Anda di halaman 1dari 69

PROSES PENGELASAN PIPA OIL WATER SEPARATOR

42” AREA EWTP DI PT. PERTAMINA (Persero) REFINERY


UNIT V BALIKPAPAN

Oleh
ANNAS ROKHIMIN
F 331 15 023

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK MESIN


JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2018
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kerja Praktek dengan judul “ANALISIS KERUSAKAN PIPING
SYSTEM AREA JETTY-2 AKIBAT CORROSION DI PT. PERTAMINA
(Persero) REFINERY UNIT V BALIKPAPAN”, telah disusun sebagai syarat
untuk memenuhi mata kuliah Kerja Praktek Program Studi S1 Teknik Mesin
Jurusan Teknik Mesin Universitas Tadulako.

Periode 1 September 2018 s/d 1 Oktober 2018


Oleh

ANNAS ROKHIMIN
F 331 15 023

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui


Balikpapan, September 2018
Menyetujui,
Pembimbing Kerja Praktek
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan

Irsyad

Mengetahui,

Lead of stationary & Statutory Group Leader Stationary


Inspection Inspection

Teguh Puji Handoko Apri Marlinaldi Majid


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan kerja praktek di
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan dan menyelesaikan Laporan
Kerja Praktek dengan baik. Shalawat serta salam tidak lupa pula kami haturkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW sebagai panutan umat manusia
hingga akhir zaman. Laporan Kerja Praktek ini disusun untuk memenuhi
persyaratan mata kuliah Kerja Praktek Di Program Studi S1 Teknik Mesin
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tadulako.

Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini, tidak mungkin terselesaikan


tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
secara langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
penyusunan laporan Kerja Praktek ini, kepada:

1) Kedua orang tua yang selalu setia tulus dan ikhlas mendoakan saya, serta
memberikan dorongan semangat dan motivasi baik berupa moril maupun
materi.
2) Dekan Fakultas Teknik Universitas Tadulako.
3) Ketua Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tadulako.
4) Koordinator Program Studi S1 Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Tadulako.
5) Bapak Kennedy, ST, MT selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek.
6) Bapak Irsyad, selaku pembimbing kerja praktek di Stationary & Statutory
Inspection Engineering.
7) Bapak Budi Utomo, selaku pembimbing kerja praktek Maintenance 2 Area
EWTP di Stationary & Statutory Inspection Engineering.
8) Bapak Irsyad, selaku sebagai koordinator kerja praktek di Stationary &
Statutory Inspection Engineering.
9) Bapak Baharudin, selaku pembimbing lapangan Maintenance 2 PT.
Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan.
10) Bapak Rian, selaku pembimbing lapangan Maintenance 2 PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit V Balikpapan.
11) Bapak Alvin, selaku pembimbing lapangan Maintenance 2 PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit V Balikpapan.
12) Bapak Bagus, selaku pembimbing lapangan Maintenance 1 PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit V Balikpapan.
13) Seluruh karyawan yang di Departemen Stationary & Statutory Inspection
Engineering PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan, yang
telah banyak membantu memberikan informasi tentang isi laporan kerja
praktek ini.
14) Saudara Bayu Saputra yang telah menemani dan saling membantu
selama kerja praktek di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V
Balikpapan.
15) Teman-teman mahasiswa Teknik Mesin seangkatan (2015) dan
seperjuangan tanpa terkecuali serta teman-teman yang tergolong dalam
anggota Himpunan Mahasiswa Teknik Mesin yang telah banyak
membantu saya baik secara materi maupun moril demi terselesaikannya
Laporan Kerja Praktek ini.
16) Semua pihak yang tidak sempat disebut satu-persatu yang telah banyak
membantu dalam penyusunan laporan kerja praktek ini.

Dalam penulisan Laporan Kerja Praktek ini, kami sadar akan kekurangan baik
dari penulisan maupun isi laporan. Untuk itu penulis berharap pula kepada
pembaca untuk memberikan saran maupun kritik yang bersifat membangun agar
dapat dijadikan acuan supaya lebih baik. Akhir kata, dengan harapan semoga
Allah SWT, membalas segala kebaikan bagi semua pihak yang telah membantu.
Penulis berharap pula agar laporan kerja praktek ini bermanfaat bagi para
pembaca.

Balikpapan, 28 september 2018

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iv
ABSTRAK v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR ix
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
1.1 Tujuan 3
1.2 Batasan Masalah 3
1.3 Manfaat 4
1.4 Metode Pengambilan Data 4
1.5 Sistematika Penulisan 5
BAB II PROFIL PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Pertamina 6
2.2 Logo Perusahaan 13
2.3 Visi dan Misi PT. Pertamina (Persero) dan RU V Balikpapan 14
2.4 Tata Nilai 15
2.5 Lokasi PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan 15
2.6 Produksi PT. Pertamina (Persero) 19
2.7 Status Kepemilikan 20
2.8 Distribusi dan Pemasaran Produk 20
2.9 Unit Kerja 23
2.10 Struktur Organisasi 24
BAB III LANDASAN TEORI
3.1 Sistem Perpipaan 34
3.2 Pengerjaan Sebelum Pengelasan 35
3.3 Pengerjaan Selama Proses Pengelasan 42
3.4 Pengerjaan Setelah Pengelasan 46
3.5 Kulifikasi Juru Las, Prosudur Pengelasan, Pemeriksaan dan Pengujiaan 48
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Proses Pengelasan 52
BAB V PENUTUP
6.1 Kesimpulan 55
6.2 Saran 55

LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Monumen sumur pertama “Mathida”

Gambar 2.2 Lokasi Refenery Unit Pertamina di seluruh indonesia

Gambar 2.3 Perkembangan logo PT. Peetamina ( Persero )

Gambar 2.4 Logo PT. Pertamina ( Persero )

Gambar 2.5 Lokasi PT. Pertamina ( Persero ) RU V Balikpapan

Gambar 2.6 Lokasi PT. Pertamina ( Persero ) RU V Balikpapan via satelit

Gambar 2.7 Peta lokasi PT. Pertamina ( Persero ) RU V Balikpapan

Gambar 2.8 Alur pendistribusian PT. Pertamina ( Persero ) RU V Balikpapan

Gambar 3.1 Pengelasan pipa di lapangan

Gambar 3.2 Posisi 1 G

Gambar 3.3 Posisi 2 G

Gambar 3.4 Posisi 5 G

Gambar 3.5 Posisi 6 G

Gambar 3.6 Posisi 2F

Gambar 3.7 Posisi 4 F

Gambar 3.8 Penanjelasan ukuran pada sambungan V tunggal

Gambar 3.9 Sambungan V tunggal

Gambar 3.10 Proses pengelasan : a. Pengelasan vertical naik (SMAW), b.


Pengelasan vertical naik pada lubang peluapan (SMAW), c. Pengelasan naik semi
otometik pada lubang penguapan (GMAW)

Gambar 3.11 Alat bantu pengelasan pipa (a) alat perakit luar (b) alat perakit
dalam

Gambar 3.12 Las ikat

Gambar 3.13 Geometri sambungan dengan cicin penahan

Gambar 3.14 Pengelasan akar (root) pada pipa

Gambar 3.15 Las isi (filler) b.las akhir (capping)


Gambar 3.16 Proses PWHT di lokasi pengelasan

Gambar 3.17 Pemeriksaan penetran cair

Gambar 3.18 Pengujian hitrotset

Gambar 4.1 Mesin las miller

Gambar 4.2 Pipa OWS 42” area EWTP

Gambar 4.3 Pengelasan setelah pengukuran

Gambar 4.4 Pegelasan

Gambar 4.5 Pengelasan flange

Gambar 4.6 Pengelasan elbow


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perkembangan Kilang Minyak PT. Pertamia (Persero) RU V 11


Tabel 2.2 Kapasitas Produksi PT. Pertamina (Persero) 19
Tabel 2.3 Kapasitas Terpasang Kilang I 23
Tabel 2.4 Kapasitas Terpasang Kilang II 24
Tabel 2.5 Fasilitas Pendukung Lainnya 24
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era globalisasi saat ini, sangat diharapkan peranan dunia pendidikan
mendukung segala aspek yang diperlukan untuk memberikan sumbangan
pemikiran dan karya nyata dalam membangun bangsa dan negara. Dalam hal ini
dunia kerja menuntut untuk mendapatkan sumber daya manusia yang unggul
dan kompetitif dalam persaingan dunia kerja. Untuk itu sangat diperlukan tenaga
kerja yang memiliki keahlian professional yang tinggi untuk menghadapi
perkembangan dan persaingan global baik masa kini maupun masa mendatang.
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tadulako menyadari akan
keterkaitan yang besar antara dunia kampus dan dunia kerja yang merupakan
suatu tali rantai yang saling terkait. Pelaksanaan kerja praktek ini merupakan
salah satu model untuk mendekatkan keterkaitan dan kesepadanan (link and
match) antara pengetahuan di perkuliahan dengan kebutuhan lapangan
pekerjaan. Kerja Praktek merupakan alternative dalam menerapkan kurikulum
nasional sebagai mata kuliah yang bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang
professional dalam bidangnya. Mata kuliah kerja praktek merupakan bentuk
perkuliahan melalui kegiatan bekerja langsung di lapangan kerja.
Kerja Praktek (KP) adalah kegiatan mahasiswa yang dilakukan di
masyarakat maupun di perusahaan untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh
dan melihat relevansinya di dunia kerja serta mendapatkan umpan balik dari
perkembangan ilmu pengetahuan dari masyarakat maupun melalui jalur
pengembangan diri dengan mendalami bidang ilmu tertentu dan aplikasinya.
Pada zaman sekarang ini kegiatan industri di berbagai negara sangatlah
berkembang maju. Untuk dapat mengikuti bahkan menyaingi pesaing-pesaing
dari perusahaan lain tentunya perusahaan diwajibkan untuk dapat menghasilkan
produk dengan mutu yang baik. Akan tetapi hal tersebut tidak melupakan aspek-
aspek lain yang mendukung dalam kegiatan yang ada didalam sebuah industri.
Keselamatan kerja pekerja dan kesehatan para pekerja harus diperhatikan oleh
perusahaan supaya dengan SDM yang baik akan menghasilkan produk yang baik
pula.

