Banyak wanita yang bilang bahwa susah menjadi wanita, lihat saja
aturan-aturan dibawah ini :
1. Benda yang mahal harganya akan dijaga dan dibelai serta disimpan
ditempat yang teraman dan terbaik. Sudah pasti itulah intan permata
bandingannya dengan seorang wanita.
2. Wanita perlu taat kepada suami, tetapi tahukah lelaki wajib taat
kepada Ibunya 3 kali lebih utama daripada kepada Bapaknya ?
Yakinlah bahwa sebagai Zat yang Maha Pencipta sudah pasti ALLAH Maha Tahu
akan segala yang diciptakan-Nya sehingga peraturan-Nya adalah yang terbaik bagi
manusia.
Ada perbedaan sifat alami yang mendasar, yang membedakan antara pria dan wanita.
Khususnya akan lebih jelas terlihat saat usia memasuki tahap dewasa.
Pada usia anak-anak dan remaja perbedaan ini tidak terlalu terlihat karena mereka
memang dalam masa pertumbuhan.
Perbedaan ini dikarenakan adanya perbedaan struktur otak antara pria dan wanita.
Perbedaan struktur otak ini mengakibatkan perbedaan pula cara memproses informasi
yang masuk kedalam otak, dan mengakibatkan pula perbedaan prioritas, tingkah laku,
persepsi dan pengertian pada pria dan wanita.
Jadi kaum wanita, dengan jangkauan sudut pandang yang luas itu bisa melihat isi
lemari tanpa menggerakkan kepalanya, hanya dengan modal plirak-plirik saja mereka
bisa menemukan barang yang dicari.
Ini berbeda dengan kaum pria yang mempunyai sudut pandang yang relatif lebih
kecil. Pria jika memandang sesuatu maka otak akan memproses pandangannya itu
ibarat teropong bajak laut Jack Sparrow. Jauh dan lebih fokus, dan juga akan mencari
KATA yang tertulis diotak tentang benda yang dicari atau ingin dilihat.
Contohnya begini:
Seorang pria hendak mencari susu DENKO yang berbentuk kotak dalam lemari es.
Setelah dibuka pintunya, dan dilihat kedalam lemari es, ia tidak menemukan kotak
susu bertulisan DENKO di dalam lemari es tersebut.
Kemudian datang wanita melihat kedalam lemari es tersebut, dan dalam sekejap ia
menemukan kotak susu DENKO tersebut.
Hal ini bisa terjadi karena perbedaan sudut pandang tadi dan perbedaan cara otak
memproses informasi yang diteruskan oleh mata ke dalam otak.
Penelitian mengungkapkan bahwa otak pria mencari kata DENKO di dalam lemari
es. Jika posisi kotak DENKO tadi terbalik, atau arahnya tidak mengarah bagian depan
yang ada tulisannya, maka otak pria akan menyimpulkan barangnya tidak ada atau
tidak kelihatan.
Struktur Otak
Dalam struktur otak wanita, kemampuan untuk berbicara terutama ada dibagian
depan otak kiri dan sebagian kecil di otak sebelah kanan.Sementara untuk pria,
kemampuan berbicara dan bahasa itu bukan kemampuan otak yang penting.
Adanyapun cuma di bagian otak kiri dan tidak ada area yang spesifik. Otak pria itu
terkotak-kotak dan mampu memilah-milah informasi yang masuk.
Jadi jangan heran kalau wanita lebih senang berbicara dan banyak pula yang
dibicarakan, karena kedua belah otaknya mampu bekerja sekaligus.
Di malam hari, setelah seharian penuh beraktivitas, pria bisa menyimpan semuanya
diotaknya. Sementara otak wanita tidak bekerja seperti itu.
Informasi atau masalah yang diterimanya akan terus berputar-putar dalam otaknya.
Dan ini tidak akan berhenti sampai dia bisa mencurahkan habis isi otaknya alias
curhat.
Oleh sebab itu, kalo wanita bicara, tujuannya adalah untuk mengeluarkan unek-
uneknya, bukan untuk mencari kesimpulan atau solusi seperti yang dilakukan kaum
pria.
Multitasking
Dari penelitian, pria cuma bisa melakukan satu hal pada suatu waktu. Semua
penelitian yang ada menemukan bahwa otak pria lebih terspesialiasi, terbagi-bagi.
Otak pria berkembang sedemikian sehingga mereka hanya dapat berkonsentrasi pada
satu hal yang spesifik pada suatu saat, sehingga sering mereka bilang mereka bisa
mengerjakan
semuanya tapi ‘satu-satu donk!!’.Kalo pria menepikan mobil untuk membaca peta,
biasanya dia juga akan
mengecilkan suara radio atau tape.
Banyak wanita yang bingung kenapa. Kan bisa saja baca peta sambil dengar radio
dan bicara?
Atau kadang wanita suka bingung: “Kalo dia lagi baca koran, kok dia
tidak bisa dengar tadi saya bilang apa?”
Wanita bisa bicara di telpon, pada saat yang sama masak di dapur dan nonton TV.
Atau dia bisa nyetir, dandan, mendengarkan radio dan bicara lewat hands-free, juga
sambil nge-blog
Tapi karena wanita bisa pakai 2 sisi otaknya secara bersamaan, banyak
yang bingung membedakan kanan dari kiri pada saat tertentu. Sekitar 50% wanita
tidak bisa secara langsung nunjuk mana kanan dan mana kiri kalau ditanya. Tapi pria
bisa secara langsung mengidentifikasi kanan dari kiri.
Coba saja sewaktu ikut wanita yang menyetir mobil terus kita bilang “belok kanan”
atau “belok kiri” TANPA menunjuk arah pakai tangan atau menggerakkan tubuh
yang lain, kemungkinan besar wanita akan bertanya lagi nunjuk kiri kanan tanpa
seketika tahu mana kanan atau kiri.
