Anda di halaman 1dari 96

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KAJIAN KASUS

A. TINJAUAN TEORITIS

1. Konsep Dasar Skizofrenia

a. Pengertian

Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan

menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, prilaku

yang aneh dan terganggu (Videbeck, 2008)

Skizofrenia merupakan suatu penyakit otak persisten dan serius,

mengakibatkan prilaku psikotik, pemikiran kongkret dan kesulitan

dalam memproses informasi (Stuart, 2007).

b. Penyebab Skizofrenia

Menurut Maramis (2009), etiologi dari skizofrenia akan dipaparkan

oleh beberapa teori yaitu :

1) Endokrin : Dahulu dikira bahwa skizofrenia mungkin disebabkan

oleh gangguan endokrin. Teori ini dikemukakan karena skizofrenia

sering timbul pada waktu pubertas, waktu kehamilan, atau

puerperium dan waktu klimakterium. Tetapi hal ini tidak dapat

dibuktikan.

2) Metabolisme : Ada orang yang menyangka bahwa skizofrenia

disebabkan oleh gangguan metabolisme, karena penderita dengan


skizofrenia tampak pucat dan tidak sehat. Ujung ekstremitas agak

sianotik, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun.

3) Teori Adolf Meyer : Meyer mengakui bahwa suatu konstitusi yang

inferior atau suatu penyakit badaniah dapat mempengaruhi

timbulnya skizofrenia. Menurutnya skizofrenia merupakan suatu

reaksi yang salah, suatu maladaptasi. Oleh karena itu, timbul suatu

disorganisasi kepribadian dan lama-kelamaan orang itu

menjauhkan diri dari kenyataan. Hipotesis Meyer ini kemudian

memakai istilah “reaksi skizofrenik”.

4) Teori Sigmund Freud : Termasuk teori psikogenik yang memakai

formula Freud, maka skizofrenia terdapat : Kelemahan ego, yang

dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun somatis.

Superego dikesampingkan sehingga Id yang berkuasa dan terjadi

suatu regresi kefase narsisisme. Kehilangan kapasitas untuk

transferensi sehingga terapi psikoanalitik tidak mungkin.

5) Eugen Bleuler : Bleuler menganjurkan supaya lebih baik dipakai

istilah “skizofrenia”, karena nama ini dengan tepat sekali

menonjolkan gejala utama penyakit ini, yaitu jiwa yang terpecah-

belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berpikir,

perasaan dan perbuatan (schizos = pecah-belah atau bercabang,

phren = jiwa).

6) Genetik : Dapat dipastikan bahwa ada faktor genetik yang turut

menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan dengan

8
penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia dan

terutama anak-anak kembar satu telur.

7) Neurokimia : Hipotesis dopamin menyatakan bahwa skizofrenia

disebabkan oleh overaktifitas pada jaras dopamin mesolimbik. Hal

ini didukung oleh temuan bahwa amfetamin, yang kerjanya

meningkatkan pelepasan dopamin, dapat menginduksi psikosis

yang mirip skizofrenia dan obat antipsikotik.

8) Hipotesis perkembangan saraf (Neurodevelopmental hypothesis) :

Studi autopsi dan studi pencitraan otak memperlihatkan

abnormalitas struktur dan morfologi oak penderita skizofrenia,

antara lain berupa berat otak yang rata-rata lebih kecil 6% daripada

otak normal dan ukuran anterior-posterior yang 4% lebih pendek.

c. Jenis-Jenis Skizofrenia

Menurut Maramis (2009), membagi Skizofrenia menjadi lima jenis,

yaitu :

1) Skizofrenia Paranoid

Jenis skizofrenia ini sering mulai sesudah umur 30 tahun.

Permulaannya mungkin subakut, tetapi mungkin juga akut.

Kepribadian penderita sebelum sakit sering dapat digolongkan

skizoid. Mereka mudah tersinggung, suka menyendiri, agak

congkak dan kurang percaya pada orang lain

9
2) Skizofrenia Hebefrenik

Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul

pada masa remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang mencolok

adalah gangguan proses pikir, gangguan kemauan dan adanya

depersonalisasi atau double personality dan perilaku kekanak-

kanakan.

3) Skizofrenia Katatonik

Timbulnya pertama kali antara umur 15-30 tahun, dan biasanya

akut serta sering didahului oleh stres emosional. Mungkin akan

terjadi gaduh-gelisah katakonik atau stupor katatonik.

4) Skizofrenia Simplex

Sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama

pada jenis simplex adalah kadangkala emosi dan kemunduran

kemauan.

5) Skizofrenia Residual

Jenis ini adalah keadaan kronis dari skizofrenia dengan riwayat

sedikitnya satu episode psikotik yang jelas dan gejala-gejala

berkembang kearah gejala negatif yang lebih menonjol. Gejala

negatif terdiri dri kelambatan psikomotor, penurunan aktivitas,

penumpukan afek, pasif dan tidak ada inisiatif, kemiskinan

pembicaraan, ekspresi nonverbal yang menurun, serta buruknya

perawatan diri dan fungsi sosial.

10
d. Tanda dan Gejala Skizofrenia

1) Gejala Primer

a) Gangguan proses pikir (bentuk, langkah dan isi pikiran). Yang

paling menonjol adalah gangguan asosiasi dan terjadi

inkoherensi.

b) Gangguan afek emosi.

c) Terjadi kedangkalan afek-emosi.

d) Paramimi dan paratimi (incongruity of affect/inadekuat).

e) Emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai satu

kesatuan.

f) Emosi berlebihan.

g) Hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi

yang baik.

h) Gangguan kemauan : terjadi kelemahan kemauan, perilaku

negativisme, atas permintaan, otomatisme (merasa pikiran atau

perbuatannya dipengaruhi oleh orang lain).

i) Gejala psikomotor : stupor atau hiperkinesia, logorea, dan

neologisme, stereotipi, katelepsi (mempertahankan posisi tubuh

dalam waktu yang lama), echolalia dan echopraxia, autisme.

2) Gejala Sekunder

a) Waham.

b) Halusinasi.

11
e. Penatalaksanaan Skizofrenia

Menurut Maramis, (2009) penatalaksanaan pada klien dengan

skizofrenia adalah dengan farmakotherapi, elektro-convulsi therapy,

dan psikoterapi dan rehabilitasi.

1) Farmakoterapi

Pasien yang baru pertama mengalami episode skizofrenia,

pemberian obat harus diupayakan agar tidak terlalu memberikan

efek samping. Indikasi pemberian antipsikotik pada skizofrenia

adalah untuk mengandalikan gejala aktifdan mencegah

kekambuhan. Hasil pengobatan akan lebih baik bila antipsikotik

mulai diberi dalam dua tahun pertama dari penyakit.

Pemilihan obat lebih banyak berdasarkan profil efek samping dan

respon klien pada pengobatan sebelumnya.

2) Elektro-convulsi terapi

Elektro-convulsi terapi dapat memperpendek serangan skizofrenia

dan mempermudah kontak dengan penderita. Akan tetapi tidak

dapat mencegah serangan yang akan datang.

3) Psikoterapi dan rehabilitasi

Psikoterapi therapy okupasi sangat baik diberikan untuk

mendorong klien bergaul lagi dengan orang lain, perawat dan

dokter. Dianjurkan untuk mengadakan permainan dan latihan

bersama. Dalam melakukan terapi okupasi perlu memperhatikan

12
lingkungan klien, bila mungkin diatur sedemikian agar tidak

menyebabkan stress terlalu banyak

2. Konsep Dasar Halusinasi

a. Pengertian

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien

mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu

berupa suara, penglihatan, pengecapan, parabaan atau penghiduan.

Klien merasakan stimulus yang sebetul-betulnya tidak ada

(Damaiyanti, 2012).

Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam

membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal

(dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang

lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai

contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang

yang berbicara (Direja, 2011).

Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada

panca indera seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan

sadar/bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional, psikotik

ataupun histerik (Trimelia, 2011).

13
b. Rentang Respon

Adaptif Mal Adaptif

1) Pikiran logis 1) Kadang-kadang 1) Waham


2) Persepsi akurat proses pikir 2) Halusinasi
3) Emosi konsisten terganggu 3) Kerusakan
dengan 2) Ilusi proses emosi
pengalaman 3) Emosi berlebihan 4) Perilaku tidak
4) Perilaku cocok 4) Perilaku yang terorganisasi
5) Hubungan sosial tidak biasa 5) Isolasi sosial
harmonis 5) Menarik diri

Gambar 1

Rentang Respon Neurobiologis (Direja, 2011)

1) Respon adaptif

a) Pikiran logis yaitu pandangan yang mengarah pada kenyataan

b) Persepsi akurat yaitu pandangan yang tepat pada kenyataan

c) Emosi konsisten adalah pengalaman yaitu perasaan yang timbul

dari pengalaman ahli

d) Perilaku social adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam

batas kewajaran

e) Hubungan social adalah proses suatu interaksi dengan orang lain

dan lingkungan

14
2) Respon psikososial

a) Proses piker terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan

gangguan

b) Ilusi adalah penilaian yang salah tentang penerapan yang benar-

benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera

c) Emosi berlebihan atau berkurang

d) Perilaku tidak biasa yaitu sikap dan tingkah laku yang melebihi

batas kewajaran

e) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi

dengan orang lain

3) Respon maladaptif

a) Waham adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan

walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan

dengan kenyataan social

b) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi

eksternal yang tidak realita atau tidak ada

c) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul

dari hati

d) Perilaku tidak terorganisir yaitu suatu yang tidak teratur

e) Isolasi social yaitu kondisi kesendirian yang dialami oleh

individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan

sebagai suatu kecelakaan yang negatif mengancam.

15
c. Patofisiologi

1) Etiologi

Faktor penyebab halusinasi (Yosep, 2009)

a) Predisposisi

(1)Faktor perkembangan

Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya

rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan

klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang

percaya diri dan lebih rentan terhadap stres.

(2)Faktor sosiokultural

Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya

sejak bayi (unwanted child) akan merasa disingkirkan,

kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.

(3)Faktor biokimia

Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.

Adanya stress yang berlebihan dialami seorang maka di

dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat

halusiogenik neurokimia seperti buffofenon dan

dimetytranferase (DMP). Akibat stress berkepanjangan

menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak. Misalnya

terjadi ketidakseimbangan acetylcholin dan dopamin.

16
(4)Faktor psikologis

Tipe kepribadian lemah dan tidak tanggung jawab mudah

terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini

berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam mengambil

keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih

memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju

alam hayal.

(5)Faktor genetik dan pola asuh

Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh

oleh orangtua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia.

Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga

menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada

penyakit ini.

b) Faktor Presipitasi

(1)Perilaku

Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga,

ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah, dan bingung,

perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu

mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan

nyata dan tidak nyata. Menurut Rawlins dan Heacock, 1993

dalam Iyus Yoseph (2009) mencoba memecahkan masalah

halusinasi berlandaskan atas hakikat keberadaan seorang

individu sebagai makhluk yang dibangun atas dasar unsur-

17
unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat

dilihat dari lima simensi yaitu :

(a) Dimensi Fisik

Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi

fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-

obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan

kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.

(b)Dimensi Emosional

Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem

yang tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi

itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa perintah

memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi

menentang perintah tersebut hinnga dengan kondisi

tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.

(c) Dimensi Intelektual

Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa

individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya

penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi

merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls

yang menekan, namu merupakan suatu hal yang

menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil

seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol

semua prilaku klien.

18
(d)Dimensi Sosial

Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase

awal dan comforting, klien menganggap bahwa hidup

bersosialisasi di alam nyata sangat membahayakan. Klien

asyik dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan

tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial,

kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam

dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem kontrol oleh

individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa

ancaman, dirinya atau orang lain individu cenderung untuk

itu. Oleh karna itu, aspek penting dalam melaksanakan

intervensi keperawatan klien dengan mengupayakan suatu

proses interaksi yang menimbulkan pengalaman

interpersonal yang memuaskan, serta mengusahakan klien

tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan

lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.

(e) Dimensi Spiritual

Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan

kehampaan hidup, rutinitas tidak bermakna, hilangnya

aktivitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk

mengucilkan dirinya. Irama sirkardiannya terganggu,

karena ia sering tidur larut malam dan bangun saat siang.

Saat terbangun terasa hampa dan tidak jelas tujuan

19
hidupnya. Ia sering memakai takdir tetapi lemah dalam

upaya menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan dan

orang lain yang menyebabkan takdirnya memburuk.

2) Tanda dan gejala

Adapun Tanda dan gejala halusinasi menurt Direja, 2011 sebagai

berikut :

a) Halusinasi Pendengaran

Data Objektif : Bicara atau ketawa sendiri, marah-marah tanpa

sebab, mengarahkan telinga ke arah tertentu, menutup telinga.