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

Sejalan dengan berkembangnya peradaban manusia dan era pasar bebas,


dan terus berkembangnya teknologi, maka semakin bertambahnya kebutuhan
yang harus dipenuhi dalam kehidupan sehari-hari khususnya adalah kebutuhan
akan energi. Pada saat terus berkembangnya perusahaan minyak di Indonesia,
PT. PERTAMINA (PERSERO) terus berupaya untuk memaksimalkan kinerjanya
dalam menghasilkan bahan bakar minyak (BBM) dan (Non BBM) sebagai
kebutuhan energi yang mutlak sebagai kebutuhan sehari-harinya. Kilang minyak
PT. PERTAMINA (PERSERO) Refinery Unit V Balikpapan adalah suatu tempat
proses pengolahan minyak mentah dengan melalui beberapa tahapan sehingga
saat ini masih memproduksi LPG, Nafta, Kerosin, Avtur, Solar dan lilin dalam
jumlah yang kecil.
Pada perusahaan PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan memiliki sebuah
bagian yang membuat kebijakan-kebijakan berkaitan dengan kesehatan dan
keselamatan kerja para pekerjanya. HSE (Health Safety Environment) dimana
bagian HSE itu sendiri terdari dari beberapa bagian lagi, yaitu bagian safety
section head, Fire & section head, Environment section head, Occupational
health section head. Dan setiap bagian pada HSE (Health Safety Environment)
juga memiliki tugas yang berbeda-beda sesuai dengan bidangnya masing-
masing.
Salah satu bagian pekerjaan yang memiliki resiko pekerjaan yang tinggi
adalah bagian dari Maintenance Area. Maintenance Area ini dibagi menjadi empat
bagian yaitu Maintenance Area 1 (MA1), Maintenance Area 2 (MA2), Maintenance
Area 3 (MA3), dan Maintenance Area 4 (MA4). Setiap bagian memiliki tanggun
jawab untuk melakukan maintenance area kerja masing-masing. Salah satu area
yang paling utama dan paling penting disini adalah area MA1 yaitu pada bagian
utilities dan power plant satu dan power plant dua.
Dari beberapa bidang yang ada pada bagian HSE dapat menunjang
peningkatan kinerja sebuah perusahaan terutama di PT. Pertamina (Persero) RU
V Balikpapan karena setiap pekerjaan yang dilakukan di bagian-bagian kilang PT.
Pertamina (Persero) RU V Balikpapan sendiri telah diatur sesuai dengan tingkat
kecelakaan yang memungkingkan terjadi. Sehingga HSE (Health Safety
Environment) sangat perlu karena untuk meminimalisir tingkat kecelakaan di PT.
Pertamina (Persero) RU V Balikpapan. Untuk mengantisipasi agar suatu
pekerjaan yang beresiko dapat digolongkan tingkat resikonya serta meminimalisir

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

terjadi nya kecelakaan kerja maupun gangguan kesehatan pada saat bekerja,
dibutuhkan analisa tentang kesehatan dan keselamatan kerja terutama pada
pengendalian resiko kerja yang akan terjadi di PT. Pertamina RU V Balikpapan.
Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Uinversitas Tadulako adalah
salah satu perguruan tinggi negeri dengan sasaran pengembangan dan
penggunaan proses industri, unit operasi, dan perancangan dalam skala besar.
Mahasiswa Teknik Mesin Uinversitas Tadulako sebagai bagian dari sumber daya
manusia Indonesia secara khusus dipersiapkan untuk menjadi bagian dari proses
tersebut.
Untuk menunjang hal tersebut, Program Studi Teknik Mesin Universitas
Tadulako mewajibkan mahasiswanya untuk melaksanakan Kerja Praktek sebagai
kelengkapan teori yang dipelajari dalam bangku kuliah.

1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan dari kerja praktek ini yang
ingin dicapai adalah :
1.2.1 Tujuan umum pelaksanaan kerja praktek.
1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Kerja
Praktek di Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Tadulako.
2. Memberikan masukan bagi perguruan tinggi mengenai ilmu terapan
yang sesuai dengan dunia industri.
3. Menyiapkan tenaga kerja terdidik yang diharapkan setelah lulus dapat
bekerja di perusahaan dimana mahasiswa pernah melaksanakan kerja
praktek.
1.2.2 Adapun tujuan khususnya adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui proses pengelasan pipa oil water separator 42” area
EWTP di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan.

1.3 Batasan Masalah


1. Jenis pengelasan yang digunakan adalah proses pengelasan SMAW
(Shield Metal Arc Welding)
2. Elektroda yang digunakan adalah elektroda E6010 dan elektroda E7018.

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

1.4 Manfaat
Dalam pelaksanaan kerja praktek ini ada tiga pihak langsung yang terkait
dalam proses pelaksanaan kerja praktek, sehingga ada tiga manfaat yang
diharapkan dalam pelaksanaan kegiatan ini, yaitu:
1. Bagi Perguruan Tinggi
Sebagai tambahan referensi khusunya mengenai perkembangan teknologi
yang digunakan oleh pihak-pihak yang memerlukan serta mampu menghasilkan
sarjana-sarjana yang profesional dan memiliki pengalaman di bidangnya serta
dapat membina kerja sama yang baik antara lingkungan akademis dengan
lingkungan kerja.
2. Bagi Perusahaan.
Hasil analisa dan penelitian yang dilakukan selama kerja praktek dapat
menjadi bahan masukan bagi pihak perusahaan untuk menentukan
kebijaksanaan perusahaan di masa yang akan datang.
3. Bagi Mahasiswa.
a. Mahasiswa dapat mengetahui kondisi yang ada di dunia industri khususnya
industri perkapalan.
b. Mahasiswa dapat menyajikan pengalaman dan data-data yang diperoleh
selama kerja praktek dalam sebuah Laporan kerja praktek,
c. Mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang akan
membuka cakrawala berpikir yang lebih luas mengenai disiplin ilmu yang
ditekuni selama ini,
d. Mahasiswa dapat mengenalkan dan membiasakan diri terhadap suasana
kerja sebenarnya sehingga dapat membangun etos kerja yang baik, serta
sebagai upaya untuk memperluas cakrawala wawasan kerja, dan,
e. Mahasiswa dapat mengetahui secara lebih mendalam gambaran tentang
kondisi nyata dunia kerja sehingga nantinya diharapkan mampu
menerapkan ilmu yang telah didapat dalam aktivitas dunia kerja yang
sebenarnya.

1.5 Metode Pengambilan Data


Metode pengambilan data yang digunakan untuk menyelesaikan
laporan ini terdiri dari observasi lapangan dan studi literatur. Observasi

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

lapangan yakni berupa kunjungan langsung ke lapangan, melakukan


pengamatan terhadap objek, dan melakukan wawancara kepada
karyawan maupun staf yang sedang bertugas. Sementara studi literatur
berupa peninjauan dokumen-dokumen kilang (missal: P&ID, PFD, Logic
Diagram, dll), pembacaan datasheet atau manual instruction perangkat,
juga literatur-literatur lain yang didapatkan dari berbagai sumber.

1.6 Sistematika Penulisan


Agar laporan ini berurutan dan lebih mudah dipahami, maka penulis
menyusun sistematika Laporan Kerja Praktek ini sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang, tujuan, batasan masalah, manfaat,
metode pengambilan data dan sistematika penulisan.
2. Bab II Profil Perusahaan
Bab ini berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan informasi
mengenai perusahaan secara umum.
3. Bab III Landasan Teori
Bab ini berisi teori-teori yang mendasari pembahasan permasalahan pada
laporan ini.
4. Bab IV Analisis dan Pembahasan
Bab ini berisi tentang pembahasan permasalahan pada laporan ini.
5. Bab V Penutup
Bab ini berisi kesimpulan dari pembahasan beserta saran.

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

BAB II
PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Sejarah PT. Pertamina (Persero) dan PT. Pertamina RU V


Balikpapan
Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki beraneka ragam sumber
daya alam, seperti minyak bumi dan gas alam. Minyak bumi dan gas alam telah
mulai dikelola sejak masa penjajah Belanda. Minyak bumi sendiri banyak
digunakan untuk menghasilkan energi (bahan bakar) dan pembangkit tenaga
listrik. Bagi Indonesia, minyak bumi merupakan sumber daya alam yang sangat
penting. Hal ini disebabkan karena disamping untuk dikonsumsi dalam negeri,
juga diekspor sehingga meningkatkan devisa negara. Kendati telah dieksploitasi
selama hampir 2 abad, ternyata masih banyak yang belum diberdayakan.
Tercatat baru sekitar 30 cekungan yang telah dieksploitasi dan umumnya berada
di wilayah barat Indonesia. Diperkirakan masih ada 30 cekungan lagi di wilayah
timur Indonesia yang masih menunggu sentuhan eksplorasi dan eksploitasi di
masa depan.
Pada zaman penjajahan Belanda, sejak tahun 1871, orang-orang Belanda
telah mulai berusaha mendapatkan minyak bumi di Indonesia dengan jalan
melakukan pemboran di daerah-daerah sumber minyak untuk diolah menjadi
minyak lampu. Pada tanggal 15 Juni 1885, seorang pemimpin perkebunan
Belanda bernama Aeilco Janszoon Zylker berhasil melakukan pemboran yang
pertama di Telaga Tunggal dekat Pangkalan Berandan di Sumatera Utara pada
kedalaman kira-kira 400 kaki. Sejak penemuan ini, pencarian minyak bumi terus
berlanjut, dimana pada saat yang hampir bersamaan telah ditemukan pula
sumber minyak bumi di Indonesia, seperti di desa Ledok Jawa Tengah, di desa
Minyak Hitam di daerah Muara Enim Palembang dan Riam Kiwa dekat
Sangasanga di Kalimantan Timur.

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

Gambar 2.1 Monumen Sumur Pertama ”Mathilda”


Di Indonesia penemuan minyak bumi mengakibatkan tumbuhnya banyak
perusahaan minyak asing, dimana pada akhir abad XIX tidak kurang dari 18 buah
perusahaan asing secara aktif mengusahakan sumber-sumber minyak di
Indonesia. Karena usaha eksplorasi dan kekuatan finansialnya, maka pada tahun
1902 Royal Dutch Company, yaitu perusahaan yang mengambil ahli konsesi
Zylker, dapat menyisihkan perusahaan-perusahaan yang ada pada waktu itu.
Pada tahun 1907, Royal Dutch Company bergabung dengan Shell Transport and
Trading Company, dimana perusahaan yang beroperasi dari kelompok Royal
Dutch dan Shell di Indonesia adalah Bataafshe Petroleum Maatschappij (B.P.M.),
dan ini merupakan satu-satunya perusahaan yang beroperasi di Indonesia
sampai tahun 1911. Pada tahun 1912 Standard Vacum Oil Company (STANVAC),
suatu anak perusahaan Standard Oil (New Jersey) dan Vacum Oil Company mulai
beroperasi di Indonesia. Perusahaan tersebut mengerjakan lapangan-lapangan
minyak di Talang Akar dan Pendopo Sumatera selatan.

Untuk menghadapi saingan dari Standard Oil ini, maka pada tahun 1930 oleh
pemerintah kolonial Belanda dan B.P.M, dibentuklah suatu campuran yaitu N.V.
Nederlandsche Indische Aardolie Maatschappij (N.I.A.M.) pada tahun 1935,
CALTEX yaitu sebuah anak perusahaan Standard Oil of California and Texas
Company mulai beroperasi di Indonesia, dimana lapangan produksinya terletak di
Minas dan Duri di daerah Daratan Riau. Pada tahun 1935, dibentuk perusahaan
minyak bernama Nederlandsche Nieuw Guinea Petroleum Maatschappij
(N.N.G.P.M) untuk mengeksploitasi Irian Jaya (sekarang disebut Papua) bagian
barat, dengan sahamnya dengan dari Royal Dutch-Shell, Stanvac, dan Caltex.

