Anda di halaman 1dari 26

Mata Kuliah : Filsafat Ilmu dan Filosofi Kebidanan

SEJARAH ILMU FILSAFAT

Dosen Mata Kuliah :


DR. Werna Nontji,S.,Kep.,M.Kep

Oleh Kelompok II
Hesty Resyana P4400216004
Rika Asmira P4400216013
Aniek Setyo Rini P4400216029

PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN


PASCASARJANA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2016

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nyalah sehingga kami mampu menyelesaikan makalah Psikologi Pendidikan
“Filsafat Ilmu dan Filosofi Kebidanan”, tepat pada waktunya.

Dalam penyelesaiannya makalah ini penulis menyadari sepenuhnya ditinjau dari segi
bentuk, isi, dan penyusunannya masih belum sempurna, keterbatasan waktu dan kemampuan
yang kami miliki serta literature yang diperoleh. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca, terlebih dari dosen
pembimbing untuk melengkapi kekurangan demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah yang kami susun ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan
bernilai ibadah bagi kami untuk sumbangsih bagi pengembangan mata kuliah ini, sekian dan
terima kasih.

Makassar, 01 Oktober 2016


Penulis

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………. i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….. 1

A. Latar Belakang ………………………………………………… 1

B. Rumusan Masalah ……………………………………………… 3

C. Tujuan……………………................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN………..…………………………………………… 4

A. Mengenal Sejarah Ilmu Filsafat........................................................ 4

BAB III PENUTUP. ........................................................................................ 21

A. Kesimpulan .................................................................................. 21

B. Saran ............................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara tentang kelahiran dan perkembangan filsafat pada awal
kelahirannya tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan (ilmu)
pengetahuan yang munculnya pada masa peradaban kuno (masa yunani).
Pada tahun 2000 sebelum masehi bangsa Babylon yang hidup di lembah
sungai nil (mesir) dan sungai efrat, telah mengenal alat pengukur berat, table
bilangan berpangkat, table perkalian dengan menggunakan 10 jari. Piramida
yang merupakan salah satu keajaiban dunia itu, yang ternyata pembuatannya
menerapkan geometri dan matematika, menunjukkan cara berfikirnya sudah
tinggi. Selain itu, mereka pun sudah dapat mengadakan kegiatan
pengamatan benda-benda langit, baik bintang, bulan, matahari sehingga
dapat meramalkan gerhana, baik gerhana matahari maupun gerhana bulan.
Ternyata ilmu yang mereka pakai dewasa ini disebut astronomi. Di
India dan Cina waktu itu telah ditemukan cara pembuatan kertas dan kompas
(sebagai penunjuk arah). Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan selama satu
setengah abad terakhir ini lebih banyak dari pada selama berabad-abad
sebelumnya. Diskursus perkembangan ilmu pengetahuan, sains dan
teknologi yang semakin pesat dewasa ini tidak bisa dilepaskan dari diskursus
tentang akar sejarah perkembangannya yang sering dijumpai dalam filsafat
ilmu sebagai metode filsafati. Munculnya ilmuwan yang digolongkan sebagai
filosof bukan saja karena mendasarkan filosofinya pada sejarah ilmu
pengetahuan tetapi juga mereka meyakini adanya hubungan antara sejarah
ilmu pengetahuan dengan filsafat. Demikian halnya dengan Filsafat ilmu,
sejarah tentang berbagai kemajuan perkembangannya sangat membantu kita
untuk dapat lebih mengenal dan memahami Filsafat Ilmu itu sendiri sebab
pengetahuan tentang sejarah perkembangan suatu aspek ilmu pengetahuan
akan sangat membantu dalam memahami hal tersebut.
Filsafat Ilmu yang merupakan penyelidikan tentang ciri-ciri
pengetahuan ilmiah dan cara-cara memperolehnya telah berkembang seiring
perkembangan berbagai bidang ilmu pengetahuan. Kajian tentang sejarah
perkembangan filsafat ilmu ini adalah penting,sebab diharapkan dapat
mengarahkan kita dapat menerapkan penyelidikan kefilsafatan terhadap
4
kegiatan ilmiah dan dapat mengarahkan metode-metode penyelidikan ilmiah
kejuruan kepada penyelenggaraan kegiatan-kegiatan ilmiah.Makalah ini akan
berusaha mendeskripsikan secara singkat sejarah perkembangan filsafat
ilmu. Akan tetapi, harus diingat bahwa uraian singkat tentang salah satu
periode sejarah harus melewati dan mengungkap banyak tokoh, peristiwa dan
fakta yang memungkinkan dapat mengerti periode tersebut.
Filsafat ilmu sebagai bagian integral dari filsafat secara
keseluruhan perkembangannya tidak bisa dilepaskan dari sejarah
perkembangan filsafat itu sendiri secara keseluruhan. Menurut Lincoln Cuba,
sebagai yang dikutip oleh Ali Abdul Azim, bahwa kita mengenal tiga babakan
perkembangan paradigma dalam filsafat ilmu di Barat yaitu era
prapositivisme, era positivisme dan era pasca modernisme. Era
prapositivisme adalah era paling panjang dalam sejarah filsafat ilmu yang
mencapai rentang waktu lebih dari dua ribu tahun. Dalam uraian ini, penulis
cenderung mengklasifikasi perkembangan filsafat ilmu berdasarkan ciri khas
yang mewarnai pada tiap fase perkembangan. Dari sejarah panjang filsafat,
khususnya filsafat ilmu, penulis membagi tahapan perkembangannya ke
dalam empat fase sebagai berikut:
1. Filsafat Ilmu zaman kuno, yang dimulai sejak munculnya filsafat
sampai dengan munculnya Renaisance
2. Filsafat Ilmu sejak munculnya Rennaisance sampai memasuki
era positivisme
3. Filsafat Ilmu zaman Modern, sejak era Positivisme sampai akhir
abad kesembilan belas
4. Filsafat Ilmu era kontemporer yang merupakan
perkembangan mutakhir Filsafat Ilmu sejak awal abad kedua puluh
sampai sekarang.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana sejarah peradaban yunani dan romawi pada ilmu filsafat?
b. Bagaimana sejarah ilmu filsafat pada abad pertengahan?
c. Bagaimana sejarah ilmu filsafat pada zaman renaissance dan eropa
modern?
d. Bagaimana sejarah ilmu filsafat pada zaman kontemporer?