Data Subjektif : mendengar suara atau kegaduhan,

mendengarkan suara yang mengajak bercakap-cakap,

mendengarkan suara yang menyuruh melakukan sesuatu yang

berbahaya.

b) Halusinasi Penglihatan

Data Objektif : menunjuk-nunjuk kearah tertentu, ketakutan

pada sesuatu yang tidak jelas.

Data Subjektif : melihat bayangan, sinar bentuk geometris,

bentuk kortoon, melihat hantu atau monster.

c) Halusinasi Penghidungan

Data Objektif : menghidu seperti sedang membaui bau-bauan

tertentu, menutup hidung.

Data Subjektif : membaui bau-bauan seperti bau darah, urine,

feses, kadang-kadang bau itu menyenangkan.

20
d) Halusinasi Pengecapan

Data Objektif : Sering meludah, muntah.

Data Subjektif : merasakan rasa seperti darah, urine atau feses.

e) Halusinasi Perabaan

Data Objektif :Menggaruk- garuk permukaan kulit.

Data Subjektif : menyatakan ada serangga di permukaan kulit,

merasa tersengat listrik.

3) Jenis-jenis

Menurut Kusumawati & Hartono (2011) membagi halusinasi

menjadi 10 jenis, antara lain sebagai berikut :

a) Halusinasi Pendengaran (auditory-hearing voices or sounds)

Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendenging atau

suara bising yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering

terdengar sebagai sebuah kata atau kalimat yang bermakna.

Biasanya suara tersebut ditunjukkan pada penderita sehingga

tidak jarang penderita bertengkar dan berdebat dengan suara-

suara tersebut. Suara tersebut dapat dirasakan berasal dari jauh

atau dekat bahkan mungkin datang dari tiap bagian tubuhnya

sendiri. Suara bisa menyenangkan, menyuruh berbuat baik,

tetapi dapat pula berupa ancaman, mengejek, memaki atau

bahkan yang menakutkan dan kadang-kadang mendesak atau

memerintah untuk berbuat sesuatu seperti membunuh atau

merusak.

21
b) Halusinasi Penglihatan (visual-seeing persons or thinks)

Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit

organik). Biasanya sering muncul bersamaan dengan penurunan

kesadaran, menimbulkan rasa takut akibat gambaran-gambaran

yang mengerikan.

c) Halusinasi Penciuman (olfaktory-smelling odors)

Halusinasi ini biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu

dan dirasakan tidak enak, melambangkan rasa bersalah pada

penderita. Bau dilambangkan sebagai pengalaman yang

dianggap penderita sebagai suatu kombinasi moral.

d) Halusinasi Pengecapan (gustatorik)

Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan

halusinasi penciuman penderita merasa mengecap sesuatu.

Halusinasi gastorik lebih jarang dari halusinasi gustatorik.

e) Halusinasi Raba (taktile-feeling bodily sensation)

Merasa diraba , disentuh, ditiup atau seperti ada ulat, yang

bergerak di bawah kulit. Terutama pada keadaan delirium toksis

dan skizofrenia.

f) Halusinasi kinestetik

Merasa badannya bergerak dalam sebuah ruangan, atau

anggota badannya bergerak (umpamanya anggota badan

bayangan atau “phantomlimb”).

22
g) Halusinasi visceral

Perasaan tertentu timbul di dalam tubuhnya.

h) Halusinasi hipnagogik :

Terdapat ada kalanya pada seorang yang normal, tepat

sebelum tertidur persepsi sensorik berkerja salah.

i) Halusinasi hipnopompik

Terdapat ada kalanya pada seorang yang normal, tepat

sebelum terbangun sama sekali dari tidurnya. Disamping itu ada

pula pengalaman halusinatorik dalam impian yang normal.

j) Halusinasi histerik

Timbul pada nerosa histerik karena konflik emosional.

4) Fase-fase halusinasi

Halusinasi berkembang menjadi empat fase, yaitu sebagai

berikut (Yoseph, 2011) :

a) Fase pertama : Sleep Disorder

Fase awal seseorang sebelum muncul halusinasi . pada fase

ini klien merasa banyak masalah, ingin menghindar dari

lingkungan, takut diketahui orang lain bahwa dirinya banyak

masalah. Masalah makin terasa sulit karena berbagai stressor

terakumulasi, misalnya kekasih hamil, terlibat narkoba, dihianati

kekasih, masalah di kampus, PHK di tempat kerja penyakit,

utang, nilai di kampus, drop out dan sebagainya. Masalah terasa

menekan karena terakumulasi sedangkan support system kurang

23
dan persepsi terhadap masalah sangat buruk. Sulit tidur

berlangsung terus menerus sehingga terbiasa menghayal. Klien

menganggap lamunan-lamunan awal tersebut sebagai

pemecahan masalah.

b) Fase kedua : Comforting

Disebut juga fase comporting yaitu fase yang menyenangkan.

Pada tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik. Pasien

mengalami emosi yang berlanjut seperti adanya perasaan cemas,

kesepian, perasaan berdosa, ketakutan dan mencoba

memusatkan pemikiran pada timbulnya kecemasan. Ia

beranggapan bahwa pengalaman pikiran dan sensorinya dapat ia

control bila kecemasannya diatur, dalam tahp ini ada

kecenderungan klien merasa nyaman dengan halusinasinya.

c) Fase ketiga : Condemning

Disebut denga fase condemming atau anisietas berat yaitu

halusinasi menjadi menjijikan, termasuk dalam psikotik ringan.

Pengalaman sensori klien menjadi sering datang dan mengalami

bias. Klien mulai tidak mampu lagi mengontrolnya dan mulai

berupaya menjaga jarak antara dirinya dengan objek yang

dipersepsikan klien mulai menarik diri dari orang lain dengan

intensitas waktu yang lama.

24
d) Fase keempat : Controlling

Adalah fase controling atau ansietas berat yaitu pengalaman

sensori menjadi berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik.

Klien mencoba melawan suara-suara atau sensory abnormal

yang datang. Klien dapat merasakan kesepian bila halusinasinya

berakhir. Dari sinilah dimulai fase gangguan Psychotic.

e) Fase kelima : Conquering

Adalah fase conquering atau panik yaitu klien lebur dengan

halusinasinya. Termasuk dalam psikotik berat. Pengalaman

sensorinya terganggu, klien mulai merasa terancam dengan

datangnya suara-suara terutama bila klien tidak dapat menuruti

ancaman atau perintah yang ia dengar dari halusinasinya.

Halusinasi dapat berlangsung selama minimal 4 jam atau

seharian bila klien tidak mendapatkan komunikasi terapeutik.

d. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada halusinasi di bagi menjadi dua yaitu

penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan keperawatan, yaitu :

1) Penatalaksanaan Medis

a) Psikofarmakoterapi

Gejala halusinasi sebagai salah satu gejala psikotik/

skizofrenia biasanya diatasi dengan menggunakan obat-obatan

anti psikotik antara lain :

25
(1)Golongan butirefenon : Haldol, Serenace, Ludomer. Pada

kondisi akut biasanya diberikan dalam bentuk injeksi 3x5

mg, im. Pemberian injeksi biasanya cukup 3x24 jam.

Setelahnya klien bisa diberikan obat per oral 3x1,5 mg atau

3x5 mg.

(2)Golongan Fenotiazine :Chlorpramizine/ Largactile/

Promactile. Biasanya diberikan per oral. Kondisi akut

biasanya diberikan 3x 100mg. Apabila kondisi sudah stabil

dosis dapat dikurangi 1x100 mg pada malam hari saja

(Yosep, 2011).

b) Psikoterapi

Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan

kejang grandmall secara artificial dengan melewatkan aliran

listrik melalui electrode yang dipasang pada satu atau dua

temples, terapi kejang listrik dapat diberikan pada skizoprenia

yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi,

dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.

c) Rehabilitasi

Terapi kerja baik untuk mendorong penderita bergaul lagi

dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter.

Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila

menarik diri dia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik.

26
Dianjurkan penderita untuk mengadakan permainan atau

pelatihan bersama (Maramis, 2005).

2) Penatalaksanaan Keperawatan

Terapi Aktivitas Kelompok yang diberikan pada pasien dengan

Halusinasi yaitu ( Keliat, 2010):

a) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif/Persepsi

Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau

stimulus yang pernah dialami. Kemampuan persepsi klien

dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sessi. Dengan proses ini,

diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam

kehidupan menjadi adatif. Aktivitas berupa stimulus dan

persepsi. Stimulus yang disediakan : baca

artikel/majalah/buku/puisi, menonton acara TV (ini merupakan

stimulus yang disediakan), stimulus dari pengalaman masa lalu

yang menghasilkan proses persepsi klien yang maladaptive atau

distruktif, misalnya kemarahan, kebencian, putus hubungan,

pandangan negative pada orang lain dan halusinasi. Kemudian

dilatih persepsi klien terhadap stimulus.

b) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulus Sensori

Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensori klien.

Kemudian diobservasi reaksi sensori klien terhadap stimulus

yang disediakan, berupa ekspresi perasaan secara nonverbal

(ekspresi wajah, gerakan tubuh). Biasanya klien yang tidak mau

27
mengungkapkan komunikasi verbal akan testimulasi emosi dan

perasaannya, serta menampilkan respons. Aktivitas yang

digunakan sebagai stimulus adalah : musik, seni menyanyi,

menari. Jika hobby klien diketahui sebelumnya, dapat dipakai

sebagai stimulus, misalnya lagu kesukaan klien, dapat

digunakan sebagai stimulus.

3. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

Dalam keperawatan, pengkajian merupakan pengumpulan data

subjektif dan objektif secara sistematis dengan tujuan membuat

penentuan tindakan keperawatan bagi individu, keluarga dan

komunitas (Damaiyanti, 2012).

1) Identitas klien dan penanggung

2) Keluhan utama atau alasan masuk

3) Faktor predisposisi

4) Aspek fisik atau biologis

5) Aspek psikososial

6) Status mental

7) Kebutuhan persiapan pulang

8) Mekanisme koping

9) Masalah psikososial dan lingkungan

10) Pengetahuan

28
11) Aspek medik

a) Kemudian data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi

dua macam sebagai berikut :

(1)Data Objektif

Ialah data yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan

melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.

(2)Data Subjektif

Ialah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan

keluarga. Data ini diperoleh melalui wawancara perawat

kepada klien dan keluarga. Data yang langsung didapat oleh

perawat disebut sebagai data primer, dan data yang di ambil

dari hasil catatan tim kesehatan lain sebagai data sekunder.

b) Menurut Damaiyanti, (2012) adapun format atau data fokus

pada pengkajian klien dengan gangguan pesepsi sensori :

halusinasi :

(1)Jenis halusinasi

(2)Isi halusinasi

(3)Waktu halusinasi

(4)Frekuensi halusinasi

(5)Situasi halusinasi

(6)Respon klien

29
b. Pohon Masalah

Pohon masalah adalah tehnik atau diagram untuk mengidentifikasi

masalah dalam situasi tergantung dengan mengedepankan hubungan

sebab akibat (Fitria, 2011).

Risiko tinggi
perilaku
Akibat kekerasan

Masalah
Perubahan persepsi Defisit
sensori : halusinasi Perawatan Diri
Utama

Kerusakan interaksi
Penyebab
sosial

Harga diri rendah


kronis

Keterangan :

: Masalah Utama (core problem)

: hubungan sebab akibat

Gambar 2

Pohon Masalah Pada Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

30
c. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan dari pohon masalah diatas dapat ditegakkan diagnosa

keperawatan sesuai prioritas masalah pada klien dengan halusinasi

menurut Fitria, (2011 ) yaitu :

1) Resiko tinggi perilaku kekerasan.

2) Perubahan persepsi sensori : halusinasi.

3) Kerusakan interaksi sosial.

4) Harga diri rendah kronis

5) Defisit perawatan diri

d. Prioritas Diagnosa

1) Resiko tinggi melakukan kekerasan.

2) Perubahan persepsi sensori : halusinasi.

3) Kerusakan interaksi sosial.

