Anda di halaman 1dari 25

AYLA AINAYYAH M

G41116308

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam pemetaan suatu wilayah, baik itu untuk pembukaan lahan baru
maupun pembuatan bangunan pertanian memerlukan pengukuran. Untuk
mendapatkan hasil pemetaan yang baik maka harus dilakukan pengukuran yang
benar dan cara pengukuran yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengukuran yang
dilakukan bertujuan untuk mengetahui situasi maupun beda tinggi suatu titik
dengan titik yang lain yang terdapat di permukaan bumi. Dengan begitu dapat
dilihat bentuk permukaan bumi yang sebenarnya.
Pengukuran yang dilakukan dapat berupa pengukuran profil memanjang
untuk mengukur beda tinggi suatu wilayah maupun pengukuran poligon. Di dalam
proses pemetaan terdapat pengukuran kerangka dasar horisontal atau suatu
pengukuran mendatar untuk mendapatkan jarak, sudut, dan koordinat mendatar
antara titik-titik yang diukur di atas permukaan bumi dan pengukuran kerangka
dasar vertikal atau pengukuran tegak atau pengukuran vertikal untuk mendapatkan
jarak, sudut, dan koordinat tegak antara titik-titik yang diukur serta pengukuran
titik-titik detail.
Titik-titik yang telah diperoleh kerangka dasar horisontal dan vertikal inilah
yang akan membentuk sebuah poligon yang dapat dilihat dengan adanya beberapa
garis-garis yang saling terhubung. Dengan metode poligon, posisi titik yang
belum diketahui koordinatnya ditentukan dari titik yang sudah diketahui
koordinatnya dengan mengukur semua jarak dan sudut yang ada dalam poligon.
Luas lahan juga dapat diukur menggunakan metode poligon yaitu luas poligon
sama dengan luas lahan yang diukur. Dalam pembuatan suatu peta diperlukan
pengukuran di lapangan, pengukuran tersebut dapat dilakukan dengan sistem
poligon yang dilanjutkan dengan pengukuran detail situasi.
Berdasarkan uraian di atas, perlunya dilakukan prakikum mengenai
pengukuran poligon agar dapat mengetahui metode atau prosedur pengukuran
poligon, dapat menggambarkan bentuk poligon dalam hal ini poligon tertutup dari
suatu bentang alam dan menentukan sudut azimuth untuk kepentingan pemetaan
dan pembangunan.

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR 37


AYLA AINAYYAH M
G41116308

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum pengukuran poligon yaitu mahasiswa mengetahui


metode atau prosedur pengukuran poligon, dapat menggambarkan bentuk poligon
dalam hal ini poligon tertutup dari suatu bentang alam dan menentukan sudut
azimuth untuk kepentingan pemetaan dan pembangunan.
Kegunaan dari praktikum profil memanjang agar mahasiswa mampu
mengetahui dan memahami metode atau prosedur pengukuran poligon,
mengetahui cara menggambarkan bentuk poligon dalam hal ini poligon tertutup
dari suatu bentang alam dan mengetahui cara menentukan sudut azimuth untuk
kepentingan pemetaan dan pembangunan, khususnya dalam bidang pertanian.

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR 38


AYLA AINAYYAH M
G41116308

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Global Positioning System (GPS)

Global Positioning System atau GPS merupakan sistem navigasi yang


berbasiskan satelit yang menyediakan informasi koordinat posisi, kecepatan dan
waktu kepada pengguna di seluruh dunia. GPS dikembangkan oleh Departemen
Pertahanan Amerika Serikat (United States Department of Defense). GPS
memungkinkan kita mengetahui posisi geografis (lintang, bujur dan ketinggian di
atas permukaan laut). Jadi, dimanapun kita berada di muka bumi ini kita dapat
mengetahui posisi kita dengan tepat (Sendow, 2012).
GPS (Global Positioning System) adalah sistem radio navigasi dan penentuan
posisi menggunakan 24 satelit yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat
yang dapat digunakan oleh semua orang dengan segala cuaca, serta didesain untuk
memberikan posisi, kecepatan dan waktu secara kontinyu di seluruh dunia.
Kemajuan teknologi penentuan lokasi seperti GPS berkembang pesat dengan
tingkat ketelitian yang semakin presisi, bermacam variasi, semakin murah dan
sangat membantu dalam hal navigasi. Sampai saat ini GPS merupakan alat
penentuan posisi yang paling populer di dunia tanpa dikenakan biaya pemakaian.
Untuk dapat mengetahui posisi seseorang maka diperlukan alat yang diberi nama
GPS reciever yang berfungsi untuk menerima sinyal (Hanafi, 2015).