Indirect Speech
Wanita kalau berbicara biasanya menggunakan indirect speech alias memberikan
isyarat tentang apa yang sebenarnya dia inginkan.
Tujuannya adalah untuk menghindari konflik atau konfrontasi sehingga bisa terjalin
hubungan yang harmonis satu sama lain.
Indirect speech biasanya menggunakan kata-kata seperti: ‘kayaknya’, ‘sepertinya’dan
sebagainya.Ketika wanita bicara menggunakan indirect speech ke wanita lain, tidak
pernah ada masalah.
Wanita lain cukup sensitif untuk mengerti maksud sebenarnya.
Tapi, bila dipakai untuk bicara dengan pria, bisa berakibat fatal!
Kebanyakan pria menggunakan bahasa langsung atau direct speech dan mereka
mengambil makna sebenarnya dari apa yang orang lain katakan.
Contohnya:
Pada suatu hari pasangan Budi dan Wati akan pergi menghadiri undangan perkawinan
tetangganya. Wati baru beli baju baru untuk kondangan. Ditangannya ada 2 pasang
baju, satu berwarna putih dan satu lagi berwarna hijau. Lalu Wati bertanya kepada
Budi.
“Mas, yang mana yang mesti Wati pakai untuk kondangan nanti?” Tanya Wati.
Mencoba jawaban diplomatis si Budi menjawab: ” Yang mana saja deh, semua sama
bagusnya..”
Wati: ” Ayo dong mas, yang mana yang kelihatan lebih bagus, yang putih apa yang
ijo?”
Budi: “Yang warna putih..”
Wati: “Memangnya yang ijo kenapa? Kamu memang dari dulu gak suka sama yang
ijo, padahal aku beli mahal-mahal dan kamu gak suka kan..!”
Budi (dalam hatinya): “Kalau tidak mau dengar pendapatku kok tadi maksa nanya!!
Dari contoh diatas, Budi pikir dia tadi disuruh memecahkan atau mencari solusi dari
masalah pemilihan baju. Tapi ketika masalahnya sudah dia pecahkan si Wati malah
kesal. Wati sebenarnya sedang menggunakan bahasa tipe cewek banget atau
istilahnya tadi itu indirect speech.
Wati sebenarnya sudah memutuskan untuk memakai baju yang warna apa dan
TIDAK sedang meminta pendapat atau mencari solusi, yang Wati inginkan adalah
konfirmasi bahwa ia terlihat menarik atau cantik dengan memakai baju warna hijau
tadi.
Demikianlah Rasulullah pernah mengatakan:
“Wanita itu bengkok seperti tulang rusuk, apabila kamu berusaha meluruskannya
maka ia akan patah. Namun bila kamu membiarkannya tetap bengkok maka kamu
hanya ingin bersenang-senang dalam kebengkokannya”
Kesimpulannya
“Memperlakukan perempuan itu seperti saat kita bernafas, saat kitamenghirup udara
tulang rusuk akan meregang sempit, bila kita menghembuskan napas maka ia akan
mengembang mengikuti bentuk aslinya dan memberikan kelegaan.
Ada kalanya kita harus membimbing perempuan yang kita sayangi sesuai pada
norma-norma yang ada agar hidup kita dan dia kelak dapat menghirup keselamatan
tapi kadang perlu juga kita memberikan kelapangan jalan agar ia mengikuti kodrat
dan nalurinya sebagai perempuan yang ingin dicintai dan disayang
(https://jejakjejakjejak.wordpress.com/2012/08/24/seputar-perbedaan-antara-wanita-
dan-laki-laki-dalam-perempuan/)Allan & Barbara Pease
Variasi biologis inilah yang mempengaruhi massa total lemak di tubuh Anda, dan di
mana jaringan lemak secara alami akan disimpan. Meskipun perbedaan independen
ada dalam semua individu, memahami bagaimana gender mempengaruhi hasil latihan
dapat membantu Anda menyusun strategi untuk kesuksesan di masa depan.
Perbedaan Lemak
Hal ini mungkin tidak mudah dilihat dan dikenali saat Anda sedang berlatih di gym,
akan tetapi wanita biasanya memiliki lemak tubuh lebih tinggi dalam persentase
dibandingkan pria. Menurut MedicineNet.com, kadar normal kandungan lemak tubuh
normal pada wanita adalah 25 persen, akan tetapi pada pria hanyalah 15 persen. Hal
ini sebagian besar terjadi karena proses hormon alami. Misalnya, hormon seks wanita
(estrogen) meskipun dapat membantu proses alami tubuh dalam mengonversi lemak
menjadi energi, tapi hormon tersebut juga dapat meningkatkan kapasitas tubuh untuk
menyimpan lemak. Studi ilmiah telah mempromosikan metode yang paling efektif
untuk mengurangi penumpukan lemak adalah hanya dengan berolahraga atau
berlatih.
Sepintas, mungkin seolah-olah pria lebih rentan terhadap kenaikan lemak daripada
wanita, khususnya karena beberapa area yang secara alami menyimpan jaringan
lemak di sebagian besar pria. Menurut Marc Perry, seorang ahli kebugaran dan
pendiri Built Lean, wanita dapat menyimpan sedikit lemak di daerah perut, tetapi
mereka dapat menyimpan lebih pada paha dan otot trisep. Hal ini sangat berbeda pada
pria yang memiliki kecenderungan genetik yang lebih tinggi untuk menyimpan lemak
di perut mereka. Sangat penting untuk menyadari bahwa lemak tidak dapat dibakar
dalam area tertentu di tubuh. Jika tujuan Anda adalah untuk menghilangkan lemak
pada perut, Anda perlu menurunkan kadar lemak tubuh secara keseluruhan. Hal ini
biasanya dapat dicapai dengan meningkatkan aktivitas jantung dan mengurangi
konsumsi kalori. Konsultasikan dengan pelatih atau ahli kebugaran jika Anda
memerlukan bantuan untuk membangun program latihan mengurangi lemak yang
efektif.
