada tataran ingin memberikan kredit
poin dan lebih memilih salah satunya atas yang lain, melainkan pada konteks ingin
memberikan laporan sebuah reportase faktual penciptaan (takwini).

Sebelum menjawab inti pertanyaan ada baiknya kita memperhatikan beberapa poin
berikut ini:

1. Peran tak terbantahkan dan determinan kaum perempuan dalam mendidik dan
membina manusia dalam masyarakat sebagai ibu atau istri dan mitra kehidupan baik
dalam suka atau pun dalam duka merupakan sebuah persoalan yang tidak dapat
diingkari begitu saja. Sedemikian sehingga al-Qur’an menempatkan ketaatan kepada
orang tua setelah ketaatan kepada Allah Swt tanpa membedakan antara pria dan
wanita (ayah dan ibu). Rasulullah Saw juga sangat menaruh hormat kepada Hadhrat
Khadijah Sa dan Hadhrat Fatimah Sa. Hal ini merupakan sebuah hakikat yang
dijelaskan dan ditegaskan oleh Imam Khomeini, bapak pendiri Republik Islam Iran,
“Sejarah Islam adalah bukti atas pelbagai penghormatan yang tidak terkira Rasulullah
Saw kepada Hadhrat Fatimah untuk menunjukkan bahwa perempuan merupakan
sosok besar dan spesial di tengah masyarakat yang perannya sebanding dengan peran
kaum lelaki.[1]

2. Pemikiran sebanding dan sederajatnya kuiditas (esensi) perempuan dan lelaki


merupakan pemikiran Qur’ani yang dapat disimpulkan dari ayat-ayat Ilahi.
Perempuan dalam pandangan al-Qur’an, pada dimensi spritiual dan fisikal diciptakan
dari esensi yang sama dengan esensi lelaki. Keduanya berasal dari jenis esensi dan
kuiditas yang sama.

Al-Qur’an menyatakan, “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang


telah menciptakan kamu dari diri yang satu.” (Qs. Al-Nisa [4]:1) dan pada ayat
lainnya, “Dia-lah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu.” (Qs. Al-A’raf
[7]:189) Pada kedua ayat al-Qur’an ini, perempuan dari sudut pandang nilai
kemanusiaan sama, setara dan ekual dengan lelaki. Oleh itu, lelaki sama sekali tidak
memiliki keunggulan atas perempuan dalam hal ini. Ruh manusia yang membentuk
hakikat kediriannya bukan badannya. Kemanusiaan manusia dicetak oleh jiwanya.
Bukan raga juga bukan rangkapan raga dan jiwanya.[2]

Karena itu, Anda tidak boleh mengenal keduanya dari jenis kelamin kelaki-lakiannya
dan keperempuanannya, melainkan dari sisi kemanusiaannya. Demikian juga,
perempuan dalam pemikiran Qur’ani, sepantaran dengan lelaki, memiliki potensi
untuk meraih kesempurnaan. Dalam pancaran pengenalan dan amalan, perempuan
dapat mendaki dan melewati tangga-tangga kesempurnaan. Al-Qur’an tatkala bertutur
kata ihwal pelbagai kesempurnaan dan nilai-nilai menjulang yang dicapai manusia,
memperlakukan kaum perempuan sama dan setara dengan kaum lelaki.[3] Al-Qur’an
tidak hanya menegaskan persamaan antara kaum perempuan dan lelaki dalam hakikat
kemanusiaan, bahkan pada asasnya memandangnya sebagai salah satu tanda dan ayat
Ilahi, dan kesamaan ini yang menjadi benih untuk memperoleh ketenangan, harmoni
dan cinta kasih.[4]

Berdasarkan paradigma inilah Imam Khomeini Ra, bapak pendiri Republik Islam
Iran, meyakini persamaan hak-hak azasi manusia antara perempuan dan lelaki. Beliau
dalam hal ini berujar, “Dari sudut pandang hak-hak kemanusiaan, tidak terdapat
perbedaan antara perempuan dan lelaki; karena keduanya adalah manusia. Perempuan
juga memilik hak untuk menentukan nasibnya sebagaimana lelaki, bahkan pada
sebagian perkara terdapat perbedaan antara perempuan dan lelaki yang tidak ada
kaitannya dengan nilai kemanusiaan mereka.”[5]

3. Tidak satu pun riwayat atau khutbah dari Imam Ali As yang menyebutkan bahwa
kaum lelaki lebih tinggi dan unggul atas kaum perempuan baik dari sisi akal atau pun
perasaan.