Gambar 14. Sistem satelit GPS.


(Sumber: Hanafi, 2015).
Dalam penentuan posisi GPS mengacu pada datum global yang disebut WGS
1984 sehingga semua GPS mengacu pada datum yang sama. Sistem koordinat
WGS 1984 mengacu pada sistem koordinat kartesian terikat bumi dimana;
sumbu-X terletak pada bidang meridian nol (Greenwich) dan sumbu-Y tegak
lurus terhadap sumbu-X (Hanafi, 2015).

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR 39


AYLA AINAYYAH M
G41116308

GPS berfungsi sebagai alat navigator dan alat survei untuk penentuan posisi titik
di lapangan. GPS terdiri dari tiga bagian yaitu satelit yang mengorbit bumi (satelit
GPS mengelilingi bumi 2x sehari), stasiun pengendali dan pemantau di bumi, dan
GPS receiver (alat penerima GPS). Satelit GPS dikelola oleh Amerika Serikat.
Alat penerima GPS inilah yang dipakai oleh pengguna untuk melihat koordinat
posisi. Selain itu GPS juga berfungsi untuk menentukan waktu. Ada tiga jenis alat
GPS yaitu (Sendow, 2012):
a. GPS navigasi biasanya memiliki tingkat kesalahan dibawah 10 m (rata-rata
GPS tipe ini memiliki kesalahan 3 sampai dengan 6 m).
b. GPS geodesi single frekuensi biasanya digunakan untuk pemetaan, tingkat
kesalahan dibawah 1 m.
c. GPS geodetik dual frekuensi memiliki tingkat ketelitian yang tinggi dan
tingkat kesalahannya di bawah 1 cm. GPS geodesi dual frekuensi digunakan
untuk mengukur pergerakan tanah.
GPS atau Global Positioning System merupakan sebuah alat atau sistem yang
dapat digunakan untuk menginformasikan penggunanya dimana dia berada
(secara global) di permukaan bumi yang berbasiskan satelit. Data dikirim dari
satelit berupa sinyal radio berupa data digital. Dimanapun anda berada, maka GPS
bisa membantu menunjukkan arah selama anda melihat langit. Layanan GPS ini
tersedia gratis, bahkan tidak perlu mengeluarkan biaya apapun kecuali membeli
GPS recierver-nya. GPS adalah sistem navigasi yang berbasiskan satelit yang
saling berhubungan yang berada di orbitnya (Afrizal dkk, 2013).

2.2. Posisi dan Koordinat

Posisi suatu titik biasanya dinyatakan dengan koordinat (dua dimensi atau
tiga dimensi) yang mengacu pada suatu sistem koordinat tertentu. Pada umumnya,
posisi suatu titik dinyatakan dalam sistem koordinat geografi. Lokasi suatu titik
umumnya ditentukan oleh garis lintang dan bujur untuk posisi dua dimensi,
sedangkan untuk lokasi 3 dimensi ditambah parameter ketinggian. Posisi suatu
titik di permukaan bumi umumnya ditetapkan dalam suatu sistem koordinat
teristris. Titik nol dari sistem koordinat teristris ini dapat berlokasi di titik pusat
massa bumi maupun di salah satu titik di permukaan bumi (Sendow, 2012).

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR 40


AYLA AINAYYAH M
G41116308

Sistem koordinat adalah metode numerik untuk merepresentasikan lokasi


pada permukaan bumi. Sebagain besar biasanya menggunakan derajat latitude dan
longitude yang diekpresikan dalam bentuk degree, minutes dan seconds. Latitude
(Lat) adalah sudut antara titik dan garis equator. Equator adalah garis imaginer
yang membelah permukaan bumi menjadi dua bagian yaitu utara dan selatan.
Garis equator adalah letak 00 latitude. Latitude bernilai dari 00 di equator sampai
900 N atau 900 S ke kutub (Hanafi, 2015).
Koordinat bumi dapat menggunakan koordinat longitude (garis bujur) dan
latitude (garis lintang), sedangkan posisi suatu objek adalah perpotongan antara
longitude dan latitude. Longitude adalah sudut yang diukur dari titik arbitrasi (The
Royal Observatory, Greenwich) sekaligus menjadi titik nol longitude (longitude =
00). Nilai longitude dari 00 sampai 1800 W atau 1800 E. Dengan
mengkombinasikan dua sudut (longitude dan latitude) tersebut, maka posisi di
bumi dapat di ketahui dengan spesifik. Latitude diukur dari equator, dengan nilai
positif jika di sebelah utara equator dan negatif jika disebelah selatan equator.
Longitude diukur dari Prime Meridian (Greenwich), dengan nilai positif jika
berada di sebelah timur dan negatif jika disebelah barat Greenwich (Hanafi,
2015).