5
C. Tujuan
a. Mengenal sejarah peradaban yunani dan romawi
b. Mengenal sejarah abad pertengahan
c. Mengenal sejarah zaman renaissance dan eropa modern
d. Mengenal sejarah zaman kontemporer

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. MENGENAL SEJARAH ILMU FILSAFAT

1. Sejarah Peradaban Yunani


Orang Yunani yang hidup pada abad ke- 6 SM mempunyai sistem
kepercayaan, bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai suatu kebenaran
yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng. Artinya, suatu kebenaran lewat
akal pikir (logos) tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang
bersumber pada mitos (dongeng-dongeng).
Setelah pada abad ke-6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang menentang
adanya mitos. Mereka menginginkan pertanyaan tentang misteri alam semesta ini
jawabannya dapat diterima akal (rasional). Keadaan yang demikian ini sebagai suatu
demitologi, artinya suatu kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal-pikir dan
meningkatkan hal-hal yang sifatnya mitologi. Upaya para ahli pikir untuk
mengarahkan pada suatu kebebasan berpikir menyebabkan banyak orang yang
mencoba membuat suatu konsep yang dilandasi kekuatan akal pikir secara murni.
Maka, timbullah peristiwa ajaib The Greek Miracle, yang nantinya dapat dijadikan
sebagai landasan peradaban dunia.
Berikut ini terdapat tiga faktor yang menjadikan filsafat Yunani lahir :
a. Bangsa Yunaniyang kaya akan mitos (dongeng), dimana mitos dianggap
sebagai awal dari upaya orang untuk mengetahui atau mengerti. Mitos-mitos
tersebut kemudian disusun secara sistematis yang untuk sementara
kelihatan rasional sehingga muncul mitos selektif dan rasional, seperti syair
karya Homerus, Orpheus, dan lain-lain.
b. Karya sastra Yunani yang dapat dianggap sebagai pendorong kelahiran
filsafat Yunani, karya Homerus mempunyai kedudukan yang sangat penting
untuk pedoman hidup orang-orang Yunani yang didalamnya mengandung
nilai-nilai edukatif.
c. Pengaruh ilmu-ilmu pengetahuan yang berasal dari Babylonia (Mesir) di
Lembah sungai Nil. Kemudian, berkat kemampuan dan kecakapannya, ilmu-

7
ilmu tersebut dikembangkan sehingga mereka mempelajarinya tidak
didasarkan pada aspek praktisnya saja, tetapi juga aspek teoritis kreatif.
Dengan adanya ketiga faktor tersebut, kedudukan mitos digeser oleh logos
(akal), sehingga setelah persgersaran tersebut filsafat lahir. Pengertian filsafat pada
saat itu masih berwujud ilmu pengetahuan yang masih global, sehingga nantinya
satu demi satu berkembang dan memisahkan diri menjadi ilmu pengetahuan yang
berdiri sendiri.
Zaman Yunani terbagi menjadi dua periode, yaitu periode Yunani Kuno dan
periode Yunani Klasik. Periode Yunani Kuno diiisi oleh ahli pakar alam (Thales,
Anaximandros, Pythagoras, Xenophanes dan Democritos). Sedangkan pada periode
Yunani Klasik diisi oleh ahli pikir seperti Socrates, Plato dan Aristoteles.