Perbedaan Iklim
Faktanya, komposisi tubuh pria dan wanita dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan
tertentu, seperti iklim. Menurut Human Kinetics, wanita yang tinggal di iklim hangat
alami, seperti Afrika, sentralisasi kandungan lemak dalam tubuh berada di bagian
bokong, sedangkan penduduk asli Mediterania biasanya menumpuk jaringan lemak di
pinggul, dan bagi wanita Asia tertentu sentralisasi kandungan lemak dalam tubuh
berada di bagian pusar. Metode tubuh mendistribusikan lemak lebih seimbang bagi
orang yang berada di daerah beriklim dingin, yang dapat membantu mempertahankan
suhu tubuh internal yang diatur selama cuaca musim dingin yang keras.
Sangat penting untuk diingat bahwa berlatih atau berolahraga lebih penting untuk
Anda secara keseluruhan daripada komposisi tubuh Anda. Sangat penting pula untuk
menyadari bahwa lemak melaksanakan tugas dan fungsi dasar manusia. Menurut
sejarah kesehatan, lemak memberikan jaring pengaman internal tubuh mendapat
kelangkaan pangan, dan juga berfungsi untuk membantu wanita pada saat kelahiran.
Semua orang yang sehat secara alami menyimpan lemak untuk membantu membantu
proses normal tubuh. Lemak sebenarnya hal yang baik. Olahraga atau latihan adalah
alat yang bisa Anda gunakan untuk mencegah terlalu banyaknya lemak yang
terakumulasi dari seluruh tubuh.
Peneliti dari Rutgers University, New Jersey, Amerika Serikat melakukan penelitian untuk
mengetahui bagaimana hubungan seksual memberikan dampak yang berbeda pada pria dan
wanita. Penelitian ini dilakukan melalui pemindaian otak (PET Scan) pada pria dan wanita
saat mereka sedang mengalami puncak kepuasan seksual (orgasme).
Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa orgasme ternyata membawa dampak yang lebih
masif pada wanita. Setidaknya ada 30 bagian otak wanita yang bekerja dengan aktif saat ia
mencapai puncak kekuasan seksual. Bagian otak yang aktif tersebut adalah bagian yang
mengatur emosi, sensitivitas terhadap sentuhan, bagian yang mengatur rasa bahagia, juga
bagian otak yang mengatur kepuasan dan rasa kebal terhadap sakit.
Hingga saat ini tim peneliti Rutgers University masih melanjutkan studinya untuk
mengetahui dampak orgasme terhadap respon otak pria. Namun, temuan tentang dampak
orgasme terhadap otak wanita di atas sudah cukup dapat menjelaskan mengapa wanita
akan lebih terikat secara emosional setelah melakukan hubungan seksual. Perbedaan wanita
dan pria secara Biologis
Secara fisik otak pria lebih besar dari otak wanita. Oleh sebab itu pria kurang mampu
memindahkan fungsi dari satu area otak ke area lain, tetapi mudah memindahkan
informasi ke sisi lain otak.
Pria mudah menangkap pokok masalah dan lebih fokus pada solusi.
Secara fisik otak tampak seperti sebuah kembang kol yang beratnya rata-rata 1,2 kg
pada laki-laki dan 1 kg pada perempuan.
Otak wanita memang lebih kecil dari pada otak pria, tetapi lebih banyak memiliki
bagian yang bertanggungjawab untuk berkomunikasi antara bagian.
Perbedaan ukuran otak pria dan wanita
Inilah yang menyebabkan wanita bisa melakukan berbagai macam tugas dalam satau
waktu sekaligus.
Dari sebuah studi yang dipublikasikan pada tahun 1992 di Universitas Ontario oleh
C. Davison Ankney dan Rushton, diketahui bahwa pria memiliki atak 100 gram lebih
berat dari wanita.
Pada sebuah studi di Denmark tahun 1997, juga mendokumentasikan bahwa pria
memiliki neuron 15 % lebih banyak dari wanita ( pria memiliki 22,8 miliar neuron
sementara wanita 19,3 miliar neuron).
Lebih besarnya otak pria dibandingkan otak wanita sebanding dengan ukuran tubuh
pria yang juga lebih besar.
Ukuran otak biasanya dikaitkan dengan kecerdasan, namun tentu saja hal ini tidak
selalu menjadi patokan atau mutlak.
Perbedaan ukuran pada bagian-bagian tertentu dalam otak inilah yang pada akhirnya
memiliki spesifikasi kemampuan yang berbeda.
(http://www.asalasah.com/2015/05/perbedaan-wanita-dan-pria-secara-biologis.html)
Perbedaan yang ada antara laki-laki dan perempuan akibat fungsi dan tugas-
tugas utama yang dibebankan oleh Allah kepada masing-masing jenis kelamin, tetapi
perbedaan tersebut tidak menjadikan yang satu mempunyai kelebihan atas yang lain.
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain, karena bagi lelaki ada bagian
dari apa yang mereka peroleh (usahakan) dan bagi perempuan juga ada bagian dari
apa yang mereka peroleh (usahakan) dan bermohonlah kepada Allah dari karunia-
Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”(QS An-Nisa’ : 32).
DAFTAR REFERENSI
Al-Hikmah, Departemen Agama RI. 2007. Al-Quran dan Terjemahnya. Diponegoro,
Bandung.
Assyafi’i, Muhammad bin Idris. Al-Umm. Daarul Ma’rifah, Beirut-Libanon.