Gambar 15. Sistem koordinat bumi.


(Sumber: Hanafi, 2015).
2.3. Pengukuran Poligon

Metode poligon adalah salah satu cara penentuan posisi horisontal banyak
titik dimana titik satu dengan lainnya dihubungkan satu sama lain dengan
pengukuran sudut dan jarak sehingga membentuk rangkaian titik yang tersambung
satu sama lain atau disebut poligon (Lestari dkk, 2014).
Pada poligon ada dua macam pengikatan pada titk-titik ujungnya, yaitu
pengikatan azimuth dan pengikatan posisi (koordinat). Untuk dapat membuat gambar

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR 41


AYLA AINAYYAH M
G41116308

poligon yang baik dan akurat, mengacu dari hasil dari pengukuran sudut dan jarak
menggunakan theodolite digital dan manual perlu ditentukan besar sudut dalam
dan koordinat poligon yang kemudian dituangkan dalam bentuk gambar poligon.
Dilihat dari bentuknya, poligon dapat dibagi menjadi tiga, yaitu (Suhendra, 2011):
a. Poligon terbuka, poligon yang titik awal dan titik akhirnya merupakan titik
yang berlainan.

Gambar 16. Poligon terbuka.


(Sumber : Suhendra, 2011).

b. Poligon tertutup, poligon yang bermula dan berakhir pada suatu titik yang
sama.

Gambar 17. Poligon tertutup.


(Sumber : Suhendra, 2011).

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR 42


AYLA AINAYYAH M
G41116308

c. Poligon bercabang, poligon yang mempunyai satu atau lebih titik simpul,
yaitu titik tempat terbentuknya cabang.

Gambar 18. Poligon bercabang.


(Sumber : Suhendra, 2011).
Menurut Lestari dkk (2014), adapun macam-macam poligon yaitu:
2.3.1. Poligon Tertutup
Poligon tertutup adalah poligon yang titik awal dan akhirnya menjadi satu.
Poligon tertutup ini hanya membutuhkan satu titik kontrol yang sudah diketahui
koordinatnya yaitu titik awal yang sekaligus digunakan sebagai titik akhir
poligon, sudut jurusan sisi awal akan sama dengan sudut jurusan akhirnya. Syarat
sudut ukuran sebagai berikut:
Σβ = (n-2) x 180 – Fβ apabila sudut dalam..........................(13)
Σβ = (n+2) x 180 – Fβ apabila sudut luar...........................(14)
keterangan:
Σβ = jumlah sudut ukuran (o),
n = jumlah titik pengukuran dan
Fβ = kesalahan penutup sudut ukuran (o).
2.3.2. Poligon Terbuka Terikat Sempurna
Poligon terbuka terikat sempurna pada titik awal dan titik akhirnya dengan
dua titik diawal dan dua titik di akhir poligon. Syarat Geometri sudut :
α akhir – α awal = Σβ – n x 180 – Fβ.................................(15)
hitung salah penutup sudut :
Fβ = (Σβ – n x 180) – (α akhir– α awal)...............................(16)
keterangan:
Σβ = jumlah sudut ukuran (o),

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR 43


AYLA AINAYYAH M
G41116308

n = jumlah titik pengukuran,


Fβ = kesalahan penutup sudut ukuran (o) dan
α = sudut azimuth (o).
2.3.3. Poligon Terbuka Terikat Koordinat
Poligon terbuka terikat koordinat adalah poligon yang diikat dengan satu titik
kontrol di awal dan satu titik kontrol diakhir jalur pengukuran. Data pengukuran
yang biasa diambil pada saat pengukuran dilapangan adalah jarak dan sudut.
2.3.4. Ketelitian Poligon Bowditch
Ketelitian hasil pengukuran poligon jika diolah dengan metode Bowditch
adalah dengan melihat besarnya kesalahaan penutup sudut dan kesalahan absis
dan ordinat. Ketelitian linear dari pengukuran poligon dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:

√Fx2 +Fy2
KL= ∑d
................................................(17)

keterangan:
KL = ketelitian linear,
Fx = kesalahan absis,
Fy = kesalahan ordinat dan
d = jarak atau sisi poligon.

