G41116308
I. PENDAHULUAN
Dalam pemetaan suatu wilayah, baik itu untuk pembukaan lahan baru
maupun pembuatan bangunan pertanian memerlukan pengukuran. Untuk
mendapatkan hasil pemetaan yang baik maka harus dilakukan pengukuran yang
benar dan cara pengukuran yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengukuran yang
dilakukan bertujuan untuk mengetahui situasi maupun beda tinggi suatu titik
dengan titik yang lain yang terdapat di permukaan bumi. Dengan begitu dapat
dilihat bentuk permukaan bumi yang sebenarnya.
Pengukuran yang dilakukan dapat berupa pengukuran profil memanjang
untuk mengukur beda tinggi suatu wilayah maupun pengukuran poligon. Di dalam
proses pemetaan terdapat pengukuran kerangka dasar horisontal atau suatu
pengukuran mendatar untuk mendapatkan jarak, sudut, dan koordinat mendatar
antara titik-titik yang diukur di atas permukaan bumi dan pengukuran kerangka
dasar vertikal atau pengukuran tegak atau pengukuran vertikal untuk mendapatkan
jarak, sudut, dan koordinat tegak antara titik-titik yang diukur serta pengukuran
titik-titik detail.
Titik-titik yang telah diperoleh kerangka dasar horisontal dan vertikal inilah
yang akan membentuk sebuah poligon yang dapat dilihat dengan adanya beberapa
garis-garis yang saling terhubung. Dengan metode poligon, posisi titik yang
belum diketahui koordinatnya ditentukan dari titik yang sudah diketahui
koordinatnya dengan mengukur semua jarak dan sudut yang ada dalam poligon.
Luas lahan juga dapat diukur menggunakan metode poligon yaitu luas poligon
sama dengan luas lahan yang diukur. Dalam pembuatan suatu peta diperlukan
pengukuran di lapangan, pengukuran tersebut dapat dilakukan dengan sistem
poligon yang dilanjutkan dengan pengukuran detail situasi.
Berdasarkan uraian di atas, perlunya dilakukan prakikum mengenai
pengukuran poligon agar dapat mengetahui metode atau prosedur pengukuran
poligon, dapat menggambarkan bentuk poligon dalam hal ini poligon tertutup dari
suatu bentang alam dan menentukan sudut azimuth untuk kepentingan pemetaan
dan pembangunan.
GPS berfungsi sebagai alat navigator dan alat survei untuk penentuan posisi titik
di lapangan. GPS terdiri dari tiga bagian yaitu satelit yang mengorbit bumi (satelit
GPS mengelilingi bumi 2x sehari), stasiun pengendali dan pemantau di bumi, dan
GPS receiver (alat penerima GPS). Satelit GPS dikelola oleh Amerika Serikat.
Alat penerima GPS inilah yang dipakai oleh pengguna untuk melihat koordinat
posisi. Selain itu GPS juga berfungsi untuk menentukan waktu. Ada tiga jenis alat
GPS yaitu (Sendow, 2012):
a. GPS navigasi biasanya memiliki tingkat kesalahan dibawah 10 m (rata-rata
GPS tipe ini memiliki kesalahan 3 sampai dengan 6 m).
b. GPS geodesi single frekuensi biasanya digunakan untuk pemetaan, tingkat
kesalahan dibawah 1 m.
c. GPS geodetik dual frekuensi memiliki tingkat ketelitian yang tinggi dan
tingkat kesalahannya di bawah 1 cm. GPS geodesi dual frekuensi digunakan
untuk mengukur pergerakan tanah.
GPS atau Global Positioning System merupakan sebuah alat atau sistem yang
dapat digunakan untuk menginformasikan penggunanya dimana dia berada
(secara global) di permukaan bumi yang berbasiskan satelit. Data dikirim dari
satelit berupa sinyal radio berupa data digital. Dimanapun anda berada, maka GPS
bisa membantu menunjukkan arah selama anda melihat langit. Layanan GPS ini
tersedia gratis, bahkan tidak perlu mengeluarkan biaya apapun kecuali membeli
GPS recierver-nya. GPS adalah sistem navigasi yang berbasiskan satelit yang
saling berhubungan yang berada di orbitnya (Afrizal dkk, 2013).