2. Sejarah Peradaban Romawi


Kebudayaan Romawi mendapat unsur-unsur pokok dari kebudayaan Etrusia dan
Yunani. Hal ini berarti kebudayaan Romawi merupakan hasil perpaduan dari
kebudayaan yunani dan Etrusia, tanapa ada unsur-unsur dari kebudayaan romawi
sendiri. Pada masa Octavianus, orang-orang Romawi melihat sesuatu dari sudut
kegunaannya. Pandangan hidup bangsa Romawi ini memberikan warna pada
kehidupan agama. Tepatlah apa yang diungkapkan oleh Cicero, bahwa agama bagi
mereka bukan untuk mendidik manusia kepada kebajikan, melainkan manusia sehat
dan kaya. Dengan pandangan hidup yang praktis ini menjadi ciri utama orang-orang
Romawi. Dalam lapangan ilmu pengetahuan, bangsa Romawi bukanlah pencipta
teori-teori, tetapi pelaksana teori yang telah ada sejak zaman Yunani. Dengan ini
mata rantai jang seakan-akan putus dalam perkembangan ilmu pengetahuan
menjadi tumbuh kembali. Bila sarjana Yunani adalah ahli teori, maka sarjana
Romawi adalah ahli praktek.
Masa Octavianus merupakan masa penyempurnaan seni dan budaya Romawi.
Pengaruh budaya Yunani mulai masuk dengan kuatnya sejak tahun 146 SM
bersamaan dengan usaha bangsa Romawi melakukan penaklukan di Laut Tengah.
Selama kekuasaan Romawi, seni Romawi disebarkan ke Eropa dan sekitar Laut
Tengah. Seni Romawi sebenarnya merupakan pencampuran dua unsur seni
budaya, yaitu Romawi yang merupakan daerah kekuasaan Etruskia dan seni
Yunani. Pada hekakatnya budaya ini bukan berasal dari rakyat biasa melinkan dari
golongan bangsawan. Golongan seniman besar, seperti yang terdapat di Yunani di
8
Roma tidak ada. Justru bangsa Romawi mendatangkan seniman-seniman dari
Yunani. Oleh karena itu, pengaruh Yunani di Romawi sangat kuat. Politik maupun
seni dan budaya Roma di bawah bangsa Etruskia. Dengan begitu seni Romawi pada
dasarnya adalah pencampuran unsur-unsur budaya Etruskia dan Yunani yang
kemudian menjadi seni budaya baru.
Orang Romawi senang menciptakan sesuatu secara besar-besaran karena
mereka suka sesuatu yang megah, mewah, dan monumental, serta menarik
perhatian. Semua hasil karya budaya terutama karya seni rupa, baik berupa seni
bangunan, seni patung atau relief, maupun seni lukisnya dibuat serba besr, megah,
dan penuh hiasan. Orang-orang Romawi menciptakan karya teknik bangunan yang
menggumkan, seperti bangunan saluran air (aquaduct), jembatan, gedung besar
untuk balai pertemuan dan pasar, bangunan untuk olahraga dan pentas seni
(thermen, theater, amphitheater). Selain bangunan diatas, juga terdapat banguan
kuil untuk persemayam dewa. Orang Romawi melanjutkan pengetahuan orang
Yunani antara lain bangunan dengan kontruksi lengkung untuk membuat ruangan-
ruangan menjadi luas.
Bangunan atap kubah untuk pertama kali diciptakan kurang lebih tahun 30 SM
untuk bangunan Thermae di Baaie. Mereka juga membangun bangunan umum
seperti jalan raya. Jalan raya yang terkenal adalah jalan Via Apia. Rumah-rumah
dewa atau kuil yang dibangun memiliki ukuran besar. Kuil-kuil yang berukuran besar
tersebut antara lain Tempel Jupiter (abad ke-6 SM), Appolo dan Venus di Roma.
Untuk setiap bangunan kuil tersebut di gunakan tinga-tiang penyangga. Batang tiang
penyanggga atap menggunakan menggunakan kepala tiang dengan ciri-ciri Yunanni
seperti Doria, Ionia, dan Korinthia.
Bangsa Romawi juga ahli dalam pembuatan patung terutama patung setangah
dada atau potret. Bentuk wajah dibuat dengan sangat teliti, sedangkan tubuh dan
lainnya lebih sederhana. Kecakapan membuat patung ini berhubungan dengan
kebiasaan keluarga-keluarga terkemuka bangsa Romawi yang senang membuat
patung nenek moyang dalam jumlah banyak dan sangat teliti. Biasanya patung
nenak moyang disimpan di rumah dan ditempatkan dalam satu ruangan khusus
yang disebut Atrium. Atrium ini juga dilengkapi dengan altar. Orang-orang Romawi
dalam membuat patung memiliki kebiasaan yang sama dengan bangsa Yunani.
Dalam membuat patung, orang-orang Romawi selalu mematungkan tokoh-tokoh
penguasa, tokoh-tokoh politik, dan cendikiawan. Banyak sekali tokoh penguasa,
9
tokoh politik dan cendikiawan yang dijadikan sebagai latar dalam membuat patung
seperti wajah tokoh Julius Caesar, Agustus, Tuchidides, Demostenes, Caracalla,
dan lainnya. Gambar wajah para tokoh ini
selain dipatungkan juga dilukiskan pada mata uang logam.
Bangsa Romawi juga senang pada keindahan rumahnya. Dinding bagian
dalam rumah dihias dengan lukisan untuk memberikan kesan luas. Kegiatan
memperindah dinding ini biasa pada dinding rumah dengan cara melukis
pemandangan alam dan bangunan-bangunan rumah yang seolah-olah terlihat dari
jendela. Kegiatan melukis pada dinding-dinding rumah yang dilakukan oleh orang-
orang Romawi ternyata meniru kebiasaan bangsa Yunani. Dengan demikian melukis
Cara melukis yang dilakukan oleh orang Romawi memdapat pengaruh basar dari
Yunani. Dari seni melukis pada dinding ini banyak ditemukan peninggalan-
peninggalan yang merupakan hasil kebudayaan masyarakat Romawi. Salah satu
dari sekian banyak peninggalan kebudayaan ini adalah peninggalan lukisan
didinding rumah yang terdapat di Pompeii. Peninggalan lainnya terdapat di Roma
yang menggambarkan pengantin perempuan dan teman-temannya sedang
mempersiapkan upacara perkawinan. Selain pada dinding rumah, seni lukis juga
ditemukan pada mangkuk, jambangan, piring dan tempat bunga. Bangsa Romawi
yang senang membuat bangunan monumental menyebabkan bangsa ini kaya
dengan hasil-hasil bangunan berupa monumen dan kuil. Monumen yang dibuat oleh
bangsa romawi berupa pintu gerbang kemenangan atau tiang kemenangan.
Bangunan monumen ini digunakan untuk memperingati suatu peristiwa sejarah.
Pada banguan monumen itu diberi relief yang menggambarkan peristiwa
kemenangan. Peninggalan seni monumen ini terdapat di Roma dan dibeberapa
daerah jajahan Romawi.
Perubahan ketatanegaraan Romawi dari republik ke bentuk kekaisaran tidak
mengendurkan semangat dan perkembangan budaya orang-orang Roma untuk
mendirikan bangunan berupa bangunan monumental. Hanya saja, apabila pada
masa republik pendukung seni budaya dilakukan oleh para bangsawan. Namun,
setelah menjadi kekaisaran, yang mendukung seni budaya adalah golongan istana.
Sejak kaisar Agustus, seni budaya elbih cenderung mejadi seni kuna yang berkiblat
pada Yunani. Setiap kaisar yang berkuasa di Romawi selalu meninggalkan seni
budaya beruapa bangunan monumen. Kebiasaan yang dilakukan oleh kiasar-kaisar
ini dilakukan sebagai sarana untuk menunjukan jasanya kepada negara. Maka sejak
10
kiasar-kaisar ini berkuasa, banyak sekali didirikan bangunan besar dan megah
dengan menggunakan bahan dari marmer

3. FILSAFAT ABAD PERTENGAHAN

Filsafat abad pertengahan (476 – 1492 M) juga dapat dikatakan sebagai “abad
gelap”. Pendapat ini didasarkan pada pendekatan sejarah gereja. Memang pada
saat itu tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia sehingga manusia
tidak lagi memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam
dirinya. Para ahli pikir pada saat itu pun tidak memiliki kebebasan berpikir. Apabila
terdapat permikiran-pemikiran yang bertentangan dengan ajaran gereja, orang yang
mengemukakannya akan mendapatkan hukuman berat. Pihak gereja melarang
diadakannya penyelidikan-penyelidikan berdasarkan rasio terhadap agama. Karena
itu kajian terhadap agama/teologi yang tidak berdasarkan ketentuan gereja akan
mendapatkan larangan yang ketat. Yang berhak mengadakan penyelidikan terhadap
agama hanyalah pihak gereja.

Ciri-ciri pemikiran filsafat abad pertengahan adalah:


1. Cara berfilsafatnya dipimpin oleh gereja;
2. Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran aristoteles;
3. Berfilsafat dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain.
Masa abad pertengahan ini juga dapat dikatakan sebagai suatu masa yang penuh
dengan upaya menggiring manusia ke dalam kehidupan/sistem kepercayaan yang
picik dan fanatik, dengan menerima ajaran gereja secara membabi buta sehingga
perkembangan ilmu pengetahuan terhambat. Masa ini penuh dengan dominasi
gereja yang tujuannya untuk membimbing umat ke arah hidup yang saleh. Namun,
disisi lain dominasi gereja ini tanpa memikirkan martabat dan kebebasan manusia
yang mempunyai perasaan, pikiran, keinginan, dan cita-cita untuk menentukan masa
depannya sendiri.