Al-Qardhawi, Yusuf. 1996. Fatawa Qardhawi: Permasalahan, Pemecahan dan Hikmah.
Risalah Gusti, Surabaya.
Haidir, Abdullah. 2005. Kisah Wanita-Wanita Teladan. Al-Sulay, Riyadh.
Muhammad, Musthofa. Jawaahirul Bukhoori. Toha Putra, Semarang.
Sabiq, Ahmad. 2011. Wanita-Wanita Pengukir Sejarah Islam. Ibnumajjah, Gresik.
Thoifur. 2007. Miftaahul ‘Ghowaamidl. Maktabah Al-Rifa’ie, Malang.
Islam telah memberi aturan yang rinci berkenaan dengan peran dan fungsi
masing-masing dalam menjalani kehidupan ini. Terdapat perbedaan dan persamaan
yang tidak bisa dipandang sebagai adanya kesetaraan atau ketidaksetaraan gender.
Pembagian tersebut semata-mata merupakan pembagian tugas yang dipandang sama-
sama pentingnya dalam upaya tercapainya kebahagiaan yang hakiki di bawah
keridloan Allah semata. Islam telah memberikan hak-hak kaum perempuan secara
adil, kaum perempuan tidak perlu meminta apalagi menuntut atau
memperjuangkannya, sebagaimana dalam surat Al Ahzab : 35
Artinya : “Sungguh, Laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan perempuan
mukmin, laki-laki dan perempuan yang dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan
yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang
khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang
berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki yang
menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala
yang besar.”1[1]
Maksud dari ayat di atas, sebagai manusia kedua pihak mempunyai hak dan
kewajiban yang sama, pahala dan kebaikan di hari akhir pun juga demikian. Setiap
individu akan dihisab berdasarkan perbuatan yang mereka lakukan di dunia.
Pada dasarnya gender dalam perspektif Islam menganggap kaum perempuan
mempunyai kedudukan yang sama dengan laki-laki yaitu sebagai hamba Allah.
Sebagaimana dalam Surat An Nahl : 97)
Jadi kesetaraan gender adalah suatu keadaan di mana perempuan dan laki-laki sama-
sama menikmati status, kondisi atau kedudukan yang setara sehingga terwujud secara
penuh hak-hak dan potensinya bagi pembangunan di segala aspek kehidupan
berkeluarga, berbangsa dan bernegara. Islam mengamanahkan manusia untuk
memperhatikan konsep keseimbangan, keserasian, keselarasan, keutuhan baik sesama
umat manusia maupun dengan lingkungan alamnya.
Konsep relasi gender dalam Islam lebih dari sekedar mengatur keadilan
gender dalam masyarakat, tetapi secara teologis mengatur pola relasi mikrokosmos
(manusia), makrokosmos (alam) dan Tuhan. Hanya dengan demikian manusia dapat
menjalankan fungsinya sebagai khalifah dan hanya khalifah yang sukses yang dapat
mencapai derajat abdi sesungguhnya.
Islam mengenalkan konsep relasi gender yang mengacu pada ayat-ayat (Al
Qur an) substantif yang sekaligus menjadi tujuan umum syariah antara lain
mewujudkan keadilan dan kebajikan. (An Nahl {16} : 90)
KONSEP GENDER
Laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam
menjalankan peran khalifah dan hamba. Soal peran sosial dalam masyarakat tidak
ditemukan ayat Al Qur an dan hadits yang melarang perempuan aktif di dalamnya.
Sebaiknya Al Qur an dan hadits banyak mengisyaratkan kebolehan perempuan aktif
menekuni berbagai profesi.
Dengan demikian keadilan gender adalah suatu kondisi adil bagi perempuan
dan laki-laki untuk dapat mengaktualisasikan dan mendedikasikan diri bagi
pembangunan bangsa dan negara. Keadilan dan kesetaraan gender berlandaskan pada
prinsip-prinsip yang memposisikan laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai
hamba Tuhan yakni :
- Laki-laki dan perempuan akan mendapatkan penghargaan dari Tuhan sesuai dengan
pengabdiannya (An Nahl : 97)
- Sebagai khalifah di bumi ( Al A Raaf :165)
- Penerima perjanjian promordial (perjanjian dengan Tuhannya) (Al Araaf : 172)
- Adam dan hawa dalam cerita terdahulunya ( Al A raaf : 22)
Ayat-ayat tersebut mengisyaratkan konsep kesetaraan dan keadilan gender serta
memberikan ketegasan bahwa prestasi individual baik dalam bidang spiritual maupun
karir profesional. Laki-laki dan perempuan memperoleh kesempatan yang sama
dalam meraih prestasi yang optimal. Namun dalam realitas masyarakat, konsep ideal
ini membutuhkan tahapan dan sosialisasi karena masih terdapat sejumlah kendala,
terutama kendala budaya.
Tujuan Al Qur an adalah terwujudnya keadilan bagi masyarakat. Keadilan
dalam masyarakat mencakup segala segi kehidupan umat manusia baik sebagai
individu maupun sebagai anggota masyarakat. Al Qur an tidak mentolerir segala
Oleh karena itu Al Qur an tidak mengenal perbedaan antara laki-laki dan perempuan
karena di hadapan Allah Swt, laki-laki dan perempuan mempunyai derajat dan
kedudukan yang sama dan yang membedakan antara laki-laki dan perempuan
hanyalah dari segi biologisnya.
Adapun dalil-dalil dalam Al Qur an yang mengatur dalam kesetaraan gender adalah:
Surat Ar Ruum:21, surat An Nisaa:1, surat hujurat:13 yang intinya berisi bahwa Allah
Swt telah menciptakan manusia berpasang-pasangan yaitu laki-laki dan perempuan
supaya mereka hidup tenang dan tentram agar saling mencintai dan menyayangi serta
kasih mengasihi. Menunjukkan hubungan yang saling timbal balik antara laki-laki
dan perempuan dan tak ada satupun yang superioritas.