4) Harga diri rendah kronis

5) Defisit perawatan diri

31
e. Rencana Keperawatan
Tabel 1

Intervensi Keperawatan Klien Dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

No. Diagnosa Perencanaan


TGL Diagnosa Keperawata Intervensi Rasional
n Pasien Tujuan Tujuan Kriteria
Umum Khusus Evaluasi
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Gangguan Klien tidak 1. Klien Setelah diberikan 1. Bina hubungan saling Hubungan saling percaya
persepsi mengalami dapat tindakan percaya dengan merupakan dasar untuk
sensori : halusinasi membina keperawatan mengungkapkan prinsip kelancaran hubungan
halusinasi hubungan selama ...x... komunikasi terapeutik : interaksi selanjutnya
saling menit tiap kali a. Sapa klien dengan ramah
percaya pertemuan, baik verbal maupun non
diharapkan : verbal
1. Ekspresi b. Perkenalkan diri dengan
wajah sopan
bersahabat c. Tanyakan nama lengkap
2. Menunjukka klien dan nama panggilan
n rasa senang yang disukai klien
3. Ada kontak d. Jelaskan tujuan pertemuan
mata e. Jujur dan menepati janji
4. Mau berjabat f. Tunjukkan sikap empati dan
tangan menerima klien apa adanya
5. Mau g. Beri perhatian pada klien dan

32
1 2 3 4 5 6 7 8
menyebutkan perhatikan kebutuhan dasar
nama klien
6. Mau
menjawab
salam
7. Klien mau
duduk
berdampinga
n dengan
perawat
8. Mau
mengutaraka
n masalah
yang
dihadapi.

2. Klien Setelah diberikan 1. Adakah kontak sering dan Kontak sering tapi singkat
dapat tindakan singkat secara bertahap selain membina hubungan
mengenali keperawatan saling percaya, juga dapat
halusinasi selama ...x... memutuskan halusinasi
nya menit tiap kali
pertemuan,
diharapkan :
1. Klien dapat 2. Observasi tingkah laku klien Mengenal perilaku pada saat
menyebutkan terkait dengan halusinasi timbul

33
1 2 3 4 5 6 7 8
waktu, isi, halusinasinya : bicara dan memudahkan perawat dalam
frekuensi, tertawa tanpa stimulus, melakukan intervensi
timbulnya memandang kekiri atau
halusinasi kekanan atau kedepan seolah-
oalah ada teman bicara

2. Klien dapat 3. Bantu kien mengenali Mengenal halusinasi


mengungkapkan halusinasinya. memungkinkan klien untuk
perasaan terhadap a. Jika menemukan yang menghindarkan faktor
halusinasi. sedang halusinasi, tanyakan pencetus timbulnya
apakah ada suara yang halusinasi
didengar
b. Jika klien menjawab ada,
lanjutkan : apa yang
dikatakan
c. Katakan bahwa perawat
percaya klien mendengar
suara itu, namun perawat
sendiri tidak mendengarnya
(dengan nada bersahabat
tanpa menuduh atau
menghakimi)
d. Katakan bahwa klien ada
juga yang seperti klien

4. Diskusikan dengan klien Dengan mengetahui isi,


a. Situasi yang menimbulkan waktu, dan frekuensi

34
1 2 3 4 5 6 7 8
atau tidak menimbulkan munculnya halusinasi
halusinasi mempermudah tindakan
b. Waktu dan frekuensi keperawatan klien yang
terjadinya halusinasi (pagi, akan dilakukan perawat
siang, sore dan malam atau
jika sendiri, jengkel atau
sedih)

5. Diskusikan dengan klien Untuk mengidentifikasi


apa yang dirasakan jika terjadi pengaruh halusinasi klien
halusinasi (marah atau takut,
sedih, senang) beri kesempatan
mengungkapkan perasaannya.

3. Klien Setelah diberikan 1. Identifikasi bersam klien Upaya untuk memutuskan


dapat tindakan cara tindakan yang dilakukan siklus halusinasi sehingga
mengontr keperawatan jika terjadi halusinasi (tidur, halusinasi tidak berlanjut
ol selama ...x... marah, menyibukkan diri, dll)
halusinasi menit tiap kali
nya pertemuan,
diharapkan : 2. Diskusikan manfaat cara Reinforcement positif akan
1. Klien dapat yang dilakukan klien, jika meningkatkan harga diri
menyebutkan bermanfaat beri pujian klien
tindakan yang
biasa dilakukan

35
1 2 3 4 5 6 7 8
untuk 3. Diskusikan cara baru untuk Memberikan alternatif
mengendalikan memutuskan atau mengontrol pilihan bagi klien untuk
halusinasinya halusinasi : mengontrol halusinasi
a. Katakan “Saya tidak mau
2. Klien dapat dengar kamu” (pada saat
menyebutkan cara halusinasi terjadi
baru b. Menemui orang lain
(perawat/teman/anggota
3. Klien dapat keluarga) untuk bercakap-
memilih cara cakap atau mengatakan
mengatasi halusinasi yang terdengar
halusinsi seperti c. Membuat jadwal kegiatan
yang telah sehari-hari agar halusinasi
didikusikan tidak muncul
dengan klien d. Minta
keluarga/teman/perawat jika
nampak bicara sendiri

4. Bantu klien memilih dan Memotivasi dapat


melatih cara memutus meningkatkan kegiatan
halusinasi secara bertahap klien untuk mencoba
memilih salah satu cara
mengendalikan halusinasi
dan dapat meningkatkan
harga diri klien

36
1 2 3 4 5 6 7 8
4. Klien Setelah diberikan 1. Anjurkan klien untuk Untuk mendapatkan bantuan
dapat tindakan memberi tahu keluarga jika keluarga mengontrol
dukungan keperawatan mengalami halusinasi halusinasi.
dari selama ...x...
keluarga menit tiap kali
dalam pertemuan,
mengontr diharapkan : 2. Diskusikan dengan keluarga Untuk mengetahui
ol 1. Keluarga dapat (pada saat berkunjung/pada pengetahuan keluarga dan
halusinasi. membina saat kunjungan rumah) : meningkatkan kemampuan
hubungn saling a. Gejala halusinasi yang di pengetahuan tentang
percaya dengan alami klien halusinasi
perawat b. Cara yang dapat dilakukan
klien dan keluarga untuk
2. Keluarga dapat memutus halusinasi
menyebutkan c. Cara merawat anggota
pengertian, tanda keluarga untuk memutus
dan kegiatan halusinasi di rumah, beri
untuk kegiatan, jangan biarkan
mengendalikan sendiri, makan bersama,
halusinasi bepergian bersama.
d. Beri informasi waktu follow
up atau kapan perlu
mendapat bantuan :
halusinasi terkontrol dan
resiko mencedrai orang lain

37
1 2 3 4 5 6 7 8
5. Klien Setelah diberikan 1. Diskusikan dengan klien Dengan menyebutkan dosis,
dapat tindakan dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat obat
memanfaa keperawatan frekuensi manfaat obat
tkan obat selama ...x...
dengan menit tiap kali
baik pertemuan, 2. Anjurkan klien minta Diharapkan klien
diharapkan : sendiri obat pada perawat dan melaksanakan program
1. Klien dan merasakan manfaatnya pengobatan. Menilai
keluarga dapat kemampuan klien dengan
menyebutkan pengobatannya sendiri.
manfaat, dosis,
dan efek samping 3. Anjurkan klien bicara Dengan mengetahui efek
obat dengan dokter tentang manfaat samping obat klien akan
dan efek samping obat yang tahu apa yang harus
2. Klien dapat dirasakan dilakukan setelah minum
mendemonstrasik obat
an penggunaan
obat secara benar 4. Diskusikan akibat berhenti Program pengobatan dapat
minum obat tanpa konsultasi berjalan sesuai rencana
3. Klien dapat
informasi
tentang efek
samping obat 5. Bantu klien menggunakan Dengan mengetahui prinsip
obat dengan prinsip benar pengguanaan obat, maka
4. Klien dapat kemandirian klien untuk
memahami pengobatan dapat
akibat berhenti ditingatkan secara bertahap.

38
1 2 3 4 5 6 7 8

minum obat

5. Klien dapat
menyebutkan

prinsip 5 benar
penggunaan obat

39
Tabel 2

Intervensi Keperawatan Klien Dengan Defisit Perawata Diri

Diagnosa Perencanaan Intervensi Rasional


No
Tgl Keperawata Tujuan Tujuan Kriteria
Dx
n Umum Khusus Evaluasi
1 2 3 4 5 6 7 8
2 Defisit Klien tidak 1.Klien dapat Setelah 1. Bina hubungan saling Hubungan saling percaya
perawatan mengalami membina diberikan percaya : merupakan dasar untuk
diri defisit hubungan tindakan a. Beri salam setiap kelancaran hubungan
perawatan saling keperawatan berinteraksi. interaksi selanjutnya
diri percaya selama ...x... b. Perkenalkan nama, nama
dengan menit tiap kali panggilan perawat dan
perawat pertemuan, tujuan perawat berkenalan
diharapkan klien c. Tanyakan nama dan
menunjukkan panggilan kesukaan klien
tanda-tanda d. Tunjukkan sikap jujur dan
percaya kepada menepati janji setiap kali
perawat: berinteraksi
1 Wajah cerah, e. Tanyakan perasaan dan
tersenyum masalah yang dihadapi
2 Mau klien
berkenalan f. Buat kontrak interaksi
3 Ada kontak yang jelas
mata g. Dengarkan ungkapan
4 Menerima perasaan klien dengan
kehadiran empati

40
perawat h. Penuhi kebutuhan dasar
5 Bersedia klien
menceritakan
perasaannya
2. Klien Setelah 1. Diskusikan dengan klien: Dengan mengetahui
mengetahui diberikan a. Penyebab klien tidak pentinganya perawatan
pentingnya tindakan merawat diri diri dapat memotivasi
perawatan keperawatan b. Manfaat menjaga pasien melakukan
diri selama ...x... perawatan diri untuk perawatan diri
menit tiap kali keadaan fisik, mental, dan
pertemuan, sosial.
diharapkan klien c. Tanda-tanda perawatan
menyebutkan: diri yang baik
1 Penyebab d. Penyakit atau gangguan
tidak kesehatan yang bisa
merawat diri dialami oleh klien bila
2 Manfaat perawatan diri tidak
menjaga adekuat
pwtan diri
3 Tanda-tanda
bersih dan
rapi
4 Gangguan
yang dialami
jika
perawatan
diri tidak
diperhatikan

41
3. Klien Setelah 1. Diskusikan frekuensi Mengetahui frekuensi
mengetahui diberikan menjaga perawatan diri pasien menjaga
cara-cara tindakan selama ini perawatan diri selama ini
melakukan keperawatan a. Mandi
perawatan selama ...x... b. Gosok gigi
diri menit tiap kali c. Keramas
pertemuan, d. Berpakaian
diharapkan klien e. Berhias
menyebutkan f. Gunting kuku
frekuensi dan
cara menjaga 2.Diskusikan cara praktek Mengajarkan pasien cara
perawatan diri: perawatan diri yang baik perawatan diri yang baik
1 Cara mandi dan benar : dan benar
2 Cara gosok a. mandi
gigi b. gosok gigi
3 Cara c. Keramas
Keramas d. Berpakaian
4 Cara e. Berhias
Berpakaian f. Gunting kuku
5 Cara berhias 3.Berikan pujian untuk setiap Meningkatkan motivai
6 Cara gunting respon klien yang positif pasien
kuku
4. Klien Setelah 1. Pantau klien dalam Mengetahui
dapat diberikan melaksanakan perawatan perkembangan
melaksanak tindakan diri: kemampuan melakukan
an keperawatan a. Mandi perawatan diri
perawatan selama ...x... b. Gosok gigi
diri secara menit tiap kali c. Keramas

42
mandiri pertemuan, d. Ganti pakaian
diharapkan klien e. Berhias
melaksanakan f. Gunting kuku
praktek
perawatan diri 2. Bimbing klien dalam Membantu klien
secara mandiri melakukan perawatan diri melakukan perawatn diri
1 Mandi 2 X a. Mandi
sehari b. Gosok gigi
2 Gosok gigi c. Keramas
sehabis d. Ganti pakaian
makan e. Berhias
3 Keramas 2 X f. Gunting kuku
seminggu
4 Ganti 3. Beri pujian saat klien Meningkatkan motivasi
pakaian 1 X melaksanakan perawatan pasien
sehari diri secara mandiri.
5 Berhias
sehabis
mandi
6 Gunting kuku
setelah mulai
panjang
5. Klien Setelah 1. Diskusikan dengan keluarga: Mengetahui usaha-usaha
mendapatk diberikan a. Penyebab klien tidak yang telah dilakukan
an tindakan melaksanakan perawatan keluarga dalam
dukungan keperawatan diri pemenuhan perawatan
keluarga selama ...x... b. Tindakan yang telah diri pasien
untuk menit tiap kali dilakukan klien selama di

