Oleh:
Khusnun Nisa Zahro
2121210010
Pembimbing:
dr. Hj. Farida Rusnianah, M.Kes, (MARS), Dipl. DK
ABSTRAK
Tujuan : Tujuan Jurnal ini adalah untuk memperlihatkan bahwa bukti penelitian dan praktik
lapangan dapat mengubah layanan primary care menjadi model layanan yang lebih
terintegrasi dan holistik
Metodologi : Hal ini berdasarkan pada tinjauan pustaka yang dipimpin oleh para
penyelenggara primary care dan penggabungan bukti penelitian serta praktik lapangan dari
sepuluh studi kasus internasional yang berhubungan dengan primary care.
Penemuan: Mengadopsi model primary care inter-profesional yang berorientasi komunitas
dan berbasis populasi membutuhkan perubahan pemikiran yang mendasar tentang peran,
hubungan, dan tanggung jawab yang profesional. Pendekatan berbasis tim dapat dilakukan
dengan agar pelayanan ini dapat bergerak, namun membutuhkan dokter yang bersedia
menjadi pemimpin yang tidak otoriter. Keterlibatan pasien dan komunitas seringkali terbatas
dikarenakan kurangnya kapasitas dan keyakinan akan berdampak, baik secara Internal
(hubungan, budaya, pengalaman, perbaikan) dan eksternal (insentif, niat, tekanan komunitas)
dimana hal-hal tersebut menyebabkan gagalnya upaya perubahan/berinovasi
Praktik: Perubahan atau inovasi membutuhkan program yang terkoordinasi dalam
menggabungkan elemen-elemen berikut – perubahan pada beberapa fasilitasi eksternal;
mengembangkan pemimpin klinis dan non-klinis; belajar melalui pelatihan dan refleksi;
melibatkan masyarakat dan penyelenggara yang profesional; pendanaan pada masa
percobaan; dan evaluasi formatif dan sumatif
Originality / Value: Jurnal ini menggabungkan bukti penelitian serta studi kasus praktik
lapangan internasional untuk memandu program masa depan dalam melakukan inovasi pada
sistem pelayanan primary care.
Keyword: Integrated care, Primary care, Transformation, Health care home
Paper Type: Literature Review
Pendahuluan:
Secara internasional ada sebuah asumsi yang berkembang yaitu menyeimbangkan
kembali sistem layanan kesehatan primary care daripada secondary care, saatnya giliran
sistem primary care untuk bergerak menuju model berbasis populasi atau komunitas (World
Health Organisation, 2015; European Commission, 2017). hal ini mencerminkan
keprihatinan umum mengenai populasi lansia, dimana angka harapan hidup semakin
meningkat sehingga menimbulkan beberapa kondisi penyakit jangka panjang, munculnya
efek negatif dari pilihan gaya hidup termasuk diet, aktivitas dan konsumsi alkohol, dan
adanya ketidaksetaraan masyarakat sosial.
Ada sebuah pengakuan bahwa layanan kesehatan memberikan kontribusi penting,
layanan kesehatan merupakan komponen dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat. Bahkan layanan perawatan kesehatan yang didanai dengan baik masih memiliki
kapasitas yang terbatas sehingga harus disertai dengan sumber informasi, pengaruh, dan hal
lain yang mendukung. Pembinaan sumber daya komunitas yang lebih luas dan lembaga
masyarakat yang lebih luas sangat diperlukan. Harapan orang-orang terhadap layanan
perawatan kesehatan yang mereka terima atau pembelian (demand) juga berubah.
Akses yang fleksibel, koneksi melalui teknologi mobile dan transparansi dalam
informasi menjadi aturan utama dalam industri ini dan sektor lain. Perawatan kesehatan
pribadi akan membutuhkan layanan yang harus tersedia di malam hari dan akhir pekan,
terhubung antar lintas sektor dan pengaturan, dan mampu berkomunikasi melalui media yang
berbeda, sehingga hal ini akan membutuhkan seseorang yang profesional dengan hubungan
baru semacam itu dan proses. (Frenk et al., 2010; Needham and Mangan, 2014).