Apa yang disandarkan kepada Imam Ali As adalah bahwa kaum perempuan lebih
tinggi dan unggul atas kaum lelaki dari sudut pandang perasaan, emosi dan afeksi.

Adapun yang disampaikan Imam Ali As pada khutbah kedelapan puluh (87) Nahj al-
Balâgha, terkait dengan kurangnya akal perempuan dapat dikaji dan ditelusuri dari
beberapa sisi:

Pertama, dengan asumsi bahwa penyandaran riwayat kepada Imam Ali As ini ada
benarnya maka harus harus dikatakan bahwa hal ini bukan merupakan satu hukum
universal dan mencakup seluruh kaum perempuan. Dari dokumen-dokumen sejarah
dapat disimpulkan bahwa khutbah ini berkaitan dengan peristiwa pasca perang Jamal
dan dalam perang ini, Aisyah adalah salah seorang yang berpengaruh di tengah
masyarakat. Sejatinya Thalha dan Zubair memanfaatkan status sosial Aisyah sebagai
istri Rasulullah Saw dan mengusung peperangan melawan pemerintahan sah Baginda
Ali As di Basrah.

Imam Ali pasca kekalahan musuh dan akhir peperangan, menyampaikan khutbah
yang dimaksud dalam mengkritisi perempuan.[6] Karena itu, dengan memperhatikan
beberapa indikasi dan bukti-bukti penting yang menyatakan bahwa Imam Ali As di
sini tidak mengisahkan sebagian khusus perempuan bukan seluruh kaum perempuan
di alam semesta; karena tanpa ragu terdapat perempuan-perempuan teladan dan jenius
serta lebih berakal dari kaum lelaki pada masanya. Siapa yang dapat mengingkari
akal dan taktik kaum perempuan seperti Hadhrat Khadijah Sa, Hadhrat Fatimah As,
Hadhrat Zainab Sa dan para perempuan besar sejarah dalam memajukan Islam dan
perlawanan mereka di samping kaum lelaki dalam memajukan dan meninggikan
kalimat tauhid. Karena itu, bagaimana dapat dikatakan bahwa maksud Imam Ali As
dari khutbah semacam ini adalah mengkritik dan mencela seluruh kaum perempuan
(jenis perempuan)?

Di samping itu, Baginda Ali As dalam sebagian masalah mengeluhkan kelemahan


akal kaum lelaki Kufah dan Basrah. Beliau menyampaikan beberapa hal dalam
mencela dan menyalahkan mereka. Sebagai contoh, Baginda Ali As dalam khutbah
empat belas (14) Nahj al-Balâgha bersabda, “Akal kalian telah ringan dan pikiran-
pikiran kalian konyol.”[7]

Pada khutbah tiga puluh empat (34), Imam Ali As bersabda, “Celakalah kalian (kaum
lelaki)... Kalian tidak menggunakan akal kalian..”[8]

Pada khutbah sembilan puluh tujuh (97), Imam Ali As bersabda, “Wahai orang-orang
yang badan-badannya hadir namun akal-akal mereka gaib (tidak memiliki akal)..”[9]

Dalam khutbah seratus tiga puluh satu (131) disebutkan, “Wahai (manusia dengan)
pikiran-pikiran yang berbeda dan hati yang terpecah, yang jasadnya hadir, tetapi
akalnya tidak...”[10]

Dalam beberapa hal ini, Imam Ali dengan jelas mencela sebagian lelaki dan
memperkenalkan mereka sebagai orang yang kurang akal dan ringan pikirannya.
Sementara terdapat banyak lelaki dan pria alim dari Kufah dan Basrah serta
mempersembahkan banyak ulama kepada dunia Islam.