43
meningkat pertemuan, rumah sakit dalam
kan diharapkan menjaga perawatan diri
perawatan keluarga dan kemajuan yang telah
diri mampu: dialami oleh klien
1 menjelaskan c. Dukungan yang bisa
cara-cara diberikan oleh keluarga
membantu untuk meningkatkan
klien dalam kemampuan klien dalam
memenuhi perawatan diri
kebutuhan 2. Diskusikan dengan keluarga Mengkaji pengetahuan
perawatan tentang: keluarga tentang sarana
dirinya a. Sarana yang diperlukan perawatan diri
2 menyiapkan untuk menjaga perawatan
sarana diri klien
perawatan diri b. Anjurkan kepada
klien: sabun keluarga menyiapkan
mandi, pasta sarana tersebut
gigi, sikat gigi,
shampoo, 3. Diskusikan dengan keluarga Meningkatkan
handuk, hal-hal yang perlu pengetahuan keluarga
pakaian bersih, dilakukan keluarga dalam tentang hal-hal yang
sandal, dan perawatan diri : perlu dilakukan dalam
alat berhias a. Anjurkan keluarga untuk perawatan diri pasien
3 mempraktekan mempraktekan
perawatan diri perawatan diri (mandi,
pada klien gosok gigi, keramas,
ganti baju, berhias dan
gunting kuku)

44
b. Ingatkan klien waktu
mandi, gosok gigi,
keramas, ganti baju,
berhias, dan gunting
kuku.
c. Bantu jika klien
mengalami hambatan
dalam perawatan diri
d. Berikan pujian atas
keberhasilan klien

45
f. Pelaksanaan

Pelaksanaan dikerjakan oleh tim keperawatan sesuai dengan

rencana tindakan yang telah dibuat bersama pasien, antara lain

1) SP Pasien

a) SP 1: Mengidentifikasi Halusinasi klien, Mengajarkan klien

menghardik halusinasinya, menganjurkan klien memasukkan

kedalam kegiatan harian

b) SP 2: Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, melatih klien

mengendalikan halusinasinya dengan cara bercakap-cakap

dengan orang lain, menganjurkan klien memasukkan kedalam

kegiatan harian

c) SP 3: Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, melatih klien

mengendalikan halusinasinya dengan cara melakukan kegiatan,

menganjurkan klien memasukkan kedalam kegiatan harian

d) SP 4: Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, memberikan

penkes tentang penggunaan obat secara teratur, menganjurkan

klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

2) SP Keluarga

a) SP 1: Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam

merawat klien, memberikan pendidikan kesehatan tentang

pengertian, jenis, tanda dan gejala, serta proses terjadinya

halusinasi yang dialami klien, menjelaskan cara merawat klien

dengan halusinasi.

46
b) SP 2: melatih keluarga mempraktikkan cara merawat klien

dengan halusinasi, melatih keluarga melakukan cara merawat

langsung kepada klien halusinasi

c) SP 3: membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah

termasuk minum obat, menjelaskan Pollow UP klien setelah

pulang

g. Evaluasi

Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari

tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dibagi dua yaitu, evaluasi

proses atau pormatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan

tindakan, evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan

membandingkan antara respon klien dan tujuan khusus serta umum

yang telah ditentukan (Direja, 2011).

Menurut Damaiyanti (2012), evaluasi dilakukan sesuai TUK pada

perubahan persepsi sensori : halusinasi yaitu :

1) Klien dapat menbina hubungan saling percaya

2) Klien dapat mengenali halusinasinya

3) Klien dapat mengontrol halusinasinya

4) Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mrngontrol halusinasi

5) Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik

47
B. TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pda tanggal 7 Mei 2014 pukul 10.00 Wita.

Diruang Nakula RSJ Provinsi Bali, dengan tehnik wawancara, observasi,

pemeriksaan fisik, dan kunjungan rumah.

a. Pengumpulan Data

1) Identitas Pasien 2) Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn “KD” : Tn. “GA”

Umur : 33 Tahun : 49 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki : Laki-laki

Suku Bangsa : Bali / Indonesia : Bali/Indonesia

Agama : Hindu : Hindu

Pendidikan : SMP : SMA

Pekerjaan : Buruh : Swasta

Status : Tidak Kawin : Kawin

Alamat : Br. Buduk, Singakerta : Br. Petulu

Ubud, Gianyar Ubud, Gianyar

No. RM :0135xx

Hubungan dengan penanggung : Ipar klien

48
2) Alasan Masuk

a) Keluhan Utama

(1) Saat masuk rumah sakit

Keluarga pasien mengatakan, pasien dibawa ke RSJ oleh

keluarga pada tanggal 23 Desember 2013 dengan keluhan

pasien sering mondar mandir kesana kemari keluar rumah

dan sempat membakar kelambu kamarnya sendiri.

(2) Saat pengkajian

Klien mengatakan biasa saja, tidak sedang mengalami

halusinasi. Tetapi bila klien mengalami halusinasi pasien

sering bingung dan tampak menggerakkan bibir tanpa suara.

Terakhir pasien mengalami halusinasi tadi pagi selesai

sarapan pagi. Biasanya pasien mengalami halusinasi tiga hari

sekali. Pasien mengatakan sering mendengarkan bisikan-

bisikan yang aneh, pasien tidak tahu darimana sumber suara

itu. Pasien mengatakan suara itu ingin meminta nasi

kepadanya. “ Tut idih nasi”.

(3)Riwayat Penyakit

Keluarga pasien mengatakan, sebelumnya pernah mengalami

gangguan jiwa dan pernah masuk RSJ sebanyak lima kali

sampai sekarang. Terakhir klien dirawat lima bulan yang lalu.

dengan keluhan bicara sendiri, tertawa sendiri, menangis dan

berjalan-jalan. Saat pulang pasien dapat melakukan aktivitas

49
seperti biasa dan kadang sempat bekerja membantu ayahnya,

namun satu bulan yang lalu klien putus minum obat.

3) Faktor Predisposisi

a) Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu?

Pasien terhitung sudah 5 kali masuk RS Jiwa Provinsi Bali

diantar oleh keluarganya. Awalnya 5 Tahun yang lalu pasien

mengalami sakit kepala, bicara sendiri, tertawa dan menangis

sendiri. Menurut ipar pasien, pasien tidak mengalami masalah

dengan keluarga atau teman-temannya. Pasien tidak pernah

mengalami kecelakaan lalulintas sampai harus dirawat di RS.

b) Pengobatan sebelumnya ?

Ipar pasien mengakatan (RM pasien), pasien putus minum obat

± 1 bulan yang lalu yang lalu. Pasien tidak mengetahui obat apa

yang pernah ia konsumsi.

c) Penolakan dari lingkungan ?

Pasien tidak mempunyai masalah dengan lingkungan tempat

tinggalnya.

d) Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

e) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan :

Pasien mengatakan tidak pernah mengalami pengalaman yang

buruk, seperti penganiayaan, kekerasan dalam rumah tangga,

pelecehan seksual, atau yang lainnya.

50
4) Faktor Presipitasi

Keluarga mengatakan sekitar tahun 2009 ± 5 tahun yang lalu pasien

mengalami sakit kepala, bicara sendiri, tertawa dan menangis

sendiri. Menurut keluarga, pasien tidak mengalami masalah dengan

keluarga atau teman-temanny tetapi setelah mengikuti kegiatan

organisasi yaitu “Sekha Gong”, sesampainya di rumah pasien

hanya diam dan tidak mau menjawab jika ditanya oleh keluarga.

Keluarga tidak mengetahui penyebab dari pasien diam jika ditanya.

Segala masalah yang dialami klien tidak pernah menceritakan

kepada keluarganya, klien mulai mendengar suara-suara aneh yang

ingin meminta nasi padanya dan pasien juga mengatakan sering

melihat makhluk halus. Setelah itu klien mulai mengamuk-ngamuk

di rumahnya.

5) Pemeriksaan Fisik

a) Tanda-tanda vital

TD : 110/70 mmHg

N :82 x/mnt

S :36,5°C

R : 19 x/mnt

b) Ukur-ukuran

TB : 170 cm

BB : 59 kg

51
c) Keluhan fisik Head to toe

(1) Kepala

Inspeksi : kulit kepala tampak cukup bersih, tidak ada lesi,

rambut berwarna hitam

Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan

(2) Mata

Inspeksi : mata simetris, konjungtiva merah muda, pupil

isokor, sclera berwarna putih

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

(3) Telinga

Inspeksi : bentuk simetris, keadaan kurang bersih, tampak

sedikit serumen

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

(4) Hidung

Inspeksi : tidak ada nafas cuping hidung, tidak ada secret,

keadaan bersih

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

(5) Mulut

Inspeksi : mukosa bibir lembab, gigi dan mulut tampak

kurang bersih

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

52
(6) Leher

Inspeksi : tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada

pembesaran kelenjar tyroid

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

(7) Dada

Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada jejas

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Perkusi : suara perkusi sonor diseluruh lapang dada

Auskultasi : suara vesikuler

(8) Abdomen

Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada distensi

Auskultasi : bising usus normal

Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan asites

Perkusi : suara perkusi tympani

(9) Kulit

Inspeksi : kulit berwarna sawo matang, tidak ada lesi, kulit

tampak bercak-bercak putih.

Palpasi : turgor kulit elastic, akral hangat, kulit atau badan

teraba hangat, CRT < 2 detik

(10) Genetalia

Inspeksi : pasien berjenis kelamin laki-laki, genetalian tidak

dikaji

Palpasi : tidak dikaji

53
(11) Ekstremitas

Atas

Inspeksi : tidak ada lesi

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Bawah

Inspeksi : tidak ada lesi

Palpasi : tidak ada nyeri tekan


5555 5555
Kekuatan otot

5555 5555

54
6) Psikososial

a) Genogram

Keterangan :

: Laki-laki : Hubungan terdekat

: Perempuan : Meninggal

: Pasien : Tinggal serumah

Gambar 3

Genogram Pada Keluarga Tn. “KD”

Penjelasan :

Pasien adalah anak keempat dari enam bersaudara, pasien tinggal

serumah dengan ayahnya dan adik bungsunya. Orang terdekat pasien

adalah ayahnya. Pasien belum menikah, didalam keluarga tidak ada

riwayat perceraian, dan riwayat gangguan jiwa. Pengambil keputusan

dalam keluarga adalah ayahnya.

55
b) Konsep diri

(1)Gambaran diri

Saat pengkajian pasien mengatakan menyukai semua anggota

tubuhnya baik dulu maupun sekarang.

(2)Identitas

Saat pengkajian pasien mampu menyebutkan namanya KD,

seorang laki-laki yang berumur 33 tahun. Pasien mengatakan

statusnya saat ini belum menikah. Pasien juga dapat

menyebutkan dia anak ke 4 dari 6 bersaudara dan pasien

mengatakan saat ini sebagai pasien di RSJ Bangli.

(3)Peran

Saat pengkajian pasien mengatakan sebelum sakit pasien

sebagai seorang anak dari kedua orang tuanya. Keluarga

mengatakan pasien dirumah selalu melakukan pekerjaan yang

diperintahkan oleh ayahya. Keluarga mengatakan saat ini

pasien tidak mempunyai peran apapun di masyarakat, pasien

mengatakan perannya di ruangan sebagai pasien yang

menjalani pengobatan.

(4)Ideal diri

Pasien mengatakan ingin cepat pulang. Pasien tidak

mempunyai cita-cita, pasien hanya ingin cepat sembuh dan

bisa pulang.

56
(5)Harga diri

Pasien mengatakan mersa malu dengan kondisinya saat ini,

terutama pada dokter, perawat, adik-adik (mahasiswa) karena

takut diejek sebagai orang gila, atau tidak waras. Pasien juga

mengatakan malu karena diumurnya sekarang belum

mempunyai istri.

c) Hubungan Sosial

(1)Orang yang berarti

Pasien mengatakan orang yang paling dekat dengan dirinya

adalah ayahnya. Saat diruangan pasien hanya menyendiri,

bengong dan diam. Pasien jarang berkomunikasi dengan

teman-temannya.

(2)Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat

Sebelum sakit, pasien sering berkecimpung dimasyarakat

dan juga dikegiatan masyarakat dibanjarnya, pasien juga

mampu berbaur dengan keluarga dirumah. Selama sakit

pasien lebih banyak bengong, mondar-mandir dan berbicara

sendiri tetapi jika ada kegiatan rehabilitasi pasien selalu ikut

serta.

(3)Hambatan dalam berbuhungan dengan orang lain

Keluarga pasien mengatakan pasien sangat tertutup dengan

orang lain. Saat diruangan pasien tampak lebih sering

menyendiri dan bengong. Pasien tampak mau bicara apabila

57
ditanya. Keluarga mengatakan dirumah pasien ikut dalam

kegiatan masyarakat sebelum sakit.

d) Spiritual

(1)Nilai dan keyakinan

Pasien mengatakan dirinya beragama hindu dan meyakini

tentang agamanya.

(2)Kegiatan ibadah

Pasien beragama hindu, dirumah pasien sembahyang hanya

pada hari tertentu saja begitu juga semenjak dirawat.