Pada dewasa ini layanan primary care harus ditingkatkan, hal ini berdasarkan
perubahan demografi dan perilaku yang muncul di masyarakat melalui pelayanan yang lebih
proaktif, holistik dan berorientasi pada patient-care. Hal tersebut sering disebut dengan
istilah seperti "perawatan kesehatan primer /primary care / rumah medis" atau konsep serupa,
Meskipun adanya variasi dalam beberapa konteks tersebut, namun secara umum memiliki
persamaan dalam prinsip – jumlah populasi yang ditunjuk sebanyak 30-50.000 jiwa untuk
menyediakan skala yang cukup dalam mempertahankan hubungan antara komunitas. Tim
antar-profesional akan melakukan pengembangan peran baru dalam melengkapi disiplin
tradisional; stratifikasi kebutuhan dalam suatu populasi untuk mengaktifkan sasaran dan
tanggapan yang tepat; selain itu mendukung masyarakat agar lebih bertanggung jawab demi
kesehatan mereka dan dalam mengakses sumber daya berbasis masyarakat.
Adanya ketidakpastian tentang bagaimana cara terbaik untuk menerapkan ini dalam
praktiknya, sesuai dengan originalitas dan perbaikan yang berkelanjutan dalam meningkatkan
kesejahteraan pribadi, kesehatan penduduk dan penggunaan sumber daya (Berwick et
al..2008). Jurnal ini menguraikan pengetahuan saat ini mengenai transformasi/perubahan
dalam sistem layanan primary care berdasarkan dari bukti penelitian dan praktik lapangan
dari studi kasus internasional.
Metodologi ;
Jurnal ini berdasarkan pada tinjauan pustaka tentang perubahan primary care yang
dilakukan sebagai bagian dari tinjauan kritis terhadap suatu program inovasi. Metodologi
menggabungkan bukti penelitian dengan praktik lapangan dari studi kasus internasional
dalam melakukan transformasi primary care. Struktur tinjauan pelingkupan ditetapkan di
bawah ini, yang disajikan dalam urutan linier, adanya interaksi antar tahapan. Sepanjang
adanya keterlibatan dengan penyelenggara primary care untuk menentukan pertanyaan yang
menarik, mencari tanggapan atas temuan yang muncul dan mengidentifikasi area lain untuk
penyelidikan.
1. Klarifikasi pertanyaan penelitian melalui wawancara dengan penyelenggara primary
care. Ini termasuk pembuat kebijakan (Kepala Puskesmas), Badan Kesehatan
Nasional (Kementerian Kesehatan), perkumpulan para profesional, dan dewan
pengawas kesehatan lokal (Dinas Kesehatan Kabupaten)
2. Identifikasi studi kasus yang relevan dilakukan pencarian literatur oleh ahli
pustakawan.
3. Pemilihan studi kasus tersebut didasarkan pada primary research atau review
penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi / eksklusi, dan menghasilkan 36 artikel
studi kasus yang dimasukkan di ulasan terakhir, selain itu ditambahkan beberapa
artikel dari peer-review terkait dengan perubahan dengan skala besar dalam sistem
kesehatan dan perawatan
4. Praktik lapangan dari studi kasus internasional yang melakukan transformasi atau
perubahan dalam primary care diperoleh dari mereka yang telah memimpin dan / atau
mengevaluasi proyek terkait. Daftar panjang studi kasus internasional diidentifikasi
melalui European Forum for Primary Care (Forum Eropa untuk Primary care) dan
jaringan primary care dari Health Services Management Centre (Pusat Manajemen
Pelayanan Kesehatan). Studi kasus yang potensial akan dikumpulkan melalui diskusi
awal yang dilakukakan melalui email / atau wawancara telepon. Pemilihan akhir dari
studi kasus berdasarkan pada demonstrasi kemajuan yang cukup dalam implementasi
untuk memberikan wawasan praktik transformasi primary care. Lebih lanjut
dokumentasi (misalnya strategi, evaluasi, artikel yang telah diterbitkan) diperoleh
pada masing-masing studi kasus antara satu hingga tiga wawancara semi-terstruktur
yang dilengkapi dengan pemimpin dan ahli yang mengevaluasi transformasi.
5. Pemetaan data dari literatur dan praktik lapangan dilakukan oleh tim dari tiga peneliti
menggunakan software nVivo dengan diskusi dan klarifikasi tema yang muncul.
6. Penggabungan bukti penelitian dan praktik lapangan yang disajikan oleh
penyelenggara primary care melalui serangkaian tiga lokakarya interaktif.