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

Kilang minyak yang ada sebelum perang dunia II ada 6 buah yaitu di Plaju
(B.P.B), Sungai Gerong (STANVAC), Balikpapan (B.P.M.), Cepu (B.P.M),
Wonokromo (B.P.M.) dan Pangkalan Brandan (B.P.M.).
Dengan berakhirnya Perang Dunia II, karena serbuan bala tentara Jepang
ke Indonesia dan politik bumi hangus pemerintah Hindia Belanda, sebagian besar
instalasi-instalasi kilang minyak hancur, terutama kilang minyak Pangkalan
Brandan. Dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945,
satu-satunya lapangan minyak yang dapat dikuasai oleh pejuang-pejuang
kemerdekaan Indonesia adalah lapangan minyak sekitar Pangkalan Brandan dan
daerah Aceh, bekas milik Shell-B.P.M, yang selanjutnya merupakan perusahaan
minyak Indonesia yang pertama dan diberi nama Perusahaan Tambang Minyak
Negara Republik Indonesia (P.T.M.N.R.I.). Pada tahun 1945 B.P.M. berhasil
meneruskan produksi minyak mentahnya di Tarakan, dan pada tahun 1946
Kilang Plaju dan Sungai Gerong dikembalikan kepada B.P.M. dan STANVAC untuk
rekonstruksi. Di Jawa Tengah B.P.M. tidak berhasil memperoleh kembali
lapangan minyak Kawengan, Ledok, dan kilang minyak Cepu karena telah
dikuasai oleh koperasi buruh minyak yang kemudian menjadi perusahaan negara
PERMIGAN.
Karena sesudah selesainya perjuangan fisik di tahun 1950 P.T.M.N.R.I.
juga belum menunjukkan usaha-usaha pembangunannya, maka bulan April 1945
P.T.M.N.R.I. diubah menjadi Tambang Minyak Sumatera Utara (T.M.S.U.).
Tindakan ini ternyata juga belum ada manfaatnya, sehingga pada tangggal 10
Desember 1957 T.M.S.U. diubah menjadi P.T. Perusahaan Pertambangan Minyak
Nasional (P.T. PERMINA). Setelah kira-kira 3,5 tahun, maka pada tanggal 1 Juli
1961 statusnya dirubah menjadi Perusahaan Negara Pertambangan Minyak
Nasional (P.N. PERMINA).
Dengan penyerahan kedaulatan oleh pemerintah kolonial Belanda kepada
Republik Indonesia, maka pada tanggal 1 Januari 1959 status N.V. N.I.A.M.
dirubah menjadi P.T. Pertambangan Minyak Indonesia (P.T. PERMINDO). Untuk
itu, pemerintah Indonesia mengeluarkan UU No.19/1960 tentang perusahaan
negara dan UU No. 44/1960 Tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
(pertambangan minyak dan gas bumi yang hanya boleh dilakukan oleh Negara).
Atas dasar kedua UU tersebut, maka pada tahun 1961 dibentuk Perusahaan
Negara sektor Minyak dan Gas Bumi, yaitu :

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

1. PN PERTAMIN (Perusahaan Pertambangan Minyak)


2. PN PERMINA (Perusahaan Minyak Nasional)
Kedua perusahaan tersebut bertindak selaku kuasa pertambangan yang
meliputi bidang gas dan minyak dengan melakukan kegiatan:
1. Eksplorasi.
2. Eksploitasi.
3. Pemurnian dan Pengolahan.
4. Pengangkutan.
Pada tahun 1968 kedua perusahaan tersebut digabung menjadi PN
PERTAMINA (Perusahaan Pertambangan Milik Nasional). Demi kelanjutan dan
perkembangannya, pada tanggal 15 September 1971 pemerintah mengeluarkan
UU No.8/1971 tentang Pertamina sebagai Pengelolaan Tunggal di Bidang Minyak
Dan Gas Bumi di Indonesia, sehingga pada tanggal 1 Januari 1972 PN
PERTAMINA diubah namanya menjadi PERTAMINA.
Pertamina terus tumbuh dan berkembang menjadi salah satu BUMN yang
handal. Berdasarkan UU No.22 Tahun 2001 dan No.31 Tahun 2003, status
Pertamina mengalami perubahan dari Lembaga Pemerintahan Non-Departemen
(LPND) menjadi Persero. Dengan adanya perubahan status ini, PT. PERTAMINA
(PERSERO) (Persero) berada di bawah stakeholder-nya, dalam hal ini adalah
pemerintah yang berperan sebagai profit oriented.
PT. Pertamina (Persero) didirikan dengan akta Notaris Lenny Janis Ishak,
SH No. 20 tanggal 17 September 2003, dan disahkan oleh Menteri Hukum dan
HAM melalui Surat Keputusan No. C-24025 HT.01.01 pada tanggal 9 Oktober
2003. Pendirian Perusahaan ini dilakukan menurut ketentuan-ketentuan yang
tercantum dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan terbatas,
Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan
(Persero), dan Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2001 tentang Perubahan atas
Peraturan No. 12 tahun 1998 dan peralihanya berdasarkan PP No.31 Tahun 2003
“Tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
Negara (PERTAMINA) Menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO)”.
Sesuai akta pendirianya, maksud dari perusahaan perseroan adalah untuk
menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi, baik di dalam maupun
di luar negeri serta kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan
usaha di bidang minyak dan gas bumi tersebut.

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

Adapun tujuan dari perusahaan perseroan adalah untuk:


1. Mengusahakan keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perseroan
secara efektif dan efisien.
2. Memberikan kontribusi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi untuk
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, perseroan melaksanakan kegiatan
usaha sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi beserta hasil
olahan dan turunanny.
2. Menyelenggarakan kegiatan usaha di bidang panas bumi yang ada pada saat
pendirianya, termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang
telah mencapai tahap akhir negosiasi dan berhasil menjadi milik perseroan.
3. Melaksanakan pengusahaan dan pemasaran Liquified Natural Gas (LNG) dan
produk lain yang dihasilkan dari kilang LNG.
4. Menyelenggarakan kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang
kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam nomor 1,2, dan 3.
Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang MIGAS baru, Pertamina
tidak lagi menjadi satu-satunya perusahaan yang memonopoli industry MIGAS
dimana kegiatan usaha minyak dan gas bumi diserahkan kepada mekanisme
pasar.

I
II VI
V
III VI
IV
Gambar 2.2 Lokasi Refinery Unit Pertamina di Seluruh Indonesia

Pendirian kilang minyak Pertamina RU V Balikpapan dilatar belakangi


ditemukannya sumber minyak mentah (crude oil) di daerah Sanga-sanga pada
tahun 1897. Menyusul kemudian ditemukan sumber-sumber minyak lain di
Tarakan (1899), Samboja (1911) dan Bunyu (1922). Kemudian pada tahun 1922

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

mulai dibangun kilang di Balikpapan yang kemudian disebut sebagai Kilang


Balikpapan I. Setelah mengalami kerusakan berat dalam masa perang Dunia II
(1940-1945) perbaikan dan rehabilitasi mulai dilakukan tahun 1948, kemudian
secara berturut-turut dibangun Crude Distillation Unit V (CDU V), Heavy Vacuum
Unit II (HVU II), Wax Plant, serta unit-unit yang termasuk dalam proyek
pembangunan Kilang Balikpapan II yaitu Hydroskimming Complex (HSC) dan
Hydrocracking Complex (HCC).
Secara kronologis, perkembangan Kilang Minyak Pertamina RU V
Balikpapan adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Perkembangan Kilang Minyak PT. Pertamia (Persero) RU V
Masa Kejadian

1897-1922 Ditemukan beberapa sumber minyak mentah di beberapa tempat di


Kalimantan Timur

1922 Unit Penyulingan Minyak Kasar (PMK) I didirikan oleh perusahaan


minyak BPM

1946 Rehabilitasi PMK I, karena mengalami kerusakan akibat Perang Dunia


II

1949 HVU I selesai didirikan dengan kapasitas 12 MBSD

1950 Wax plant dan PMK I selesai didirikan, dengan kapasitas produksi 110
ton/hari dan 25 MBSD

1952 Unit PMK II selesai didirikan. Dibangun oleh PT. Shell Indonesia dan
didesain ALCO dengan kapasitas 25 MBSD

1954 Modifikasi PMK III, sehingga memiliki kapasitas 10 MBSD. Mulai tahun
1985 PMK III tidak beroperasi

1973 Modifikasi wax plant, kapasitas 175 ton/hari

April 1981 Kilang Balikpapan II mulai dibangun dengan hak paten proses dari
UOP Inc

Nov 1981 Penetapan kontraktor utama, yaitu Bechtel International Inc. dari
Inggris dan consultant supervisor-nya adalah PROCON Inc. dari
Amerika Serikat

Nov 1983 Kilang Balikpapan II diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

(Presiden Soeharto)

5 Des 1997 Proyek up-grading Kilang Balikpapan I, diresmikan oleh Presiden RI


(Presiden Soeharto)

Nov 2003 Perubahan status Pertamina dari BUMN menjadi Perseroan Terbatas

23 Juni 2005 Proyek pembangunan Flare Gas Recovery System dan Hydrogen
Recovery System diresmikan.

Refinery Unit V Balikpapan terletak di teluk Balikpapan yang menempati


areal seluas 2.5 Km2 yang awalnya didesain untuk mengolah crude Handil dan
Bekapai. Namun saaat ini mengolah berbagai macam crude (mix crude) baik
local atau impor, antara lain:
- Senipah
- Sepinggan
- Bunyu
- Belida, dll.
Menurut desainnya kilang Balikpapan mengolah total 260 MBSD minyak
mentah. Kilang Balikpapan I berkapasitas 60 MBSD sedangkan kilang Balikpapan
II berkapasitas 200 MBSD. Kilang Pertamina UP V Balikpapan adalah kilang yang
dikhususkan untuk memenuhi kebutuhan BBM di Indonesia Bagian Timur.
Namun pada kasus-kasus insidental, produksi BBM dari Kilang Pertamina UP V
Balikpapan juga didistribusikan ke daerah-daerah lain yang membutuhkan. Selain
BBM, Kilang Pertamina UP V Balikpapan juga memproduksi Wax (lilin). Sampai
saat ini UP V adalah satu-satunya yang memproduksi lilin di Indonesia.
Kilang Balikpapan terdiri dari kilang lama dan kilang baru. Pada daerah
kilang lama terdiri dari:
- Unit Penyulingan Minyak Kasar I ( PMK I )
- Unit Penyulingan Minyak Kasar II ( PMK II )
- Unit Penyulingan Hampa I ( HVU I )
- Pabrik Lilin ( Wax Plant )
- Dehydration Plant ( DHP )
- Effluent Water Treatment Plant ( EWTP )
- Crude Distilation Unit V ( CDU V )
- Unit Penyulingan Hampa III ( HVU III )

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

Mulai Oktober 1997 Unit PMK I, PMK II, dan HVU I fungsinya digantikan
oleh CDU V dan HVU III. Sedangkan kilang Balikpapan II atau kilang baru terdiri
dari:
1. Hydro Skimming Compleks ( HSC ) yang meliputi