11
Masa abad pertengahan ini terbagi menjadi dua masa yaitu masa Patristik dan masa
Skolastik.
A. Masa Patristik
Istilah Patristik berasal dari kata Latin pater atau bapak, yang artinya para
pemimpin gereja. Para pemimpin gereja ini dipilih dari golongan atas atau
golongan ahli pikir. Dari golongan ahli pikir inilah menimbulkan sikap yang
beragam pemikirannya, ada yang menolak filsafat Yunani dan ada yang
menerimanya. Bagi mereka yang menolak, alasannya karena beranggapan
bahwa sudah mempunyai sumber kebenaran yaitu firman Tuhan dan tidak
dibenarkan apabila mencari sumber kebenaran yang lain seperti dari filsafat
Yunani. Nagi mereka yang menerima sebagai alasannya beranggapan bahwa
walaupun telah ada sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, tetapi tidak ada
jeleknya menggunakan filsafat Yunani hanya diambil metodosnya saja (tata
cara berpikir). Walaupun filsafat Yunani sebagai kebenaran manusia, tetapi
manusia juga sebagai ciptaan Tuhan. Jadi, memakai/menerima filsafat
Yunani diperbolehkan selama dalam hal-hal tertentu tidak bertentangan
dengan agama.
Akibatnya muncul upaya untuk membela agama Kristen yaitu para apologis
(pembela iman Kristen) dengan kesadarannya membela iman Kristen dari
serangan filsafat Yunani. Para pembela iman Kristen tersebut adalah Justinus
Martir, Klemens, Tertullianus, Augustinus.

B. Masa Skolastik
Istilah skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti
sekolah. Jadi, skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah.
Perkataan skolastik merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad
pertengahan.
Terdapat beberapa pengertian dari corak khas skolastik, sebagai berikut:
a. Filsafat skolastik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-mata
agama. Skolastik ini sebagai bagian dari kebudayaan abad pertengahan
yang religius.
b. Filsafat skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat
yang rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berpikir, sifat

12
ada, kejasmanian, kerohanian, baik buruk. Dari rumusan tersebut
kemudian muncul istilah skolastik Yahudi, skolastik Arab dan lain-lainnya.
c. Filsafat skolastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran
pengetahuan alam kodrat, akan dimasukkan ke dalam bentuk sintesis
yang lebih tinggi antara kepercayaan dan akal.
d. Filsafat skolastik adalah filsafat Nasrani karena banyak dipengaruhi oleh
ajaran gereja.
Filsafat Skolastik ini dapat berkembang dan tumbuh karena beberapa faktor
berikut:
a. Faktor Religius
Yang dimaksud dengan faktor religius adalah keadaan lingkungan saat itu
yang berkehidupan religius. Mereka beranggapan bahwa hidup di dunia ini
suatu perjalanan ke tanah suci Yerussalem, dunia ini bagaikan negeri
asing dan sebagai tempat pembuangan limbah air mata saja (tempat
kesedihan). Sebagai dunia yang menjadi tanah airnya adalah surga.
Manusia tidak dapat sampai ke surga dengan kemampuannya sendiri
sehingga harus ditolong karena manusia itu menurut sifat kodratnya
mempunyai kelemahan yang diwariskan oleh Adam, mereka juga
berkeyakinan bahwa Isa anak Tuhan berperan sebagai pembebas dan
pemberi bahagia, memberi pengampunan sekaligus menolongnya. Maka,
hanya dengan jalan pengampunan inilah manusia dapat tertolong agar
dapat mencapai surga. Anggapan dan keyakinan inilah yang dijadikan
dasar pemikiran filsafat.

b. Faktor Ilmu Pengetahuan


Pada saat itu telah banyak didirikan lembaga pengajaran yang diupayakan
oleh biara-biara, gereja, ataupun dari keluarga istana. Kepustakaannya
diambilkan dari para penulis Latin, Arab (Islam), dan Yunani.

Masa Skolastik terbagi menjadi tiga periode, yaitu :


1. Skolastik Awal (dari tahun 800 – 1200)
Pada abad ke- 8 Masehi, kekuasaan berada dibawah Karel Agung
dapat memberikan suasana ketenangan dalam bidang politik,
kebudayaan, dan ilmu pengetahuan, termasuk kehidupan manusia
13
serta pemikiran filsafat yang semuanya menampakkan mulai adanya
kebangkitan. Kebangkitan inilah yang merupakan kecemerlangan abad
pertengahan, dimana arah pemikirannya berbeda sekali dengan
sebelumnya.
Saat ini merupakan zaman baru bagi bangsa Eropa. Hal ini
ditandai dengan skolastik yang di dalamnya banyak diupayakan
pengembangan ilmu pengetahuan di sekolah-sekolah. Pada mulanya
skolastik ini timbul pertama kalinya di biara Italia selatan dan akhirnya
sampai berpengaruh ke Jerman dan Belanda. Kurikulum
pengajarannya meliputi studi duniawi atau artes liberales, meliputi tata
bahasa, retorika, dialektika (seni berdiskusi), ilmu hitung, ilmu ukur,
ilmu perbintangan, dan musik.
Menurut Anselmus yang mengatakan bahwa berpikir harus
sejalan dengan iman, sedangkan Abaelardus memberikan alasan
bahwa berpikir itu berada diluar iman (kepercayaan). Karena itu
berpikir merupakan sesuatu yang berdiri sendiri. Hal ini sesuai dengan
metode dialektika yang tanpa ragu-ragu ditunjukan dalam teologi, yaitu
bahwa teologi harus memberikan tempat bagi semua bukti-bukti.
2. Skolastik Puncak (tahun 1200 – 1300 M )
Masa ini merupakan kejayaan skolastik, ditandai dengan munculnya
universitas-universitas dan ordo-ordo yang secara bersama-sama ikut
menyelenggarakan atau memajukan ilmu pengetahuan disamoing itu
juga peranan universitas sebagai sumber atau pusat ilmu pengetahuan
dan kebudayaan.
Menurut pendapat Thomas Aquinas, semua kebenaran
asalanya dari Tuhan. Kebenaran diungkapkan dengan jalan yang
berbeda-beda, sedangkan iman berjalan diluar jangkauan pemikiran.
Tidak ada kontradiksi antara pemikiran dan iman. Semua kebenaran
mulai timbul secara ketuhanan walaupun iman diungkapkan lewat
beberapa kebenaran yang berada diluar kekuatan pikir. Selanjutnya
Thomas mengatakan bahwa iman lebih tinggi dan berada diluar
pemikiran yang berkenaan sifat Tuhan dan alam semesta.