Penyelenggara termasuk dokter, praktisi, perwakilan masyarakat, manajer dan
pembuat kebijakan, selanjutnya data akan dikumpulkan sesuai kebutuhan dan
digabungkan ke dalam analisis akhir.
Jurnal ini disusun sesuai tema utama yang diidentifikasi melalui analisis dengan
masing-masing tema menggabungkan bukti penelitian dan wawasan dari praktik program
transformasi. Studi kasus transformasi diidentifikasi melalui judul yang ditampilkan dalam
huruf miring (italics)
Dalam Achieving Clinical Excellence, praktik umum diberikan hak otonomi untuk
memberikan dana tambahan untuk memenuhi kebutuhan yang lebih prioritas dari populasi
mereka serta diberlakukan untuk diagnosis dan pengobatan yang berbasis komunitas.
Meskipun ini menjadi prinsip eksplisit dari program, butuh praktik umum dalam beberapa
minggu untuk menerima bahwa mereka mengharuskan fleksibilitas seperti itu. Itu hanya
diakui sepenuhnya setelah dilakukan beberapa diskusi dengan komisaris di lingkungan yang
aman dari satu set pembelajaran. Beacon menemukan bahwa adanya penghambat dari
implementasi sistem layanan primary care pada pasien diabetes yaitu perspektif dari para
dokter umum itu sendiri. Jika mereka tidak sependapat dengan prosedur yang baru, maka
mereka tidak akan merekomendasikan pasien untuk mengakses layanan primary care.
Berdasarkan kerja ekstensif di North Carolina, tiga tahap transformasi telah disarankan - fase
inisiasi, dan fase intermediet/menengah, dan fase lanjutan.
Setiap fase memiliki perbedaan motivator berdasarkan pengaruh internal dan
eksternal. Fase inisiasi dimana prosesnya melalui praktik untuk memutuskan apakah mereka
bersedia untuk bergerak melakukan perubahan. Motivator eksternal termasuk badan-badan
profesional, teman sejawat dan struktur insentif. Motivator internal termasuk keinginan untuk
"melakukan hal yang benar", menggunakan kesempatan dalam meningkatkan perawatan
pasien, agar menjadi lebih efisien. Setelah memutuskan untuk berpartisipasi tidak semuanya
praktik dalam program ini terus berlanjut untuk mencapai transformasi berkelanjutan
(didefinisikan sebagai menunjukkan peningkatan substansial dalam setidaknya tiga domain
berkualitas). Melakukan hal itu umumnya terkait dengan refleksi kolektif pada data, secara
aktif mengikuti ahli eksternal dalam memperbaiki dan berpartisipasi dalam jaringan multi-
disiplin.
Keterlibatan klinis
Sistem layanan Primary care akan lebih banyak melibatkan profesional pada setiap
layanannya daripada dokter umum, namun pada layanan ini menuntut mereka sering berada
di organisasi pusat dan pengiriman. Hak otonomi dari beberapa relatif mereka, jaringan
profesional dan status dalam masyarakat memberikan perubahan skala besar dalam perawatan
kesehatan, maka harus mempertimbangkan bagaimana melibatkan mereka dalam proses
tersebut secara positif (Best et al., 2012). Transformasi atau perubahan membutuhkan para
profesional yang terdidik untuk menemukan cara-cara baru dalam berkomunikasi dan
berinteraksi satu sama lain dengan ahli profesional lainnya, proses ini membutuhkan waktu
untuk memahami apa yang harus mereka lakukan dan mengapa mereka melakukannya.
Namun, adanya beban kerja, otonomi budaya dan skeptisisme dapat menyebabkan dokter
enggan berinvestasi dalam refleksi semacam itu.
Di Midlands Health Network, dokter dapat menghabiskan waktu yang lama dari
praktik klinis mereka untuk memikirkan proses perubahan. Peer group adalah sebuah forum
untuk melakukan evaluasi layanan ini dan dalam berbagi pembelajaran tentang bagaimana
caranya mengatasi tantangan umum. Pendekatan berbasis tim membantu menyediakan
kapasitas tambahan dan perawatan yang lebih holistik tetapi dapat menjadi tantangan
tersendiri bagi dokter. Hal ini berhubungan dengan "keyakinan yang dipegang teguh bahwa
doktrin Primary Care didasarkan pada hubungan yang kuat dan saling percaya antara pasien
dan dokter". Untuk melakukan perubahan terhadap sistem yang lama membutuhkan dokter
untuk menafsirkan kembali peran mereka sebagai kontributor dalam tim primary care. Proses
ini dapat menunjukkan bahwa pekerjaan mereka dapat dengan aman dialihkan ke yang lain,
mendidik mereka tentang peran dan kompetensi profesional lain dan memberikan kesempatan
langsung untuk melibatkan para profesional lainnya.