7) Status Mental

a) Penampilan

Pasien berpenampilan cukup rapi dengan memakai baju warna

hijau seragam RSJ Provinsi Bali dan celana pendek warna hijau.

rambut kurang rapi, kuku pada jari kaki dan tangan tampak

bersih. Pasien mengatakan mengganti bajunya tiga hari sekali.

b) Pembicaraan

Saat pengkajian pasien tidak mampu memulai pembicaraan

hanya menjawab sesuai dengan pertanyaan yang diajukan.

Pembicaraan pasien inkoheren dimana pembicaraan berpindah-

pindah dari satu kalimat ke kalimat yang lain yang tidak ada

kaitannya dengan pembicaraan. Kontak mata pasien terjaga.

58
c) Aktivitas Motorik

Saat pengkajian tangan pasien tampak tremor. Pasien

menyilangkan kakinya untuk posisi duduk yang nyaman, pasien

tampak kadang-kadang memalingkan muka ketika diajak

mengobrol.

d) Alam perasaaan

Saat pengkajian pasien mengatakan sangat khawatir bila

halusinasinya muncul karena pasien merasa terus diikuti oleh

suara yang selalu ingin meminta makanan padanya.

e) Afek

Afek klien tumpul, pasien hanya mau bereaksi atau memberi

respon jika diberikan stimulus yang kuat.

f) lnteraksi selama wawancara

Saat pengkajian kontak mata pasien kurang tetapi pasien cukup

kooperatif. Pasien sesekali menatap perawat namun pasien tidak

menunjukkan rasa curiga pada perawat.

g) Persepsi

Halusinasi pendengaran

Saat pengkajian dan ditanya tentang halusinasinya pasien

mengatakan sering mendengar suara-suara aneh, pasien

mengatakan suara itu suara seorang laki-laki yang tidak dia

kenali. Suara itu selalu ingin meminta makanan padanya. Hal-

hal tersebut sering dialami pada sore hari setelah makan dan

59
bengong sendiri selama kurang lebih 20 detik. Suara itu muncul

jika pasien sendirian dan pasien mengatakan ia merasa khawatir

karena suara itu selalu mengikutinya, respon pasien kadang-

kadang ingin menjauh sehingga pasien sering mondar-mandir di

kamar. Halusinasi yang dialami pasien termasuk dalam fase

ketiga yaitu fase Condemning.

h) Proses Pikir

Saat pengkajian tidak terjadi blocking, pembicaraan pasien saat

wawancara sesuai dengan pertanyaan dan jawaban sesuai arah

pembicaraan. Saat ditanya pasien menjawab pertanyaan dengan

jawaban singkat dan tidak mampu memulai pembicaraan.

Namun sesekali terjadi kehilangan asosiasi dimana pembicaraan

tidak ada hubungannya antara kalimat satu dengan kalimat yang

lainnya, dan pasien tidak menyadari itu.

i) Isi Pikir

Pada saat pengkajian pasien tidak mempunyai pikiran-pikiran

diluar kemampuannya, pasien tidak mengalami waham. Pasien

hanya ingin cepat sembuh dan bisa bekerja membantu ayahnya.

j) Tingkat kesadaran

Saat pengkajian pasien tidak tampak kebingungan.

(1) Waktu (tidak ada disorientasi waktu )

Pasien menjawab dengan benar waktu saat pengkajian yaitu

pagi

60
(2) Tempat ( tidak ada disorientasi tempat )

Pasien tahu berada di ruang Nakula RS Jiwa Bangli

(3) Orang ( tidak ada disorientasi orang)

Pasien mengetahui orang yang menanyainya adalah

mahasiswa praktik.

k) Memori

(1) Jangka panjang (tidak ada masalah) pasien dapat

menyebutkan kapan dibawa ke RS di jawab 5 bulan yang

lalu diantar oleh keluarganya.

(2) Jangka pendek (tidak ada masalah) pasien dapat

menyebutkan sekarang berada di ruang apa yaitu ruang

Nakula.

(3) Saat ini pasien mampu menjawab apa yang telah dilakukan

dari subuh sampai saat pengkajian (07 April 2014) yaitu

bangun, mandi, tidur, makan snack.

l) Tingkat konsentrasi dan berhitung

Saat pengkajian pasien tampak sungguh-sungguh mendengarkan

pertanyaan yang diajukan, pasien sesekali menatap perawat..

Pasien mampu berhitung, ketika ditanya ”Jika Bapak punya

uang 2000 dan dibelikan rokok 1000 sisa uangnya berapa?”

pasien mampu menjawab dengan benar yaitu ”Sisa uang lagi

1000”.

61
m) Kemampuan penilaian

Pasien mampu mengambil keputusan sederhana dengan bantuan

perawat ketika pasien disuruh memilih cuci tangan dulu sebelum

makan atau tidak cuci tangan. Pasien mampu memilih cuci

tangan dulu sebelum makan. Karena bila makan terlebih dahulu

sebelum cuci tangan akan membuat sakit.

n) Daya tilik diri

Pasien menyadari penyakitnya adalah gangguan jiwa dan

menyadari perlu mendapatkan perawatan dan pengobatan.

Pasien tidak menyalahkan hal-hal diluar dirinya, misal :

lingkungan, orang lain yang menyebabkan kondisinya saat ini.

8) Kebutuhan Persiapan Pulang

a) Makan

Pasien mengatakan makan tiga kali sehari dengan menu yang

telah disediakan dari RSJ, pasien makan dengan rapi tidak ada

nasi yang berantakan saat makan pasien biasanya mencuci

tangan sebelum dan sesudah makan. Pasien biasanya minum air

putih yang telah disediakan di RSJ sehabis makan dan jika

pasien merasa haus.

b) BAB/BAK

Pasien mengatakan biasa BAB satu kali sehari dan BAK 4 - 5

kali sehari setelah BAB dan BAK selalu di siram.

62
c) Mandi

Pasien mengatakan biasa mandi 2 kali sehari pagi dan sore

kadang-kadang gosok gigi, pasien mengatakan keramas 2 kali

seminggu, kuku pasien bersih, pasien tampak rapi.

d) Berpakaian/berhias

Pasien mengatakan mengganti pakaian 2 kali dalam seminggu.

Pasien terlihat rapi dengan pakaian yang dikenakan. Pasien

biasanya menggunakan pakaian sendiri tanpa dibantu. Pasien

tampak menggunakan pakaian yang disediakan oleh ruangan.

e) Istirahat dan tidur

Pada saat pengkajian pasien mengatakan biasa tidur malam

pukul 19.00 wita dan bangun pagi pukul 06.00 wita, pasien juga

mengatakan jarang tidur siang.

f) Penggunaan obat

Pasien mengatakan mau minum obat yang diberikan oleh

petugas dan minum secara teratur 2x sehari. Pasien mengatakan

minum obat sendiri dan minum 3 jenis obat yaitu warna 2 putih,

dan biru. Setelah minum obat pasien merasa tenang dan

mengantuk.

g) Pemeliharaan Kesehatan

Pasien mengatakan kalau mau cepat sembuh harus rajin minum

obat dan pasien mengatakan akan rajin minum obat.

63
h) Kegiatan di dalam rumah

Pasien mengatakan di rumah biasanya tidur dan kadang

membantu ayahnya bekerja, bila dirumah sakit pasien

mengatakan mengikuti kegiatan rehabilitasi.

i) Kegiatan di luar rumah

Pasien mengatakan aktifitas diluar rumah tidak sebagai apa–apa

karena lebih banyak dirumah. Dan dirumah sakit pasien biasa

mengikuti kegiatan diruangan seperti pergi ke rehabilitasi.

9) Mekanisme Koping

Saat pengkajian keluarga mengatakan, jika pasien memiliki

masalah tidak mau menceritakan masalahnya karena pasien sulit

mengungkapkan perasaannya, saat di ruangan lebih sering

menyendiri dan terdiam sendiri. Keluarga pasien mengatakan

pasien lebih sering memendam masalahnya sendiri.

10) Masalah Psikososial dan Lingkungan

Keluarga mengatakan dia merupakan orang yang pendiam dan bila

ada masalah pasien jarang menceritakannya kepada keluarga.

Pasien tampak lebih sering menyendiri di dalam ruangan dan

mondar-mandir sendiri.

11) Pengetahuan

Pasien mengatakan kurang mengerti dengan penyakit jiwa, faktor

penyebab, cara mengatasi, serta obat-obatan yang dikonsumsi

64
12) Aspek Medik

Diagnosa Medik : Skizofrenia Hebefrenik

Terapi Medik :

Trihexyphenidyl 2 × 2 mg

Stelosi 2 × 5 mg

Clorilex 2×50 mg

65
2. Analisa Data

Tabel 3

Analisa Data

NO Data Subyektif Data Obyektif Kesimpulan

1 2 3 4
1. a) Pasien mengatakan Gangguan
Bentuk fikir : nonrealistic
sering mendengar Persepsi Sensori :
a) Pasien sebelumnya
bisikan-bisikan Halusinasi
sering di rawat di RS
yang aneh, pasien pendengaran (
jiwa Provinsi Bali
tidak tahu auditori)
sebanyak 5 kali.
darimana sumber
Terakhir pasien dirawat
suara itu. Pasien
± 5 bulan yang lalu.
mengatakan suara
b) Pasien tidak mampu
itu ingin meminta
memulai pembicaraan
nasi. “Tut idih
hanya menjawab sesuai
nasi!”
dengan pertanyaan yang
diajukan. Pembicaraan
pasien inkoheren
dimana pembicaraan
berpindah-pindah dari
satu kalimat ke kalimat
yang lain yang tidak ada
kaitannya dengan
pembicaraan.
2. a) Pasien mengatakan a) Kontak mata kurang Risiko
tidak mengetahui saat dikaji pasien sering mencederai diri
siapa yang melihat kearah lain, sendiri, orang lain
membisikinya. tidak fokus pada orang dan lingkungan.

66
Suara itu muncul yang diajak berbicara
jika pasien sendiri b) Pasien tampak tegang
dan respon pasien ketika ditanya mengenai
sering kebingungan halusinasinya
dan tampak
menggerakkan
bibir tanpa suara.
3. a) Pasien mengatakan a) pasien tampak pendiam, Kerusakan
jarang pasien terlihat jarang interaksi social :
berkomunikasi mengobrol dengan menarik diri
dengan orang lain teman-teman
sekamarnya
b) kontak mata kurang saat
dikaji pasien sering
melihat kearah lain
tidak focus pada orang
yang diajak berbicara.
4. a) Pasien mengatakan a) Saat dikaji penampilan Sindrome deficit
mandi 2 kali pasien kurang rapi, kaki perawatan diri
sehari. tampak kotor, pasien
kadanga-kadang sikat
gigi
b) Pasien tercium bau
pesing, bau badan
c) berdasarkan observasi
pasien terkadang gosok
gigi namun pasien
jarang mandi.
5. a) Pasien mengatakan a) Kontak mata terlihat Gangguan konsep
merasa malu kurang. diri : harga diri

67
dengan kondisinya b) Pasien selalu menunduk rendah
saat ini, terutama saat diajak
pada dokter, berkomunikasi.
perawat dan
mahasiswa karena
takut diejek
sebagai orang gila
atau tidak waras.
Pasien juga merasa
malu sampai saat
ini belum
mempunyai istri
a) Keluarga a) Pasien ada riwayat Penatalaksanaan

mengatakan pasien putus obat regimen

sudah lima kali terapeutik tidak

masuk RSJ sampai efektif di rumah

dengan saat ini.

b) Keluarga

mengatakan sekitar

satu bulan yang lalu

sebelum MRS

pasien pernah

berhenti minum

obat karena merasa

bosan.

68
3. Pohon Masalah

Risiko tinggi
perilaku
kekerasan
(Akibat)

Penatalaksanaan
regimen Perubahan persepsi Defisit
terapeutik tidak sensori : halusinasi Perawatan Diri
efektif di rumah (Masalah Utama) (Masalah
(Penyebab) Utama)

Kerusakan interaksi
social
(Penyebab)

Harga diri rendah


kronis

Keterangan :

: Masalah Utama (core problem)

: hubungan sebab akibat

Gambar 4

Pohon Masalah Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran

Pada Pasien Tn. KD

69
4. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

b. Perubahan sensori persepsi : halusinasi pendengaran.

c. Kerusakan interaksi sosial.

d. Harga diri rendah kronis.

e. Penatalaksanaan regimen terapeutik tidak efektif di rumah.

f. Defisit perawata diri

5. Prioritas Diagnosa Keperawatan

Prioritas diagnosa keperawatan berdasarkan keluhan utama sesuai

dengan pohon masalah dan keluhan utama yang ditemukan saat pengkajian

yaitu sebagai berikut :

1) Perubahan sensori persepsi : halusinasi pendengaran.