Posisi suatu titik biasanya dinyatakan dengan koordinat (dua dimensi atau
tiga dimensi) yang mengacu pada suatu sistem koordinat tertentu. Pada umumnya,
posisi suatu titik dinyatakan dalam sistem koordinat geografi. Lokasi suatu titik
umumnya ditentukan oleh garis lintang dan bujur untuk posisi dua dimensi,
sedangkan untuk lokasi 3 dimensi ditambah parameter ketinggian. Posisi suatu
titik di permukaan bumi umumnya ditetapkan dalam suatu sistem koordinat
teristris. Titik nol dari sistem koordinat teristris ini dapat berlokasi di titik pusat
massa bumi maupun di salah satu titik di permukaan bumi (Sendow, 2012).
Metode poligon adalah salah satu cara penentuan posisi horisontal banyak
titik dimana titik satu dengan lainnya dihubungkan satu sama lain dengan
pengukuran sudut dan jarak sehingga membentuk rangkaian titik yang tersambung
satu sama lain atau disebut poligon (Lestari dkk, 2014).
Pada poligon ada dua macam pengikatan pada titk-titik ujungnya, yaitu
pengikatan azimuth dan pengikatan posisi (koordinat). Untuk dapat membuat gambar
poligon yang baik dan akurat, mengacu dari hasil dari pengukuran sudut dan jarak
menggunakan theodolite digital dan manual perlu ditentukan besar sudut dalam
dan koordinat poligon yang kemudian dituangkan dalam bentuk gambar poligon.
Dilihat dari bentuknya, poligon dapat dibagi menjadi tiga, yaitu (Suhendra, 2011):
a. Poligon terbuka, poligon yang titik awal dan titik akhirnya merupakan titik
yang berlainan.
b. Poligon tertutup, poligon yang bermula dan berakhir pada suatu titik yang
sama.
c. Poligon bercabang, poligon yang mempunyai satu atau lebih titik simpul,
yaitu titik tempat terbentuknya cabang.
√Fx2 +Fy2
KL= ∑d
................................................(17)
keterangan:
KL = ketelitian linear,
Fx = kesalahan absis,
Fy = kesalahan ordinat dan
d = jarak atau sisi poligon.
Alat yang digunakan pada praktikum poligon yaitu theodolite NE 102, kaki
tiga, bak ukur, meteran, patok, Global Positioning System (GPS) dan payung.
Bahan yang di gunakan yaitu kertas A2 dan sebidang tanah.
X = 10000 + D Cr..........................................(31)
j. Menghitung koordinat di sumbu Y:
Y = 5000 + L Cr...........................................(32)
1
A= ( ∑ Plus Product- ∑ Plus Product) ......................(33)
2
keterangan:
α = sudut dalam (°),
P = titik patok,
x = jarak antar titik (m),
D = departure (m),
L = latitude (m),
D Cr = departure correction (m),
L Cr = latitude correction (m),
Cr D = correction departure (m),
Cr L = correction latitude (m),
X = koordinat X titik (m),
Y = koordinat Y titik (m) dan
A = luas poligon (m2).
4.2. Pembahasan
menjadi satu. Poligon tertutup ini hanya membutuhkan satu titik kontrol yang
sudah diketahui koordinatnya yaitu titik awal yang sekaligus digunakan sebagai
titik akhir poligon, sudut jurusan sisi awal akan sama dengan sudut jurusan
akhirnya.
V. PENUTUP
Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa metode
pengukuran poligoon bertujuan untuk mengukur luasan suatu wilayah yang
bentuknya tidak beraturan. Data hasil pengamatan yang telah diolah menunjukkan
adanya kesalahan pada saat pengkuran, hal ini dapat dilihat dari besarnya nilai
koreks departure dan latitude. Keselahan tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu kondisi topografi yang ada di lapangan berbeda-beda. Selain itu,
terjadi kesalahan pada surveyor yang salah dalam membaca dan mengalibrasi
GPS maupun theodolite atau kesalahan dalam penulisan data hasil pengamatan.