Kerja tim sering membutuhkan dokter untuk mengembangkan keterampilan baru,
serta khususnya kepemimpinan. Secara umum, mereka dapat mengadopsi pendekatan otoriter
di mana para profesional akan diinstruksikan sesuai dengan tindakan yang harus dilakukan,
sebaliknya sebuah tim perlu adanya pemimpin yang dapat memfasilitasi agar semua anggota
dapat berkontribusi. Dokter yang memiliki praktik pribadi serta tim yang beroperasi dapat
mendominasi pertemuan antar-profesional.
Di Ontario, Pusat Kesehatan Masyarakat mempekerjakan semua staf klinis yang
telah membantu mengembangkan lebih banyak tentang tim yang berbasis pada budaya. Jika
ahli profesional dan staf lain yang berpengalaman dalam primary care maka kontribusinya
dapat dihargai, sehingga dapat menaikkan naik level hierarki primary care itu sendiri serta
mendorong ide-ide lebih lanjut untuk melakukan transformasi.
Dalam Program MacMillan, sebuah situs perintis diperlukan untuk mengidentifikasi
unggulan dari penyelenggara primary care klinis dan non-klinis untuk melakukan perubahan
dalam praktik. Hal ini akan memberikan kesempatan bagi manajer praktik untuk memimpin
transformasi klinis. Konteks secara luas diakui sebagai faktor penting dalam keberhasilan
penerapan.
Transformasi ini juga berlaku di badan pelayanan perawatan utama. Misalnya,
Badan Penelitian dan Kualitas Kesehatan telah memberikan kepada 14 proyek berbeda untuk
mengadopsi layanan kesehatan berupa Patient-Centered Medical Homes sehingga
memungkinkan mereka melakukan evaluasi tentang dampak dan proses perubahan yang
saling terhubung. Ulasan dari evaluasi ini menyimpulkan bahwa “konteks di mana perubahan
yang terjadi di praktik dan yang dipelajari sangat penting untuk memahami keberhasilannya.
Faktor kontekstual beragam dan dapat mencakup faktor-faktor internal dan eksternal, banyak
di antaranya mungkin berada di luar kontrol dari latihan ”
Faktor internal termasuk kecukupan staf, sumber daya dan informasi lainnya
tentang sistem dalam mendukung catatan pasien elektronik dan pemantauan kinerja yang
akurat. Praktik-praktik kecil bisa jadi sangat sulit untuk menghasilkan kapasitas yang cukup
untuk melakukan tindakan yang diperlukan. Di luar faktor-faktor praktis ini, sikap staf
terhadap transformasi dan hubungan internal merupakan hal yang positif. Prosesnya akan
lebih sulit apabila adannya bentrokan kepribadian antara dokter dan staf lainnya, gaya
kepemimpinan otoriter itu tidak dapat memperluas keterlibatan masing-masing elemen, serta
perpaduan tim-rendah.
Dalam mempermudah layanan primary care yang stabil, harus memiliki sumber
daya yang cukup, pengalaman peningkatan kualitas dan hubungan internal yang baik maka
dapat berhasil dari masa transisi ke model transformasi. Implementasi yang lebih baik
dikaitkan dengan keyakinan oleh staf yang berkepentingan bahwa model tersebut memiliki
nilai dan dibangun berdasarkan praktik yang ada. Hal ini meningkatkan kemungkinan bahwa
dokter dan manajer harus bersedia memberikan waktu tambahan, aktif mencari peluang untuk
belajar dan siap menerima risiko yang terkait. Namun, jika pendekatan baru dilihat sebagai
sesuatu yang dipaksakan secara eksternal dan gangguan yang tidak perlu maka sebaliknya hal
itu tidak benar. Ini sekali lagi menggarisbawahi teka-teki bahwa lebih sulit untuk melakukan
transformasi primary care dengan layanan yang paling membutuhkan melakukan perubahan
tersebut. Ini terbukti dalam Program Beacon, di mana praktik yang sebelumnya telah
membuka kesempatan untuk penyelenggara oleh dokter eksternal maupun praktisi lain agar
merasa nyaman dalam kolaborasi dengan spesialis diabetes dari layanan perawatan sekunder.