Surat Al Imran :195, An Nisaa: 124, surat An Nahl : 97, Surat At taubah : 71-72, Al
Ahzab : 35. Ayat-ayat tersebut menunjukkan kepada laki-laki dan perempuan untuk
menegakkan nilai-nilai Islam dengan beriman, bertaqwa dan beramal. Allah juga
memberikan peran dan tanggungjawab yang sama antara laki-laki dan perempuan
Surat Adz Dzariat:56, Laki-laki dan perempuan mempunyai potensi dan peluang yang
sama untuk menjadi hamba yang ideal yakni sebagai orang yang bertaqwa
(mutaqqun).
Surat Al A raaf : 172 yakni laki-laki dan perempuan menyatakan ikrar yang sama
akan keberadaan Tuhan, tidak ada diskriminasi jenis kelamin.
- Keduanya diciptakan di syurga dan memanfaatkan fasilitas syurga (Al Baqarah: 35)
- Keduanya mendapat kualitas godaan yang sama dari setan (Al A raaf : 20)
- Sama-sama memohon ampun dan diampuni Tuhan (Al A raaf : 23)
Setelah di bumi keduanya mengembangkan keturunan dan saling melengkapi dan
saling membutuhkan (Al Baqarah: 187)
e. Perempuan dan laki-laki sama-sama berpotensi meraih prestasi
Surat Al Imran :195, An Nissa: 124, An Nahl : 97, merupakan konsep kesetaraan
gender yang ideal dan memberikan ketegasan prestasi individual dalam bidang
spiritual maupun karier profesional yang tidak didominasi satu jenis kelamin saja.
1. Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah tempat terpenting bagi perempuan dalam keluarga yakni sebagai istri
dan ibu yang mengtur jalannya rumahtangga serta memelihara anak. Tapi dalam
kondisi masyarakat pada saai ini sudah mulai bergeser, banyak perempuan yang
mencari nafkah di luar rumah. Meskipun demikian tetap sering timbul dilema bagi
dirinya untuk memilih antara karier dan keluarga.
2. Lingkungan Pendidikan
Sejak kaum perempuan dapat memperoleh pendidikan dengan baik jumlah yang
mempunyai karier atau bekerja di luar rumah menjadi lebih banyak.
3. Lingkungan Pekerjaan
Peningkatan peranan wanita sebagai mitra sejajar dengan pria dalam pembangunan
berarti meningkatkan tanggungjawab wanita sebagai pribadi yang mandiri dalam
lingkungan keluarga dan masyarakat. Bersama pria, wanita bertanggungjawab atas
kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga. Agar dapat mewujudkannya diperlukan
kerja keras disertai peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja wanita
sebagai insan pembangunan yang tangguh di berbagai sektor.
Dari segi upah banyak dijumpai bahwa kaum perempuan menerima upah lebih rendah
dari laki-laki. Perbedaan tingkat upah antara perempuan dan laki-laki disebabkan olah
peran ganda yang dapat menimbulkan masalah ketidakadilan yang ditimbulkan
dengan adanya asumsi gender, seperti :
a. Terjadinya marginalisasi (pemikiran ekonomi terhadap kaum wanita)
b. Terjadinya subordinasi yang umumnya pada perempuan.
Perempuan hanya mengandalkan ketrampilan alami (sifat alamiah wanita: kepatuhan,
kesetiaan, ketelitian dan ketekunan serta tangan yang trampil)
c. Pe-lebelan negative (stereotype) terutama terhadap kaum perempuan.
d. Terjadinya kekerasan (violence)
Sejak kaum perempuan dapat memperoleh pendidikan dengan baik jumlah yang
mempunyai karier atau bekerja di luar rumah menjadi lebih banyak.
4. Lingkungan Politik
Peran wanita dalam pembangunan adalah hak dan kewajiban di bidang politik,
ekonomi, sosial budaya maupun di bidang pertahanan dan keamanan baik di dalam
keluarga maupun masyarakat yang mencakup peran produktif, reproduktif dan peran
sosial yang bersifat dinamis yang berwawasan gender.
Dalam proses pembangunan, perempuan sebagai sumber daya insani masih
mendapatkan perlakuan diskriminasi. Terutama perempuan yang bergerak di sektor
publik dirasakan banyak ketimpangan. Untuk mewujudkan kemitrasejajaran antara
laki-laki dan perempuan perlu didukung oleh perilaku saling menghormati atau saling
menghargai, saling membutuhkan, saling membantu, saling peduli dan pengertian
antara laki-laki dan perempuan sehingga pembangunan akan lebih sukses.
Partisipasi politik perempuan rendah dibanding dengan partisipasi politik laki-
laki. Ada 4 faktor yaitu:
1. Soal kultur =Bahwa perempuan itu kodrat dan kulturnya adalah dipimpin laki-laki
(politik patriarkhi).
2. Soal struktur = Posisi perempuan tetap subordinat di bawah superioritas kaum laki-
laki.
3. Soal agama dan tafsir agama = Adanya pemikiran mis oginis, bukan menempatkan
perempuan setara dengan laki-laki. Jika pemimpin seorang pemimpin perempuan,
Negara akan hancur.