- Crude Distilation Unit IV, Plant 1


- Naphta Hydrotreater, Plant 4
- Platformer Unit, Plant 5
- LPG Recovery, Plant 6
- Sour Water Stripper Unit, Plant 7
- LPG Treater, Plant 9
2. Hydro Cracking Compleks ( HCC ) yang meliputi :
- Vacuum Distilation Unit (HVU II), Plant 2
- UOP HC Unibon Process Unit, Plant 3
- Hydrogen Plant, Plant 8
- Flare Gas Recovery, Plant 19
- Hydrogen Recovery, Plant 38

2.2 Logo Perusahaan


Pada awalnya logo pertaminabukan seperti logo sekarang yang baisa kita
temui. Namun ada beberapa logo-logo terdahulu hingga sekarang. Berikut adalah
sejarah pergantian logo-logo pertamina dari masa ke masa:

Gambar 2.3 Perkembangan Logo PT. Pertamina (Persero)


Pada akhirya logo pertamina yang bertahan hingga sekarang adalah logo
berupa anak panah yang menyerupai bentuk huruf P yang menginisialkan
PERTAMINA. Berikut adalah logo pertamina sekarang:

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

Gambar 2.4 Logo PT. Pertamina (Persero)


Arti dari logo tersebut, yaitu:
a. Merah : Keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam menghadapi
berbagai macam keadaan
b. Hijau : Sumber daya energi yang berwawasan lingkungan.
c. Biru : Handal, dapat dipercaya, dan bertanggung jawab.
Selalu hadir melayani masyarakat, berorientasi pada kepuasan
pelanggan dengan menggalakkan Quality Control
Dengan adanya perubahan logo PT. Pertamina (Persero) sekaligus
meluncurkan slogan (band driver) ALWAYS THERE yang diterjemahkan menjadi
SELALU HADIR MELAYANI. Dengan slogan tersebut diharapkan perilaku seluruh
jajaran pekerja akan berubah menjadi enterpreneur dan customer oriented,
terkait dengan persaingan yang sedang dan akan dihadapi perusahaan.

2.3 Visi dan Misi PT. Pertamina (Persero) dan RU V Balikpapan


Setiap perusahaan pastinya memiliki visi dan misi untuk dijadikan landasan
dari berjalannya perusahaan tersebut sehingga dapat mencapai target maupun
tujuan dari perusahaan yang telah ditentukan. Adapun visi dan misi untuk PT.
Pertamina (Persero) secara keseluruhan adalah sebagai berikut:
o Visi : “Menjadi perusahaan energy nasional kelas dunia.”
o Misi : “Menjalankan usaha minyak, gas, serta energy baru dan
terbarukan secara terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip
komersial yang kuat.”
Disamping visi dan misi utama dari keseluruhan perusahaan PT. Pertamina
(Persero), juga terdapat visi dan misi untuk menjalankan perusahan pada PT.
Pertamina (Persero) RU V Balikpapan. Adapun visi dan misi untuk PT. Pertamina
(Persero) RU V Balikpapan adalah sebagai berikut:
o Visi : “Menjadi kilang kebanggan nasional yang mampu bersaing dan
menguntungkan ”

o Misi :
1. Mengelola operasional kilang secara aman, handal, efisien
dan ramah lingkungan untuk menyediakan kebuthan energy
yang berkelanjutan.

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

2. Mengoptimalkan fleksibilitas pengolahan untuk


memaksimalkan valuable product.
3. Memberikan manfaat kepada stakeholder.

2.4 Tata Nilai


Dalam mencapai visi dan misinya, Pertamina berkomitmen untuk
menerapkan tata nilai sebagai berikut :

o Clean (Bersih)
Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak
menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas.
Berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik.

o Competitive (Kompetitif)
Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional,
mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya
dan menghargai kinerja.

o Confident (Percaya Diri)


Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam
reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa.

o Customer Focused (Fokus Pada Pelanggan)


Beorientasi pada kepentingan pelanggan, dan berkomitmen untuk
memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.

o Commercial (Komersial)
Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil
keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.

o Capable (Berkemampuan)
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki talenta
dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan
riset dan pengembangan.

2.5 Lokasi PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan


Kilang minyak PT. PERTAMINA (Persero) UP V Balikpapan berdiri tahun

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

1922, beberapa tahun setelah ditemukan cadangan minyak yang cukup besar di
Kalimantan. Kilang Balikpapan I dan II terletak di kota Balikpapan propinsi
Kalimantan Timur, tepatnya di tepi teluk Balikpapan.
Lokasi kilang Balikpapan yang berdekatan dengan perairan laut
mempermudah transportasi produk dan bahan baku keluar maupun menuju
kilang. Selain itu, sumber air laut sebagai air proses ataupun utilitas dapat
dengan mudah diperoleh. Kilang Pertamina UP V terletak di Teluk Balikpapan
dengan luas area 2,5 km2. Pemilihan Teluk Balikpapan sebagai kawasan kilang
dilakukan atas dasar :
- Tersedianya pasokan minyak mentah yang cukup banyak dari kawasan
sekitarnya
- Lokasinya strategis untuk pendistribusian hasil produksi terutama ke
kawasan Indonesia Bagian Timur
- Tersedianya areal yang cukup luas untuk pendirian kilang
- Tersedianya sarana pelabuhan untuk kepentingan distribusi minyak mentah
dan hasil produksi
Pemilihan lokasi ini tentu saja diikuti dengan banyak pertimbangan-
pertimbangan yang ada. Pada dasarnya lokasi ini disesuaikan dengan lokasi
kilang minyak terdahulu yang dipegang oleh belanda sehingga lokasi yang ada
dapat digunakan sebagai kilang minyak PT. PErtamina (Persero) RU V
Balikpapan. Dismaping itu, lokasi ini juga strategis dengan didukung perairan
teluk yang dapat dilewati kapal tanker untuk membawa minyak mentah maupun
hasil produk dari PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan ini. Tersedianya
fasilitas-fasilitas kilang peninggalan Belanda juga dapat memudahkan dalam
proses pengembangan kilang pengolahan minyak di PT. Pertamina (Persero) RU
V Balikpapan. Adapun lokasi dari PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan
dapat dilihat seperti pada gambar berikut:

UP.V BALIKPAPAN

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

Gambar 2.5 Lokasi PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

Berikut merupakan panorama posisi kilang di PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan dilihat menggunakan satelit dengan bantuan

Software Google Earth

Gambar 2.6 Lokasi PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan via Satelit

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

Berikut merupakan peta lokasi dari area PT. Pertamina (Persero) RU V

Balikpapan dari dokumen hasil pemetaan lapangan.

Gambar 2.7 Peta Lokasi PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

2.6 Produksi PT. Pertamina (Persero)


Dalam menjalankan perusahaannya, PT. Pertamina (Persero) ini
melakukan proses produksi yang mengolah minyak mentah dan gas. Namun
yang menjadi prioritasnya yaitu pengolahan minyak mentah atau yang biasa
dikenal dengan nama crude.
Kapasitas pengolahan minyak mentah di setiap area PT. Pertamina
(Persero) berbeda-beda tergantung jumlah kapasitas mesin produksi dan tempat
penyimpanannya. Untuk kapasitas pengolahannya minyak mentah oleh PT.
Pertamina (Persero) di seluruh Indonesia dapat kita dilihat seperti pada tabel
berikut:
Tabel 2.2 Kapasitas Produksi PT. Pertamina (Persero)

Kilang Provinsi Kapasitas Prosentase

(BPSD)

RU I Pangkalan Brandan* Sumatera Utara 5.000 0.5 %

RU II Dumai Riau 170.000 16.3 %

RU III Plaju & Sungai Gerong Sumatera Selatan 132.500 12.7 %

RU IV Cilacap Jawa Tengah 348.000 33.3 %

RU V Balikpapan Kalimantan Timur 253.500 24.3 %

RU VI Balongan Jawa Barat 125.000 12.0 %

RU VII Kasim Irian Jaya 10.000 1.0 %

Total 1.044.000 100.00 %

*sudah tidak beroperasi sejak Januari 2007

PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan merupakan daerah pengolahan


minyak mentah terbesar kedua setelah PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap,
yaitu sebanyak 253.500 Barrels Per Stream Daya (BPSD) dengan prosentase dari
pengolahan keselurahan PT. Pertamina (Persero) yaitu sebesar 24,30 %.

Saat ini kilang Balikpapan mengolah minyak mentah ( crude oil ) yang
berasal dari dalam maupun luar negeri, diantaranya berasal dari Minas,
Sepinggan, Badak, Handil, Bekapai, Arjuna, Attaka, Sangatta, Duri, Kakap,
Tepian Timur, Sanga-sanga, Tanjung, Cinta, Malaysia (Tapis), Australia (Jabiru

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

dan Chalyts), Arabian Light Crude, Amna, Bach Ho, Badin, Brass River, Borrow
Island, Bunga Kekwa, Cooper Basin, Dulang, Harriet, Iranian Light Crude,
Marrieb, Maul, Miri, Nan Hai, North West Sheif, Palanca, Qua Iboe, Sarir, Tapis,
Tantawan Varanus Blend, Xi Chiang dan Zarzaltine. Minyak mentah yang diolah
merupakan minyak mentah hasil blending beberapa jenis minyak mentah dengan
spesifikasi sesuai dengan spesifikasi desain.
Hasil produksi kilang Balikpapan berupa produk BBM dan non BBM, yaitu
premium, kerosene (minyak tanah), avtur, solar (minyak diesel), fuel oil (minyak
bakar), heavy nafta, LPG, LSWR dan lilin (wax).

2.7 Status Kepemilikan


Pertamina merupakan suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan satu-
satunya badan usaha yang mendapat wewenang untuk mengelola kekayaan
negara berupa minyak dan gas bumi. Pertamina didirikan tahun 1972
berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia No.8 Tahun 1972. Pertamina
merupakan penggabungan dari PN PERTAMIN dan PN PERMINA pada tahun
1968. Pertamina berubah menjadi PT (persero) mulai tanggal 1 Oktober 2003
berdasarkan Peraturan Pemerintah No.31 tahun 2003 sebagai amanat dari pasal
60 UU No.22 tahun 2001 tentang minyak dan gas bumi.