2) Defisit perawata diri

70
6. Rencana Keperawatan

Tabel 4
Perencanaan Tindakan Keperawatan Kesehatan Jiwa
Tn. KD Dengan Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
Di Ruang Nakula RSJ Provinsi Bali Di Bangli
No. Diagnosa Perencanaan
TGL Dx. Keperawata Intervensi Rasional
n Pasien Tujuan Tujuan Kriteria
Umum Khusus Evaluasi
1 2 3 4 5 6 7 8
Rabu, 7 1 Gangguan Klien tidak 1. Klien Setelah diberikan 1. Bina hubungan saling Hubungan saling
Mei persepsi mengalami dapat tindakan percaya dengan percaya merupakan
2014 sensori : halusinasi membina keperawatan mengungkapkan prinsip dasar untuk kelancaran
halusinasi hubungan selama 2 x 15 komunikasi terapeutik : hubungan interaksi
saling menit tiap kali a. Sapa klien dengan ramah selanjutnya
percaya pertemuan, baik verbal maupun non
diharapkan : verbal
1. Ekspresi wajah b. Perkenalkan diri dengan
bersahabat sopan
2. Menunjukkan c. Tanyakan nama lengkap
rasa senang klien dan nama panggilan
3. Ada kontak yang disukai klien
mata d. Jelaskan tujuan pertemuan
4. Mau berjabat e. Jujur dan menepati janji

71
tangan f. Tunjukkan sikap empati
5. Mau dan menerima klien apa
6. menyebutkan adanya
nama g. Beri perhatian pada klien
7. Mau dan
menjawab h. perhatikan kebutuhan
salam dasar klien
8. Klien mau
duduk
berdampingan
dengan
perawat
9. Mau
mengutarakan
masalah yang
dihadapi.

2. Klien Setelah diberikan 1. Adakah kontak sering dan Kontak sering tapi
dapat tindakan singkat secara bertahap singkat selain membina
mengena keperawatan hubungan saling
li selama 2x15 percaya, juga dapat
halusinas menit tiap kali memutuskan halusinasi
inya pertemuan,
diharapkan : 2. Observasi tingkah laku klien Mengenal perilaku pada
1. Klien dapat terkait dengan saat halusinasi timbul

72
menyebutkan halusinasinya : bicara dan memudahkan perawat
waktu, isi, tertawa tanpa stimulus, dalam melakukan
frekuensi, memandang kekiri atau intervensi
timbulnya kekanan atau kedepan seolah-
halusinasi oalah ada teman bicara

2. Klien dapat 3. Bantu kien mengenali Mengenal halusinasi


mengungkapkan halusinasinya. memungkinkan klien
perasaan terhadap a. Jika menemukan yang untuk menghindarkan
halusinasi. sedang halusinasi, faktor pencetus
tanyakan apakah ada timbulnya halusinasi
suara yang didengar
b. Jika klien menjawab
ada, lanjutkan : apa
yang dikatakan
c. Katakan bahwa perawat
percaya klien
mendengar suara itu,
namun perawat sendiri
tidak mendengarnya
(dengan nada
bersahabat tanpa
menuduh atau
menghakimi)
d. Katakan bahwa klien
ada juga yang seperti
klien

73
4. Diskusikan dengan klien Dengan mengetahui isi,
a. Situasi yang waktu, dan frekuensi
menimbulkan munculnya halusinasi
b. atau tidak menimbulkan mempermudah tindakan
halusinasi keperawatan klien yang
c. Waktu dan frekuensi akan dilakukan perawat
terjadinya halusinasi
(pagi, siang, sore dan
malam atau jika sendiri,
jengkel atau sedih)

5. Diskusikan dengan klien Untuk mengidentifikasi


apa yang dirasakan jika pengaruh halusinasi
terjadi halusinasi (marah klien
atau takut, sedih, senang)
beri kesempatan
mengungkapkan
perasaannya.

3. Klien Setelah diberikan 1. Identifikasi bersam klien Upaya untuk


dapat tindakan cara tindakan yang dilakukan memutuskan siklus
mengontr keperawatan jika terjadi halusinasi (tidur, halusinasi sehingga
ol selama 2x15 marah, menyibukkan diri, dll) halusinasi tidak
halusinasi menit tiap kali berlanjut
nya pertemuan,
diharapkan : 2. Diskusikan manfaat cara Reinforcement positif

74
1. Klien dapat yang dilakukan klien, jika akan meningkatkan
menyebutkan bermanfaat beri pujian harga diri klien
tindakan yang
biasa dilakukan 3. Diskusikan cara baru untuk Memberikan alternatif
untuk memutuskan atau mengontrol pilihan bagi klien untuk
mengendalikan halusinasi : mengontrol halusinasi
halusinasinya a. Katakan “Saya tidak mau
dengar kamu” (pada saat
2. Klien dapat halusinasi terjadi
menyebutkan b. Menemui orang lain
cara baru (perawat/teman/anggota
keluarga) untuk bercakap-
4. Klien dapat cakap atau mengatakan
memilih cara halusinasi yang terdengar
mengatasi c. Membuat jadwal kegiatan
halusinsi seperti sehari-hari agar halusinasi
yang telah tidak muncul
didikusikan d. Minta
dengan klien keluarga/teman/perawat
jika nampak bicara sendiri

4. Bantu klien memilih dan Memotivasi dapat


melatih cara memutus meningkatkan kegiatan
halusinasi secara bertahap klien untuk mencoba
memilih salah satu cara
mengendalikan
halusinasi dan dapat
meningkatkan harga diri

75
klien
Untuk mendapatkan
bantuan keluarga
mengontrol halusinasi.

4. Klien Setelah diberikan 1. Anjurkan klien untuk Untuk mengetahui


dapat tindakan memberi tahu keluarga jika pengetahuan keluarga
dukungan keperawatan mengalami halusinasi dan meningkatkan
dari selama 2x15 kemampuan
keluarga menit tiap kali pengetahuan tentang
dalam pertemuan, halusinas
mengontr diharapkan :
ol 1. Keluarga dapat
halusinasi. membina 2. Diskusikan dengan keluarga
hubungn saling (pada saat berkunjung/pada
percaya dengan saat kunjungan rumah) :
perawat a. Gejala halusinasi yang di
alami klien
2. Keluarga dapat b. Cara yang dapat dilakukan
menyebutkan klien dan keluarga untuk
pengertian, tanda c. memutus halusinasi
dan kegiatan d. Cara merawat anggota
untuk keluarga untuk memutus
mengendalikan halusinasi di rumah, beri
halusinasi kegiatan, jangan biarkan
sendiri, makan bersama,

76
bepergian bersama.
e. Beri informasi waktu follow
up atau kapan perlu
mendapat bantuan :
halusinasi terkontrol dan
resiko mencedrai orang lain

5. Klien Setelah diberikan 1. Diskusikan dengan klien Dengan menyebutkan


dapat tindakan dan keluarga tentang dosis, dosis, frekuensi dan
memanfaa keperawatan frekuensi manfaat obat manfaat obat
tkan obat selama 2x15
dengan menit tiap kali
baik pertemuan, 2. Anjurkan klien minta Diharapkan klien
diharapkan : sendiri obat pada perawat dan melaksanakan program
1. Klien dan merasakan manfaatnya pengobatan. Menilai
keluarga dapat kemampuan klien
menyebutkan dengan pengobatannya
manfaat, dosis, sendiri.
dan efek samping
obat 3. Anjurkan klien bicara Dengan mengetahui
2. Klien dapat dengan dokter tentang manfaat efek samping obat klien
mendemonstrasik dan efek samping obat yang akan tahu apa yang
an penggunaan dirasakan harus dilakukan setelah
obat secara benar minum obat
3. Klien dapat
informasi tentang 4. Diskusikan akibat berhenti Program pengobatan

77
efek samping obat minum obat tanpa konsultasi dapat berjalan sesuai
4. Klien dapat rencana
memahami
akibat berhenti
minum obat 5. Bantu klien menggunakan Dengan mengetahui
5. Klien dapat obat dengan prinsip benar prinsip pengguanaan
menyebutkan obat, maka kemandirian
prinsip 5 benar klien untuk pengobatan
penggunaan obat dapat ditingatkan secara
bertahap.

Rabu, 7 2 Defisit Klien tidak 1.Klien Setelah diberikan 1. Bina hubungan saling Hubungan saling
Mei perawatan mengalami dapat tindakan percaya : percaya merupakan
2014 diri defisit membina keperawatan a. Beri salam setiap dasar untuk kelancaran
perawatan hubungan selama 2 x 15 berinteraksi. hubungan interaksi
diri saling menit tiap kali b. Perkenalkan nama, nama selanjutnya
percaya pertemuan, panggilan perawat dan
dengan diharapkan klien tujuan perawat
perawat menunjukkan berkenalan
tanda-tanda c. Tanyakan nama dan
percaya kepada panggilan kesukaan klien
perawat: d. Tunjukkan sikap jujur dan
1. Wajah cerah, menepati janji setiap kali
tersenyum berinteraksi
2 Mau e. Tanyakan perasaan dan
berkenalan masalah yang dihadapi
3 Ada kontak klien
mata f. Buat kontrak interaksi

78
4 Menerima yang jelas
kehadiran g. Dengarkan ungkapan
perawat perasaan klien dengan
5 Bersedia empati
menceritakan h. Penuhi kebutuhan dasar
perasaannya klien

2. Klien Setelah diberikan 1. Diskusikan dengan klien: Dengan mengetahui


mengetah tindakan a. Penyebab klien tidak pentinganya perawatan
ui keperawatan merawat diri diri dapat memotivasi
pentingny selama 1x20 b. Manfaat menjaga perawatan pasien melakukan
a menit tiap kali diri untuk keadaan fisik, perawatan diri
perawatan pertemuan, mental, dan sosial.
diri diharapkan klien c. Tanda-tanda perawatan diri
menyebutkan: yang baik
1. Penyebab tidak d. Penyakit atau gangguan
merawat diri kesehatan yang bisa
2. Manfaat dialami oleh klien bila
menjaga pwtan perawatan diri tidak
diri adekuat
3. Tanda-tanda
bersih dan rapi
4. Gangguan
yang dialami
jika perawatan
diri tidak
diperhatikan

79
3. Klien Setelah diberikan 1. Diskusikan frekuensi Mengetahui frekuensi
mengetahui tindakan menjaga perawatan diri pasien menjaga
cara-cara keperawatan selama ini perawatan diri selama
melakukan selama 2x15 a. Mandi ini
perawatan menit tiap kali b. Gosok gigi
diri pertemuan, c. Keramas
diharapkan klien d. Berpakaian
menyebutkan e. Berhias
frekuensi dan cara f. Gunting kuku
menjaga
perawatan diri: 2.Diskusikan cara praktek
1. Cara mandi perawatan diri yang baik Mengajarkan pasien
2. Cara gosok dan benar : cara perawatan diri
gigi a. mandi yang baik dan benar
3. Cara Keramas b. gosok gigi
4. Cara c. Keramas
Berpakaian d. Berpakaian
5. Cara berhias e. Berhias
6. Cara gunting f. Gunting kuku
kuku 3.Berikan pujian untuk setiap
respon klien yang positifMeningkatkan motivai
pasien
4. Klien Setelah diberikan 1. Pantau klien dalam Mengetahui
dapat tindakan melaksanakan perawatan perkembangan
melaksana keperawatan diri: kemampuan melakukan
kan selama 2x15 a. Mandi perawatan diri
perawatan menit tiap kali b. Gosok gigi

80
diri secarapertemuan, c. Keramas
mandiri diharapkan klien d. Ganti pakaian
melaksanakan e. Berhias
praktek perawatan f. Gunting kuku
diri secara
mandiri 2. Bimbing klien dalam Membantu klien
1 Mandi 2 X melakukan perawatan diri melakukan perawatn
sehari a. Mandi diri
2 Gosok gigi b. Gosok gigi
sehabis makan c. Keramas
3 Keramas 2 X d. Ganti pakaian
seminggu e. Berhias
4 Ganti pakaian f. Gunting kuku
1 X sehari
5 Berhias 3. Beri pujian saat klien
sehabis mandi melaksanakan perawatan Meningkatkan motivasi
6 Gunting kuku diri secara mandiri. pasien
setelah mulai
panjang
5. Klien Setelah diberikan 1. Diskusikan dengan keluarga: Mengetahui usaha-
mendapat tindakan a. Penyebab klien tidak usaha yang telah
kan keperawatan melaksanakan perawatan dilakukan keluarga
dukungan selama 2x15 diri dalam pemenuhan
keluarga menit tiap kali b. Tindakan yang telah perawatan diri pasien
untuk pertemuan, dilakukan klien selama
meningka diharapkan di rumah sakit dalam
tkan keluarga mampu: menjaga perawatan diri
perawata 1 menjelaskan dan kemajuan yang telah