Dengan kata lain, pelbagai kejadian dan peristiwa sejarah dalam satu tingkatan
tertentu tersedia ruang untuk dipuji dan pada tingkatan lainnya tersedia ruang untuk
mencela dan mengkritisinya.[11] Setelah berlalunya waktu tidak lagi tersisa ruang
untuk memuji juga untuk mencela dan mengkritisi.[12] Karena itu, pelbagai celaan
yang disebutkan dalam Nahj al-Balâgha tentang perempuan atau lelaki Kufah dan
Basrah sebenarnya merupakan satu proposisi personal (qadhiyah syakhshiyah).[13]

Bukti lainnya terdapat riwayat yang disandarkan kepada Imam As terkait dengan
kurangnya akal kebanyakan manusia. Dalam sebuah tuturan, Baginda Ali As
bersabda, “Rasa takjub manusia (ego sentris) kepada dirinya merupakan pertanda
lemah dan kurangnya akalnya.”[14] Dalam hadis ini dan hadis-hadis lainnya,[15] hal-
hal seperti ego sentris, syahwat, mengikut hawa nafsu dan sebagainya dipandang
sebagai faktor penyebab kurangnya akal. Karena itu, mungkin saja penyandaran
kurangnya akal perempuan juga bersumber dari faktor ini. Dan yang dimaksud di sini
adalah adanya beberapa faktor yang menyebabkan kurangnya akal mereka khususnya
pada masa tersebut. Faktor-faktor seperti ini karena tidak bersifat esensial dan bukan
merupakan tabiat wanita maka hal itu dapat dihilangkan dengan pendidikan dan
pengelokan jiwa.

Sejatinya celaan-celaan perempuan seperti ini, tidak berpulang pada inti esensi dan
kuiditas perempuan, sebagaimana pelbagai celaan kepada lelaki tidak berkaitan
dengan inti esensi dan kuiditas mereka. Di samping itu, riwayat-riwayat seperti ini,
pada umumnya memiliki sisi edukatif (pendidikan) dan premonitif (peringatan).
Artinya peringatan kepada kaum lelaki untuk tidak berkepala besar di hadapan
pelbagai instruksi dan keinginan warna-warni perempuan lantaran boleh jadi akan
membuat mereka terjerembab dalam pelbagai kerugian dan konsekuensi buruk
lainnya serta mengandung pesan hingga batasan tertentu bahwa kaum lelaki harus
menjaga mental mandirinya. Terutama pada kondisi-kondisi tertentu, seperti perang
dan pelbagai ketidaknyamanan lantaran mengikuti pikiran dan hawa nafsu akan
menyebabkan terjungkal dan lemahnya mereka. Hal ini sesuai dengan kondisi-kondisi
zaman Amirul Mukminin Ali As.[16]

Kedua, dalam suatu ungkapan dapat dikatakan bahwa akal terdiri dari dua jenis:

1. Akal kalkulatif atau akal sosial.

2. Akal valuatif (nilai).

Boleh jadi bahwa yang dimaksud oleh Imam Ali As terkait dengan keunggulan akal
kaum lelaki atas kaum perempuan pada akal kalkulatif bukan akal valuatif. Dengan
kata lain, keunggulan yang bersumber dari pelbagai perbedaan yang terdapat pada
pria dan wanita hanyalah pada akal kalkulatif. Adapun akal valuatif yang
menyebabkan kedekatan kepada Allah Swt dan surga dapat diraiih melalui akal
valuatif ini.[17] Karena itu, tidak terdapat perbedaan antara pria dan wanita pada akal
valuatif.[18]

Ketiga, apa pun yang kita ingkari namun kita tidak dapat mengingkari hakikat ini
bahwa antara dua jenis, baik dari sisi ragawi atau pun dari sisi ruhaninya terdapat
banyak perbedaan yang telah banyak dibahas dan diulas pada banyak buku dan kita
tidak akan mengulangnya di sini. Pendeknya dari semua itu bahwa karena perempuan
merupakan basis keberadaan dan kemunculan manusia, perkembangannya juga
berada dalam pangkuan perempuan, lantaran secara ragawi, kondisi fisik perempuan
lebih cocok dan memang telah diciptakan untuk mengandung (hamil), membina dan
mendidik generasi umat manusia selanjutnya. Dari sisi ruhani, perempuan juga
memiliki saham yang lebih banyak pada hal-hal yang berkenaan dengan perasaan dan
afeksi.

Karena itu, kedudukan ibu, pendidikan anak dan pembagian kasih dan cinta di antara
anggota keluarga diserahkan kepada perempuan.[19] Dengan kata lain, sebagaimana
yang telah dijelaskan pada pendahuluan bahwa tidak terdapat perbedaan antara pria
dan wanita dalam masalah identitas nilai-nilai (values) kemanusian. Namun sesuai
dengan tuntutan jenis kelamin mereka beramal secara berbeda-beda. Allah Swt
menciptakan pelbagai entitas berdasarkan hikmah dan sesuai dengan situasi dan
tanggung jawab yang dipikulnya. Pria dan wanita juga tidak terkecualikan dari kaidah
ini.