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR 44


AYLA AINAYYAH M
G41116308

III. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Waktu dan Tempat

Pengambilan data praktikum poligon dilaksanakan pada hari Sabtu, 28


Oktober 2017 pukul 09.00 WITA sampai selesai. Bertempat di Lapangan Fakultas
Ilmu Kelautan dan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Pengolahan data praktikum poligon dilaksanakan pada hari Rabu, 1
November 2017 pukul 07.30 WITA sampai selesai. Bertempat di Laboratorium
Teknik Tanah dan Air, Program Studi Keteknikan Pertanian, Departemen
Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum poligon yaitu theodolite NE 102, kaki
tiga, bak ukur, meteran, patok, Global Positioning System (GPS) dan payung.
Bahan yang di gunakan yaitu kertas A2 dan sebidang tanah.

3.3. Prosedur Percobaan

Prosedur percobaan yang dilaksanakan pada praktikum poligon yaitu sebagai


berikut:
1) Menentukan dan menancapkan patok pada titik BM, P1, P2, P3, P4, P5 dan
P6.
2) Mengukur jarak setiap titik yang telah ditentukan.
3) Memasang kaki tiga dan theodolite di atas titik BM dan melakukan
penyetelan alat.
4) Mengukur tinggi alat dengan meteran kemudian membaca titik koordinat.
5) Mengkalibrasi GPS kemudian membaca titik koordinatnya,memutar
theodolite ke utara dan membaca nilai UTM.
6) Mengatur sudut vertikal 90°, lalu kunci.
7) Memutar teropong dan mengarahkan ke titik P1, membaca dan mencatat
sudut horisontal(sudut azimuth).
8) Membaca batas tengah (BT).
9) Memindahkan alat ke titik P1 kemudian memutar theodolite ke arah utara.

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR 45


AYLA AINAYYAH M
G41116308

10) Menembak titik P2 kemudian membaca dan mencatat sudut horisontalnya


(sudut azimuth).
11) Menembak titik P6 kemudian membaca dan mencatat sudut horisontalnya
(sudut azimuth).
12) Memindahkan alat ke titik P2 kemudian memutar theodolite ke arah utara.
13) Menembak titik P3 kemudian membaca dan mencatat sudut horisontalnya
(sudut azimuth).
14) Menembak titik P1 kemudian membaca dan mencatat sudut horisontalnya
(sudut azimuth).
15) Memindahkan alat ke titik P3 kemudian memutar theodolite ke arah utara.
16) Menembak titik P4 kemudian membaca dan mencatat sudut horisontalnya
(sudut azimuth).
17) Menembak titik P2 kemudian membaca dan mencatat sudut horisontalnya
(sudut azimuth).
18) Memindahkan alat ke titik P4 kemudian memutar theodolite ke arah utara.
19) Menembak titik P5 kemudian membaca dan mencatat sudut horisontalnya
(sudut azimuth).
20) Menembak titik P3 kemudian membaca dan mencatat sudut horisontalnya
(sudut azimuth).
21) Memindahkan alat ke titik P5 kemudian memutar theodolite ke arah utara.
22) Menembak titik P6 kemudian membaca dan mencatat sudut horisontalnya
(sudut azimuth).
23) Menembak titik P4 kemudian membaca dan mencatat sudut horisontalnya
(sudut azimuth).
24) Memindahkan alat ke titik P6 kemudian memutar theodolite ke arah utara.
25) Menembak titik P1 kemudian membaca dan mencatat sudut horisontalnya
(sudut azimuth).
26) Menembak titik P5 kemudian membaca dan mencatat sudut horisontalnya
(sudut azimuth).