Demikian pula model antar-profesional yang diadopsi oleh CASAP kesulitan ketika
dipaksakan pada praktik lain oleh Catalan Health Institute. Praktik-praktik ini tidak
mengalami proses pengembangan yang serupa dan, tidak seperti staf dalam CASAP, tidak
memilih untuk bekerja di lingkungan seperti itu. Ini sangat kontras dengan pendekatan yang
diambil oleh National Association of Primary Care di mana praktik-praktik umum secara
sukarela untuk menjadi bagian dari program, tetapi tidak menerima pendanaan apa pun
seperti itu.
Faktor eksternal di luar layanan primary care juga memainkan pengaruh yang
besar. Pemberian insentif saja tidak cukup untuk dapat melakukan perubahan, tetapi struktur
keuangan di mana, membuat praktik dapat beroperasi atau memblokir lebih banyak kerja
berbasis tim. Misalnya, GP Super Clinics diperkenalkan di Australia sebagai bagian dari
Strategi Nasional dalam layanan Primary care pada tahun 2010. Mereka menyediakan
fasilitas yang dibangun khusus yang dapat dijadikan acuan dari berbagai disiplin ilmu yang
diantaranya para profesional kesehatan mental (Kedokteran Kejiwaan), keperawatan berbasis
komunitas, spesialis kegawatdaruratan dan penyedia pendidikan masyarakat. Harapannya
adalah bahwa gabungan tersebut akan memungkinkan pengembangan pemerintahan bersama
dengan protokol klinis yang pada gilirannya akan mengarah pada perawatan yang lebih
terkoordinasi. Kenyataannya, kelanjutan dari fee-for sevice, menunjukkan bahwa dokter tidak
mampu untuk mengadopsi lebih banyak latihan berbasis tim. Program Macmillan saja
menyediakan dana terbatas untuk praktik yang berpartisipasi, tetapi hal ini hanya dilihat
secara simbolisasi yang penting dan pengakuan bahwa mereka mengambil tanggung jawab
tambahan.
Kementerian Kesehatan dan Sosial Perancis memperkenalkan pembayaran untuk
kerja berbasis tim antara profesional primary care di atas pembayaran biaya-untuk-layanan
yang ada. Ini menyumbang hampir 10 persen dari pendapatan praktik berbasis kelompok di
Maison de Sante dan pendanaan secara fisik, manajemen waktu dan ulasan multi-disiplin
individu dengan kebutuhan yang lebih kompleks. Lingkungan politik, pandangan jaringan
profesional dan harapan masyarakat lokal mempengaruhi kesiapan layanan primary care
untuk mempertimbangkan perubahan yang baru. Berhubungan dengan apa yang mereka
harapkan, dan keyakinan bahwa risiko yang terkait dengan wilayah baru dan asing akan
mendapatkan dukungan yang lebih luas.
Wellbeing Enterprises melibatkan penugasan perusahaan sosial untuk
memperkenalkan peluang baru bagi pasien untuk mengakses sumber daya lokal. Pada
layanan primary care ini diaktifkan untuk lebih banyak menarik aset masyarakat daripada
kasus sebelumnya dan membuka peluang untuk memanfaatkan tambahan dan sumber lainnya
dari penghasilan. Fasilitasi yang bersifat eksternal ke layanan primary care dapat
memberikan tambahan wawasan, kapasitas dan objektivitas.
Program MacMillan ini merekrut tiga fasilitator eksternal untuk mendukung praktik
dengan perubahan yang praktis terkait dengan penerapan jalur kanker baru. Dukungan ini
secara universal dihargai karena menyediakan kapasitas tambahan, keahlian dan objektivitas.
Tim manajemen perubahan antar disipliner memberikan praktik dukungan yang serupa
mengadopsi model rumah medis di program Midlands Health Network
Penggunaan data
Sebuah program juga perlu menampilkan data yang relevan pada tiap individu, tim, tingkat
klinik dan organisasi. Hal ini harus mencakup data yang mencerminkan keempat tujuan,
termasuk kinerja klinis, survei kepuasan pasien dan tingkat stres yang dialami oleh staf
(McNellis et al., 2013; McGough et al., 2017). Penggunan data tersebut untuk mendorong
pengambilan keputusan dan mempengaruhi bagaimana layanan primary care bekerja sebagai
inti perilaku dari praktik transformasi (McNellis et al., 2013; McGough et al., 2017).