Perempuan Indonesia sejatinya masih kurang mendapatkan ruang untuk
mengekspresikan partisipasinya dalam ruang public politik, sekalipun jika
dibandingkan dengan Negara-negara Islam, perempuan Indonesia lebbih
mendapatkan tempat. Para feminis dan kaum perempuan yang sadar gender melihat
bahwa masalah mendasar yang dihadapi kaum perempuan adalah patriarkhi dalam
kehidupan social, bermasyarakat dan bernegara. Menurut Anne E. Patrick
menggunakan kata feminis mempunyai arti luas sebagai suatu sikap dengan :
1) Keyakinan kukuh mengenai kesetaraan antara perempuan dan laki-laki
2) Komitmen untuk masyarakat agar kesetaraan penuh antara perempuan dan laiki-laki
dihormati 5[5]
Terdapat gejala-gejala kongkrit yang terjadi dalam proses perubahan social
menuju keadilan gender yakni gejala-gejala negative sebagai berikut :
1. Tidak adanya dominasi atau marginalisasi
2. Tidak adanya subordinasi atau diskriminasi
3. Tidak adanya pembakuan ciri gender (strereotyping)
4. Tidak membebani satu pihak secara tidak adil (unjust burden)
5. Tidak adanya pelecehan dan kekerasan.6[6]
Dalam pemikir Robert Dahl tentang Poliarkhi mengandung dua dimensi
yakni : oposisi (Persaingan yang terorganisir melalui pemilu yang teratur, bebas dan
adil) dan partisipasi (Hak untuk memilih dan berkompetisi memperebutkan jabatan
publik). Demokrasi mendorong kebebasan melalui tiga cara : pertama, pemilihan
umum yang bebas dan adil untuk mengekspresikan pendapat, berorganisasi, oposisi
5[5] Perempuan, Agama dan Demokrasi, editor: M. Subkhi Ridlo, LSIP (Lembaga Studi Islam
dan Politik), Cordaid, Cet.I, Yogyakarta Oktober 2007, hlm. 6.
6[6] Ibid
seta hak-hak politik. Kedua, Memaksimalkan peluang bagi penentuan nasib sendiri
(self determination). Ketiga, Mendorong otonomi moral tau memerintah sendiri (self
governing). 7[7]
KESIMPULAN
Gender tidak bersifat biologis melainkan dikonstruksikan secara sosial.
Karena gender tidak dibawa secara lahir melainkan dipelajari melalui sosialisasi.
Oleh sebab itu gender dapat berubah. Dalam berbagai masyarakat atau kalangan
tertentu dapat kita jumpai nilai dan aturan agama maupun adat kebiasaan yang dapat
mendukung atau melarang keikutsertaan perempuan dalam pendidikan formal sebagai
akibat ketidaksamaan kesempatan, maka dalam banyak masyarakat dapat dijumpai
ketimpangan partisipasi dalam pendidikan formal.
Pada dasarnya secara fungsional dan tugasnya setiap wanita memiliki
kewajiban yang mulia yang tidak bisa tergantikan, demikian pula dengan laki-laki,
namun pada harkat dan martabat baik laki-laki maupun perempuan adalah sama.
Referensi :
_____________, Qur’an Tajwid dan Terjemahnya, Departemen Agama RI,
Maghfirah Pustaka, Jakarta
Nasarudin Umar, ”Qur an untuk perempuan, Jaringan Islam Liberal (JIL) dan Teater
Utan Kayu, 2002
Imam Ali As tidak berkata demikian bahwa kaum lelaki lebih tinggi dan lebih unggul
dari kaum perempuan baik dari sisi akal juga dari sisi perasaan. Apa yang disebutkan
oleh Imam Ali As tentang kurangnya akal perempuan. Apabila penyandaran tuturan
Baginda Ali As ini ada benarnya, maka hal itu terkait dengan salah satu peristiwa
khusus (perang Jamal) dan bukan merupakan satu hukum universal ihwal seluruh
kaum perempuan. Sebagaimana pada sebagian perkara, sekelompok orang dari kaum
lelaki juga mendapatkan kritikan. Adanya orang-orang jenius dari kalangan
perempuan atau lebih berakal daripada lelaki pada masanya; seperti Hadhrat Khadijah
Khubra Sa, Hadhrat Fatimah Sa dan lain sebagianya merupakan bukti yang baik bagi
klaim ini.
Sebelum menjawab inti pertanyaan ada baiknya kita memperhatikan beberapa poin
berikut ini:
1. Peran tak terbantahkan dan determinan kaum perempuan dalam mendidik dan
membina manusia dalam masyarakat sebagai ibu atau istri dan mitra kehidupan baik
dalam suka atau pun dalam duka merupakan sebuah persoalan yang tidak dapat
diingkari begitu saja. Sedemikian sehingga al-Qur’an menempatkan ketaatan kepada
orang tua setelah ketaatan kepada Allah Swt tanpa membedakan antara pria dan
wanita (ayah dan ibu). Rasulullah Saw juga sangat menaruh hormat kepada Hadhrat
Khadijah Sa dan Hadhrat Fatimah Sa. Hal ini merupakan sebuah hakikat yang
dijelaskan dan ditegaskan oleh Imam Khomeini, bapak pendiri Republik Islam Iran,
“Sejarah Islam adalah bukti atas pelbagai penghormatan yang tidak terkira Rasulullah
Saw kepada Hadhrat Fatimah untuk menunjukkan bahwa perempuan merupakan
sosok besar dan spesial di tengah masyarakat yang perannya sebanding dengan peran
kaum lelaki.[1]
Karena itu, Anda tidak boleh mengenal keduanya dari jenis kelamin kelaki-lakiannya
dan keperempuanannya, melainkan dari sisi kemanusiaannya. Demikian juga,
perempuan dalam pemikiran Qur’ani, sepantaran dengan lelaki, memiliki potensi
untuk meraih kesempurnaan. Dalam pancaran pengenalan dan amalan, perempuan
dapat mendaki dan melewati tangga-tangga kesempurnaan. Al-Qur’an tatkala bertutur
kata ihwal pelbagai kesempurnaan dan nilai-nilai menjulang yang dicapai manusia,
memperlakukan kaum perempuan sama dan setara dengan kaum lelaki.[3] Al-Qur’an
tidak hanya menegaskan persamaan antara kaum perempuan dan lelaki dalam hakikat
kemanusiaan, bahkan pada asasnya memandangnya sebagai salah satu tanda dan ayat
Ilahi, dan kesamaan ini yang menjadi benih untuk memperoleh ketenangan, harmoni
dan cinta kasih.[4]
Berdasarkan paradigma inilah Imam Khomeini Ra, bapak pendiri Republik Islam
Iran, meyakini persamaan hak-hak azasi manusia antara perempuan dan lelaki. Beliau
dalam hal ini berujar, “Dari sudut pandang hak-hak kemanusiaan, tidak terdapat
perbedaan antara perempuan dan lelaki; karena keduanya adalah manusia. Perempuan
juga memilik hak untuk menentukan nasibnya sebagaimana lelaki, bahkan pada
sebagian perkara terdapat perbedaan antara perempuan dan lelaki yang tidak ada
kaitannya dengan nilai kemanusiaan mereka.”[5]
3. Tidak satu pun riwayat atau khutbah dari Imam Ali As yang menyebutkan bahwa
kaum lelaki lebih tinggi dan unggul atas kaum perempuan baik dari sisi akal atau pun
perasaan.