2.8 Distribusi dan Pemasaran Produk


Untuk hasil dari pengolahan di PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan
ini disalurkan ke daerah-daerah di Indonesia, khususnya di daerah Indonesia
bagian Tengah dan Timur. Hasil pengolahan dari PT. Pertamina (Persero) RU V
Balikpapan dibagi menjadi dua pembagian secara umum yaitu dari UPMS VI
,Pusat / UPMS lain, serta langsung dari Refinery Unit V Balikpapan. Dan untuk
prosesnya juga terbagi dua, yaitu Operasi Perkapalan serta Pemasaran dan
Niaga.
Pada Operasi perkapalan bertujuan untuk menyalurkan produk dari PT.
Pertamina (Persero) RU V Balikpapan ke wilayah-wilayah penyimpanan
(storage) yang nantinya akan diproses untuk proses pemasaran dan niaga.
Untuk proses perkapalan dilakukan dari UPMS VI menuju Depot Balikpapan,
Banjarmasin, Samarinda, Kotabaru dan tarakan. Proses perkapalan juga
dilakukan dari Pusat / UPMS lain menuju Pare-pare, Makassar, Bitung, Kupang ,

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

Tanjung Wangi, Manggis (Bali), Wayame (Ambon), Surabaya, Semarang,


Jakarta. Dan proses perkapalan yang langsung dari Refinery Unit V Balikpapan
secara khusus menyalurkan Indutry Diesel Oil (IDO) atau Industry Fuel Oil (IFO)
langsung menuju Makasar, Pomala, Tanjung Wangi dan Wayame.
Untuk beberapa proses perkapalan ke beberapa daerah-daerah di
Indonesia bagian Tengah Timur, akan dilanjutkan kembali ke operasi
Pemasaran dan Niaga. Dari Kotabaru/Tarakan, hasil produksi akan
didistribusikan kembali ke daerah Pangkalan Bun, Sampit, dan Pulang Pisau.
Sedangkan untk daerah Pare-pare, Makassar, Bitung, Kupang , dan Tanjung
Wangi akan diteruskan ke operasi pemasaran dan niaga ke daerah Kendari,
Bau-Bau, Palopo, Pare-Pare, Raha, Kolaka, Inco Malili, Gorontalo, Ampana,
Aprigi, Tahuna, Luwuk, Banggai, Kolenedale, Toli-Toli, Mountung, dan Poso.
Untuk daerah perkapalan di wilayah Manggis (Bali) akan di lanjutkan dengan
Operasi Pemasaran dan Niaga ke daerah Benoa, AMpenan, Tanjung Wangi,
Larantuka, Bima , Waingapu, Badas, Kalabihi, Dilli(Eksport), Ende, Reo,
Maumere, Kupang, dan Atapupu. Dan untuk daerah perkapalan yang terkahir
dari Wayane (Ambon) akan dilanjutkan ke operasi permasaran dan niaga ke
daerah seperti Biak, Ambon, Dono, Namlea, Jayapura, Mearuke, Labuha, Fak-
Fak, Kaimana, Sorong, Saumlaki, Bula, Manokwari, Ternate, Serui, Masohi,
Nabire, Tual, Tobelo, dan Sanana.

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

Berikut merupakan alur pendisitribusian hasil produk dari PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan:

Gambar 2.8 Alur Pendistribusian PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

2.9 Unit Kerja


Unit kerja dalam lingkungan PERTAMINA RU V Balikpapan memiliki
beberapa bagian yang didalamnya terdapat unit-unit yang berkaitan satu sama
lain dalam proses produksi, dimana kilang Balikpapan I terdiri atas unit-unit :
a. Crude Distillation Unit V (CDU V)
b. High Vacuum Unit III (HVU III)
c. Dehydration Plant (DHP)
d. Wax Plant
e. Effluent Water Treatment Plant (EWTP)
Tabel 2.3 Kapasitas Terpasang Kilang I
Plant

Unit Proses Kapasitas

Crude Distillation Unit V (CDU V) 60 MBSD

High Vacuum Unit III (HVU III) 25 MBSD

Dehydration Plant (DHP) 55 MBSD

Wax Plant 150 ton/day

Effluent Water Treatment Plant (EWTP) 100 m³/h

Kilang Balikpapan II terdiri dari dua unit produksi, yaitu unit Hydroskimming
Complex (HSC) serta unit Hydrocracking Complex (HCC). Kedua unit ini
memproduksi bahan bakar minyak dan LPG.

1. Unit Hydroskimming Complex (HSC), yang meliputi :


a. Crude Distillation Unit IV (CDU IV) - Plant 1
b. Naphta Hydrotreater Unit (NHTU) - Plant 4
c. Platformer Unit - Plant 5
d. LPG Recovery Unit - Plant 6
e. Sour Water Stripper Unit (SWS) - Plant 7
f. LPG Treater - Plant 9
2. Unit Hydrocracking Complex (HCC), yang meliputi :
a. High Vacuum Unit II (HVU II) – Plant 2
b. Hydrocracking Unit (HCU) – Plant 3
c. Hydrogen Plant – Plant 8

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

d. Unit-unit penunjang lainnya seperti : Cooling Water Unit (Plant 32), Boiler
feed Water System (Plant 31), Fuel Gas System (Plant 15), Nitrogen Plant
and Air Instrument (Plant 35), dan Flare System (Plant 19).
Tabel 2.4 Kapasitas Terpasang Kilang II
Plant

Unit HSC Kapasitas Unit HCC Kapasitas

Crude Distillation Unit IV High Vacuum Unit II


(CDU IV) 200 MBSD (HVU II) 81 MBSD

Naphta Hydrotreater Unit Hydrocracking Unit


(NHTU) 20 MBSD (HCU) 55 MBSD

Platformer Unit 20 MBSD Hydrogen Plant 68 MMSCFD

LPG Recovery Unit 534 ton/day Nitrogen Plant 645 Nm³/h

Sour Water Stripper Unit Incinerator 655 Nm³/h


633 m³/h
(SWS) Flare Gas Recovery 4000 Nm³/h

Sedangkan fasilitas pendukung seperti tabel di bawah berikut :


Tabel 2.5 Fasilitas Pendukung Lainnya
Fasilitas

Unit Proses Kapasitas

Crude Oil Tanks 30 unit

Product Tanks 74 unit

LPG Tanks 2 unit

Jetties 8 unit

SPM 1 unit

2.10 Struktur Organisasi


P.T.PERTAMINA ( PERSERO ) merupakan sistem organisasi di mana para
staff di bagi atas cabang – cabang yang berdasarkan regional.Organisasi
P.T.PERTAMINA ( PERSERO ) Refinery Unit V Balikpapan berada di bawah

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

wewenang dan tanggung jawab General Manager R.U.V ( GM R.U.V ) yang


bertanggung jawab langsung kepada direktur unit pengolahan pertamina.
General Manager PERTAMINA R.U.V berfungsi sebagai koordinator seluruh
kegiatan pengolahan PERTAMINA di Balikpapan, yang tugasnya di bantu oleh
beberapa Manager dan Section Head sebagai berikut:

➢ Manager
1. Operation & Manufacturing Senior Manager
2. Production Manager
3. Refinery Planning & Optimization Manager
4. Maintanance Planning & Support Manager
5. Maintanance Execution Manager
6. Engineering & Development Manager
7. Reliability Manager
8. Procurement Manager
9. Health, Safety and Environmrnt Manager
10. Operation Performance Improvement Coordinator
11. General affairs Manager
12. Human resource area/Business Partner Manager
13. Manager Keuangan Region IV
14. Information Technology R.U. V Manager
➢ Section Head
1. Hydro Skimming Complex Section Head
2. Hydro cracking Complex Section Head
3. Distilling & Wax Section Head
4. Utilitis Section Head
5. Oil Movement Section Head
6. Laboratory Section Head
7. Refinery Planning Section Head
8. Supplay Chain & Distribution Section Head
9. Budget & Performance Section Head
10. Planning & schedulling Section Head
11. Turn Around Coordinator
12. Stationary Engineer Section Head

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

13. Electrical & Instrument Engineer Section Head


14. Rotating Equipment Engineer Section Head
15. Maintanance Area I Section Head
16. Maintanance Area II Section Head
17. Maintanance Area III Section Head
18. Maintanance IV Section Head
19. General Maintanance Section Head
20. Workshop Section Head
21. Marine Section Head
22. Process engineering Section Head
23. Project Engineering Section Head
24. Energy Conservation & Loss Control Section Head
25. Facility Engineering Section Head
26. Total Quality Management Section Head
27. Equipment Reliability Section Head
28. Plant Reability Section Head
29. Inventor Section Head
30. Purchasing Section Head
31. Services & Warehousing Section Head
32. Contract Office Section Head
33. Environmental Section Head
34. Fire & Insurance Section Head
35. Safety Section Head
36. Occupational Health Section Head
37. Legal Section Head
38. Public relation Section Head
39. Scurity Section Head
40. Head of People Development
41. Head of Industrial Relation
42. Organization Development Analyst
43. Head of Medical
44. Head of HR Service
45. Controller Section Head
46. Kepala Bagian Akuntansi Kilang

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

47. Kepala Bagian Perbendaharaan

2.10.1 Engineering And Development


Tugas utama bagian ini adalah mengevaluasi kilang, memberikan saran –
saran peningkatan kinerja oprasi kilang secara keseluruhan, serta melakukan
pengembangan proses.
1. Process Engineering
Bagian ini memberikan saran dan rekomendasi atas pengolahan kilang
pada bagian produksi, melakukan pengembangan dan modifikasi proses,
serta melakukan evaluasi unjuk kerja proses dan peralatan kilang. Process
Engineering memiliki dua spesialis, yaitu spesialis Energi dan spesialis
proses kontrol, serta di bagi menjadi lima seksi, yaitu :

➢ Development
➢ Process control
➢ Environmental Process
➢ Safety
➢ Contact Engineer
2. Project Engineering
Fungsi bagian project Engineering adalah mengatur kontrak kerja,
mengelola dan mengendalikan kegiatan perencanaan, pelaksanaan
pengadaan barang dan jasa, mempersiapkan cetak biru modifikasi
terhadap kilang, menentukan pemilihan alat serta mengadakan evaluasi
terhadap masalah keteknikan. Bagian ini juga menangani dan mengawasi
pelaksanaan seluruh proyek untuk mencapai hasil proyek yang memenuhi
standart kualitas, biaya, jadwal yang telah di tetapkan, dan nilai manfaat
proyek yang menguntungkan. Bagian Project Engineering terdiri dari 4
seksi, yaitu :

- Pengadaan - Pengawas Kontruksi


- Ahli Aroyek - Pengatur Administrasi Proyek Engineering
3. Energy Conservation & Lost Control
Bagian ini berfungsi untuk merencanakan, mengkoordinasikan,
mengarahkan dan mengendalikan penyelesaian masalah. Selanjutnya
bagian ini akan memberikan saran kepada bagian terkait perihal pemakaian

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

energi dan penekanan hydrocarbon loss di lingkungan P.T.PERTAMINA (


PERSERO ) R.U.V Balikpapan dalam rangka peningkatan nilai tambah dan
financial margin perusahaan.
4. Facility Engineering
Fungsi bagian Facility Engineering adalah merencanakan,
mengkoordinasikan, mengarahkan, serta mengendalikan kegiatan analisis
dan study terhadap potensi pengengmbangan peralatan kilang. Bagian ini
memberikan saran kepada bagian – bagian produksi terhadap kinerja
fasilitas kilang ( listrik, mekanik, rotating equipment dan material ) dan
juga melakukan evaluasi modifikasi serta pengembangan non-press yang di
usulkan oleh Process Engineering.
Selain itu, Facility Engineering juga bertugas untuk memikirkan
pemecahan permasalahan oprasi kilang dari segi mekanis, rotating,
instrumentasi, dan material, termasuk penyimpan rancangan teknik untuk
optimalisasi dan efisiensi, peningkatan yield, utilitas, serta peningkatan
orientasi lingkungan dan keselamatan pada unit proses. Rancangan
tersebut harus selaras dengan perkembangan teknologi pengilangan
minyak bumi dengan biaya optimal, guna mendapat nilai tambah serta
peningkatan refinery margin.
Bagian Facility Engineering terdiri dari 6 seksi, yaitu:
➢ Mechanical Engineering
➢ Electrical Engineering
➢ Instrument Engineering
➢ Rotating Engineering
➢ Material Engineering
➢ Civil Engineering
5. Total Quality Manegement
Bagian ini berfungsi untuk mengkoordinasikan sistem manajemen
mutu PERTAMINA, baik dari standar mutu organisasi, mutu produk,
maupun lingkungan. Selain itu, TMQ juga mengkoordinasikan dan
mengevaluasi penilaian atau mengaudit program PERTAMINA Quality
Award.