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR 46


AYLA AINAYYAH M
G41116308

3.4. Rumus yang Digunakan

Persamaan yang digunakan pada praktikum ini yaitu sebagai berikut :


a. Konversi sudut azimuth:
Pn -Pn+1 ...................................................(18)
b. Menentukan sudut dalam:
αP1= P1 P6 - P1 P2 …..............……………...(19)
αP2= P2 P1 - P2 P3 …..............……………...(20)
αP3= P3 P2 - P3 P4 ….............…….………...(21)
αP4= P4 P3 - P4 P5 ….............……..…...…...(22)
αP5= (360 - P5 P6 ) + P5 P4 …….....….…...…...(23)
αP6= (360 - P6 P5 ) + P6 P1 ...……...…………...(24)
c. Menghitung Departure:
D = x Sin α ...............................................(25)
d. Menghitung Latitude:
D = x Cos α...............................................(26)

e. Menghitung Correction Departure:


∑D
Cr D = − ( ∑X ) X........................................(27)

f. Menghitung Correction Latitude:


∑L
Cr L = − (∑X) X .......................................(28)

g. Menghitung Departure Correction:


D Cr = D + Cr D ..........................................(29)
h. Menghitung Latitude Correction:
L Cr = L + Cr L ...........................................(30)
i. Menghitung koordinat tinggi di sumbu X:

X = 10000 + D Cr..........................................(31)
j. Menghitung koordinat di sumbu Y:

Y = 5000 + L Cr...........................................(32)

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR 47


AYLA AINAYYAH M
G41116308

k. Menghitung luas polygon:

1
A= ( ∑ Plus Product- ∑ Plus Product) ......................(33)
2

keterangan:
α = sudut dalam (°),
P = titik patok,
x = jarak antar titik (m),
D = departure (m),
L = latitude (m),
D Cr = departure correction (m),
L Cr = latitude correction (m),
Cr D = correction departure (m),
Cr L = correction latitude (m),
X = koordinat X titik (m),
Y = koordinat Y titik (m) dan
A = luas poligon (m2).

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR 48


AYLA AINAYYAH M
G41116308

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR 49


AYLA AINAYYAH M
G41116308

4.2. Pembahasan

Pada praktikum poligon dilakukan pengukuran luas suatu lahan


menggunakan metode poligon yaitu dengan membuat sebuah poligon di sebidang
tanah dan mengukur jarak antar titik (P1, P2, P3, P4, P5 dan P6), mengukur tinggi
alat, mengukur sudut azimuth dan koordinat suatu titik menggunakan alat
penyipat datar theodolite dan Global Positioning System (GPS). Pengukuran jarak
antar titik dan tinggi alat dapat dilakukan dengan menggunakan meteran. Pada
pengukuran sudut azimuth dan koordinat suatu titik dilakukan menggunakan
theodolite dan GPS. Suatu poligon dapat dicari luasannya dengan mencari sudut
dalam, departure, latitude, koordinat X dan koordinat Y menggunakan data yang
telah diambil di lapangan. Sudut dalam dapat dicari menggunakan sudut azimuth
dan departure dan latitude dapat dicari menggunakan sudut dalam serta koordinat
X dan Y dicari menggunakan departure dan latitude. Dari hasil pengukuran dan
pengolahan data didapatkan titik koordinat X P1, P2, P3, P4, P5, P6 berturut-turut
yaitu 10004,20085 m; 10004,28256 m; 10002,08245 m; 10004,788 m;
9981,440958 m dan 10003,20519 m. Koordinat Y P1, P2, P3, P4, P5, P6
berturut-turut yaitu 4995,157724 m; 4999,64963 m; 4992,941983 m; 5002,179195
m, 4990,143594 m dan 5019,927875 m. Berdasarkan titik koordinat tersebut
didapatkan luas poligon yaitu 126181,4481 m2. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Lestari dkk (2014), bahwa metode poligon adalah salah satu cara penentuan posisi
horisontal banyak titik dimana titik satu dengan lainnya dihubungkan satu sama
lain dengan pengukuran sudut dan jarak sehingga membentuk rangkaian titik atau
poligon.
Dari hasil pengukuran di lapangan dan pengolahan data, terdapat kesalahan
yang terjadi. Hal ini dapat dilihat pada nilai koreksi departure dan koreksi latitude
yang sangat besar. Kesalahan dapat terjadi karena kondisi topografi suatu wilayah,
kesalahan pada surveyor yang salah dalam membaca dan pengalibrasuan GPS
maupun theodolite atau kesalahan dalam penulisan data hasil pengamatan.
Kesalahan yang terjadi dapat menghasilkan poligon yang sebenarnya tertutup
menjadi poligon terbuka baik secara geografis maupun terbuka secara matematis
karena titik awal berbeda dengan titik akhir. Hal ini sesuai dengan Lestari dkk
(2014), bahwa poligon tertutup adalah poligon yang titik awal dan akhirnya

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR 50


AYLA AINAYYAH M
G41116308

menjadi satu. Poligon tertutup ini hanya membutuhkan satu titik kontrol yang
sudah diketahui koordinatnya yaitu titik awal yang sekaligus digunakan sebagai
titik akhir poligon, sudut jurusan sisi awal akan sama dengan sudut jurusan
akhirnya.