Apa yang disandarkan kepada Imam Ali As adalah bahwa kaum perempuan lebih
tinggi dan unggul atas kaum lelaki dari sudut pandang perasaan, emosi dan afeksi.
Adapun yang disampaikan Imam Ali As pada khutbah kedelapan puluh (87) Nahj al-
Balâgha, terkait dengan kurangnya akal perempuan dapat dikaji dan ditelusuri dari
beberapa sisi:
Pertama, dengan asumsi bahwa penyandaran riwayat kepada Imam Ali As ini ada
benarnya maka harus harus dikatakan bahwa hal ini bukan merupakan satu hukum
universal dan mencakup seluruh kaum perempuan. Dari dokumen-dokumen sejarah
dapat disimpulkan bahwa khutbah ini berkaitan dengan peristiwa pasca perang Jamal
dan dalam perang ini, Aisyah adalah salah seorang yang berpengaruh di tengah
masyarakat. Sejatinya Thalha dan Zubair memanfaatkan status sosial Aisyah sebagai
istri Rasulullah Saw dan mengusung peperangan melawan pemerintahan sah Baginda
Ali As di Basrah.
Imam Ali pasca kekalahan musuh dan akhir peperangan, menyampaikan khutbah
yang dimaksud dalam mengkritisi perempuan.[6] Karena itu, dengan memperhatikan
beberapa indikasi dan bukti-bukti penting yang menyatakan bahwa Imam Ali As di
sini tidak mengisahkan sebagian khusus perempuan bukan seluruh kaum perempuan
di alam semesta; karena tanpa ragu terdapat perempuan-perempuan teladan dan jenius
serta lebih berakal dari kaum lelaki pada masanya. Siapa yang dapat mengingkari
akal dan taktik kaum perempuan seperti Hadhrat Khadijah Sa, Hadhrat Fatimah As,
Hadhrat Zainab Sa dan para perempuan besar sejarah dalam memajukan Islam dan
perlawanan mereka di samping kaum lelaki dalam memajukan dan meninggikan
kalimat tauhid. Karena itu, bagaimana dapat dikatakan bahwa maksud Imam Ali As
dari khutbah semacam ini adalah mengkritik dan mencela seluruh kaum perempuan
(jenis perempuan)?
Pada khutbah tiga puluh empat (34), Imam Ali As bersabda, “Celakalah kalian (kaum
lelaki)... Kalian tidak menggunakan akal kalian..”[8]
Pada khutbah sembilan puluh tujuh (97), Imam Ali As bersabda, “Wahai orang-orang
yang badan-badannya hadir namun akal-akal mereka gaib (tidak memiliki akal)..”[9]
Dalam khutbah seratus tiga puluh satu (131) disebutkan, “Wahai (manusia dengan)
pikiran-pikiran yang berbeda dan hati yang terpecah, yang jasadnya hadir, tetapi
akalnya tidak...”[10]
Dalam beberapa hal ini, Imam Ali dengan jelas mencela sebagian lelaki dan
memperkenalkan mereka sebagai orang yang kurang akal dan ringan pikirannya.
Sementara terdapat banyak lelaki dan pria alim dari Kufah dan Basrah serta
mempersembahkan banyak ulama kepada dunia Islam.
Dengan kata lain, pelbagai kejadian dan peristiwa sejarah dalam satu tingkatan
tertentu tersedia ruang untuk dipuji dan pada tingkatan lainnya tersedia ruang untuk
mencela dan mengkritisinya.[11] Setelah berlalunya waktu tidak lagi tersisa ruang
untuk memuji juga untuk mencela dan mengkritisi.[12] Karena itu, pelbagai celaan
yang disebutkan dalam Nahj al-Balâgha tentang perempuan atau lelaki Kufah dan
Basrah sebenarnya merupakan satu proposisi personal (qadhiyah syakhshiyah).[13]
Bukti lainnya terdapat riwayat yang disandarkan kepada Imam As terkait dengan
kurangnya akal kebanyakan manusia. Dalam sebuah tuturan, Baginda Ali As
bersabda, “Rasa takjub manusia (ego sentris) kepada dirinya merupakan pertanda
lemah dan kurangnya akalnya.”[14] Dalam hadis ini dan hadis-hadis lainnya,[15] hal-
hal seperti ego sentris, syahwat, mengikut hawa nafsu dan sebagainya dipandang
sebagai faktor penyebab kurangnya akal. Karena itu, mungkin saja penyandaran
kurangnya akal perempuan juga bersumber dari faktor ini. Dan yang dimaksud di sini
adalah adanya beberapa faktor yang menyebabkan kurangnya akal mereka khususnya
pada masa tersebut. Faktor-faktor seperti ini karena tidak bersifat esensial dan bukan
merupakan tabiat wanita maka hal itu dapat dihilangkan dengan pendidikan dan
pengelokan jiwa.