“Peninjauan aktif terhadap kinerja latihan itu tampaknya membantu memperkuat nilai
PCMH, karena mengidentifikasi kesenjangan dalam perawatan, dan memotivasi tim untuk
bekerja memperbaikinya ”(Wise et al., 2011, p. 416). Pernyataat tersebut benar. Praktik di
mana model baru yang kurang terlaksana akan jauh lebih pasif dalam memperoleh dan
meninjau data (Wise et al., 2011). Data dilihat sebagai elemen penting dalam Program
Jaringan Kesehatan Midlands sebagai bukti dampak positif yang membantu menjaga kondisi
ini, serta mengidentifikasi area yang perlu dilakukan perbaikan lebih lanjut. Kemudahan di
mana data dapat dihasilkan, dikumpulkan dan dipahami merupakan hal yang penting. Data
tersebut harus juga dilihat apakah relevan dan tepat waktu untuk mempengaruhi
penyelenggara primary care (Greenhalgh et al., 2009).
Kesimpulan
Banyak komponen dari model primary care baru sudah ada di sebagian besar
negara - spesialisasi umum dalam kedokteran, keperawatan berbasis komunitas, layanan
terapi dan layanan farmasi, organisasi sukarela yang menanggapi berbagai sosial kebutuhan,
dan organisasi publik dan / atau organisasi independen yang dapat memberikan dukungan
jangka pendek dan jangka panjang yang berhubungan dengan tempat tinggal. Untuk
menjadikan model ini agar lebih terintegrasi dan holistik membutuhkan penyususnan yang
penting oleh para profesional dan praktisi serta organisasi yang mereka miliki.
Penyusunan ini berhubungan dengan peran mereka, hubungan mereka dengan orang
lain dan sumber daya yang menjadi tanggung jawab utama mereka. Akuntabilitas dan
Keterlibatan pasien, keluarga dan masyarakat memerlukan perbaikan secara mendasar dan
memastikan bahwa penempatan orang-orang tepat pada visi utama dan pengiriman yang
terkait. Peninjauan ulang menunjukkan bahwa tantangan itu dapat tercapai terjadinya
perubahan yang berkelanjutan dengan dukungan dalam konteks politik maupun sosial, dan
perubahan program yang terkoordinasi.
Pada akhirnya, dapat diperdebatkan bahwa model-model baru dari layanan primary
care tidak diragukan lagi merupakan langkah maju mereka masih terbatas. Aspek lain dari
primary care seperti kedokteran gigi dan pekerjaan sosial jarang dimasukkan ke tingkat
utama, dan banyak dari mereka masih berharap bahwa penyebaran dapat dilakukan melalui
kepemilikan organisasi medis. Hal itu akan menjadi penting karena kita tidak melihat model
tersebut sebagai titik akhir, namun menjadi batu loncatan lain pada perubahan untuk layanan
kesehatan yang lebih terintegrasi.
ANALISIS PICO
PROBLEM
“Pencegahan lebih baik dari pada pengobatan”, merupakan salah satu asumsi yang
memperlihatkan bahwa pentingnya sistem layanan kesehatan primary care daripada
secondary care, hal ini mencerminkan keprihatinan umum mengenai populasi lansia, dimana
angka harapan hidup semakin meningkat sehingga menimbulkan beberapa kondisi penyakit
jangka panjang, munculnya efek negatif dari pilihan gaya hidup termasuk diet, aktivitas dan
konsumsi alkohol, dan adanya ketidaksetaraan masyarakat sosial.
Layanan kesehatan merupakan komponen penting dalam meningkatkan kesehatan
dan kesejahteraan masyarakat. Akses yang fleksibel, koneksi melalui teknologi mobile dan
transparansi dalam informasi menjadikan kemudahan untuk pasien menjangkau layanan
kesehatan, sehingga layanan primary care harus ditingkatkan, hal ini berdasarkan perubahan
demografi dan perilaku yang muncul di masyarakat melalui pelayanan yang lebih proaktif,
holistik dan berorientasi pada patient-care.