Pria dan wanita berbeda dari beberapa sisi antara satu dengan yang lain seperti pada
sisi jasmani, psikologi, perasaan dan afeksi. Kecintaan kaum wanita kepada keluarga
dan perhatian bawaannya terhadap institusi keluarga lebih banyak daripada kaum
pria.

Perempuan hatinya lebih lembut ketimbang laki-laki. Sabda Amirul Mukminin Ali
bin Abi Thalib As berbicara tentang perbedaan-perbedaan kejiwaan dan ragawi antara
pria dan wanita. Sejatinya Imam Ali ingin menyampaikan bahwa perasaan-perasaan
perempuan lebih mendominasi ketimbang akalnya yang apabila bukan karena
dominasi perasaan ini maka ia tidak dapat menunaikan tugasnya sebagai seorang ibu
dan dari sisi ini pria berada pada titik berlawanan wanita. Akal pria lebih
mendominasi atas perasaannya dan perbedaan-perbedaan pada penciptaan
berdasarkan hikmah Ilahi. Adanya pelbagai perbedaan ini adalah suatu hal yang
mesti. Karena itu, Baginda Ali As tidak berada pada tataran memberikan kredit poin
kepada salah satunya, melainkan pada konteks memberikan reportase sebuah fakta
penciptaan bahwa perasaan-perasaan dan afeksi-afeksi kendati pada tempatnya
merupakan sesuatu yang ideal namun pada pelbagai pengambilan keputusan yang
menentukan keduanya tidak boleh didengarkan. [IQuest]

[1]. Shahife-ye Nûr, jil. 14, hal. 200.

[2]. Zan dar Âiyine Jalâl wa Jamâl, Abdullah Jawadi Amuli, hal. 76.

[3]. “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin,
laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang jujur, laki-
laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan
yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang
memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah
telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Qs. Al-Ahzab [33]:35);
“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), “Sesungguhnya
Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau
perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang
yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang
berperang, dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka, dan
pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya sebagai
pahala di sisi Allah. Dan di sisi Allah terdapat pahala yang baik.” (Qs. Ali Imran [3]:195)

[4]. “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di
antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (Qs. Rum [30]:21)