14
3. Skolastik Akhir (tahun 1300 – 1450)
Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala macam
pemikiran filsafat yang menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan
stagnasi (kemandengan).
Menurut pendapat William Ockham, pikiran manusia hanya dapat
mengetahui barang-barang atau kejadian-kejadian individual. Konsep
atau kesimpulan umum tentang alam hanya merupakan abstraksi
buatan tanpa kenyataan. Pemikiran yang demikian ini dapat dilalui
hanya lewat intuisi bukan lewat logika. Sementara menurut pendapat
Nicolas Cusasus, terdapat tiga cara untuk mengenal yaitu lewat indra,
akal dan intuisi. Dengan indra kita akan mendapatkan pengetahuan
tentang benda-benda berjasad yang sifatnya tidak sempurna. Dengan
akal kita akan mendapatkan bentuk-bentuk pengertian yang abstrak
berdasar pada sajian atau tangkapan indra. Dengan intuisi kita akan
mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi. Hanya dengan intuisi
inilah kita dapat mempersatukan apa yang oleh akal tidak dapat
dipersatukan.Manusia seharusnya menyadari akan keterbatasan akal,
sehingga banyak hal yang seharusnya dapat diketahui. Karena
keterbatasan akal tersebut, hanya sedikit saja yang dapat diketahui
oleh akal. Dengan intuisi inilah diharapkan akan sampai pada
kenyataan suatu tempat dimana segala sesuatu bentuknya menjadi
larut yaitu Tuhan.
Pemikiran Nicolaus ini sebagai upaya mempersatukan seluruh
pemikiran abad pertengahan yang dibuat ke suatu sintesis yang lebih
luas. Sintesis ini mengarah ke masa depan, dari pemikirannya ini
tersirat suatu pemikiran para humanis.

4. Zaman Renaissance
1. Masa Renaissance (Abad ke-15-16)
Renaisans merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan
perubahan yang mengandung arti bagi perkembangan ilmu. Zaman yang
menyaksikan dilancarkannya tantangan gerakan reformasi terhadap keesaan
dan supremasi gereja Katolik Roma, bersamaan dengan berkembangnya
15
Humanisme. Zaman ini juga merupakan penyempurnaan kesenian, keahlian
dan ilmu yang diwujudkan dalam diri jenius serba bisa, Leonardo da Vinci.
Penemuan percetakan (kir-kira 1440 M) dan ditemukannya benua baru (1492
M) oleh Colombus memberikan dorongan lebih keras untuk meraih kemajuan
ilmu. Kelahiran kembali sastra Inggris, Perancis dan Spanyol diwakili
Shakespeare, Spencer, Rabelais dan Ronsard. Pada masa itu, seni musik
juga mengalami perkembangan. Adanya penemuan para ahli perbintangan
seperti Copernicus dan Galileo menjadi dasar bagi munculnya Astronomi
modern yang merupakan titik balik dalam pemikiran ilmu dan filsafat.
Tidaklah mudah untuk membuat garis batas yang tegas antara zaman
renaisans dan zaman modern. Sementara orang menganggap bahwa zaman
modern hanyalah perluasan renaisans. Akan tetapi, pemikiran ilmiah
membawa manusia lebih maju kedepan dengan kecepatan yang besar,
berkat kemampuan-kemampuan yang dihasilkan oleh masa-masa
sebelumnya. Manusia maju dengan langkah raksasa dari zaman uap ke
zaman listrik, kemudian ke zaman atom, elektron, radio, televisi, roket dan
zaman ruang angkasa.
Pada zaman renaisans ini manusia barat mulai berpikir secara baru
dan secara berangsur-angsur melepaskan diri dari otoritas kekuasaan gereja
yang selama ini telah membelenggu kebebasan dalam mengemukakan
kebenaran filsafat dan ilmu. Pemikir yang dapat dikemukakan dalam tulisan
ini antara lain Nicholas Copernicus(1473-1543) dan Francis Bacon(1561-
1626).
Copernicus adalah seorang tokoh gereja ortodoks, ia menemukan
bahwa matahari berada dipusat jagad raya, dan bumi memiliki dua macam
gerak, yaitu perputaran sehari-hari pada porosnya dan geralak tahunan
mengelilingi matahari. Teorinya ini disebut Heliosentrisme, dimana matahari
adalah pusat jagad raya, bukan bumi sebagaimana dikemukakan oleh
Ptolomeus yang diperkuat gereja. Teori Ptolomeus ini disebut Geosentrisme
yang mempertahankan bumi sebagai pusat jagad raya.