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR 51


AYLA AINAYYAH M
G41116308

V. PENUTUP

Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa metode
pengukuran poligoon bertujuan untuk mengukur luasan suatu wilayah yang
bentuknya tidak beraturan. Data hasil pengamatan yang telah diolah menunjukkan
adanya kesalahan pada saat pengkuran, hal ini dapat dilihat dari besarnya nilai
koreks departure dan latitude. Keselahan tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu kondisi topografi yang ada di lapangan berbeda-beda. Selain itu,
terjadi kesalahan pada surveyor yang salah dalam membaca dan mengalibrasi
GPS maupun theodolite atau kesalahan dalam penulisan data hasil pengamatan.

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR 52


AYLA AINAYYAH M
G41116308

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal, Anjik, S. dan Teguh, S. 2013. Android Personnel Monitoring Location


pada Institusi Kepolisian Berbasis Web. Sekolah Tinggi Manajemen
Informatika dan Komputer STIKOM: Surabaya.

Hanafi. 2015. Aplikasi Pemantauan Keberadaan Lokasi dan Kecepatan pada


Kendaraan dengan Menggunakan Teknologi Mobile Data dan Gps dengan
Digitalisasi Peta. Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer
AMIKOM: Yogyakarta.

Lestari, ES., Muhammad, S. dan Bambang, DY. 2014. Pembuatan Program


Perataan Parameter Jaring Poligon dengan Menggunakan Visual Basic For
Application (VBA) Microsoft Excel. Universitas Diponegoro: Semarang.

Sendow, TK. dan Jefferson, L. 2012. Studi Pemetaan Peta Kota (Studi Kasus Kota
Manado). Universitas Sam Raturangi: Manado.

Suhendra, A. 2011. Studi Perbandingan Hasil Pengukuran Alat Teodolit Digital


dan Manual: Studi Kasus Pemetaan Situasi Kampus Kijang. Universitas
Bina Nusantara: Jakarta Barat.

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR 53


AYLA AINAYYAH M
G41116308

LAMPIRAN

Lampiran 6. Tabel Hasil Pengukuran

Tabel 12. Data hasil pengukuran poligon


Tinggi Batas
Titik Sudut Jarak
Titik Alat Tengah Koordinat
Bidik Azimuth (m)
(m) (m)
x = 05°07'43,3"
BM P1 1,26 137°54'00" 9,87 1,31
y = 119°29'04,8"
x = 05°07'43,6"
P2 17°15'10" 18,65 1,19
y = 119°29'04,7"
P1 1,37
x = 05°07'43,6"
P6 134°34'50" 24,65 1,83
y = 119°29'04,7"
x = 05°07'43,2"
P3 114°53'00" 13,76 1,41
y = 119°29'05,0"
P2 1,36
x = 05°07'43,2"
P1 217°52'50" 18,65 1,48
y = 119°29'05,0"
x = 05°07'43,3"
P4 145°03'40" 16,88 1,29
y = 119°29'05,6"
P3 1,34
x = 05°07'43,3"
P2 273°12'00" 13,76 1,235
y = 119°29'05,6"
x = 05°07'43,9"
P5 232°47'30" 14,26 1,57
y = 119°29'05,8"
P4 1,34
x = 05°07'43,9"
P3 325°27'50" 16,88 1,35
y = 119°29'05,8"
x = 05°07'44,2"
P6 196°31'10" 15,39 1,675
y = 119°29'05,4"
P5 1,37
x = 05°07'44,2"
P4 49°23'30" 14,26 1,12
y = 119°29'05,4"
x = 05°07'44,4"
P1 326°11'10" 24,65 1,81
y = 119°29'05,3"
P6 1,36
x = 05°07'44,4"
P5 18°40'10" 15,39 1,01
y = 119°29'05,3"