2.10.2 Reability

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

Bagian ini bertugas untuk merencanakan, melaksanakan, mengkoordinir


pekerjaan, Pemeliharaan, Dan Meningkatkan Kehandalan Operasi Kilang.
1. Equipment Reliability
Bagian ini bertugas untuk melakukan pemeriksaan peralatan yang
beroprasi didalm kilang seperti :sistem perpipaan, tangki, furnace, heat
exchanger, boiler dan reactor, selain itu bagian ini juga mempersiapkan
Turn Around ( TA ) Kilang.

2. Plant Reability
Bagian ini bertugas untuk mengkoordinasikan pekerjaan pemeliharaan
kilang dengan bagian maintenance & execution.

2.10.3 Procurement
Bidang Procurement membawahi empat bagian, yaitu :
- Inventory
- Purchasing
- Service & Warehousing
- Contract Office

2.10.4 Healthy Safety Improvement


Bidang ini membawahi empat bagian yaitu :
- Environmental
- Fire & Insurance
- Safety
- Occupational Health

2.10.5 Operational and Manufacturing


1. Production
Bagian ini bertanggung jawab dalm mengatur dan mengoprasikan
kilang secara keseluruhan. Fungsi produksi dipimpin oleh seorang
Production Manager, yang secara struktural bertanggung jawab terhadap
operation & manufacturing Senior Manager.
a. Hydroskimming Complex

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

Bertanggung jawab terhadap pengoprasian CDU IV ( Crude Distilation


Unit IV ), Naptha Hydrotreater, Platforming Process Unit, LPG Recovery
Unit, LPG Treater, dan Sour Water Stripper Unit.
b. Hydrocracking Complex
Bertanggung jawab terhadap pengoprasiannya CDU II, Hydrocracker
Unibon, Hydrogen Plant, Flare Gas Recovery Unit, Hydrogen Recovery
system, serta Common Facilities

c. Distilling & Wax


Bertanggung jawab dalm pengoprasian CDU V ( Crude Distilation Unit
V ), High Vacum Unit III ( HVU III ), Wax Plant, Dehydration Plant, dan
Effluent Water Treatment Plant ( EWTP ).
d. Utilities
Bertanggung jawab atas kesediaan steam, air, dan energy listrik dalam
kelangsungan operasional kilang, sarana penunjang lainnya, dan
perumahan.
e. Oil Movement
Wilayah operasional bagian ini meliputi area pertangkian kilang
balikpapan dan area terminal crude lawe – lawe yang bertanggung jawab
atas lalu lintas keluar masuknya minyak mentah serta produk – produk
dari kilang. Selain itu, bagian ini juga melaksanakan proses pencampuran (
Blending ) produk berdasarkan perhitungan yang dilakukan bagian Supply
Chain & Distribution. Terminal Balikpapan lawe – lawe adalah unit
penunjang proses yang mempunyai tugas dan tanggungjawab secara
umum sebagai berikut :
➢ Mengatur penerimaan minyak mentah yang akan diolah di kilang
➢ Mengatur penerimaan produk jadi dan setengah jadi dari kilang
Balikpapan I & II
➢ Mengatur dan menyiapkan campuran ( Blending ) produk sesuai
permintaan dari bagian refinery planning and optimization untuk
selanjutnya dilakukan pengiriman.
➢ Mengatur pengiriman produk ke kapal dan UPMS VI ( Unit Pemasaran VI
).

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

➢ Mengelola fasilitas jetty.


➢ Terminal Balikpapan w2c30077
Terminal Balikpapan memiliki dua seksi yaitu : Tank Farm Storage yang
bertugas mengawasi kegiatan pemompaan di 10 rumah pompa milik
kilang serta seksi jembatan dan terminal yang bertugas dan
bertanggung jawab melakukan kegiatan bongkar muat crude, produk
BBM, produk non-BBM ke kapal.
➢ Terminal Lawe – Lawe
Terminal ini merupakan pintu masuk crude oil impor sebelum masuk ke
terminal Balikpapan. Unloading Crude Oil dari kapal di lakukan dengan
Buoy Mooring ( SBM ) yang terletak di tengah laut mengambang tempat
bertautan pipa darat dan pipa tangker. Penyaluran crude dari terminal
lawe – lawe ke terminal Balikpapan di lakukan melalui jaringan pipa
bawah laut.
F. Laboratory
Bertugas untuk melakukan pemeriksaan, penelitian secara rutin, dan
memberikan hasil analisis terhadap bahan baku dan kualitas produk yang di
peroleh, serta penelitian atas pengembangan produk. Laboraturium R.U.V
Balikpapan terdiri dari empat laboraturium utama, yaitu :
➢ Laboratorium Gas & Analitik
➢ Laboraturium Produksi Cair
➢ Laboraturium Evaluasi Crude
➢ Laboraturium Lindungan Lingkungan
2. Refinery Planning & Optimalization
Bertanggung jawab atas perencanaan, pelaksanaan, pengkoordinir
pekerjaan, pemeliharaan, dan meningkatkan kehandalan operasi kilang.
Kedudukannya adalah Planner sedangkan kilang adalah Doer. Bagian ini
merencanakan pengolahan untuk mencari gross margin sebesar besarnya (
dengan pemilihan crude yang bernilai tinggi di lihat dari yield, harga
maupun jadwal datang ).
Secara umum bidang ini bertugas menyiapkan dan menyajikan
prekpektif keekonomian kilang Balikpapan. Prekpektif keekonomian
tersebut berupa laporan data – data statistik mengenai evaluasi produk,
hasil blending crude, dan administrasi. Bagian ini juga mengembangkan

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

perencanaan yang ada agar dapat memaksimalkan pendapatan


berdasarkan pasar dan kondisi kilang yang ada.
a. Refinery Planning
Membuat rencana pengolahan bulanan dan tahunan serta potensi
pengolahan dan perencanaan crude. Dalam menjalankan tugasnya, bagian
ini di tunjang oleh perangkat program komputer yaitu linier programming.
Salah satu bentuk programnya adalah GRTMPS ( Generalized Refinery
Transportation Marketing Planning System ).
b. Supply Chain & Distribution
Mengatur penjadwalan crude yang di olah setiap harinya kepada
bagian produksi, menyampaikan realisasi pengolahan dan mengatur
penjadwalan blending produk, serta rencana penyalurannya.
c. Budget & Performance
Merencanakan key performance index dan realisasi anggaran
PERTAMINA.
3. Main Planning & Support
Fungsi ini membawahi lima bagian, yaitu :
➢ Planning & Scheduling
➢ Turn Around Coordinator
➢ Stationary Engineer
➢ Electrical & Instrument Engineer
➢ Rotating Equipment Engineer
4. Maintenance & Execution
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyediakan jasa pelayanan dan
pemeliharaan peralatan mekanik, rotating, listrik dan instrumentasi untuk
menunjang kehandalan operasi kilang. Maintenance Execution membawahi
lima bagian, yaitu :
➢ Maintenance Area 1
➢ Maintenance Area 2
➢ Maintenance Area 3
➢ Maintenance Area 4
➢ General Maintenance
➢ Workshop
5. Turn Around

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

Fungsi ini membawahi tiga bagian, antara lain :


1. Turn Around Section Head
2. Eqwipment Overhaul Section Head
3. Schaduling Maintenance & Ser Supt Section Head

2.10.6 General Affairs


General Affairs membawahi tiga bagian, yaitu :
➢ Legal
➢ Public Relation
➢ Security
➢ Operational Performance Improvement
O.P.I. merupakan organisasi yang baru di bentuk. Bidang ini bertujuan untuk
menyukseskan program transformasi PERTAMINA secara keseluruhan, yang
meliputi empat main stream antara lain : Leadership, Technical Aspect,
Mindset Capability, dan Management Infrastructure.

2.10.7 Human Resources Area/usiness Partner


H.R Area/B.P.R.U.V membawahi lima bagian, yaitu :
➢ People Development
➢ Industrial Relation
➢ Organization Development Analyst
➢ Medical
➢ HR Service

2.10.8 Keuangan Region IV


Bagian keuangan membawahi tiga bagian, yaitu :
➢ Bagian Controller
➢ Bagian Akuntasi Kilang
➢ Bagian Perbendaharaan

2.10.9 Information Technology


Information Technology membawahi dua bagian, yaitu :
➢ Bagian Pengembangan
➢ Bagian Operasi

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

2.10.10 Operational Performance Improvement

Organisasi baru yang di bentuk ini bertujuan untuk mensukseskan program


transformasi Pertamina secara keseluruhan yang meliputi empat mainstream
antara lain : Leadership, Technical, Respect, Mindset Capability dan Management
Infrastruktur.

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pengelasan pipa

Saluran pipa adalah suatu alat transfortasi untuk memindahkan cairan


atau gas seperti minyak mentah, air, gas alam dan lain-lainnya. Salauran pipa
dibagi dalam dua macam yaitu saluran hantar dan saluran pembagi. Sistim
saluran pipa didalam pabrik karena syarat instalasi yang berbeda biasanya tidak
dimasukkan kedalam kelompok saluran pipa.
Pengelasan saluran pipa adalah pengelasan penyambungan yang
dilakukan dilapangan, karena itu pengelasan selama proses pembuatan pipanya
sendiri tidak termaksud dalam klasisfikasi ini dan yang dibahas selanjutnya
adalah proses pengelasan dilapangan. Karena kekhususan tersebut maka dalam
pengelasan saluran pipa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti
dijelaskan berikut ini. Pertama, karena pengelasan hanya dilakukan dari satu
pihak saja, yaitu pihak luar, maka mutu dari las akar harus diperhatikan dengan
sungguh-sungguh. Kedua, karena bila ada kerusakan akan mengganggu seluruh
system mka kekuatan dan mutunya harus terjamin.