5. Zaman Eropa Modern


Setelah Galileo, fermat, Pascal dan Keppler berhasil mengembangkan
penemuan mereka dalam ilmu, maka pengetahuan yang terpencar-pencar itu
16
jatuh ke tangan dua sarjana, yang dalam ilmu modern memegang peran
yang sangat penting. Mereka adalah Isaac Newton (1643-1727) dan Leibniz
(1646-1716). Ditangan kedua sarjana inilah ilmu modern dimulai.
Newton sekalipun ia menjadi pemimpin sebuah tempat pembuatan
uang logam dikerajaan Inggris, ia tetap menekuni dalam bidang ilmu.
Lahirnya teori gravitasi, perhitungan Calculus dan Optika merupakan karya
besar Newton. Teori Gravitasi Newton dimulai ketika muncul persangkaan
penyebab planet tidak mengikuti pergerakan lintas lurus, apakah matahari
yang menarik bumi atau antara bumi dan matahari ada gaya saling tarik
menarik.
Persangkaan tersebut kemudian dijadikan Newton sebagai titik tolak
untuk spekulasi dan perhitungan-perhitungan. Namun hasil perhitungan itu
tidak memuaskan Newton, semua persangkaan dan perhitungan lalu
ditangguhkan. Baru kira-kira 16 tahun kemudian soal itu ditanganinya lagi,
setelah ia berhasil mengatasi beberapa hal yang ada pada awal penyelidikan
belum disadarinya. Teori gravitasi memberikan keterangan, mengapa planet
tidak bergerak lurus, sekalipun kelihatannya tidak ada pengaruh yang
memaksa planet harus mengikuti lintasan elips. Sebenarnya, pengaruhnya
ada, tetapi tidak dapat dilihat dengan mata dan pengaruh itu adalah Gravitasi,
yaitu kekuatan yang selalu akan timbul jika ada dua benda yang saling
berdekatan.
Berdasarkan teori gravitasi dalam perhitungan-perhitungan yang
dilakukan Newton, dapat diterangkanlah dasar dari semua lintasan planet dan
bulan, pengaruh pasang air samudra dan lain-lain peristiwa astronomi, justru
dalam lapangan astronomilah, ketepatan teori gravitasi makin meyakinkan,
sehingga tidak ada lagi yang tidak percaya tentang adanya gravitasi ini.
Perhitungan calculus atau yang disebut juga diferensial /integral oleh
Newton di Inggris dan Leibniz di Jerman, terbukti sangat luas gunanya untuk
menghitung bermacam-macam hubungan antara dua atau lebih banyak hal
yang berubah, bersama dengan ketentuan yang teratur. Misalnya, kecepatan
planet mengelilingi matahari berbeda-beda sepanjang lintasan, menemukan
maxima dan minima dari suatu kurva, menemukan tambahan luas lingkaran
bila radius berubah sedikit sekali dan lain sebagainya. Setelah Calculus
ditemukan banyak sekali perhitungan dan pemeriksaan ilmiah dapat
17
diselesaikan. Sebelumnya tinggal problematisnya saja. Tanpa Calculus ilmu
matematika tidak dapat berkembang seperti sekarang ini.
Penemuan ketiga yang mendasari ilmu alam adalah pemeriksaan
Newton mengenai dan lazim disebut optika. Dengan mempertimbangkan
bahwa cahaya masuk melalui lensa, sedangkan bagian perifer lensa
mendekati bentuk prisma, sehingga cahaya perifer terbias menjadi pelangi
yang disebut chomatic aberration, maka Newton membuat telescope tanpa
lensa, ia menggunakan cermin cekung yang berdasarkan pemantulan cahaya
sehingga tidak terjadi pembiasan.
Pada masa sesudah Newton, perkembangan ilmu selanjutnya adalah
berupa ilmu kimia. Jika pada masa Newton, ilmu yang berkembang adalah
matematika, fisika dan astronomi. Pada periode selanjutnya ilmu kimia
menjadi kajian yang amat menarik. Ilmu kimia tidak mulai dengan logika,
aksioma ataupun deduksi. Semua permulaan ilmu kimia praktis berdasarkan
percobaan-percobaan yang hasilnya kemudian ditafsirkan. Pada permulaanya
semua percobaan bersifat kualitatif.
Joseph Black ( 1728-1799) dikenal sebagai pelopor dalam
pemeriksaan kualitatif, ia menemukan gas CO2. Ia melakukan pemanasan
terhadap kapur. Hawa yang keluar kemudian dialirkan melalui air kapur yang
sudah disaring lebih dahulu. Pada waktu hawa yang keluar dari kapur yang
mengalir, maka air kapur yang jernih menjadi keruh. Ditemukan pula Henry
Cavendish (1731-1810) memeriksa gas yang terjadi jika serbuk besi disiram
dengan asam dan menghasilkan hawa yang dapat dinyalakan. Sarjana lain
yaitu Joseph Prestley (1733-1804) menemukan sembilan hawa No dan
Oksigen yang antara lain dapat dihasilkan oleh tanaman. Oksigen ini dapat
‘menyegarkan’ hawa yang tidak dapat lagi menunjang pembakaran. Antonine
Laurent Lavoiser (1743-1794) jadilah sarjana yang meletakkan dasar ilmu
kimia sebagaimana yang kita kenal sekarang.
Berdasarkan penemuan Black, Cavendish, Priestley dan lain-lainya,
Loveiser melaksanakan percobaan yang didasarkan pada “timbangan”
bahan-bahan sebelum dan sesudah percobaan. Dengan demikian ia mulai
menggunakan pengukuran dalam lapangan kimia. Dengan kata lain ia
meninggalkan percobaan yang hanya bersikap kumulatif dan berpindah ke
lapangan yang bersifat kuantitatif.
18
Disamping perkembangan ilmu kimia, zaman yang sama ditemukan
bermacam-macam mesin tanpa ada dasar ilmunya, melainkan atas dasar
percobaan., misalnya mesin uap, yang kemudian mendasari kereta api,
percobaan-percobaan listrik dan lain-lainya. Penemuan-penemuan itu semua
melandasi revolusi industri ( Industrial Revolution) terutama di Inggris tetapi
kemudian juga meluas diseluruh benua Eropa. Penemua-penemuan empiris
tentang kekuatan uap dan penemuan lainnya kemudian dijadikan percobaan-
percobaan dalam laboratorium. Pemeriksaan itu akhirnya menghasilkan
hukum-hukum dan rumus empiris, yang melandasi perkembangan teoretis
selanjutnya.
6. Kemajuan Ilmu Zaman Kontemporer
Perkembangan dan kemjuan peradaban manusia tidak bisa dilepaskan
dari peran ilmu. Bahkan perubahan pola hidup manusia dari waktu ke waktu
sesungguhnya berjalan seiring dengan sejarah kemajuan dan perkembangan
ilmu. Tahap-tahap perkembangan itu kita menyebut dalam konteks ini
sebagai periode sasi sejarah perkembangan ilmu ; sejak dari zaman klasik,
zaman pertengahan, zaman moderen, dan zaman kontemporer.
Kemajuan ilmu dan teknologi dari masa ke masa adalah ibarat mata
rantai yang tidak terputus satu sama lain. Hal-hal baru yang ditemukan pada
suatu masa menjadi unsur penting bagi penemuan-penemuan lainnya dimasa
berikutnya. Demikianlah semuanya saling terkait. Oleh karena itu, melihat
sejarah perkembangan ilmu zaman kontemporer, tidak lain adalah mengamati
pemanfaatan dan pengembangan lebih lanjut dari rentetan sejarah ilmu
sebelumnya. Kondisi itulah yang kemudian mengalami percepatan atau
bahkan radikalisasi yang tidak jarang berada diluar dugaan manusia itu
sendiri.
Yang dimaksud dengan zaman kontemporer adalah konteks ini era
tahun-tahun yang kita jalani hingga saat sekarang ini. Hal yang membedakan
pengamatan tentang ilmu dizaman modern dengan zaman kontemporer
adalah bahwa zaman modern adalah era perkembangan ilmu yang berawal
dari sejak sekitar abad ke-15, sedangkan zaman kontemporer memfokuskan
sorotannya pada berbagai perkembangan terakhir yang terjadi hingga saat
sekarang.