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR 54


AYLA AINAYYAH M
G41116308

Lampiran 7. Perhitungan

A. Konversi Sudut Azimuth


1. P1P2 = 17°15’10”
15 10
= 17+ +
60 3600
P1P2 = 17,25277778°
2. P1P6 = 134°34’50”
34 50
= 134+ +
60 3600
P1P6 = 134,5805556°
3. P2P3 = 114°53’00”
53 00
= 114+ +
60 3600
P2P3 = 114,8833333°
4. P2P1 = 217°52’50”
52 50
= 217+ +
60 3600
P2P1 = 217,8805556°
5. P3P4 = 145°03’40”
3 40
= 144+ +
60 3600
P3P4 = 145,0611111°
6. P3P2 = 273°12’00”
12 00
= 273+ +
60 3600
P3P2 = 273,2°
7. P4P5 = 232°47’30”
47 30
= 232+ +
60 3600
P4P5 = 232,7916667°
8. P4P3 = 325°27’50”
27 50
= 325+ +
60 3600
P4P3 = 325,4638889°

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR 55


AYLA AINAYYAH M
G41116308

9. P5P6 = 196°31’10”
31 10
= 196+ +
60 3600
P5P6 = 196,5194444°
10. P5P4 = 49°23’30”
23 30
= 49+ +
60 3600
P5P4 = 49,39166667°
11. P6P1 = 326°11’10”
11 10
= 326+ +
60 3600
P6P1 = 326,1861111°
12. P6P5 = 18°40’10”
40 10
= 18+ +
60 3600
P6P5 = 18,66944444°
B. Menentukan Sudut Dalam
1. αP1 = P1P6 – P1P2
= 134,5805556° - 17,25277778°
αP1 = 117,3277778°
2. αP2 = P2P1 – P2P3
= 217,8805556° - 114,8833333°
αP2 = 102,9972222°
3. αP3 = P3P2 – P3P4
= 273,2° - 145,0611111°
αP3 = 128,1388889°
4. αP4 = P4P3 – P4P5
= 325,4638889° - 232,7916667°
αP4 = 92,67222222°
5. αP5 = (360° - P5P6) + P5P4
= (360° - 196,5194444°) + 49,39166667°
αP5 = 212,8722222°
6. αP6 = (360° - P6P1) + P6P5

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR 56


AYLA AINAYYAH M
G41116308

= (360° - 326,1861111°) + 18,66944444°


αP6 = 52,48333333°
C. Menentukan Departure
D = x sin α
1. D P1 = 18,65 sin 117,3277778°
D P1 = 16,5685624 m
2. D P2 = 13,76 sin 102,9972222°
D P2 = 13,4074821 m
3. D P3 = 16,88 sin 128,1388889°
D P3 = 13,2763907 m
4. D P4 = 14,26 sin 92,67222222°
D P4 = 14,2444936 m
5. D P5 = 15,39 sin 212,8722222°
D P5 = -8,3531892 m
6. D P6 = 24,65 sin 52,48333333°
D P6 = 19,551794 m
D. Menentukan Latitude
L = x cos α
1. L P1 = 18,65 cos 117,3277778°
L P1 = -8,56184786 m
2. L P2 = 13,76 cos 102,9972222°
L P2 = -3,0946765 m
3. L P3 = 16,88 cos 128,1388889°
L P3 = -10,4245792 m
4. L P4 = 14,26 cos 92,67222222°
L P4 = -0,66483214 m
5. L P5 = 15,39 cos 212,8722222°
L P5 = -12,925801 m
6. L P6 = 24,65 cos 52,48333333°
L P6 = 15,01165725 m
E. Koreksi Departure
∑D
Cr D= - ( ∑ x ) x

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR 57


AYLA AINAYYAH M
G41116308

68,6955336
1. Cr D P1 = - ( ) × 18,65 = -12,3677 m
103,59
68,6955336
2. Cr D P2 = - ( ) × 13,76 = -9,12492 m
103,59
68,6955336
3. Cr D P3 = - ( ) × 16,88 = -11,1939 m
103,59
68,6955336
4. Cr D P4 = - ( ) × 14,26 = -9,45649 m
103,59
68,6955336
5. Cr D P5 = - ( ) × 15,39 = -10,2059 m
103,59
68,6955336
6. Cr D P6 = - ( ) × 24,65 = -16,3466 m
103,59