81
n diri cara-cara dialami oleh klien
membantu c. Dukungan yang bisa
klien dalam diberikan oleh keluarga
memenuhi untuk meningkatkan
kebutuhan kemampuan klien dalam
perawatan perawatan diri
dirinya 2. Diskusikan dengan keluarga Mengkaji pengetahuan
2 menyiapkan tentang: keluarga tentang sarana
sarana a. Sarana yang diperlukan perawatan diri
perawatan diri untuk menjaga
klien: sabun perawatan diri klien
mandi, pasta b. Anjurkan kepada
gigi, sikat keluarga menyiapkan
gigi, shampoo, sarana tersebut
handuk,
pakaian 3. Diskusikan dengan keluarga Meningkatkan
bersih, sandal, hal-hal yang perlu pengetahuan keluarga
dan alat dilakukan keluarga dalam tentang hal-hal yang
berhias perawatan diri : perlu dilakukan dalam
3 memprakteka a. Anjurkan keluarga untuk perawatan diri pasien
n perawatan mempraktekan
diri pada klien perawatan diri (mandi,
gosok gigi, keramas,
ganti baju, berhias dan
gunting kuku)
b. Ingatkan klien waktu
mandi, gosok gigi,
keramas, ganti baju,

82
berhias, dan gunting
kuku.
c. Bantu jika klien
mengalami hambatan
dalam perawatan diri
d. Berikan pujian atas
keberhasilan klien

83
7. Pelaksanaan
Tabel 5

Pelaksanaan Keperawatan Jiwa Tn. KD Dengan


Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
Di Ruang Nakula RSJ Propinsi Bali Di Bangli
Tanggal/Jam Dx. Kep Implementasi Evaluasi Paraf
(2) (1) (3) (4) (5)
Rabu, 7 Mei 1 dan 2 SP 1: Membina hubungan saling percaya dengan S : “Nama saya “KD”, saya biasa Ferra
2014 pasien dipanggil Pak “K”. Saya dari
11.00 Wita 1. Sapa pasien dengan raamah baik verbal Br.Buduk, Singakerta”
maupun nonverbal O : - Pasien mau berjabat tangan
“Selamat siang bapak” - Pasien mau duduk berdampingan
2. Perkenalkan diri dengan sopan dengan perawat
“Bapak, perkenalkan nama saya Ferra - Ekspresi wajah cukup bersahabat
Ariantini, saya biasanya dipanggil Ferra” - Kontak mata kurang
3. Menanyakan nama lengkap pasien dan nama - Pasien mau menyebutkan nama
panggilan yang disukai pasien “Bapak, nama - Pasien belum bisa mengungkapkan
Bapak siapa? Bapak biasanya masalah yang dihadapi

83
senang dipanggil siapa?” A : SP 1 tercapai sebagian poin 1,2,3,4
4. Menjelaskan tujuan pertemuan P : Ulangi SP 1 Modifikasi poin 1,2,4,5
“Bapak, disini saya selama 2 minggu dan akan
merawat bapak selama di rumah sakit”
5. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk
mengungkapkan perasaannya
“Bapak, sekarang bisa menceritakan kenapa
bapak bisa dibawa kesini dan dengan siapa
bapak kesini?”
Kamis, 8 Mei 1 dan 2 SP 1: Membina hubungan saling percaya dengan S : “Saya kesisni bulan Desember. Saya Ferra
2014 klien dirumah sering mendengar suara-
11.00 Wita 1. Sapa pasien dengan ramah baik verbal suara aneh yang ingin meminta nasi
maupun nonverbal pada saya. Saya juga membakar
“Selamat siang Pak “K”?” kelambu di rumah dan sering jalan-
2. Memperkenalkan diri dengan sopan jalan mondar-mandir”
“Bapak, masih ingat dengan nama saya? Iya.. O : - Kontak mata terjaga
bapak benar. Nama saya Ferra” - Pasien mau membalas sapa perawat
4. Menjelaskan tujuan pertemuan - Pasien mau duduk berdampingan
“Bapak, bagaimana kalau kita mengobrol- dengan

84
ngobrol, bercerita atau curhat tentang perawat
pengalaman Bapak, apakah Bapak setuju?” - Pasien bisa mengutarakan masalah
5. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk yang dihadapi
mengungkapkan perasaannya A : SP 1 tercapai
“Bapak “K”, kapan Bapak kesini? Kenapa P : Lanjut SP 2
Bapak bisa kesini? Siapa yang membawa
Bapak kesini?”
Jumat, 9 Mei 1 SP 2: Klien dapat mengenal halusinasinya S : “Selamat siang Ferra, kabar saya baik. Ferra
2014 1. Adakan kontak sering dan singkat secara Direhab hanya disuruh cabut rumput
10.30 Wita bertahap “Selamat siang Pak “K”, bagaimana dan bersih-bersih. Kemarin malam
kabar Bapak hari ini? Tadi direhab Bapak suara itu datang lagi dan ingin
disuruh apa saja?” meminta nasi sama saya. Suara itu
2. Menanyakan tentang halusinasi pasien dating pasti saat saya bengong sendiri.
“Bapak”K”, kemarin Bapak cerita kalau Biasanya saya mendengar suara itu 3
Bapak kesini mendengar suara-suara aneh dan hari sekali, tapi kalau saya bengong
juga membakar kelambu di rumah dan sering suara itu pasti dating lagi”.
jalan-jalan mondar-mandir. Sekarang apakah O : Pasien belum mampu
Bapak masih mendengar suara itu?” mengungkapkan perasaan terhadap
3. Menanyakan kapan halusinasi pasien datang halusinasinya

85
“Pak”K”, saat Bapak sedang melakukan A : SP 2 tercapai sebagian poin 1,2, 3, 4,
aktivitas apa biasanya bayangan itu muncul?” 5,6
4. Menanyakan isi halusinasinya P : Ulangi SP 2
“Seperti apa yang terdengar pak?” modifikasi poin 2,3,7
5. Membantu pasien mengenal halusinasinya
a. Jika menemukan yang sedang mengalami
halusinasi.
“Siapa yang Bapak dengar?. Apa yang
dikatakan?. Bapak “K”, saya percaya
bapak mendengar suara tersebut tapi saya
sendiri tidak mendengarnya. Tidak hanya
bapak saja yang mengalami hal seperti ini
tetapi ada teman Bapak juga
mengalaminya”.
6. Diskusikan dengan pasien
a. Situasi apa yang menimbulkan halusinasi
(waktu dan frekuensi) “Pak “K”, berapa
kali sehari Bapak mendengar suara
tersebut? Pada keadaan bagaimana,

86
apakah pada waktu sendiri?”
7. Diskusikan dengan pasien apa yang dirasakan
saat terjadinya halusinasi
“Apa yang Bapak rasakan pada saat
mendengar suara itu?”
Sabtu, 10 Mei 1 SP 2 : Klien dapat mengenal halusinasinya S : “Pagi Ferra, saya sudah mandi dan Ferra
2014 1. Menanyakan kapan halusinasi pasien datang airnya sangat dingin. Saya mendengar
10.30 Wita “Pagi Pak “K”, sudah mandi tadi pagi Pak suara laki-laki tetapi saya tidak tahu
“K”? Apakah suara itu muncul lagi?” itu suara siapa. Dia selalu minta nasi
2. Menanyakan isi halusinasinya sama saya, saat saya bengong dia juga
“Seperti apa yang Bapak dengar itu? Apakah datang. Tetapi suara itu dating tiga
seekor binatang atau orang yang bapak hari sekali. Saya merasa takut karena
kenal?” saya terus diikuti suara itu untuk
3. Diskusikan dengan pasien apa yang dirasakan minta nasi”.
saat terjadinya halusinasi O : - Pasien terlihat
“Bapak “K”, apa yang Bapak rasakan pada bersungguh-sungguh
saat mendengar suara itu? Takut, sedih atau menceritakannya kepada perawat.
marah” - Pasien mampu menyebutkan
waktu,isi,frekuensi timbulnya

87
halusinasi
- Pasien mampu mengungkapkan
perasaan terhadap halusinasinya
- Pasien dapat mengenal
halusinasinya dan waktu timbulnya.
A : SP 2 tercapai
P : Lanjut SP 4 Dx 1 dan SP 5 Dx 2
Minggu, 11 1 dan 2 SP 4 dan 5: klien dapat dukungan dari keluarga S: Keluarga mengatakan gejala pasien Ferra
Mei 2014 1. Anjurkan klien untuk memberi tahu keluarga mengalami halusinasi sering mondar
jika mengalami halusinasi
10.00 Wita mandir dan menutup telinga. Keluarga
2. Diskusikan dengan keluarga (pada saat
berkunjung/pada saat kunjungan rumah) : mengatakan di rumah sering
a. Gejala halusinasi yang di alami klien
membimbing pasien untuk melakukan
b. Cara yang dapat dilakukan klien dan
keluarga untuk memutus halusinasi perawatan diri.
c. Cara merawat anggota keluarga untuk
O: keluarga tampak mengerti dengan
memutus halusinasi di rumah, beri
kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan penjelasan yang diberikan perawat.
bersama, bepergian bersama.
A: SP 4 dan 5 tercapai
d. Beri informasi waktu follow up atau kapan
perlu mendapat bantuan : halusinasi P: Lanjut SP 3 Dx 1 dan SP 4 Dx 2
terkontrol dan resiko mencedrai orang lain
Pertahankan kondisi klien
3. Diskusikan dengan keluarga:
a. Penyebab klien tidak melaksanakan

88
perawatan diri
b. Tindakan yang telah dilakukan klien
selama di rumah sakit dalam menjaga
perawatan diri dan kemajuan yang telah
dialami oleh klien
c. Dukungan yang bisa diberikan oleh
keluarga untuk meningkatkan kemampuan
klien dalam perawatan diri
4. Diskusikan dengan keluarga tentang:
a. Sarana yang diperlukan untuk menjaga
perawatan diri klien
b. Anjurkan kepada keluarga menyiapkan
sarana tersebut
5. Diskusikan dengan keluarga hal-hal yang
perlu dilakukan keluarga dalam perawatan
diri :
a. Anjurkan keluarga untuk mempraktekan
perawatan diri (mandi, gosok gigi,
keramas, ganti baju, berhias dan gunting
kuku)
b. Ingatkan klien waktu mandi, gosok gigi,
keramas, ganti baju, berhias, dan gunting
kuku.
c. Bantu jika klien mengalami hambatan
dalam perawatan diri
6. Berikan pujian atas keberhasilan klien

89
Senin, 12 Mei 1 SP 3: Klien dapat mengontrol Halusinasinya S : “Saya mengatakan pergi kamu sambil Ferra
2014 1. Identifikasi bersama pasien tindakan yang menutup telinga saya. Kamu hanya
13.30 Wita biasa dilakukan bila terjadi halusinasi halusinasi. Saya selalu minum obat
“Pak “K” apa yang biasa Bapak lakukan karena saya ingin sembuh”.
kalau suara itu datang lagi?” O : - Pasien tampak serius
2. Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan mengatakannya kepada perawat
pasien, jika bermanfaat beri pujian - Pasien tampak bersungguh-sungguh
“Nah begitu. Bagus Pak! Coba lagi untuk - Pasien mengangguk dan
seterusnya. Bapak “K” sudah mampu untuk mendengarkan perawat dengan baik
mengontrol halusinasi Bapak namanya” saat mendiskusikan cara untuk
3. Diskusikan cara baik memutuskan atau memutuskan halusinasinya
mengontrol timbulnya halusinasi - Pasien tampak bersungguh-sungguh
“Bapak “K”, saat Bapak mendengar suara itu melakukan cara
muncul lagi, Bapak bisa mengatakan, pergi yang sudah dilatih untuk mengontrol
saya tidak mau dengar saya tidak dengar. halusinasinya.
Begitu diulang-ulang sampai suara itu hilang” A : SP 3 tercapai
4. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari P : Lanjut SP 5
“Bapak “K”, supaya Bapak tidak selalu
bengong sendiri di dalam kamar bagaimana

90
kalau Bapak membantu teman Bapak diluar
ruangan menyiapkan makanan atau bantu
mencuci piring?”
5. Membantu pasien memilih dan melatih cara
memutus halusinasi secara bertahap
“Bapak “K”, ada empat cara mengontrol
halusinasi yang pertama seperti yang saya
katakan tadi, yang kedua Bapak bisa pergi
keperawat disni atau saya katakan bahwa
Bapak mendengar suara itu lagi, perawat akan
mengajak Bapak mengobrol sehingga
bayangan itu akan hilang dengan sendirinya,
yang ketiga Bapak
bisa menyibukkan diri dengan kegiatan yang
bermanfaat, yang keempat dengan minum
obat secara teratur. Tolong Bapak langsung
minta obat kepada perawat jika waktu
pemberian sudah tiba. Dengan cara-cara
tersebut mana yang akan Bapak coba dahulu?