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

Gambar 3.1 Pengelasan pipa dilapangan/bengkel

3.2 Pengelasan pipa dilapangan oleh PT.Pertamina RU V


Pengelasan pipa dilapangan dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu :
1. Pekerjaan sebelum pengelasan
2. Pekerjaan selama pengelasan
3. Pekerjaan setelah pengelasan

Pekerjaan sebelum pengelasan.


a) Penentuan posisi pengelasan
Posisi pengelasan tergantung dari pada penempatan pipanya yaitu
penempatan mendatar, penempatan tegak, bersudut dan lain-lain . Ini pun masih
dibedakan pipanya dapat diputar atau tidak. Posisi pengelasan pipa dibedakan
menjadi Sembilan jenis :

1. Posisi 1G (pipa dapat diputar, dan elektroda selalu di posis atas)

Gambar 3.2 Posisi 1G

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

2. Posisi 2G ( pipa vatikal, posisi las horizontal)

Gambar 3.3 Posisi 2G

3. Posisi 5G (pipa horizontal, posisi las vertical dimana gerak


elektroda dapat di atas dan dibawah)

Gambar 3.4 Posisi 5G

4. Posisi 6G (pipa dalam kemiringan 450 , posisi las datar, horizontal,


vartikal dan diatas kepala)

Gambar 3.5 Posisi 6G

5. Posisi 2F (pengelasan pada posisi horizontal tak dapat bergerak


dan dapat berputar)

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

Gambar 3.6 posisi 2F

6. Posisi 4F ( pengelasan pada posisi atas kepala)

Gambar 3.7 Posisi 4F

b) Penentuan alur sambungan lasan


Bentuk alur yang sering dilaksanakan pada pengelasan pipa umumnya digunakan
alur bentuk V dengan sudut miring 30+5
−0 dan dalam akar ( 1,6 ± 0,8 )mm . Pada

sambungan V tunggal terdapat syarat besar sudut, ketebalan permukaan akar


atau root face, jarak akar membuka atau root opening,dll.

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

Gambar 3.9 Penjelasan ukuran pada sambungan V tunggal

Gambar 3.10 sambungan V tunggal

c). penentuan jenis mesin las


Proses pengelasan yang dapat digunakan untuk salauran pipa adalah las
busur listrik dengan pelindung fluks atau flux shielded metal arc welding (
SMAW), las busur logam dengan pelindung gas atau disebut Gas Shielded Metal
Arc welding ( GMAW ) dan las busur wolfram dengan pelindung gas dengan
bahasa inggris Gas Tungsten Arc Welding ( GTAW ), dari proses pengelasan
tersebut di atas yang terbanyak digunakan adalah las SMAW .
Pada umumnya pengelasan naik jarang dilaksanakan karena kecepatan
pengelasan menjadi rendah. Tetapi untuk keperluan tertentu seperti pengelasan
pipa tebal dan pengelasan di stasiun pipa ini sering digunkan, contoh pengelasan
naik yang digunakan dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

Gambar 3.11 Proses pengelasan: a. Pengelasan vertical naik (SMAW), b. Pengelasan


vertical naik pada lubang peluapan (SMAW), c. Pengelasan naik semi otomatik pada
lubang penguapan (GMAW)

d) Konsumsi elektroda atau elektroda yang digunakan


Pemilihan logam pengisi atau filler metal harus disesuaikan
dengan logam dasar/base metal yang akan dilas. Beberapa pertimbangan
dalam pemilihan antara lain adalah :
a. Komposisi kimia dalam hal logam pengisi
b. Tegangan tarik logam pengisi dan logam dasar
c. Pengenceran unsure-unsur pemadu dari logam dasar
d. Daya pengerasalogam pengisi
e. Kerentanan terhadap retak panas
f. Ketahanan korosi logam pengisi
Berikut ini adalah penggunaan elektroda berdasarkan AWS dan
ASME sec IX table QW-432 yang sering digunakan dalam pabrik
petrokimia.
Tabel 3.1 Bahan Pengisi pengelasan yang umum untuk SMAW baja karbon dan paduan
rendah

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

Base material

1 & 11/4 Cr – ½ Mo Steel


Carbon- Molybdnum steel

21⁄4 Cr – 1 Mo Steel

5Cr- ½ Mo Steel

2 ¼ Nickel steel

3 ½ Nickel steel
9Cr- 1 Mo Steel

9% Nickel steel
Carbon steel
Carbon steel AB AC AD AE AF AG AJ AK *

Carbon- Molybdnum C CD CE CF CH * * *
steel
1 & 11/4 Cr – ½ Mo D DE DF DH * * *
Steel
21⁄4 Cr – 1 Mo Steel E EF EH * * *
5Cr- ½ Mo Steel F FH * * *

9Cr- 1 Mo Steel H * * *

3 ¼ Nickel steel J JK LM

3½ Nickel steel K LM

9% Nickel steel LM

A AWS A5.1 classification E70XX low hydrogen


B AWS A5.1 classification E6010 for root pass
C AWS A5.5 classification E70XX – Al, low hydrogen
D AWS A5.5 classification E70XX-B2L or E80XX-B2, low hydrogen
E AWS A5.5 classification E80XX-B3L or E90XX-B3, low hydrogen
F AWS A5.5 classification E80XX-B6 or E80XX-B6L, low hydrogen
G AWS A5.5 classification E80XX-B7 or E80XX-B7L, low hydrogen
H AWS A5.5 classification E80XX-B8 or E80XX-B8L, low hydrogen

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

J AWS A5.5 classification E80XX-C1 or E70XX-C1L, low hydrogen


K AWS A5.5 classification E80XX-C2 or E70XX-C2L, low hydrogen
L AWS A5.11 classification ENiCrMo-3
M AWS A5.11 classification ENiCrMo-6

Tabel 3.2 Bahan Pengisi pengelasan yang umum untuk SMAW baja tahan karat (
stainless steel) dan paduan rendah
Base material

Type 304H stainless steel


Type 410S stainless Steel

Type 304L stainless Steel

Type 316L stainless steel

Type 317L stainless steel


Type 410 stainless Steel

Type 304 stainless Steel


Type 405 stainless steel

Type 321 stainless steel


Type 310 stainless steel

Type 316 stainless steel

Type 347 stainless steel


Carbon and low- AB AB AD AB AB AB AB AB AB AB AB AB
alloy steel
Type 405 ABC ABC ABC AB AB AB AB AB AB AB AB AB
stainless steel
Type 410S ABC ABC AB AB AB AB AB AB AB AB AB
stainless Steel
Type 410 ABC AB AB AB AB AB AB AB AB AB
stainless Steel
Type 304 D DH DJ A DF DGH DI DE DE
stainless Steel
Type 304L H DHJ A DF GH HI DE DE
stainless Steel
Type 304H J A DFJ DGHJ DIJ DEJ EJ
stainless steel
Type 310 K AK A A A A
stainless steel
Type 316 F FG FI EF EF
stainless steel
Type 316L G GI EG EG

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

stainless steel
Type 317L I EI EI
stainless steel
Type 321 E E
stainless steel
Type 347 E
stainless steel

A AWS A5.4 classification E309-XX


B AWS A5.11 classification ENiCrFe-2 or -3
C AWS A5.4 classification E410-XX ( heat treatment 14000F
D AWS A5.4 classification E308-XX
E AWS A5.4 classification E347-XX
F AWS A5.4 classification E316-XX
G AWS A5.4 classification E316L-XX
H AWS A5.4 classification E308L-XX
I AWS A5.4 classification E317L-XX
J AWS A5.4 classification E308H-XX
K AWS A5.4 classification E310-XX

e) Penentuan alat penyetelan dan perakitan

Dalam pengelasan lingkar yang penting adalah penyetelan dan


perakitan pipa sehingga celah akar alur sesuaidengan persyaratan dan
tidak berubah selama pengelasan. Dengan cara ini akan didapat mutu las
akar yang baik.
Untuk keperluan pengelasan pipa digunakan alat bantu luar dan
dalam, seperti pada gambar dibawah:

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

Gambar 3.12 Alat bantu pengelasan pipa (a) Alat perekit luar (b) Alat perakit
dalam

5.2.2 Pekerjaan selama proses pengelasan

a) Pengunaan las ikat


Dalam pengelasan pipa satu pihak, las ikat akan merupakan
bagian las akar. Karena itu mutu las ikat paling tidak harus sama atau
lebih baik dari pad alas utamanya. Untuk menghindari retak, panjang las
ikat harus antara 2 sampai 5 cm tergantung dari besarnya garis tengah
pipa dan harus sama jaraknya di seluruh keliling pipa.

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

Gambar 3.13 las ikat

b) Penggunaan cincin penahan


Dalam pengelasan pipa kadang-kadang digunakan cincin penahan
yang tidak turut mencair.bila menggunakan tembaga sebagai sebagai
pembantu, harus diusahakan agar tembaga tidak mencair dan tidak
bercampur dengan logam pengisi, karena hal ini akan mempermudah
terjadinya retak. Geometri dari sambungan dengan cincin dapat dilihat
pada gambar dibawah.

Gambar 3.14 geometri sambungan dengan cincin penahan

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

c) Las akar
Pada pengelasan akar turun untuk mendapatkan penembusan
yang baik biasanya digunakan las SMAW dengan elektroda jenis hydrogen
rendah. Sedangkan untuk pengelasan naik digunakan Las SMAW dengan
elektroda tembus jenis hydrogen rendah.
Untuk mendapatkan laju pengelsan yang tiggi antara 50 sampai
70 cm/menit dapat digunakan las SMAW dengan elektroda jenis
selulosayang sesuai dengan spesifikasi dari standar AWS no. E-6010 yang
mana logam dasarnya adalah baja karbon dan baja karbon. Beberapa
syarat pengelasan SMAW dengan elektroda jenis selulosa dicantumkan
delam table dibawah.
Tabel 5.3 Kondisi pengelasan turun dengan elektroda jenis selulosa

Lapisan Jenis elektroda Diameter Arus las


( JIS ) elektroda ( Amp )
( mm )
Root E 6010 4,0 130-180

Panas E 7010 4,0 130-200

Filler E 6010 4,0 130-180


Atau
Capping E 7010 5,0 150-200

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

Gambar 3.15 Pengelasan akar(root) pada pipa

d) Las Isi dan Las Akhir.


Setelah selesai las akar, maka selanjutnya alur las harus diisi
dengan las isi dan kemudian diselesaikan dengan las akhir. Pelaksanaan
las isi dan las akhir tidak sesukar seperti pelaksanaan las akar. Dalam hal
ini bahan las harus sesuai dengan bahan pipa dan jumlah lapisan las
dapat diatur oleh tebalnya las isi. Sedangkan tebal lapisannya tergantung
dari posisi pengelasan.

Las akhir yang membentuk kepala manic harus mempunyai


ketinggian tertentu dari kaki manic sehingga dapat memberikan
penguatan yang diperlukan. Dalam hal pengelasan SMAW walaupun las
isinya dilakukan dengan las lurus , las akhirnya atau kepala maniknya
sebaiknya dilakukan dengan las anyam dan harus diusahakan jangan
terjadi tekikan yang terlalu dalam. Spesifikasi elektroda dapat dilihat pada
table

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

Gambar 3.16. a. las isi ( filler) b. las akhir (capping)

5.2.3 pekerjaan setelah pengelasan

a. Pemanasan Sebelum dan Sesudah Pengelasan (PWHT)


Pemanasan mula yang dilaksanakan sebelum pengelasan perlu untuk pipa
yang dibuat dari baja kuat atau bila pengelasan dilakukan dengan elektroda jenis
selulosa. Lamanya dan suhu pemanasannya tergantung dari bahan, tebal
dinding, proses las dan bahan las yang digunakan. Dalam hal pipa yang dibuat
dari baja lunak biasanya tidak diperlukan pemanasan mula.
Pemanasan sesudah pengelasan biasanya tidak diperlukan dalam
pengelasan pipa saluran, kecuali bila dipersyaratkan untuk menurunkan
kekerasan yang harus dilaksanakan segera setelah pengelasan selesai.
Pemanasan sesudah pengelasan disebut PostWeld Heat Treatment atau PWHT
dengan tujuan untuk memperbaiki struktur dari lasan akibat panas oleh
pengelasan pada daerah pengaruh panas HAZ ( heat Affected Zone ),
mengeliminir tegangan sisa,menaikkan keuletan dan ketangguhan.
Proses PWHT dapat dilakukan dengan dua cara yaitu memasukkan benda
uji kedalam dapur atau melakukan pemanasan setempat localized didekat
daerah weldingan saja. Methode mana yang akan dilakukan lebih bersifat kepada
pertimbangan ekonomis saja. Proses PWHT yang dilakukan di daerah pengelasan
dapat dilihat pada gambar dibawah.