Pada beberapa center belum tahu pasti bagaimana cara terbaik untuk menerapkan
ini dalam praktiknya, sesuai dengan originalitas dan perbaikan yang berkelanjutan dalam
meningkatkan kesejahteraan pribadi, kesehatan penduduk dan penggunaan sumber daya.
Berdasarkan latar belakang Jurnal ini menguraikan pengetahuan saat ini mengenai
transformasi/perubahan dalam sistem layanan primary care berdasarkan dari bukti penelitian
dan praktik lapangan dari studi kasus internasional.
INTERVENTION
Jurnal merupakan hasil dari penelitian bersifat deskriptif. Tidak dilakukan intervensi dalam
penelitian.
COMPARISON
Tidak dilakukan komparasi pada subjek penelitian.
OUTCOME
Hasil diskusi ini digunakan sebagai pedoman tim penyelenggara layanan primary care dalam
melakukan perubahan layanan primary care yang lebih baik. layanan kesehatan primary care
menjadi penting karena primary care merupakan layanan kesehatan garda depan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, perubahan model layanan primary care dapat
menjadi batu loncatan pada perubahan untuk layanan kesehatan lainnya seperti, kedokteran
gigi agar lebih terintegrasi.
I. APAKAH HASIL PENELITIAN VALID ?
1. Apakah studi ini membahas sebuah masalah dengan fokus yang jelas?
Ya, Penelitian ini berfokus pada bertujuan untuk memperlihatkan bahwa bukti penelitian
dan praktik lapangan dapat mengubah layanan primary care menjadi model layanan yang
lebih terintegrasi dan holistik
2. Apakah peneliti menggunakan alat dan pertanyaan yang sesuai dengan Tujuan dari
studi?
Ya, untuk memperlihatkan bahwa bukti penelitian dan praktik lapangan dapat mengubah
layanan primary care menjadi model layanan yang lebih terintegrasi dan holistik, peneliti
menggunakan alat pengumpulan data (tools) primer berupa review bukti penelitian dari
beberapa artikel yang sudah diseleksi, untuk memberikan wawasan bukti penelitian
tentang praktik perubahan primary care, selain itu dilakukan klarifikasi pertanyaan
penelitian melalui wawancara dengan penyelenggara primary care. Ini termasuk pembuat
kebijakan (Kepala Puskesmas), Badan Kesehatan Nasional (Kementerian Kesehatan),
perkumpulan para profesional, dan dewan pengawas kesehatan lokal (Dinas Kesehatan
Kabupaten). Hal ini sudah sesuai dengan jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti,
yaitu penelitian deskriptif .
3. Apakah digunakan kriteria outcome yang obyektif dan tidak berbias?
Ya. Kriteria Outcome telah dikategorikan secara objektif, yaitu berdasarkan review bukti
penelitian dari beberapa artikel yang sudah diseleksi, untuk memberikan wawasan bukti
penelitian tentang praktik perubahan primary care, selain itu juga dilakukan klarifikasi
pertanyaan penelitian melalui wawancara dengan penyelenggara primary care.
4. Apakah subjek diikutsertakan dengan cara dan kriteria yang benar?
Ya. Penelitian ini menggunakan subjek berupa studi literatur yang dilakukan oleh ahli
kepustakaan dengan menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi, serta wawancara dari
penyelenggara primary care..
5. Apakah data diambil dengan cara yang sesuai dengan tujuan studi ?
Ya, data berupa. klarifikasi pertanyaan penelitian melalui wawancara dengan
penyelenggara primary care, review bukti penelitian dari beberapa artikel yang sudah
diseleksi. Studi ini merupakan studi deskriptif, yang dalam praktik pengambilan datanya
memang dapat dilakukan dengan pendekatan Cross-Sectional / satu waktu tanpa
dilakukannya follow up. Seperti yang telah dilakukan peneliti dalam studi ini.
II. APAKAH HASIL PENELITIAN PENTING ? (Importance)
6. Seberapa penting hasil dari penelitian ini?
Hasil dari penelitian ini sangat penting, karena dapat digunakan sebagai pedoman tim
penyelenggara layanan primary care dalam melakukan perubahan layanan primary care
yang lebih baik. layanan kesehatan primary care menjadi penting karena primary care
merupakan layanan kesehatan garda depan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, perubahan model layanan primary care dapat menjadi batu loncatan pada
perubahan untuk layanan kesehatan lainnya seperti, kedokteran gigi agar lebih
terintegrasi.