19
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, sebagai kelanjutan
mata rantai sejarah perkembangan ilmu, berbagai hal baru yang ditemukan
dan dapat kita amati di daerah kontemporer, tidak terlepas dari berbagai
penemuan dan dasar-dasar ilmu yang telah ada dan diciptakan oleh para
penemu, pakar, atau filosof dimasa-masa sebelumnya.
Sebagaimana ilmu di zaman modern mempunyai karakteristik khusus
yang membedakannya dengan ilmu di zaman klasik dan di zaman
pertengahan, maka ilmu kontemporer demikian.
Akan kita lihat terlebih dahulu secara sederhana potret ilmu modern
yang telah melahirkan hal-hal radikal yang membedakannya dengan ilmu di
zaman pertengahan dan klasik. Zaman modern misalnya, dalam banyak hal
melakukan dekonstruksi terhadap teori-teori yang dianggap establishad
(mapan) pada masa pertengahan atau zaman klasik. Setidaknya dua contoh
yang sangat menonjol bisa dikemukakan disini. Pertama, pendapat yang
dikemukakan oleh Copernicus (1473-1543). Teori heliosentrisme, bahwa
matahari adalah pusat tata surya dan planet-planet termasuk bumi berputar
mengelilingi matahari. Teori ini jelas-jelas bertentangan dengan pendapat
yang diterima secara umum manusia saat itu, yaitu geosentrisme yang
menyatakan bahwa bumilah yang menjadi pusat tata surya.
Kedua, metode induktif yang diperkenalkan oleh Francis Bacon (1560-
1626). Ia telah memberikan sumbangan yang penting dalam menembus
metode berfikir deduktif yang penggunaannya secara berlebihan telah
menyebabkan dunia keilmuan mengalami kemacetan. Francis Bacon
menekankan untuk mendasarkan semua pengetahuan dan ilmu atas dasar
pengalaman. Ia menganjurkan agar para sarjana dalam menyusun ilmu,
mengumpulkan sebanyak mungkin fakta pengalaman (empirical rute fact)
untuk selanjutnya di analisis.
Membuat deskripsi atau eksposisi tentang perkembangan ilmu di
zaman kontemporer berarti menggambarkan aplikasi ilmu dan teknologi
dalam berbagai sektor kehidupan manusia. Itulah salah satu karakteristik
pertama ilmu di zaman kontemporer yang dalam kerangka umumnya
sekaligus menjadi persamaan sifat perkembangan ilmu zaman kontemporer.
Hal ini tidak saja terjadi di lapangan ilmu eksakta, tapi juga ilmu-ilmu sosial
dan juga keagamaan. Para pecinta ilmu dibidang mereka, masing-masing
20
berusaha untuk menjadikan ilmu dan pengetahuan yang menjadi bidang
mereka dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi manusia dan
kemanusiaan.
Satu hal yang tak sulit untuk disepakati, bahwa hampir semua sisi
kehidupan manusia modern telah disentuh oleh berbagai efek perkembangan
ilmu dan teknologi. Sektor ekonomi, politik, pertahanan dan keamanan, sosial
dan budaya, komunikasi dan transportasi, pendidikan, seni, kesehatan dan
lain-lain, semuanya membutuhkan dan mendapat sentuhan teknologi.
Bila di zaman purba, manusia pra sejarah tercatat mempunyai benih
ilmu di bidang astronomi, kemudian mulai mengenal tulisan dan hitungan
yang mengawali zaman sejarah, lalu zaman modern diidentikkan dengan
masa ranaisance sebagai masa buktinya kembali eropa dari kegelapan, maka
zaman kontemporer sangat kental dengan inovasi-inovasi teknologi di
berbagai bidang.
Satu hal lain yang menjadi karakter spesifik ilmu kontemporer, dan
dalam konteks ini ciri tersebut akan lebih dapat kita temukan secara relatif
lebih mudah pada bidang-bidang sosial yaitu bahwa ilmu kontemporer tidak
segan-segan melakukan dekonstruksi dan peruntuhan terhadap teori-teori
ilmu yang pernah ada untuk kemudian menyodorkan pandangan-pandangan
baru dalam rekontruksi ilmu yang mereka bangun. Dalam hal inilah, penyebut
wacana “postmodernisme” dalam bidang ilmu dan filsafat menjadi diskursus
yang akan cukup ditemukan.
Begitulah perkembangan ilmu di zaman kontemporer meliputi hampir
seluruh bidang ilmu dan teknologi, ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi,
antropologi, psikologi, ekonomi, hukum dan politik, serta ilmu-ilmu eksakta
seperti fisika, kimia, dan biologi, serta aplikasi-aplikasinya dibidang teknologi
rekayasa genetika, informasi dan komunikasi, dan lain-lain.
Beberapa contoh perkembangan ilmu kontemporer
a. Santri, Priyayi, dan Abangan
Dalam kajian ilmu sosial keagamaan di Indonesia penelitian
Clifford Geertz yang dalam versi aslinya berjudul The Religion of
Java merupakan satu bahasan yang menarik. Penelitian serius
Geertz tersebut kemudian lebih banyak dipopulerkan sebagai
kerangka tipologisasi keberagaman masyarakat jawa menjadi
21
santri, abangan, dan priyayi untuk menyajikan abstraksi yang lebih
otoritatif tentang penelitian Geertz ini, penulisan mengutip
penggambaran Parsudi Suparlan dalam mengantarnya terhadap
buku Clifford Geertz Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat
jawa yang merupakan edisi Indonesia dari buku aslinya The
Religion of Java.
Arti penting karya Geertz The Religion of Java adalah
sumbangannya kepada pengetahuan kita mengenai sistem-sistem
simbol, yaitu bagaimana hubungan antara struktur-struktur sosial
yang ada dalam suatu masyarakat dengan pengorganisasian dan
perwujudan simbol-simbol, dan bagaimana para anggota
masyarakat mewujudkan adanya integrasi dan disintegrasi dengan
cara mengorganisasi dan mewujudkan simbol-simbol tertentu,
sehingga perbedaan-perbedaan yang tampak diantara struktur-
struktur sosial yang ada dalam masyarakat tersebut hanyalah
bersifat komplementer.
b. Teknologi Rekayasa Genetika
Salah satu bentuk perkembangan ilmu zaman kontemporer
yang sangat makhsyur adalah dibidang rekayasa genetika berupa
teknologi kloning. Teknologi ini pertama sekali dilakukan oleh Dr.
Gurdon dari Medical Research Council Laboratory of Molecular
Biology, Universitas Chambridge, Inggris, tahun 1961. Gurdon
berhasil memanipulasi telur-telur katak sehingga menjadi kecebong
yang identik (kecebong kloning). Tiga puluh dua tahun setelah itu,
tahun 1993, Dr. Jerry Hall berhasil mengkloning embrio manusia
dengan teknik pembelahan (embrio splitting technique). Hanya
saja, semua kloning yang dihasilkan saat itu rusak. Empat tahun
kemudian, tepatnya pada tanggal 23 Februari 1997 Dr. Ian Wilmut
dari Scotlands Roslin Institute berhasil melakukan kloning mamalia
pertama dengan kelahiran domba yang bernama Dolly. Tehnik
yang digunakan Dr. Wilmut dikenal dengan alih inti sel somatik atau
Somatic Cell Nucleat Transfer (SCNT), yaitu mengambil inti sel
somatik dari domba jenis tertentu (sebut misalnya domba A) untuk
kemudian diinjeksikan ke dalam sel telur domba jenis lainnya
22
(misalnya domba B). Sebelum injeksi dilakukan, sel telur tersebut
sudah diambil terlebih dahulu inti selnya (dikosongkan). Dengan
suatu loncatan listrik, inti sel domba A akan berkembang dan
membelah. Dan pada akhirnya akan tumbuh menjadi individu baru.
Masih pada tahun 1997 lahir lembu kloning pertama yang diberi
nama Gene. Tehnik yang digunakan sedikit berbeda dengan
pembuatan “Dolly”. Pembuatan Gene diawali dengan koleksi sel-sel
janin yang sangat muda dari anak lembu. Sel-sel tersebut
kemudian ditumbuhkan sedemikian rupa sampai siap dimasukkan
ke dalam sel telur lembu betina. Setahun kemudian, para peneliti di
Universitas Hawai yang dipimpin oleh Dr. Teruhiko Wakayama
berhasil melakukan kloning terhadap tikus hingga lebih dari 5
generasi. Tehnik yang digunakan kali ini juga berbeda dengan
sebelumnya. Mereka menggunakan tehnik micro injection dengan
tingkat keberhasilan 3%. Peluang keberhasilan teknik kloning ini
lebih besar dari teknik SCNT yang tidak sampai 1%.
Ditahun 2000 Prof. Gerald Schatten dari Oregon Health
Sciences University, Amerika, berhasil membuat kera kloning yang
diberi nama Tetra. Tehnik yang digunakan adalah pembagian
embrio atau Embrio Spilitting Teachnique (EST). Pada dasarnya
EST adalah penyempurnaan dari tehnik yang dipergunakan oleh
Dr. Jerry Hall pada tahun 1993. Pada tehnik ini, telur dari betina
dan sperma dari jantan dipakai untuk membentuk telur yang
terbuahi (vertilized egg). Setelah embrio tumbuh menjadi delapan
sel, para peneliti membaginya menjadi empat embrio yang identik,
masing-masing terdiri dari dua sel. Langkah selanjutnya adalah
keempat embrio tersebut diimplikasikan ke dalam serrrogt mother.
Lalu, lahirlah kemudian kera kloning. Individu yang dihasilkan dari
teknik ini 100% identik dengan sel sumbernya. Karena itulah para
ahli menyebut tehnik ini dengan artivicial twinning atau kembar
buatan.
Begitulah tehnik rekayasa genetika berkembang dari waktu ke
waktu. Dan setelah berbagai keberhasilan tehnik kloning yang
pernah dilakukan, para ahli malah lebih berencana menerapkan
23
tehnik kloning pada manusia. Dari ide inilah, wacana kloning
menjadi sesuatu yang semakin kontroversial.
c. Teknologi Informasi
Pada tahun 1937, seorang insinyur Amerika bernama Howard
Aiken merancang IBM Mark 7 yang merupakan nenek moyangnya
komputer mainframe saat ini. Komputer tersebut menggunakan
tabung vakum dan elektro mekanikal dan bukan tombol-tombol
elektronis. Komputer elektronik pertama yang sukses secara
komersial adalah UNIVAC. Komputer ini dirancang oleh Eckert dan
Mauchly dan diperkenalkan pada tahun 1951. Selanjutnya, muncul
komputer bertransistor dengan transistor-transistor yang kokoh
menggantikan tabung-tabung vakum yang mudah rusak, dirancang
oleh Seimourcray untuk Control Data Corporation. Dan inilah awal
dari kecenderungan membuat komputer yang lebih kecil dan lebih
cepat.
Ide mengenai komputer pribadi [(Personal Computer ; (PC)]
disetiap rumah muncul di lembah Santa Clara disebelah selatan
San Fransisco, California, sebuah daerah yang kemudian dikenal
sebagai Lembah Silikon. Pada tahun 1977, Steve Jobs dan Steve
Wozniak mendirikan perusahaan komputer bernama Apple
Computer Inc. Pada bulan april tahun 1977 itu, mereka
memperkenalkan Apple II. Itulah komputer pribadi pertama di dunia.
Komputer telah mengubah wajah peradaban barat modern
secara drastis sejak tahun 80 – an. Pada awalnya, komputer
dikenal sebagai “otak elektronis” yang mampu melakukan
bermacam-macam kegiatan dengan tingkat kesulitan yang
berbeda-beda. Komputer merevolusi ilmu matematika melalui
kemampuannya memperluas jangkauan otak penghitungnya,
seperti mobil dan pesawat yang mampu memperjauh jarak yang
ditempuh.