Gender dalam Islam


Konsep kesetaraan dan keadilan gender dalam Islam sesungguhnya telah
menjadi bagian substantive nilai-nilai universal Islam melalui pewahyuan (Al-Qur’an
dan Al-Hadits) dari Allah Yang Maha Adil dan Maha Pengasih. Laki-laki dan
perempuan ditempatkan pada posisi yang setara untuk kepentingan dan kebahagiaan
mereka di dunia maupun di akhirat. Karena itu, laki-laki dan permpuan mempunyai
hak-hak dasar dan kewajiban yang sama sebagai hamba Allah, yang membedakan
hanyalah ketaqwaan di hadapan-Nya.
Berbicara mengenai perempuan, mengantarkan kita agar terlebih dahulu
mendudukkan pandangan Al-Qur’an. Dlam hal ini, salah satu ayat yang dapat
diangkat dalam firman Allah SWT yang berbunyi: “Wahai seluruh manusia,
sesungguhnya kami telah menciptakan kamu (terdiri) dari laki-laki dan perempuan,
dan kami jadikan kamu berbangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.
Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu adalah yang paling bertaqwa”.
Ayat tersebut menjelaskan tentang asal kejadian manusia dari seorang laki-
laki dan perempuan sekaligus berbicara tentang kemuliaan manusia, baik sebagai
laki-laki ataupu perempuan. Yang didasarkan kemuliaannya bukan keturunan, suku
atau jenis kelamin, akan tetapi ketaqwaannya kepada Allah SWT. Hal ini senada
dengan pernyataan mantan Syekh al-Azhar, Syekh Mahmud Syaltut di dalam
bukunya “Min Tajwihad Al-Islam” tabiat kemanusiaan antara laki-laki dan
perempuan hampir dapat dikatakan sama, Allah SWT telah menganugerahkannya
kepada perempuan sebagaimana menganugerahkannya kepada laki-laki potensi dan
kemampuan yang cukup untuk memikul tanggung jawab dan menjadikan keduanya
dapat melakukan kegiatan maupun aktivitas yang bersifat umum maupun khusus”.
Secara epistimologis, proses pembentukan kesetaraan gender yang
dilakukan Rasulullah saw tidak hanya dalam wilayah domestic saja, akan tetapi
hampir menyentuh seluruh aspek kehidupan masyarakat. Seluruh aspek itu meliputi
perempuan sebagai ibu, istri, anak, nenek dan maupun sebagai anggota masyarakat,
dan sekaligus juga untuk memberikan jaminan keamanan serta perlindungan hak-hak
dasar yang telah dianugerahkan oleh Allah.
Dengan demikian maka Rasulullah saw telah memulai tradisi baru dalam
pandangan perempuan, diantaranya adalah:
Pertama, beliau melakukan perombakan besar-besaran terhadap cara
pandang (world view) masyarkat Arab yang pada waktu itu di dominasi oleh cara
pandang masyarakat ear Fir’aun. Di mana latar historis yang menyertai konstruk
masyarakat ketika itu adalah bernuansa misoginis. Salah satu contohnya adalah
kebiasaan Rasulullah saw yang dipandang spektakuler pada waktu itu adalah
seringnya Rasulullah saw menggendong puterinya (Fatimah az-Zahra) didepan
umum. Kebiasaan Rasulullah pada waktu itu dinilai tabu oleh tradisi masyarakat
Arab, apa yang telah dilakukan Rasulullah saw tersebut ini adalah merupakan proses
pembentukan wacana bahwa laki-laki dan perempuan tidak boleh dibeda-bedakan
(sama).
Kedua, Rasulullah saw memberikan teladan yang baik (Mu’asyarah bi al-
Makruf) terhadap perempuan di sepanjang hidupnya, yakni beliau tidak pernah
sedikitpun melakukan kekerasan terhadap istri-istrinya sekalipun satu sama lainnya
berpeluang untuk cemburu. Di dalam menkonstruk masyarakat Islam, Rasulullah
melakukan upaya-upaya yang mengangkat harkat dan martabat perempuan, melalui
perbaikan (revisi) terhadap tradisi jahiliyah. Hal inilah adalah merupakan proses
pembentukan konsep dan kesetaraan gender dalam hokum Islam.
Hal tersebut diantaranya adalah: perlindungan hak perempuan melalui
hokum, perbaikan hokum keluarga (hak menentukan jodoh, mahar, waris, pengajuan
talak, dsb.), diperbolehkannya mengakses peran-peran public, mempunyai hak
mentasaruf-kan hartanya sebagai symbol kemerdekaan dan kehormatan bagi setiap
orang, perombakan aturan tersebut menujukkan bahwa penghargaan Islam terhadap
perempuan telah dilakukan pada masa Rasulullah SAW masih hidup, di saat citra
Islam dalam tradisi Arab jahiliyah masih sangat rendah.
Di samping itu pula Islam juga mengatur tentang kesetaraan gender, bahwa
Allah SWT telah menciptakan manusia yaitu laki-laki dan perempuan dalam bentuk
yang terbaik dengan kedudukan yang paling terhormat. Manusia juga diciptakan
mulia dengan memiliki akal, perasaan dan menerima petunjuk.
Oleh karena itu Al-Qur’an tidak mengenal pembedaan antara laki-laki dan
perempuan karena dihadapan Allah SWT, laki-laki dan perempuan mempunyai
derajat dan kedudukan yang sama. Demikian pandangan Islam menempatkan wanita
pada posisi yang terhormat. Sehingga, apapun peranannya baik sebagai anak, remaja,
dewasa, ibu rumah tangga, kaum profesional, dan lain-lain mereka itu terhormat sejak
kecil hingga usia lanjut.
Dari sinilah dapat kita pahami bagaiman Islam muncul pada situasi seperti
ini, di mana pribadi pembawa risalahnya pun hanya mempunyai satu anak perempuan
(yang hidup), padahal kita ketahuimempunyai anak perempuan pada masa itu adalah
keterhinaan, kalau kiat kaji lebih dalam lagi, pasti ada rahasia di balik semua itu,
yakni untuk mengangkat derajat kaum perempuan dan merubah kultur, dari kultur
jahiliyah menjadi kultur Islami. Islam menggabungkan antara teori dan praktek,
sekaligus. Islam mengajarkan bagaimana memandang dan memperlakukan
perempuan. Kemudian Rasulullah mempraktekkannya, sehingga terwujud keutuhan
dan keselarasan di antara keduanya.

Anda mungkin juga menyukai