Sejatinya celaan-celaan perempuan seperti ini, tidak berpulang pada inti esensi dan
kuiditas perempuan, sebagaimana pelbagai celaan kepada lelaki tidak berkaitan
dengan inti esensi dan kuiditas mereka. Di samping itu, riwayat-riwayat seperti ini,
pada umumnya memiliki sisi edukatif (pendidikan) dan premonitif (peringatan).
Artinya peringatan kepada kaum lelaki untuk tidak berkepala besar di hadapan
pelbagai instruksi dan keinginan warna-warni perempuan lantaran boleh jadi akan
membuat mereka terjerembab dalam pelbagai kerugian dan konsekuensi buruk
lainnya serta mengandung pesan hingga batasan tertentu bahwa kaum lelaki harus
menjaga mental mandirinya. Terutama pada kondisi-kondisi tertentu, seperti perang
dan pelbagai ketidaknyamanan lantaran mengikuti pikiran dan hawa nafsu akan
menyebabkan terjungkal dan lemahnya mereka. Hal ini sesuai dengan kondisi-kondisi
zaman Amirul Mukminin Ali As.[16]
Kedua, dalam suatu ungkapan dapat dikatakan bahwa akal terdiri dari dua jenis:
Boleh jadi bahwa yang dimaksud oleh Imam Ali As terkait dengan keunggulan akal
kaum lelaki atas kaum perempuan pada akal kalkulatif bukan akal valuatif. Dengan
kata lain, keunggulan yang bersumber dari pelbagai perbedaan yang terdapat pada
pria dan wanita hanyalah pada akal kalkulatif. Adapun akal valuatif yang
menyebabkan kedekatan kepada Allah Swt dan surga dapat diraiih melalui akal
valuatif ini.[17] Karena itu, tidak terdapat perbedaan antara pria dan wanita pada akal
valuatif.[18]
Ketiga, apa pun yang kita ingkari namun kita tidak dapat mengingkari hakikat ini
bahwa antara dua jenis, baik dari sisi ragawi atau pun dari sisi ruhaninya terdapat
banyak perbedaan yang telah banyak dibahas dan diulas pada banyak buku dan kita
tidak akan mengulangnya di sini. Pendeknya dari semua itu bahwa karena perempuan
merupakan basis keberadaan dan kemunculan manusia, perkembangannya juga
berada dalam pangkuan perempuan, lantaran secara ragawi, kondisi fisik perempuan
lebih cocok dan memang telah diciptakan untuk mengandung (hamil), membina dan
mendidik generasi umat manusia selanjutnya. Dari sisi ruhani, perempuan juga
memiliki saham yang lebih banyak pada hal-hal yang berkenaan dengan perasaan dan
afeksi.
Karena itu, kedudukan ibu, pendidikan anak dan pembagian kasih dan cinta di antara
anggota keluarga diserahkan kepada perempuan.[19] Dengan kata lain, sebagaimana
yang telah dijelaskan pada pendahuluan bahwa tidak terdapat perbedaan antara pria
dan wanita dalam masalah identitas nilai-nilai (values) kemanusian. Namun sesuai
dengan tuntutan jenis kelamin mereka beramal secara berbeda-beda. Allah Swt
menciptakan pelbagai entitas berdasarkan hikmah dan sesuai dengan situasi dan
tanggung jawab yang dipikulnya. Pria dan wanita juga tidak terkecualikan dari kaidah
ini.
Pria dan wanita berbeda dari beberapa sisi antara satu dengan yang lain seperti pada
sisi jasmani, psikologi, perasaan dan afeksi. Kecintaan kaum wanita kepada keluarga
dan perhatian bawaannya terhadap institusi keluarga lebih banyak daripada kaum
pria.
Perempuan hatinya lebih lembut ketimbang laki-laki. Sabda Amirul Mukminin Ali
bin Abi Thalib As berbicara tentang perbedaan-perbedaan kejiwaan dan ragawi antara
pria dan wanita. Sejatinya Imam Ali ingin menyampaikan bahwa perasaan-perasaan
perempuan lebih mendominasi ketimbang akalnya yang apabila bukan karena
dominasi perasaan ini maka ia tidak dapat menunaikan tugasnya sebagai seorang ibu
dan dari sisi ini pria berada pada titik berlawanan wanita. Akal pria lebih
mendominasi atas perasaannya dan perbedaan-perbedaan pada penciptaan
berdasarkan hikmah Ilahi. Adanya pelbagai perbedaan ini adalah suatu hal yang
mesti. Karena itu, Baginda Ali As tidak berada pada tataran memberikan kredit poin
kepada salah satunya, melainkan pada konteks memberikan reportase sebuah fakta
penciptaan bahwa perasaan-perasaan dan afeksi-afeksi kendati pada tempatnya
merupakan sesuatu yang ideal namun pada pelbagai pengambilan keputusan yang
menentukan keduanya tidak boleh didengarkan. [IQuest]
[2]. Zan dar Âiyine Jalâl wa Jamâl, Abdullah Jawadi Amuli, hal. 76.
[3]. “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin,
laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang jujur, laki-
laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan
yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang
memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah
telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Qs. Al-Ahzab [33]:35);
“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), “Sesungguhnya
Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau
perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang
yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang
berperang, dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka, dan
pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya sebagai
pahala di sisi Allah. Dan di sisi Allah terdapat pahala yang baik.” (Qs. Ali Imran [3]:195)
[4]. “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di
antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (Qs. Rum [30]:21)