24
BAB III

KESIMPULAN

KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan :

1. Bahwa filsafat ilmu merupakan sejarah yang panjang sejalan dengan


perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri.
2. Bahwa perkembangan ilmu pengetahuan tidak bisa lepas dari perkembangan
pemikiran secara teoritis yaitu senantiasa mengacu kepada peradaban
Yunani dan Romawi, abad pertengahan, zaman renaissance dan eropa
modern, serta zaman kontemporer. Oleh karena itu periodesasi
perkembangan ilmu disusun mulai dari peradaban yunani kemudian diakhiri
pada penemuan-penemuan pada zaman kontemporer. Penemuan-penemuan
yang spektakuler terjadi sepanjang zaman dari masa Pra Yunani kuno sampai
pada masa kontemporer tentu saja sangat dipengaruhi oleh tokoh pemikir
(filosofi) yang hidup pada zaman masing-masing dan menambah kekayaan
khasanah ilmu pengetahuan khususnya cabang filsafat yaitu filsafat ilmu.

SARAN

Saran yang dapat kami sampaikan adalah :

Seharusnya kita sebagai calon pendidik haruslah banyak mengetahui tentang


sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, dan siapa saja penemu yang berperan
penting dalam kehidupan ini sebagai umat yang beriman, kita seharusnya
mengetahui batasan-batasan dalam pengembangan ilmu itu sendiri.

Sebagai penyusun, kami menyadari banyak hal yang masih kurang. Dan jika
dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan atau kekeliruan, mohon
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar A, 2016. Filsafat Ilmu. PT Rajagrafindo persada.Jakarta.

http://hitamkopiku.blogspot.co.id/2014/11/pengertian-rasionalisme
empirisme.html.(diakses tanggal 23 september 2016)

Lubis. Y.A. 2016. Filsafat Ilmu Klasik hingga Kontemporer. PT. Rajagrafindo. Jakarta

Banasuru, Aripin 2014. Filsafat dan Filsafat Ilmu dari Hakekat ke Tanggung Jawab.
Bandung: Alfabeta

26

Anda mungkin juga menyukai