F. Koreksi Latitude
∑L
Cr L= - ( ∑ x ) x
-20,6600794
1. Cr L P1 = - ( ) × 18,65 = 3,7196 m
103,59
-20,6600794
2. Cr L P2 = - ( ) × 13,76 = 2,7443 m
103,59
-20,6600794
3. Cr L P3 = - ( ) × 16,88 = 3,3666 m
103,59
-20,6600794
4. Cr L P4 = - ( ) × 14,26 = 2,844 m
103,59
-20,6600794
5. Cr L P5 = - ( ) × 15,39 = 3,0694 m
103,59
-20,6600794
6. Cr L P6 = - ( ) × 24,65 = 4,9162 m
103,59

G. Departure Koreksi
D Cr = D + Cr D
1. D Cr P1 = 16,5685624 + (-12,3667) = 4,20084642 m
2. D Cr P2 = 13,4074821 + (-9,12492) = 4,28256137 m
3. D Cr P3 = 13,2763907 + (-11,1939) = 2,08244715 m
4. D Cr P4 = 14,2444936 + (-9,45649) = 4,78799868 m
5. D Cr P5 = -8,3531892 + (-10,2059) = -18,5590417 m
6. D Cr P6 = 19,551794 + (-16,3466) = 3,20518806 m
H. Latitude Koreksi
L Cr = L + Cr L
1. L Cr P1 = (-8,56184786) + 3,7196 = -4,8423 m
2. L Cr P2 = (-3,0946765) + 2,7443 = -0,3504 m

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR 58


AYLA AINAYYAH M
G41116308

3. L Cr P3 = (-10,4245792) + 3,3666 = -7,058 m


4. L Cr P4 = (-0,66483214) + 2,844 = 2,1792 m
5. L Cr P5 = (-12,925801) + 3,0694 = -9,8564 m
6. L Cr P6 = 15,01165725 + 4,9162 = 19,928 m
I. Menentukan Koordinat X
X = 10000 + D Cr
1. X P1 = 10000 + 4,20084642 = 10004,20084642 m
2. X P2 = 10000 + 4,28256137 = 10004,28256137 m
3. X P3 = 10000 + 2,08244715 = 10002,08244715 m
4. X P4 = 10000 + 4,78799868 = 10004,78799868 m
5. X P5 = 10000 + (-18,5590417) = 9981,440958 m
6. X P6 = 10000 + 3,20518806 = 10003,20518806 m
J. Menentukan Koordinat Y
Y = 5000 + L Cr
1. Y P1 = 5000 + (-4,8423 ) = 4995,157724 m
2. Y P2 = 5000 + (-0,3504 ) = 4999,64963 m
3. Y P3 = 5000 + (-7,058 ) = 4992,941983 m
4. Y P4 = 5000 + 2,1792 = 5002,179195 m
5. Y P5 = 5000 + (-9,8564) = 4990,143594 m
6. Y P6 = 5000 + 19,928 = 5019,927875 m
K. Menghitung Luas Poligon
1
A = 2 ((X P1 × Y P2) + (X P2 × Y P3) + (X P3 × Y P4) + (X P4 × Y P5)

+ (X P5 × Y P6)) – ((Y P1 × X P2) + (Y P2 × X P3) + (Y P3 × X P4) + (Y P4 × X


P5) + (Y P5 × X P6))
1
A = 2 ((10004,20084642 × 4999,64963) + (10004,28256137 × 4992,941983) +

(10002,08244715 × 5002,179195) + (10004,78799868 × 4990,143594) +


(9981,440958 × 5019,927875)) – ((4995,157724 × 10004,28256137) +
(4999,64963 × 10002,08244715) + (4992,941983 × 10004,78799868) +
(5002,179195 × 9981,440958) + (4990,143594 × 10003,20518806))
A = 126181,4481 m2

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR 59


AYLA AINAYYAH M
G41116308

Lampiran 8. Denah Lokasi Pengukuran Poligon


U

1 2 3

5 6 8
9

Gambar 19. Denah lokasi pengukuran poligon.

keterangan:
1. Politeknik Negeri Ujung Pandang.
2. Mesjid Politeknik Negeri Ujung Pandang.
3. Kandang rusa.
4. Jalanan pintu 1.
5. Fakultas Peternakan.
6. Jalan ke Fakultas Peternakan.
7. Lapangan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan.
8. Gedung Pasca Sarjana.
9. Lokasi pengukuran poligon.

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR 60


AYLA AINAYYAH M
G41116308

Lampiran 9. Dokumentasi

Gambar 20. Dokumentasi saat pengukuran tinggi alat.

Gambar 21. Dokumentasi saat pengambilan data.

LABORATORIUM TEKNIK TANAH DAN AIR 61

Anda mungkin juga menyukai