91
Bagus !”
6. Memberi kesempatan pasien untuk
melakukan cara yang dilatih. Evaluasi
hasilnya dan beri pujian jika berhasil
“Nah.. Bagus Bapak.. Bapak sudah mampu
melaksanakannya,lakukan terus yaa Pak “K”
bila Bapak mendengar suara itu lagi”
Selasa, 13 2 SP 2 : Klien mengetahui pentingny perawatan S: “Selamat pagi Ferra, keadaan saya hari Ferra
Mei 2014 diri ini bak. Saya tadi pagi sudah mandi.
10.00 Wita 1. Diskusikan dengan klien: Saya kadang-kadang malas mandi
“Selamat pagi Bapak K, bagaimana karena airnya dingin dan saya takut di
keadaannya hari ini? Apa Bapak sudah kamar mandi suara itu datang saat
mandi? Bapak hari ini kita akan membahas saya mandi. Manfaat dari merawat
tentang pentingnya merawat diri.” diri biar bersih ya? Tandanya bersih,
a. Penyebab klien tidak merawat diri rapi itu saja yang saya tahu. Kalau
“Bapak, kenapa Bapak jarang merawat tidak bersih pasti sakit kayak batuk itu
diri Bapak?” bisa?”
b. Manfaat menjaga perawatan diri untuk O: - pasien mampu menjawab semua
keadaan fisik, mental, dan sosial. pertanyaan perawat

92
”Apa Bapak tahu apa manfaat dari - Pasien tampak serius
merawat diri? Nahh bagus Pak.” mengatakannya kepada perawat
c. Tanda-tanda perawatan diri yang baik - Pasien tampak bersungguh-sungguh
”Menurut Bapak, apa tanda-tanda A: SP 2 tercapai
perawatan diri yang baik? Iya bagus Pak” P: Lanjut SP 3
d. Penyakit atau gangguan kesehatan yang
bisa dialami oleh klien bila perawatan diri
tidak adekuat
“Bapak, jika tidak merawat diri akan
menimbulkan penyakit. Apa Bapak tahu
penyakit apa yang akan timbul jika tidak
merawata diri?”
“Bisa pak”
Rabu, 14 Mei 2 SP 3: Klien mengetahui cara perawatan diri S: “Pagi Ferra, biasanya saya mandi 2 Ferra
2014 10.00 1. Diskusikan frekuensi menjaga perawatan diri kali sehari tapi tidak pakai sabun,
selama ini
Wita gosok gigi kadang-kadang kalau saya
“Selamat pagi Pak K, hari ini kita membahas
tentang perawatan diri lagi. Biasanya berapa lihat gosok gigi, keramasnya 2 kali
kali sehari Bapak mandi, gosok gigi,
seminggi, ganti pakaian 3 hari sekali
keramas, ganti pakaian dan gunting kuku?
2. Diskusikan cara praktek perawatan diri yang dan potong kuku kalau saya ketemu

93
baik dan benar : dengan perawat. Yang saya tahu
”Bapak, apa bapak tahu cara perawatan diri
caranya mandi 2 kali sehari pakai
mandi, gosok gigi, keramas, ganti pakaian,
dan potong kuku yang benar?” sabun, gosok gigi 2 kali sehari juga,
3. Berikan pujian untuk setiap respon klien yang
keramas 3 hari sekali, ganti baju
positif
setiap hari, potong kukunya kalu
“Bagus pak, Bapak sudah mampu
sudah panjang.”
menjelaskan dengan baik semua yang saya
O: - pasien mampu menjawab semua
tanyakan tadi. Bapak bisa menerapkannya
pertanyaan perawat
sehari-hari ya”
- Pasien tampak serius
mengatakannya kepada perawat
- Pasien tampak bersungguh-sungguh
A: SP 3 tercapai
P: Lanjut SP 4
Rabu, 14 Mei 2 SP 4: Pasien dapat melakukan perawatan diri S: “Selamat sore Ferra, saya belum Ferra
2014 secara mandiri mandi. Iya sekarang saya akan mandi
17.00 Wita 1. Pantau klien dalam melaksanakan perawatan . ternyata segar habis mandi kalau
diri:
mandi dengan baik”
”Selamat sore Pak K, bagaimana apa bapak
sudah mandi, sikat gigi, keramas, ganti O: - Pasien tampak serius mengatakannya
pakaian dan potong kuku?”
kepada perawat
2. Bimbing klien dalam melakukan perawatan

94
diri - Pasien tampak bersungguh-sungguh
”Bapak mandi yang bersih ini sabun,
- Pasien mengangguk dan
shampo dan sikat giginya. Ratakan semua
sabun saat mandi ya, sikat semua gigi biar mendengarkan perawat dengan baik
bersih, shampo ratakan dikepala ntar bilas
saat mendiskusikan cara merawat diri
dengan air ya pak”
3. Beri pujian saat klien melaksanakan - Pasien tampak bersungguh-sungguh
perawatan diri secara mandiri.
melakukan cara yang sudah dilatih
”Bagus Pak, bagaimana setelah bapak mandi
tadi? Terasa segar kan? Bapak besok-besok untuk merawat diri
kalau mau mandi bisa minta sabun sama
A: SP 4 tercapai sebagian
perawat di ruangan ya.
P: Ulangi SP 4 modifikasi poin 1, 2,3
Kamis, 15 2 SP 4: Pasien dapat melakukan perawatan diri S: “Selamat pagi Ferra, saya sudah
Mei 2014 secara mandiri mandi. Badan saya terasa segar.”
07.00 Wita 1. Pantau klien dalam melaksanakan perawatan O: - Pasien tampak serius mengatakannya
diri:
kepada perawat
”Selamat pagi Pak K, bagaimana apa bapak
sudah mandi, sikat gigi?” A: SP 4 tercapai sebagian
2. Bimbing klien dalam melakukan perawatan
P: Ulangi SP 4 modifikasi poin 1,2,3
diri
”apa bapak sudah melakukan seperti apa
yang saya sarankan kemarin?”
3. Beri pujian saat klien melaksanakan
perawatan diri secara mandiri.
”Bagus Pak, bagaimana setelah bapak mandi
tadi? Terasa segar kan? Bapak besok-besok

95
kalau mau mandi bisa minta sabun sama
perawat di ruangan ya.”
Kamis, 15 1 SP 5: Klien dapat memanfaatkan obat dengan S : “Saya hanya tahu warna obat yang Ferra
Mei 2014 baik: diberikandan tiga jenis yang
11.00 Wita 1. Mendiskusikan dengan pasien dan keluarga diberikan setiap hari yaitu putih, biru,
tentang dosis, jenis, frekuensi, efek samping dan putih kecil”
dan manfaat obat O:
- “Bapak, Bapak mendapatkan tiga jenis obat, - Pasien dan keluarga hanya
yaitu Clorilex yang berwarna putih kecil, obat menyebutkan warna dan banyak obat
ini diberikan 2 kali sehari. yang diberikan
obat yang kedua namanya trihexyphenidyl - Pasien dan keluarga belum mampu
yang berwarna putih kecil, obat ini diberikan menyebutkan jenis obat yang
dua kali dalam sehari setelah makan, biasanya diberikan
ada efek samping dari obat ini, bapak akan - Pasien dan keluarga belum mampu
merasa pusing, mual muntah,diare dan susah menyebutkan efek samping dan
buang air kecil, obat yang ketiga namanya kegunaan obat tersebut
stelosi yang berwarna biru kecil, diberikan - Pasien mengangguk dan mau minta
dua kali selama sehari stelah makan ya Pak, obat sendiri ke petugas bila waktu
obat ini untuk halusinasi” - Pasien belum mampu menyebutkan

96
2. Menganjurkan pasien meminta sendiri obat prinsip 5 benar penggunaan obat
pada perawat dan merasakan manfaatnya A : SP 5 tercapai sebagaian
“Bapak “K”, kalau waktunya membagikan P : Ulangi SP 5 modifikasi poin 1, 2 dan
obat Bapak minta sendiri yaa obatnya pada 3
Bapak/Ibu parawat disni tanpa dipanggil”
3. Menjelaskan cara menggunakan obat dengan
prinsip 5 benar (benar obat, pasien, dosis,
cara, dan cara waktu)
“Bapak “K”, nanti sebelum diminum Bapak
harus lihat dulu obatnya, apakah sudah benar
atau belum”

97
8. Evaluasi
Tabel 6
Evaluasi Keperawatan Pasien Tn. “KD” Dengan
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran Ruang Nakula
RSJ Propinsi Bali

Hari/ Dx Evaluasi Paraf


Tanggal/
Jam
(1) (2) (3) (4)
Jumat, 16 Gangguan S :
Mei 2014 persepsi - “Nama saya “KD”, saya biasa dipanggil Pak “K”. Saya dari Br.Buduk, Singakerta”
10.00 sensori : - “Saya dirumah sering mendengar suara-suara aneh yang ingin meminta nasi pada
Wita Halusinasi saya. Saya juga membakar kelambu di rumah dan sering jalan-jalan mondar-mandir”
penglihatan - “Kemarin malam suara itu datang lagi dan ingin meminta nasi sama saya. Suara itu
Ferra
dating pasti saat saya bengong sendiri. Biasanya saya mendengar suara itu 3 hari
sekali, tapi kalau saya bengong suara itu pasti dating lagi”.
- : “Saya mendengar suara laki-laki tetapi saya tidak tahu itu suara siapa. Dia selalu
minta nasi sama saya, saat saya bengong dia juga datang. Tetapi suara itu datang
biasanya tiga hari sekali. Saya merasa takut karena saya terus diikuti suara itu untuk

98
minta nasi”.
- “kalau suara itu datang saya mengatakan pergi kamu sambil menutup telinga saya.
Kamu hanya halusinasi. Saya selalu minum obat karena saya ingin sembuh”.
- “Saya hanya tahu warna obat yang diberikan dan tiga jenis yang diberikan setiap hari
yaitu putih, biru, dan putih kecil”
- Keluarga mengatakan gejala pasien mengalami halusinasi sering mondar mandir dan
menutup telinga.
O:
- Pasien mau berjabat tangan
- Pasien mau duduk berdampingan dengan perawat
- Ekspresi wajah cukup bersahabat
- Kontak mata terjaga
- Pasien mau menyebutkan nama
- Pasien mampu menyebutkan waktu,isi,frekuensi timbulnya halusinasi
- Pasien mampu mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya
- Pasien dapat mengenal halusinasinya dan waktu timbulnya
- Pasien dan keluarga hanya menyebutkan warna dan banyak obat yang diberikan
- Pasien dan keluarga belum mampu menyebutkan jenis obat yang diberikan
- Pasien dan keluarga belum mampu menyebutkan efek samping dan kegunaan

99
obat tersebut
- Pasien mengangguk dan mau minta obat sendiri ke petugas bila waktu pembagian
obat
- Pasien belum mampu menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat
A: SP 1, 2, 3, dan 4 tercapai
SP 5 tercapai sebagian
P: Pertahankan kondisi pasien dan ulangi SP 5 modifikasi poin 1,2 dan 3
Jumat, 16 2 S:
Mei 2014 - Saya kadang-kadang malas mandi karena airnya dingin dan saya takut di kamar
10.00 mandi suara itu dating saat saya mandi. Manfaat dari merawat diri biar bersih ya?
Wita Tandanya bersih, rapi itu saja yang saya tahu. Kalau tidak bersih pasti sakit kayak
batuk itu bisa?”
- Biasanya saya mandi 2 kali sehari tapi tidak pakai sabun, gosok gigi kadang-kadang Ferra
kalau saya lihat gosok gigi, keramasnya 2 kali seminggi, ganti pakaian 3 hari sekali
dan potong kuku kalau saya ketemu dengan perawat. Yang saya tahu caranya mandi
2 kali sehari pakai sabun, gosok gigi 2 kali sehari juga, keramas 3 hari sekali, ganti
baju setiap hari, potong kukunya kalu sudah panjang.”
- Iya sekarang saya akan mandi . ternyata segar habis mandi kalau mandi dengan
baik”

100
- Keluarga mengatakan di rumah sering membimbing pasien untuk melakukan
perawatan diri.
O:
- Keluarga tampak mengerti dengan penjelasan yang diberikan perawat
- Pasien mampu menjawab semua pertanyaan perawat
- Pasien tampak serius mengatakannya kepada perawat
- Pasien tampak bersungguh-sungguh
- Pasien tampak bersungguh-sungguh melakukan cara yang sudah dilatih untuk
merawat diri
A: SP 1, 2, 3, dan 5 tercapai
SP 4 tercapai sebagian
P: Pertahankan kondisi pasien dan ulangi SP 4 modifikasi poin 1,2 dan 3

101

Anda mungkin juga menyukai