DAFTAR PUSTAKA
Sendow, TK. dan Jefferson, L. 2012. Studi Pemetaan Peta Kota (Studi Kasus Kota
Manado). Universitas Sam Raturangi: Manado.
LAMPIRAN
Lampiran 7. Perhitungan
9. P5P6 = 196°31’10”
31 10
= 196+ +
60 3600
P5P6 = 196,5194444°
10. P5P4 = 49°23’30”
23 30
= 49+ +
60 3600
P5P4 = 49,39166667°
11. P6P1 = 326°11’10”
11 10
= 326+ +
60 3600
P6P1 = 326,1861111°
12. P6P5 = 18°40’10”
40 10
= 18+ +
60 3600
P6P5 = 18,66944444°
B. Menentukan Sudut Dalam
1. αP1 = P1P6 – P1P2
= 134,5805556° - 17,25277778°
αP1 = 117,3277778°
2. αP2 = P2P1 – P2P3
= 217,8805556° - 114,8833333°
αP2 = 102,9972222°
3. αP3 = P3P2 – P3P4
= 273,2° - 145,0611111°
αP3 = 128,1388889°
4. αP4 = P4P3 – P4P5
= 325,4638889° - 232,7916667°
αP4 = 92,67222222°
5. αP5 = (360° - P5P6) + P5P4
= (360° - 196,5194444°) + 49,39166667°
αP5 = 212,8722222°
6. αP6 = (360° - P6P1) + P6P5
68,6955336
1. Cr D P1 = - ( ) × 18,65 = -12,3677 m
103,59
68,6955336
2. Cr D P2 = - ( ) × 13,76 = -9,12492 m
103,59
68,6955336
3. Cr D P3 = - ( ) × 16,88 = -11,1939 m
103,59
68,6955336
4. Cr D P4 = - ( ) × 14,26 = -9,45649 m
103,59
68,6955336
5. Cr D P5 = - ( ) × 15,39 = -10,2059 m
103,59
68,6955336
6. Cr D P6 = - ( ) × 24,65 = -16,3466 m
103,59
F. Koreksi Latitude
∑L
Cr L= - ( ∑ x ) x
-20,6600794
1. Cr L P1 = - ( ) × 18,65 = 3,7196 m
103,59
-20,6600794
2. Cr L P2 = - ( ) × 13,76 = 2,7443 m
103,59
-20,6600794
3. Cr L P3 = - ( ) × 16,88 = 3,3666 m
103,59
-20,6600794
4. Cr L P4 = - ( ) × 14,26 = 2,844 m
103,59
-20,6600794
5. Cr L P5 = - ( ) × 15,39 = 3,0694 m
103,59
-20,6600794
6. Cr L P6 = - ( ) × 24,65 = 4,9162 m
103,59
G. Departure Koreksi
D Cr = D + Cr D
1. D Cr P1 = 16,5685624 + (-12,3667) = 4,20084642 m
2. D Cr P2 = 13,4074821 + (-9,12492) = 4,28256137 m
3. D Cr P3 = 13,2763907 + (-11,1939) = 2,08244715 m
4. D Cr P4 = 14,2444936 + (-9,45649) = 4,78799868 m
5. D Cr P5 = -8,3531892 + (-10,2059) = -18,5590417 m
6. D Cr P6 = 19,551794 + (-16,3466) = 3,20518806 m
H. Latitude Koreksi
L Cr = L + Cr L
1. L Cr P1 = (-8,56184786) + 3,7196 = -4,8423 m
2. L Cr P2 = (-3,0946765) + 2,7443 = -0,3504 m
1 2 3
5 6 8
9
keterangan:
1. Politeknik Negeri Ujung Pandang.
2. Mesjid Politeknik Negeri Ujung Pandang.
3. Kandang rusa.
4. Jalanan pintu 1.
5. Fakultas Peternakan.
6. Jalan ke Fakultas Peternakan.
7. Lapangan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan.
8. Gedung Pasca Sarjana.
9. Lokasi pengukuran poligon.
Lampiran 9. Dokumentasi