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

Gambar 3.17 Proses PWHT dilokasi pengelasan

Berikut adalah persyaratan Postweld Heat Treatment berdasarkan API


B31.I yang mana parameter PWHT dimana PWHT ditentukan oleh grouping
material dan thickness dari material masing masing.

Kualifikasi Juru Las, Prosedur Pengelasan, Pemeriksaaan, dan


Pengujian.

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

1.Kualifikasi juru las dan prosedur pengelasan.


Juru las untuk pengelasan pipa memrlukan keterampilan dan kualifikasi
yang tinggi. Dalam persyaratan pengujian harus meliputi pengelasan pipa tegak
diam dan pipa datar diam. Dalam pengelasan saluran pipa, sfesifikasi dari
prosedur pengelasan harus sudah disiapkan sebelumnya.

Table QW-352
Oxyfuel Gas Welding (OFW)
Essential Variables

Paragraph Brief of Variables Keterangan

Penghapusan backing di singlewelded lasan alur. Lasan


QW-402
.4 − Backing alur las ganda adalah dianggap pengelasan dengan
Joints
backing.

Perubahan diameter pipa di luar rentang kualifikasi


.16 ϕ Pipe diameter dalam QW-452, kecuali jika diizinkan di QW-303.1,
QW-403 QW-303.2, QW-381.1 (c), atau QW-382 (c).
Base
Perubahan dari satu P-Number ke sembarang P-
Metals
Number lainnya atau ke logam tidak terdaftar Tabel
.18 ϕ P‐Number
QW / QB-422, kecuali sebagaimana diizinkan dalam
QW-423, dan di QW-420
Perubahan dari satu F-Number dalam Tabel QW-432
.15 ϕ F‐Number ke F-Number lain atau ke pengisi lainnya logam,
kecuali sebagaimana diizinkan dalam QW-433
Perubahan ketebalan logam las yang diendapkan
QW-404 melampaui yang memenuhi syarat sesuai dengan QW-
Filler 451 untuk kualifikasi prosedur atau QW-452 untuk
Metals kinerja kualifikasi, kecuali sebagaimana diizinkan
.30 ϕ t Weld deposit
dalam QW-303.1 dan QW-303.2. Ketika seorang juru
las memenuhi syarat menggunakan volumetrik
pemeriksaan, ketebalan maksimum yang dinyatakan
dalam Tabel QW-452.1 (b) berlaku.
Penambahan posisi pengelasan lainnya daripada yang
.1 .+.position sudah terkualifikasi. lihat QW-120, QW-130, QW-203,
dan QW-303.
Perubahan dari atas ke bawah, atau dari bawah ke
QW-405 atas, dalam perkembangan yang ditentukan untuk
Positions setiap lasan dari lasan vertikal, kecuali penutup atau
ϕ ↑↓ Vertical
.3 cuci lulus mungkin naik atau turun. Akar root juga bisa
welding
dijalankan ke atas atau ke bawah saat root pass
dihapus untuk mengelas logam las dalam persiapan
untuk mengelas sisi kedua.

2. Pemeriksaan sebelum, selama dan setelah pengelasan

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

Sebelum pengelasan dimulai, juru las dan akhli las harus melakukan
pemeriksaan bentuk dan keadaan permukaan alur, penyetelan, keadaan ketidak
sesuaian, celah akar, dan lain-lainnya. Selama pengelasan harus diperiksa
kemungkinan adanya cacat pada tiap –tiap manic las bila terjadi harus diadakan
perbaikan seperlunya.

3.Pengujian
Saluran pipa harus diuji terhadap tekanan dan kebocoran dengan
menggunakan zat dan tekan yang telah ditentukan dalam kode dan spesifikasi.
Pengujian daerah las dalam saluran pipa biasanya dilakukan dengan cara
pengujian tak merusak seperti radiografi dan ultrasonic dengan syarat
penerimaan menurut spesifikasi yang telah ditentukan.
Pemeriksaan dan pengujian harus dilaksanakan oleh akhli yang diakui dan
selama pemeriksaan dan pengujian tersebut ahli las yang bertanggung jawab
atas pekerjaan yang diperiksa harus mendampingi. Pemeriksaan yang dilakukan
pada PT. Pertamina RU V ada 2 jenis yaitu :
1. Pemeriksaan penetran cair
Penetran cair mampu medeteksi permukaan sambungan las, pengecekan
antara lintasan lasan yang telah selesai dilas. Selama proses pengujian penetran,
permukaan lasan yang akan diuji dibersikan dan kemudian dilapisi dengan cairan
penetrasi yang mencari diskontinuitas yang dihubungkan oleh permukaan.
Setelah kelebihan penetran cair permukaan diangkat, serbuk suspense
(pengembang)

berbasis pelarut biasanya diaplikasikan melalui semprotan. Cairan pada


diskontinuitas merembes keluar menodai lapisan serbuk.
Indikasi kedalaman dimungkinkan jika inspektur mengamati dan
membandingkan indikasi rembesan dengan ukuran celah yang Nampak
dipermukaan. Semakin besar rasio rembesan keluar terhadapa celah permukaan,
maka semakin besar volume diskontinuitas.

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

Gambar 3.18 Pemeriksaan penetran cair

1. Hidrotest
Adalah pengujian dimana pada saat selesai pengelasan
pada benda yang dilas dimasukkan air dan kemudian akan
diberikan tekanan, jika terjadi kebocoran maka pada permukaan
akan terlihata air yang keluar.

Metode pengujian ini adalah metode yang sangat mudah


untuk dilakukan dan metode ini juga mambutuhkan waktu yang
cukup lama untuk memastikan ada atau tidak adanya kebocoran
pada hasil lasan.

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

Gambar 3.19 Pengujian hidrotest

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Proses pengelasan


Dalam proses pengelasan popa ows 42” area EWTP terdapat beberapa
tahap pengerjaan yaitu:
1. Pada pengelasan ini menggunakan proses pengelasan jenis SMAW (Shield
Metal Arc Welding) dan menggunakan dua elektroda yaitu elektroda E6010
dan elektroda E7018.

Gambar 4.1 mesin las miller

2. Pemilihan material pipa harus sesuai dengan kebutuhan proses yang


diperlukan pada sistem OWS area EWTP. Material pipa untuk sistem OWS
area EWTP adalah API 5L Grade B, sistem OWS area EWTP membutuhkan
material yang tahan terhadap korosi dan memiliki usia yang panjang
karena sistem OWS area EWTP mengalirkan fluida air dan minyak yang
memiliki nilai korosif.

Gambar 4.2 pipa OWS 42” area EWTP

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

3. Marking merupakan proses pengukuran pert list berdasarkan data sesuai


gambar dan sketch name sebelum dilakukan cutting (pemotongan)
terhadap pert list.

Gambar 4.3 pengelasan setelah pengukuran

4. Teck weld merupakan proses dimana dilakukan pengelasan untuk


menyambung setiap bagian-bagian perpipaan. Proses pengelasan ini
memiliki 4 tahap yaitu tahap pertama adalah las root (daging)
menggunakan elektroda E6010 selanjutnya dilakukan pembersihan dan
meratakan permukaan kemudian dilanjutkan dengan las badan
menggunakan elektroda E7018 lalu dilakukan pembersihan dan meratakan
permukaan untuk melihat adanya cacat selanjutnya dilakukan las badan
menggunaka elektroda E7018 untuk finishing dan dilakukan pembersihan
dan meratakan hasil las.

Gambar 4.3 pengelasan

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

5. Fitting merupakan pemasangan flange dan elbow sesuai dengan


penempatannya masing-masing.

Gambar 4.4 pengelasan flange

Gambar 4.4 pengelasan elbow

6. Penetrant test dilakukan untuk melihat cacat las dipermukaan, dimana


sebelum dilakukan penetrant test terlebih dahulu dilakukan pre cleaning
lalu semprotkan penetrant warna merah kemudian developer disemprotkan
ke benda uji agar penetrant terangkat ke permukaan dan membuat cacat
lasan dipermukaan terlihat. Setelah itu dilakukan pemeriksaan cacat secara
visual, interpretasi dan marking.

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

BAB V
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan kerja praktek yang dilakukan di PT. Pertamina
(Persero) Refinery Unit V Balikpapan bagian Stationary & Statutory Engineering
dapat disimpulkan bahwa
Proses pengelasan adalah suatu rangkaian pekerjaan yang
menghubungkan beberapa komponen dengan menggunakan panas yang
mencairkan material atau logam induk dengan elektroda yang digunakan E7018
dan E6010 dengan Ndn Destructive Test yang digunakan adalah metode
penetrant test media pengujian menggunakan cairan penetrant.

6.2 Saran
Dari seluruh rangkaian kegiatan yang telah diamati pada kerja praktek di
PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan, adapun saran yang diberikan
untuk universitas dan perusahaan :
1. Perawatan terhadap papan-papan peringatan bahaya agar pekerja lebih
memperhatikan peringatan tersebut.
2. Perlu adanya buku Panduan Pelaksanaan Kerja Praktek sebagai pegangan
bagi mahasiswa saat proses KP.
3. Perlu adanya sebuah forum khusus bagi peserta, calon, maupun yang telah
melaksanakan KP untuk berbagi pengalaman, tips, dan informasi berharga
lain. Agar kualitas mahasiswa calon peserta KP terus meningkat tiap
tahunnya.

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

DAFTAR PUSTAKA
ASME B31.3-2002 Process Piping.
ASME Section IX Welding and Brazing Qualification.
Cary B. Howard, Modern Welding Technology, second edition, Practice Hall,
Englewood, New Jersey 07632; USA, 2002.
Nayyar L. Mohinder, Piping Handbook, Edisi Ke Tujuh. McGraw-Hill ; New
York,2000.
Praptowidodo, V.S. Pengilangan Minyak Bumi, Catatan Kuliah. Penerbit ITB;
Bandung, 1999.
Raswari, Perencanaan dan Penggambaran Sistem Perpipaan. Penerbit Universitas
Indonesia; Jakarta,2007.
Surrender parkash, Refining Processes Handbook. Gulf professional Publishing;
USA, 2003.
Thomson H. Charles, Piping Design and Drafting, Institute of Oklahama; New
York, 1996.

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

LAMPIRAN

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako - Kota Palu

Laporan Kerja Praktek Annas Rokhimin


PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit V Balikpapan F331 15 023

Anda mungkin juga menyukai